SEPA : Vol. 10 No.1 September 2013 : 27 – 39
ISSN : 1829-9946
ANALISIS KEMITRAAN ANTARA PG. CANDI BARU DENGAN PETANI TEBU RAKYAT KERJASAMA USAHA (TRKSU) DI KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO Lintar Brillian Pintakami, Dina Novia Priminingtyas, Yayuk Yuliati Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang
Abstract: Sugarcane (Saccharum officinarum L) has become a widely cultivated comodity by both local or corporated plantations. Since cultivating this comodity requires much effort while on the other hand Indonesian local farmer have lack management, limited access to fund, technology, and market, participation of capital owners is needed to encourage the local farmer’s agrobusiness development by means of partnership. Partnership aims to increase income, community resources qulity, bussiness scale, and bussiness capabilities (Saptana, 2009). This study aims: (1) to describe the process and type of partnership between PG Candi Baru and TR KSU growers, (2) to analyze the TR KSU growers’ perception towards the partnership with PG Candi Baru, and (3) to compare the income of TR Ksu growers’ income with TRM farmers. Results on analysis of TR KSU growers’ perception towards the process of the partnership with PG Candi Baru were categorized as good with the percentage of 91% which means the partner growers’ expresses a good perception about the partnership.On the other hand there are difference income between the two types of sugarcane growers where the TR KSU growers earned approximately Rp16.783.456 per ha which are higher than that of TRM farmers which earned approximately Rp11.918.102 per ha. Statistical analysis then showed T value of 6.176 which is higher than the table value, therefore HA were accepted while H0 were denied. This means there are significant income difference between TR KSU growers’ and TRM farmers’. Keywords : sugarcane, partnership, compare of income PG. Candi Baru yang berlokasi di kota Sidoarjo adalah pabrik yang di bangun oleh Belanda dan merupakan perusahaan penghasil gula Superior Hooft Suiker I (SHS I). Semenjak perjalanan perusahaan tahun 1832 sampai sekarang banyak rintangan yang dihadapi salah satunya kapasitas giling yang masih kecil. Hal ini dikarenakan masih sulitnya pengadaan bahan baku gula (tebu). Untuk mengatasi permasalahan ini, salah satu solusi yang dilakukan oleh PG. Candi Baru adalah dengan menjalin kemitraan yang baik dengan petani tebu. Kemitraan di dalam wilayah kerja PG. Candi Baru disebut Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Kerjasama usaha ini meliputi pengelolaan dan pengerjaan lahan tebu melibatkan petani, sedangkan PG. Candi Baru sebagai pembina dan avalis. Avalis yaitu penjamin terhadap dana pinjaman Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dari
PENDAHULUAN Pembangunan komoditas tebu tersebut pada kenyataannya saat ini mengalami hambatan. Hambatannya adalah budidaya tebu memerlukan permodalan yang besar, sehingga upaya yang ditempuh untuk membantu usaha petani tebu agar mereka mampu memecahkan kendala yang dihadapi antara lain dengan melaksanakan suatu pola budidaya agribisnis terpadu di mana kegiatan budidaya dilaksanakan oleh para petani kecil terpadu dengan kegiatan proses penanganan atau pengolahan hasil dan distribusi dilaksanakan oleh usaha besar. Dalam hal ini, kemitraan merupakan langkah yang tepat. Kemitraan bertujuan meningkatkan pendapatan, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok, meningkatkan skala usaha, dan meningkatkan kemampuan usaha (Saptana, 2009).
27
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… pemerintah untuk petani mitra. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) adalah uang pinjaman yang diberikan kepada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) untuk melakukan usahatani tebu dengan dikenakan bunga sebesar 7% selama satu tahun. Bila dilihat dari segi pelaku model kemitraan maka jenis kemitraan dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu kemitraan vertikal dan kemitraan horisontal (Suharno, 1999). Sumardjo (2001) menyatakan kemitraan vertikal meliputi beberapa lembaga yang berhubungan secara vertikal dan memberikan sumbangan dalam proses produksi, sedangkan kemitraan horisontal adalah kerjasama antara petani besar dengan petani kecil dalam rangka meningkatkan produksi untuk memenuhi pasar, atau kerjasama antara petani kecil yang membentuk koperasi dengan tujuan memperoleh bahan baku yang lebih murah sehingga level keuntungan petani meningkat. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini akan diketahui tipe kemitraan yang sedang berlangsung antara PG. Candi Baru dengan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Kerjasama yang telah dibangun melalui hubungan kemitraan antara petani tebu dengan pabrik gula menimbulkan interpretasi dari seseorang terhadap pesan yang diberikan (Sunda, 2007), sehingga menimbulkan sikap saling berinteraksi satu sama lain. Sikap ini berupa persepsi petani mitra yang ditimbulkan setelah mengamati proses kemitraan tersebut, yang nantinya dapat berdampak pada keberhasilan kemitraan yang terjalin. Keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan di antara yang bermitra dalam menjalankan perjanjian kontrak bisnis dan tanpa dasar paksaan pihak lain, atas kebutuhan untuk maju dan berkembang bersama dari pihak-pihak yang bermitra (Hafsah, 2000). Namun pada kenyataannya dalam menjalankan kerjasama ini tidak semua petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) memahami akan isi dari perjanjian kontrak kerjasama yang telah disepakati. Hasil penelitian pendahuluan dengan mengambil data primer dari PG. Candi Baru menyatakan bahwa banyak petani tidak paham akan isi perjanjian kontrak kerjasama dikarnakan salah satu sebabnya adalah hubungan kemitraan yang berlangsung turun temurun. Selain itu dari tiap
poin perjanjian kontrak kerjasama ada yang masih belum sesuai dengan kesepakatan. Selain itu keberhasilan kemitraan juga ditinjau dari besarnya pendapatan yang diperoleh oleh petani mitra dan petani non mitra. Sebab, kegiatan kemitraan antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dengan PG. Candi Baru bertujuan untuk meningkatkan produksi tebu yang nantinya bisa memberi keuntungan diantara kedua belah pihak. Menurut Hafsah (1999), kemitraan merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama atau dengan kata lain “Win – Win Solution Partnership” dengan prinsip saling menguntungkan. Dari teori tersebut mengindikasikan bahwa kemitraan merupakan solusi untuk mendapatkan keuntungan bersama. Namun, fakta yang terjadi di lapang PG. Candi Baru dalam memenuhi kebutuhan bahan baku tebu tidak hanya melalui kemitraan dengan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) melainkan melakukan pembelian bahan baku tebu tambahan untuk memenuhi kapasitas giling dari petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Oleh karena itu, akan dianalisis seberapa besar perbedaan pendapatan antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Hal ini dikarenakan, adanya perbedaan atas variabel produktifitas (Q), total biaya tetap (TFC), total biaya variabel (TVC), dan karakteristik dalam kegiatan budidaya tebu antara petani mitra dan petani non mitra, menimbulkan pertanyaan mengenai kecenderungan pendapatan petani mitra Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mendiskripsikan proses dan tipe kemitraan antara PG. Candi Baru dengan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). (2) Menganalisis persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) terhadap proses kemitraan dengan PG. Candi Baru. (3) Membandingkan pendapatan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM).
28
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… sebesar 15%. Rumus Slovin dipilih karena masih memberikan kebebasan untuk menentukan nilai batas kesalahan atau galat pendugaan. Dari hasil perhitungan, maka diperoleh jumlah sampel untuk petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) sebanyak 40 petani. Sedangkan untuk petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM), jumlah sampel yang digunakan adalah 50% karena populasi petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) kurang dari 100 sesuai pendapat Surachmad (1975), apabila populasi dibawah 100 maka sampel minimal 50% sehingga didapat jumlah sampel sebanyak 22 petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan secara langsung dari responden dengan cara observasi dan wawancara dengan bantuan kuisioner. Dari kuisioner tersebut maka akan diperoleh data antara lain: data luas lahan, respon terhadap kemitraan (meliputi ketentuan yang diberikan PG. Candi Baru dalam kaitannya dengan pengadaan sarana produksi, penentuan harga, dan sistim bagi hasil), produksi tebu rata- rata, kendala yang dihadapi (baik dari segi ekonomi, teknis atau sosial), dan usaha penanganannya. Menurut Marzuki (1983), data sekunder adalah data yang pengumpulannya bukan diusahakan secara langsung oleh pelaksana atau peneliti tetapi diambil dari biro statistik, majalah, keterangan-keterangan serta media publikasi. Data ini didapatkan dari berbagai instansi terkait, seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Desa, Kecamatan, dan pustakapustaka ilmiah yaitu buku-buku penunjang lain yang berhubungan dengan penelitian. Metode analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif (skoring dan skala likert), analisis usahatani dan analisis uji beda rata-rata. Analisis deskriptif berguna untuk menganalisis data–data yang menggambarkan suatu keadaan atau fenomena yang digambarkan melaui kata – kata sesuai dengan kondisi dilapang. Tujuan analisis deskriptif ini yaitu menggambarkan dengan sistematis kemitraan yang dilakukan oleh PG. Candi Baru. Sedangkan untuk mendeskripsikan persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) terhadap proses kemitraan dengan PG. Candi Baru digunakan analisis deskriptif dengan menggunakan metode skoring dan skala likert.
METODE PENELITIAN Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan mengambil lokasi di PG. Candi Baru, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo dengan dasar pertimbangan bahwa PG. Candi Baru merupakan PG yang memiliki kinerja terbaik di ruang lingkup Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Sedangkan wilayah kerja Kecamatan Candi dipilih dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Candi merupakan salah satu wilayah kerja PG. Candi Baru yang memiliki populasi kelompok tani tebu terbanyak yaitu 29 kelompok tani, dibandingkan wilayah kerja kecamatan lainnya (Krian, Tarik, BI Dowo, Sidoarjo, Tulangan, Prambon, Tanggulangin, Porong, Gedangan, dan Sukodono) di Kabupaten Sidoarjo. Responden dalam penelitian ini adalah petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Penentuan responden petani tebu dilakukan secara survey, mengingat jumlah populasi lebih dari 100 sehingga informasi atau data-data dapat diambil dari sebagian populasi yang nantinya menjadi sampel. Metode penentuan responden dalam penelitian ini menggunakan Cluster Sampling. Pertimbangan penggunaan Cluster Sampling pada penelitian ini adalah populasi menyebar sangat luas dan bersifat heterogen. Heterogen yang dimaksud ialah ketidakseragaman populasi petani tebu dalam melakukan usahatani tebu, sehingga dapat dibedakan atas kelompok mitra dan non mitra. Sehingga dari keseluruhan petani yang ada di Kecamatan Candi ini, penulis mengelompokkan (Cluster) petani menurut pola usahatani yang berbeda. Ada dua jenis kelompok (Cluster) yang didapatkan yaitu petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Berdasarkan data primer dan sekunder yang diperoleh diketahui populasi petani mitra yaitu 398 orang yang terdiri dari petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) sebanyak 353 orang dan petani Tebu Rakyat Kerjasama Mandiri (TRM) sebanyak 45 orang. Berdasarkan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga kerja maka penentuan jumlah sampel pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) ditentukan menggunakan rumus Slovin (Umar, 2003), dengan tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir
29
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… Metode analisis kuantitatif adalah metode analisis yang penelitinya melakukan analisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan analisa statistik. Analisis kuantitatif ini terdiri dari analisis usahatani dan analisis uji beda rata-rata.
memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Analisis uji beda rata-rata menggunakan program SPSS 16. Pada analisis uji beda rata-rata kriteria pengujiannya sebagai berikut : 1. F hit ≤ F tab 0,05 (n1- 1), (n2- 1) maka Ho diterima HA ditolak, berarti variannya sama. 2. F hit > F tab 0,05 (n1- 1), (n2- 1) maka Ho ditolak HA diterima, berarti variannya berbeda. Untuk kaidah hipotesis, jika : 1. t hit ≤ tab 0,05 (n1+ n2), maka terima Ho dan tolak HA, artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani tebu kemitraan dengan petani non kemitraan. 2. t hit > tab 0,05 (n1+ n2), maka terima HA dan tolak Ho, artinya terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani tebu kemitraan dengan petani non kemitraan. Dan apabila variannya tidak sama ( ≠ ), maka pengujian t berdasarkan probabilitas (signifikan). Hal ini dirumuskan dengan hipotesa sebagai berikut : H0 = µ1 ≤ µ2 H1 = µ1 > µ2 µ1 adalah rata-rata pendapatan usahatani petani kemitraan µ2 adalah rata-rata pendapatan usahatani petani non kemitraan Untuk kaidah pengujian hipotesis, jika : 1. Probabilitas (signifikan) > 0,05 maka Ho tidak dapat ditolak, artinya variance sama antara pendapatan usahatani tebu kemitraan dengan petani non kemitraan. 2. Probabilitas (signifikan) < 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan variance antara pendapatan usahatani tebu kemitraan dengan petani non kemitraan.
Analisis Usahatani Untuk mengetahui biaya yang digunakan dalam usahatani, menggunakan rumus : TC = FC + VC...................................(1) Keterangan : TC = Total Biaya Produksi FC = Biaya tetap, biaya yang relatif tetap jumlahnya (sewa lahan) VC = Biaya variabel, biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh (biaya garap, biaya pupuk, biasa jasa KPTR, biaya fee dan explo tetes, biaya APTRI, biaya fee lelang, biaya zak, serta bunga pinjaman) Perhitungan penerimaan usahatani dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut : TRgula = Q x Rendemen x P gula ……….(2) dimana: TR gula : Total penerimaan dari unsur gula (Rp) Q : Jumlah produksi tebu Rendemen : Jumlah gula yang terkandung dalam 100 kg tebu P gula : Harga jual gula (Rp) TRtetes = Q x Ptetes Dimana : TRtetes : total penerimaan dari unsur tetes (Rp) Q : jumlah produksi tebu Ptetes : harga/uang ganti tetes per kuintal tebu (Rp/kuintal) Pendapatan usahatani dihitung berdasarkan pengurangan total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi dengan menggunakan rumus : Pd = TR- TC ......................................(3) Keterangan : Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya
HASIL DAN PEMBAHASAN Kemitraan Antara PG. Candi Baru dengan Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) Prosedur Kontrak Kerja Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Sebelum mendapatkan dana pinjaman tersebut, tentunya petani harus memenuhi prosedur kontrak yang telah disepakati. Adapun prosedur kontrak
Analisis Uji Beda Rata-Rata Uji beda rata-rata digunakan untuk menentukan apakah dua sample yang tidak berhubungan
30
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… kerja Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah seperti dalam Gambar 1. Kelompok tani yang diwakili oleh ketua kelompok tani mengajukan surat permohonan kerjasama kepada PG Candi Baru lewat General Manager yang nantinya diserahkan kepada Kepala Bagian Tanaman. Pengajuan ini juga diketahui oleh Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR). Kemudian iturunkan kepada Sinder Kebun Kecamatan (SKK) untuk dibuatkan Rencana Anggaran Kebun (RAK), setelah itu memberikan tanggung jawab kepada Sinder Kebun Wilayah (SKW) untuk melakukan pengamatan lapang pada saat tanam. Sinder Kebun Wilayah (SKW) melakukan cek kelayakan, potensi kebun, dan kelayakan teknis serta nonteknis. Selain itu, pada saat tanam di kebun, sinder memantau. Selanjutnya Sinder Kebun Wilayah (SKW) meminta mandor tanam untuk teken (menyetujui) kontrak kerjasama usaha yang kemudian persetujuan Sinder Kebun Wilayah (SKW). Setelah semua setuju maka diajukan kepada Sinder Kebun Kecamatan (SKK) dan Kepala Bagian Tanaman. Dihitung biaya yang diperlukan dan
dicantumkan pada Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Dibuatkan kasbon dan buku cadongan yang terdapat rincian dana yang dibutuhkan oleh Sinder Kebun Wilayah (SKW). Proses kontrak kerjasama selesai, pencairan dana dapat diambil hari senin sampai kamis. Sumber Dana Peminjaman Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Dana menjadi komponen utama dikarenakan kegiatan kemitraan menurut Glover dan Kusterer (1991) sebagai usahatani yang didasari kontrak antara satu lembaga atau perusahaan yang berperan sebagai pengolah atau pemasar hasil-hasil pertanian dari petani-petani yang berperan sebagai produsen primer yang akan menyediakan sejumlah atau seluruh hasil produksinya kepada lembaga atau perusahaan. Dana pinjaman Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) untuk petani berasal dari pengajuan pinjaman ke pemerintah yaitu Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE). Pemberian pinjaman dari Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) juga disertai dengan bunga yang harus dibayar sebesar 15%,
KELOMPOK
KUD/Koperasi
PABRIK GULA
Pendaftaran
Diketahui KUD/Koperasi
RDK
Petani-petani
Pemeriksaan areal. Pengukuran/Uji kelayakan
KUD/Koperasi Credit Order
Hasil Pemeriksaan Areal
Kelompok/Petani
RDKK
Realisasi Kredit
Rekomendasi Pabrik Gula
Keterangan: Alur sistem pendaftaran Pihak/kegiatan yang terkait
Gambar 1. Alur Sistem Pendaftaran Areal TR KSU
31
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… namun karena ada subsidi pemerintah sebesar 5% maka besarnya bunga menjadi 10% setiap satu tahun, dengan rincian pembagian bunga 7% untuk petani mulai dari tanam hingga nantinya kepras tebu petani dapat pinjam kembali, 3% untuk Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR). Mekanisme dari pengajuan dana ini dilakukan oleh KPTR “ Tani Mulya” ke bank yang ditunjuk oleh pemerintah untuk menyalurkan dana KKPE, sedangkan pabrik yang bersangkutan menjadi avalis yaitu penjamin bahwa nantinya petani dapat mengembalikan pinjaman yang diberikan pemerintah. Proses Lelang Gula Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Adapun mekanisme prosedur, syarat, dan proses pelelangan yang dilakukan oleh petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebagai berikut : Prosedur Lelang : a. Calon peserta menghubungi panitia lelang untuk pendaftaran lelang gula. b. Panitia lelang gula akan memberikan undangan kepada peserta lelang yang telah terdaftar di panitia lelang gula. c. Peserta lelang dapat mengikuti kegiatan lelang di Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR). Syarat : Peserta lelang mampu membayar dan membeli seluruh hasil gula sesuai dengan kesepakatan pada saat kegiatan lelang. Proses Pelelangan : a. Panitia mengirim undangan dan blangko penawaran lelang gula kepada para peserta lelang setiap minggunya. b. Peserta lelang wajib mengisi blangko tersebut disertai materai dan mengirim kembali kepada panitia lelang. c. Panitia lelang akan selalu menginformasikan terkait penawaran tertinggi di sesi 1 dan 2 pada para peserta lelang tercantum dalam Gambar 2a. d. Pada sesi ketiga akan didapatkan pemenang lelang, yang nantinya akan dihubungi oleh panitia lelang untuk melakukan pembayaran hasil gula yang dilelang ke PG Candi Baru (Gambar 2b). Sebelumnya dibuat kesepakatan tertulis yang dikirim oleh panitia lelang.
Tipe dan Pola Kemitraan yang Dijalin. Hubungan kemitraan yang terjalin antara PG. Candi Baru dengan petani tebu ini menguntungkan kedua belah pihak, karena melalui bermitra dengan petani tebu maka dapat berproduksi sesuai dengan kapasitas giling mesin. Sedangkan untuk petani tebu mendapatkan keuntungan dalam hal tersedianya pinjaman untuk proses usahatani. Pinjaman ini nantinya wajib dibayar setelah tebu dari petani mitra ini dijual melalui lelang. Berdasarkan jenisnya kemitraan yang berlangsung di PG. Candi Baru termasuk kemitraan vertikal, dikarenakan hubungan kerjasama ini terintegrasi secara langsung antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dengan PG. Candi Baru. Hubungan integrasi secara langsung meliputi kegiatan pengajuan kredit, pelaksanaan kegiatan usahatani, pengolahan hasil hingga pemasaran (PG.Candi Baru, 2011). Suharno (1999) menyatakan kemitraan vertikal terjadi apabila para peserta kemitraan merupakan integrasi dari hulu hingga hilir. Sedangkan Lestari (2009) membagi kemitraan vertikal menjadi beberapa pola kemitraan vertikal yaitu : Pola inti plasma, Pola Sub kontrak, Pola dagang umum, dan Pola Waralaba/Keagenan. Jenis kemitraan antara PG. Candi Baru dengan petani tebu tergolong pola kemitraan inti-plasma. Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung, dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Sehingga dalam pembahasan ini yang berperan sebagai pihak inti adalah PG. Candi Baru sebagai pemberi pinjaman dan penyuluhan, sedangkan petani tebu mitra berperan sebagai plasma,yakni pemasok tebu untuk diolah oleh PG. Candi Baru. Persepsi Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) Terhadap Proses Kemitraan dengan PG. Candi Baru. Persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) memberikan gambaran penafsiran
32
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… petani terhadap pelaksanaan kemitraan. Persepsi petani terhadap proses kemitraan dibagi menjadi tiga tahap, yaitu persepsi petani pada perencanaan proses kemitraan, pelaksanaan proses kemitraan, dan evaluasi proses kemitraan. Beberapa indikator persepsi yang ada dari perencanaan proses kemitraan hingga evaluasi proses kemitraan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses kemitraan di PG. Candi Baru berjalan dengan baik, dan apakah ada perbedaan penilaian obyek menimbulkan dua macam persepsi yaitu persepsi yang positif dan persepsi yang negatif (Dahniar, 2011). Adapun persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR
KSU) terhadap proses kemitraan terlihat pada Tabel 1. Dengan demikian dapat diketahui pula tentang persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) terhadap proses Kemitraan dengan PG. Candi Baru berada dalam kategori positif dengan persentase 91%, dimana skor rata-ratanya 44 dan skor maksimalnya 48. Artinya bahwa Persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) terhadap proses kemitraan ini memberikan kesan baik. Hubungan kemitraan yang terjalin antara PG. Candi Baru dengan petani tebu mitra mengakibatkan PG. Candi Baru dapat secara langsung mengendalikan kualitas input untuk proses produksi (tebu). PG. Candi Baru secara
Tabel 1. Persepsi Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) Terhadap Proses Kemitraan dengan PG. Candi Baru di Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
No
Indikator
Skor Rata- Rata
Skor Maksimal
(%)
Kategori
Perencanaan Proses Kemitraan 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16
Pembuatan RAK dan RDKK Melengkapi syarat-syarat kemitraan Pemberian jaminan kepada PG. Candi Baru Kompensasi biaya pembinaan Pelaksanaan Proses Kemitraan Realisasi paket kredit (dana, pupuk dan sarana produksi) Pembagian hasil tetes Menyetorkan semua hasil produksi ke PG. Candi Baru Bersedia mengikuti petunjuk budidaya tanaman/ pembinaan Tebang dan Angkut Pembagian hasil pendapatan Evaluasi Proses Kemitraan Penyelenggaraan Forum Temu Wilayah (FTW) Penyelenggaraan Forum Temu Kemitraan (FTK) Pengawasan PG. Candi Baru Kerugian hasil produksi Pelayanan PG. Candi Baru terhadap petani mitra Kerjasama kembali
Total Sumber: Data Primer Diolah, 2011
33
2,98 2,95
3 3
99% 98%
positif positif
2,95 2,20
3 3
98% 73%
positif netral
2,70 2,90
3 3
90% 97%
positif positif
2,65
3
88%
positif
2,30 3,00 3,00
3 3 3
77% 100% 100%
netral positif positif
2,15
3
72%
netral
2,58 2,90 3,00
3 3 3
86% 97% 100%
positif positif positif
2,50 3
3 3
83% 100%
positif positif
44
48
91%
positif
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… Tabel 2. Rata-rata Biaya Variabel per Ha Usahatani Tebu Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) Dalam Satu Musim Tanam 2010/2011 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -
Rincian Biaya Variabel Biaya Garap Biaya Pupuk ZA Phonska Jasa KUD/KPTR Fee & Explo Tetes APTRI Fee Lelang Zak Bunga Pinjaman Biaya Panen Tebang Angkut
Jumlah Biaya Variabel Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (Rp/Ha)
Petani Tebu Rakyat Mandiri (Rp/Ha)
6.500.000
5.000.000
855.000 1.162.500 18.652 41.967 13.989 22.849 302.973 455.000
1.020.000 1.080.000 0 37.925 12.642 19.371 256.857 0
3.823.650 2.238.234
4.213.864 2.528.318
15.434.814
14.168.977
continue melakukan evaluasi atas proses usahatani tebu untuk diproduksi. Evaluasi ini untuk menjaga kualitas serta kuantitas tebu sehingga nantinya hasil panen tebu sesuai dengan analisis potensial lahan yang tujuannya adalah optimalnya proses produksi gula.
keduanya adalah sebesar Rp15.909. Adanya perbedaan nilai sewa tersebut disebabkan karena beberapa faktor diantaranya letak lahan kaitannya dengan akses jalan, kesuburan, jenis lahan (tegal atau sawah) maupun kemudahan irigasi. Selain itu lahan di daerah penelitian digolongkan menjadi tiga kelas yaitu kelas I (bagus), kelas II (sedang) dan kelas III (jelek) dengan tingkatan harga yang paling mahal adalah lahan kelas I dengan kisaran harga sewa mencapai Rp10.000.000. Biaya Variabel. Besarnya selisih rata-rata biaya variabel per ha petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) sebesar Rp1.265.837,Rincian biaya variabel baik pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) maupun petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) terdiri dari biaya garap, biaya pupuk, jasa KUD/KPTR, fee dan explo tetes, APTRI, fee lelang, zak, bunga pinjaman, dan biaya panen yang terdiri dari biaya tebang dan angkut. Sementara itu dalam penelitian ini tidak disertakan biaya irigasi karena semua petani menggunakan irigasi tadah hujan, yaitu sistem irigasi lahan yang mengandalkan hujan untuk mengairi lahannya.Biaya garap antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani
Analisis Usahatani Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) Biaya Usahatani. Biaya Tetap. Rincian biaya tetap yang diperhitungkan petani responden baik itu petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) maupun petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) dalam Satu Musim Tanam 2010/2011 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo yaitu biaya tetap yang dikeluarkan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya tetap yang dikeluarkan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Rata-rata biaya sewa lahan yang dikeluarkan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebesar Rp8.925.000 dan rata-rata biaya sewa lahan pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah Rp8.909.091. Selisih biaya sewa lahan di antara
34
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… Tabel 3. Rata-rata Total Biaya per Ha Usahatani Tebu Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) Dalam Satu Musim Tanam 2010/2011 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo No
Rincian Biaya
1 Biaya Tetap Biaya Sewa Lahan Jumlah Biaya Tetap 2 • • -
Biaya Variabel Biaya Garap Biaya Pupuk ZA Phonska Jasa KUD/KPTR Fee & Explo Tetes
APTRI Fee Lelang Zak Bunga Pinjaman Biaya Panen • Tebang • Angkut Jumlah Biaya Variabel Total Biaya Usahatani Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (Rp/Ha)
Petani Tebu Rakyat Mandiri(Rp/Ha)
8.925.000 8.925.000
8.909.091 8.909.091
6.500.000
5.000.000
855.000 1.162.500 18.652 41.967 13.989 22.849
1.020.000 1.080.000 0 37.925 12.642 19.371
302.973 455.000
256.857 0
3.823.650
4.213.864
2.238.234 15.434.814 24.359.814
2.528.318 14.168.977 23.078.068
Tebu Rakyat Mandiri (TRM) mempunyai selisih sebesar Rp1.500.000, dengan nilai biaya yang lebih besar yang dikeluarkan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Biaya garap ini meliputi semua proses usahatani tanaman tebu mulai dari awal hingga akhir. Rincian proses usahatani ini terdiri dari pengukuran dan pasang ajir, bongkar galeng, lobang, bajak, kepras, sulam, penyiraman, tambah tanah, penyiangan, pemeliharaan, klentek, tenaga kerja, dan lain-lain. Komponen lain yang menyusun biaya variabel adalah pupuk. Pupuk yang digunakan oleh responden dalam penelitian ini adalah pupuk ZA dan Phonska. Rata-rata biaya pupuk per hektar pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah Rp2.017.500 sedangkan rata-rata biaya pupuk pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah Rp2.100.000. Selisih biaya pupuk antara keduanya adalah Rp82.500. Sedangkan biaya tebang angkut yang dibebankan pada petani
Tebu Rakyat Mandiri (TRM) sebesar Rp5.000 dan Rp3.000. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dari kualitas dan mutu tebu antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Tebu Rakyat Mandiri (TRM), dimana hasil Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih bagus dan tidak terdapat banyak trast sehingga tidak terlalu sulit dalam proses tebang angkut, namun sebaliknya untuk hasil Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Total Biaya. Sesuai dengan rincian biaya tetap dan biaya variabel telah dijelaskan di atas maka petani menanggung biaya total dari penjumlahan ketiga biaya tersebut. Rata-rata biaya total per ha dalam usahatani tebu baik pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) ditunjukkan dalam Tabel 3. Total biaya usahatani adalah merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Rata-rata total biaya usahatani pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebesar
35
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… Tabel 4. Rata-rata Penerimaan Per Ha Usahatani Tebu Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) Dalam Satu Musim Tanam 2010/2011 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo No
Rincian Penerimaan
1
Produksi Tebu (Kwi)
2
Rendemen SHS
3
Produksi Gula
Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (Rp/Ha)
Penerimaan Hasil Gula 4
Harga tetes
Penerimaan Hasil Tetes Total Penerimaan
Petani Tebu Rakyat Mandiri (Rp/Ha)
933
843
4,9%
4,6%
46
39
39.100.000
33.150.000
730
730
2.043.270
1.846.170
41.143.270
34.996.170
Sumber: Data Primer Diolah, 2011
Rp24.359.814 per ha dan rata-rata total biaya usahatani pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar Rp23.078.068 (Tabel 3). Total biaya yang dikeluarkan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih besar dibandingkan dengan total biaya yang dikeluarkan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) dengan selisih sebesar Rp1.281.746. Adanya perbedaan total biaya tersebut disebabkan karena beberapa hal diantaranya kelas lahan sewa yang berbedabeda, biaya garap berdasarkan kebijakan pada masing-masing petani, bunga pinjaman, dan ada tidaknya pembayaran jasa KUD/KPTR pada masing-masing petani.
dalam artian kemampuan manajemen petani selaku pelaku usahatani yang berbeda-beda. Selain dipengaruhi oleh jumlah produksi tebu, penerimaan juga dipengaruhi oleh rendemen Superior Hooft Suiker (SHS) atau rendemen setelah bagi hasil dengan pabrik gula dengan perolehan 66% untuk petani dan 34% untuk pabrik gula sebagai ganti ongkos giling. Rata-rata rendemen pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebesar 4,9% sedangkan rata- rata rendemen pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar 4,6%. Nilai rendemen inilah yang nantinya akan menentukan produksi gula yang dinilai dengan uang. Produksi gula dinilai dengan mengalikan produksi tebu dengan rendemen. Semakin tinggi rendemen maka semakin tinggi pula produksi gula yang dihasilkan. Perhitungan produksi gula pada masingmasing petani menunjukkan hasil yang berbeda. Produksi gula pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebesar 46 kwintal, sedangkan produksi gula pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar 39 kwintal. Produksi gula dihitung dengan cara mengalikan antara jumlah kwintal tebu yang dihasilkan dengan rata-rata rendemen pada masing-masing lahan. Dari analisis penerimaan usahatani yang dilakukan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) memperoleh penerimaan hasil gula sebesar Rp39.100.000
Penerimaan Usahatani Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa dilihat dari rata-rata segi fisik produksi yang diperoleh kedua petani mengalami perbedaan yang cukup banyak. Pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU), produksi tebu rata-rata adalah sebesar 933 kwintal sedangkan produksi pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar 843 kwintal. Produksi tebu/hektar diperoleh dari jumlah kwintal tebu yang dihasilkan pada masing-masing luasan lahan yang digarap petani responden kemudian dikonversi ke satuan hektar. Perbedaan produksi tebu tersebut disebabkan karena berbagai faktor diantaranya tingkat kesuburan lahan yang berbeda, penggunaan pupuk dalam jumlah yang tepat, maupun pemeliharaan yang berbeda-beda
36
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… dan perolehan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar Rp33.150.000. Penerimaan petani juga akan ditambah dengan hasil tetes yang dinilai dengan uang. Setiap kwintal tebu yang dimiliki petani memperoleh uang tetes sebesar Rp730, selain itu masing-masing petani mendapatkan bagian tetes setiap kwintal 3 kg. Nilai uang tetes ini merupakan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pabrik. Nilai uang tetes berdasarkan perhitungan harga tetes dikalikan dengan produksi tebu adalah sebesar Rp2.043.270 untuk petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Rp1.846.170 untuk petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Dari perhitungan penerimaan secara keseluruhan, petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) menerima uang rata-rata Rp 41.143.270 tiap hektar dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) menerima uang Rp34.996.170 tiap hektar. Selisih penerimaan di antara keduanya adalah sebesar Rp6.147.100. Perbedaan tersebut disebabkan karena komponen penyusun penerimaan pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) baik itu dilihat dari produksi tebu, produksi gula maupun rendemen lebih tinggi dibandingkan pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM).
dikeluarkannya untuk usahatani tersebut. Hasil pendapatan yang diperoleh petani pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan pendapatan petani yang lain karena semua petani di lokasi penelitian melakukan usahatani dengan sistem kepras sehingga tidak mengeluarkan biaya untuk membeli bibit. Ratarata pendapatan tiap hektar pada masingmasing petani dapat dilihat dalam Tabel 19. Adanya perbedaan dari segi produksi tebu, luas lahan, produksi gula, dan rendemen juga mempengaruhi besarnya pendapatan usahatani, yang tentunya tidak terlepas dari pengaruh biaya usahatani. Berdasarkan Tabel 5, pendapatan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih besar daripada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) dengan rata-rata pendapatan usahatani pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebesar Rp16.783.456 tiap hektar, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar Rp11.918.102 tiap hektar. Selisih pendapatan pada keduanya adalah sebesar Rp4.865.354 tiap hektar. Perbedaan pendapatan usahatani tebu pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) tersebut juga dibuktikan dengan uji statistika melalui uji beda rata-rata. Berdasarkan uji statistika diperoleh nilai signifikansi F hitung levene test sebesar 21,110 dengan probabilitas 0,000 karena probabilitas< 0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan variance antara pendapatan usahatani tebu petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dengan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Dengan demikian analisis uji beda rata-rata (t-test) harus menggunakan asumsi equal variances not
Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani yang dikeluarkan. Besarnya pendapatan usahatani bergantung pada tinggi rendahnya penerimaan dan total biaya usahatani. Suatu usahatani dapat dikatakan berhasil apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar dari jumlah seluruh biaya yang telah
Tabel 5. Rata-rata Pendapatan Per Ha Usahatani Tebu Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan Petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) dalam Satu Musim Tanam 2010/2011 Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Penerimaan
Total Biaya
Pendapatan
Nilai
(Rp/Ha)
(Rp/Ha)
(Rp/Ha)
t hitung
41.143.270
24.359.814
16.783.456
Petani Tebu Rakyat 34.996.170 Mandiri Sumber: Data Primer Diolah, 2011
23.078.068
11.918.102
No 1
Rincian Petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha
6,176
2
37
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… asummed . Dari output SPSS terlihat bahwa nilai t pada equal variances not asummed adalah 6,176 dengan probabilitas signifikansi 0,000 (two tail). Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani berbeda secara signifikan antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Selanjutnya dalam nilai t hitung sebesar 6,176 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2,0003. Sehingga terima HA dan tolak Ho yang artinya terdapat perbedaan pendapatan antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dengan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Perbedaan tersebut disebabkan karena produksi tebu dan rendemen petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih besar dibandingkan dengan produksi tebu petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Sebab pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) selalu diberikan pembinaan oleh PG. Candi Baru karena merupakan petani mitra sedangkan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) tidak. Jadi PG. Candi Baru menyediakan petunjuk baku teknis budidaya tebu yang dianjurkan untuk petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan sebagai penunjang dari kegiatan pembinaan kepada petani mitra maka pada setiap wilayah PG dibentuk satu Forum Temu Kemitraan (FTK) dan pada setiap wilayah Kecamatan dibentuk satu FTW (Forum Temu Wilayah). Forum Temu Kemitraan (FTK) dan Forum Temu Wilayah (FTW) mempunyai peranan sebagai wadah atau forum musyawarah antara petani, Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) dengan Pabrik Gula dan semua instansi yang terkait langsung dalam pelaksanaan program TRI untuk menyepakati program peningkatan produksi dan kegiatan operasional di lapangan serta langkah-langkah tindak lanjut pemecahan masalah yang timbul sekaligus sebagai pusat informasi Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan forum temu usaha. Selain itu besarnya biaya panen yang terdiri dari biaya tebang dan angkut pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) lebih besar dibandingkan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Hal ini dikarenakan kuantitas trast (kotoran tebu) petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar.
SIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan di PG. Candi Baru, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo mengenai analisis kemitraan antara PG. Candi Baru dengan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TRKSU) dapat disimpulkan kemitraan Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) muncul setelah pencabutan Inpres Nomor 9 Tahun 1975 tahun 1995 yang menyatakan petani harus dilibatkan sebagai mitra Pabrik Gula. Inti dari kemitraan yang dilakukan oleh PG. Candi Baru kepada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah bantuan pemberian pinjaman dana Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) dari pemerintah melalui Pabrik Gula, dana ini kemudian digunakan untuk kegiatan usahatani tebu yang pengelolaan usahatani tersebut melibatkan petani, sedangkan PG. Candi Baru sebagai pembina dalam pengerjaan lahan tebu oleh petani. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) ini disalurkan melalui bank mitra (BRI dan Bukopin) dengan bunga pinjaman yang dikenakan untuk petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) sebesar 7%. Berdasarkan tipenya kemitraan yang berlangsung di PG. Candi Baru termasuk kemitraan vertikal, dikarenakan hubungan kerjasama ini terintegrasi secara langsung antara petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dengan PG. Candi Baru. Hubungan integrasi secara langsung meliputi kegiatan pengajuan kredit, pelaksanaan kegiatan usahatani, pengolahan hasil hingga pemasaran (PG.Candi Baru, 2011. Nilai rata-rata untuk persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) terhadap proses kemitraan dengan PG. Candi Baru berada dalam kategori positif dengan persentase 91%, Ini artinya bahwa persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) terhadap proses kemitraan dengan PG. Candi Baru mempunyai kesan baik. Dari keseluruhan 16 variabel persepsi yang di analisis, hasil penelitian lapang menunjukkan persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) menyatakan positif terhadap 13 variabel, dan persepsi petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) menyatakan netral terhadap 3 variabel lainnya. Pendapatan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih besar
38
Lintar B. P., Dina Novia P., Yayuk Yuliati: Analisis Kemitraan Antara PG. Candi Baru… dibandingkan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) dengan rata-rata pendapatan usahatani pada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) adalah sebesar Rp16.783.456 tiap ha, sedangkan rata-rata pendapatan usahatani petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) adalah sebesar Rp11.918.102 tiap ha. Selanjutnya nilai t hitung sebesar 6.176 lebih besar dari nilai t tabel sebesar 2.0003. Dengan demikian terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan usahatani tebu petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dengan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Perbedaan tersebut disebabkan karena produksi tebu dan rendemen petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) lebih besar dibandingkan dengan produksi tebu petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM). Sebab petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) selalu dibina oleh PG. Candi Baru karena merupakan petani mitra sedangkan petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) tidak. Jadi PG. Candi Baru menyediakan petunjuk baku teknis budidaya tebu untuk petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dan sebagai penunjang, setiap wilayah PG dibentuk satu Forum Temu Kemitraan (FTK) dan pada setiap wilayah Kecamatan dibentuk satu FTW (Forum Temu Wilayah). Selain itu besarnya biaya panen yang terdiri dari biaya tebang dan angkut pada petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) lebih besar dibandingkan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU). Hal ini dikarenakan kuantitas trast (kotoran tebu) petani Tebu Rakyat Mandiri (TRM) lebih banyak, sehingga membutuhkan biaya yang lebih besar. Saran yang bisa diberikan : (1) Pada awal menjalin kerjasama usaha dengan petani, pihak PG. Candi Baru menjelaskan berbagai biaya yang akan dikenakan kepada petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) atau mengganti pernyataan “sanggup memberi kompensasi biaya pembinaan 7% tiap tahun” dalam surat perjanjian kerjasama, menjadi “sanggup memberikan biaya bunga pinjaman 7% tiap tahun”. Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara kedua belah pihak dan petani Tebu Rakyat Kerjasama Usaha (TR KSU) dapat mempertanggungjawabkan perjanjian yang telah disetujui. Sebaiknya para petani selalu mengikuti petunjuk (pembinaan) budidaya tanaman dari PG. Candi Baru karena dapat mengembangkan pola pikir dalam berusahatani
dan mendekatkan petani dengan inovasi terkini seputar tebu sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani tebu. (2) Pelaksanaan kegiatan Forum Temu Wilayah (FTW) diharapkan terlaksana sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh PG. Candi Baru, karena kenyataan menunjukkan kegiatan Forum Temu Wilayah (FTW) dilaksanakan kondisional. Padahal hasil wawancara dengan Sinder Kebun Kecamatan (SKK) seharusnya Forum Temu Wilayah (FTW) dilakukan seminggu sekali. DAFTAR PUSTAKA Glover, D. and K. Kusterer, 1991. Small Farmers, Big Business : Contract Farming and Rural Development. MacMillan Press Ltd. London. Lestari, M. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus Kemitraan PT. X di Yogyakarta) (skripsi). Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Marzuki. 1983. Metodologi Riset. Univeritas Indonesia. Jakarta. Saptana. 2009. Strategi Kemitraan Usaha Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Agribisnis Cabai Merah di Jawa Tengah. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Jakarta. Suharno B. 1999. Agribisnis Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya. Sumardjo, dkk. 2004. Kemitraan Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya. Sunda, Nurul. 2007. Persepsi Masyarakat Setempat Tentang Pengalihan Fungsi Lahan Hutan Ke Lahan Pertanian (Skripsi). Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Surachmad. 1975. Dasar dan Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
39