ABSTRAK Nama Program Studi Judul
: Leo Hariono : S1 Ekstensi Kesehatan Masyarakat : Pemeriksaan Kualitas Kimia Pada Makanan / Minuman Jajanan Anak Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2014.
Makanan/minuman jajanan anak SD merupakan bagian dari (street food) yang diminati anak-anak. Siapapun yang pernah sekolah dasar, baik di perkotaan maupun di pedesaan, salah satu yang menjadi kebiasaan adalah jajan di sekolah. Mereka tertarik dengan jajanan di sekolah karena warnanya menarik, rasanya yang menggugah selera, dan harganya yang terjangkau. Dalam penelitian ini, peneliti bertujuan mengetahui kualitas kimia makanan dan kualitas kimia minuman jajanan anak SD dengan melakukan uji analisa pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin yang dilakukan oleh Labkesda Kabupaten Bekasi. Penelitian ini menggunakan desain penelitian obsevasional dan hasil penyajiannya dengan cara deskriptif. Dari populasi 702 SD Negeri diwilayah kabupaten bekasi diambil sampel 10 SD Negeri dengan cara diundi, dari 10 Sekolah dasar Negeri diperoleh sampel makanan dan minuman jajanan anak dalam penelitian ini sebanyak 93 sampel dan akan diuji 100 parameter (10 parameter x 10 SD ). Hasil penelitian sebanyak 13 Sampel makanan tidak mengandung rhodamin B dan sebanyak 5 sampel minuman 2 sampel (40%) diduga mengandung rhodamin B, sebanyak 12 Sampel makanan 1 sampel (8,3%) mengandung Methanil Yellow dan sebanyak 5 sampel minuman tidak mengandung Methanil Yellow, sebanyak 10 sampel minuman 2 sampel (20%) diduga mengandung pemanis buatan, sebanyak 17 sampel makanan 1 sampel (5,9%) diduga mengandung boraks dan sebanyak 38 sampel makanan 1 sampel (2,6%) diduga mengandung formalin. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan masih ditemukannya penggunaan bahan kimia berbahaya pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin pada makanan dan minuman makanan jajanan anak SD diwilayah Kabupaten Bekasi. Hal tersebut terjadi karena rhodamin B, Methanil Yellow, pemanis buatan, boraks dan formalin mudah didapat dan harganya murah dibandingkan Bahan Tambahan Makanan yang aman. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar siswa selektif dalam memilih jajanan dan pihak dinas kesehatan agar meningkatkan pengawasan serta edukasi bagi pedagang jajanan.
Kata Kunci
: Makanan dan minuman jajanan, rhodamin B, Methanil Yellow, pemanis buatan, boraks dan formalin
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
ABSTRACT Food / drink snacks are part of elementary school children (street food) that interests the children. Anyone who ever elementary schools, both in urban and in rural areas, one of which is the customary school snacks. Those interested in the snacks at school because of the color attractive, appetizing taste, and the price is affordable. In this study, we aimed to determine the chemical quality of the food and beverage snacks chemical quality of elementary school children to test the analysis of artificial coloring, artificial sweeteners, borax and formalin were performed by Labkesda Bekasi. This study used observational study design and results presentation in a descriptive way. From a population of 702 public primary schools in the region to be sampled 10 counties bekasi Elementary School by way of draw, of 10 State Primary School obtained a sample of snack foods and beverages children in this study and 93 samples will be tested 100 parameters (10 parameters x 10 SD). The results of the study were 13 samples of food does not contain as much as 5 rhodamine B and beverage samples 2 samples (40%) thought to contain rhodamine B, a total of 12 food samples 1 sample (8.3%) containing Methanil Yellow and drink as much as 5 samples contain no Methanil Yellow , a total of 10 samples of drinks 2 samples (20%) thought to contain artificial sweeteners, a total of 17 food samples 1 sample (5.9%) suspected of containing borax and as many as 38 food samples 1 sample (2.6%) suspected to contain formaldehyde. From the results of this study concluded was the discovery of the use of hazardous chemicals artificial colors, artificial sweeteners, borax and formaldehyde in food and beverage snack food Bekasi elementary school children in the region. This happens because of rhodamine B, Methanil Yellow, artificial sweeteners, borax and formalin easily available and cheap compared dyestuffs safe. Therefore, researchers suggest that students be selective in choosing snacks and the health department in order to improve the supervision and education for street food vendors. Keywords : Food and beverage snacks, rhodamine B, Methanil Yellow, artificial sweeteners, borax and formalin
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
Pendahuluan Bahan kimia yang sering ditambahkan pada makanan, di kenal sebagai Bahan Tambahan Makanan (BTM). Penggunaan BTM digunakan untuk mempengaruhi sifat, warna dan rasa pada makanan. Contoh BTM yang sering ditemukan pada makanan adalah pewarna sintetis, Pemanis buatan, Boraks dan formalin (BPOM, 2004). Penggunaan bahan tambahan makanan aditif yang tidak memenuhi syarat bahan tambahan makanan, memang jelas-jelas dilarang karena tidak mempunyai nilai gizi yang sengaja ditambahkan dalam makanan. Pernah ditemukan zat aditif pada makanan khususnya pada jajanan anak seperti pewarna, pemanis, Boraks dan formalin. (Effendi, 2004) Menurut laporan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) melakukan penyelidikan bahwa, dari 2.984 sampel jajanan anak sekolah yang dilakukan di enam ibu kota provinsi. Menemukan bahwa 72,08% makanan tersebut mengandung zat kimia berbahaya. Zat berbahaya tersebut antara lain adalah Rhodamin B, Methanil yellow, Benzoat, siklamat, Boraks dan formalin. Bahan kimia tersebut jika dikonsumsi secara terus-menerus dapat merusak kesehatan bagi yang mengkonsumsinya (BPOM,2011). Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85 Zat pewarna makanan yang dilarang digunakan dalam makanan adalah Rhodamin B dan Methanil yellow. Berdasarkan hasil penelitian kedua zat tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan karena adanya residu logam berat serta bersifat karsinogenik. Rhodamin B mempunyai ciri khas yaitu berwarna merah terang. Sedangkan Methanil yellow berbentuk bubuk kuning kecoklat-coklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol. Methanil yellow dapat ditemukan dalam produk tekstil, cat kayu dan cat
tembok (Kusmayadi dan Sukandar 2009). Pemanis buatan yang dilarang ditambahkan pada makanan adalah Sakarin, Aspartame, Sukrosa dan Asesulfam Potassium. Pelarangan adanya pemanis buatan dalam makanan karena pemanis buatan mempunyai tingkat kemanisan 200 – 600 kali di banding gula. Akibat penggunaan pemanis buatan dalam makanan adalah gangguan pada saraf, otak, kandung kemih dan dikhawatirkan dapat menyebabkan kanker (Hartulistiono, 1997) Senyawa kimia lainnya yang tidak boleh ditambahkan pada makanan adalah boraks. Boraks mempunyai nama kimia Natrium Tetraborat (Na2B4O7, 10H2O) atau asam borat. Boraks dapat dijumpai dalam bentuk padat. Boraks sebenarnya digunakan sebagai pembersih, fungisida, herbisida dan Insektisida dan bahan untuk diterjen. Boraks mempunyai sifat toksisitas pada manusia, Racun boraks dapat menyerang pada reproduksi, neurotoksisitas dan nefrotoksisitas. (BPOM, 2004) Zat formaldehyde (H2CO atau HCHO) adalah larutan dengan campuran 37% gas formaldehid dalam air. Zat formaldehyde yang mempunyai nama dagang Formalin, Formol atau Mikrosida. Formalin berbentuk cairan jernih dan tidak berwarna, mempunyai bau yang menusuk, Uap formalin dapat merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan serta rasa membakar (Cahyadi, 2006). Berdasarkan fakta tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan zat pewarna makanan, pemanis buatan, Boraks dan formalin pada makanan/minuman jajanan yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak SD Negeri. Penggunaan zat kimia berbahaya pada makanan dapat merugikan kesehatan terutama pada masa pertumbuhan dan
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
perkembangannya. Anak merupakan generasi penerus dari suatu bangsa, jika kesehatannya terganggu maka pada akhirnya terjadi loss generations atau Hilangnya generasi potensial penerus Bangsa. Ruang Lingkup Penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan kualitas kimia pada makanan/minuman jajanan anak diantaranya Rhodamin B, Methanil yellow, Benzoat, siklamat, Boraks dan formalin. Penelitian ini dilakukan pada 10 Sekolah Dasar Negeri di 10 wilayah kerja puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Bekasi. Waktu pelaksanaan pengambilan sampel dilakukan pada bulan Januari minggu ke dua sampai bulan Februari minggu ke tiga tahun 2014. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif. Pada penelitian ini, peneliti dengan bantuan petugas sanitasi puskesmas mengambil sampel dengan cara membeli sampel seperti halnya pembeli lainnya dari pedagang makanan/minuman jajanan yang dijajakan dilingkungan sekolah. Makanan/minuman jajanan yang dijadikan sampel yang mempunyai warna merah terang atau kuning terang, penampilan permukaan jajanan yang mengkilap serta makanan yang terlihat bertekstur elastis. Jumlah sampel makanan yang dibeli pada sepuluh Sekolah Dasar diwilayah Kabupaten Bekasi adalah 93 sampel. Dari 93 sampel makanan/minuman jajanan anak SD Negeri akan diuji 100 parameter (10 parameter x 10 SD ). Jumlah dan jenis pemeriksaan paremeter meliputi uji pewarna buatan, uji Sampel makanan/minuman yang diduga mengandung rhodamin B berjumlah 18 sampel, uji sampel makanan/minuman yang diduga mengandung Methanil Yellow berjumlah 17 sampel, uji sampel makanan/minuman yang diduga
mengandung pemanis buatan berjumlah 10 sampel, uji sampel makanan/minuman yang diduga mengandung boraks berjumlah 17 sampel dan uji uji sampel makanan/minuman yang diduga mengandung formalin berjumlah 38 sampel. pemeriksaan dilakukan oleh laboratoriun kesehatan daerah (Labkesda) Kabupaten Bekasi. Pengertian Makanan Jajanan. Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang diolah oleh pengrajin makanan di tempat penjualan dan atau disajikan sebagai makanan siap santap untuk dijual bagi umum selain yang disajikan jasa boga, rumah makan/restoran, dan hotel.(Kepmenkes No.942/MENKES/SK/VII/2003). Makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima atau dalam bahasa Inggris disebut street food menurut Food and Agriculture Organization didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan di tempat-tempat keramaian umum lain yang langsung dimakan dan dikonsumsi tanpa persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Judarwanto, 2007). Makanan jajanan adalah makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima dijalanan, dan ditempat-tempat ramai umum lain yang lansung di makan atau dikonsumsi, tanpa adanya persiapan atau pengolahan lebih lanjut (Suparano dan Hidayanti 2006, hal. 72). Salah satu hal yang menjadi kebiasaan anak sekolah, terutama anak sekolah dasar (SD) adalah jajan di sekolah. Mereka tertarik dengan jajanan sekolah karena warnanya yang menarik, rasanya yang menggugah selera, dan harganya yang terjangkau. Berbagai jenis makanan ringan menjadi makanan jajanan sehari-hari di sekolah bahkan tak terbendung lagi beberapa uang jajan dihabiskan untuk membeli makanan
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
yang kurang memenuhi standar gizi dan keamanan tersebut. Oleh sebab itu, pemilihan makanan jajanan yang aman dan berkualitas perlu diperhatikan (Fadilah, 2006). Bahan Tambahan Makanan. Pemakaian Bahan Tambahan Makanan di Indonesia diatur oleh Departemen Kesehatan. Sementara, pengawasannya dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasa Obat dan Makanan (Dirjen POM) Penggunaan bahan tambahan makanan bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah persiapan. Pada umumnya bahan tambahan makan dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu ( Cahyadi, 2008) Bahan tambahan pangan yang ditambahkan dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan dengan mengetahui komposisi bahan tersebut dan bermaksud untuk mempertahankan kesegaran, citarasa, dan membantu pengolahan seperti pengawet, pewarna dan pengeras. Bahan tambahan makanan yang tidak sengaja ditambahkan dan tidak mempunyai fungsi dalam makanan tersebut, baik dalam jumlah cukup banyak atau sedikit yang diakibatkan perlakuan pada bahan makanan selama dalam proses produksi, pengolahan dan pengemasan. Bahan ini dapat juga merupakan residu atau kontaminan dari bahan yang sengaja ditambahkan untuk tujuan produksi atau penanganan bahan mentah yang masih terbawa sampai konsumen. Contoh bahan tambahan makananan dalam golongan ini adalah Antibiotik, Residu pestisida dan Hidrokarbon aromatik polisiklik. Tujuan penggunaan bahan tambahan makanan adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan
pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah preparasi bahan makanan. Dalam kehidupan sehari-hari BTM sudah umum digunakan namun sering terjadi kontroversi karena banyak produsen makanan yang menggunakan bahan tambahan yang berbahaya bagi kesehatan serta melebihi dari dosis yang diizinkan dalam industri. Secara khusus tujuan penggunaan BTM dalam makanan adalah untuk: Mengawetkan makanan dengan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi kimia yang dapat menurunkan mutu pangan. Membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan enak dimulut. Memberikan warna dan aroma yang lebih menarik Meningkatkan kualitas pangan. Menghemat biaya. Zat Pewarna Sintesis. Zat pewarna pada makanan pada umumnya dikelompokan menjadi dua golongan yaitu zat pewarna alami dan zat pewarna sintetis. Zat pewarna alami merupakan zat pewarna yang berasal dari tanaman atau buah-buahan. Secara jumlah, dibutuhkan zat pewarna alami yang jauh lebih banyak untuk menghasilkan tingkat pewarnaan yang sama dibandingkan dengan penggunaan pewarna sintetis. Pada pewarna alami, dapat terjadi perubahan yang tidak terduga pada tekstur dan aroma makanan. Zat pewarna alami juga menghasilkan karakteristik warna yang lebih pudar dan kurang stabil bila dibandingkan dengan zat pewarna sintetis (Lee 2005). Peraturan menteri kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85, Tentang zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Zat warna tertentu adalah bahan yang digunakan untuk memberi warna dan atau memperbaiki warna bahan atau barang. Zat warna
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
tertentu yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri ini dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Pada lampiran Peraturan menteri kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85 Tercantum ada 30 macam zat pewarna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang digunakan dalam makanan, Di antaranya adalah Rhodamin B dan Methanil Yellow. Namun, kedua pewarna makanan tersebut sering ditemukan pada makanan. Timbulnya penyalahgunaan tersebut antara lain disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan, dan di samping itu harga zat pewarna untuk industri jauh lebih murah dibandingkan zat pewarna untuk makanan. Penggunaan bahan alami untuk produk massal akan meningkatkan biaya produksi menjadi lebih mahal dan lebih sulit karena sifat pewarna alami tidak homogen sehingga sulit menghasilkan warna yang stabil. Kemajuan teknologi makanan memungkinkan zat pewarna dibuat secara sintetis. Dalam jumlah yang sedikit, suatu zat kimia bisa memberi warna yang stabil pada produk makanan. Dengan demikian, produsen bisa menggunakan lebih banyak pilihan warna untuk menarik perhatian konsumen. Berikut ini beberapa alasan utama menambahkan zat pewarna pada makanan (Syah et al. 2005) : Untuk menstabilkan warna atau untuk memperbaiki variasi alami warna. Dalam hal ini penambahan warna bertujuan untuk untuk menutupi kualitas yang rendah dari suatu produk sebenarnya tidak dapat diterima apalagi bila menggunakan zat pewarna yang berbahaya. Rhodamin B Rhodamin B merupakan zat warna buatan yang biasanya dipergunakankan sebagai pewarna tekstil, tetapi dilarang digunakan dalam produk makanan
karena diduga dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, kulit, mata, saluran pencernaan, keracunan, gangguan hati, serta dalam jangka panjang dapat menyebabkan kanker. Penelitian ilmiah untuk membuktikan dampak dari Rhodamin B tersebut belum banyak dilakukan. Pada kenyataannya rhodamin B masih digunakan dalam berbagai produk olahan makanan (Cahyadi, 2008). Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 zat pewarna berbahaya. Rhodamine B termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan (Syah et al. 2005). Ciri-ciri makanan yang mengandung bahan tambahan makanan rhodamin B yaitu mempunyai warna merah terang dan cerah. Dalam keadaan normal, atau sebelum di tambahkan zat pewarna sintetis, warna merah pada makanan biasanya tidak terlalu terang. Pewarna rhodamin B banyak digunakan pada produk makanan dan minuman industri rumah tangga, antara lain makanan ringan, sirup, minuman kemasan, es doger, dan manisan. Makanan yang diberi zat pewarna itu biasanya berwarna merah lebih terang dan ditemukan pada makanan dan minuman jajanan anak sekolah dasar (SD). Penggunaan rhodamin B dalam produk makanan mungkin karena harganya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan zat warna pangan yang diizinkan. Kemungkinan kedua adalah kurangnya pengetahuan produsen industri rumah tangga tentang zat pewarna apa saja yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan pada makanan. (Mudjajanto, 2009). Methanil Yellow Methanil Yellow biasa dipakai dalam produk tekstil, Cat, kayu dan cat
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
tembok Zat pewarna sintetis ini dilarang digunakan dalam pangan dan biasanya digunakan sebagai indikator netralisasi asam basa (Kusmayadi,2009). Efek terhadap kesehatan dari Zat pewarna sintetis. Penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (Syah et al. 2005). Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa zat pewarna tersebut memang berbahaya bila digunakan pada makanan. Hasil suatu penelitian menyebutkan bahwa pada uji terhadap mencit, rhodamine B menyebabkan terjadinya perubahan sel hati dari normal menjadi nekrosis dan jaringan di sekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan adanya piknotik (sel yang melakukan pinositosis) dan hiperkromatik dari nukleus, degenerasi lemak dan sitolisis dari sitoplasma (Anonimus 2006). Gejala-gejala akut yang timbul akibat rhodamin B adalah sebagai berikut : Dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan ketika di hirup. Dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Dapat menimbulkan mata merah, iritasi pada mata dan inflamasi pada kelopak mata. Dapat menyebabkan keracunan atau urin merah ketika ditelan. Uji Toksisitas zat warna rhodamin B terhadap hewan, menujukan terjadinya perubahan bentuk dan organisasi sel dalam jaringan hati dari normal ke patologis. Sel hati mengalami perubahan menjadi nekrosis dan jaringan disekitarnya mengalami disintegrasi. Kerusakan pada jaringan hati ditandai dengan terjadinya piknotikdan hiperkromatik dari nukleus,
degenerasi lemak, dan sitoklis dari sitoplasma. Degenerasi lemak terjadi akibat terhambatnya pasokan energi dari hati untuk memelihara fungsi struktur endoplasmatik yang mengakibatkan penurunan proses sintesa proteindan sel kehilangan daya untuk mengeluarkan trigliserida dan mengakibatkan dan mengakibatkan nekrosis hati (Jarismawati, 2004), rhodamin B juga menyebabkan retardasi mental, limfoma dan kematian karena penyakit hati (Bonser et al, 1985). Pewarna methanyl yellow sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandungan dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker dan kandungan pada saluran kemih. Pewarna ini merupakan tumor promoting agent. Meianil yellow memiliki LD50 sebesar 5000mg/kg pada tikus dengan pemberian secara oral (Gupta, 2003). Pewarna sintetis sering digunakan pada pewarna barang industri, baik industri makanan maupun bukan makanan. Bahan untuk menghasilkan zat pewarna sintetis itu sendiri berasal dari ratusan jumlah coal-tar. Sebagian dari coal-tar bersifat toksik dan bahaya bagi manusia dan beberapa bersifat karsinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemisahan antara pewarna yang hanya boleh digunakan oleh industri makanan dengan pewarna yang digunakan untuk industri bukan makanan (Cahyadi, 2008). Di samping itu terdapat pula pewarna sintetis Rhodamin B ditemukan dalam produk pangan yang seharusnya digunakan untuk pewarna tekstil. Walaupun memiliki toksisitas
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
yang rendah, namun pengkonsumsian dalam jumlah yang besar maupun berulang-ulang menyebabkan sifat kumulatif yaitu iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, dan gangguan hati (Trestiati, 2003). Penelitian dan publikasi tentang keberadaan pewarna sintetis telah dilakukan berupa Rhodamin B dan Metanil Yellow di Kabupaten Kulon Progo (Vepriati, 2007), Sunset Yellow, Tartrazine dan Rhodamin B di Sukabumi (Jana, 2007). Hasil penelitian lain juga pada makanan jajanan siswa SD di Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung diperoleh data bahwa Rhodamin B pada berbagai jenis kerupuk, jelli/agar-agar, aromanis, dan minuman (Trestiati, 2003). rhodamin B terbuat dari Dietilaminophenol dan Phatalic anchidria dimana kedua bahan baku ini sangat toksik bagi manusia dan biasanya digunakan sebagai pewarna kertas, wol dan sutra (Jarismawati, 2004). Pemanis buatan. Zat pemanis sintetik yang kini banyak digunakan dalam makanan dan minuman adalah garam Ca- atau Nasakarin. Penggunaan sakarin tergantung dari intensitas kemanisan yang dikehendaki. Pada konsentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahitgetir. Kemanisan sakarin empat ratus kali lebih besar dari kemanisan larutan sukrosa 10 % (Winarno,1997 ). Pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau mempertajam penerimaan terhadap rasa manis, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah dari pada gula. Pemanis sintetis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman. Pemanis
sintetis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma, serta memperbaiki sifat-sifat makanan (Cahyadi wisnu, 2006). Masih banyak pemanis sintetis yang beredar dan digunakan sebagai pemanis dalam berbagai produk makanan dan minuman termasuk yang digunakan dalam beberapa produk minuman berenergi, merupakan contoh kasus penggunaan bahan kimia yang belum diawasi secara penuh.. Penggunaan pemanis sintetis dalam jumlah besar, bersifat karsinogenik. Pemanis alternatif dengan nilai kalori rendah sangat dibutuhkan karena harga relatif murah (Cahyadi wisnu, 2006). Pemanis adalah zat makanan yang rendah akan energi, rasa manisnya 180 kali sukrose, yang disebut dengan aspartame (phenylalanyl-aspartic acid dipeptide). Pada awalnya,dipeptide ini mungkin dapat menyebabkan tumor otak pada tikus dan hewan-hewan laboratorium lain, tetapi tidak didukung oleh pengamatan lain. FDA memperkirakan bahwa pemanis ini tidak banyak meningkatkan keterbelakangan mental terlihat dengan fwenilketonurik yang tidak terdiagnosis walaupun konsumsi meningkat sampai 3 mg fenilalanin/kg/hari. Sebagai dipeptida yang terdiri dari asam amino secara normal konsumsinya dalam jumlah besar (dalam bentuk protein) tidak diharapkan karena pemanis tersebut terbukti berbahaya bagi manusia dan hewan. Sebagai substitusi untuk sakarin, aspartame mempunyai satu kekeurangan karena kehilangan rasa manisnya (karena terhidrolisis) kalau lama diekspos dengan air atau panas, oleh karena itu tidak dapat digunakan secara baik dalam persiapan produk suatu bahan makanan (Linder, 1992).
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
Strukur kimia bahan pemanis Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mengetahui hubungan strukur kimia bahan pemanis dengan rasa manis antara lain (Cahyadi wisnu, 2006). Kenikmatan Rasa Manis Bahan pemanis ditambahkan dengan tujuan memperbaiki rasa dan bau pangan sehingga rasa manis yang timbul dapat meningkatkan kelezatan. Pada pemanis sintetis seperti sakarin tidak dapat menimbulkan rasa nikmat dan sebaliknya memberikan rasa yang tidak enak. Namun penggunaan campuran sakarin dan siklamat pada bahan pangan dapat menimbulkan rasa manis tanpa menimbulkan rasa pahit.
Tujuan penggunaan pemanis sintetis Pemanis ditambahkan kedalam bahan makanan mempunyai beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut : Sebagai makanan dari penderita diabetes mellitus karena tidak menimbulkan kelebihan gula darah. Pada penderita diabetes mellitus disarankan menggunkan pemanis sintetis untuk menghindari bahaya gula. Memenuhi kebutuhan kalori rendah untuk penderita kegemukan. Kegemukan merupakan salah satu faktor penyakit jantung yang merupakan penyebab utama kematian. Sebagai penyalut obat. Beberapa obat mempunyai rasa yang tidak menyenangkan, oleh karena itu untuk menutupi rasa yang tidak enak dari obat tersebut biasanya dibuat tablet yang bersalut. Pemanis lebih sering digunakan untuk menyalut obat karena umumnya bersifat higroskopis dan tidak menggumpal. Menghindari kerusakan gigi. Pada makanan seperti permen lebih sering ditambahkan pemanis sintetis karena bahan permen ini mempunyai rasa manis yang lebih tinggi dari gula,
pemakaian dalam jumlah sedikit saja sudah menimbulkan rasa manis yang diperlukan sehingga tidak merusak gigi. Pada industri makanan, minuman, termasuk industri rokok, pemanis sintetis dipergunakan dengan tujuan untuk menekan biaya produksi karena pemanis sintetis ini selain mempunyai tingkat rasa manis yang lebih tinggi juga harganya relatif murah dibandingkan dengan gula yang di produksi di alam ( Cahyadi, 2006 ). Sakarin. Sakarin ditemukan dengan tidak sengaja oleh Fahbelrg dan Remsen pada tahun 1897, digunakan sebagai antiseptik dan pengawet, namun sejak tahun 1900 digunakan sebagai pemanis. Sakarin sebagai pemanis buatan biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium, dan natrium sakarin. Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau dan mudah larut dalam air, serta berasa manis. Kombinasi penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis (Indrie A, & Qanytah, 2010). . Sakarin secara luas digunakan sebagai pengganti gula karena mempunyai sifat yang stabil, nilai kalori rendah, dan harganya relatif murah, selain itu sakarin banyak digunakan untuk mengganti sukrosa bagi penderita diabetes mellitus atau bahan pangan berkalori rendah. (Cahyadi, 2006). Penggunaan sakarin biasanya dicampur dengan bahan pemanis lain seperti siklamat atau aspartam. Hal itu dimaksudkan untuk menutupi rasa tidak enak dari sakarin dan memperkuat rasa manis. Sebagai contoh kombinasi sakarin dan siklamat dengan perbandingan 1:3 merupakan campuran paling baik sebagai pemanis yang menyerupai gula dalam minuman. Produk makanan dan minuman yang menggunakan sakarin diantaranya
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
adalah minuman ringan (soft drinks), permen, selai, bumbu salad, gelatin rendah kalori, dan hasil olahan lain tanpa gula. Selain itu sakarin digunakan sebagai bahan tambahan pada produk kesehatan mulut seperti pasta gigi dan obat pencuci (penyegar) mulut (Cahyadi, 2006).
tinggi misalnya pangan dalam kaleng ( Cahyadi, 2006 ). Struktur kimia
Struktur Kimia Gambar 2.4 Rumus bangun siklamat
Gambar 2.3. Rumus bangun sakarin Siklamat. Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh Michael Sveda pada tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan ke dalam pangan dan minuman. Siklamat (C6H11NHSO3Na) umumnya dalam bentuk garam kalsium, kalium, dan natrium siklamat. Garam siklamat berbentuk kristal putih, tidak berbau, tidak berwarna, dan mudah larut dalam air dan etanol, intensitas kemanisannya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Kombinasi penggunaan siklamat dengan sakarin bersifat sinergis, dan kompatibel dengan pencitarasa dan sebagai bahan pengawet (Cahyadi wisnu, 2006). Tidak seperti sakarin, siklamat berasa manis tanpa rasa ikutan yang kurang disenangi. Bersifat mudah larut dalam air dan intensitas kemanisanya ± 30 kali kemanisan sukrosa. Dalam industri pangan natrium siklamat dipakai sebagai bahan pemanis yang tidak mempunyai nilai gizi untuk pengganti sukrosa. Siklamat bersifat tahan panas, sehingga sering digunakan dalam pangan yang diproses dalam suhu
Aspartam Aspartam adalah senyawa metil ester dipeptida yaitu L-aspartil-Lalaninmetilester dengan rumus C14H16N2O5 memiliki daya kemanisan 100-200 kali sukrosa. Aspartam yang dikenal dengan nama dagang equal, merupakan salah satu bahan tambahan pangan telah melalui berbagai uji yang mendalam dan menyeluruh aman bagi penderita diabetes mellitus. Sejak tahun 1981 telah diizinkan untuk dipasarkan. Pada penggunaanya dalam minumc an ringan, aspartame kurang menguntungkan karena penyimpanan dalam waktu lama akan mengakibatkan turunya rasa manis. Selain itu aspartam tidak tahan panas sehingga tidak baik digunakan dalam bahan pangan yang diolah melalui pemanasan. Disamping faktor keamanan, penggunaan aspartam bagi orang yang menderita penyakit turunan yang dikenal sebagai fenilketonuria perlu mendapat perhatian khusus. Diperkirakan 1 dalam 15.000 orang memiliki kelainan tersebut.Orang menderita fenilketonuria tidak mampu memetabolisme fenilalanin, salah satu cara untuk mengobatinya dengan mambatasi pemasukan fenilalanin, bukan menghilangkanya karena fenilalanin merupakan asam amino esensial yang penting untuk kehidupan. Berlebihnya jumblah fenilalanin pada penderita fenilketonuria dapat
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
menyebabkan terjadinya keterbelakangan mental, karena asam fenilpiruvat yang dibentuk dari fenilalanin akan menumpuk dalam otak (Cahyadi, 2006). Dampak kesehatan dari pemanis sintesis. Sakarin merupakan garam natrium dari asam sakarin. Pemanis buatan ini mempunyai tingkat kemanisan 200-700 kali gula. Dalam perdagangan dikenal dengan nama Gucide, Glucid, Garantose, Saccharimol, Saccharol, dan Sykosa. Harga sakarin paling murah dibanding dengan pemanis buatan lainnya. Karena itu, sakarin banyak digunakan pedagang kecil. Pemanis buatan banyak menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia. Siklamat dan sakarin dapat menyebabkan kanker kandung kemih dan migrain. (http://domain. karyatulis.com). Meskipun memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan rasanya enak (tanpa rasa pahit) tetapi siklamat dapat membahayakan kesehatan. Hasil penelitian bahwa tikus yang diberikan siklamat dan sakarin dapat menimbulkan kanker kantong kemih. Hasil metabolisme siklamat, yaitu sikloheksiamin bersifat karsinogenik. Oleh karena itu ekskresinya melalui urine dapat merangsang pertumbuhan tumor. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi, yaitu terjadinya pengecilan testikular dan kerusakan kromosom ( Cahyadi, 2006 ). Hasil penelitian menunjukan bahwa tikus yang diberikan siklamat dapat menimbulkan kanker kantong kemih. Hasil metabolisme dari siklamat yaitu senyawa sikloheksamina merupakan senyawa karsinogen, pembuangan sikloheksamina melalui urin dapat merangsang tumbuhnya tumor kandung kemih (Cahyadi wisnu, 2006). Penggunaan siklamat juga disorot
oleh Ketua Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia (YPKKI), dr Marius Widjajarta SE. Diungkapkan Marius dalam Human Health edisi April 2003, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebaiknya melarang penggunaan siklamat yang diduga kuat bisa menimbulkan gejala kanker. Boraks Salah satu bahan pengawet yang digunakan adalah campuran boraks dengan asam borat. Asam borat dan boraks banyak dipilih karena mempunyai toksisitas yang rendah (Yamauchi et al., 2007; hal. 324). Boraks merupakan suatu senyawa yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Boraks merupakan garam natrium subklas karbonat dengan rumus kimia yaitu Na2B4O7·10H2O. Dalam dunia industri, boraks menjadi bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan anti jamur, mematri logam, antiseptik kayu, dan pengontrol kecoak. Asam borat merupakan bahan campuran pada boraks dalam pengawetan kayu. Asam borat atau Natrium Karbonat disebut juga soda abu atau soda kue dengan rumus kimia Na2CO3 dan banyak digunakan pada pembuatan sabun dan detergen, pembasmi serangga, obat, dan pengawetan. Asam borat memiliki sifat berwarna putih, tidak berbau dan larut dalam air (Jurnal Teknik Sipil, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012). Senyawa kimia lainnya yang tidak boleh ditambahkan pada makanan adalah boraks. Boraks mempunyai nama kimia Natrium Tetraborat (Na2B4O7, 10H2O) atau asam borat. Boraks dapat dijumpai dalam bentuk padat. Boraks sebenarnya digunakan sebagai pembersih, fungisida, herbisida dan Insektisida dan bahan untuk diterjen. Boraks mempunyai sifat toksisitas pada manusia, Racun boraks
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
dapat menyerang pada reproduksi, neurotoksisitas dan nefrotoksisitas (BPOM, 2004). Boraks dalam makanan Sejak lama, boraks disalah gunakan oleh produsen nakal untuk pembuatan kerupuk beras, mie, lontong (sebagai pengeras), ketupat (sebagai pengeras), bakso (sebagai pengenyal dan pengawet), kecap (sebagai pengawet), bahkan pembuatan bubur ayam (sebagai pengental dan pengawet). Padahal fungsi boraks yang sebenarnya adalah digunakan dalam dunia industri non pangan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik, dan pengontrol kecoa (Suhanda, 2012) formalin dapat memperpanjang daya awet bakso, sedangkan boraks dapat mengeyalkan bakso. Tetapi formalin dan boraks sangat membahayakan kesehatan (Sudarwati, 2007). Meskipun bukan pengawet makanan, boraks sering pula digunakan sebagai pengawet makanan. Boraks sering disalahgunakan untuk mengawetkan berbagai makanan seperti baso, mie basah, pisang molen, siomay, lontong, ketupat dan pangsit. Selain bertujuan untuk mengawetkan, boraks juga dapat membuat tekstur makanan menjadi lebih kenyal dan memperbaiki penampilan makanan. Natrium borat atau yang lebih dikenal dengan boraks mempunyai rumus kimia Na2B4O7 merupakan serbuk kimia berwarna putih yang terdapat di alam atau dari pembuatan pabrik. Boraks dikalangan para pedagang bakso lebih dikenal dengan nama “pemutih pentol” atau “pemutih” saja, dan merupakan bahan tambahan makanan yang dilarang (Permenkes, 1998). Keracunan Boraks dapat terjadi melalui makanan, salah satunya adalah bakso sebagai jajanan anak-anak sekolah dasar. Ketertarikan anak-anak sekolah dasar membeli bakso dikarenakan harganya yang murah dan
rasanya yang enak, sehingga anak-anak sekolah dasar menyukai makanan ini. Meskipun bakso sangat memasyarakat, ternyata pengetahuan masyarakat mengenai bakso yang aman dan baik untuk dikonsumsi masih kurang. Buktinya, bakso yang mengandung boraks masih banyak beredar dan tetap dikonsumsi (Damiyati, 2007). Bila boraks diberikan pada bakso dan lontong akan membuat bakso/lontong tersebut sangat kenyal dan tahan lama, sedangkan pada kerupuk yang mengandung boraks jika digoreng akan mengembang dan empuk serta memiliki tekstur yang bagus dan renyah. Makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di Laboratorium (Riandini, 2008). Formalin. Zat formaldehyde (H2CO atau HCHO) merupakan aldehid yang pertama kali disintesis oleh kimiawan Rusia Alexander Butlerov tahun 1859 dan disimpulkan oleh August Wilhelm von Hofmann yang saat ini dipergunakan dalam produk komersial. Di tahun 1981 sekitar 5,9 milyar pounds larutan formaldehid 3,7% (formalin) diproduksi di Amerika Serikat, yang hampir setengah dari produksi tahunannya digunakan pada industri untuk produk kayu lapis / tripleks (Ulsamer, et al, 1984). Larutan formalin atau formaldehid adalah larutan dengan campuran 37% gas formaldehid dalam air. Zat formaldehyde yang mempunyai nama dagang Formalin, Formol atau Mikrosida. Formalin berbentuk cairan jernih dan tidak berwarna, mempunyai bau yang menusuk, Uap formalin dapat merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan serta rasa membakar (Cahyadi, 2006). Fungsi formalin yang sebenarnya.
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
Sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai anti bakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pemersih lantai, kapal, gudang, pakaian, pembasmi lalat maupun serangga dan lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapaisan gelatin dan kertas. Formalin juga digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuatan produk farhum, pengawet produk kosmetika, pengeras kuku dan bahan untuk inhalasi busa. (Yuliarti, 2007). Formalin dalam makanan. Bahan makanan yang diawetkan dengan formalin biasanya mie basah, tahu, baso, ikan asin dan beberapa makanan lainnya. Sangat di mengerti mengapa formalin sering disalahgunakan. Selain harganya yang sangat murah dan mudah didapatkan, produsen produsen sering kali tidak tahu kalau penggunaan formalin sebagai bahan pengawet makanan tidaklah tepat karena bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsinya. Formalin tidak dapat di hilangkan dengan pemanasan. Oleh karena itu sangat berbahaya bagi manusia maka penggunaan formalin dalam makanan tidak dapat ditoleransi dalam jumlah sekecil apapun. (Yuliarti, 2007). Dampak kesehatan formalin dalam makanan. Penelitian lain yang dilakukan oleh BPOM (2011) di daerah Jakarta Timur mengungkapkan bahwa jenis jajanan yang sering dikonsumsi oleh anak-anak sekolah adalah lontong, otak-otak, tahu goreng, mie bakso dengan saus, ketan uli, es sirop, dan cilok. Berdasarkan uji lab, pada otak-otak dan bakso
ditemukan borax, tahu goreng dan mie kuning basah ditemukan formalin, dan es sirop merah positif mengandung rhodamin B. Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakitpenyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. (Anita, 2006). formalin dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat disertai dengan radang, ulca, dan hedrois membrane mukosa. Selain itu tidak berbeda jauh dengan efek negative dari boraks yang merupakan adalah racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan syaraf pusat, ginjal, dan hati (Cahyadi, 2009). Metode penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, desain penelitian Observational yaitu pada penelitian ini, peneliti mengambil sampel tanpa memberikan perlakuan, dengan cara membeli sampel seperti halnya pembeli lainnya dari pedagang makanan/minuman jajanan anak yang dijajakan di lingkungan sekolah pada sepuluh Sekolah Dasar Negeri diwilayah Kabupaten Bekasi. Makanan/minuman jajanan anak Sekolah Dasar Negeri, kemudian dilakukan pemeriksaan kualitas makanan apakah mengandung Rhodamin B, Methanil yellow, Benzoat, pemanis buatan, Boraks dan formalin. Pemeriksaan dilakukan oleh laboratoriun kesehatan daerah Kabupaten Bekasi. Dari hasil pengujian laboratorium kesehatan daerah tersebut akan dibuat analisa secara deskriptif. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di 10 Sekolah Dasar Negeri (SDN) diwilayah Kabupaten Bekasi. Alasan pemilihan Sekolah Dasar Negeri karena, makanan/minuman jajanan anak SD Negeri secara kasat mata mempunyai
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
ciri yang dimungkinkan mengandung Rhodamin B, Methanil yellow, Benzoat, siklamat, Boraks dan formalin.Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari minggu kedua sampai bulan Februari minggu ketiga tahun 2014. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SD Negeri di wilayah kabupaten Bekasi yang berjumlah 702 SD Negeri. Dari 702 SD Negeri, dibagi menjadi 39 wilayah puskesmas. Dari 39 wilayah puskesmas, Diambil 10 puskesmas dengan cara diundi. Dari 10 puskesmas hasil pengundian, diambil 1 SD Negeri yang terdekat dengan puskesmas. , sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah makanan dan minuman jajanan anak pada 10 Sekolah Dasar Negeri di wilayah Kabupaten Bekasi. Pemeriksaan meliputi 10 parameter disetiap SD Negeri, jadi total parameter yang diperiksa adalah 100 parameter. Satu sampel makanan/minuman jajanan anak dapat diperiksa lebih dari satu parameter. Gambaran umum lokasi penelitian. Kabupaten Bekasi secara geografis berada di bagian Utara Propinsi Jawa Barat, terletak antara 106º 48' 28" - 107º 27' 29" Bujur Timur dan 6º 10' 6” - 6º 30' 6” Lintang Selatan. Luas wilayah 127.388 ha (1.273,88 Km2). Kecamatan yang paling luas yaitu Kecamatan Muaragembong (140,09 Km2 ) atau 10,99% dari luas Kabupaten. Jarak terjauh antara Utara dan Selatan adalah ± 46,8 km dan antara Barat dan Timur adalah ± 33,8 km. Batas-batas wilayah Kabupaten Bekasi sebagai berikut, Sebelah Utara Laut Jawa, Sebelah Selatan Kabupaten Bogor. Sebelah Barat Kota Bekasi dan Jakarta Utara, Sebelah Timur Kabupaten Karawang.
Hasil penelitian Pewarna dalam makanan jajanan. No. Nama SD
Jenis Pemeriksaan Makanan
Jml Para meter Methanil Yellow uji
Rhodamin B Jml Uji (+)
Jml (+)
Uji
1. SDN Lambang Sari 03
3
0
2. SDN Sumber Jaya 01
0
0
3. SDN Mekar sari 01
2
0
4. SDN Tambun 03
1
1
5. SDN Cipayung 02/03
4
6. SDN Mangun jaya 04
0
4
0
2
0
0
0
1
2
0
1
0
5
1
0
1
1
2
7. SDN Kedung waringin 01
0
0
2
0
2
8. SDN Suka indah 01
1
0
1
0
2
9. SDN Suka mulya 01
1
0
0
4
10. SDN Karang harja 01
0
0
0
0
Jml Sampel (+) Jumlah Sampel (%)
1 2 0
3 0
0 13
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
1 12
25 (8,3%)
Boraks dan Formalin dalam makanan.
Pewarna dan pemanis dalam minuman.
No. Nama SD
No. Nama SD
Jenis Pemeriksaan Makanan Boraks
Formalin
Jml Uji (+) 1
0
2. SDN Sumber Jaya 01
4
0
3. SDN Mekar sari 01
0
0
4. SDN Tambun 03
0
0
5. SDN Cipayung 02/03
2
6. SDN Mangun jaya 04
3
7. SDN Kedung waringin 01
2
8. SDN Suka indah 01
2
0
9. SDN Suka mulya 01
0
0
10. SDN Karang harja 01
3
0
Jml Sampel (+) Jumlah Sampel (%)
4 1
1 0 0
5
5 2 4
5
1. SDN Lambang Sari 03
0
5
2. SDN Sumber Jaya 01
0
5
0
5
0
5
1
3 4 5
1 17
0
0
7 7
0
5
0
4
0
0
1 38
(5,9%)
4
55
Jenis Pemeriksaan Minuman
Jml Para meter uji
Rhoda Methani Pemanis min B Yellow Sintetis Jml Jml Jml Uji (+) Uji (+) Uji (+)
Jml (+)
Uji
1. SDN Lambang Sari 03
Jml Para meter uji
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
3
3. SDN Mekar sari 01
1
0
2
0
0
0
3
4. SDN Tambun 03
1
1
1
0
1
5. SDN Cipayung 02/03
1
1
0
0
0
0
1
6. SDN Mangun jaya 04
0
0
0
0
1
0
1
7. SDN Kedung waringin 01
1
0
0
0
1
0
8. SDN Suka indah 01
0
0
0
0
2
1
9. SDN Suka mulya 01
0
0
0
0
2
10. SDN Karang harja 01
0
0
1
0
1
Jml Sampel (+) 2 Jumlah Sampel 5 5 (%) (40%)
1
0
1
0
3
2 2 0
1
0
2 2
2 10
20 (20%)
(2,6%)
Penelitian 80 sampel dari 10 SD Negeri, sebanyak 13 Sampel makanan tidak mengandung rhodamin B, sebanyak 12 Sampel makanan 1 sampel (8,3%) mengandung Methanil Yellow sebanyak 17 sampel makanan 1 sampel (5,9%) diduga mengandung boraks dan sebanyak 38 sampel makanan 1 sampel (2,6%) diduga mengandung formalin.
Dari 20 sampel pada 10 SD Negeri, sebanyak 5 sampel minuman 2 sampel (40%) diduga mengandung rhodamin B, sebanyak 5 sampel minuman tidak mengandung Methanil Yellow dan sebanyak 10 sampel minuman 2 sampel (20%) diduga mengandung pemanis buatan. Pembahasan Dampak kesehatan pewarna sintetis methanyl yellow sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
kandungan dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan kanker dan kandungan pada saluran kemih. Pewarna ini merupakan tumor promoting agent. (Gupta, 2003). Yang perlu diwaspadai dalam hal ini, bukan jumlah 1 sampel (8,3%) positif diduga mengandung methanil yellow. Tetapi makanan berupa gulali tersebut, dimungkinkan dapat dikonsumsi oleh 802 murid SDN Mangunjaya 03 dan dapat berulang dalam kurun waktu tertentu, karena penjual gilali tersebut berjualan dilingkungan sekolah setiap hari. Mengkonsumsi makanan jajanan yang mengandung methanil yellow pada anak usia pertumbuhan akan mengakibatkan gangguan kesehatan. Dampak kesehatan mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks memang tidak serta berakibat buruk secara langsung, tetapi boraks akan menumpuk sedikit demi sedikit karena diserap dalam tubuh. Seringnya mengonsumsi makanan yang mengandung boraks akan menyebabkan gangguan otak, hati, dan ginjal (Cahyadi, 2008). Dari temuan makanan jajanan anak SD dapat disimpulkan bahwa dari 17 sampel yang diperiksa diduga mengandung boraks, ditemukan 1 sampel (5,9%) positif diduga mengandung boraks , berarti di Kabupaten Bekasi masih terdapat para pedagang nakal yang menambahkan zat kimia berbahaya boraks dalam makanan yang bertujuan agar lontong dapat berbentuk kenyal dan tahan lama tanpa memperhatikan dampak kesehatan yang akan diderita anak sekolah dalam masa pertumbuhan. Dampak kesehatan formalin dalam saluran pencernaan dapat menyebabkan rasa sakit yang sangat disertai dengan
radang, ulca, dan hedrois membrane mukosa. Selain itu tidak berbeda jauh dengan efek negative dari boraks yang merupakan adalah racun bagi sel-sel tubuh, berbahaya bagi susunan syaraf pusat, ginjal, dan hati (Cahyadi, 2009). Dari temuan makanan jajanan anak SD dapat disimpulkan bahwa dari 38 sampel yang diperiksa diduga mengandung formalin, ditemukan 1 sampel (2,6%) positif diduga mengandung formalin. Berarti dikabupaten bekasi masih terdapat makanan jajanan yang dijajakan dilingkungan sekolah dasar mengandung zat kimia berbahaya formalin. Padahal formalin pada literatur dicantumkan, dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakitpenyakit seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Dampak kesehatan pewarna buatan rhodamine B, penggunaan zat pewarna ini dilarang di Eropa mulai 1984 karena rhodamine B termasuk karsinogen yang kuat. Efek negatif lainnya adalah menyebabkan gangguan fungsi hati atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati (Syah et al. 2005). Hasil uji kualitas kimia pada minuman jajanan, dari 5 sampel ditemukan 1 sampel (40%) diduga mengandung Rhodamin B. Hal ini menunjukan bahwa masih ada pemakaian zat pewarna terlarang Rhodamin B, digunakan pada minuman jajanan anak SD yang dijajakan dilingkungan sekolah terutama yang berwarna merah. Pada banyak penelitian kandungan zat kimia pewarna buatan terlarang pada makanan seperti Rhodamin B memang masih banyak ditemukan dalam jajanan anak sekolah dasar. Hal ini menunjukan bahwa masih ada pemakaian zat pewarna terlarang Rhodamin B, digunakan pada minuman jajanan anak SD yang dijajakan
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
dilingkungan sekolah terutama yang berwarna merah. Pada banyak penelitian kandungan zat kimia pewarna buatan terlarang pada makanan seperti Rhodamin B memang masih banyak ditemukan dalam jajanan anak sekolah dasar. Hasil uji kualitas kimia pada minuman jajanan, dari 10 sampel ditemukan 2 sampel (20%) diduga mengandung pemanis buatan. Hasil penelitian lain analisis zat pemanis buatan pada minuman jajanan yang dijual dipasar tradisional kota manado dari 18 sampel minuman yang diuji, ditemukan 2 sampel (11,1%) diduga mengandung pemanis buatan siklamat (Hadju, 2012). Dapat di simpulkan dari hasil dengan penelitian lainnya bahwa, pedagang minuman jajanan anak SD masih banyak yang menggunakan pemanis buatan dalam minuman yang dijajakan dilingkungan sekolah. Baik pemanis buatan askarin maupun siklamat. Yang dapat berdampak pada kesehatan anak dalam usia masa perkembangan. Dapat di simpulkan dari hasil dengan penelitian lainnya bahwa, pedagang minuman jajanan anak SD masih banyak yang menggunakan pemanis buatan dalam minuman yang dijajakan dilingkungan sekolah. Baik pemanis buatan askarin maupun siklamat. Yang dapat berdampak pada kesehatan anak dalam usia masa perkembangan. Keterbatasan penelitian. Dalam penelitian ini masih memiliki keterbatasan dari sudut kedalaman analisis yang dilakukan. Karena, penelitian kali ini hanya bersifat kualitatif yaitu mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan kimia yang dilarang keberadaannya dalam makanan. penelitian kali ini, memang hanya khusus dalam mengidentifikasi kualitas kimia dalam makanan dan minuman jajanan anak sekolah dasar
berupa pewarna buatan meliputi rhodamin B dan methanil yellow, pemanis buatan, boraks dan formalin. Untuk mengurangi kesalahan, peneliti mengarahkan sampel jajanan yang dijajakan di lingkungan sekolah yang mempunyai ciri berwarna merah terang, kuning terang, penampilan jajanan yang mengkilap serta makanan yang terlihat bertekstur elastis karena tidak semua jajanan memenuhi kriteria. Oleh karena itu pemilihan jajanan yang diteliti merupakan hasil subyektif. Kesimpulan Dari 10 SD Negeri di wilayah Kabupaten Bekasi yang dijadikan sampel diperoleh hasil penelitian, dari 80 sampel uji makanan, sebanyak 13 Sampel makanan tidak mengandung rhodamin B, sebanyak 12 Sampel makanan 1 sampel (8,3%) mengandung Methanil Yellow sebanyak 17 sampel makanan 1 sampel (5,9%) diduga mengandung boraks dan sebanyak 38 sampel makanan 1 sampel (2,6%) diduga mengandung formalin. Dari 10 SD Negeri di wilayah Kabupaten Bekasi yang dijadikan sampel diperoleh hasil penelitian, dari 20 sampel uji minuman, sebanyak 5 sampel minuman 2 sampel (40%) diduga mengandung rhodamin B, sebanyak 5 sampel minuman tidak mengandung Methanil Yellow dan sebanyak 10 sampel minuman 2 sampel (20%) diduga mengandung pemanis buatan.
Saran Bagi Sekolah. Murid sekolah dasar perlu diberikan pengetahuan tentang bahan kimia bahaya dalam makanan jajanan diantaranya pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin.
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
Murid sekolah dasar perlu diberikan alternatif untuk menghindari makanan dan minuman jajanan yang mengandung kimia berbahaya diantaranya dengan membawa bekal dari rumah. Pedagang makanan perlu diberikan pemahaman mengenai dampak kesehatan dari bahaya bahan kimia dalam makanan dan minuman jajanan diantaranya pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin. Bagi Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan perlu bekerjasama dengan BPOM untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan secara periodik terhadap makanan dan minuman jajanan anak. Terutama yang dijajakan dilingkungan Sekolah Dasar. Perlu adanya regulasi pembatasan larangan penjualan secara bebas bahan pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin dalam masyarakat. Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Perguruan perguruan Tinggi yang ada untuk mengganti fungsi dan melakukan penelitian penemuan pengganti bahan lain yang memiliki sifat sama dengan bahan pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin tetapi tidak berbahaya bagi kesehatan. Bagi Peneliti lain. Perlu dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif lebih lanjut untuk mengetahui kandungan kimia dalam makanan diantaranya pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin. Perlu dilakukan analisis secara terus menerus terhadap makanan/minuman jajanan anak sekolah dasar yang
mengandung pewarna buatan, pemanis buatan, boraks dan formalin. Dapat dijadikan referensi untuk penelitian serupa. DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, UF, 2011. Pengukuran Dampak Kesehatan (Penyakit) Akibat Perubahan Lingkungan, Penerbit Raja grafindo persada, Jakarta. Anonim, 1985. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/ 85 tentang Zat warna tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim, 1988. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 722/Menkes/Per/IX/ 1988 tentang Bahan Tambahan Makanan, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim, 1992. Cara Uji Pemanis Buatan SNI 01.2893.1992. Jakarta : SNI Anonim, 2003. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 942/Menkes/SK/VII/ 2003 tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anwar, H. 2004. Sanitasi Makanan dan MinumanPada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Pusat Pendidikan Tenaga KesehatanDepartemen Kesehatan RI. Artikel Pemanis sintetis Sakarin Di unduh dari sujarwowahyu.wordpress. com/aspartame-sakarin-dansiklamat/http://domain.karyatuli s.com/doc diunduh Sabtu 10 Mei 2014. Pukul 20.00 WIB.
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
Azizah. At.al. Anaisa zat warna sintetik terlarang untuk makanan yang beredar dipasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian UI, Vol.IV, April 2007. Cahyadi W. 2008. Analisi dan aspek kesehatan bahan tambahan pangan. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Cahyo
Nugroho,2012. Efektivitas pengawetan kayu terhadap serangan rayap menggunakan campuran boraks dengan asam borat, Jurnal Teknik Sipil Universitas Negeri Yogyakarta.
Fadilah. 2006. Identifikasi kandungan bahan tambahan makanan (BTM) pada makanan jajanan anak SDN kompleks Kota Palopo tahun 2006. Skripsi. Makassar. Universitas Hasanuddin. Indrie A, & Qanytah. Penerapan Standar Penggunaan Pemanis Buatan Pada Produk Pangan, http://www.bsn.or.id/files/ 348256349/Litbang%2020 09/Bab%206.pdf Diunduh hari Selasa, 01 April 2014 Pukul 16.00 WIB.
Judawrwanto, Widodo. 2005. Prilaku makan anak sekolah. http://www.kesulitanmakan.brav ehost.com/. Diunduh Tgl.14 Mei 2014 jam 20.00 WIB. Kajian keamanan bahan tambahan makanan pemanis buatan (http://www2.pom.go.id/nonpu
blic/makanan/standard/News1.h tml). Diunduh 15 Mei 2014 jam 20.00 WIB. Kep. BPOM RI No. Hk.00.05.5.1.4547 .Tahun 2004 Tentang Persyaratan penggunaan bahan tambahan pangan pemanis buatan dalam produk panagan. La Ode Sumarlin. Pewarna sintetis pada produk pangan yang beredar di jakarta dan ciputat Lee TA, Sci BH, Counsel. 2005. The food from hell: food colouring. The Internet Journal of Toxicology. Vol 2 no 2. China: Queers Network Research. Mudjajanto ES. Pengamat teknologi pangan dan gizi. Diunduh dari www.jurnalbogor.com.2009 diunduh Sabtu 10 Mei 2014. Pukul 20.00 WIB. Notoatmodjo, S. 1997. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan. BPKM. FKM-UI. Jakarta. Saparinto, C dan Hidayati, D. 2006. Bahan tambahan Pangan. Yogyakarta. Silalahi R, 2011. Bahan Tambahan Makanan (BTM) Universitas Sumatera Utara, http://repository.usu.ac.Id/bitstr eam/123456789/ 21770/4/Chat r%20II.pdf. di unduh 14 Mei 2014 jam 21.00 WIB. Sugiatmi, S. 2006. Analisis FaktorFaktor Resiko Pencemaran Bahan Toksik Boraks dan Pewarna Pada Jajanan Tradisional yang Dijual di Pasar-Pasar Kota Semarang Tahun 2006. Tesis. Program
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014
Studi Magister Kesehatan Lingkungan. Semarang : Universitas Diponegoro. Syah et al. 2005. Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
WHO. (1983). Environmental Health Criteria
27:
Studies
in
Guidelines
on
Environmental
Epidemiology. Geneva: World Health Organization.
Trestiati, M. 2003. Analisis Rhodamin
Winarno, F.G., 1984. Kimia Pangan
B padaMakanan dan Minuman
dan Gizi. Gramedia Pustaka
Jajanan Anak SD (Studi Kasus
Utama, Jakarta.
: Sekolah Dasar di Kecamatan Margaasih Bandung).
Kabupaten Thesis.
ITB.
Bandung
Pemeriksaan kualitas…, Leo Hariono, FKM UI, 2014