KEBERHASILAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN TEBU RAKYAT ANTARA PABRIK GULA DENGAN PETANI TEBU *) NDA Widjajanto Kepala Divisi Tanaman dan Pengembangan, PT Kebon Agung, Surabaya **)
ABSTRAK Salah satu faktor penentu keberhasilan usahatani tebu rakyat adalah adanya kemitraan dengan pabrik gula. Kemitraan yang baik akan mendorong loyalitas petani kepada PG sehingga pasokan bahan baku tebu tetap terjamin. Kemitraan pabrik gula PT Kebon Agung dengan petani tebu telah berjalan sejak lama dan semakin intensif dengan berakhirnya Inpres No. 9 Tahun 1975 dan terbitnya Inpres No. 5 Tahun 1998. Dalam kemitraan ini, PG bertindak sebagai pembimbing. Kemitraan antara PG dengan petani memberikan kepastian usaha yang memiliki dua dimensi yaitu usahatani tebu yang memang lebih menguntungkan dibanding komoditas lainnya dan kepastian pelayanan di pihak Perusahaan yang sudah dapat diperhitungkan. Dengan pola kemitraan yang baik, PG Kebon Agung dapat berkembang hingga menunjukkan keragaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak awal era tebu rakyat mulai tahun 1975 kebutuhan bahan baku tebu bagi pabrik gula (PG) sangat tergantung dari kesediaan petani menanam tebu, terlebih lagi setelah berakhirnya Inpres No. 9 Tahun 1975 yaitu dengan terbitnya Inpres No. 5 Tahun 1998, maka praktis kebutuhan tebu bagi pabrik gula di Jawa mengarah pada pola kerja sama kemitraan dengan petani tebu. Perkembangan peralihan pengusahaan tanaman tebu dari tanaman tebu sendiri (TS) menjadi tanaman tebu rakyat intensifikasi (TRI) dan selanjutnya berkembang menjadi tebu rakyat kemitraan yang diusahakan oleh petani. Pemenuhan bahan baku tebu untuk kedua PG sangat tergantung dari keberadaan tanaman yang diusahakan oleh petani tebu rakyat (TR) mencapai kurang lebih 95% dan sebagian berasal dari tanaman TS kurang lebih 5%. Ketergantungan terhadap tebu yang berasal dari petani sangatlah besar, oleh sebab itu bidang tanaman di kedua PG lebih fokus dan lebih intensif pada program kerja sama kemitraan dengan petani TR sehingga budidaya tanaman tebu semakin berkembang dan produktif.
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
53
Pengertian Pola Kemitraan merupakan kerja sama yang setara antar pihak yang bersifat sukarela, untuk meraih keuntungan/manfaat bersama dengan memberi kontribusi tertentu dari sumber daya yang dimiliki masing-masing pihak dan bertanggungjawab atas segala resiko yang timbul dari akibat kerja sama tersebut. Suatu pola kemitraan harus didasarkan atas adanya kepentingan bersama (common interest), tujuan yang jelas dan terukur, saling percaya dan bersedia berkorban. Agar suatu pola kemitraan dapat berjalan berkesinambungan dan kokoh harus pula menganut prinsip-prinsip kesetaraan, memperoleh manfaat bersama (mutual benefit), keterbukaan dan adil (fairness).
PENGEMBANGAN KEMITRAAN TEBU RAKYAT ANTARA PABRIK GULA DENGAN PETANI TEBU Urgensi kemitraan bagi perusahaan Perusahaan dengan petani TR secara bersama-sama melaksanakan tujuan usaha yang saling menguntungkan sehingga permasalahan yang timbul seperti target produksi tebu dengan meningkatnya kapasitas giling, ”persaingan” perolehan bahan baku antar PG dan persaingan dengan komoditas tanaman lain serta permasalahan kualitas bahan baku yang masih di bawah standard MBS dapat diperbaiki secara bersama-sama sehingga pola kemitraan akan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sasaran program kemitraan Hubungan kerja sama kemitraan, dalam hal ini antara PG dengan petani TR, seharusnya dapat memberi manfaat bersama, karena adanya kepentingan bersama (common interest) dan adanya kebutuhan dan kelebihan sumber daya masing-masing pihak yang dapat saling membantu. Untuk mendukung sasaran tersebut maka perusahaan menganalisa kebutuhan Petani TR seperti dituangkan dalam Tabel 1.
54
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
Tabel 1. Kondisi petani TR dan kebutuhan PG Kebon Agung No.
Uraian
1.
Bahan Baku
Kondisi Petani
Kebutuhan Perusahaan
a. Luas lahan PG Kebon Agung 18.500 ha PG Trangkil
a. Luas areal di PG Kebon Agung 22.000 ha
11.500 ha
di PG Trangkil
14.500 ha
b. Penghargaan lebih baik dari PG pesaing
b. Kualitas bahan baku memenuhi kriteria
c. Kebutuhan kredit, sarana-prasarana, saprodi
c. Melakukan penelitian dan pengembangan
d. Pengawalan pengelolaan tanaman petani baru e. Pelatihan dan pengembangan budidaya tebu
teknologi produktivitas dan kualitas tanaman d. Pengembangan dan perluasan lahan tebu untuk
f. Produksi tebu di PG Kebon Agung 14.000.000 ku
mencukupi kebutuhan bahan baku berkualitas
PG Trangkil
e. Produksi tebu di PG Kebon Agung 18.000.000 ku
8.000.000 ku
PG Trangkil 2.
Pendapatan
a. Menguntungkan dan berdaya saing yang kuat
Petani
3.
Pelayanan
10.000.000 ku
a. Berbudidaya tebu yang menguntungkan b. HPP rendah dan harga gula tinggi c. Win-win solution dalam bermitra
a. Pendaftaran areal dan kontrak giling lebih mudah dan lancar b. Motivasi dan perlindungan dalam berusaha tani
a. SOP dapat dilaksanakan b. Tercipta Petani yang loyal dan bertanggungjawab kepada PG pembina.
c. Ketersediaan saprodi yang tepat
c. Petani mantap dalam berusaha tani tebu
d. Kepastian memasok bahan baku harian
d. Produktivitas meningkat dan daya saing kuat
e. Ketertiban dalam penerimaan tebu f. Meningkatkan mutu pelayanan Kemitraan 4.
Pembinaan
a. Peningkatan kualitas bimbingan terutama kepada Petani TR baru. b. Inovasi dan aplikasi teknologi tepat guna. c. Menambah wawasan Studi banding ke PG lain
a. Pembekalan Karyawan di bidang teknis dan penyuluhan b. Pengadaan sarana media penyuluhan dan demoplot c. Menciptakan suasana bersih diri bersih hati menuju moralitas dan dedikasi tinggi d. Menjalin kerja sama lembaga penelitian dan Instansi terkait e. Terciptanya Petani mandiri, maju dan tangguh dalam menghadapi persoalan pertebuan.
Sasaran yang diharapkan akan dicapai melalui program pola kemitraan tersebut dapat dirinci lebih lanjut bagi masing-masing pihak sebagai berikut seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
55
Tabel 2. Sasaran PG Kebon Agung dan PG Trangkil untuk hasil tebu Uraian PG Kebon Agung : 1. Luas Areal (ha) 2. Tebu / ha (ton) 3. Jml Tebu (ton) 4. Kualitas MBS - M (Pol % tebu) - B (% kotoran) - S (Hk npp) 5. Rendemen (%) PG Trangkil : 1. Luas Areal (ha) 2. Tebu / ha (ku) 3. Jml Tebu (ton ) 4. Kualitas MBS - M (Pol % tebu) - B (% kotoran) - S (Hk npp) 5. Rendemen (%)
2012
2013
2014
2015
2016
18.965 77,8 1.476.00 0 9,8 6 77,5 7,60
19.350 79,1 1.530.00 0 10,4 5 79,5 7,80
20.115 80,0 1.610.00 0 10,8 5 80,5 7,90
21.240 80,0 1.700.0 00 11,2 4 81,5 8,00
21.240 80,0 1.700.0 00 11,3 4 82,0 8,10
12.550 69,7 875.000
12.625 72,1 910.000
12.900 74,4 960.000
13.000 75,0 975.00 0
13.120 75,5 990.00 0
9,9 12 75,0 7,38
10,5 10 76,0 7,50
10,9 8 78,0 7,70
11,3 7 80,0 7,85
11,4 7 81,0 8,00
Struktur organisasi dan kebijakan perusahaan Struktur organisasi besar peranannya dalam menggerakkan SDM untuk mencapai target Perusahaan, sehingga struktur organisasi Bagian Tanaman idealnya mencakup beberapa seksi seperti yang disajikan pada Gambar 1.
56
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
KONSEP STRUKTUR ORGANISASI BAGIAN TANAMAN BAGIAN TANAMAN KEPALA Bag. Tanaman
Seksi Wil - A
---
Tebu Rakyat
Sub-Seksi
Juru Tulis
---
Tebu Rakyat
---
Sub-Seksi
---
PLPG
Juru Tulis
Seksi Sarana - A
---
Sub-Seksi
Seksi Sarana - B
---
---
TS 1 - 4
---
Mandor TS
------
Litbang,Traktor
TGTS, Bibit
Wil 5 - 8
Wil 1 - 4
PLPG
Seksi Wil - B
Sub-Seksi
Seksi T&A TS dan TR
------
Lb 1 - 2
Sub Seksi TA
---
Koordinator
---
Penrm - MBS.
Juru Tulis Juru Gambar
--- PLPG (Mandor)
Juru Tulis
Adm.tan (Biro Tan)
Juru Tulis
Juru Tulis
Juru Tulis
Lab. Hama
Mandor TS
Mandor/Petugas
Mandor/Petugas
Pemb. Kantor
Gambar 1. Struktur organisasi PG Kebon Agung dan Trangkil
Kebijakan perusahaan pada on farm Langkah awal dalam pola kemitraan dengan petani TR khususnya dalam pemenuhan bahan baku tebu dimulai dari pendaftaran areal tanaman tebu milik petani TR, baik terhadap tebu yang memerlukan permohonan kredit kredit ketahanan pangan dan energi (KKP-E) maupun tebu yang tidak memerlukan kredit atau tebu rakyat mandiri (TRM). Bagi Petani TR yang mengajukan permohonan kredit, disediakan program kredit berupa KKP-E dari Pemerintah atau Perbankan dan pihak PG selaku avalis. Beberapa kelengkapan dalam rangka pelaksanaan KKP-E untuk tanaman tebu dimana PG sebagai avalis diantaranya adalah : a. Surat pernyataan dari Direksi PT Kebon Agung yang diketahui Dewan Komisaris PT Kebon Agung, yang berisikan bahwa perusahaan akan mengelola dana kredit yang berasal dari bank pelaksana dan diberikan kepada kelompok tani dan diketahui KUD untuk pelaksanaan KKP-E pada musim tanam yang ditentukan, serta perusahaan menjamin dalam pembayaran kembali kredit KKP-E dengan jumlah dan jangka waktu yang telah diperjanjikan. b. Surat perjanjian (Borgstelling) antara perusahaan dengan bank pelaksana. c. Perjanjian kerja sama antara PT Kebon Agung dengan bank pelaksana. Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
57
d. Surat kuasa khusus dari Direksi PT Kebon Agung kepada pemimpin di kedua PG, yaitu masing-masing di PG Kebon Agung dan PG Trangkil untuk pengelolaan dana kredit KKP-E dari bank pelaksana. Dalam hal pengajukan permohonan kredit dari petani TR kepada pabrik, disertakan lampiran atau form berupa : a. Foto copy KTP petani b. Blanko Surat Pengakuan Penggunaan Dana KKP-E atau ATR 02 c. Berita Acara Pemeriksaan Kebun atau ATR 01B d. Blanko Pengajuan/disposisi Pinjaman Kemitraan e. Blanko Daftar Kolektif Petani f. Gambar kebun yg disyahkan kepala desa setempat g. Blanko Penyerahan Barang Jaminan h. Blanko Rujukan dari notaris berupa Perjanjian Serah Terima Sertifikat i. Foto copy sertifikat yang dijaminkan setelah semua berkas lengkap dan sudah ditandatangani semua petugas PG j. Bagian TUK menyiapkan blanko Kas Bank dan kuitansinya, selanjutnya Kasir melaksanakan pencairan dana kredit tersebut. Pada saat pendaftaran areal tanaman tebu di PG secara administratif dibuat register bagi masing-masing petani TR. Register tersebut terdiri dari 6 (enam) digit yang terdiri 3 (tiga) digit pertama berupa huruf/alfabet yang mengidentifikasi kode kecamatan, kode desa dan kode jenis intensifikasi, sedangkan 3 (tiga) digit kedua berupa angka sebagai nomor urut petani. Setelah proses pendaftaran areal tanaman tebu selesai, maka petugas di bagian tanaman membuat matriks tebang sebagai acuan dalam rencana pemenuhan bahan baku. Matriks tebang berisikan data seluruh tegakan tebu dan kepemilikan per petani, jenis varietas dan tingkat kemasakannya, masa/bulan tanam atau kepras, bulan rencana tebang dan jenis tebangan. Tantangan dalam pembuatan matriks tebang bagi Petugas PG yaitu setiap saat harus membuat prioritas tebangan yang didasarkan pada tingkat kemasakan/ketuaan tebu yang akan ditebang atau dimasukkan ke PG setiap harinya. Matriks tebang ini sangat berperan dalam kegiatan tebang dan angkut nantinya (Tabel 3). Kegiatan tebang dan angkut ditujukan khususnya untuk perolehan kualitas bahan baku yaitu tercapainya standar MBS. Kegiatan yang diperlukan antara lain melalui tebang pilih sesuai dengan kemasakan tebu agar diperoleh potensi tebu manis secara optimal. Begitu pula dalam proses penebangan diupayakan meminimalisasi kotoran sehingga diperoleh tebu yang bersih. Untuk memperoleh tebu yang segar dilakukan upaya mempersingkat antrian angkutan tebu di emplasemen. Perusahaan mengharapkan pasokan tebu yang cukup dan berkualitas dari petani, dan sebaliknya petani mengharapkan produktivitas tanaman yang tinggi sehingga pada kedua belah pihak akan memperoleh keuntungan usaha yang maksimal.
58
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
Upaya yang ditempuh untuk mengarah pada komposisi varietas yang ideal adalah: a. Disiplin dan konsisten terhadap program penataan varietas per wilayah melalui : i. Pemberian reward bagi petani yang menggunakan varietas yang dianjurkan. ii. Diutamakan pemberian kredit KKP-E dan Akselerasi Bongkar Ratoon bagi petani yang menggunakan varietas yang dianjurkan a. b. c. d.
Optimasi potensi varietas, yaitu melalui : Pemilihan varietas berdasar uji adaptasi, kesesuaian masa tanam dan rencana tebang Aplikasi budidaya yang standar Pemakaian saprodi tepat waktu Pengendalian gulma yang efektif
Tabel 3. Matriks tebang di PG Kebon Agung dan PG Trangkil Jenis Tebangan No. Nama Petani
Regiter
PG
Rencana Bulan Tebang Mei
KUD Sendiri ha
Juni ku
ha
ku
Juli ha
Agustus ku
ha
ku
September ha
ku
Oktober ha
ku
Nopember ha
ku
Jumlah
Potensi dan realisasi berbagai varietas unggul di kedua PG seperti pada Tabel 4 di bawah ini :
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
59
Tabel 4. Potensi dan realisasi berbagai varietas unggul di PG Kebon Agung dan PG Trangkil PG KEBON AGUNG
No. VARIETAS A. 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
MASAK AWAL BZ 132 Co 617 Ps 851 Ps 862 Ps 863 Ps 881 Ps BM PMC Kentung Psjt 94-60 Ps 891 SS 57
B. 1 2 3 4
MASAK TENGAH Ps 864 Ps JT 941 Ps 921 GM 25
C. MASAK AKHIR 1 Ps 951 2 BL
PG TRANGKIL
Potensi Realisasi Potensi Realisasi Tebu Rend Tebu Rend Tebu Rend Tebu Rend (ku/ha) (%) (ku/ha) (%) (ku/ha) (%) (ku/ha) (%)
1.000 1.100 1.100 1.000 1.000
9,00 8,50 8,50 9,00 9,50
777 834 854 800 765
900 900 900 1.000
9,00 9,00 9,00 9,00
600 650 650 700
7,20 6,95 6,95 7,25
900 900 1.000
9,00 9,00 9,00
650 600 675
6,88 6,70 7,00
1.000 900 900 1.000
9,00 9,00 9,00 9,00
650 650 600 675
7,25 6,90 7,01 7,00
1.000 1.000
9,00 9,00
600 675
6,80 7,15
8,50 8,20 8,20 8,60 9,00
1.000 1.100
9,50 9,00
743 788
8,29 8,10
1.000
9,00
819
7,47
Keragaman potensi dan realisasi varietas tersebut dipengaruhi oleh tingkat kesuburan tanah, kualitas budidaya tanaman dan input pupuk yang tidak tepat. Untuk mendukung program penataan varietas tersebut, maka perusahaan membuat sasaran fisik tebu rakyat diantaranya dengan pengembangan varietas tebu unggul yang disesuaikan dengan komposisi kemasakan yang ideal dan sesuai dengan tipologi wilayah seperti dalam Tabel 5.
60
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
Tabel 5. Penataan varietas berdasarkan kemasakan Tipe Wilayah BPL BPJ
Varietas untuk Pola Tanam I PS 851;PS 862; PS 864; PS 921; PSJT 94-33
Varietas untuk Pola Tanam II
PS 864; PS 921; PS 951
BHL
PS 864; PS 951; PSJT 94-33
BHJ
PS 864; PS 921
RPL
PS 851; PS 862; PSJT 94-33 BULULAWANG
RPJ
PS 864; PS 921
RHL
PS 851; PS 864; PSJT 94-33
Keterangan : Pola tanam I antara bulan April Juni ; Pola tanam II antara bulan September - Nopember B = tanah berat; R = tanah ringan; P = pengairan teknis atau semi teknis; H = pengairan mengandalkan hujan (tadah hujan); L = drainase lancar; J = drainase jelek
Program penataan varietas juga memeperhatikan masa tanam dan masa tebang yang optimal seperti pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Masa tanam dan masa tebang optimal Kategori
Varietas
Mei
A
PS CO 90-2411/Berbunga
AT
PS 862 ; PS 863
T
PS 851 ; PS 921 PSJT 94-33
TL
PS 864 ; BL
L
PS 951
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nop
Keterangan : = Tanam = Tebang
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
61
Dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, sebagai mitra kerja, perusahaan selalu memperhatikan peningkatan usahatani tebu bagi Petani TR diantaranya melalui : a. Penyediaan fasilitas penunjang, antara lain : dana program KKP-E-TR, dana program akselerasi, dana perusahaan dan dana talangan pembelian pupuk an-organik . b. Penyediaan sarana produksi berupa : bibit varietas unggul, jasa traktor, pupuk organik (biokompos) dan pupuk anorganik bersubsidi (ZAdan Phonska). c. Pengembangan produksi parasit Trichogramma untuk melindungi tanaman tebu dari serangan hama penggerek. d. Penyediaan sarana penunjang seperti alat GPS (Global Positioning System) untuk akurasi pengukuran lahan. e. Penyediaan traktor untuk pengolahan lahan sebanyak 8 (delapan) unit. f. Mengadakan berbagai percobaan dan penelitian untuk menunjang produksi dan produktivitas di bidang tanaman. Kebijakan perusahaan pada off farm Secara periodik melakukan Preventive Maintenance mesin/peralatan yang terpasang dan peningkatan kualitas SDM (karyawan) baik keahlian maupun manajerialnya secara berkesinambungan. Untuk mendukung sasaran Perusahaan dalam sektor on farm, maka kebijakan perusahaan pada sektor off farm dirinci lebih lanjut bagi masing-masing PG seperti yang disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rencana kegiatan PG Kebon Agung dan PG Trangkil Uraian PG Kebon Agung : - Kapst. Gil Netto (TCD) - Masa giling ( hari) - Jam berhenti giling - Kadar SO2 Produk - ICUMSA PG Trangkil : - Kapst. Gil Netto (TCD) - Masa giling (hari) - Jam berhenti giling - Kadar SO2 Produk - ICUMSA
62
2012
2013
2014
2015
2016
8.200 180 6 - 7,5% 15 ppm 200 IU
8.500 180 6 - 7,5% 15 ppm 150 IU
9.000 179 6 - 7,5% 15 ppm 150 IU
9.500 179 6 - 7,5% 8 ppm 80 IU
10.000 170 6 - 7,5% 8 ppm 80 IU
5.500 159 6 - 7,5% 15 ppm 200 IU
5.700 160 6 - 7,5% 15 ppm 150 IU
6.000 160 6 - 7,5% 15 ppm 150 IU
6.000 163 6 - 7,5% 8 ppm 80 IU
6.000 165 6 - 7,5% 8 ppm 80 IU
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
Kemajuan program kemitraan Kemajuan program perusahaan sebelum dan selama dilaksanakannya program pengembangan pT Kebon Agung (PPKA) dibandingkan dengan PG-PG lain di Jawa seperti tertuang dalam Tabel 8. Tabel 8. Kemajuan program PG Kebon Agung dibanding PG lain di Jawa Uraian
Satuan
PT Kebon Agung
Swasta lain
BUMN
Total Jawa
Tahun 2004 : a. Luas Areal b. Produksi Tebu
ha ku
19.282 13.281.319
0 0
193.378 156.506.204
212.660 169.787.523
c. Produksi Gula
ku
919.821
0
11.178.095
12.097.916
a. Luas Areal b. Produksi Tebu
ha ku
27.175 20.435.460
0 0
237.357 182.066.400
264.532 202.501.860
c. Produksi Gula
ku
1.393.063
0
13.897.459
15.290.522
a. Luas Areal b. Produksi Tebu
ha ku
31.704 20.142.778
14.687 8.231.008
277.535 15.836.616
323.926 44.210.402
c. Produksi Gula
ku
1.479.047
559.910
11.589.332
13.628.289
Tahun 2007 :
Tahun 2011
Tahun 2012 *) : a. Luas Areal
ha
31.370
18.738
244.063
294.171
b. Produksi Tebu
ku
23.770.000
12.728.493
193.313.190
229.811.683
c. Produksi Gula
ku
1.757.220
914.662
15.074.550
17.746.432
a. Luas Areal
%
164,4
-
143,5
152,3
b. Produksi Tebu
%
151,7
-
10,1
26,0
c. Produksi Gula
%
160,8
-
103,7
112,6
a. Luas Areal
%
162,7
-
126,2
138,3
b. Produksi Tebu
%
179,0
-
123,5
135,4
c. Produksi Gula
%
191,0
-
134,9
Tahun 2011 thdp 2004 :
Tahun 2012 thdp 2004 :
146,7
*) = Taksasi Maret MTT 2011/2012
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
63
Pengembangan Skala Usaha Pengembangan skala usaha perusahaan sebelum dan selama dilaksanakannya PPKAseperti tertuang dalam Tabel 9. Tabel 9. Keragaan pengembangan skala usaha di PG Kebon Agung dan PG Trangkil Uraian
Satuan
PG Kebon Agung
PG Trangkil
PT Kebon Agung
Tahun 2004 ( sebelum PPKA ) : a. Luas Areal b. Produksi Tebu c. Rendemen d. Produksi Hablur e. Kapasitas Giling Netto
ha ku % ku ku/hari
11.424,8 8.320.096 7,26 603.656,0 45.465
7.856,8 4.961.223 6,35 314.813,0 33.174
19.281,6 13.281.319 6,9 918.469,0 78.639
Tahun 2007 ( akhir PPKA Tahap I ) : a. Luas Areal b. Produksi Tebu c. Rendemen d. Produksi Hablur e. Kapasitas Giling Netto
ha ku % ku ku/hari
15.631,5 12.862.915 6,95 894.352,0 56.971
11.543,8 7.572.545 6,53 494.481,0 39.136
27.175,2 20.435.460 6,8 1.388.833,0 96.107,0
Tahun 2012 ( akhir PPKA Tahap II ) : a. Luas Areal b. Produksi Tebu c. Rendemen d. Produksi Hablur e. Kapasitas Giling Netto
ha ku % ku ku/hari
18.955,0 15.350.000 7,45 1.142.886,3 84.000
12.415,0 8.420.000 7,23 609.077,8 55.000
31.370,0 23.770.000 7,37 1.751.964,1 139.000
Skala usaha perusahaan ditempuh melalui tahapan-tahapan revitalisasi/ pengembangan kapasitas giling selama PPKA dilaksanakan secara bertahap setiap tahun seperti terlihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengembangan kapasitas giling di PG Kebon Agung dan PG Trangkil Uraian 1. PPKA Tahap I : Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007 2. PPKA Tahap II : Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012
64
Kapasitas Giling (kth) PG Kebon Agung PG Trangkil Semula Menjadi Semula Menjadi 46.496 47.000 50.500
47.000 50.500 57.500
32.500 35.600 39.000
35.600 39.000 42.500
57.500 60.500 70.000 77.000 81.000
60.000 70.000 77.500 81.000 85.000
42.500 45.000 48.000 54.000 55.000
45.000 48.000 54.000 55.000 60.000
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
Dengan sasaran kapasitas giling di kedua PG yang meningkat seperti tersebut di atas, maka disusun rencana investasi mesin/peralatan sesuai dengan sasaran yang dilakukan secara bertahap dengan mengganti beberapa mesin/peralatan yang tidak efisien lagi. Pemasangan dan penambahan mesin/peralatan yang baru dilakukan mulai tahun 2005 dengan tidak mengganggu pelaksanaan giling.
KESIMPULAN Salah satu kunci sukses pola kemitraan adalah adanya kepastian usaha bagi Petani TR yang mendorong petani loyal kepada perusahaan. Kepastian usaha seperti tersebut sebenarnya memiliki dua dimensi yaitu usahatani tebu yang memang lebih menguntungkan dibanding komoditas lainnya dan kepastian pelayanan di pihak perusahaan yang sudah dapat diperhitungkan. Petani bahkan menganggap bimbingan dan pelayanan yang simpatik menjadi faktor dominan yang menumbuhkan loyalitas dalam bermitra dengan PG, dan petani akan merasa segan jika tebunya tidak digiling di PG pembinanya. Untuk itu diperlukan kapabilitas Petugas PG yang memadai, yaitu yang memiliki kemampuan teknis yang cukup, memahami aspek finansial usahatani tebu serta memiliki naluri human relation yang tinggi dan handal yang tertata dalam struktur organisasi dengan fungsi-fungsi yaitu melaksanakan pembinaan, pengawasan, job description, administrasi, dan evaluasi. Dibidang pabrik, keragaan pabrik yang baik akan menjadi bekal bagi petugas PG yang berhubungan dengan petani, karena fakta keragaan pabrik yang baik akan menjadi daya tarik bagi Petani TR. Dengan angka keragaan pabrik yang efisien, maka akan meningkatkan daya saing dengan PG lain terutama dalam perolehan bahan baku tebu rakyat karena perolehan rendemen dan bagi hasil petani lebih tinggi, sehingga diharapkan petani TR termotivasi untuk memasok tebunya di kedua PG. Kunci sukses untuk keragaan pabrik di kedua PG harus memenuhi standar dengan mengupayakan kondisi pabrik yang efisien dengan secara bertahap dilakukan pergantian alat atau mesin pabrik yang sudah tidak efisien. Pola Kemitraan ini disusun dengan mempertimbangan kondisi riil di kedua Pabrik serta semaksimal mungkin memanfaatkan perkembangan teknologi menuju Pola Kemitraan yang saling menguntungkan dalam skala usaha jangka panjang.
Penguatan Inovasi Teknologi Mendukung Kemandirian Usahatani Perkebunan Rakyat
65