KAJIAN TEKNIK PENETAPAN RENDEMEN TEBU INDIVIDUAL PETANI DI PABRIK GULA MOJOPANGGUNG TULUNG AGUNG - JAWA TIMUR
MULYADI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis saya yang berjudul : Kajian Teknik Penetapan Rendemen Tebu Individual Petani Di Pabrik Gula Mojopanggung Tulung Agung, Jawa Timur adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Juni 2006
Mulyadi NRP: F 351020161
ABSTRACT MULYADI. Study on Technique Rendemen Determination Using Individualbased Method at Mojopanggung Sugar Factory, Tulung Agung, East Java. Under the direction of TAJUDDIN BANTACUT, M. ZEIN NASUTION and M. ROMLI. Rendemen is yield measurement of sugar production process which is a single measurement of farmer’s sugar (income). Therefore, it is important for farmer and sugar factory. The current method of rendemen determination prevails nowadays has some weaknesses. Sampling of first tapping sap is not accurate. Sugar cane sap of farmer is mixed with other farmers. Sugar cane sap content, as one of criteria of sugar cane quality, is determined equal for all sugar cane in one milling period. Therefore, rendemen determination does not reflect difference of sugar cane type and quality. This condition stimulates decrease of sugar cane quality because the farmer unwilling to maintain and improve sugar cane quality, that finally influence the total sugar production and quality. This problem should be overcome through improvement of rendemen determination technique to appraise individual achievement. Using individualbased method can be carried out through identification and seek type of relationship among factors influencing rendemen. The first step, rendemen determination is performed by using Core Sampler (CS) technique and Krepyak Mini Sampler (KMS) as alternatives. The study was carried out at Mojopanggung Sugar Factory, Tulung Agung, East Java in milling season 2005. The result showed that CS technique can be recommended as individual rendemen determination technique. The technique was more accurate, reliable, objective, and easy to conduct for estimating individual sugar cane rendemen. Furthermore, with the alternative technique, rendemen can be estimated through input components. The result of study showed that rendemen was affected by input components such as : N-fertilizer application at level 0 – 0,8 ton/ha ZA, delay time (“kewayuan”) at 0 – 4,5 days and brix (%). The relationship between rendemen and input components is described in regression quotient : Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3 where : Y = Rendemen (%); X1 = N-fertilizer application (ton/ha ZA); X2 = delay time or “kewayuan” (days); and X3 = brix (%).
ABSTRAK MULYADI. Kajian Teknik Penetapan Rendemen Tebu Individual Petani Di Pabrik Gula Mojopanggung Tulung Agung Jawa Timur. Dibimbing oleh TAJUDDIN BANTACUT, M. ZEIN NASUTION dan M. ROMLI. Rendemen merupakan tolok ukur hasil dari proses produksi gula, sehingga penting bagi petani dan pabrik gula. Penentuan rendemen yang berlaku saat ini mempunyai kelemahan. Sampling nira perahan pertama tidak akurat, nira dari tebu petani yang satu tercampur dengan petani lain. Kadar nira tebu, sebagai salah satu kriteria kualitas tebu, ditetapkan sama untuk semua tebu dalam satu periode giling. Dengan demikian, hasil penetapan rendemen tidak mencerminkan perbedaan jenis dan mutu tebu. Kondisi ini mendorong terjadinya penurunan kualitas tebu karena petani enggan meningkatkan kualitas tebu yang dihasilkan, sehingga terjadi disinsentif terhadap peningkatan produksi gula. Masalah ini perlu diatasi dengan cara menggunakan teknik penetapan rendemen alternatif yang menghargai prestasi individu. Penggunaan metoda berbasis individu dapat dilakukan melalui identifikasi dan mencari bentuk hubungan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendemen. Sebagai langkah awal, dilakukan pengukuran rendemen menggunakan metoda sampling dengan teknik Core Sampler (CS) dan Krepyak Mini Sampler (KMS) sebagai alternatif. Penelitian dilaksanakan di PG Mojopanggung, Tulung Agung-Jawa Timur pada musim giling 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik CS dapat direkomendasikan sebagai teknik penetapan rendemen individu. Teknik tersebut lebih akurat, terpercaya, obyektif dan mudah dilakukan untuk penetapan rendemen tebu secara individual petani. Selain itu, dengan teknik penetapan alternatif ini, rendemen dapat diduga melalui komponen-komponen input. Hasil penelitian menunjukkan rendemen dipengaruhi oleh komponen input berupa pemupukan N pada level 0 sampai 0,8 ton/ha ZA, kewayuan pada 0 sampai 4,5 hari dan total padatan terlarut atau brix (%). Hubungan antara rendemen dengan komponen-komponen input tersebut dinyatakan dalam persamaan regresi : Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3 dimana : Y = Rendemen (%), X1 = Pemupukan N (ton/ha ZA), X2 = Kewayuan (hari), dan X3 = Brix (%)
© Hak cipta milik Mulyadi, tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa seizin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagianatau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya.
KAJIAN TEKNIK PENETAPAN RENDEMEN TEBU INDIVIDUAL PETANI DI PABRIK GULA MOJOPANGGUNG TULUNG AGUNG - JAWA TIMUR
MULYADI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
Kupersembahkan untuk Istriku tercinta Trias Retno Wardhani dan anak-anakku tersayang Alika Pratama, Luthfan Natakesuma dan Nurul Najmi
PRAKATA Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis yang berjudul “Kajian Teknik Penetapan Rendemen Tebu Individual Petani Di Pabrik Gula Mojopanggung Jawa Timur”. Tesis ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister Sain pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Komisi Pembimbing : Dr. Ir. Tajuddin Bantacut, M.Sc sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Muhammad Romli, M.Sc dan Ir. M. Zein Nasution, M.App.Sc sebagai anggota yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 2. Bapak Bambang Edi Santoso dan Subhanuel Bahri serta teman-teman lain di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Pasuruan yang banyak memberikan bantuan fasilitas, akomodasi dan bimbingan teknis kepada penulis selama pelaksanaan penelitian. 3. Direksi dan Staf Pabrik Gula Mojopanggung
Jawa Timur yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian di PG Mojopanggung. 4. Teman-teman Deptan seangkatan : Napisman, Dewi D. dan Dian Handayani yang telah banyak membantu mendorong penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis. 5. Sitti Zakiah, Doni Hidayat, Deny Sumarna, dan seluruh teman-teman TIP SPsIPB 2002 yang telah membantu memberikan saran-saran perbaikan, mengedit naskah, serta mencari dan mengcopy bahan pustaka demi rampungnya penulisan tesis ini. 6. Teman-teman kantor, khususnya di Inspektorat III Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian yang telah memberikan pengertian dan dorongan moril kepada penulis. 7. Selanjutnya kepada semua pihak yang telah ikut membantu penulis mulai dari usulan penelitian hingga selesainya tesis ini diucapkan terima kasih.
ii
8. Tak lupa pula, secara khusus penulis ucapkan ribuan terima kasih kepada istriku tercinta Trias Retno Wardhani dan anak-anakku tersayang Desti, Rama, Ifan dan Najmi yang telah rela berkorban dan mendorong penulis menyelesaikan studi. Akhirul kata, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan manfaat tesis ini dikemudian hari.
Bogor,
Juni 2006
Mulyadi
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Mei 1962 sebagai anak tunggal dari pasangan Jahudin Latief dan Rohella Ali.
Pendidikan sarjana
ditempuh di Program Studi Agronomi, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Lampung, lulus pada tahun 1986. Pada tahun 2002, penulis diterima di Program Studi Teknologi Industri Pertanian Sekolah Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Departemen Pertanian Republik Indonesia. Penulis bekerja sebagai auditor di Inspektorat Jenderal Departemen Pertanian sejak tahun 1996 dan sejak tahun 2000 hingga saat ini ditempatkan sebagai auditor pada Inspektorat III.
Bidang pengawasan yang menjadi
tanggungjawab Inspektorat III adalah Perkebunan dan Litbang Pertanian.
DAFTAR ISI Daftar Tabel ................................................................................................
iii
Daftar Gambar................................................................................................
iv
Daftar Lampiran .............................................................................................
v
1. Pendahuluan ..............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang ................................................................................
1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
1.3. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian...........................................................................
6
2. Permasalahan Rendemen Tebu ................................................................
7
2.1. Definisi-Definisi .............................................................................
7
2.2. Analisis Brix Dan Pol .....................................................................
9
2.2.1. Metode Analisis Brix ...................................................................
9
2.2.2. Metode Analisis Pol ....................................................................
10
2.3. Rendemen dan Produksi Tebu ........................................................
10
2.4. Proses Pengolahan Tebu Menjadi ..................................................
12
2.5. Cara Penetapan Rendemen Tebu Di Indonesia Saat Ini ................
15
2.6. Metode Penetapan Rendemen Tebu Alternatif ..............................
18
2.6.1. Metode Penetapan Rendemen Dengan Krepyak Mini Sampler ..
18
2.6.2. Metode Penetapan Rendemen Dengan Refraktometer ................
19
2.6.3. Metode Penetapan Rendemen Dengan Pendekatan Core Sampler
20
2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen .............................
21
3. Metodologi Penelitian ..............................................................................
27
3.1. Metode Penelitian ..........................................................................
27
3.2. Populasi dan Sampel ....................................................................
28
3.3. Prosedur Penelitian .........................................................................
28
3.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................
30
3.5. Analisis Data ..................................................................................
32
3.6. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
33
4. Hasil Dan Pembahasan .............................................................................
34
4.1. Penetapan Rendemen Individual Petani .........................................
34
4.2. Penetapan Rendemen Berdasarkan Faktor-Faktor Input ................
36
ii
4.2.1. Deskripsi Data ............................................................................
36
4.2.2. Analisis Regresi Dan Korelasi ....................................................
38
4.2.3. Aplikasi Persamaan Regresi Dalam Penetapan Rendemen .........
44
4.3. Hubungan Rendemen Dengan Varietas .........................................
46
4.4. Hubungan Rendemen Dengan Varietas Dan Lahan Irigasi ...........
48
4.5. Korelasi Antar Variabel ..................................................................
53
4.6. Implementasi Hasil Penelitian .......................................................
54
5. Kesimpulan dan Saran .............................................................................
56
5.1. Kesimpulan ...................................................................................
56
5.2. Saran ...............................................................................................
57
Daftar Pustaka ...............................................................................................
58
Lampiran ........................................................................................................
62
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Areal Tanam, Produktivitas dan Produksi Tebu .....................................
11
2. Rata-Rata Rendemen dan Produktivitas Gula Antar Beberapa Negara Produsen .....................................................................................
12
3. Komposisi Tebu ......................................................................................
14
4. Deskripsi data rendemen dengan metoda KMS, PCS dan Kontrol ........
34
5. Analisis Ragam Metoda Penetapan Rendemen ......................................
35
6. Deskripsi rendemen, jenis tebu, tingkat keprasan, pemupukan, kondisi tebu, jenis lahan, brix kebun dan efisiensi pabrik.......................
36
7. Hasil pengujian normalitas data semua variabel ....................................
38
8. Hasil analisis regresi berganda dan korelasi parsial antar variabel bebas
39
9. Ringkasan model regresi ........................................................................
40
10. Analisis Ragam Regresi Berganda .........................................................
41
11. Aplikasi pemakaian persamaan regresi ..................................................
44
12. Aplikasi pemakaian persamaan regresi dengan perubahan komponen input ........................................................................................................
45
13. Aplikasi pemakaian persamaan regresi dengan perubahan komponen brix ..........................................................................................................
45
14. Deskripsi pendugaan rendemen berbasis varietas ..................................
47
15. Deskripsi pendugaan rendemen berbasis varietas dan lahan ..................
49
16. Tingkat korelasi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat ........
53
DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Alur pengolahan tebu menjadi gula kristal ................................................ 15 2. Hubungan antara variabel penelitian …………………………………….
26
3. Prosedur penelitian utama ……………………………………………….
28
4. Grafik Rendemen Dengan Metode Penetapan KMS, PCS dan Kontrol ...
35
5. Diagram kenormalan variabel rendemen ..................................................
38
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Lembar Kuesioner ……………………………………………………………. 63 2. Hasil Pengamatan dan Analisis Penelitian Penetapan Rendemen Individu ….. 64 3. Hasil Pengamatan dan Analisis Faktor-Faktor Input Yang Mempengaruhi Rendemen .........................................................................................................
71
4. Ringkasan Hasil Perhitungan Regresi Berganda .............................................. 72 5. Kajian Teknik Penetapan Rendemen Tebu Individual Petani Di Pabrik Gula Mojopanggung ................................................................................................. 75 6. Data Taksasi Bahan Dalam Proses ................................................................... 82 7. Bagan Perhitungan Winter Rendemen .............................................................. 91 8. Rendemen PG-PG Lingkup PTPN X Tahun Giling 2005 …………………… 92
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka rendemen yang digunakan untuk menghitung hasil di pabrik gula adalah rasio antara hasil gula kristal (hablur) dengan bobot tebu yang digiling (LP IPB, 2002; Purwono, 2002).
Dengan kata lain,
rendemen adalah kristal nyata
diperoleh % tebu digiling atau lebih dikenal dengan kristal nyata % tebu (Harisutji, 2001; Santoso dan Martoyo, 2000). Menurut Hommes (1932 dalam Meade dan Chen, 1977), yang dimaksud dengan rendemen adalah jumlah gula yang dapat dihasilkan setiap 100 bagian berat tebu. Dalam konteks Indonesia, faktor rendemen menjadi sangat penting karena tebu yang dihasilkan petani tidak secara langsung dijual kepada pihak pabrik gula (PG).
Petani menyerahkan tebu kepada PG untuk diolah menjadi gula.
Perhitungan pembagian ditetapkan berdasarkan jumlah gula yang dihasilkan dengan sistem “bagi hasil” antara pihak PG dan pihak petani dengan perbandingan 65-66 % untuk petani dan 34-35 % untuk PG. Kurangnya pengetahuan petani dan kerumitan
dalam
pengukuran
rendemen
menimbulkan
kecurigaan
PG
memanipulasi rendemen gula. Dilain pihak, PG menilai mutu tebu kurang baik karena banyak mengandung kotoran dan petani hanya mengejar bobot tebu saja (Woeryanto, 2000).
Hasil penelitian Lembaga Penelitian IPB (2002)
menyebutkan bahwa persoalan yang seringkali muncul dan dirasakan belum memuaskan petani adalah perhitungan tingkat rendemen. Rendemen yang digunakan di Indonesia adalah tolok ukur perolehan gula yang ditentukan setiap satu periode giling (15 harian) berdasarkan kristal nyata yang dihasilkan dari tebu yang digiling. Sejak diberlakukannya program Tebu Rakyat Intensifikasi (Inpres No 9 tahun 1975), tebu ditanam dan dikelola oleh petani tebu rakyat (PTR), sedangkan pabrik gula hanya menggiling tebu tersebut dengan sistem bagi hasil. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua Badan Pengendali Bimas Nomor 013/SK/MENTAN/BPB/3/76 tanggal 5 Maret 1976 tentang Pedoman Penentuan Rendemen Tebu Rakyat Yang Diolah Pabrik Gula,
2
rendemen ditetapkan berdasarkan pada analisis nilai nira perahan pertama. Untuk melindungi PTR dari resiko ketidakefisienan pabrik gula, ditetapkanlah faktor rendemen minimum yang konstan dan berlaku bagi suatu wilayah tertentu. Sebaliknya, untuk melindungi pabrik gula, digunakan suatu faktor koreksi rendemen (Anonim, 1984). Cara penetapan rendemen tebu seperti diatas masih mempunyai kelemahan, yaitu : a. Mutu tebu (nilai nira) dipersamakan bagi tebu yang digiling pada jam yang sama, sedangkan Faktor Rendemen diperlakukan sama bagi tebu yang digiling selama satu periode (15 hari). Dengan demikian tidak dapat dibedakan antara rendemen tebu petani yang satu dengan lainnya (Santoso dan Bahri, 2004). b. Penelitian Kusbiyanto, et al. (1982), menyimpulkan bahwa metode penetapan rendemen yeng digunakan pada waktu itu dan sampai saat ini masih digunakan tidak dapat membedakan kualitas tebu masing-masing petani. c. Berdasarkan pelaksanaan proses penggilingan tebu di pabrik, permasalahan sampling nilai nira perahan pertama (NNPP) menjadi kendala khususnya untuk pabrik gula yang besar dengan kapasitas giling > 3000 TCD (ton cane per day) menjadi tidak akurat. Hal ini disebabkan umpan tebu berasal dari beberapa meja (>2 meja) sehingga nira dari tebu petani yang satu tercampur dengan petani lain. Dengan demikian nira yang berasal dari tebu dengan kualitas baik akan bercampur dengan nira tebu lain yang kualitasnya berbeda (Mochtar, et al. 1993; LRPI, 2004). Penelitian Partowinoto (1996) menunjukkan bahwa hasil penetapan rendemen tidak mencerminkan tebu individu petani karena tidak menghargai prestasi individu. Akibatnya, para petani yang awalnya bekerja keras untuk berprestasi akan kecewa karena tidak menemukan perbedaan nyata dengan petani yang berprestasi lebih rendah. Input usahatani berupa bibit, pupuk dan tenaga kerja yang berbeda tidak membedakan pendapatan petani (Adisasmito, 1998; Murdiyatmo, 2000). Petani yang merasa mempunyai tebu berkualitas baik namun rendemen tebunya tidak berbeda nyata dengan rendemen tebu lain yang berkualitas lebih rendah, merasa dirugikan dan timbul kecurigaan terhadap PG karena penetapan rendemen tersebut dilakukan oleh PG. Timbul hubungan yang
3
kurang harmonis antara PG dan petani, kondisi kemitraan menjadi tidak kondusif dan
terjadi
disinsentif
terhadap
peningkatan
produksi
(Husodo,
2000;
Partowinoto, 1996; Woeryanto, 2000). Oleh karena itu, perbaikan industri gula saat ini harus menyentuh aspek pengukuran kualitas tebu yang mampu mengukur prestasi petani secara individual serta menjamin akurasi pengukuran tersebut (LRPI, 2004; Roesmanto dan Nahdodin, 2001; Santoso dan Bahri, 2004).
Teknik dan sistem penetapan
rendemen yang lebih transparan dan adil sangat diperlukan untuk mendorong petani memproduksi tebu dengan rendemen yang tinggi (Roesmanto dan Nahdodin, 2001). Penelitian Martoyo dan Santoso (2003) melaporkan bahwa penetapan rendemen individual petani dapat dilakukan dengan cara sampling terhadap tebu yang akan digiling dengan menggunakan alat sampling.
Selain dengan cara sampling
tersebut, pendugaan rendemen tebu secara individual petani juga dapat dilakukan berdasarkan komponen-komponen input kebun yang mempengaruhi rendemen (Purwono, 2002; Santoso dan Martoyo, 1994). Cara sampling yang sudah digunakan di Indonesia adalah dengan menggunakan metoda krepyak mini sampler (KMS) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2003 di PG Mojopanggung dan PG Ngadirejo, Jawa Timur (LRPI, 2004; Martoyo dan Santoso, 2003).
Namun demikian, metode ini belum mampu mengatasi
kemungkinan tercampurnya nira tebu pada PG dengan kapasitas besar yang menggunakan meja tebu 3 buah atau lebih (Martoyo dan Santoso, 2004), sehingga diperlukan pengaturan khusus dalam menata antrian truk/lori agar nira tebu tidak tercampur (LRPI, 2004; Martoyo dan Santoso, 2004). Disamping metode krepyak mini sampler, teknik sampling yang sudah digunakan di beberapa negara seperti India, Thailand, serta Amerika Serikat adalah dengan menggunakan metode core sampler (LRPI, 2004; Partowinoto, 1996; Santoso dan Bahri, 2004). Metode ini mampu membedakan nilai nira dari masing-masing
4
lori/truk (Partowinoto, 1996).
Teknik sampling ini belum pernah dicoba di
Indonesia, sehingga untuk dapat diterapkan di Indonesia perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Hasil penelitian Santoso dan Martoyo (1994) serta Purwono (2002) terhadap komponen brix tebu di kebun,
yaitu suatu satuan yang menyatakan persen
berat/berat (b/b) zat padat terlarut suatu larutan yang dalam hal ini adalah perkiraan jumlah gula yang dapat dikristalisasi dari batang tebu (Harisutji, 2001), melaporkan bahwa brix kebun dapat digunakan untuk menduga besarnya rendemen tebu petani secara individual. Permasalahannya, pendugaan rendemen dengan hanya berdasarkan nilai brix kebun belum sepenuhnya akurat karena komponen-komponen input lainnya yang juga berpengaruh terhadap tinggirendahnya rendemen belum diperhitungkan (Santoso dan Martoyo, 1994). Komponen-komponen input tersebut antara lain : varietas tebu (Darmodjo, 1995), tingkat keprasan (Arsana, et al, 1997; Rasyid, 1992), stadia kemasakan tebu saat ditebang (Sunantyo, 1992), pemupukan (Dharmawan, 1992), banyaknya kotoran yang terangkut dan ikut digiling (Yates, 1996 dalam Martoyo, 2000), adanya delay-time sejak tebang hingga saat digiling atau yang dikenal dengan istilah kewayuan (Santoso, et al, 1996), serta efisiensi pabrik dalam memproses tebu menjadi gula (Hommes, 1932 dalam Meade dan Chen, 1977). Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang menggunakan berbagai komponen input dalam pendugaan rendemen. Penelitian ini diharapkan dapat mempelajari serta menetapkan teknik dan sistem penetapan rendemen tebu yang dapat mengukur prestasi petani secara individul dan secara teknis akurat. Selain itu, diharapkan dapat dipelajari dan diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen tinggi.
Hubungan antara faktor-
faktor tersebut menjadi acuan penetapan metode alternatif pengukuran rendemen yang dapat mengatasi permasalahan tersebut.
5
1.2. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mempelajari teknik penetapan rendemen tebu alternatif yang akurat, terpercaya, obyektif dan mudah dilakukan untuk penetapan rendemen tebu secara individual petani di pabrik gula. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk : a. Melakukan pendugaan rendemen tebu secara individual petani melalui dua pendekatan, yaitu : 1) Mempelajari teknik penetapan rendemen tebu secara individual petani yang akurat, terpercaya serta mudah dilakukan di tingkat pabrik 2) Mengidentifikasi dan mempelajari faktor-faktor karakteristik tanaman tebu di tingkat kebun yang mempengaruhi rendemen serta mencari bentuk hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan rendemen. b. Membuat model penetapan rendemen individual petani yang baik, mudah diterapkan dan sesuai dengan kondisi pabrik gula Indonesia.
1.3. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah : a. Penelitian dilaksanakan di Pabrik Gula (PG) Mojopanggung, Tulung Agung – Jawa Timur. b. Petani dan kebun tebu sampel merupakan petani yang menggilingkan tebunya di PG tersebut pada musim giling 2005. c. Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor input yang mempengaruhi besarnya rendemen yang dihasilkan. d. Melakukan uji coba penetapan rendemen berdasarkan kondisi faktor-faktor input yang mempengaruhi rendemen. e. Melakukan penentuan rendemen skala pabrik menggunakan sampling cara “pendekatan core sampler” sebagai teknik penetapan rendemen individual petani.
6
1.4. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu sebagai berikut : a. Menghilangkan kecurigaan dan meningkatkan kepercayaan petani kepada pabrik gula untuk memasok tebu yang bermutu baik. b. Tercipta suasana yang kondusif sehingga mendorong kedua belah pihak untuk membangun kemitraan yang lebih baik dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri gula. c. Memicu gairah petani untuk meningkatkan kualitas tebu yang kemudian mendorong terjadinya peningkatan rendemen. d. Peningkatan rendemen pada akhirnya akan dapat meningkatkan daya saing industri gula serta peningkatan pertumbuhan wilayah.
2 PERMASALAHAN RENDEMEN TEBU 2. 1 Definisi-definisi Berdasarkan modul penentuan rendemen tebu (Harisutji, 2001) dan Cane Sugar Handbook (Meade dan Chen, 1977) dapat didefinisikan istilah-istilah yang lazim digunakan dalam penetapan rendemen tebu sebagai berikut : a. RENDEMEN (Hablur % tebu) Jumlah gula yang dapat dihasilkan setiap 100 bagian berat tebu. Pengertian rendemen disini adalah rendemen sementara, karena masih belum dikoreksi. Untuk menghitung rendemen sementara digunakan rumus Hommes (1932 dalam Meade dan Chen, 1977), yaitu : Rendemen = Nilai Nira perahan pertama (NNPP) x Faktor Rendemen. b. INDIVIDUAL Yang dimaksud dengan individual dalam penelitian ini adalah setiap lori atau truk yang digunakan untuk mengangkut tebu yang akan digiling. c. PETANI Pemilik tebu yang tebunya akan digiling.dan dimuat dalam lori atau truk secara sendiri-sendiri, tidak bercampur dengan tebu orang lain. d. BRIX (derajat brix, obx) Satuan yang menyatakan persen berat/berat (b/b) zat padat terlarut suatu larutan. Bila larutannya adalah sakarosa murni, maka brix = % sakarosa; tetapi bila tidak murni, maka brix selain terdiri dari sakarosa juga mengandung zat padat terlarut lainnya. e. POL (% pol) Adalah konsentrasi (gram solute/100 gram larutan) larutan sakarosa murni dalam air. Untuk larutan sakarosa murni, maka pol = konsentrasi sakarosa; sedangkan untuk larutan yang terdiri dari sakarosa dan zat-zat optik lain, maka
8
pol merupakan jumlah aljabar rotasi zat-zat penyusunnya. Untuk nira yang “normal” kontribusi sakarosa sangat dominan, sehingga zat optik lainnya dapat diabaikan. Dasar pengukurannya menggunakan satuan derajat gula internasional (oZ/oS/oV). 100 oZ = putaran optik suatu larutan “normal” sakarosa yang diukur pada 587 nm, 20 oC dan tabung polarisasi 200 mm. Larutan “normal” sakarosa adalah larutan sakarosa murni 26.000 gram dalam air murni yang dilarutkan pada 20 oC hingga volume 100 ml. f. GULA Produk utama pabrik gula yang merupakan butiran kristal “sakarosa” yang keluar dari masakan dan mengandung sedikit kotoran (impurities). Kualitas atau jenis gula antara lain dibedakan menurut derajat pol-nya. g. SAKAROSA Gula murni, merupakan senyawa disakarida α- D- glucopyranosyl β- Dfructofuranoside h. HARKAT KEMURNIAN (HK), purity Merupakan perbandingan persentase antara pol (sakarosa) dengan zat padat terlarut total (brix). HK pol = (pol/brix) x 100 %
HK sakarosa = (sakarosa/brix) x 100 %
i. NILAI NIRA Suatu gambaran teoritis jumlah gula yang dapat dikristalkan dari suatu larutan gula (nira) dengan cara penghabluran/kristalisasi. Karena kristalisasi sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan bukan gula yang terbawa dalam larutan, maka tidak semua gula dalam larutan tersebut dapat dikristalkan. Semakin besar bahan bukan gula semakin kecil gula yang dapat dikristalkan.
9
Untuk menghitung nilai nira digunakan rumus Winter Carp (Meade dan Chen, 1977), yaitu : Nilai Nira (nn) = pol – 0,4 (brix – pol) j. NILAI NIRA PERAHAN PERTAMA (NNPP) Adalah nira yang keluar dari gilingan pertama, yang belum tercampur air imbibisi atau bahan-bahan lain. k. TEBU (Sugar Cane) Bahan baku dari Saccharum officinarum yang dikirim ke gilingan, termasuk didalamnya tebu bersih, kotoran (trash) dan bahan asing lain yang terbawa.
2.2. Analisis Brix dan Pol Dalam analisis nira tebu dikenal istilah brix, pol, Harkat Kemurnian (HK), nilai nira, rendemen sementara, dan rendemen tebu giling (rendemen nyata, rendemen realisasi atau rendemen efektif).
Analisis Brix dan Pol merupakan dasar-dasar
perhitungan dan kontrol pabrikasi pabrik gula. Dengan melakukan analisis ini dapat diperkirakan jumlah gula yang akan diperoleh seorang pemilik tebu yang akan menggilingkan tebunya di pabrik gula. 2.2.1. Metode Analisis Brix Analisis brix bisa menggunakan 3 (tiga) cara dengan menggunakan alat yang berbeda, yaitu (Harisutji W., 2001) : (1)
Cara refraktometris, dengan menggunakan alat refraktometer.
Prinsip
kerja: sudut bias suatu sinar radiasi yang melalui larutan gula (nira) tergantung pada konsentrasi dan temperatur dari larutan tersebut. Dengan temperatur konstan, konsentrasi (brix) larutan gula (nira) dapat diketahui dengan mengukur index bias larutan tersebut. Kalibrasi refraktometer brix dengan menggunakan larutan sakarosa murni; (2)
Cara timbangan hydrometer (timbangan brix), dengan menggunakan alat timbangan brix/brix weger/brix hydrometer. Prinsip kerja : gaya tekan ke
10
atas suatu benda yang dicelupkan ke dalam cairan (larutan gula/nira) tergantung pada berat jenis larutan tersebut. Brix hydrometer dilengkapi dengan thermometer dan koreksi pengukuran sesuai dengan suhunya. Cara kalibrasinya dengan menggunakan larutan sakarosa murni. (3)
Cara piknometris, dengan menggunakan alat piknometer. Prinsip kerja : brix larutan bisa ditemukan dengan mengukur berat jenisnya. Melalui tabel hubungan antara berat jenis dan brix larutan maka dapat dihitung brix larutan.
2.2.2. Metode Analisis Pol Salah satu cara melakukan analisis pol adalah dengan menggunakan alat yang disebut polarimeter/sakarimeter/sakaromat.
Prinsip kerja :
berdasarkan
pengukuran sudut pemutaran bidang polarisasi oleh larutan gula. Besarnya sudut putar tergantung pada konsentrasi larutan, ketebalan larutan yang dilewati sinar (panjang tabung polarisasi), temperatur dan panjang gelombang. Kalibrasinya dengan menggunakan standar tabung kwarsa yang mempunyai nilai putaran optik yang tetap. Perhitungan persen pol menurut Winter Carp (Meade dan Chen, 1977) : % pol = { (26 x oZ) / (100 x BJ) } x (1,1). BJ = berat jenis nira, dihitung dari tabel hubungan antara brix dan BJ o
Z = pembacaan derajat polarisasi
2.3. Rendemen dan Produksi Tebu Luas areal tebu dalam negeri cenderung terus menurun rata-rata 1,72 persen per tahun selama tahun 1993-2004 (Sekretariat Dewan Gula, 2004). Penurunan areal tanam yang cukup drastis terjadi pada tahun 1999, yaitu sebesar 9,9 persen, sebagai akibat dari dihapuskannya kebijakan TRI serta adanya konversi lahan. Penurunan areal juga diikuti dengan menurunnya produktivitas tebu dengan laju sebesar 1,42 per tahun (Rusastra, et al. 2000). Pada tahun 1999, penurunan produktivitas mencapai 12,26 persen, yaitu dari 71,8 ton/ha menjadi 62,8 ton/ha. Semakin rendahnya luas areal dan produktivitas tebu menyebabkan produksi tebu
11
nasional juga semakin rendah, menurun hingga 3,01 persen per tahun. Penghapusan TRI pada tahun 1999, menyebabkan produksi tebu menurun drastis sebesar 1,25 persen (Tabel 1). Rendahnya produksi gula nasional antara lain juga disebabkan tidak efisiennya pabrik-pabrik gula (PG) yang ada (Husodo, 2000; Murdiyatmo, 2000; Woeryanto, 2000). Pada masa kejayaan industri gula di tahun 1930, Indonesia memiliki 179 Pabrik Gula (PG). Jumlah PG semakin menurun karena secara ekonomis tidak menguntungkan. Jumlah PG per September 2003 tercatat sebanyak 58 unit PG milik BUMN dan 6 PG milik swasta (Sekretariat Dewan Gula, 2004). Dari 58 PG tersebut, 46 PG berada di Jawa dan 12 PG berada di luar Jawa. Pada umumnya PG-PG beroperasi jauh dibawah kapasitas giling. Sebagian besar PG mempunyai kapasitas giling yang kecil (<3.000 TCD) karena mesin yang telah berumur lebih dari 75 tahun serta tidak mendapat perawatan yang memadai, sehingga menyebabkan biaya produksi per kg gula tinggi (Arifin, 2000). Tabel 1. Areal Tanam, Produktivitas dan Produksi Tebu Tahun
Areal (ha)
Produktivitas(ton/ha)
Produksi Tebu (ribu ton)
1993 1994 1995 1996
420.687 428.726 420.630 403.266
89,4 71,2 71,5 70,9
37.593.146 30.545.070 30.096.060 28.603.531
1997 1998 1999 2000
385.669 378.293 340.800 340.660
72,5 71,8 62,8 70,5
27.953.841 27.177.766 21.401.834 24.031.355
2001 2002 2003 2004
344.441 350.723 335.725 344.852
73,1 72,8 67,4 73,0
25.186.254 25.533.431 22.631.109 25.172.380
Sumber : Sekretariat Dewan Gula, 2004. Rendemen yang dihasilkan PG-PG juga sangat menurun dan selama 10 tahun terakhir (1993-2004) relatif berfluktuasi dengan rata-rata mencapai 7,24 %, jauh
12
lebih rendah dibandingkan 10 tahun sebelumnya (1983-1992) yang dapat mencapai 9,8 %. Produktivitas gula yang dihasilkan PG-PG nasional selama 10 tahun terakhir (1993-2004) juga relatif rendah dengan rata-rata 5,12 ton/ha. Demikian juga produksi gula yang dihasilkan PG-PG tersebut relatif rendah dan cenderung menurun dengan rata-rata 3,3 persen per tahun (Sekretariat Dewan Gula, 2004). Dibandingkan dengan negara Asia lainnya seperti Thailand, Cina, India, Jepang dan Philipina, rata-rata produktivitas tebu Indonesia sebenarnya relatif tinggi dan mendekati produktivitas Amerika Serikat. Namun dalam hal rata-rata rendemen dan rata-rata produktivitas gula, Indonesia menempati posisi terendah (Tabel 2).
Tabel 2. Rata-Rata Rendemen dan Produktivitas Gula Antar Beberapa Negara Produsen Negara
Rata-rata Produktivitas tebu (ton/ha)
Jepang Thailand Cina India Philipina Indonesia USA
64,09 56,76 59,16 69,33 60,70 70,13 78,44
Rata-rata Rendemen (%) 11,53 10,97 11,84 10,90 8,26 7,06 11,61
Rata-rata Produktivitas Gula (ton/ha) 7,41 6,24 7,00 7,56 5,00 4,95 9,11
Sumber : Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, 2003 2.4. Proses Pengolahan Tebu Menjadi Gula Angka rendemen yang digunakan untuk menghitung hasil di pabrik gula adalah rasio antara hasil gula kristal (hablur) dengan bobot tebu yang digiling disebut rendemen nyata (Anonim, 1984; LP IPB, 2002; Purwono, 2002). Jika dihitung dalam persentase, maka rendemen adalah kristal nyata diperoleh % tebu digiling atau lebih dikenal dengan kristal nyata % tebu (Harisutji, 2001; Santoso dan
13
Martoyo, 2000). Dengan demikian perhitungan rendemen nyata yang diperoleh dapat dilakukan dengan rumus:
Bobot hablur Rendemen nyata = ------------------- x 100 Bobot tebu Dari perhitungan ini berarti gula yang diperoleh adalah hanya gula yang dihasilkan dalam bentuk kristal selama satu periode proses.
Kenyataannya,
selama proses terjadi kehilangan gula yang sangat dipengaruhi oleh efisiensi pabrik gula. Kehilangan gula selama proses kemungkinan terbawa dalam bagase (ampas), filter cake (blotong) atau molases (tetes) (LP IPB, 2002). Gula yang dapat dikristalkan merupakan bagian dari total padatan terlarut yang terkandung dalam tebu. Total padatan terlarut tersebut terdiri dari gula dan bukan gula (Winter Carp dalam Meade dan Chen, 1977). Komposisi tebu secara umum dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :
14
Tabel 3. Komposisi Tebu Komponen Air Zat padat : Sabut Zat padat terlarut Komposisi Nira : Gula Sakarosa Glukosa Fruktosa Garam-garam : Garam asam anorganik Garam asam organik Asam-asam organik bebas : Asam karboksilat Asam-asam amino Zat-zat organik non gula lain : Protein Amilum Gum Lilin, lemak Lainnya
% tebu 73 – 76 24 – 27 11 – 16 10 – 16 % padat zat terlarut : 75 – 92 70 – 88 2–4 2–4 3,0 – 7,5 1,5 – 4,5 1,0 – 3,0 0,5 – 2,5 0,1 – 0,5 0,5 2,0 0,5 – 0,6 0,001 – 0,050 0,3 – 0,60 0,05 – 0,15 3,0 – 5,0
Sumber : Meade dan Chen (1977)
Penggilingan yang kurang baik menyebabkan sebagian gula masih terbawa dalam bagase. Pada saat proses pemurnian nira kotor menjadi nira jernih dapat terjadi kehilangan gula bersama dengan filter cake (blotong). Kehilangan gula lainnya adalah pada saat pemisahan antara kristal gula dengan tetes (Santoso, 1998). Kehilangan gula biasanya dinyatakan dalam pol % tebu, pada pabrik-pabrik gula di Jawa Timur berkisar antara 1,5 hingga 2,5% (Dinas Perkebunan Jawa Timur, 2005).
Pada
Gambar 1 disajikan secara ringkas alur pengolahan gula dan
kemungkinan terjadinya kehilangan gula.
15
Tebu
Penggilingan
Bagase (ampas)
Nira kotor
Pemurnian
Nira bersih
Filter cake (blotong)
Pemasakan
Kehilangan gula (1,5-2,5%)
Nira kental Kristalisasi
Molases (tetes)
Gula pasir
Gambar 1. Alur Pengolahan Tebu Menjadi Gula Kristal
2.5. Cara Penetapan Rendemen Tebu di Indonesia Saat ini Rendemen merupakan tolok ukur perolehan gula, ditentukan setiap periode berdasarkan kristal nyata yang dihasilkan dari tebu yang digiling. Sebagai contoh, bila dinyatakan rendemen 10% maka untuk setiap 1000 kg tebu giling diperoleh sukrosa 100 kg. Tampaknya sederhana, namun dalam prakteknya pengukuran rendemen tidak mudah. Angka perbandingan sukrosa terhadap tebu yang benar baru bisa diperoleh jika pabrik gula (PG) berhenti beroperasi. Semua bahan baku digiling dan semua gula ditampung, kemudian keduanya dihitung dan dibandingkan (Ananta, 1984). Dalam kenyataannya, tebu yang masuk ke PG dimiliki oleh ratusan bahkan ribuan petani. Tebu masuk secara kontinyu dan menghasilkan gula kristal yang kontinyu pula.
Dalam kondisi seperti itu,
rendemen tebu petani yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dibedakan (Partowinoto, 1996). PG tidak bisa dihentikan sementara hanya untuk menghitung rendemen masing-masing petani.
16
Untuk mengatasi hal tersebut, maka penetapan rendemen di Indonesia dilakukan dengan menggunakan pendekatan rumus Hommes (Ananta, 1975).
Hommes
menyatakan bahwa rendemen merupakan suatu besaran yang ditentukan oleh faktor luar pabrik dan faktor dalam pabrik (Hommes, 1932 dalam Ananta, 1984). Yang dimaksud dengan faktor luar pabrik adalah nilai nira perahan pertama (NNPP), sedangkan faktor pabrik tercakup dalam Faktor Rendemen (FR). Nilai nira perahan pertama sepenuhnya tergantung kepada kualitas tebu yang digiling (Santoso, 1998). Secara matematis rumus penentuan rendemen dinyatakan sebagai berikut : Rendemen = Nilai Nira Perahan Pertama x Faktor Rendemen ….........… (1)
Awalnya, usahatani tebu berada di bawah satu manajemen pabrik gula (Ananta, 1975). Angka rendemen hanya dibutuhkan oleh PG guna keperluan intern mereka, terutama untuk mengukur kinerja proses. Sejak diberlakukannya program Tebu Rakyat Intensifikasi tahun 1975 (Inpres No. 9/1975) tebu ditanam dan dikelola oleh petani tebu rakyat (PTR), pabrik gula hanya menggiling tebu PTR dengan sistem bagi hasil berdasarkan rendemen tebu. Berdasarkan kondisi tersebut maka penentuan rendemen sebagaimana rumus Hommes di atas ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 013/SK/MENTAN/BPB/3/76 tanggal 5 Maret 1976 tentang Pedoman Penentuan Rendemen Tebu Rakyat Yang Diolah Pabrik Gula. Berdasarkan SK Mentan di atas, nilai nira perahan pertama diambil dari setiap contoh tebu yang minimal bisa memenuhi waktu giling 30 menit (Ananta, 1984).. Pada PG berkapasitas 2000 – 3000 TCD dalam waktu giling 30 menit diperlukan sekitar 60 ton tebu. Oleh karena itu, analisis nira perahan pertama dilakukan untuk setiap 60 ton tebu (Santoso, 1998). Dalam konteks tersebut, jumlah tebu yang dimiliki petani secara individu tidak dapat memenuhi kebutuhan analisis. Terkait dengan faktor rendemen di atas, dikenal istilah Winter Rendemen (WR) yang merupakan perbandingan sukrosa dalam gula hasil dengan sukrosa yang terdapat dalam nira mentah (Meade dan Chen, 1977).
Winter Rendemen
merupakan persentase jumlah hablur (sukrosa) akhir yang efektif dihasilkan
17
terhadap jumlah hablur yang terdapat dalam nira mentah yang diolah. Hablur yang dimaksud dihitung sebagai standar gula pasir (equivalent sugar granulated) yakni kristal 100% murni atau gula kristal putih. Karena winter rendemen menunjukkan kemampuan stasiun pengolahan dalam mengambil sukrosa dari nira mentah, maka nilai WR sebenarnya menggambarkan efisiensi stasiun pengolahan.
Nilai WR biasanya kurang dari 100%, karena
beberapa bagian sukrosa akan hilang selama proses pengolahan.
Kehilangan
tersebut bisa karena sukrosa terbawa ke dalam blotong setelah proses klarifikasi, terangkut ke dalam tetes, atau secara kimia sukrosa berubah menjadi senyawa lain (Santoso, 1998). Menurut Winter Carp dalam Meade dan Chen (1977), Faktor rendemen = KNT x HPB x PSHK x WR x 10-8 ............................... (2) dimana KNT : hasil kali kadar nira tebu, HPB : hasil pemerahan brix, perbandingan setara harkat kemurnian nira mentah/nira perahan pertama (PSHK) dan Winter Rendemen (WR). Dengan demikian persamaan (1) dapat diturunkan menjadi : Rendemen = NNPP x KNT x HPB x PSHK x WR x 10-8 ……................. (3) Menurut Santoso dan Bahri (2004), rumus ini biasa digunakan di Indonesia. Dalam rumus ini kualitas tebu didekati dengan NNPP x KNT x 10-2 dan efisiensi pabrik didekati dengan HPB x PSHK x WR x 10-4 (Anonim, 1984; LRPI, 2004; Santoso dan Bahri, 2004). Sehingga : Rendemen = NNPP x KNT x efisiensi pabrik x 10-2 …....................... (4). Jika mengacu kepada penentuan rendemen yang digunakan di Indonesia saat ini {persamaan (1)} dan membandingkannya dengan persamaan (4), maka seharusnya pendekatan yang terjadi adalah : Faktor Rendemen = KNT x efisiensi pabrik x 10-2
.............................................
. (5)
18
Persamaan (5) diatas menunjukkan hasil penetapan rendemen berdasarkan analisis nilai nira perahan pertama kurang menghargai prestasi individu, karena kualitas tebu yang seharusnya didekati dengan NNPP dan KNT hanya didekati dengan NNPP saja, KNT untuk semua tebu dianggap sama.
2.6. Metode Penetapan Rendemen Tebu Alternatif 2.6.1. Metode Penetapan Rendemen Dengan Krepyak Mini Sampler (KMS) Pada musim giling 2003, PG Mojopanggung dengan kapasitas giling ± 2400 TCD telah mengupayakan proyek percontohan penentuan rendemen individu yang menghargai prestasi individu dengan model sampling “krepyak mini sampler (KMS)” (Martoyo dan Santoso, 2003). Krepyak mini sampler ditujukan untuk menetapkan titik sampel individu, sedangkan ultrasonic flowmeter untuk menetapkan kadar nira perahan pertama (KNPP), sehingga rendemen ditetapkan berdasarkan formula : Rendemen = NNPP x KNPP x Faktor Kristal. Upaya untuk mengukur langsung NNPP dan KNPP untuk menilai kualitas tebu secara lebih tegas merupakan langkah yang baik dalam rangka penyempurnaan penetapan rendemen yang lebih berkeadilan. Namun demikian, hasil kajian Martoyo dan Santoso (2004) menemukan lori dengan berat tebu tinggi dan diperkirakan niranya tinggi namun kenyataannya berat niranya rendah, begitu pula sebaliknya, sehingga menyebabkan rentang nilai KNPP yang cukup besar, berkisar antara 20 – 85 %. Hal tersebut diduga karena kesalahan sistem yang hanya mengukur jumlah NNPP berdasarkan jarak (waktu) yang sama. Padahal, kenyataannya terjadi perbedaan jarak (waktu) untuk tebu lonjoran di krepyak tebu I (krepyak mini I sampler) dengan jarak (waktu) untuk tebu cacah di krepyak tebu II (krepyak mini II sampler), serta jarak (waktu) nira mengalir di talang NNPP. Dengan kondisi demikian, pada skala komersial untuk musim giling 2004 metode ini masih mempunyai kendala dalam pelaksanaannya, khususnya pengukuran KNPP dengan ultrasonic flowmeter. Untuk PG yang berkapasitas giling > 3000
19
TCD, dimana umpan tebu ke krepyak lebih dari 2 meja tebu, perlu dikaji tingkat kevalidan sampel kaitannya dengan tercampurnya nira tebu antar individu (Martoyo dan Santoso, 2004). 2.6.2. Metode Penetapan Rendemen Dengan Refraktometer Alat yang digunakan dalam metode ini adalah refraktometer presisi yang sudah dikalibrasi. Prinsip yang diterapkan adalah index bias larutan gula mempunyai korelasi dengan konsentrasi larutan tersebut ((Harisutji, 2001). Metode ini bisa digunakan untuk analisis macam-macam nira (npp, nira mentah, nira encer) atau nira kental dan tetes dengan mengencerkannya terlebih dahulu setara dengan nira encer. Prosedur analisisnya sederhana, yaitu meneteskan larutan contoh kedalam prisma refraktometer dan dibaca skala brix yang tertera serta suhunya.
Skala yang
ditunjukkan dalam alat sudah langsung menunjukkan brix, kemudian dikoreksi sesuai dengan suhu pengukuran. Brix terkoreksi = brix terbaca + koreksi brix.
Menurut Purwono (2002), diketahui bahwa terdapat korelasi yang nyata antara nilai brix (B) yang diukur dengan rendemen (R) dengan r2 = 0.82 dan persamaan regresinya adalah : R = - 0.0254 + 0.4746 B. Dengan demikian, cukup dengan memasukkan hasil pengukuran brix, maka dapat langsung diketahui nilai rendemen suatu contoh tebu. Hasil penelitian Santoso dan Martoyo (1994) di tiga pabrik gula menunjukkan bahwa hasil pengukuran brix refraktometer dan hydrometer tidak berbeda untuk contoh nira mentah dan nira encer. Semakin rendah kemurnian contoh, perbedaan hasil pengukuran semakin besar. Walaupun terdapat perbedaan hasil pengukuran, penggunaan refraktometer untuk pengawasan pabrikasi tidak menimbulkan masalah berarti, bahkan menguntungkan. Cara pemakaian refraktometer lebih
20
mudah dan cepat, hanya memerlukan contoh yang sedikit dibandingkan menggunakan hydrometer. Perbandingan hasil pengukuran refraktometer brix dan kadar bahan kering sesungguhnya dalam contoh nira mentah, nira encer, nira kental dan tetes juga dilaporkan oleh Mellet (1986) dalam Santoso dan Martoyo (1994). Pada contoh nira mentah, nira encer dan nira kental, cara refraktometer memberikan perbedaan 0,05 – 0,13 angka lebih tinggi dari kadar bahan kering sesungguhnya. Sedangkan pada contoh tetes, perbedaan itu menjadi 3,2 – 4,4 angka lebih tinggi. Hasil kajian Ekosoni, Hendroko dan Praptiningsih (1996), menunjukkan pengamatan brix dengan refraktometer-tangan pada rumpun tebu contoh telah mampu mendekati rerata brix kebun dengan simpangan hanya sebesar ± 5%. Kajian ini menyarankan mengambil 3 (tiga) rumpun contoh yang terletak pada tiga juring
berhimpitan,
masing-masing
berturutan
searah
kemiringan
lahan.
Disarankan pula untuk tidak mengambil rumpun pada jarak minimal 10 meter dari pinggir kebun. Refraktometer tangan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan di atas karena hanya membutuhkan setetes nira, yang dapat diambil tanpa merusak batang-batang tebu dan tidak menggunakan logam berat (Pb) seperti pada prosedur analisis pendahuluan.
2.6.3. Metode Penetapan Rendemen dengan Pendekatan Core Sampler (PCS) Dalam makalahnya, Partowinoto (1996) menyebutkan bahwa metode Core Sampler telah diperkenalkan sejak tahun 1975 untuk mengatasi permasalahan antara petani dengan pabrik gula, pertama kali digunakan di pabrik St. Martin di Lousiana (USA). Sistem kerja core sampler : sebuah pipa dengan diameter 8 – 10 dm, panjang ± 6m diujungnya dilengkapi semacam gergaji diputar dengan 550 sampai 1250 rpm
21
dimasukan ke tumpukan tebu di dalam truk/kontainer dengan arah datar atau menukik dengan sudut 45o. Sampel yang diambil dipotong-potong dan kemudian dicacah. Selanjutnya 1 kg cacahan tebu dipress dengan tekanan 3000 psi hingga menghasilkan nira kurang lebih 60% tebu, selanjutnya nira tersebut dianalisis pol dan brixnya. Core sampler hanya mampu membedakan mutu tebu (nilai nira) dari masing-masing truk/lori dengan pendekatan perhitungan NNPP dan KNT, sedangkan untuk menentukan besarnya rendemen perlu adanya rumus rendemen atau Faktor Rendemen (Santoso dan Bahri, 2004). Pendekatan Core Sampler (PCS) adalah metode penetapan rendemen dengan cara mengambil sampel dengan pendekatan seperti pengambilan sampel dengan menggunakan alat Core Sampler.
2.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendemen
2.7.1. Varietas Teknik bercocok tanam, meliputi pengolahan tanah, pemilihan varietas, jenis bibit, pemupukan dan waktu tanam yang tepat serta pemeliharaan yang baik, akan mendorong dihasilkannya rendemen serta bobot tebu yang tinggi, sehingga berpengaruh pada tingginya hasil gula per satuan luas kebun. Menurut Darmodjo (1995) kontribusi varietas terhadap produksi mencapai 60%. Potensi varietas tebu yang belum diintensifkannya program pemberdayaan varietas-varietas unggul baru merupakan salah satu penyebab rendahnya produktivitas hasil gula di Indonesia (Lestari, H. 2000; Mirzawan, et al., 2001) Upaya peningkatan produktivitas dengan menggunakan varietas unggul merupakan cara termurah dibandingkan cara lain, walaupun hal ini tidak dapat menyelesaikan keseluruhan masalah yang telah terjadi. Menurut Mirzawan, et al. (2001), penanaman varietas unggul baru yang lebih baik dari varietas yang telah ada dapat meningkatkan produktivitas jika kondisi lingkungan sesuai untuk varietas unggul tersebut dan varietas tersebut diperlakukan sesuai kebutuhannya.
22
Pemilihan suatu varietas tebu didasarkan kepada pertimbangan sifat kemasakan, tingkat kemantapan produksi, bakat rendemen tinggi, dan faktor-faktor lainnya (Sastrowijono dkk, 1984). Menurut Saputro (1998), varietas tebu yang baik dan diminati para praktisi mempunyai ciri-ciri antara lain : (1) Berdiameter besar, minimum 28 mm, karena dapat meningkatkan kapasitas tebang; (2) Tahan kepras, sekurang-kurangnya sampai 4 kali panen tebu kepras; (3) Tidak roboh; (4) Kanopi lebar, karena dapat menutup permukaan tanah sehingga menekan pertumbuhan gulma; dan (5) Ciri-ciri lain yang umum, yaitu rendemen tinggi, anakan cukup 3-4 batang, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, tidak berbunga serta daun tua mudah terkelupas.
2.7.2. Tingkat Keprasan Tanaman tebu yang berasal dari kebun bibit datar (KBD) disebut dengan plant cane (PC). Tanaman ini langsung ditanam dari kebun pembibitan (Hendroko, et al. 1987). Setelah panen, umumnya petani tidak lagi menanam bibit tebu baru, melainkan dikepras dan ditumbuhkan kembali dari tunas-tunas yang masih ada. Tanaman seperti ini disebut dengan ratoon atau tanaman keprasan. Menurut survai yang dilakukan Ditjen BP Perkebunan Departemen Pertanian (2004), petani menanam tanaman keprasan (ratoon) sampai lebih dari 15 kali. Tingginya tingkat keprasan tersebut menurut Arsana, et al. (1997), disebabkan petani lebih suka memelihara tanaman keprasan karena biaya tanaman (bibit dan pemeliharaan awal) lebih murah meskipun produksinya relatif rendah yang antara lain disebabkan oleh potensi varietas keprasan yang rendah. Hasil penelitian Rasyid (1992) melaporkan bahwa rendahnya produksi disebabkan oleh jumlah tunas keprasan yang gagal menjadi batang tebu layak giling hingga mencapai 51%.
Persaingan tunas yang tumbuh pada tunas keprasan merupakan
penyebab kematian tunas, akibatnya jumlah batang tebu produktif pada tanaman keprasan menjadi rendah. Pada akhirnya akan menurunkan tingkat rendemen yang dihasilkan.
23
2.7.3. Pemupukan Unsur-unsur esensial seperti Nitrogen (N), Fosfat (P) dan Kalium (K) dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang cukup banyak. Dengan ketersediaan yang terbatas di dalam tanah, maka unsur-unsur tersebut perlu ditambahkan melalui pemupukan. Oleh Dharmawan (1982) penggunaan pupuk dipandang sebagai cara yang paling mudah dan terpercaya untuk meningkatkan hasil pertanian.
Tanaman tebu
memerlukan ketersediaan hara untuk perkembangannya sejak satu hingga tigaenam bulan pertama masa pertumbuhannya (Pawirosemadi, 1996), pada periode tersebut hara N, P dan K yang diperlukan sekitar 80 – 85% dari total kebutuhannya. Pada tebu, unsur N dibutuhkan dalam jumlah tertentu tergantung varietas dan lokasi tempat tumbuhnya (Sahadi, 1997). Hasil penelitian Isro Ismail, Nugraharsi dan Kunhartono (1996), menyebutkan bahwa pemberian unsur N secara berlebihan dapat menghambat proses penimbunan gula dalam batang.
Hal
tersebut berakibat pada rendahnya kadar gula, menurunnya kualitas nira dan rendemen akan menurun. Menurut Geus (1973), kekurangan hara K pada tanaman tebu menyebabkan penurunan produk hablur sebagai akibat dari terhambatnya proses fotosintesis dan penurunan kualitas nira.
Fosfat memegang peranan dalam metabolisme
pertumbuhan tebu dan pembentukan gula.
Hasil penelitian Saputro dan Isro
Ismail (1993) di PG Bungamayang, menyatakan bahwa pemberian pupuk TSP sebesar 7 kuintal per ha pada tanaman pertama (PC) akan meningkatkan jumlah batang, rendemen dan hasil kristal gula. Soeparmono dan Ekosoni (1995) melaporkan hasil percobaan pupuk AS tablet di PG Rejoagung. Percobaan dilakukan di lahan sawah tetapi tidak berpengairan teknis, sehingga persediaan air relatif kurang. Pupuk yang digunakan adalah pupuk AS yang ada di pasaran kemudian ditabletkan dengan alat pembuat tablet.
24
Pengaruh pemupukan AS tablet tampak pada rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman umur 9 bulan dan bobot tebu per hektar. Pada dosis 6 ku AS per hektar, beda tinggi rata-rata 3,1%, sedangkan untuk bobot tebu per hektar saat panen perbedaannya rata-rata 3,48%.
Hal ini memberikan informasi bahwa bentuk
tablet memberikan efek penyerapan N lebih lama bagi tanaman tebu dibandingkan pupuk AS tabur.
2.7.4. Tingkat Kemasakan (Umur Tanaman) Daur kehidupan tanaman tebu dimulai sejak stadia perkecambahan, pertunasan, perpanjangan batang, kemasakan dan akhirnya stadia kematian (Hendroko, et al. 1987). Kemasakan merupakan stadia yang terpenting, karena pada stadia ini terjadi pembentukan sukrosa, sebagai tujuan utama budidaya tebu. Menurut Tjokrodirdjo (1992), proses kemasakan tebu dimanifestasikan dalam rendemen berjalan dari ruas ke ruas dan terus meningkat dengan bertambahnya umur tanaman sampai dicapai suatu titik maksimal. Setelah itu, tergantung antara lain pada varietas tebu dan kondisi tanaman, rendemen akan menurun (Sunantyo, 1992).
Oleh karena itu, tebu seharusnya dipanen pada kemasakan optimal agar
diperoleh hasil gula yang optimal pula. Pemanenan tebu sebelum atau kelewat masak akan menghasilkan tebu yang kadar gulanya tidak optimal karena mengandung bukan-gula yang lebih banyak.
2.7.5. Kewayuan (“Penundaan Giling”) Tebu wayu selain kehilangan berat karena penguapan juga kehilangan kadar gula karena inversi, yaitu sukrosa diubah oleh enzim menjadi gula reduksi (Martoyo, 2000). Salah satu indikator tinggi-rendahnya rendemen tebu dan faktor terpenting dari beberapa faktor penentu kualitas nira adalah nilai nira dan kadar gula reduksi (Anonim, 1984).
Pol merupakan resultan dari keberadaan sukrosa dan gula
25
reduksi dalam nira serta mempunyai hubungan langsung yang negatif dengan gula reduksi (Meade dan Chen, 1977). Hal tersebut menunjukkan bahwa jika kadar gula reduksi semakin tinggi maka pol semakin rendah. Hasil penelitian Santoso, et al. (1996) menunjukkan bahwa kenaikan kadar gula reduksi sangat dipengaruhi oleh tebu yang tertunda giling. Setiap hari penundaan giling dapat meningkatkan kadar gula reduksi sebesar 0,35 poin dan 98,6% dari kenaikan kadar gula reduksi tersebut adalah kontribusi dari penundaan giling. Akibatnya, setiap hari penundaan giling akan memberikan kerugian penurunan rendemen sebesar 0,53 poin.
2.7.6. Kotoran (“Trash”) Kotoran tebu terdiri dari antara lain klaras, pucukan, sogolan, akar dan tanah. Klaras atau daun kering tidak mengandung nira sehingga bila terikut dalam jumlah yang banyak akan menyumbangkan sabut sehingga jumlah sabut atau ampas per satuan tebu meningkat. Peningkatan kadar sabut akan mengurangi ekstraksi nira dan mengurangi kapasitas stasiun gilingan, berarti juga mengurangi gula yang diperoleh atau menurunkan rendemen (Martoyo, 2000). Pucukan atau sogolan mengandung hanya sedikit gula tetapi banyak mengandung bukan-gula, jika terikut dalam tebu giling akan berdampak mengurangi perolehan gula karena penambahan bukan-gula akan menyebabkan gula terbawa ke dalam tetes.
Tanah yang terbawa ke dalam ampas akan menyebabkan ampas sulit
terbakar dan kapasitas stasiun ketel menurun, sedangkan jika tanah tersebut terbawa ke stasiun proses akan mempengaruhi proses pengendapan pada pemurnian nira karena bak pengendap (clarifier) penuh dengan lumpur sehingga hasil nira jernih mutunya rendah. Hasil penelitian Yates (1996, dalam Martoyo, 2000) kotoran tebu akan menurunkan rendemen dengan kecepatan 0,125-0,25 poin per satuan (%) kotoran. Penelitian terakhir di beberapa pabrik gula di Australia oleh Kent (1999, dalam
26
Martoyo, 2000) dilaporkan bahwa kotoran tebu menyebabkan kapasitas giling turun 8 % dan rendemen turun 6,8 % untuk setiap 5 % kadar kotoran.
2.7.7. Brix dan Efisiensi Pabrik Rendemen adalah perbandingan antara kristal nyata yang diperoleh dengan tebu digiling atau lebih dikenal dengan kristal nyata % tebu.
Kristal nyata yang
dimaksud disini adalah gula dalam nira tebu yang dapat dikristalkan menjadi gula kristal putih (GKP).
Total gula dan kandungan bukan gula tersebut dikenal
sebagai brix, yaitu satuan yang biasa digunakan dalam industri gula yang menyatakan persen berat/berat (b/b) zat padat terlarut suatu larutan (gula). Brix selain terdiri dari gula juga mengandung zat padat terlarut lainnya (Harisutji, 2001). Hommes (1932 dalam Meade dan Chen, 1977) menyatakan tidak semua gula dalam nira tebu dapat dikristalkan, karena pengkristalan gula dipengaruhi oleh kandungan bukan gula yang ada dalam nira tebu, dengan rumus : Kadar kristal = kadar gula – 0,4 x kadar bukan gula. Dilain pihak, pabrik mempunyai kontribusi terhadap upaya penyelamatan kristal. Usaha untuk menyelamatkan kristal ini disebut dengan efisiensi pabrik. Dalam kenyataannya, salah satu faktor yang mempengaruhi petani tebu menggilingkan tebunya ke suatu pabrik adalah tinggi-rendahnya efisiensi tersebut. Banyak petani yang lebih memilih suatu pabrik tertentu karena pabrik tersebut memiliki tingkat efisiensi yang relatif lebih tinggi dari pabrik lainnya, dengan harapan akan memperoleh rendemen yang lebih tinggi, karena rendemen adalah hal yang penting yang menyangkut hasil bagi antara petani dan pabrik gula.
3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu mengumpulkan data yang berkaitan dengan kegiatan penelitian, kemudian diolah, dianalisis dan dijelaskan.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
korelasional. Hubungan antara variabel terkait dan variabel-variabel bebas dapat dilihat pada konstelasi masalah penelitian seperti pada Gambar berikut ini : X1 Varietas X2 Tingkat Keprasan X3 Pemupukan X4 Umur X5 Kotoran X6 Kewayuan X7 Brix
Gambar 2. Hubungan antara variabel penelitian
Y Rendemen Tebu
28
3.2. Populasi Dan Sampel Populasi sasaran adalah semua petani tebu rakyat (PTR) yang menggilingkan tebunya ke pabrik gula. Kerangka sampling adalah PTR yang menggilingkan tebunya ke pabrik gula (PG) Mojopanggung Jawa Timur pada musim giling 2005. Dari kerangka sampling tersebut, diambil sampel petani yang menggilingkan tebunya pada periode giling yang sama.
3.3. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan 2 bagian, yaitu penelitian teknik penetapan rendemen individual petani dengan metoda sampling dan penelitian penetapan rendemen melalui hubungan faktor-faktor input dengan rendemen yang dihasilkan.
3.3.1. Penelitian Teknik Penetapan Rendemen Individual Petani Penelitian teknik penetapan rendemen individual petani dilakukan untuk menguji validitas penggunaan metode penetapan rendemen dengan Teknik Krepyak Mini Sampler (KMS) dan Pendekatan Core Sampler (PCS). Pada penelitian ini Teknik KMS dan PCS akan dibandingkan dengan metode penetapan rendemen yang sudah ada, yaitu metode standar sebagai kontrol. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan Teknik KMS, PCS dan Kontrol (Metode Standar), serta ulangan sebanyak 6 (enam) kebun yang dipilih berdasarkan kepemilikan yang sama per masing-masing kebun dan masing-masing kebun relatif homogen.
Pengamatan dilakukan terhadap rendemen tebu yang diukur dengan tiga metode penetapan
rendemen
tersebut
dan
selanjutnya
menggunakan Analisis Ragam (ANOVA) pada α = 5 %.
data
dianalisis
dengan
29
H0 adalah rata-rata rendemen yang ditetapkan dengan teknik KMS atau PCS tidak berbeda dengan rata-rata rendemen yang ditetapkan dengan metode standar (H0 : µ1 = µ2). Hipotesis tandingannya (H1) adalah rata-rata rendemen yang ditetapkan dengan teknik KMS atau PCS berbeda (tidak sama) dengan rata-rata rendemen yang ditetapkan melalui metode standar (H1 : µ1 ≠ µ2). Jika hasil penelitian teknik penetapan rendemen individual petani ternyata H0 ditolak (H1 diterima), maka penetapan rendemen alternatif tidak dilanjutkan. Dengan demikian, penelitian hanya ditujukan untuk mengidentifikasi dan mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen serta mencari bentuk hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan rendemen.
3.3.2. Penelitian Penetapan Rendemen Melalui Hubungan Faktor-Faktor Input Dengan Rendemen Yang Dihasilkan Prosedur pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut : BRIX (hand refractometer)
TEBU
Faktor-faktor varietas, tingkat keprasan, umur, kotoran, pemupukan (kuesioner)
Tebang dan Angkut
Sampling (PCS)
Lori/Truck
Penggilingan / proses di pabrik Effisiensi Pabrik
Pencacahan dan pengepressan, analisa Lab untuk menentukan nilai nira, nilai gula reduksi, kadar nira dll
RENDEMEN NYATA RENDEMENS Gambar 3. Prosedur Penelitian Utama
30
3.4. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dan informasi pada penelitian ini terdiri atas penggunaan kuesioner, pengamatan di kebun sampel, pengamatan di pabrik dan di laboratorium analisis nira perahan. a. Penggunaan kuesioner Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai varietas tanaman, tingkat keprasan, pemupukan, tingkat kemasakan (umur tanaman), kewayuan, tingkat kotoran dan jenis lahan. b.
Pengamatan di kebun Dengan menggunakan refraktometer-tangan dilakukan pengamatan brix terhadap seluruh kebun petani yang tebunya akan diamati dengan metode core sampler (bahan uji sama). Petak uji merupakan bagian petak tebang dengan varietas dan masa tanam yang sama. Untuk setiap petak uji diambil tiga rumpun contoh yang terletak pada tiga juring berhimpitan, masing-masing berturutan searah kemiringan lahan. Kemudian dilakukan pengamatan brix pada kumpulan nira tebu satu titik (rumpun) contoh. Satu titik (rumpun) contoh terdiri dari 4-7 batang tebu, dihindarkan tebu “abnormal” yakni tebu muda dengan panjang kurang dari 1 meter, tebu mati dan sebagainya. Tinggi titik sadapan ditetapkan 25 cm dari permukaan juring. Pengamatan dilakukan hanya oleh satu orang, dibantu oleh beberapa orang untuk menentukan letak titik (rumpun) contoh.
c. Pengamatan di pabrik Setiap hari pada jam 06.00 pagi hari dilakukan taksasi kristal dalam bahan alur proses yaitu berat, kadar pol dan brix yang terdapat dalam bahan di tangki-tangki nira mentah dan nira encer, bejana-bejana nira kental dan masakan (A, B atau C dan D), tangki-tangki strop (A, B atau C dan D), talang-talang gula-gula (A atau AB, C, D1 dan D2), tangki-tangki klare atau cucian (SHS dan D), sugar bin (gula produk) dan tangki tetes. Selanjutnya, setiap jam ditentukan berat tebu, nira mentah, air imbibisi dan ampas. Setiap
31
jam dilakukan analisis pol dan brix dari nira perahan pertama, nira gilingan 2 sampai dengan akhir dan nira mentah. Setiap 2 jam dilakukan analisis kadar pol dan bahan kering ampas. Dari hasil pengamatan setiap hari dapat diketahui : Berat kristal nyata termasuk kristal taksasi dalam proses Rendemen nyata = ---------------------------------------------------------------------x 100 Berat tebu giling
d. Pengamatan di lab analisis nira perahan Setiap truk/lori/kontainer tebu yang menyatakan per kepemilikan per kebun ditentukan berat tebunya, diambil contoh tebunya dengan pendekatan core sampler (PCS), kemudian dicacah dengan alat pencacah tebu (shredder), hasilnya adalah tebu cacah. Sebagian tebu cacah tertentu beratnya (a kg) diperah dengan alat pemerah tebu cacah (hydraulic press), nira yang dihasilkan ditimbang beratnya (b kg) serta dianalisis kadar pol (= p %) dan brix (= b %).
Selanjutnya dihitung
kadar nira perahan (KNP = b : a x 100) dan nilai niranya = 1,4 pol – 0,4 brix. Ampas tebu cacah (ampas presan) ditentukan kadar airnya (A %) dengan alat pengering ampas tebu yang dimodifikasi, kemudian dihitung kadar nira ampas presan (KNAP). [A/100x(100-KNP)] KNAP = [A/100x(100-KNP)]+ ------------------------- x (b/100xKNP) [KNP-(b/100xKNP)] selanjutnya dapat dihitung kadar nira tebu (KNT) dan pol tebu (Pt). KNT = KNP + KNAP Pt
=
(p/100xKNP)
+
[A/100
b/100xKNP)x(p/100xKNP)
x
(100-KNP)]
:
(KNP-
32
Dari analisis di lab analisis nira perahan dapat diketahui NNPP, KNP, KNT, Pt dari setiap individu petani yaitu NNPPin, KNPin, KNTin, Pt-in. dalam satu hari dapat dihitung KNP rata-rata (KNPr), sedangkan dari pengamatan pabrikasi satu hari didapat KNT harian (KNT), sehingga rendemen individual petani dapat dihitung. Rendemen individual = NNPin x KNTin x Efisiensi Pabrik
3.5. Analisis Data
3.5.1
Hubungan antar variabel
Untuk mengetahui hubungan antar variabel dilakukan pengujian dengan menggunakan analisis regresi dan korelasi sederhana, serta analisis regresi dan korelasi ganda. Hubungan antara rendemen dengan faktor-faktor input diduga dengan melalui persamaan regresi sederhana : Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a31 X31 + a32 X32 + a33 X33 + a4 X4 + a5 X5 + a6 X6 + a7 X7 + a8 X8 ………...………………………………..... (6) Dimana : a = Konstanta Y = Rendemen (%) X1 = Varietas X2 = Keprasan X31 = Pemupukan N (ton/ha ZA) X32 = Pemupukan Kompos (ton/ha) X33 = Pemupukan NPK (ton/ha) X4 = Umur tebu atau tingkat kemasakan (bulan) X5 = Kewayuan atau ’delay time’ (hari) X6 = Kotoran atau ‘trash’ (%) X7 = Irigasi (sawah/tegalan) X8 = Brix kebun (%)
33
Sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis, yaitu normalitas galat baku taksiran untuk setiap regresi sederhana variasi Y (rendemen) atas masing-masing variabel bebas penelitian yaitu tingkat varietas (X1), keprasan (X2), pemupukan (X3), umur tebu/tingkat kemasakan (X4), kewayuan (X5), kotoran (X6), irigasi (X7), dan brix kebun (X8).
Untuk
selanjutnya nilai variabel Y (rendemen) adalah rendemen yang diukur dengan metoda PCS. Dari penelitian kemudian diperoleh data yang akan dianalisis yang meliputi ratarata, median, serta ukuran penyebaran atau variabilitas dengan menggunakan standar deviasi. Disamping mengukur gejala pusat dan ukuran penyebaran, maka untuk keperluan penyajian data digunakan juga tabel frekuensi dan grafik. 3.5.2. Model Optimal Keragaman nilai rendemen dinilai dan dibandingkan dengan tampilan nilai ratarata dan standar deviasi (atau persentasenya) antara rendemen yang diperoleh dengan teknik pendekatan core sampler dibandingkan dengan rendemen nyata. Makin besar simpangan berarti makin heterogen nilai penduga rendemen, hingga makin tidak akurat dan sebaliknya. Model optimal ditentukan berdasarkan pertimbangan praktis, disamping pertimbangan akurasi pendugaan.
Kriteria praktis adalah model dengan
penentuan rendemen paling mudah dan ekonomis.
Sedang tingkat akurasi
ditetapkan dengan simpangan kurang dari lima persen.
3.6. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di P3GI Pasuruan Jawa Timur dan Pabrik Gula (PG) Mojopanggung Tulung Agung, Jawa Timur, pada musim giling 2005 (Juli – September 2005).
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penetapan Rendemen Individual Petani Berdasarkan data pengamatan terhadap teknik penetapan rendemen individual petani dapat dijelaskan bahwa rata-rata rendemen dengan menggunakan teknik Krepyak Mini Sampler (KMS) adalah sebesar 8,30 % dengan median 8,34 % dan standar deviasi 0,552.
Sedangkan teknik Pendekatan Core Sampler (PCS)
mempunyai rata-rata rendemen sebesar 8,55 % dengan median 8,57 % dan standar deviasi 0,224, serta metoda standar (Kontrol) menghasilkan rata-rata rendemen sebesar 8,54 % dengan median 8,605 % dan standar deviasi 0,233. Dilihat secara empirik, rendemen terendah terjadi pada penetapan rendemen dengan teknik KMS, yaitu 7,6 % dan rendemen tertinggi juga diperoleh pada teknik penetapan rendemen yang sama (KMS), yaitu 9,06 %. Rentang variabilitas data pada teknik KMS lebih tinggi dari 2 teknik lainnya, yaitu 1,46 sedangkan PCS sebesar 0,66 dan Kontrol 0,63.
Dengan demikian,
secara statistik deskriptif penggunaan teknik PCS lebih baik daripada teknik KMS. Diskripsi data selengkapnya atas ketiga teknik tersebut dapat dilihat pada Tabel. Tabel 4. Deskripsi data rendemen dengan teknik KMS, PCS dan Standar Deskripsi Mean Standard Error Median Standard Deviation Sample Variance Range Minimum Maximum Confidence Level (95.0%)
KMS 8.30 0.225 8.340 0.552 0.305 1.46 7.60 9.06 0.579
PCS 8.55 0.091 8.570 0.224 0.050 0.66 8.20 8.86 0.235
Standar 8.54 0.095 8.605 0.233 0.054 0.63 8.11 8.74 0.244
35
Hasil analisis terhadap data penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik Krepyak Mini Sampler (KMS) dan Pendekatan Core Sampler (PCS) dalam menetapkan besaran rendemen tidak berbeda nyata dengan metode standar (rendemen nyata di pabrik).
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis ragam
terhadap data hasil penelitian berikut : Tabel 5. Analisis Ragam Metoda Penetapan Rendemen Sumber Keragaman Teknik Galat Total
JK 0.2387 2.0446 2.2833
Db 2 15 17
KT 0.1193 0.1363
F 0.8755
P-value 0.4369
F tabel α = 5% 3.6823
Karena F hitung lebih kecil dari F tabel, maka berarti masing-masing teknik penetapan rendemen (perlakuan) tidak berbeda satu sama lain. Karena hipotesis (H0) adalah µ1 = µ2, maka berarti H0 diterima dan H1 ditolak. Hasil analisis statistik ini menunjukkan bahwa rendemen yang diukur dengan teknik PCS dan KMS identik dengan rendemen nyata dan identik pula dengan rendemen yang dikeluarkan pabrik gula. Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Martoyo dan Santoso (2003) yang melakukan proyek percontohan penentuan rendemen individu dengan model sampling “krepyak mini sampler (KMS)”. rendemen ditetapkan berdasarkan formula : Rendemen = NNPP x KNPP x Faktor Kristal. Hasilnya rendemen yang diukur dengan KMS tidak berbeda nyata dengan rendemen pabrik. Namun demikian, untuk PG yang berkapasitas giling > 3000 TCD, dimana umpan tebu ke krepyak lebih dari 2 meja tebu, perlu dikaji tingkat kevalidan sampel kaitannya dengan tercampurnya nira tebu antar individu (Martoyo dan Santoso, 2004). Selain itu, Santoso dan Bahri (2004) juga telah melakukan percobaan penggunaan pendekatan core sampler pada skala laboratorium, rendemen yang diukur dengan PCS tidak berbeda nyata dengan rendemen sesungguhnya. Dengan demikian, teknik KMS dan PCS dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah penetapan rendemen yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual.
36
9.5 9 8.5
KMS
8
PCS Standar
7.5 7 6.5 1
2
3
4
5
6
Gambar 4. Grafik Rendemen Dengan Teknik Penetapan KMS, PCS dan Standar
4.2. Penetapan Rendemen Berdasarkan Faktor-Faktor Input 4.2.1. Deskripsi Data Hasil identifikasi faktor-faktor input yang mempengaruhi rendemen individu, khususnya yang berkaitan dengan persamaan regresi : Y = a0 + a1 X1 + a2 X2 + a31 X31 + a32 X32 + a33 X33 + a4 X4 + a5 X5 + a6 X6 + a7 X7 + a8 X8
............................................................................................ ..............
(1)
disajikan pada Lampiran 2 - 6, sedangkan deskripsinya dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Deskripsi rendemen, jenis tebu, tingkat keprasan, pemupukan, kondisi tebu, jenis lahan, dan brix kebun Rend Indiv (%) Y
No
n rata-2 SD Min Maks Med Range Varian Rbs CV CL
142 8.45 0.95 5.57 11.42 8.44 5.84 1.72 7.97 0.32
Catatan :
Pemupukan Kompos NPK (t/ha) (t/ha)
Varts
Tkt kprsn
N (t/ha)
X1 142 1.81 0.63 1 2 1 1 0.25 0 0.12
X2 142 1.70 0.97 1 5 2 4 2.08 74.13 0.35
X31
X32
X33
142 0.73 0.34 0.0 0.8 0.7 0.8 0.02 9.27 0.03
142 2.40 1.02 0.0 3.0 3.0 3.0 1.09 24.71 0.26
142 0.18 0.27 0.0 0.3 0.2 0.3 0.01 18.53 0.03
Umur (bulan) X4 142 11.32 1.09 9 14.0 11.5 5 1.41 9.67 0.30
Kondisi tebu Trash Wayu (%) (hari) X5 142 2.88 1.64 0.0 8.0 3.0 8.0 6.45 148.26 0.62
X6 142 1.85 0.99 0.0 6.0 1.5 6.0 1.44 24.71 0.30
Jenis tebu dan jenis lahan adalah variabel dummy Jenis tebu : 1 = Triton, 2 = PS Jenis tebu Triton terdiri dari : 59.3 % Triton, 22.2 % BZ 148 dan 18.5 % BL Jenis tebu PS terdiri dari : 88.02 % PS 851 dan 11.98 % PS 92-3092 Lahan irigasi : 1 = Tegalan dan 2 = Sawah
Irigasi
Brix kebun (%)
X7 142 1.68 0.68 1.0 2.0 2.0 1.0 0.24 37.07 0.12
X8 142 18.25 2.78 11.82 24.42 18.46 12.60 7.74 15.23 0.69
37
Rata-rata rendemen hasil penelitian sebesar 8,45% dengan standar deviasi 0,95 dan rentang variabilitas dari 5,57% sampai 11,42%.
Angka rendemen tersebut
lebih besar 0,73% dibanding dengan rendemen rata-rata PG Mojopanggung yang sebesar 7,72%. Berdasarkan data giling PG-PG lingkup PTPN X tahun 2005 per 31 September 2005 (Lampiran 8), angka rendemen hasil penelitian lebih besar 1,66% dibanding rendemen rata-rata seluruh pabrik gula lingkup PTPN X Jawa Timur yang hanya sebesar 6,79%.
Kondisi tersebut diduga disebabkan oleh
perbedaan metoda penetapan rendemen yang digunakan.
Pada penelitian ini,
rendemen ditetapkan dengan metoda PCS, sedangkan rendemen pabrik gula ditetapkan berdasarkan analisis nira perahan pertama. Rendemen tebu biasanya dihitung setelah pabrik bekerja 1 periode (15 hari), dihitung dengan rumus : rendemen = nilai nira perahan pertama (NNPP) x faktor rendemen (FR), sesuai dengan SK Mentan No. 013/SK/MENTAN/BPB/3/76 tanggal 5 Maret 1976. Menurut Meade dan Chen (1977), Faktor Rendemen (FR) = kadar nira tebu (KNT) x efisiensi pabrik x 10-2. Hal ini menunjukkan hasil penetapan rendemen berdasarkan analisis nilai nira
perahan pertama kurang menghargai prestasi
individu, karena KNT untuk semua tebu dianggap sama. Rentang variabilitas yang tinggi, dari 5,57 % sampai 11,42 %, merepresentasikan bahwa penetapan rendemen dengan teknik PCS berdasarkan karakteristik komponen input tebu benar-benar mengukur rendemen tebu petani secara individual.
Tebu dengan kualitas lebih rendah akan memperoleh rendemen
rendah, sebaliknya tebu yang berkualitas baik akan mendapat rendemen tinggi. Pada hasil penelitian di atas, rendemen 5,57 % diperoleh tebu varietas Bz 148 dengan brix 11,82 dan digiling setelah 3 hari sejak ditebang. Sementara itu, tebu yang mendapat rendemen 11,42 % dicapai oleh tebu varietas PS 851 dengan brix sebesar 24,43 dan digiling tanpa mengalami ’delay time’. Standar deviasi pada variabel komponen input cukup bervariasi, dari 0,27 sampai 2,78. Variabel pemupukan NPK dan N mempunyai nilai standar deviasi yang cukup kecil, yaitu sebesar 0,27 dan 0,34, diikuti oleh variabel varietas (0,63) dan variabel irigasi (0,68). Sedangkan standar deviasi tertinggi terjadi pada variabel brix kebun dengan SD = 2,78, diikuti variabel efisiensi pabrik (1,67) dan variabel
38
kotoran (1,64). Selain itu, range data minimal dan maksimal masing-masing komponen sangat tinggi. Ketervariasian ini sangat baik untuk memperkirakan rendemen berdasarkan komponen input yang mempengaruhinya.
Selanjutnya
dibuat persamaan regresi berganda dari data hasil pengamatan dan diuji apakah ada korelasi ganda yang baik antara rendemen dengan variabel-variabel bebas.
4.2.2. Analisis Regresi dan Korelasi 4.2.2.1. Pengujian Persyaratan Analisis Persyaratan analisis yang dimaksud adalah persyaratan yang harus dipenuhi agar analisis regresi dapat dilakukan, baik untuk keperluan prediksi maupun untuk keperluan pengujian hipotesis.
Syarat yang harus dipenuhi untuk melakukan
analisis regresi, baik regresi sederhana maupun regresi ganda, adalah : syarat normalitas dari suatu regresi sederhana dan syarat kelinearan untuk regresi Y atas X untuk regresi sederhana. Pengujian normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah populasi berdistribusi normal atau tidak.
Pengujian persyaratan normalitas dilakukan dengan
menggunakan SPSS-12 dengan pendekatan P-P Plot. Hasil pengolahan untuk uji kenormalan semua variabel disajikan pada Tabel 7, sedangkan pengujian syarat kelinearan dan colinearity disajikan pada pengujian analisis regresi. Tabel 7. Hasil pengujian normalitas data semua variabel Variabel X1 (varietas) X2 (keprasan) X31(pupuk N) X32 (kompos) X33 (pupuk NPK) X4 (umur tebu) X5 (kotoran) X6 (kewayuan) X7 (irigasi) X8 (brix kebun) Y (rendemen)
Lokasi 1.43939 2.65151 0.71969 1.07575 0.15 11.96969 4.77272 1.97727 1.60606 18.255 8.475
Skala 0.50011 1.44107 0.13836 1.04234 0.11668 1.18606 2.54071 1.20074 0.49236 2.78270 1.31163
Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
39
Dengan demikian, semua variabel menyebar normal sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis regresi (multiple regression) dan korelasi.
Gambar berikut
menunjukkan grafik kenormalan variabel Y.
N o rm a l P -P
P lo t o f R e g r e s s io n
S ta n d a r d iz e d
D e p e n d e n t V a r ia b le : R e n d e m
R e s id u a l
e n
1 .0
0 .8
b ro P m0 u C d e t 0 c e p x E
.6
.4
0 .2
0 .0 0 .0
0 .2
0 .4
0 .6
O b s e r v e d
C u m
0 .8
1 .0
P r o b
Gambar 5. Diagram kenormalan variabel rendemen
4.2.2.2. Analisis Regresi dan Korelasi Analisis regresi berganda dan korelasi parsial antar variabel bebas juga dilakukan dengan menggunakan SPSS-12 dan hasilnya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis regresi berganda dan korelasi parsial antar variabel bebas Independent Variable (Constant) Varietas Tingkat Keprasan N Kompos NPK Umur Tebu Kotoran (Trash) Kewayuan Irigasi Brix Kebun
Coefficients Std. Error B .419 .033 .038 .016 .014 -.002 .117 .155 .015 -.011 .171 -.104 .012 .022 .005 -.007 .019 -.034 .028 .047 .010 .448
a Dependent Variable: Rendemen
T
Sig. Zeroorder
-1.349 -.430 .126 1.320 -.731 -.608 1.904 -1.321 -1.781 1.695 46.43
.180 .668 .900 .189 .466 .544 .059 .189 .077 .093 .000
Correlations Partia l Part
.093 -.001 -.170 -.045 -.270 -.123 -.226 -.723 -.005 .988
-.038 .011 .115 -.064 -.053 .165 -.115 -.154 .147 .971
-.005 .002 .017 -.009 -.008 .024 -.017 -.023 .022 .593
40
Tabel di atas menunjukkan nilai konstanta dan koefisien untuk masing-masing variabel dan besarnya korelasi parsial untuk masing-masing variabel. Dengan demikian bentuk hubungan antara variabel-variabel bebas (komponen input) dengan variabel terikat (rendemen) dapat dinyatakan dengan persamaan : Y = 0,033 + 0,016 X1 - 0,002 X2 + 0,155 X31 – 0,011 X32 - 0,104 X33 + 0,022 X4 – 0,007 X5 – 0,034 X6 + 0,047 X7 + 0,448 X8 dimana : Y
= rendemen, %
X1 = varietas yang terdiri dari varietas PS dan bukan PS X2 = tingkat keprasan (pada tingkat 0 sampai 5) X31 = pupuk N setara ZA, ton/ha (pada tingkat pemupukan 0 – 0,8 ton/ha) X32 X33 X4 X5
= pupuk kompos, ton/ha (pada tingkat pemupukan 0 – 3 ton/ha) = pupuk NPK, ton/ha (pada tingkat pemupukan 0 – 0,3 ton/ha) = umur tebu, pada tingkat 11 bulan sampai 14 bulan = kotoran, pada tingkat 0 % sampai 6 %.
X6 = kewayuan (delay time), pada tingkat 0 hari sampai 4,5 hari X7 = irigasi lahan yang terdiri dari lahan tegalan dan lahan sawah X8 = brix kebun (total padatan terlarut), % Analisis ragam terhadap persamaan regresi tersebut ditujukan untuk menguji kelinearan persamaan regresi berganda dimaksud.
Hasil analisis ragam dan
ringkasan model regresi dapat dilihat pada Tabel 9 berikut. Tabel 9. Ringkasan model regresi berganda R
R2
.989(a)
.979
Adj. R2 .977
Std. Error .136
R2 Change .979
F 544.68
df1 11
df2 130
Sig. F 0.000
a Predictors: (Constant), Eff.Pabrik, N, Varietas, Kompos, NPK, Keprasan, Irigasi, Kewayuan, Umur, Kotoran, Brix b Dependent Variable: Rendemen
Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai R2 sangat signifikan yaitu 0.979 dengan F hitung = 544.68 dan simpangan regresi 0.136. Selain itu, hasil uji F terhadap regresi sangat berbeda nyata (berbeda nyata pada α = 0.001).
41
Tabel 10. Analisis ragam regresi berganda Sumber Keragaman Regresi Galat Total
JK db 111.613 11 2.422 130 114.034 141
KT 10.147 0.019
F hit 544.683
Sig. F 0.000(a)
a Predictors: (Constant), Eff.Pabrik, N, Varietas, Kompos, NPK, Keprasan, Irigasi, Kewayuan, Umur, Kotoran, Brix b Dependent Variable: Rendemen
Persamaan regresi diatas sangat baik untuk memperkirakan rendemen (Y) berdasarkan jenis tebu (X1), tingkat keprasan (X2), Pemupukan (X3), umur tebu (X4), tingkat kotoran (X5), kewayuan (X6), irigasi (X7), brix ( total padatan terlarut) tebu di kebun (X8), dan efisiensi pabrik saat itu (X9), karena koefisien determinasi R2 (0,979) dan F hitung (544,68) sangat tinggi. Sedangkan kesalahan untuk memperkirakan rendemen dengan persamaan tersebut (simpangan regresi) cukup rendah dibanding rata-ratanya (0,136 poin atau CV = 1,60 %). Dari persamaan regresi yang diperoleh, dapat dijelaskan fenomena sebagai berikut: Rendemen dipengaruhi oleh jenis tebu, jenis tebu PS rendemennya lebih tinggi 0,016 poin dibanding jenis tebu Triton. Semakin tinggi tingkat keprasan dapat menurunkan rendemen, setiap peningkatan keprasan 1 kali dapat menurunkan rendemen 0,002 poin. Pemupukan N dosis 0 – 0,8 ton/ha ZA dapat meningkatkan rendemen 0,155 poin. Sebaliknya, penambahan pupuk kompos dosis 0 – 3 ton/ha dan pupuk NPK pada dosis 0 – 0,3 ton/ha justru dapat menurunkan rendemen namun besarnya tidak signifikan. Umur tebu 9 – 14 bulan mempengaruhi rendemen, karena setiap peningkatan umur 1 bulan rendemen meningkatkan rendemen 0,022 poin.
Kadar kotoran (trash) 0 – 8 % tidak
mempengaruhi rendemen secara signifikan, karena semakin tinggi kadar kotoran 1% rendemen hanya turun sebesar 0,007 poin. Sebaliknya tingkat kewayuan 0 – 4,5 hari memberikan dampak penurunan rendemen yang signifikan, setiap peningkatan 1 poin kewayuan dapat menurunkan rendemen sebesar 0,034 poin. Jenis lahan
irigasi yang digunakan mempengaruhi rendemen, lahan sawah
memberikan rendemen lebih tinggi 0,047 poin dibanding lahan tegalan. Begitu pula halnya dengan total padatan terlarut (brix) pada tebu di kebun mempengaruhi
42
rendemen secara signifikan, setiap peningkatan 1 poin brix dapat meningkatkan rendemen sebesar 0,448 poin. Pada persamaan regresi di atas, penambahan komponen-komponen input berupa tingkat keprasan, pemupukan NPK dan kotoran, dapat menurunkan rendemen meskipun besarnya tidak signifikan.
Hasil-hasil penelitian tentang pengaruh
kotoran terhadap rendemen menunjukkan bahwa semakin besar kotoran yang terangkut dan ikut tergiling akan menurunkan rendemen dengan kecepatan 0,125 – 0,25 poin persatuan (%) kotoran (Yates, 1996 dalam Martoyo, 2000), karena kotoran berupa klaras dan pucukan yang banyak mengandung bukan-gula akan meningkatkan jumlah ampas per satuan tebu sehingga mengurangi ekstraksi nira dan kapasitas stasiun gilingan (Martoyo, 2000). Penambahan bukan-gula dalam stasiun gilingan juga akan menyebabkan gula terbawa ke dalam tetes (Santoso, et al. 1996). Penambahan tingkat keprasan akan mengakibatkan terjadinya penurunan rendemen. Hasil penelitian Kuntohartono (2000) menyatakan bahwa hasil panen keprasan makin menurun dengan semakin besarnya ulangan pengeprasan. Karenanya, jumlah keprasan dibatasi satu sampai tiga keprasan saja.
Pada
penelitian Husnan, et al. (2000) di PG Cintamanis tahun 1997-2000 terlihat adanya penurunan produksi tebu keprasan II dibanding tebu keprasan I, dengan rata-rata penurunan produksi sebesar 7,86%. Percobaan di lahan PG Pesantren Baru oleh Kuntohartono dan Djajadi (1985) juga melaporkan keadaan yang sama, yaitu terjadi penurunan produksi rata-rata sebesar 30% pada tanaman keprasan I dan 54% pada tanaman keprasan II dibanding dengan produksi tebu baru. Pemberian pupuk NPK dimaksud untuk meningkatkan ketersediaan hara nitrogen (N), fosfat (P) dan kalium (K) di lahan pertanaman. Namun, pemberian pupuk yang berlebihan, terutama pada lahan-lahan yang sudah jenuh ada kemungkinan justeru mendapatkan hasil negatif (Laoh B., 1970). Laoh menyarankan analisis tanah untuk menekan pengaruh negatifnya.
Menurut Usman, B. (1996)
penambahan unsur K yang berlebihan atau di tanah yang kaya nutrisi K ternyata
43
berdampak menurunkan produksi kebun, serta berdampak negatif terhadap proses pengolahan nira dan mutu gula. Hasil penelitian Usman dan Sumoyo (1991) menyimpulkan bahwa pemupukan NPK 1,5 ku/ha pada ketersediaan K2O 39-114 mg/kg mampu meningkatkan rerata 1,94 angka rendemen, dan bila dosis NPK ditingkatkan menjadi 3,0 ku/ha ternyata berdampak menurunkan sebesar 0,47 angka rendemen. Penelitian Jaffri (1980 dalam Kuntohartono, 2000) menyatakan adanya efek residu P pada tanaman keprasan tebu berikutnya, pemberian
tambahan
unsur
P
justeru
akan
meningkatkan
sehingga kejenuhan
ketersediaannya. Kurniawan (2000) menyatakan bahwa pemberian pupuk kompos dimaksudkan untuk mengembalikan dan menambahkan bahan organik ke dalam tanah. Dengan meningkatnya kandungan bahan organik, maka efisiensi penggunaan pupuk anorganik juga menjadi tinggi, sehingga dapat mengurangi dosis pemakaiannya. Namun, jumlah dosis pupuk dan perbandingannya sangat tergantung pada kesuburan tanahnya serta respon tebu terhadap pemupukan (Laoh, 1970). Kondisi tersebut diduga menjadi penyebab adanya pengaruh negatif pemberian pupuk NPK dan pupuk kompos pada penelitian ini. Berbeda halnya dengan pemberian pupuk N. Hara nitrogen (N) diperlukan untuk meningkatkan luas daun, memperpanjang batang, memacu pertunasan dan akhirnya meningkatkan hasil panen (Kuntohartono, 2000).
Tanaman tebu,
khususnya keprasan, kurang efisien menggunakan hara N, sehingga diperlukan pemberian N yang lebih tinggi pada keprasan guna menghasilkan gula yang sama dengan tebu barunya (Kuntohartono dan Hendroko, 1995; Pawirosemadi, 1996). Penambahan N diperlukan pada setiap kali pertanaman karena tidak ada efek residu pemberian N tinggi pada keprasan berikutnya (Chapman, 1983 dalam Kuntohartono, 2000). Rendahnya efisiensi penggunaan N oleh tanaman tebu diduga disebabkan oleh rasio tunas akar yang rendah pada awal pertumbuhan, kelambatan akar tunas tumbuh, serta ketidakefisienan penyerapan hara oleh akar dongkelan (Simoen dan Sumoyo, 1990).
Kondisi tersebut diduga menjadi
penyebab adanya pengaruh positif pemberian pupuk N pada penelitian ini.
44
4.2.3. Aplikasi Persamaan Regresi Dalam Penetapan Rendemen Jika diketahui terdapat tebu yang akan digiling dari jenis PS 851 (X1 = 2), tingkat keprasan R2 (X2 = 2), dipupuk N (X31) dengan dosis 0,7 ton/ha ZA, kompos (X32) 2,4 ton/ha, NPK (X33) 0,2 ton/ha, umur tebu (X4) 11,5 bulan, kadar kotoran (X5) 3%, tebu telah wayu (X6) selama 2 hari dan jenis lahan irigasi sawah (X7 = 2), sedangkan hasil pengukuran brix kebun (X8) diperoleh nilai padatan terlarut sebesar 18.54 %; maka rendemennya = 8,619 % (lihat Tabel 11) Tabel 11. Aplikasi pemakaian persamaan regresi Koefisien Regresi ai
Nilai Kontributor Xi
ai x Xi
Konstanta
+ 0,033
--
+ 0,033
Varietas
+ 0,016
2
+ 0,032
Tkt. Keprasan
- 0,002
2
- 0,004
Pupuk N
+ 0,155
0,7
+ 0,108
Kompos
– 0,011
2,4
- 0,026
Pupuk NPK
- 0,104
0,2
- 0,0208
Umur tebu
+ 0,022
11,5
+ 0,253
Kotoran
– 0,007
3
- 0,021
Kewayuan
– 0,034
2
- 0,068
Irigasi
+ 0,047
2
+ 0,094
18,54
+ 8,305 8,619
Kontributor Rendemen
Brix kebun
+ 0,448 Rendemen (%)
Yi
Jika satu atau lebih komponen input tersebut berubah, misalnya tanaman tebunya tidak diberi pupuk N, atau bahan baku tebu berasal dari tanaman keprasan ke 5, atau ditanam pada lahan tegalan, dan sebagainya, maka pendugaan atas rendemen yang dihasilkan juga mengalami perubahan.
Perubahan rendemen tersebut
berturut-turut adalah : 8,511% (tanpa pupuk N), 8,572% (jika ditanam di lahan tegalan), 8,613% (jika tanaman berasal dari tanaman keprasan ke-5), serta 8,505% (jika tanpa diberi pupuk N dan tanaman berupa tanaman keprasan ke-5). Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 12.
45
Tabel 12. Aplikasi pemakaian persamaan regresi dengan perubahan komponen input Kontributor Rendemen Konstanta Varietas Tkt. Keprasan Pupuk N Kompos Pupuk NPK Umur tebu Kotoran Kewayuan Irigasi Brix kebun Rendemen (%)
Koefisien Regresi
Tanpa Pupuk N
Lahan Tegalan
Keprasan Ke-5
ai + 0,033 + 0,016 - 0,002] + 0,155 – 0,011 - 0,104 + 0,022 – 0,007 – 0,034 + 0,047 + 0,448
Yi + 0,033 + 0,032 - 0,004 + 0,00 - 0,026 - 0,0208 + 0,253 - 0,021 - 0,068 + 0,094 + 8,305 8.511
Yi + 0,033 + 0,032 - 0,004 + 0,108 - 0,026 - 0,0208 + 0,253 - 0,021 - 0,068 + 0,047 + 8,305 8.572
Yi + 0,033 + 0,032 - 0,010 + 0,108 - 0,026 - 0,0208 + 0,253 - 0,021 - 0,068 + 0,094 + 8,305 8.613
Tanpa ppk dan keprasan 5 Yi + 0,033 + 0,032 - 0,010 + 0,00 - 0,026 - 0,0208 + 0,253 - 0,021 - 0,068 + 0,094 + 8,305 8.505
Perubahan besarnya rendemen akibat perubahan komponen input pupuk, lahan dan tingkat keprasan hanya berkisar antara 0,006 sampai 0,102 poin saja. Lain halnya jika perubahan tersebut terjadi pada brix. Jika brix sebesar 18,54 % seperti contoh diatas, berubah menjadi 16,54% maka rendemen yang diperoleh berkurang sebanyak 0,729 poin atau menjadi 7,789 % (Tabel 13). Tabel 13. Aplikasi pemakaian persamaan regresi dengan perubahan komponen brix Kontributor Rendemen Konstanta Varietas Tkt. Keprasan Pupuk N Kompos Pupuk NPK Umur tebu Kotoran Kewayuan Irigasi Brix kebun
Koefisien Regresi ai + 0,033 + 0,016 - 0,002 + 0,155 – 0,011 - 0,104 + 0,022 – 0,007 – 0,034 + 0,047 + 0,448 Rendemen (%)
Nilai Kontributor Xi -2 2 0,7 2,4 0,2 11,5 3 2 2 16,54
ai x Xi Yi + 0,033 + 0,032 - 0,004 + 0,108 - 0,026 - 0,0208 + 0,253 - 0,021 - 0,068 + 0,094 + 7,409 7,789
46
4.3. Hubungan Rendemen Dengan Varietas Setiap tanaman yang tumbuh merupakan tanggap dari tanaman itu sendiri, demikian pula dengan tebu. Mata tebu akan akan tumbuh bila keadaan dalam tanaman maupun lingkungannya menunjang (Tim Penulis PS, 2000). Pengaruh faktor luar misalnya pengurangan air sampai kurang 50 persen akan dapat mengurangi pertumbuhan tunas cukup drastis (Laoh, 1986). Pertumbuhan tanaman tebu terdiri dari lima fase (Subagio, 1993), yaitu: perkecambahan, pertunasan, perpanjangan, pemasakan dan pembungaan. Kedua fase terakhir bersamaan dengan masa penuaan tebu.
Kelima fase tersebut
merupakan keadaan dari dalam tanaman tebu itu sendiri yang pada masing-masing fase membutuhkan keadaan lingkungan yang berbeda-beda. Terkait dengan hal tersebut, varietas-varietas yang ditanam petani di wilayah PG Mojopanggung relatif seragam, yaitu jenis tebu Triton dan PS. Dari jenis Triton, 59,3% petani menanam tebu varietas Triton, sedangkan sisanya berupa varietas BZ dan BL. Sedangkan untuk jenis PS, terdapat 88,02% petani menanam tebu varietas PS 851 dan 11,98% menggunakan PS 92-3092. Penggunaan varietas yang tidak banyak variasinya tersebut mengakibatkan hasil analisis statistik pada selang kepercayaan 95% untuk kedua varietas tersebut tidak berbeda nyata, meskipun dalam persamaan regresi jenis tebu PS rendemennya lebih tinggi 0,016 poin dibanding jenis tebu Triton. Demikian pula halnya dengan lokasi tanam yang merupakan faktor luar tanaman, yaitu lahan sawah dan tegalan.
Berdasarkan persamaan regresi di atas, lahan
sawah memberikan rendemen lebih tinggi 0,047 poin dibanding lahan tegalan, namun dalam analisis ragam keduanya tidak berbeda nyata. Berdasarkan kondisi tersebut, hubungan antar komponen input varietas dan lahan dengan rendemen yang dihasilkan dapat didiskripsikan seperti pada Tabel 14.
47
Tabel 14. Deskripsi pendugaan rendemen berbasis varietas
Statistik
Rendemen PS
Triton (Bukan PS)
Mean
8.491
8.265
Standard Error
0.072
0.252
Median
8.46
8.370
Standard Deviation
0.768
1.311
Range
5.44
4.7
Minimum
5.98
5.57
Maximum
11.42
10.27
115
27
0.142
0.519
Count Confid. Level (95,0%)
Pada Tabel 14 di atas, rata-rata rendemen tebu varietas PS lebih tinggi 2,73% ketimbang varietas Triton dengan standar deviasi yang lebih rendah, yaitu 0,768 poin dibanding standar deviasi varietas Triton yang sebesar 1,311 poin.
4.3.1. Rendemen dan Varietas PS Hubungan antara rendemen dengan varietas PS (PS 851 dan PS 32-9032) dapat dilihat pada persamaan berikut : Y = 0,273 - 0,054X1 + 0,316X2 + 0,009X3 - 0,167X4 + 0,002X5 - 0,003X6 – 0,015X7 + 0,462X8 Dimana : Y = Rendemen (%) X1 = Keprasan (pada tingkat keprasan 0 sampai 5); X2 = Pupuk N (ton/ha ZA); X3 = Kompos (ton/ha); X4 = NPK (ton/ha); X5 = Umur (bulan);
48
X6 = Kotoran (%); X7 = Kewayuan (hari); X8 = Brix (%) Pada persamaan tersebut, peningkatan rendemen dipengaruhi oleh pemberian pupuk N, kompos, umur tanaman dan brix. Komponen input lainnya, yaitu : keprasan, pemberian NPK, pertambahan kotoran terangkut, serta kewayuan justeru akan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai rendemen.
4.3.2. Rendemen dan Varietas Triton (Bukan PS). Untuk varietas bukan PS (Triton, BZ dan BL), hubungan antar variabel dapat dilihat pada persamaan berikut : Y = 0,663 - 0,048X1 + 0,160X2 + 0,019X3 - 0,086X4 + 0,012X5 - 0,021X6 – 0,065X7 + 0,440X8 Dimana : Y = Rendemen (%) X1 = Keprasan (pada tingkat keprasan 0 sampai 5); X2 = Pupuk N (ton/ha ZA); X3 = Kompos (ton/ha); X4 = NPK (ton/ha); X5 = Umur (bulan); X6 = Kotoran (%); X7 = Kewayuan (hari); X8 = Brix (%) Dari persamaan regresi di atas, tidak terdapat perbedaan komponen-komponen input yang mempengaruhi terjadinya peningkatan rendemen pada varietas bukan PS maupun varietas PS, yaitu pemberian pupuk N, kompos, umur tanaman dan brix. Begitu juga halnya dengan komponen-komponen input yang memberikan
49
kontribusi negatif terhadap rendemen, yaitu keprasan, pemberian NPK, pertambahan kotoran terangkut, serta kewayuan.
4.4. Hubungan Rendemen Dengan Varietas Dan Lahan Irigasi Varietas merupakan faktor dalam (intrinsik) terhadap peningkatan rendemen tebu, sedangkan yang menjadi faktor ekstrinsiknya adalah faktor lingkungan (Laoh B., 1986).
Yang dimaksud dengan faktor lingkungan disini adalah lokasi lahan
tempat tanaman tebu tersebut, yaitu lahan sawah atau tegalan. Lokasi lahan ini terkait dengan ketersediaan air untuk pertanaman. Hubungan antar komponen input varietas dan lahan dengan rendemen yang dihasilkan didiskripsikan seperti pada Tabel 15. Tabel 15. Deskripsi pendugaan rendemen berbasis varietas dan lahan Rendemen Statistik
PS Sawah
Triton (Bukan PS) Tegalan
Sawah
Tegalan
Mean
8.454
8.586
8.468
8.077
Standard Error
0.065
0.196
0.329
0.383
Median
8.430
8.745
8.420
8.330
Standard Deviation
0.594
1.106
1.187
1.435
Range
3.33
5.44
3.94
4.56
Minimum
6.77
5.98
6.33
5.57
Maximum
10.1
11.42
10.27
10.13
83
32
13
14
0.130
0.399
0.718
0.828
Count Confid. Level(95,0%)
Berdasarkan deskripsi pada tabel di atas, lokasi penanaman (lahan) memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perbedaan rendemen yang dihasilkan. Rendemen varietas PS maupun bukan PS (Triton) yang ditanam di lahan sawah tidak menunjukkan rentang perbedaan yang besar, yaitu rata-rata rendemen
50
varietas Triton sebesar 8,468 dan varietas PS sebesar 8,454. Perbedaan angka rendemen semakin besar pada lahan tegalan, yaitu rata-rata rendemen varietas PS lebih tinggi 6,3% dibanding varietas bukan PS. Rata-rata standar deviasi pada lahan tegalan sebesar 1,270 poin, lebih besar dibanding rata-rata standar deviasi lahan sawah yang hanya sebesar 0,890 poin. Untuk melihat hubungan varietas dan masing-masing lahan pertanamannya terhadap rendemen yang dihasilkan, dibuat persamaan regresi sebagai berikut.
a. Varietas PS di Lahan Sawah Hubungan antar variabel komponen input yang mempengaruhi rendemen dengan basis varietas PS yang ditanam di lahan sawah dapat dilihat pada persamaan : Y = - 0,559 - 0,056X1 + 0,742X2 + 0,033X3 - 0,496X4 + 0,009X5 - 0,005X6 – 0,012X7 + 0,469X8 Dimana : Y = Rendemen (%) X1 = Keprasan (pada tingkat keprasan 0 sampai 5); X2 = Pupuk N (ton/ha ZA); X3 = Kompos (ton/ha); X4 = NPK (ton/ha); X5 = Umur (bulan); X6 = Kotoran (%); X7 = Kewayuan (hari); X8 = Brix (%) Pada persamaan regresi di atas, komponen pupuk N, kompos, umur tanaman, dan brix memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan rendemen. Sedangkan, komponen keprasan, pupuk NPK, kotoran dan kewayuan akan mengakibatkan terjadinya penurunan rendemen untuk setiap pertambahan satu satuan komponenkomponen tersebut.
51
b. Varietas PS di Lahan Tegalan Hubungan antar variabel komponen input yang mempengaruhi rendemen dengan basis varietas PS yang ditanam di lahan tegalan dapat dilihat pada persamaan : Y = 0,940 - 0,061X1 + 0,156X2 - 0,019X3 - 0,032X4 + 0,042X5 - 0,003X6 – 0,067X7 + 0,438X8 Dimana : Y = Rendemen (%) X1 = Keprasan (pada tingkat keprasan 0 sampai 5); X2 = Pupuk N (ton/ha ZA); X3 = Kompos (ton/ha); X4 = NPK (ton/ha); X5 = Umur (bulan); X6 = Kotoran (%); X7 = Kewayuan (hari); X8 = Brix (%) Pada pertanaman varietas PS di lahan tegalan, peningkatan rendemen akan terjadi jika terdapat penambahan satu satuan komponen pupuk N, umur tanaman dan brix.
Pertambahan satu satuan komponen-komponen lain justeru akan
menurunkan angka rendemen.
c. Varietas Bukan PS di Lahan Sawah Untuk melihat hubungan antar variabel komponen input yang mempengaruhi rendemen dengan basis varietas bukan PS yang ditanam di lahan tegalan dapat dilihat pada persamaan : Y = 1,245 - 0,134X1 + 0,414X2 + 0,098X3 - 0,506X4 + 0,063X5 - 0,060X6 – 0,038X7 + 0,469X8
52
Dimana : Y = Rendemen (%) X1 = Keprasan (pada tingkat keprasan 0 sampai 5); X2 = Pupuk N (ton/ha ZA); X3 = Kompos (ton/ha); X4 = NPK (ton/ha); X5 = Umur (bulan); X6 = Kotoran (%); X7 = Kewayuan (hari); X8 = Brix (%) Komponen-komponen input yang memberikan kontribusi positif terhadap pertambahan angka rendemen di lahan sawah, relatif sama antara varietas PS maupun bukan PS, yaitu : komponen pupuk N, kompos, umur tanaman, dan brix d. Varietas Bukan PS di Lahan Tegalan Hubungan antar variabel komponen input yang mempengaruhi rendemen dengan basis varietas bukan PS yang ditanam di lahan tegalan dapat dilihat pada persamaan : Y = 0,196 - 0,002X1 + 0,027X2 + 0,002X3 - 0,224X4 + 0,032X5 - 0,003X6 – 0,030X7 + 0,461X8 Dimana : Y = Rendemen (%) X1 = Keprasan (pada tingkat keprasan 0 sampai 5); X2 = Pupuk N (ton/ha ZA); X3 = Kompos (ton/ha); X4 = NPK (ton/ha); X5 = Umur (bulan); X6 = Kotoran (%); X7 = Kewayuan (hari); X8 = Brix (%)
53
Jika pada pertanaman varietas bukan PS di lahan sawah, pemberian pupuk kompos akan mengakibatkan terjadinya penurunan rendemen, maka pada lahan tegalan justeru akan meningkatkan rendemen yang dihasilkan.
Faktor-faktor
lainnya, yakni pupuk N, umur dan brix juga sama seperti pada lahan sawah akan memberikan pengaruh positif terhadap rendemen. Dari persamaan-persamaan regresi di atas, terlihat adanya kesamaan pola komponen-komponen input baik yang memberikan kontribusi positif terhadap rendemen, yaitu pemberian pupuk N, umur dan brix, kecuali untuk tanaman bukan PS yang ditanam di lahan tegalan ditambah dengan pemberian pupuk kompos. Komponen-komponen input yang memberikan kontribusi negatif terhadap rendemen yang dihasilkan juga mempunyai kesamaan pola antara varietas PS dan Triton (bukan PS) baik yang ditanam di lahan sawah maupun tregalan, yaitu : keprasan, pupuk NPK, kotoran dan kewayuan
4.5. Korelasi Antar Variabel Hasil analisis korelasi antara variabel-variabel bebas dengan rendemen disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Tingkat korelasi variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat Variabel
Pearson Correlation Varietas 0.028 Tkt. Keprasan - 0.041 Pupuk N 0.307 (*) Kompos - 0.029 Pupuk NPK - 0.029 Umur tebu 0.136 Kotoran - 0.197 Kewayuan - 0.611 (**) Brix kebun 0.988 (**) Jumlah kontribusi
Sig. (2-tailed) 0.823 0.746 0.012 0.064 0.170 0.278 0.113 0.000 0.000
n = 142 ** Korelasi signifikan pada level 0.01 (2-tailed). * Korelasi signifikan pada level 0.05 (2-tailed).
Kontribusi (%) 0.17 0.00 4.63 -0.07 0.16 -0.11 0.43 13.02 78.17 96.40
54
Tabel diatas merupakan hasil path analysis dengan SPSS-12.
Hasil analisis
diperoleh kontribusi rendemen terbesar adalah brix kebun (78,17%), selanjutnya kewayuan (13,02 %), Pupuk N (4,63 %) dan efisiensi pabrik (1,6 %). Oleh karena itu, untuk mendapatkan rendemen setinggi-tingginya keempat komponen tersebut perlu diperhatikan secara seksama, khususnya kadar total padatan terlarut dalam tebu (brix).
Pada penelitian ini, kadar brix tertinggi (24,43%) menghasilkan
rendemen yang sangat tinggi yaitu 11,42 %, dicapai oleh jenis tebu PS 851 yang ditanam di lahan sawah dengan pemupukan 0,7 ton/ha dan digiling setelah 1 hari tebang. Berdasarkan signifikansi korelasi antar variabel diatas, dapat dibuat persamaan baru yang merupakan persamaan regresi berganda pendugaan rendemen berdasarkan pemupukan N, kewayuan dan brix, sebagai berikut :
Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3 dimana : Y
= Rendemen (%)
X1
= Pemupukan N (ton/ha ZA)
X2
= Kewayuan (hari)
X3
= Brix (%)
Dari persamaan regresi diatas, dapat disimpulkan bahwa setiap penambahan pupuk N 0,1 ton/hektar akan meningkatkan rendemen sebesar 0,226 poin, dan peningkatan nilai brix sebesar 1% akan berpengaruh meningkatkan rendemen sebanyak 0,451 poin. Sementara itu, setiap terjadi penambahan 1 hari penundaan (kewayuan) giling akan mengakibatkan terjadinya penurunan nilai rendemen tebu sebesar 0,04 poin.
4.6. Implementasi Hasil Penelitian Penggunaan metoda sampling sebagai teknik penetapan rendemen secara individual petani merupakan teknologi yang paling siap untuk diterapkan dalam
55
upaya perbaikan industri gula di Indonesia saat ini. Penggunaan metoda krepyak mini sampler dapat diterapkan secara akurat untuk mengukur kualitas tebu individual petani, khususnya untuk pabrik-pabrik gula berkapasitas kecil (dengan meja tebu 1-2 buah) seperti di PG Mojopanggung. Teknik sampling dengan menggunakan alat core sampler dapat diterapkan pada pabrik-pabrik gula dengan kapasitas lebih besar. Hanya saja, karena penelitian ini belum menggunakan alat yang sebenarnya (baru berupa pendekatan yang representatif), perlu dilakukan pengujian-pengujian yang lebih intensif sebelum diterapkan pada skala luas. Pendugaan rendemen tebu secara individual petani berdasarkan data komponen input pupuk N, kewayuan dan brix dengan menggunakan persamaan regresi : Y = 0,198 + 0,226 X1 (pupuk N) – 0,040 X2 (kewayuan) + 0,451 X3 (brix) dapat diterapkan pada perhitungan rendemen tebu rakyat yang dibina oleh pabrik gula.
Hal tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
kesalahan data yang dilaporkan. Petani tebu rakyat binaan sendiri (TRS) pabrik gula biasanya mengambil kredit ketahanan pangan (KKP) untuk budidaya tebunya dengan menggunakan PG sebagai avalis.
Dengan demikian, setiap tahapan
budidaya yang dilakukan petani yang bersangkutan dapat dimonitor oleh pabrik gula. Metode ini dapat diterapkan pada sekitar 60% - 70% tebu yang akan digiling pabrik yang berasal dari tebu rakyat. Data tebu rakyat binaan sendiri (TRS) yang digiling di pabrik-pabrik gula lingkup PT Rajawali II Jawa Barat pada periode tahun 2002 sampai 2005 rata-rata sebesar 73,175% dari total luas tanam tebu rakyat, atau seluas 7.080,75 hektar dari rata-rata total luas tanam tebu rakyat seluas 9.750 hektar (Dinas Perkebunan Jawa Barat, 2006). Hal tersebut berarti untuk wilayah kerja PT Rajawali II Jawa Barat, metoda penetapan rendemen berdasarkan komponen input dapat diterapkan pada lebih dari 70% tebu PTR. Untuk bahan baku giling yang berasal dari luar binaan pabrik, metode penetapan rendemen berdasarkan data komponen input sangat riskan diterapkan, karena pabrik tidak dapat mengetahui secara pasti kebenaran data yang dilaporkan.
5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data pengamatan penelitian teknik penetapan rendemen individual, dapat disimpulkan bahwa metode penetapan rendemen dengan Pendekatan Core Sampler (PCS) dan Krepyak Mini Sampler (KMS) merupakan metode penetapan rendemen secara individual petani yang layak diterapkan ditingkat pabrik. Hal tersebut disebabkan rata-rata hasil penetapan rendemen dengan metoda PCS dan KMS tidak berbeda nyata dengan rendemen yang sebenarnya dan identik pula dengan rendemen yang dikeluarkan pabrik gula pada tingkat kepercayaan 95% dan deviasi standar masing-masing sebesar 0,224 dan 0,552 . Dengan demikian, teknik KMS dan PCS dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah penetapan rendemen yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual dengan tingkat akurasi tinggi yang dinyatakan dengan deviasi standar kurang dari 5%. Perkiraan rendemen individual petani juga dapat dihitung jika komponenkomponen input diketahui. Komponen-komponen input tersebut adalah varietas tebu yang digunakan,
tingkat keprasan, pemupukan (N, kompos, dan NPK),
tingkat kemasakan tebu (umur tebu), kotoran (’trash’) yang terangkut dan ikut tergiling, penundaan giling sejak tebang (kewayuan), irigasi (sawah atau tegalan), serta total padatan terlarut (brix) tebu yang diukur dikebun. Dugaan atas besaran rendemen tersebut dinyatakan melalui persamaan : Y = 0,033 + 0,016X1 - 0,002 X2 + 0,155 X31 – 0,011 X32 - 0,104 X33 + 0,022 X4 – 0,007 X5 – 0,034 X6 + 0,047 X7 + 0,448 X8 dimana : Y = rendemen (%), X1 = varietas (PS/bukan PS), X2 = tingkat keprasan (0 sampai 5), X31 = pupuk N (ton/ha ZA), X32 = pupuk kompos (ton/ha), X33= pupuk NPK (ton/ha), X4 = umur tebu (bulan), X5 = kotoran (%), X6= kewayuan (hari), X7 = irigasi (sawah/tegalan), dan X8 = brix kebun (%).
57
Dari komponen-komponen input tersebut, faktor yang paling berpengaruh adalah pemberian pupuk N, penundaan giling sejak tebang (kewayuan) dan brix kebun. Berdasarkan ketiga faktor tersebut dapat dilakukan pendugaan rendemen melalui persamaan : Y = 0,198 + 0,226 X1 – 0,040 X2 + 0,451 X3 dimana : Y = Rendemen (%), X1 = Pemupukan N (ton/ha ZA), X2= Kewayuan (hari), dan X3 = Brix (%)
5.2. Saran Dalam rangka menghilangkan kecurigaan dan meningkatkan kepercayaan petani kepada pabrik gula untuk memasok tebu yang bermutu baik serta mendorong terciptanya suasana yang kondusif sehingga terjalin hubungan kemitraan yang lebih baik guna meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri gula, maka disarankan kepada : a. Pabrik-pabrik gula di Indonesia untuk melaksanakan metode penetapan rendemen tebu yang lebih adil dan transparan serta mengukur prestasi petani secara individual. b. Sebelum diaplikasikan dalam skala luas, metode penetapan rendemen individual petani dengan cara Core Sampler perlu diuji lebih lanjut di tingkat pabrik dengan menggunakan alat Core Sampler yang sebenarnya. c. Pendugaan rendemen berdasarkan komponen input, sebaiknya hanya diterapkan untuk tebu yang berasal dari kebun rakyat binaan pabrik gula sendiri (TRS) d. Institusi-institusi pendidikan tinggi dan lembaga-lembaga penelitian yang terkait di Indonesia agar mengupayakan adanya kajian-kajian yang bertujuan untuk menghasilkan formula penetapan rendemen baru yang mengukur prestasi petani secara individual, bersifat transparan, akurat, terpercaya, obyektif serta mudah dilakukan dan sesuai dengan kondisi pabrik gula Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Ananta, T. 1975. Gagasan Tentang Penentuan Rendemen Tebu. Perusahaan Gula 11 (3) : 150 – 153.
Majalah
--------------. 1984. Penentuan Rendemen Tebu Giling Di Indonesia. Prosiding Pertemuan Teknis Tengah Tahunan 2 : 142 – 146. Anonymous. 1976. Surat Keputusan Menteri Pertanian/Ketua BP Bimas Nomor 013/SK/Mentan/BPB/3/76 tanggal 5 Maret 1976. Jakarta. ---------------. 1984. Pedoman pelaksanaan cara perhitungan rendemen tebu giling bagi petugas pabrik gula. BKSD. Yogyakarta. hlm: 9 ---------------. 2004. Kinerja Industri Gula. Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta. ---------------. 2004. Luas Areal dan Produksi Gula di Indonesia tahun 1993 2004. Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta. ---------------. 2004. Perkiraan Produksi dan Impor Gula 2004. Sekretariat Dewan Gula Indonesia, Jakarta. ---------------. 2003. Usulan Alternatif Kebijakan Pengembangan Agribisnis Gula Nasional. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta. ---------------. 2003. Ekonomi Gula, 11 Negara Pemain Utama Dunia, Kajian Komparasi dan Perspektif Indonesia. Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian, Jakarta. Arsana, W. D., S. Merjayanti, A Suryani dan D. Syarifuddin. 1997. Beberapa masalah pada tanaman keprasan. di wilayah PG Asembagus, PG Jatiroto dan PG Pesantren Baru. Berita. P3GI. Pasuruan. hlm: 5-7 Boediman, S. 1994. Tinjauan kinerja pabrik-pabrik gula di Indonesia. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI. Pasuruan. Darmodjo, S. 1995. Varietas unggul baru yang dianjurkan untuk lahan sawah dan lahan kering. Departemen Pertanian. 2004. Dua Tahun program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Nasional. Ditjen Bina Produksi Perkebunan, Jakarta. Dharmawan, J. 1982. Urea dan TSP di Indonesia dalam analisis permintaan kuantitatif. Jurnal Agro Ekonomi. PPAE. Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian. 27 hlm. Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2006. Laporan Program Akselerasi Peningkatan Produktivitas Gula Jawa Barat 2002 -2005. Bandung. Dinas Perkebunan Jawa Timur. 2005. Laporan Tahunan Satker Pengembangan Tebu Jawa Timur TA 2004. Surabaya. Ekosoni W.P., Roy Hendroko dan Praptiningsih G.A. 1996. Selidik Cepat Rendemen Tebu Di Lapang. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI. Pasuruan.
59
Hadi dan Sutrisno. 1999. Ikhtisar angka perusahaan tahun giling 1998. P3GI Pasuruan. Harisutji, W.T. 2001. Analisis Kuantitatif Brix dan Pol Nira Tebu. Modul Pelatihan Penentuan Rendemen Tebu. P3GI. Pasuruan. Husnan, E.; Arsana, W.D.; Subagio, J. Dan Suyanto Simoen. 2000. Perakitan teknologi budidaya tebu keprasan lahan kering untuk meningkatkan produksi. Laporan teknis. Bagpro Litbang Teknologi Tebu - Pasuruan. 17 hlm. Husodo, S.Y. 2000. Menuju Penyelamatan Industri Gula Nasional. Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan Indonesia, 26 Juli 2000. AP2I, Bogor. Hlm : 26-42 Isro Ismail, Nugraharsi T. Dan Tonny Kuntohartono. 1996. Penggunaan Berbagai Bentuk Urea Pada Tanaman Tebu. Gula Indonesia XXI(1). Pasuruan. hlm: 8-11 Kartono. 1993. Nilai kerugian dari tebu kotor. Prosiding Pertemuan Teknis Tengah Tahunan I. P3GI Pasuruan. hlm: 17 Kuntohartono, T., 2000. Budidaya Tebu Keprasan. Gula Indonesia XXV (2). P3GI. Pasuruan. hlm: 3 – 9 Kuntohartono, T. Dan Djajadi, 1985. Pola pergiliran tanaman tebu dengan pupuk hijau di tegalan Jengkol. Pertemuan Teknis BP3G. hlm : 292-313 Kuntohartono, T. dan Roy Hendroko, 1995. Peningkatan Produktivitas Keprasan. Pertemuan Teknis 1995. P3GI. Pasuruan. 16 hlm Kusbiyanto A., Nahdodin dan A. Susmiadi. 1982. Evaluasi pelaksanaan Inpres No.9 tahun 1975 sampai dengan tahun giling 1980. MPG XVIII (1-2-3). P3GI. Pasuruan. hlm: 12-23 Lembaga Penelitian IPB. 2002. Studi Pengembangan Agribisnis Pergulaan Nasional. Proyek Pengembangan Kimbun Pusat Ditjen BP Perkebunan Departemen Pertanian bekerjasama dengan LP IPB. Jakarta. Lestari, H. 2000. Orientasi Varietas Tebu Di Areal Perkebunan PG Pelaihari. Berita P3GI No. 29. Pasuruan. hlm : 16 Marjayanti, S. dan W.D. Arsana, 1999. Keragaan Beberapa Varietas Tebu Pada Beberapa Masa Tanam/Kepras di Lahan Kering Jatiroto. Berita P3G Indonesia (24) : 14-21 Martoyo, T., 2000. Masalah kritis dalam pengolahan gula kaitannya dengan kualitas bahan baku. Gula Indonesia XXV (1). P3GI. Pasuruan. hlm: 10-15 Mashudi. 1979. Pengaruh kualitas bahan dasar terhadap pengolahan di pabrik gula. Gula Indonesia V(11). P3GI. Pasuruan. Masyhuri dan Lestari R.W. 2004. Neraca Gula Tahun 2004 dan Proyeksi Neraca Gula Tahun 2005. Jurusan Sosektan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Meade, J.P. dan Chen, J.P. 1977. Cane Sugar Handbook. A Wiley Interscience Pub., Canada
60
Mirzawan P.D.N. dan S. Lamadji. 1997. Perakitan Varietas Tebu Unggul Tahan Penyakit Penting Di Indonesia. Majalah Penelitian Gula Vol. 33. P3GI. Pasuruan. hlm : 17-23 Mirzawan P.D.N., Soegito dan Pudjiarso. 2001. PS 851 Varietas Tebu Unggul Baru Untuk Lahan Sawah Dan Tegalan. Gula Indonesia Vol. XXVI/1. IKAGI. Pasuruan. hlm : 3-8 Mochtar, M., A. Bachtiar dan B. E. Santoso. 1993. Evaluasi pasca panen beberapa pabrik gula di Indonesia dalam kaitannya dengan penurunan kualitas tebu/rendemen tebu. Prosiding Pertemeuan Teknis Tengah Tahunan I. P3GI Pasuruan. hlm: 9 Mochtar, M. 1994. Perkembangan teknologi dan peralatan pabrik gula dalam dua dasa warsa terakhir. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI. Pasuruan. Nahdodin. 1992a. Program TRI, perilaku pabrik gula dan dampaknya. MPG XXVIII (1-2). P3GI. Pasuruan. hlm: 19-23 Nahdodin. 1992b. Ketidakefisienan usahatani tebu karena kelembagaan. MPG XXVIII (1-2). P3GI. Pasuruan. hlm: 24-29 Nainggolan, K. 2005. Kebijakan Gula Nasional dan Persaingan Global. Paper Kepala Badan Bimas Ketahanan Pangan Departemen Pertanian dalam Kongres IKAGI, 14-15 Februari 2005. Bandung. Nurai, N. K. 1977. Penilaian rendemen serta faktor-faktornya dari pabrik-pabrik gula di Indonesia dari tahun ke tahun. MPG XIII (2). P3GI Pasuruan. hlm: 198-207 Pawirosemadi, M. 1996. Aneka Ragam Pupuk Dan Kemanfaatannya. Gula Indonesia XXI(1). Pasuruan. hlm : 3-7 Partowinoto, S. 1996. Core Sampler Merupakan Salah Satu Sistem Alternatif Yang Mampu Menghargai Prestasi Individu Pembudidaya Tebu. Berita P3GI No. 17 Tahun 1996, Pasuruan Purwono, 2002. Penggunaan pengukuran brix untuk menduga rendemen nyata di Pabrik Gula Gula Putih Mataram, Lampung. Divisi R & D PG GPM. Rasyid, A., 1988. Uji berbagai bahan dan saat sulam tanaman keprasan di Pelaihari. Prosiding Seminar Budidaya Tebu Lahan Kering. P3GI Pasuruan. 992 hlm Rusastra, W., S. Suprihatini, M. Iqbal, and B. Borrell. 2000. A Framework for Policy Analysis of the Indonesian Sugar Industry. Center for Agro-socio Economic Research. Bogor. Roesmanto, J. dan Nahdodin. 2001. Prospek Industri Gula Indonesia di Era Otonomi Daerah. Tinjauan Komoditas Perkebunan 2 (1): 21-26 Santosa, P.B. dan Ashari. 2005. Analisis Statistik Dengan Microsoft Excel Dan SPSS. Penerbit ANDI Yogyakarta. Santoso, B.E., 1998. Analisis Nira dan Kemasakan Tebu. Training Teknisi Laboratorium”, P3GI, 1-10 Juni 1998.
Bahan ”Inhouse
61
Santoso, B.E. dan Subhanuel Bahri, 2004. Kajian Sistem Penetapan Rendemen Tebu Di Pabrik Gula. Laporan Tengah Tahun 2004 Bagpro Litbang Tebu Pasuruan – PAATP Badan Litbangtan. P3GI. Pasuruan. Santoso, B. E. dan Martoyo. 1994. Penggunaan Refraktometer Untuk Pengukuran Brix Dalam Pengawasan Pabrikasi di Pabrik Gula. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI: Pasuruan. Santoso, B. E., Pudjiarso dan S. Hadisaputro. 1996. Tebu kotor dan penundaan giling: Pengaruhnya terhadap kualitas tebu dan nira. Prosiding Pertemuan Teknis. P3GI: Pasuruan. hlm: 13 Santoso, B. E. dan Martoyo. 2000. Pelatihan rendemen dan tebu kotor bagi PTR se wilayah kerja PG Rendeng. Laporan teknis intern. Saputro, SE. Dan Isro Ismail. 1993. Uji Beberapa Varietas Unggul PS di Lahan Ultisol PG Bungamayang. Berita P3GI No. 10. Pasuruan. hlm: 26-28. Simoen, S. dan Sumoyo. 1990. Efisiensi Pemupukan N Dan P Tebu Lahan Kering Keprasan Pertama. Prosiding Seminar Pengembangan Agroindustri Berbasis Tebu Dan Sumber Pemanis Lainnya. Pasuruan, 9-11 Juli 1990. hlm : 85-91 Soeparmono dan Ekosoni. 1995. Hasil Pengujian Pupuk AS Tablet di PG Rejoagung. Laporan teknis intern. Subagio, I. 1993. Dinamika Populasi Tebu di Takalar. Berita P3GI No. 10. Pasuruan. hlm: 41-45. Suryana, A. 2003. Penyelamatan dan Penyehatan Industri Gula Nasional. Sekretariat Ketahanan Pangan. Jakarta Suharno dan Apoen S. 1995. Hasil Uji Pupuk Majemuk Lengkap Tablet di PT Perkebunan XIV (Persero). Berita P3GI No. 14 Pasuruan. Tim Penulis PS. 2000. Pembudidayaan Tebu Di Lahan Sawah Dan Tegalan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Usman, B. dan Sumoyo. 1991. Tanggap rendemen varietas M 442-51 terhadap dosis pemupukan NPK pada beberapa jenis tanah. MPG Th. XVII. P3GI. Pasuruan. hlm : 1-9 Usman, B. 1996. Pupuk Kalium, Manfaat Dan Dampaknya Pada Produksi Tebu. Gula Indonesia XXI(1). Pasuruan. hlm : 33-36 Widasari, S. 1988. Rancangan Percobaan. Karunika. Jakarta Woeryanto, 2000. Peningkatan Efisiensi Manajemen Industri Gula. Prosiding Seminar Sehari Pembangunan Perkebunan Indonesia, 26 Juli 2000. AP2I, Bogor. hlm : 49-54.
LAMPIRAN
63
Lampiran 1. Lembar Kuesioner
LEMBAR KUESIONER Nama Petani
: ........................................................
Alamat
: ........................................................ ........................................................
Kelompok Tani : ........................................................ Tanggal Tanam : ........................................................ Varietas : ........................................................ Tingkat Keprasan : ........................................................ Pemupukan : Dalam musim tanam ini pemupukan dilakukan sebanyak ........ kali, dengan menggunakan pupuk (uraikan ) ................................................................................... ................................................................................... Rencana Tebang
: tanggal ........................................................
Pada musim tanam sebelumnya : Tanggal Tanam : ........................................................ Varietas : ........................................................ Tingkat Keprasan : ........................................................ Pemupukan : Dalam musim tanam sebelumnya pemupukan dilakukan sebanyak ........ kali, dengan menggunakan pupuk (uraikan ) ................................................................................... .................................................................................... Tebang : tanggal .................... Jam : .......................... Giling : tanggal .................... Jam : .......................... Produksi Tebu : ........................................................ Rendemen : ........................................................ Hasil Gula : ........................................................ Harga : Rp Tulung Agung,
64
Lampiran 2.
Hasil Pengamatan dan Analisis Penelitian Penetapan Rendemen Individual
Kebun I a. Krepyak Mini Sampler (KMS) No Urut
Nomor
Berat Tebu
BRIX
POL
HK
NNPP
KNPP
Rendemen
Analisis
Lori
(ton)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
238 240 243 245 247 249 251
323 238 39 354 616 454 74
8.30 8.60 8.10 7.60 7.90 6.60 6.20
17.82 17.32 17.22 17.32 15.92 17.32 17.72
14.80 13.70 13.63 13.78 12.83 13.94 15.20
83.05 79.10 79.15 79.56 80.59 80.48 85.78
13.59 12.25 12.19 12.36 11.59 12.59 14.19
39.30 36.88 38.79 50.39 39.58 41.60 37.00
8.67 7.34 7.68 10.12 7.45 8.50 8.53
253
280
7.90
17.32
14.64
84.53
13.57
35.14
7.74
61.20
137.96
112.52
652.24
102.33
318.68
66.03
7.65
17.25
14.07
81.53
12.79
39.84
8.25
Jumlah Ratarata
b. Pendekatan Core Sampler (PCS) No Nomor Urut Analisis Lori
KNP (%)
KA amp (%)
KNT (%)
BRIX (%)
POL (%)
HK (%)
NNPP (%)
Rendemen (%)
238 240 243 245 247 249 251
323 238 39 354 616 454 74
64.50 66.70 61.80 63.30 65.50 63.80 60.70
52.00 52.00 51.40 51.40 53.20 50.80 51.80
87.21 87.95 85.69 86.28 87.62 86.56 85.79
18.71 18.51 17.81 17.91 17.02 19.21 18.86
14.30 13.71 13.87 13.42 12.76 15.26 14.40
76.43 74.07 77.88 74.93 74.97 79.44 81.31
12.54 11.79 12.29 11.62 11.06 13.68 13.08
8.33 7.90 8.03 7.64 7.38 9.03 8.73
253
280
65.00
50.80
86.74
18.21
14.46
79.41
12.96
8.57
511.30 413.40 693.84 146.24 112.18 618.44
99.02
65.61
63.91
12.38
8.20
Jumlah Ratarata
51.68
86.73
18.28
14.02
c. Rendemen Nyata Jumlah tebu digiling (18 Lori) Jumlah gula yg dihasilkan Rendemen nyata
127,400.00 10,332.10 8.11
kg kg %
77.31
65
Kebun II a. Krepyak Mini Sampler (KMS) No Urut Nomor Analisis Lori 248 187 250 273 253 199 255 424 257 196 259 294 263 499 Jumlah Ratarata
Berat Tebu (ton) 6.10 5.20 5.50 4.90 5.30 6.30 6.10 39.40
BRIX POL (%) (%) 18.44 14.99 18.14 14.71 17.54 14.40 17.54 14.80 18.74 15.31 19.04 16.39 15.74 13.09 125.18 103.69
HK (%) 81.29 81.09 82.10 84.38 81.70 86.08 83.16 579.80
RendeNNPP KNPP men (%) (%) (%) 13.61 41.57 8.00 13.34 54.39 10.26 13.14 43.25 8.04 13.70 35.24 6.83 13.94 47.89 9.44 15.33 48.51 10.51 12.03 44.99 7.65 95.09 315.84 60.73
5.63
17.88
82.83
13.58
14.81
45.12
8.68
b. Pendekatan Core Sampler (PCS) No Nomor Urut Analisis Lori 248 187 250 273 253 199 255 424 257 196 259 294 263 499 Jumlah Ratarata
HK (%) 80.49 79.85 75.36 80.87 82.40 84.10 80.46
NNPP (%) 13.64 13.32 12.13 13.70 13.87 14.62 12.87
Rendemen (%) 9.01 8.82 8.04 9.03 9.14 9.61 8.36
452.50 359.20 608.32 129.47 104.24 563.53
94.15
62.01
64.64
13.45
8.86
KNP (%) 65.00 65.70 65.80 64.40 64.40 63.50 63.70
KA amp (%) 51.40 51.40 51.60 51.60 51.60 51.60 50.00
51.31
KNT (%) 87.14 87.35 87.46 87.00 86.91 86.70 85.76
86.90
BRIX (%) 18.76 18.56 18.51 18.71 18.41 18.81 17.71
18.50
14.89
c. Rendemen Nyata Jumlah tebu digiling (14 Lori) Jumlah gula yg dihasilkan Rendemen nyata
81,500.00 7,123.00 8.74
POL (%) 15.10 14.82 13.95 15.13 15.17 15.82 14.25
kg kg %
80.50
66
Kebun III a. Krepyak Mini Sampler (KMS) No Urut Nomor Analisis Lori 272 102 274 180 277 468 279 140 281 26 283 364 285 369 Jumlah Ratarata
Berat Tebu (ton) 7.10 6.40 5.10 6.30 5.20 6.30 7.20 43.60
BRIX (%) 16.84 16.84 15.94 15.84 16.34 17.04 18.44 117.28
POL HK NNPP KNPP (%) (%) (%) (%) 13.34 79.22 11.94 48.63 12.72 75.53 11.07 45.29 13.08 82.06 11.94 54.90 12.80 80.81 11.58 64.14 13.28 81.27 12.06 46.03 14.27 83.74 13.16 50.01 16.11 87.36 15.18 52.24 95.60 569.99 86.93 361.24
6.23
16.75
13.66
81.43
12.42
Rendemen (%) 8.21 7.09 9.26 10.50 7.85 9.31 11.21 63.43
51.61
9.06
b. Pendekatan Core Sampler (PCS) No Nomor Urut Analisis Lori 272 102 274 180 277 468 279 140 281 26 283 364 285 369 Jumlah Ratarata
KA amp (%) 51.20 51.20 51.00 51.00 51.00 51.00 51.40
KNT (%) 87.43 88.94 87.04 87.27 87.17 87.49 87.90
BRIX (%) 18.21 17.76 18.61 17.61 17.66 18.31 18.71
HK (%) 75.34 80.69 75.50 79.67 78.09 84.82 81.72
NNPP (%) 11.92 12.96 12.23 12.60 12.24 14.42 13.92
Rendemen (%) 7.90 8.74 8.07 8.34 8.09 9.56 9.28
469.10 357.80
613.24
126.87 100.74 555.83
90.29
59.98
67.01
87.61
18.12
12.90
8.57
KNP (%) 66.40 70.70 65.30 66.60 66.30 66.70 67.10
51.11
POL (%) 13.72 14.33 14.05 14.03 13.79 15.53 15.29
14.39
c. Rendemen Nyata Jumlah tebu digiling (15 Lori) Jumlah gula yg dihasilkan Rendemen nyata
93,500.00 8,059.70 8.62
kg kg %
79.40
67
Kebun IV a. Krepyak Mini Sampler (KMS) No Berat Urut Nomor Tebu BRIX Analisis Lori (ton) (%) 232 120 7.60 17.80 234 39 5.40 16.50 237 121 5.60 18.64 239 217 6.00 16.74 241 443 6.50 17.54 243 576 5.40 17.94 245 380 5.30 16.48 Jumlah 41.80 121.64 Ratarata 5.97 17.38
POL HK NNPP KNPP (%) (%) (%) (%) 14.22 79.89 12.79 52.02 13.35 80.91 12.09 40.00 14.79 79.35 13.25 48.68 12.99 77.60 11.49 45.23 14.16 80.73 12.81 42.76 14.11 78.65 12.58 41.46 12.93 78.46 11.51 42.85 96.55 555.59 86.52 313.00 13.79
79.37
12.36
44.71
Rendemen (%) 9.33 6.78 9.04 7.29 7.68 7.31 6.92 54.35 7.76
b. Pendekatan Core Sampler (PCS) No Nomor Urut Analisis Lori 232 120 234 39 237 121 239 217 241 443 243 576 245 380 Jumlah Ratarata
KNT (%) 86.47 85.08 87.35 86.43 86.57 85.64 87.16
BRIX (%) 18.66 18.31 18.67 18.01 17.57 18.21 17.51
POL (%) 14.87 14.24 13.73 14.61 14.69 15.61 14.06
HK (%) 76.69 77.77 73.54 81.12 83.61 85.72 80.30
NNPP (%) 13.35 12.61 11.75 13.25 13.54 14.57 12.68
Rendemen (%) 8.83 8.21 7.85 8.76 8.97 9.55 8.45
444.50 359.40 604.70
126.94
101.81 558.75
91.75
60.62
63.50
18.13
14.54
13.11
8.66
KNP (%) 64.20 60.80 65.40 63.40 64.10 61.10 65.50
KA ampas (%) 50.60 50.60 51.60 51.60 51.60 51.60 51.80
51.34
86.39
c. Rendemen Nyata Jumlah tebu digiling (16 Lori) Jumlah gula yg dihasilkan Rendemen nyata
91,800.00 7,885.60 8.59
kg kg %
79.82
68
Kebun V a. Krepyak Mini Sampler (KMS) No Berat Urut Nomor Tebu BRIX POL HK Analisis Lori (ton) (%) (%) (%) 256 245 6.50 16.84 13.31 79.04 258 427 6.80 17.14 13.64 79.58 261 537 7.90 18.24 14.38 78.84 263 199 5.30 16.94 12.77 75.38 265 70 7.00 17.74 13.66 77.00 267 51 6.20 18.14 14.71 81.09 269 239 7.60 17.74 13.85 78.07 Jumlah 47.30 122.78 96.32 549.00 Ratarata 6.76 17.54 13.76 78.43
NNPP (%) 11.90 12.24 12.84 11.10 12.03 13.34 12.29 85.74
KNPP (%) 30.13 61.04 36.42 48.94 36.92 46.37 43.94 303.76
Rendemen (%) 5.13 10.69 6.69 7.78 6.36 8.85 7.73 53.23
12.25
43.39
7.60
b. Pendekatan Core Sampler (PCS) No Nomor Urut Analisis Lori 256 245 258 427 261 537 263 199 265 70 267 51 269 239 Jumlah Ratarata
HK (%) 80.48 79.26 76.10 82.00 74.66 85.15 78.76
NNPP (%) 12.92 12.21 12.25 13.25 12.17 14.72 12.90
Rendemen (%) 8.51 8.06 8.27 8.77 8.04 9.85 8.50
453.20 357.40 607.10 126.92 100.85 556.41
90.42
60.00
64.74
12.92
8.57
KNP (%) 63.10 64.00 68.70 64.50 63.00 66.30 63.60
KA amp (%) 51.20 51.20 51.00 51.00 51.20 51.20 50.60
51.06
KNT (%) 86.08 86.26 88.26 86.50 86.35 87.49 86.16
86.73
BRIX (%) 17.78 17.21 18.41 17.72 18.86 18.58 18.36
18.13
POL (%) 14.31 13.64 14.01 14.53 14.08 15.82 14.46
14.41
c. Rendemen Nyata Jumlah tebu digiling (16 Lori) Jumlah gula yg dihasilkan Rendemen nyata
107,900.00 kg 9,398.10 kg 8.71 %
79.49
69
Kebun VI a. Krepyak Mini Sampler (KMS) No Berat Urut Nomor Tebu BRIX POL HK NNPP Analisis Lori (ton) (%) (%) (%) (%) 233 144 5.90 17.24 13.37 77.55 11.82 235 318 6.10 17.54 14.42 82.21 13.17 237 445 6.90 18.04 14.50 80.38 13.08 239 360 5.50 17.04 13.00 76.29 11.38 241 420 6.10 16.34 12.66 77.48 11.19 243 224 6.50 16.74 13.45 80.35 12.13 245 347 8.50 17.79 15.01 84.37 13.90 Jumlah 45.50 120.73 96.41 558.63 86.67 Ratarata 6.50 17.25 13.77 79.80 12.38
KNPP (%) 42.26 37.25 50.63 38.06 45.68 53.64 45.98 313.50
Rendemen (%) 7.59 7.45 10.06 6.58 7.76 9.89 9.71 59.04
44.79
8.43
b. Pendekatan Core Sampler (PCS) No Nomor Urut Analisis Lori 233 144 235 318 237 445 239 360 241 420 243 224 245 347 Jumlah Ratarata
KNP (%) 63.20 62.00 65.00 60.70 64.70 65.40 62.90
KA ampas (%) 50.30 50.30 51.40 50.30 50.00 50.00 49.30
KNT (%) 85.93 85.19 87.08 84.77 86.09 86.58 85.29
BRIX (%) 18.57 17.56 18.53 17.89 17.47 18.31 18.31
POL (%) 14.60 13.79 14.01 14.34 14.33 15.33 13.80
HK (%) 78.62 78.53 75.61 80.16 82.03 83.72 75.37
NNP (%) 13.01 12.28 12.20 12.92 13.07 14.14 12.00
Rendemen (%) 8.56 8.01 8.13 8.38 8.62 9.37 7.83
443.90 351.60 600.93 126.64 100.20 554.04 89.62
58.90
63.41
8.41
50.23
85.85
18.09
14.31
c. Rendemen Nyata Jumlah tebu digiling (14 Lori) Jumlah gula yg dihasilkan Rendemen nyata
102,300.00 kg 8,644.40 kg 8.45 %
79.15
12.80
70
Rekapitulasi dan Deskripsi
Metoda KMS PCS Rendemen Nyata Jumlah Rata-rata
Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Kebun Rata1 2 3 4 5 6 Jumlah rata 8.25 8.68 9.06 7.76 7.60 8.43 49.78 8.30 8.20 8.86 8.57 8.66 8.57 8.41 51.27 8.55 8.11 24.56 8.19
8.74 26.28 8.76
8.62 26.25 8.75
8.59 25.01 8.34
8.71 24.88 8.29
8.45 25.29 8.43
51.22
Analisis Ragam Jlh Nilai 6 6 6
Metoda KMS PCS Rendemen Nyata Sumber Keragaman Metoda Pengukuran Galat Total
JK 0.2387 2.0446 2.2833
db
KT
Total 49.78 51.27 51.22
F
Rata-rata 8.2967 8.5450 8.5367 Pvalue
2 0.1193 0.8755 0.4369 15 0.1363 17
DESKRIPSI DATA Deskripsi Mean Standard Error Median Standard Deviation Sample Variance Range Minimum Maximum Largest(1) Smallest(1) Confidence Level(95.0%)
KMS
PCS
Rendemen Nyata
8.297 0.225 8.340 0.552 0.305 1.46 7.60 9.06 9.06 7.60
8.545 0.091 8.570 0.224 0.050 0.66 8.20 8.86 8.86 8.20
8.537 0.095 8.605 0.233 0.054 0.63 8.11 8.74 8.74 8.11
0.579
0.235
0.244
Varians 0.3046 0.0502 0.0541
8.54
71
Lampiran 3. Hasil pengamatan dan analisis faktor-faktor input yang mempengaruhi rendemen Rendemen (Y) = a0 +a1X1 + a2X2 + a31X31 + a32X32 + a33X33 + a4X4 +a5X5 + a6X6 + a7X7 + a8X8
RenNo
Tingkat
Pemupukan
Kondisi Tebu
Brix
demen
Varie-
Kepra-
N
Kompos
NPK
Umur
Kotoran
Wayu
Iri-
Kebun
(%)
tas
san
(ton/ha)
(ton/ha)
(ton/ha)
(bulan)
(%)
(hari)
gasi
(%)
Y
X1
X2
X31
X32
X33
X4
X5
X6
X7
X8
1
10.27
1
4
0.8
3.0
0.00
13.0
6.0
1.0
1
22.70
2
8.16
1
4
0.8
2.0
0.30
11.0
8.0
2.0
2
17.58
3
8.89
1
5
0.7
1.0
0.30
14.0
6.0
1.0
2
18.83
4
8.37
1
4
0.8
0.0
0.30
13.0
6.0
1.5
2
17.72
5
8.77
1
2
0.7
0.0
0.00
12.0
6.0
1.5
2
18.54
6
10.68
2
4
0.8
2.0
0.00
10.0
0.0
1.5
2
22.61
7
6.62
1
1
0.7
2.0
0.20
13.0
6.0
6.0
2
14.33
8
6.69
2
1
0.8
0.0
0.20
12.0
6.0
4.0
2
14.18
9
7.29
2
1
0.8
3.0
0.20
11.0
6.0
3.0
1
16.44
10
6.49
1
5
0.8
2.0
0.00
12.0
8.0
2.5
2
13.78
11
7.80
1
1
0.8
0.0
0.20
12.0
0.0
3.0
1
16.56
12
9.56
2
1
0.8
0.0
0.20
12.0
6.0
1.5
2
21.21
13
9.11
2
1
0.8
1.0
0.20
13.0
6.0
1.5
2
19.27
14
10.01
1
1
0.7
1.0
0.30
11.0
0.0
1.0
1
21.16
15
6.92
1
2
0.8
3.0
0.20
10.0
6.0
1.5
1
14.68
16
5.98
2
1
0.8
2.0
0.20
12.0
6.0
4.5
2
12.72
17
8.16
2
2
0.7
1.0
0.00
12.0
3.0
1.5
2
17.55
18
7.93
2
1
0.7
2.0
0.20
11.0
6.0
2.0
2
16.79
19
10.10
2
1
0.7
2.0
0.20
10.0
0.0
0.5
1
21.67
20
8.69
1
2
0.6
3.0
0.30
14.0
3.0
1.0
2
18.39
21
5.98
1
2
0.8
0.0
0.20
13.0
6.0
4.5
2
12.67
22
7.74
2
1
0.7
2.0
0.20
10.0
6.0
2.0
1
17.42
23
7.33
2
5
0.7
1.0
0.30
13.0
6.0
1.5
1
15.56
24
9.02
1
2
0.7
0.0
0.00
14.0
6.0
1.0
1
19.07
25
7.72
1
2
0.8
0.0
0.20
14.0
6.0
1.0
2
16.35
26
9.73
2
1
0.8
0.0
0.20
13.0
3.0
1.5
2
20.60
27
9.48
1
2
0.8
3.0
0.20
10.0
6.0
1.0
1
20.09
28
9.57
1
4
0.7
0.0
0.00
14.0
6.0
1.0
1
20.22
29
10.13
1
1
0.8
2.0
0.00
13.0
6.0
0.5
2
21.43
30
9.28
2
1
0.0
0.0
0.00
10.0
0.0
0.5
1
20.63
31
8.94
2
2
0.7
1.0
0.00
12.0
6.0
1.0
2
18.95
32
9.41
1
3
0.8
2.0
0.00
11.0
6.0
1.5
2
19.91
33
8.42
2
2
0.7
2.0
0.00
12.0
0.0
2.0
2
18.11
34
8.27
2
3
0.7
1.0
0.30
13.0
3.0
1.5
1
17.22
35
8.79
2
1
0.8
3.0
0.20
13.5
0.0
1.5
2
19.58
36
8.50
1
3
0.8
1.0
0.00
11.0
6.0
0.5
1
18.01
37
8.29
1
1
0.7
0.0
0.00
11.0
3.0
1.0
2
17.59
38
7.64
2
3
0.8
0.0
0.30
13.5
6.0
1.5
2
16.17
39
7.39
1
5
0.7
1.0
0.30
12.0
6.0
3.0
1
16.65
40
5.57
1
1
0.8
3.0
0.20
13.0
0.0
3.0
2
11.82
72
No
Y
X1
X2
X31
X32
X33
X4
X5
X6
X7
X8
41
7.90
2
3
0.7
2.0
0.20
13.0
3.0
2.0
2
16.77
42
6.56
2
1
0.8
3.0
0.20
11.0
6.0
2.5
2
13.93
43
8.26
1
3
0.7
2.0
0.00
12.0
6.0
2.5
1
17.52
44
11.42
2
1
0.7
0.0
0.20
10.0
0.0
0.0
2
24.43
45
8.96
2
1
0.8
0.0
0.20
11.0
6.0
1.5
1
18.95
46
8.42
1
1
0.7
1.0
0.30
11.0
0.0
1.5
1
18.82
47
6.33
1
4
0.7
1.0
0.30
12.0
6.0
4.0
1
13.40
48
9.99
1
1
0.7
0.0
0.00
11.0
0.0
1.0
2
21.44
49
8.11
1
1
0.7
1.0
0.30
11.0
0.0
1.5
1
17.16
50
6.77
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
5.0
1
14.49
51
8.33
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
2.5
1
17.83
52
7.78
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
3.5
1
16.65
53
7.90
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
3.5
1
16.91
54
8.03
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
2.5
1
17.19
55
8.19
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.5
1
17.53
56
7.64
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
3.0
1
16.35
57
7.35
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
3.5
1
15.73
58
7.38
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
3.0
1
15.79
59
9.42
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
20.16
60
9.03
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
19.33
61
8.54
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.0
1
18.28
62
7.94
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
3.5
1
16.99
63
8.73
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
18.69
64
8.57
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
18.34
65
8.04
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
2.0
1
17.21
66
8.46
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
2.5
1
18.11
67
7.83
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
5.0
1
16.76
68
7.55
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
2.0
1
16.16
69
9.01
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
3.0
1.5
1
19.29
70
8.97
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.5
1
19.20
71
8.82
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.5
1
18.88
72
8.04
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
3.0
1
17.21
73
9.01
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.5
1
19.29
74
9.03
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.5
1
19.33
75
9.28
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.5
1
19.86
76
9.14
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.5
1
19.56
77
9.21
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
6.0
1.5
1
19.71
78
9.61
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
0.0
1.0
1
20.57
79
9.05
2
2
0.7
3.0
0.15
12.0
3.0
1.0
1
19.37
80
8.23
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
1.5
1
17.62
81
7.90
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
2.0
1
16.91
82
8.76
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
3.0
0.5
1
18.75
83
8.74
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
1.0
1
18.71
84
8.07
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
6.0
2.0
1
17.27
85
8.43
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
1.5
1
18.04
86
8.34
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
3.0
1.0
1
17.85
87
8.55
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
1.0
1
18.30
88
8.09
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
6.0
1.5
1
17.32
89
8.32
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
3.0
1.5
1
17.81
90
9.56
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
0.5
1
20.46
91
8.64
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
3.0
1.0
1
18.49
73
No
Y
X1
X2
X31
X32
X33
X4
X5
X6
X7
X8
92
9.28
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
0.0
1.0
1
19.86
93
8.78
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
6.0
0.5
1
18.79
94
8.36
2
2
0.7
3.0
0.15
9.0
6.0
1.0
1
17.89
95
7.32
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
2.5
2
15.67
96
8.83
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
1.5
2
18.90
97
8.84
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
1.5
2
18.92
98
8.21
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
2.5
2
17.57
99
7.85
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
3.0
2
16.80
100
8.73
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
1.5
2
18.69
101
8.76
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
1.5
2
18.75
102
9.09
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
1.5
2
19.46
103
8.97
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
1.5
2
19.20
104
9.21
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
1.5
2
19.71
105
9.55
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
0.5
2
20.44
106
8.91
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
1.5
2
19.07
107
8.45
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
1.5
2
18.09
108
8.21
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
6.0
1.5
2
17.57
109
8.36
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
3.0
2.0
2
17.89
110
8.09
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
0.0
2.0
2
17.32
111
8.92
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
19.09
112
8.51
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
1.5
1
18.22
113
8.03
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
2.0
1
17.19
114
8.06
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
17.25
115
8.27
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.5
1
17.70
116
8.31
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.5
1
17.79
117
8.77
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
18.77
118
8.90
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
19.05
119
8.04
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
3.0
1
17.21
120
8.84
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
18.92
121
9.85
2
2
0.6
3.0
0.20
10.5
6.0
0.5
2
21.09
122
8.26
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.5
1
17.68
123
8.50
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
2.0
1
18.19
124
8.38
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.0
1
17.94
125
8.69
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
18.60
126
8.25
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
17.66
127
7.62
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
2.0
1
16.31
128
8.56
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
2.0
1
18.32
129
8.64
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
18.49
130
8.01
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
2.0
1
17.14
131
8.13
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
3.0
1
17.40
132
8.50
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
2.0
1
18.19
133
8.38
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
17.94
134
8.89
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
1.5
1
19.03
135
8.62
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
18.45
136
9.14
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
19.56
137
9.37
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
3.0
1.0
1
20.06
138
8.58
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
6.0
1.5
1
18.37
74
No
Y
X1
X2
X31
X32
X33
X4
X5
X6
X7
X8
139
7.83
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
3.0
1
16.76
140
8.38
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
17.94
141
8.31
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
2.5
1
17.79
142
8.35
2
1
0.8
3.0
0.20
11.5
0.0
1.5
1
17.87
KETERANGAN : * Variabel varietas dan irigasi menggunakan dummy variable varietas Triton (Non PS) = 1, varietas PS = 2 lahan tegalan = 1, sawah = 2
75
Lampiran 4. Ringkasan Hasil Perhitungan Regresi Berganda REGRESSION STATISTICS Multiple R 0.994 R Square 0.989 Adjusted R Square 0.988 Standard Error 0.098 Observations 142 ANOVA Regression Residual Total
df 10 131 141
Intercept varietas keprasan pupuk N pupuk kompos pupuk NPK umur kotoran kewayuan irigasi brix
SS 111.865 1.252 113.117
Coefficients 0.091 -0.006 -0.010 0.303 0.002 -0.106 0.005 -0.005 -0.041 0.033 0.449
MS 11.186 0.010
Standard Error 0.184 0.027 0.010 0.106 0.010 0.122 0.008 0.004 0.013 0.020 0.007
F 1170.467
t Stat 0.495 -0.230 -0.956 2.860 0.210 -0.875 0.626 -1.414 -3.163 1.670 67.587
Significance F 6.5719E-123
P-value 0.621 0.818 0.341 0.005 0.834 0.383 0.533 0.160 0.002 0.097 0.000
76
LAMPIRAN 5. KAJIAN TEKNIK PENETAPAN RENDEMEN TEBU INDIVIDUAL PETANI DI PG MOJOPANGGUNG
Hari ke : 1 Tebu di Jam
7 8 9
Air Im
Nira Perahan Pertama
Nira Ment ah
giling
bibisi
Berat
Brix
Pol
(ton)
(ton)
(ton)
(%)
(%)
75,5 123,3 129,6
11,8 19,6 25,5
66,0 117,4 124,7
16,36 16,46 15,96
13,03 13,11 12,35
HK pol
Nira Gilingan Akhir
Nira Gililingan 2
Berat
Brix
Pol
(ton)
(%)
(%)
79,65 79,65 77,38
32,45 50,80 47,43
19,36 20,26 20,36
15,53 16,52 16,66
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
80,22 81,54 81,83
13,46 13,56 13,26
10,30 9,86 10,14
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
76,52 72,71 76,47
8,36 9,16 9,96
3,92 4,02 4,20
Ampas Gil Akhir HK pol
Berat
Brix
Pol
BK
Sabut
(ton)
(%)
(%)
(%)
(%)
46,89 43,89 42,17
21,2 25,5 30,4
6,42 6,86 6,43
3,01 3,01 2,71
46,00 46,00 46,50
39,58 39,14 40,07
10
55,3
8,8
51,4
15,86
12,52
78,94
17,52
21,46
17,54
81,73
12,96
9,99
77,08
9,46
5,61
59,30
12,8
4,57
2,71
46,50
41,93
11 12
134,0 129,1
29,4 33,3
128,4 124,7
16,56 16,06
13,07 13,10
78,93 81,57
57,61 40,09
20,86 21,76
16,49 17,94
79,05 82,44
13,06 13,36
10,01 10,22
76,65 76,50
9,36 7,26
5,26 3,97
56,20 54,68
35,0 37,7
5,57 5,72
3,13 3,13
46,50 46,50
40,93 40,78
13
87,5
22,5
84,4
16,26
12,91
79,40
33,53
20,96
17,05
81,35
13,16
10,04
76,29
7,46
4,21
56,43
25,7
5,62
3,17
46,00
40,38
14
89,3
22,5
84,4
16,66
12,61
75,69
39,86
21,46
16,42
76,51
12,36
9,23
74,68
7,47
4,52
60,51
27,5
5,24
3,17
46,00
40,76
15 16
112,7 87,1
33,3 22,5
110,0 84,4
15,91 15,16
12,22 11,83
76,81 78,03
46,12 28,45
20,28 19,09
16,20 15,98
79,90 83,71
12,76 13,16
9,62 10,01
75,39 76,06
7,76 8,04
5,08 5,64
65,51 70,15
36,0 25,3
7,02 6,56
4,60 4,60
46,00 46,00
38,98 39,44
17
121,1
33,3
117,4
13,56
10,10
74,48
55,79
19,19
15,00
78,17
8,46
6,09
71,99
7,54
4,48
59,42
37,0
10,15
6,03
46,00
35,85
18 19
142,5 110,6
42,1 34,3
139,4 106,4
12,46 12,66
9,49 9,08
76,16 71,72
52,29 40,87
17,29 18,59
14,03 14,54
81,15 78,21
9,56 8,96
7,13 6,29
74,58 70,20
4,76 5,56
3,36 3,59
70,59 64,57
45,3 38,5
8,54 6,54
6,03 4,22
46,00 46,00
37,46 39,46
20
117,1
44,1
113,7
13,16
9,14
69,45
47,94
16,59
12,21
73,60
10,66
7,25
68,01
6,16
3,95
64,12
47,5
6,58
4,22
46,00
39,42
21 22
132,6 128,4
39,2 41,2
128,4 124,7
13,66 14,16
9,87 10,60
72,25 74,86
57,85 58,93
17,44 18,29
13,27 14,32
76,06 78,29
10,56 10,46
7,47 7,68
70,69 73,42
6,66 6,66
4,22 4,49
63,36 67,42
43,4 44,8
9,03 8,48
5,72 5,72
46,00 46,00
36,97 37,52
23
76,3
24,5
73,4
12,66
9,29
73,38
3,89
21,59
17,39
80,55
12,16
8,63
70,97
6,16
3,87
62,82
27,4
9,10
5,72
46,50
37,40
24 1
130,9 134,8
44,1 45,1
128,4 132,0
13,66 15,16
10,43 11,93
76,35 78,69
69,88 57,16
16,59 19,09
12,91 16,18
77,82 84,76
10,16 12,16
7,34 9,35
72,24 76,89
6,16 8,66
4,21 5,76
68,34 66,51
46,6 47,8
8,37 8,60
5,72 5,72
46,50 47,00
38,13 38,40
2
123,6
42,1
121,0
14,66
11,25
76,74
69,63
19,09
15,37
80,51
8,66
6,50
75,06
6,66
4,33
65,02
44,7
8,80
5,72
47,00
38,20
77
3
130,4
47,0
128,4
13,96
9,95
71,28
73,18
19,09
14,35
75,17
7,16
4,60
64,25
7,06
3,31
46,88
49,1
11,58
5,43
46,00
34,42
4 5
130,6 127,3
47,0 40,2
128,4 124,7
13,66 12,96
9,25 8,38
67,72 64,66
32,38 51,42
19,59 19,09
14,15 13,40
72,23 70,19
11,66 8,66
7,75 5,33
66,47 61,55
9,16 6,16
5,12 3,42
55,90 55,52
49,3 42,8
9,71 10,32
5,43 5,73
46,00 46,00
36,29 35,68
6
74,0
14,7
66,0
11,16
7,71
69,09
15,53
19,29
14,50
75,17
8,66
5,38
62,12
6,36
3,83
60,22
22,7
9,52
5,73
46,00
36,48
Rata2
2703,6
768,3
2607,9
14,49
10,92
75,31
1080,6
19,16
15,07
78,67
11,20
8,14
72,71
7,42
4,35
58,63
864,0
8,02
4,82
46,22
38,20
Faktor kristal Rendemen (W)
1,69
Nira Mentah % tebu
96,46
Brix tebu
16,55
HPB 1
46,28
WR
99,23
Imbibisi % tebu
28,42
Pol tebu
12,07
HPB total
84,51
BHR
89,81
Ampas % tebu
31,96
KNPP
39,97
HPG
87,25
FR
Sabut % tebu
12,21
KNT
86,36
HPG12,5
86,90
NNPP
13,44
Air tebu bebas brix % sabut
11,74
PSHK
93,29
Efisiensi pabrik
78,23
Imbibisi % sabut
233
0,6756
9,08
78
Hari ke : 2 Tebu di Jam
Air Im
Nira Mentah
Nira Perahan Pertama HK pol
Berat
Brix
Pol
(ton)
(%)
(%)
72,66 71,82 75,00
38,72 72,88 52,72
19,29 19,16 18,66
14,50 14,22 14,51
10,21
75,85
59,91
18,46
10,00
75,41
58,63
18,37
10,10 10,63
75,60 75,60
58,39 68,52
75,62 75,09 76,54 74,14 77,69 77,26
Nira Gilingan Akhir
Nira Gililingan 2 HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
75,17 74,22 77,76
8,66 8,36 8,87
5,38 6,06 6,13
14,58
78,98
8,56
14,35
78,12
8,46
18,57 18,66
14,57 14,54
78,46 77,92
57,15
18,86
14,55
32,06 60,30
18,76 19,09
14,58 15,31
56,03
17,29
62,00 50,81
17,69 18,59
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
62,12 72,49 69,11
6,36 5,96 5,61
3,83 3,88 3,63
6,38
74,53
5,76
6,11
72,22
5,76
7,86 8,06
5,65 5,93
71,88 73,57
77,15
8,16
6,18
77,72 80,20
8,36 10,86
6,12 7,74
13,46
77,85
8,36
14,09 14,97
79,65 80,53
9,36 10,36
Ampas Gil Akhir HK pol
giling
bibisi
Berat
Brix
Pol
(ton)
(ton)
(ton)
(%)
(%)
Berat
Brix
Pol
BK
Sabut
(ton)
(%)
(%)
(%)
(%)
7 8 9
129,0 140,1 112,6
40,9 46,6 34,2
124,7 135,7 110,0
11,96 14,16 13,56
8,69 10,17 10,17
60,22 65,10 64,71
45,1 50,9 36,8
9,52 8,80 5,35
5,73 5,73 3,46
46,00 46,00 46,50
36,48 37,20 41,15
10
121,8
41,8
121,0
13,46
11
122,4
47,5
121,0
13,26
3,68
63,89
42,6
5,42
3,46
46,50
41,08
3,49
60,59
48,9
5,46
3,31
47,00
12 13
114,8 123,0
43,7 47,5
113,7 121,0
13,36 14,06
41,54
5,66 4,96
3,52 3,21
62,19 64,72
44,8 49,5
5,32 5,02
3,31 3,25
47,00 47,50
41,68 42,48
14
121,6
39,0
117,4
13,37
10,11
15 16
67,3 124,7
24,7 46,6
66,0 121,0
13,41 14,96
10,07 11,45
75,74
5,37
3,15
58,66
43,2
5,54
3,25
47,50
41,96
73,21 71,27
5,26 8,84
3,17 5,22
60,27 59,05
26,0 50,2
5,44 5,55
3,28 3,28
47,00 47,00
41,56 41,45
17
116,9
43,7
113,7
12,76
9,46
5,78
69,14
4,84
3,02
62,40
46,9
6,76
4,22
46,00
39,24
18 19
119,6 113,3
47,5 26,6
117,4 110,0
13,76 14,16
10,69 10,94
6,90 7,45
73,72 71,91
5,86 5,86
3,71 3,66
63,31 62,46
49,7 29,9
6,67 6,28
4,22 3,92
46,00 46,00
39,33 39,72
20
131,6
45,6
128,4
12,36
9,74
78,80
47,02
18,59
15,07
81,07
8,76
6,52
74,43
6,66
4,07
61,11
48,8
6,41
3,92
46,00
39,59
21 22
121,2 133,5
39,9 20,0
121,0 113,7
12,66 14,56
10,28 11,16
81,20 76,65
28,20 45,32
20,89 19,69
17,60 15,62
84,25 79,33
10,16 11,16
7,77 8,03
76,48 71,95
5,76 6,54
3,24 3,57
56,25 54,59
40,1 39,7
7,50 7,73
4,22 4,22
47,00 47,00
39,50 39,27
23
121,5
42,8
117,4
14,46
10,88
75,24
77,44
17,09
13,26
77,59
9,36
7,09
75,75
6,04
3,55
58,77
46,9
6,67
3,92
46,00
39,33
24 1
125,6 126,1
43,7 45,6
124,7 124,7
12,96 12,96
9,79 10,86
75,54 83,80
60,05 35,17
17,59 20,09
13,84 17,37
78,68 86,46
8,66 10,16
6,24 7,83
72,06 77,07
6,16 7,66
3,69 4,98
59,90 65,01
44,6 47,0
6,54 5,05
3,92 3,28
46,00 47,00
39,46 41,95
2
120,2
42,8
117,4
13,96
10,92
78,22
48,84
18,59
14,91
80,20
10,66
7,79
73,03
7,66
4,86
63,38
45,6
5,18
3,28
47,00
41,82
3
14,9
12,4
14,7
14,96
10,57
70,66
9,40
17,09
12,45
72,85
11,16
7,74
69,35
7,66
4,73
61,75
12,6
5,10
3,15
46,70
41,60
5
127,4
39,9
124,7
14,46
11,64
80,50
58,79
18,16
15,07
82,98
11,16
8,34
74,73
6,16
4,11
66,72
42,6
4,51
3,01
46,50
41,99
79
6
135,0
39,0
132,0
12,96
10,03
77,39
36,57
17,66
14,14
80,07
11,16
7,21
64,61
7,16
4,49
62,71
41,9
4,80
3,01
46,50
41,70
h.i
2684,1
901,6
2611,6
13,53
10,36
76,61
1174,9
18,50
14,61
78,97
9,46
6,82
72,10
6,24
3,85
61,62
974,0
6,17
3,79
46,59
40,42
Faktor kristal Rendemen (W)
1,354
Nira Mentah % tebu
97,30
Brix tebu
15,40
HPB 1
52,59
WR
Imbibisi % tebu
33,59
Pol tebu
11,46
HPB total
85,46
BHR
Ampas % tebu
36,29
KNPP
43,77
HPG
87,99
FR
Sabut % tebu
14,67
KNT
83,24
HPG12,5
90,02
NNPP
13,05
Air tebu bebas brix % sabut
14,25
PSHK
95,33
Efisiensi pabrik
71,22
Imbibisi % sabut
229
87,42 76,68 0,5929
7,74
80
Hari ke : 3 Tebu di Jam
Air Im
Nira Mentah
giling
bibisi
Berat
Brix
Pol
(ton)
(ton)
(ton)
(%)
(%)
110,4 133,2 139,6
34,2 42,8 38,0
106,4 132,0 135,7
12,96 13,67 13,07
10,32 10,33 10,65
10
92,1
20,0
91,7
12,86
11
130,8
32,3
128,4
13,16
12 13
140,8 94,8
33,3 25,7
135,7 91,7
13,14 13,46
14
84,1
25,7
80,7
15 16
128,5 74,9
39,0 22,8
124,7 73,4
17
87,9
22,8
18 19
125,7 124,7
20 21 22
Nira Perahan Pertama HK pol
Berat
Brix
Pol
(ton)
(%)
(%)
79,63 75,57 81,48
45,41 64,86 62,60
19,27 18,86 18,56
16,02 14,72 15,96
9,98
77,60
40,32
18,71
10,06
76,44
57,41
18,97
10,50 9,98
79,91 74,15
61,39 44,50
13,06
10,29
78,79
14,96 14,16
11,52 11,39
77,01 80,44
84,4
15,36
11,80
42,8 42,8
124,7 121,0
15,86 13,86
128,3
44,7
124,7
119,3 123,5
47,5 33,3
117,4 121,0
23
126,1
44,7
24 1
131,8 120,1
2 4 5
7 8 9
Nira Gilingan Akhir
Nira Gililingan 2 HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
83,13 78,05 85,99
8,26 8,66 8,37
5,70 6,17 5,73
15,02
80,28
8,27
14,98
78,97
8,46
19,17 18,87
16,08 14,50
83,88 76,84
34,21
19,38
16,04
45,33 22,25
21,09 20,59
17,01 16,91
76,82
41,17
20,29
12,57 10,29
79,26 74,24
56,20 64,82
13,16
10,00
75,99
17,86 16,86
14,19 12,78
79,45 75,80
124,7
11,36
8,30
47,5 42,8
128,4 117,4
13,36 15,86
27,8
2,9
22,0
86,6
21,9
84,4
138,8
40,9
135,7
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
69,01 71,25 68,46
5,56 4,96 5,06
3,71 3,32 3,38
5,98
72,31
5,16
5,84
69,03
4,87
8,16 8,36
5,98 6,14
73,28 73,44
82,77
8,41
5,73
80,65 82,13
11,46 11,36
8,43 8,46
16,24
80,04
10,66
21,59 17,59
17,87 13,58
82,77 77,20
34,97
20,09
16,02
72,40 84,71
21,09 19,09
17,69 15,18
73,06
48,59
15,59
9,08 14,47
67,96 91,24
59,90 55,19
15,96
13,51
84,65
14,36
11,35
79,04
15,36
11,10
72,27
Ampas Gil Akhir HK pol
Berat
Brix
Pol
BK
Sabut
(ton)
(%)
(%)
(%)
(%)
66,73 66,94 66,80
38,2 43,9 41,9
4,74 4,72 4,91
3,16 3,16 3,28
47,50 47,50 47,00
42,76 42,78 42,09
3,27
63,37
20,4
5,18
3,28
47,00
41,82
3,19
65,50
34,7
5,07
3,32
47,50
42,43
5,27 4,97
3,15 3,10
59,77 62,37
38,3 28,8
5,55 5,55
3,32 3,46
47,50 47,00
41,95 41,45
68,13
5,36
3,38
63,06
29,1
5,49
3,46
47,00
41,51
73,56 74,47
6,66 7,04
4,53 4,78
68,02 67,90
42,7 24,3
6,20 6,22
4,22 4,22
46,00 46,00
39,80 39,78
7,71
72,33
5,74
3,91
68,12
26,3
5,30
3,61
47,00
41,70
11,16 9,56
8,72 6,95
78,14 72,70
6,64 4,66
4,90 3,02
73,80 64,81
43,7 46,4
4,89 6,03
3,61 3,91
47,00 46,50
42,11 40,47
79,74
10,46
7,80
74,57
5,16
3,60
69,77
48,2
5,60
3,91
46,50
40,90
83,88 79,52
12,66 11,66
9,81 8,64
77,49 74,10
8,26 7,66
5,84 5,58
70,70 72,85
49,4 35,7
5,94 5,77
4,20 4,20
46,50 46,50
40,56 40,73
11,93
76,52
8,66
5,55
64,09
4,76
2,99
62,82
46,0
7,20
4,52
47,00
39,80
17,59 19,59
12,32 18,86
70,04 96,27
9,66 12,55
6,27 9,26
64,91 73,78
5,66 8,16
3,24 5,61
57,24 68,75
50,9 45,5
7,90 6,56
4,52 4,51
47,00 48,00
39,10 41,44
11,39
19,69
17,12
86,95
11,96
9,17
76,67
8,16
5,57
68,26
8,6
6,61
4,51
48,00
41,39
32,87
18,59
15,42
82,95
11,66
8,21
70,41
8,16
4,50
55,15
24,1
7,62
4,20
47,00
39,38
82,25
18,09
13,71
75,79
11,16
7,34
65,77
7,16
4,53
63,27
43,9
6,20
3,92
46,50
40,30
81
6
116,2
34,2
113,7
14,36
11,64
81,06
46,07
17,59
15,02
85,39
12,16
9,36
76,97
8,16
5,39
66,05
36,7
5,93
3,92
46,50
40,57
h.i
2586,0
781,9
2519,9
14,21
11,04
77,67
1168,8
19,04
15,43
81,03
10,03
7,22
72,01
6,23
4,11
65,96
847,9
5,88
3,86
46,92
41,04
Faktor kristal Rendemen (W)
1,413 8,93
Nira Mentah % tebu Imbibisi % tebu
97,44 30,23
Brix tebu Pol tebu
15,78 12,02
HPB 1 HPB total
54,56 87,77
WR BHR
93,84 87,73
Ampas % tebu
32,79
KNPP
45,20
HPG
89,48
FR
Sabut % tebu
13,46
KNT
82,84
HPG12,5
90,33
NNPP
13,99
Air tebu bebas brix % sabut
27,55
PSHK
93,60
Efisiensi pabrik
77,09
Imbibisi % sabut
225
0,6385
82
Hari ke : 4 Tebu di Jam
Air Im
Nira mentah
giling
bibisi
Berat
Brix
Pol
(ton)
(ton)
(ton)
(%)
(%)
Nira Perahan Pertama HK pol
Berat
Brix
Pol
(ton)
(%)
(%)
Nira Gilingan Akhir
Nira Gililingan 2 HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
Ampas Gil Akhir HK pol
Berat
Brix
Pol
BK
Sabut
(ton)
(%)
(%)
(%)
(%)
7
128,6
43,7
124,7
12,66
9,68
76,46
48,68
19,36
16,26
83,99
8,37
5,78
69,06
5,26
3,52
66,92
47,6
4,59
3,07
47,00
42,41
8 9
88,3 108,8
31,4 36,1
88,0 106,4
12,47 12,61
9,62 9,90
77,15 78,51
32,44 45,49
19,17 18,70
16,00 15,64
83,46 83,64
8,56 8,06
5,83 5,76
68,11 71,46
4,87 5,01
3,24 3,44
66,53 68,66
31,6 38,5
4,61 4,65
3,07 3,19
47,00 47,00
42,39 42,35
10
115,1
33,3
113,7
12,52
9,71
77,56
46,55
18,81
15,31
81,39
8,16
5,87
71,94
5,36
3,29
61,38
34,7
5,20
3,19
47,00
41,80
11 12
91,7 126,3
23,8 38,0
88,0 124,7
12,56 12,41
9,45 9,88
75,24 79,61
37,81 51,96
18,67 18,92
15,42 15,54
82,59 82,14
7,96 7,76
5,96 5,91
74,87 76,16
5,17 5,45
3,27 3,29
63,25 60,37
27,4 39,6
4,52 4,74
2,86 2,86
47,50 47,50
42,98 42,76
13
134,3
39,9
132,0
12,47
9,57
76,74
54,67
19,01
15,75
82,85
7,85
5,93
75,54
5,41
3,22
59,52
42,2
5,28
3,14
46,00
40,72
14
108,7
33,3
106,4
12,51
9,85
78,74
42,41
19,07
15,98
83,80
8,16
5,87
71,94
5,32
3,24
60,90
35,6
5,16
3,14
46,00
40,84
15 16
61,2 141,8
12,4 40,9
58,7 139,4
14,56 14,56
11,01 10,55
75,62 72,46
25,78 81,36
18,39 17,99
14,58 13,77
79,28 76,54
11,56 9,75
8,59 6,91
74,31 70,87
6,04 5,24
4,32 3,58
71,52 68,32
14,9 43,3
5,90 6,18
4,22 4,22
46,00 46,00
40,10 39,82
17
139,8
38,0
135,7
16,16
12,32
76,24
52,95
21,49
17,56
81,71
12,75
9,54
74,82
8,74
5,97
68,31
42,1
4,19
2,86
47,00
42,81
18 19
115,4 132,9
26,6 29,5
102,7 113,7
17,66 14,46
13,77 10,56
77,97 73,03
69,83 63,85
19,59 16,49
15,60 12,43
79,63 75,38
13,56 11,86
10,35 8,61
76,33 72,60
7,54 8,36
5,47 5,78
72,55 69,14
39,3 48,6
3,94 5,24
2,86 3,62
47,00 46,50
43,06 41,26
20
122,0
38,0
117,4
14,36
10,56
73,54
37,08
19,99
15,94
79,74
11,76
8,28
70,41
5,86
3,66
62,46
42,6
5,80
3,62
46,50
40,70
21 22
123,8 124,6
47,5 43,7
121,0 121,0
17,26 15,66
13,42 12,10
77,75 77,27
72,65 53,52
20,79 21,59
17,19 17,84
82,68 82,63
11,96 10,96
9,10 8,31
76,09 75,82
6,86 6,06
4,04 4,40
58,89 72,61
50,3 47,3
7,08 5,74
4,17 4,17
46,50 46,50
39,42 40,76
23
123,0
41,8
121,0
12,66
9,13
72,12
21,54
19,59
15,52
79,22
11,16
7,73
69,27
8,66
5,38
62,12
43,8
7,28
4,52
46,50
39,22
24 1
119,4 127,2
39,9 42,8
117,4 124,7
13,16 14,16
9,57 10,57
72,72 74,65
48,73 31,45
18,09 20,09
14,22 15,86
78,61 78,94
9,66 12,16
6,69 8,41
69,25 69,16
7,66 6,66
5,06 4,29
66,06 64,41
41,9 45,2
6,84 6,55
4,52 4,22
46,50 46,50
39,66 39,95
2
125,4
42,8
124,7
12,16
8,09
66,53
39,32
17,59
12,28
69,81
9,66
5,86
60,66
6,16
3,42
55,52
43,4
7,60
4,22
46,50
38,90
3 4
124,7 124,2
40,9 40,9
121,0 121,0
13,66 12,46
10,65 8,64
77,96 69,34
27,32 68,75
17,09 14,59
13,68 10,41
80,05 71,35
12,66 9,66
8,67 6,63
68,48 68,63
10,16 5,16
6,51 2,93
64,07 56,78
44,5 44,0
6,59 7,43
4,22 4,22
46,50 46,50
39,91 39,07
5
128,7
44,7
128,4
12,16
8,79
72,29
48,57
17,09
13,01
76,13
9,16
6,12
66,81
5,66
3,59
63,43
45,0
7,13
4,52
46,50
39,37
83
6
123,7
43,7
117,4
14,66
11,28
76,94
55,69
19,09
16,24
85,07
10,66
8,01
75,14
7,16
5,13
71,65
50,0
6,31
4,52
46,50
40,19
h.i
2859,6
893,0
2769,3
13,75
10,35
75,27
1158,4
18,75
15,02
80,12
10,16
7,22
71,13
6,41
4,17
65,03
983,3
5,84
3,75
46,62
40,78
Nira Mentah % tebu Imbibisi % tebu Ampas % tebu Sabut % tebu Imbibisi % sabut
96,84 31,23
Brix tebu Pol tebu
15,33 11,31
HPB 1 HPB total
49,57 86,89
WR BHR
34,38
KNPP
40,51
HPG
88,59
FR
KNT
81,73
HPG12,5
90,00
NNPP
13,53
Air tebu bebas brix % sabut
30,31
PSHK
90,59
Efisiensi pabrik
76,95
14,02 223
97,75 86,29 0,6289
Faktor kristal Rendemen (W)
1,552 8,51
84
Hari ke : 5 Tebu di Jam
Air Im
Nira Perahan Pertama
Nira Ment ah HK pol
Nira Gilingan Akhir
Nira Gililingan 2
Berat
Brix
Pol
(ton)
(%)
(%)
75,56 70,06
45,22 58,75
18,77 19,26
15,26 15,54
75,53 75,73
55,22 44,37
18,61 18,66
15,80 15,10
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
81,30 80,69
8,46 8,27
5,86 5,65
84,90 80,92
8,40 8,17
5,67 5,62
HK pol
Brix
Pol
(%)
(%)
69,27 68,32
4,86 4,96
3,27 3,22
67,50 68,79
5,07 5,25
3,24 3,38
Ampas Gil Akhir HK pol
giling
bibisi
Berat
Brix
Pol
(ton)
(ton)
(ton)
(%)
(%)
Berat
Brix
Pol
BK
Sabut
(ton)
(%)
(%)
(%)
(%)
7 8
120,9 138,3
45,6 50,4
113,7 132,0
12,56 13,16
9,49 9,22
67,28 64,92
52,8 56,6
4,65 4,82
3,13 3,13
47,00 47,00
42,35 42,18
9 10
136,3 116,8
47,5 38,0
132,0 110,0
12,67 12,40
9,57 9,39
63,91 64,38
51,8 44,8
4,80 4,77
3,07 3,07
46,50 46,50
41,70 41,73
11
141,4
49,4
135,7
12,92
9,83
76,08
57,39
19,28
16,02
83,09
8,26
5,84
70,70
5,36
3,25
60,63
55,1
5,11
3,10
47,00
41,89
12 13
72,3 14,3
16,2 1,9
62,4 143,1
12,36 12,27
9,20 9,36
74,43 76,28
25,85 59,24
18,56 18,51
15,32 15,17
82,54 81,96
7,97 7,86
5,60 5,68
70,26 72,26
4,76 4,66
3,21 3,25
67,44 69,74
26,1 -126,9
4,60 4,53
3,10 3,16
47,00 46,50
42,40 41,97
14
67,8
16,2
62,4
12,51
9,57
76,50
16,15
18,09
14,52
80,27
10,56
7,75
73,39
6,94
4,59
66,14
21,6
4,78
3,16
46,50
41,72
16 17
99,8 133,2
23,8 39,9
91,7 124,7
15,96 12,66
12,25 9,70
76,75 76,62
55,28 59,20
18,99 16,09
14,98 12,75
78,88 79,24
11,36 9,56
8,33 7,25
73,33 75,84
8,14 9,56
5,85 6,75
71,87 70,61
31,9 48,4
5,29 5,40
3,80 3,81
46,00 46,50
40,71 41,10
18
122,7
43,7
117,4
11,16
8,36
74,91
50,81
15,09
11,45
75,88
8,16
5,90
72,30
8,16
5,40
66,18
49,0
5,76
3,81
46,50
40,74
19 20
103,9 138,4
33,3 47,5
99,0 132,0
16,36 16,16
12,55 12,72
76,71 78,71
65,73 58,84
18,59 20,39
14,78 16,71
79,51 81,97
11,96 12,76
8,39 9,54
70,15 74,76
8,84 9,34
6,16 6,68
69,68 71,52
38,1 53,9
5,63 5,48
3,92 3,92
46,00 46,00
40,37 40,52
21
136,9
23,8
128,4
17,36
13,20
76,04
61,68
19,09
14,96
78,37
15,76
11,64
73,86
8,24
5,93
71,97
32,3
5,70
4,10
46,50
40,80
22
73,0
19,0
66,0
16,76
12,45
74,28
36,83
20,09
16,60
82,63
12,56
9,19
73,17
8,34
5,90
70,74
26,0
5,80
4,10
46,50
40,70
23 24
126,9 122,9
36,1 37,1
121,0 117,4
12,16 15,66
8,48 12,59
69,74 80,40
52,96 55,89
16,66 21,16
12,21 17,60
73,29 83,18
8,66 10,66
5,93 8,52
68,48 79,92
6,26 7,66
4,08 5,47
65,18 71,41
42,0 42,6
6,46 5,90
4,21 4,21
47,00 47,00
40,54 41,10
1
128,3
38,0
121,0
14,09
11,03
78,28
30,26
20,09
17,40
86,61
12,09
9,16
75,77
8,59
6,48
75,44
45,3
5,59
4,22
46,00
40,41
2 3
127,4 121,8
19,0 38,0
106,4 117,4
12,59 15,59
9,51 12,22
75,54 78,38
44,79 0,00
18,09 17,09
14,70 13,66
81,26 79,93
8,59 15,59
6,15 11,94
71,59 76,59
7,09 13,09
4,62 9,74
65,16 74,41
40,0 42,4
6,48 6,48
4,22 4,82
46,00 46,00
39,52 39,52
4
77,0
20,9
69,7
12,59
9,15
72,68
31,68
15,59
12,66
81,21
10,09
6,99
69,28
7,09
3,83
54,02
28,2
8,92
4,82
46,00
37,08
85
5
127,7
41,8
121,0
15,59
12,59
80,76
64,56
19,09
15,67
82,08
11,59
9,06
78,17
7,59
5,56
73,25
48,5
6,58
4,82
46,00
39,42
6
117,2
40,9
110,0
15,59
13,59
87,17
36,68
20,59
18,57
90,19
13,09
10,75
82,12
10,09
7,68
76,11
48,0
6,33
4,82
46,00
39,67
h.i
2565,2
767,6
2534,6
13,95
10,71
76,71
1067,4
18,63
15,14
81,26
10,55
7,78
73,71
7,39
5,11
69,17
798,2
5,83
3,97
46,44
40,61
Nira Mentah % tebu
98,81
Brix tebu
15,60
HPB 1
49,69
WR
88,94
Imbibisi % tebu Ampas % tebu
29,92 31,12
Pol tebu KNPP
11,81 41,61
HPB total HPG
88,38 89,54
BHR FR
74,32 0,6015
Sabut % tebu
12,64
KNT
83,75
HPG12,5
89,67
NNPP
13,74
Air tebu bebas brix % sabut
28,61
PSHK
91,37
Efisiensi pabrik
71,83
Imbibisi % sabut
237
Faktor kristal Rendemen (W)
1,446 8,27
86
REKAPITULASI
Hari ke / s.d. ke I II Tanggal I. Keadaan Nyata Di Pabrik 1. Kristal nyata menurut Winter (W) Kristal nyata (W) 245,64 207,59 Tebu (ton) 2703,60 2684,10 Rendemen (W) 9,09 7,73 2. Standard / Konvensional Methode (W1) NNPP, % 13,44 13,05 KNPP, % 39,97 43,77 F Kristal 1,692 1,354
s/d h.i II
III
s/d h.i III
IV
s/d h.i IV
V
s/d h.i V
453,25 5387,70 8,41
231,07 2586,00 8,94
681,98 7973,70 8,55
243,36 2859,60 8,51
924,20 10833,30 8,53
212,20 2565,20 8,27
1136,40 13398,50 8,48
13,24 41,86 1,518
13,99 45,20 1,414
13,49 42,94 1,476
13,53 40,51 1,553
13,50 42,30 1,494
13,74 41,61 1,447
13,55 42,17 1,485
13,24 84,90 74,86
13,99 82,84 77,13
13,49 84,21 75,28
13,53 81,73 76,95
13,50 83,55 75,62
13,74 83,75 71,89
13,55 83,59 74,90
II. Faktor-faktor menurut Hasil Alternatif dengan dasar rendemen nyata sama 1. KMS/UFM Methode (W1) NNPP 14,00 13,11 13,54 14,31 13,82 KNPP 42,10 40,14 41,08 43,48 41,92 F Kristal 1,542 1,470 1,512 1,436 1,476
13,83 43,75 1,406
13,82 42,40 1,456
13,59 47,17 1,290
13,77 43,33 1,421
3. Standard / Konvensional Methode (W2) NNPP, % 13,44 13,05 KNT, % 86,36 83,24 Ef Pabrik, % 78,29 71,18
87
2. "PCS"(TC)/HP Method (W1) NNPP 13,53 KNPP 66,50 F Kristal 1,010 3. "PCS"(TC)/HP Method (W2) NNPP 13,53 KNT 86,75 Ef Pabrik 77,40
13,11 66,29 0,890
13,31 66,39 0,952
14,60 67,04 0,913
13,76 66,78 0,930
14,11 66,79 0,903
13,85 66,75 0,922
13,31 68,88 0,902
13,42 67,81 0,932
13,11 85,49 69,02
13,31 86,09 73,42
14,60 86,80 70,53
13,76 86,34 71,97
14,11 85,64 70,43
13,85 86,16 71,47
13,31 83,35 74,56
13,42 84,75 74,56
III. Rendemen dari Hasil Alternatif, jika digunakan faktor-faktor pabrik standard/konvensional di atas 1. KMS/UFM Methode (W1) NNPP 14,00 13,11 13,54 14,31 13,82 13,83 13,82 13,59 KNPP 42,10 40,14 41,08 43,48 41,92 43,75 42,40 47,17 Rendemen 9,97 7,12 8,44 8,80 8,55 9,39 8,75 9,28
13,77 43,33 8,86
2. "PCS"(TC)/HP Method (W1) NNPP 13,53 KNPP 66,50 Rendemen 15,22
13,11 66,29 11,76
13,31 66,39 13,41
14,60 67,04 13,83
13,76 66,78 13,57
14,11 66,79 14,63
13,85 66,75 13,81
13,31 68,88 13,27
13,42 67,81 13,51
3. "PCS"(TC)/HP Method (W2) NNPP 13,53 KNT 86,75 Rendemen 9,19
13,11 85,49 7,98
13,31 86,09 8,58
14,60 86,80 9,77
13,76 86,34 8,95
14,11 85,64 9,30
13,85 86,16 9,03
13,31 83,35 7,98
13,42 84,75 8,52
88
Lampiran 6. Data Taksasi Bahan Dalam Proses Jam : 06.00 pagi (Hari ke 0) No Bahan Jumlah Desain HL 1. Nira Kental 1 Evaporator 1 1 35 2 Evaporator 2 1 35 3 Evaporator 3 1 30 4 Evaporator 4 1 30 5 Evaporator 5 A/B 2 20 6 Sulfitir NK Utara 1 50 7 Sulfitir NK Selatan 1 80 Peti tunggu NK 8 tersulfitir 6 150 9 Peti tarik NK tersulfitir 1 90 2. Stroop dan Klare 10 Stroop A - 1 1 94 11 Stroop A - 2 3 52 12 Stroop A - 3 2 88 13 Stroop A - 4 3 52 14 Stroop A 3 70 15 Stroop A 1 70 16 Stroop C 3 70 17 Klare D 3 90 18 Klare SHS 1 150 19 Peti tarik stroop A 2 30 20 Peti tarik Stroop C 1 30 21 Peti tarik Klare D 1 30 22 Peti Leburan Utara 1 20 23 Peti Leburan Selatan 1 40 3. Masakan 24 Pan Masak 1 (D) 400 25 Pan Masak 2 (D) 200 Str A 26 Pan Masak 3 (A) 400 27 Pan Masak 4 (A) 200 Bibitan 28 Pan Masak 5 (A) 250 29 Pan Masak 6 (A) 200 Leburan 30 Pan Masak 7 (A) 200 31 Seed Vesel A 200 32 Seed Vesel D 200 33 Trog Masakan 1 (D) 400 34 Trog Masakan 2 (D) 250 35 Trog Masakan 3 (D) 200 36 Trog Masakan 4 (D) 200 37 Trog Masakan 5 (D) 200 38 Trog Masakan 6 (D) 200 39 Trog Masakan 7 (D) 230 40 Trog Masakan 8 (D) 230 41 Trog Masakan 9 (C) 200 42 Trog Masakan 10 (A) 200 43 Trog Masakan 11 (A) 200 44 Trog Masakan 12 (A) 200
Estim HL
Brix %
Pol %
BJ
Ton brix
Ton pol
HK
35 0 30 30 40 0 0
16,56 16,56 16,56 64,80 64,80 64,80 64,80
12,92 12,92 12,92 51,00 51,00 51,00 51,00
1,068 1,068 1,068 1,312 1,312 1,312 1,312
0,62 0,00 0,53 2,55 3,40 0,00 0,00
0,48 0,00 0,41 2,01 2,68 0,00 0,00
78,02 78,02 78,02 78,70 78,70 78,70 78,70
90 0
64,80 64,80
51,00 51,00
1,312 1,312
7,65 0,00
6,02 0,00
78,70 78,70
71 117 132 125 189 42 147 189 45 54 27 27 0 32
88,70 88,70 88,70 88,70 88,70 88,70 87,60 75,60 80,60 88,70 87,60 75,60 89,60 89,60
52,40 52,40 52,40 52,40 52,40 52,40 46,06 39,90 70,15 52,40 46,06 39,90 69,62 69,62
1,335 1,335 1,335 1,335 1,335 1,335 1,408 1,379 1,413 1,335 1,408 1,379 1,474 1,474
8,35 13,86 15,64 14,78 22,39 4,98 18,13 19,71 5,13 6,40 3,33 2,82 0,00 4,23
4,93 8,19 9,24 8,73 13,23 2,94 9,53 10,40 4,46 3,78 1,75 1,49 0,00 3,28
59,08 59,08 59,08 59,08 59,08 59,08 52,58 52,78 87,03 59,08 52,58 52,78 77,70 77,70
300 120 220 90 180 140 140 0 0 400 188 200 200 200 200 230 173 180 20 20 20
99,60 88,70 71,84 99,60 71,84 71,84 71,84 99,60 89,60 99,60 99,60 99,60 99,60 99,60 99,60 99,60 99,60 89,60 71,84 71,84 71,84
70,20 52,40 56,83 85,65 56,83 56,83 56,83 85,65 68,92 70,20 70,20 70,20 70,20 70,20 70,20 70,20 70,20 68,80 56,83 56,83 56,83
1,545 1,335 1,355 1,545 1,355 1,355 1,355 1,545 1,474 1,545 1,545 1,545 1,545 1,545 1,545 1,545 1,545 1,474 1,355 1,355 1,355
46,17 14,21 21,41 13,85 17,52 13,63 13,63 0,00 0,00 61,56 28,86 30,78 30,78 30,78 30,78 35,40 26,55 23,77 1,95 1,95 1,95
32,54 8,40 16,94 11,91 13,86 10,78 10,78 0,00 0,00 43,39 20,34 21,69 21,69 21,69 21,69 24,95 18,71 18,25 1,54 1,54 1,54
70,48 59,08 79,11 85,99 79,11 79,11 79,11 85,99 76,92 70,48 70,48 70,48 70,48 70,48 70,48 70,48 70,48 76,79 79,11 79,11 79,11
89
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Trog Masakan 13 (A) Trog Masakan 14 (A) Trog Masakan 15 (A) Trog Masakan 16 (A) Trog Einwurf D2 Trog Einwurf C Mixer A U/S Feed Mixer A Feed Mixer SHS Feed Mixer D1 Feed Mixer D2 Mixer D1 U Mixer D2 (T) Mixer D2 (S) 4. Gula Gula kerikilan + Halus Gula dalam silo
300 200 200 200 180 200 20 20 20 40 40 20 20 20
30 50 80 0 126 0 20 8 0 20 20 15 15 15
71,84 71,84 71,84 71,84 89,60 99,60 71,84 71,84 97,60 99,60 89,60 99,60 89,60 89,60
56,83 56,83 56,83 56,83 68,92 85,65 56,83 56,83 84,00 70,20 68,92 70,20 68,92 68,92
1,355 1,355 1,355 1,355 1,474 1,545 1,355 1,355 1,531 1,545 1,474 1,545 1,474 1,474
2,92 4,87 7,79 0,00 16,64 0,00 1,95 0,78 0,00 3,08 2,64 2,31 1,98 1,98
2,31 3,85 6,16 0,00 12,80 0,00 1,54 0,62 0,00 2,17 2,03 1,63 1,52 1,52
79,11 79,11 79,11 79,11 76,92 85,99 79,11 79,11 86,07 70,48 76,92 70,48 76,92 76,92
zak zak
9 0
99,90 99,90
99,60 99,60
1,000 1,000
4,50 0,00
4,48 0,00
99,70 99,70
651,41
456,43
70,07
Jumlah
Hari ke 1 Bahan 1. Nira Kental Evaporator 1 Evaporator 2 Evaporator 3 Evaporator 4 Evaporator 5 A/B Sulfitir NK Utara Sulfitir NK Selatan Peti tunggu NK tersulfitir Peti tarik NK tersulfitir 2. Stroop dan Klare Stroop A - 1 Stroop A - 2 Stroop A - 3 Stroop A - 4 Stroop A Stroop A Stroop C Klare D Klare SHS Peti tarik stroop A Peti tarik Stroop C Peti tarik Klare D Peti Leburan Utara
Jumlah
Desain HL
Estim HL
Brix %
Pol %
BJ
Ton brix
Ton pol
HK
1 1 1 1 2 1 1 6 1
35 35 30 30 20 50 80 150 90
35 35 30 30 0 40 0 540 54
13,76 13,76 13,76 63,80 63,80 63,80 63,80 63,80 63,80
11,01 11,01 11,01 52,76 52,76 52,76 52,76 52,76 52,76
1,051 1,051 1,051 1,305 1,305 1,305 1,305 1,305 1,305
0,51 0,51 0,43 2,50 0,00 3,33 0,00 44,98 4,50
0,41 0,41 0,35 2,07 0,00 2,76 0,00 37,19 3,72
80,01 80,01 80,01 82,70 82,70 82,70 82,70 82,70 82,70
1 3 2 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1
94 52 88 52 70 70 70 90 150 30 30 30 20
47 39 158 94 126 63 189 135 75 48 27 27 0
81,80 81,80 81,80 81,80 81,80 81,80 82,60 86,60 81,60 81,80 82,60 86,60 79,60
51,70 51,70 51,70 51,70 51,70 51,70 47,88 44,90 69,30 51,70 47,88 44,90 64,32
1,420 1,420 1,420 1,420 1,420 1,420 1,426 1,453 1,419 1,420 1,426 1,453 1,405
5,46 4,53 18,40 10,87 14,64 7,32 22,26 16,99 8,68 5,58 3,18 3,40 0,00
3,45 2,86 11,63 6,87 9,25 4,63 12,90 8,81 7,37 3,52 1,84 1,76 0,00
63,20 63,20 63,20 63,20 63,20 63,20 57,97 51,85 84,93 63,20 57,97 51,85 80,80
90
Peti Leburan Selatan 3. Masakan Pan Masak 1 (D) Pan Masak 2 (D) Pan Masak 3 (A) Pan Masak 4 (A) Pan Masak 5 (A) Pan Masak 6 (A) Pan Masak 7 (A) Seed Vesel A Seed Vesel D Trog Masakan 1 (D) Trog Masakan 2 (D) Trog Masakan 3 (D) Trog Masakan 4 (D) Trog Masakan 5 (D) Trog Masakan 6 (D) Trog Masakan 7 (D) Trog Masakan 8 (D) Trog Masakan 9 (C) Trog Masakan 10 (A) Trog Masakan 11 (A) Trog Masakan 12 (A) Trog Masakan 13 (A) Trog Masakan 14 (A) Trog Masakan 15 (A) Trog Masakan 16 (A) Trog Einwurf D2 Trog Einwurf C Mixer A U/S Feed Mixer A Feed Mixer SHS Feed Mixer D1 Feed Mixer D2 Mixer D1 U Mixer D2 (T) Mixer D2 (S) 4. Gula Gula kerikilan + Halus Gula dalam silo
Jumlah
1
Leburan
40
32
79,60
64,32
1,405
3,58
2,89
80,80
400 200 400 200 250 200 200 200 200 400 250 200 200 200 200 230 230 200 200 200 200 300 200 200 200 180 200 20 20 20 40 40 20 20 20
350 180 260 90 140 120 60 0 0 380 238 180 180 180 50 173 196 120 200 120 50 60 0 40 0 72 0 20 0 0 20 20 15 15 15
90,60 90,60 84,60 84,60 84,60 79,60 84,60 97,60 91,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 87,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 91,60 91,60 84,60 84,60 97,60 90,60 91,60 90,60 91,60 91,60
67,10 67,10 69,59 69,59 69,59 64,32 69,59 92,13 77,88 67,10 67,10 67,10 67,10 67,10 67,10 67,10 67,10 68,56 69,59 69,59 69,59 69,59 69,59 69,59 69,59 77,88 82,59 69,59 69,59 92,13 67,10 77,88 67,10 77,88 77,88
1,481 1,481 1,439 1,439 1,439 1,405 1,439 1,531 1,488 1,481 1,481 1,481 1,481 1,481 1,481 1,481 1,481 1,460 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,488 1,488 1,439 1,439 1,531 1,481 1,488 1,481 1,488 1,488
46,95 24,15 31,66 10,96 17,05 13,43 7,31 0,00 0,00 50,98 31,86 24,15 24,15 24,15 6,71 23,14 26,23 15,35 24,35 14,61 6,09 7,31 0,00 4,87 0,00 9,81 0,00 2,44 0,00 0,00 2,68 2,73 2,01 2,04 2,04
34,77 17,88 26,04 9,01 14,02 10,85 6,01 0,00 0,00 37,75 23,60 17,88 17,88 17,88 4,97 17,14 19,42 12,01 20,03 12,02 5,01 6,01 0,00 4,01 0,00 8,34 0,00 2,00 0,00 0,00 1,99 2,32 1,49 1,74 1,74
74,06 74,06 82,26 82,26 82,26 80,80 82,26 94,40 85,02 74,06 74,06 74,06 74,06 74,06 74,06 74,06 74,06 78,26 82,26 82,26 82,26 82,26 82,26 82,26 82,26 85,02 90,16 82,26 82,26 94,40 74,06 85,02 74,06 85,02 85,02
zak zak
8 5
99,90 99,90
99,60 99,60
1,000 1,000
4,00 2,50
3,98 2,49
99,70 99,70
647,29
484,98
74,92
91
Hari ke 2 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Bahan
1. Nira Kental Evaporator 1 Evaporator 2 Evaporator 3 Evaporator 4 Evaporator 5 A/B Sulfitir NK Utara Sulfitir NK Selatan Peti tunggu NK tersulfitir Peti tarik NK tersulfitir 2. Stroop dan Klare Stroop A - 1 Stroop A - 2 Stroop A - 3 Stroop A - 4 Stroop A Stroop A Stroop C Klare D Klare SHS Peti tarik stroop A Peti tarik Stroop C Peti tarik Klare D Peti Leburan Utara Peti Leburan Selatan 3. Masakan Pan Masak 1 (D) Pan Masak 2 (D) Pan Masak 3 (A) Pan Masak 4 (A) Pan Masak 5 (A) Pan Masak 6 (A) Pan Masak 7 (A) Seed Vesel A Seed Vesel D Trog Masakan 1 (D) Trog Masakan 2 (D) Trog Masakan 3 (D) Trog Masakan 4 (D) Trog Masakan 5 (D) Trog Masakan 6 (D) Trog Masakan 7 (D) Trog Masakan 8 (D) Trog Masakan 9 (C) Trog Masakan 10 (A) Trog Masakan 11 (A) Trog Masakan 12 (A) Trog Masakan 13 (A)
Jum lah
Desain HL
Estim HL
Brix %
Pol %
BJ
Ton brix
Ton pol
HK
1 1 1 1 2 1 1 6 1
35 35 30 30 20 50 80 150 90
35 35 30 0 40 40 0 180 18
13,96 13,96 13,96 63,80 63,80 63,80 63,80 63,80 63,80
11,50 11,50 11,50 53,55 53,55 53,55 53,55 53,55 52,76
1,052 1,052 1,052 1,305 1,305 1,305 1,305 1,305 1,305
0,51 0,51 0,44 0,00 3,33 3,33 0,00 14,99 1,50
0,42 0,42 0,36 0,00 2,80 2,80 0,00 12,58 1,24
82,38 82,38 82,38 83,93 83,93 83,93 83,93 83,93 82,70
1 3 2 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1
94 52 88 52 70 70 70 90 150 30 30 30 20 40
47 117 158 78 84 28 147 162 30 54 27 27 0 40
80,30 80,30 80,30 80,30 80,30 80,30 83,60 86,60 77,60 80,30 83,60 86,60 77,60 77,60
51,50 51,50 51,50 51,50 51,50 51,50 47,82 46,65 61,87 51,50 47,82 46,65 60,75 60,75
1,410 1,410 1,410 1,410 1,410 1,410 1,432 1,453 1,393 1,410 1,432 1,453 1,394 1,394
5,32 13,25 17,94 8,83 9,51 3,17 17,60 20,38 3,24 6,11 3,23 3,40 0,00 4,33
3,41 8,50 11,50 5,66 6,10 2,03 10,07 10,98 2,59 3,92 1,85 1,83 0,00 3,39
64,13 64,13 64,13 64,13 64,13 64,13 57,20 53,87 79,73 64,13 57,20 53,87 78,29 78,29
400 200 400 200 250 200 200 200 200 400 250 200 200 200 200 230 230 200 200 200 200 300
350 200 150 140 120 120 130 0 0 360 225 180 50 80 150 196 184 150 0 50 0 30
91,60 91,60 77,60 90,20 90,20 90,20 90,20 91,60 92,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 92,60 90,20 90,20 90,20 90,20
68,24 68,24 60,75 75,21 75,21 75,21 75,21 81,48 79,23 66,24 66,24 66,24 66,24 66,24 66,24 66,24 66,24 71,23 75,21 75,21 75,21 75,21
1,488 1,488 1,394 1,481 1,481 1,481 1,481 1,488 1,495 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,495 1,481 1,481 1,481 1,481
47,70 27,26 16,23 18,70 16,03 16,03 17,36 0,00 0,00 49,06 30,66 24,53 6,81 10,90 20,44 26,64 25,07 20,76 0,00 6,68 0,00 4,01
35,53 20,30 12,70 15,59 13,36 13,36 14,48 0,00 0,00 35,48 22,17 17,74 4,93 7,88 14,78 19,27 18,13 15,97 0,00 5,57 0,00 3,34
74,50 74,50 78,29 83,38 83,38 83,38 83,38 88,95 85,56 72,31 72,31 72,31 72,31 72,31 72,31 72,31 72,31 76,92 83,38 83,38 83,38 83,38
Leburan
92
46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Trog Masakan 14 (A) Trog Masakan 15 (A) Trog Masakan 16 (A) Trog Einwurf D2 Trog Einwurf C Mixer A U/S Feed Mixer A Feed Mixer SHS Feed Mixer D1 Feed Mixer D2 Mixer D1 U Mixer D2 (T) Mixer D2 (S) 4. Gula Gula kerikilan + Halus Gula dalam silo
200 200 200 180 200 20 20 20 40 40 20 20 20
20 20 0 126 0 15 0 0 20 30 15 15 15
90,20 90,20 90,20 92,60 91,60 84,60 90,20 95,70 91,60 92,60 91,60 92,60 92,60
75,21 75,21 75,21 79,23 81,48 69,59 75,21 91,20 66,24 79,23 66,24 79,23 79,23
1,481 1,481 1,481 1,495 1,488 1,439 1,481 1,531 1,488 1,495 1,488 1,495 1,495
2,67 2,67 0,00 17,44 0,00 1,83 0,00 0,00 2,73 4,15 2,04 2,08 2,08
2,23 2,23 0,00 14,92 0,00 1,50 0,00 0,00 1,97 3,55 1,48 1,78 1,78
83,38 83,38 83,38 85,56 88,95 82,26 83,38 95,30 72,31 85,56 72,31 85,56 85,56
zak zak
0 0
99,90 99,90
99,60 99,60
1,000 1,000
0,00 0,00
0,00 0,00
99,70 99,70
563,50
414,49
73,56
Jumlah Hari ke-3 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Bahan 1. Nira Kental Evaporator 1 Evaporator 2 Evaporator 3 Evaporator 4 Evaporator 5 A/B Sulfitir NK Utara Sulfitir NK Selatan Peti tunggu NK tersulfitir Peti tarik NK tersulfitir 2. Stroop dan Klare Stroop A - 1 Stroop A - 2 Stroop A - 3 Stroop A - 4 Stroop A Stroop A Stroop C Klare D Klare SHS Peti tarik stroop A Peti tarik Stroop C Peti tarik Klare D Peti Leburan Utara Peti Leburan Selatan 3. Masakan
Jumlah
Desain HL
Estim HL
Brix %
Pol %
BJ
Ton brix
Ton pol
HK
1 1 1 1 2 1 1
35 35 30 30 20 50 80
0 35 30 30 40 40 0
14,36 14,36 14,36 63,80 63,80 63,80 63,80
11,70 11,70 11,70 52,80 52,80 52,80 52,80
1,053 1,053 1,053 1,305 1,305 1,305 1,305
0,00 0,53 0,45 2,50 3,33 3,33 0,00
0,00 0,43 0,37 2,07 2,76 2,76 0,00
81,48 81,48 81,48 82,76 82,76 82,76 82,76
6 1
150 90
450 81
63,80 63,80
52,80 52,80
1,305 1,305
37,48 6,75
31,02 5,58
82,76 82,76
1 3 2 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1
94 52 88 52 70 70 70 90 150 30 30 30 20 40
75 78 88 78 105 53 105 81 75 54 27 27 0 40
87,80 87,80 87,80 87,80 87,80 87,80 89,60 81,60 83,60 87,80 89,60 81,60 81,60 81,60
53,86 53,86 53,86 53,86 53,86 53,86 50,76 43,96 65,89 53,86 50,76 43,96 63,16 63,16
1,462 1,462 1,462 1,462 1,462 1,462 1,476 1,419 1,432 1,462 1,476 1,419 1,419 1,419
9,65 10,01 11,29 10,01 13,48 6,74 13,88 9,38 8,98 6,93 3,57 3,13 0,00 4,63
5,92 6,14 6,93 6,14 8,27 4,13 7,87 5,05 7,08 4,25 2,02 1,68 0,00 3,58
61,34 61,34 61,34 61,34 61,34 61,34 56,65 53,87 78,82 61,34 56,65 53,87 77,40 77,40
93
24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pan Masak 1 (D) Pan Masak 2 (D) Pan Masak 3 (A) Pan Masak 4 (A) Pan Masak 5 (A) Pan Masak 6 (A) Pan Masak 7 (A) Seed Vesel A Seed Vesel D Trog Masakan 1 (D) Trog Masakan 2 (D) Trog Masakan 3 (D) Trog Masakan 4 (D) Trog Masakan 5 (D) Trog Masakan 6 (D) Trog Masakan 7 (D) Trog Masakan 8 (D) Trog Masakan 9 (C) Trog Masakan 10 (A) Trog Masakan 11 (A) Trog Masakan 12 (A) Trog Masakan 13 (A) Trog Masakan 14 (A) Trog Masakan 15 (A) Trog Masakan 16 (A) Trog Einwurf D2 Trog Einwurf C Mixer A U/S Feed Mixer A Feed Mixer SHS Feed Mixer D1 Feed Mixer D2 Mixer D1 U Mixer D2 (T) Mixer D2 (S) 4. Gula Gula kerikilan + Halus Gula dalam silo Jumlah
400 200 400 200 250 200 200 200 200 400 250 200 200 200 200 230 230 200 200 200 200 300 200 200 200 180 200 20 20 20 40 40 20 20 20
360 180 250 170 140 160 150 0 0 320 63 190 180 160 80 219 207 80 80 50 160 120 20 60 0 36 0 15 0 0 20 20 15 15 15
91,60 91,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 97,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 84,60 91,60 91,60 84,60 84,60 97,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60
64,43 64,43 69,86 69,86 69,86 69,86 69,86 88,64 77,33 64,43 64,43 64,43 64,43 64,43 64,43 64,43 64,43 71,23 69,86 69,86 69,86 69,86 69,86 69,86 69,86 77,33 82,04 69,59 69,86 88,64 64,43 77,33 64,43 77,33 77,33
1,488 1,488 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,531 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,488 1,488 1,439 1,439 1,531 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488
49,06 24,53 30,44 20,70 17,05 19,48 18,26 0,00 0,00 43,61 8,52 25,89 24,53 21,80 10,90 29,78 28,21 10,90 9,74 6,09 19,48 14,61 2,44 7,31 0,00 4,91 0,00 1,83 0,00 0,00 2,73 2,73 2,04 2,04 2,04
34,51 17,25 25,13 17,09 14,08 16,09 15,08 0,00 0,00 30,67 5,99 18,21 17,25 15,34 7,67 20,94 19,84 8,48 8,04 5,03 16,09 12,06 2,01 6,03 0,00 4,14 0,00 1,50 0,00 0,00 1,92 2,30 1,44 1,73 1,73
70,34 70,34 82,58 82,58 82,58 82,58 82,58 90,82 84,42 70,34 70,34 70,34 70,34 70,34 70,34 70,34 70,34 77,76 82,58 82,58 82,58 82,58 82,58 82,58 82,58 84,42 89,56 82,26 82,58 90,82 70,34 84,42 70,34 84,42 84,42
zak zak
2 8
99,90 99,90
99,60 99,60
1,000 1,000
1,00 4,00 632,68
1,00 3,98 466,68
99,70 99,70 73,76
Hari ke 4 Bahan
Jumlah
Desain HL
Estim HL
Brix %
Pol %
BJ
Ton brix
Ton pol
HK
1. Nira Kental Evaporator 1 Evaporator 2 Evaporator 3 Evaporator 4
1 1 1 1
35 35 30 30
35 35 0 30
12,56 12,56 12,56 58,80
10,19 10,19 10,19 48,28
1,053 1,053 1,053 1,305
0,46 0,46 0,00 2,30
0,38 0,38 0,00 1,89
81,13 81,13 81,13 82,11
94
Evaporator 5 A/B Sulfitir NK Utara Sulfitir NK Selatan Peti tunggu NK tersulfitir Peti tarik NK tersulfitir 2. Stroop dan Klare Stroop A - 1 Stroop A - 2 Stroop A - 3 Stroop A - 4 Stroop A Stroop A Stroop C Klare D Klare SHS Peti tarik stroop A Peti tarik Stroop C Peti tarik Klare D Peti Leburan Utara Peti Leburan Selatan 3. Masakan Pan Masak 1 (D) Pan Masak 2 (D) Pan Masak 3 (A) Pan Masak 4 (A) Pan Masak 5 (A) Pan Masak 6 (A) Pan Masak 7 (A) Seed Vesel A Seed Vesel D Trog Masakan 1 (D) Trog Masakan 2 (D) Trog Masakan 3 (D) Trog Masakan 4 (D) Trog Masakan 5 (D) Trog Masakan 6 (D) Trog Masakan 7 (D) Trog Masakan 8 (D) Trog Masakan 9 (C) Trog Masakan 10 (A) Trog Masakan 11 (A) Trog Masakan 12 (A) Trog Masakan 13 (A) Trog Masakan 14 (A) Trog Masakan 15 (A) Trog Masakan 16 (A) Trog Einwurf D2 Trog Einwurf C Mixer A U/S Feed Mixer A
2 1 1
20 50 80
40 40 0
58,80 58,80 58,80
48,28 48,28 48,28
1,305 1,305 1,305
3,07 3,07 0,00
2,52 2,52 0,00
82,11 82,11 82,11
6 1
150 90
180 0
58,80 58,80
48,28 48,28
1,305 1,305
13,82 0,00
11,35 0,00
82,11 82,11
1 3 2 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1
94 52 88 52 70 70 70 90 150 30 30 30 20 40
71 140 132 117 158 53 189 203 98 57 29 29 0 30
87,30 87,30 87,30 87,30 87,30 87,30 90,60 81,60 82,60 87,30 90,60 81,60 86,60 86,60
53,75 53,75 53,75 53,75 53,75 53,75 50,18 42,85 63,42 53,75 50,18 42,85 62,48 62,48
1,462 1,462 1,462 1,462 1,462 1,462 1,476 1,419 1,432 1,462 1,476 1,419 1,419 1,419
9,00 17,92 16,85 14,93 20,10 6,70 25,27 23,44 11,54 7,27 3,81 3,30 0,00 3,69
5,54 11,03 10,37 9,19 12,38 4,13 14,00 12,31 8,86 4,48 2,11 1,73 0,00 2,66
61,57 61,57 61,57 61,57 61,57 61,57 55,39 52,51 76,78 61,57 55,39 52,51 72,15 72,15
400 200 400 200 250 200 200 200 200 400 250 200 200 200 200 230 230 200 200 200 200 300 200 200 200 180 200 20 20
350 180 150 90 150 150 150 0 0 400 238 180 180 190 140 58 184 120 0 0 0 180 0 0 0 135 0 15 0
90,60 90,60 86,60 89,00 89,00 89,00 89,00 91,60 91,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 90,60 85,60 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 89,00 91,60 91,60 89,00 89,00
68,21 68,21 62,48 72,11 72,11 72,11 72,11 82,59 78,71 68,21 68,21 68,21 68,21 68,21 68,21 68,21 68,21 65,29 72,11 72,11 72,11 72,11 72,11 72,11 72,11 78,71 82,59 72,11 72,11
1,488 1,488 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,531 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,488 1,488 1,439 1,439
47,18 24,26 18,69 11,53 19,21 19,21 19,21 0,00 0,00 53,92 32,01 24,26 24,26 25,61 18,87 7,75 24,80 15,28 0,00 0,00 0,00 23,06 0,00 0,00 0,00 18,40 0,00 1,92 0,00
35,52 18,27 13,49 9,34 15,57 15,57 15,57 0,00 0,00 40,59 24,10 18,27 18,27 19,28 14,21 5,84 18,67 11,66 0,00 0,00 0,00 18,68 0,00 0,00 0,00 15,81 0,00 1,56 0,00
75,29 75,29 72,15 81,02 81,02 81,02 81,02 90,16 85,93 75,29 75,29 75,29 75,29 75,29 75,29 75,29 75,29 76,27 81,02 81,02 81,02 81,02 81,02 81,02 81,02 85,93 90,16 81,02 81,02
leburan
95
Feed Mixer SHS Feed Mixer D1 Feed Mixer D2 Mixer D1 U Mixer D2 (T) Mixer D2 (S) 4. Gula Gula kerikilan + Halus Gula dalam silo
20 40 40 20 20 20
0 24 20 15 15 15
95,60 90,60 91,60 90,60 91,60 91,60
88,64 68,21 78,71 68,21 78,71 78,71
1,531 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488
0,00 3,23 2,73 2,02 2,04 2,04
0,00 2,44 2,34 1,52 1,76 1,76
92,72 75,29 85,93 75,29 85,93 85,93
zak zak
6 0
99,90 99,90
99,60 99,60
1,000 1,000
3,00 0,00
2,99 0,00
99,70 99,70
631,51
460,84
72,98
Jumlah
Hari ke 5 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Bahan 1. Nira Kental Evaporator 1 Evaporator 2 Evaporator 3 Evaporator 4 Evaporator 5 A/B Sulfitir NK Utara Sulfitir NK Selatan Peti tunggu NK tersulfitir Peti tarik NK tersulfitir 2. Stroop dan Klare Stroop A - 1 Stroop A - 2 Stroop A - 3 Stroop A - 4 Stroop A Stroop A Stroop C Klare D Klare SHS Peti tarik stroop A Peti tarik Stroop C Peti tarik Klare D Peti Leburan Utara Peti Leburan Selatan 3. Masakan Pan Masak 1 (D) Pan Masak 2 (D) Pan Masak 3 (A) Pan Masak 4 (A) Pan Masak 5 (A) Pan Masak 6 (A)
Jumlah
Desain HL
Estim HL
Brix %
Pol %
BJ
Ton brix
Ton pol
HK
1 1 1 1 2 1 1
35 35 30 30 20 50 80
35 35 30 30 0 40 0
14,36 14,36 14,36 64,36 64,36 64,36 64,36
11,72 11,72 11,72 52,25 52,25 52,25 52,25
1,053 1,053 1,053 1,305 1,305 1,305 1,305
0,53 0,53 0,45 2,52 0,00 3,36 0,00
0,43 0,43 0,37 2,05 0,00 2,73 0,00
81,62 81,62 81,62 81,19 81,19 81,19 81,19
6 1
150 90
270 90
64,36 64,36
52,25 52,25
1,305 1,305
22,68 7,56
18,42 6,14
81,19 81,19
1 3 2 3 3 1 3 3 1 2 1 1 1 1
94 52 88 52 70 70 70 90 150 30 30 30 20 40
85 94 106 39 42 14 63 162 90 60 30 30 0 40
87,80 87,80 87,80 87,80 87,80 87,80 89,60 81,60 83,60 87,80 89,60 81,60 81,60 81,60
53,86 53,86 53,86 53,86 53,86 53,86 50,50 43,96 65,89 53,86 50,50 43,96 61,77 61,77
1,462 1,462 1,462 1,462 1,462 1,462 1,476 1,419 1,432 1,462 1,476 1,419 1,419 1,419
10,86 12,01 13,55 5,01 5,39 1,80 8,33 18,76 10,78 7,70 3,97 3,47 0,00 4,63
6,66 7,37 8,31 3,07 3,31 1,10 4,70 10,10 8,49 4,72 2,24 1,87 0,00 3,51
61,34 61,34 61,34 61,34 61,34 61,34 56,36 53,87 78,82 61,34 56,36 53,87 75,70 75,70
400 200 400 200 250 200
350 150 170 150 170 170
91,60 91,60 81,60 89,04 89,04 89,04
67,07 67,07 61,77 71,23 71,23 71,23
1,488 1,488 1,439 1,439 1,439 1,439
47,70 20,44 19,96 19,22 21,78 21,78
34,92 14,97 15,11 15,38 17,43 17,43
73,22 73,22 75,70 80,00 80,00 80,00
leburan
96
30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Pan Masak 7 (A) Seed Vesel A Seed Vesel D Trog Masakan 1 (D) Trog Masakan 2 (D) Trog Masakan 3 (D) Trog Masakan 4 (D) Trog Masakan 5 (D) Trog Masakan 6 (D) Trog Masakan 7 (D) Trog Masakan 8 (D) Trog Masakan 9 (C) Trog Masakan 10 (A) Trog Masakan 11 (A) Trog Masakan 12 (A) Trog Masakan 13 (A) Trog Masakan 14 (A) Trog Masakan 15 (A) Trog Masakan 16 (A) Trog Einwurf D2 Trog Einwurf C Mixer A U/S Feed Mixer A Feed Mixer SHS Feed Mixer D1 Feed Mixer D2 Mixer D1 U Mixer D2 (T) Mixer D2 (S) 4. Gula Gula kerikilan + Halus Gula dalam silo Jumlah
200 200 200 400 250 200 200 200 200 230 230 200 200 200 200 300 200 200 200 180 200 20 20 20 40 40 20 20 20
130 0 0 360 225 180 180 180 80 219 207 180 0 0 0 0 0 0 0 162 0 20 0 0 20 20 15 15 15
89,04 90,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60 89,04 89,04 89,04 89,04 89,04 89,04 89,04 91,60 90,60 89,04 89,04 95,60 91,60 91,60 91,60 91,60 91,60
71,23 82,07 80,38 67,07 67,07 67,07 67,07 67,07 67,07 67,07 67,07 68,73 71,23 71,23 71,23 71,23 71,23 71,23 71,23 80,38 82,07 71,23 71,23 88,64 67,07 80,38 67,07 80,38 80,38
1,439 1,531 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,439 1,488 1,488 1,439 1,439 1,531 1,488 1,488 1,488 1,488 1,488
16,66 0,00 0,00 49,06 30,66 24,53 24,53 24,53 10,90 29,78 28,21 24,53 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 22,08 0,00 2,56 0,00 0,00 2,73 2,73 2,04 2,04 2,04
13,33 0,00 0,00 35,92 22,45 17,96 17,96 17,96 7,98 21,80 20,65 18,41 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19,37 0,00 2,05 0,00 0,00 2,00 2,39 1,50 1,79 1,79
80,00 90,58 87,75 73,22 73,22 73,22 73,22 73,22 73,22 73,22 73,22 75,03 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 80,00 87,75 90,58 80,00 80,00 92,72 73,22 87,75 73,22 87,75 87,75
zak zak
0 0
99,90 99,90
99,60 99,60
1,000 1,000
0,00 0,00
0,00 0,00
99,70 99,70
594,40
436,58
73,45
97
Lampiran 7. Bagan Perhitungan Winter Rendemen Uraian Pol hasil dan perkiraan Ton pol dalam perkiraan Tambahan ton pol Ton pol gula hasil Ton pol Tetes Jumlah Ton pol Brix hasil dan perkiraan Ton brix dalam perkiraan Tambahan ton brix Ton brix gula hasil Ton brix Tetes Jumlah Ton brix Kristal diperoleh HK Tetes (M) Faktor Tetes Kristal diperoleh
Awal (STOCK)
I
456,43
484,98 28,55 194,72 50,27 273,54
651,41
0,7492
II
s/d h.i II
III
s/d h.i
IV
414,49 -70,49 269,42 60,47 259,40
414,49 -41,94 464,14 110,74 532,94
466,68 52,19 189,74 55,99 297,92
466,68 10,25 653,87 166,74 830,86
460,84 -5,84 252,49 111,51 358,16
460,84 4,41 906,36 278,25 1189,02
436,58 -24,26 228,58 151,88 356,20
436,58 -19,85 1134,94 430,12 1545,22
647,29 -4,12 195,40 122,14 313,42
563,50 -83,79 270,36 146,73 333,30
563,50 -87,91 465,77 268,86 646,72
632,68 69,18 190,40 147,04 406,62
632,68 -18,73 656,17 415,90 1053,34
631,51 -1,17 253,37 299,94 552,14
631,51 -19,90 909,55 715,84 1605,49
594,40 -37,11 229,39 383,98 576,26
594,40 -57,01 1138,93 1099,82 2181,74
41,16 0,6995 245,64
41,21 0,7011 207,59
41,19 0,7004 453,25
38,08 0,6150 231,07
40,09 0,6692 681,98
37,18 0,5918 243,36
38,87 0,6359 924,20
39,55 0,6543 212,20
39,11 0,6423 1136,40
III
s/d h.i
V
IV
s/d h.i V
Perkiraan kristal dalam nira mentah Ton Pol dalam nira mentah Ton Brix dalam nira mentah Kristal diperkirakan dalam nira mentah
284,79 377,89
270,56 353,35
555,35 731,24
278,20 358,08
833,55 1089,32
286,63 380,78
1120,18 1470,11
271,45 353,58
1391,63 1823,68
247,55
237,45
485,00
246,25
731,24
248,96
980,21
238,61
1218,81
Winter Rendemen
99,23
87,42
93,45
93,84
93,26
97,75
94,29
88,94
93,24
98
Lampiran 8. Rendemen PG-PG Lingkup PTPN X Tahun Giling 2005
Rendemen (%) Posisi per 31/08/05
Rendemen (%) Posisi per 15/09/05
Rendemen (%) Posisi per 31/09/05
1 Mojopanggung
7,60
7,70
7,72
2 Gempol Krep
7,24
7,29
7,39
3 Ngadirejo
7,35
7,32
7,30
4 Tjoekir
7,10
7,06
7,02
5 Djombang Baru
6,95
6,95
6,93
6 Pesantren Baru
7,20
6,96
6,72
7 Toelangan
6,67
6,74
6,69
8 Lestari
6,38
6,36
6,44
9 Watoetoelis
6,15
6,25
6,28
10 Meritjan
6,33
6,18
6,06
11 Kremboong
5,90
5,98
6,01
Rata-rata
6,81
6,80
6,78
No
Pabrik Gula