ANALISIS KEMITRAAN ANTARA PG. TOELANGAN DENGAN PETANI TEBU TRI (TEBU RAKYAT INTENSIFIKASI) DI KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR Windy A’yyun, Endang Siti Rahayu, Setyowati Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta Telp / fax (0271) 63745, Pesawat 111 E-mail:
[email protected], 081335205800
Abstract: The study is to identify the cause of sugarcane growers TRI become business partners Toelangan Sugar Factory. Identify the conditions that have been run in partnership system. Alternative to formulate appropriate strategies developed in partnership system. The basic method of research is descriptive analytic survey research techniques. The study was conducted in the district of Sidoarjo. Retrieval technique using purposive sampling growers. TRI Sugarcane Growers reasons to become a partner Sugar Factory Toelangan the farmer does not have the equipment to process raw materials, farmers as providers of raw material stock. Conditions in the system has been running this partnership is a collaboration patterns plasma core. The results showed that appropriate alternative strategy was developed in partnership system Improving the Quality of Sugarcane through Extension, Increase Profits for Farmers and Sugar Factory Toelangan by building better trust, Increase the ability, skill and professionalism of the business partner farmers in understanding the meaning of cooperation, increase cooperation between farmers, the sugar mills with government, business partner farmers Maintaining loyalty to the sugar Factory through the reward system and quality control. Key words : analysis of partnerships, sugarcane farmers, sugar mill Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alasan petani tebu TRI menjadi mitra usaha Pabrik Gula Toelangan.Mengidentifikasi kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan.Merumuskan alternatif strategi yang tepat dikembangkan dalam sistem kemitraan.Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dengan teknik penelitian survei. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sidoarjo.Teknik pengambilan petani sampel menggunakan metode purposive. Alasan Petani Tebu TRI menjadi mitra usaha Pabrik Gula Toelangan yaitu Petani tidak mempunyai alat untuk mengolah bahan baku, Petani sebagai penyedia stok bahan baku.Kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan ini yaitu merupakan kerjasama pola inti plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Alternatif strategi yang tepat dikembangkan dalam sistem kemitraan Meningkatkan Kualitas Tebu melalui Penyuluhan, Meningkatkan Keuntungan bagi Petani dan Pabrik Gula Toelangan dengan membangun kepercayaan yang lebih baik,Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan profesionalisme petani mitra usaha dalam memahami arti tentang kerjasama, Meningkatkan kerjasama antar petani, pihak pabrik gula dengan pemerintah, Mempertahankan loyalitas Petani Mitra usaha terhadap Pabrik Gula melalui pemberian reward dan kontrol mutu. Kata kunci : analisis kemitraan, petani tebu, pabrik gula
PENDAHULUAN Tebu merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan gula pasir merupakan tanaman perdagangan. Sebagai tanaman perdagangan, maka diperlukan pemindahan dari petani produsen ke konsumen. Dalam usaha memasarkan tebunya, petani tebu dapat memilih salah satu dari 2 cara yaitu menjual bebas setelah tebunya ditebang atau dapat mengadakan kontrak dengan pabrik gula dengan ketentuan kontrak yang disepakati antara pabrik gula dan petani tebu. Selain itu juga, upaya peningkatan produksi tebu perlu mendapat penanganan yang serius dalam memenuhi permintaan tebu dalam negeri sebagai bahan baku produksi gula pasir. Akan tetapi, mengingat keterbatasan modal dan teknologi serta adanya resiko dalam pengembangan usahatani tebu, maka sangat diperlukan adanya kemitraan antara petani tebu dan pabrik gula untuk meningkatkan pendapatan petani tebu (Partowijoto. 2003). Kemitraan usaha pertanian merupakan salah satu instrument kerja sama yang mengacu kepada yang terciptanya suasana keseimbangan, keselarasan, dan keterampilan yang didasari saling percaya antara perusahaan mitra dan kelompok melalui perwujudan sinergi kemitraan, yaitu terwujudnya hubungan yang saling membutuhkan, yang saling menguntungkan dan saling memperkuat. Saling membutuhkan berarti pengusaha memerlukan pasokan bahan baku dan petani memerlukan penampungan hasil dan bimbingan. Saling menguntungkan berarti petani ataupun pengusaha memperoleh peningkatan atau keuntungan disamping adanya
kesinambungan usaha. Saling memperkuat berarti petani dan pengusaha sama-sama melaksanakan etika bisnis, sama-sama mempunyai persamaan hak, dan saling membina sehingga memperkuat kesinambungan bermitra (Martodireso dkk, 2002). Tujuan dari melaksanakan kegiatan sistem kemitraan yaitu untuk menyetarakan Petani agar Petani juga dapat hidup sejahtera dan mengoptimalkan sumber daya Petani dengan adanya keterbukaan di era sekarang. Sistem Kemitraan yang diterapkan Pabrik Gula Toelangan diharapkan dapat mengubah pola pikir petani dalam mengolah lahannya, sehingga setiap kegiatan usahatani yang dilakukan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan petani. Dengan adanya pola kemitraan ini diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi masingmasing pihak baik petani tebu maupun pabrik gula toelangan karena petani tebu dapat memperoleh alih teknologi yang tepat dalam upaya peningkatan produksi tebu yang baik. Selain itu, petani juga memperoleh jaminan pasar bagi produksinya sesuai dengan mutu dan harga yang telah disepakati. Harga yang terbentuk ini diharapkan memberikan keuntungan bagi petani tebu sehingga dengan harga yang telah disepakati tersebut akan dapat menjamin kelangsungan usaha taninya serta dapat meningkatkan pendapatan petani tebu. Hubungan kemitraan ini sangat dibutuhkan oleh petani tebu karena selain dapat memperkecil biaya yang dikeluarkan juga dapat memberikan pengetahuan yang luas tentang suatu ikatan kerjasama (Budiono, 2000).
METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Deskriptif analitis. Ciri–cirinya Metode deskriptif adalah sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi dan Martini, 2005). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penentuan Responden untuk Tahap I: Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Ekternal : Penentuan sampel dilakukan secara purposive (sengaja), Responden terdiri dari : 1) Karyawan Pabrik Gula Toelangan yang ada di bagian SKW atau Plh SKKTA atau biasa disebut dengan sinder, 2) Petani Tebu TRI (Tebu rakyat Intensifikasi) diambil 10 responden terdiri dari Ketua Kelompok Tani yang mengikuti Kemitraan ini. Penentuan Responden untuk Tahap II: Skor Strategi Matrik IE dan pencocokan Matrik SWOT : Responden pada penetapan alternatif strategi merupakan para responden yang ahli/pakar yang meliputi stakeholder yang dipilih secara purposive (sengaja) yaitu Karyawan Pabrik Gula Toelangan. Metode Analisis Data Analisis Faktor Internal dan faktor Eksternal Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matrik External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation (IFE), data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matrik EFE digunakan untuk menganalisis faktor- faktor eksternal, mengklasifikasinya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan,
kemudian dilakukan pembobotan. Alternatif Strategi Analisis faktor internal bertujuan untuk mengindentifikasi faktor-faktor internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam Kemitraan Pabrik Gula Toelangan dengan Petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur : a) Matriks Internal- External (IE) : Matrik IE dapat membantu dalam mengetahui posisi persaingan bisnis (David, 2009) yang selanjutnya mempermudah dalam menentukan alternatif strategi Kemitraan Antara Pabrik Gula Toelangan Dengan Petani Tebu Tri ( Tebu Rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur, b) Matriks SWOT : Matrik SWOT digunakan untuk menyusun alternatif strategi dalam Kemitraan Antara Pabrik Gula Toelangan Dengan Petani Tebu Tri ( Tebu Rakyat Intensifikasi ) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Pabrik Gula Toelangan Responden yang diambil dari Pabrik Gula Toelangan adalah 1 (satu) orang merupakan SKW (Sinder Kebun Wilayah) atau Plh SKKTA (Pelaksana Harian Sinder Kebun Kepala Tebang dan Angkut). Dapat diketahui umur responden Pabrik Gula Toelangan masih dalam usia produktif. Usia akan menentukan kinerja seseorang dalam pekerjaanya. Apabila dilihat dari lama jenjang pendidikan,
Tabel
1.
Karakteristik Responden Pabrik Gula Toelangan
Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Responden Petani No. Uraian Keterangan Responden dari Petani diambil 10 1 Umur pengurus petani dari 10 Ketua kelompok tani (tahun) yang mengikuti Kemitraan dengan a. 50-55 1 orang 2. Pendidikan Pabrik Gula Toelangan. Karena pengurus sepuluh kelompok tani yang diambil Sarjana/S1 1 orang sudah dapat mewakili tentang Sumber : Data Primer keikutsertaannya mengikuti Kemitraan responden Pabrik gula Toelangan dengan pabrik Gula Toelangan. Data telah menempuh jenjang pendidikan Tersebut Kisaran umur petani cukup hingga Sarjana/S1 (Tabel 1). Hal ini beragam dari 10 responden yang menyatakan bahwa responden Pabrik berada pada usia produktif yaitu antara Gula Toelangan Toelangan berada 15-64 tahun. Dengan usia produktif pada usia produktif serta didukung maka petani dapat mengoptimalkan dengan tingkat pendidikan yang tenaganya dalam berusahatani tebu. mampu menunjang Kemitraan Antara Pendidikan petani akan mempengaruhi Pabrik Gula Toelangan dengan Petani keputusan petani dalam berusaha tani. Tabel 2.Karakteristik Responden Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) No. 1.
Uraian Jumlah petani responden
2.
Umur petani a. 42-51 b. 52-61 Pendidikan petani a. SD b. SMP c. SMA d. Diploma e. Sarjana / S1 Luas lahan sawah a. Kurang dari 3 Hektar b. Lebih dari 3 Hektar
3.
4.
Keterangan 10 orang 4 orang 6 orang 5 orang 2 orang 3 orang 1 orang 9 orang
Sumber : Data Primer
Petani responden merupakan petani yang sudah mengenal bangku sekolah. Tahap pendidikan SMA merupakan pendidikan yang mendominan di antara petani responden yaitu sebesar 50 %. Sedangkan 20 % lainnya terdiri dari Diploma, dan 30 % dari Sarjana / S1 ( Tabel 2.).
Alasan Petani Tebu TRI Menjadi Mitra Usaha Pabrik Gula Toelangan di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur Alasan keikutsertaan diambil berdasarkan dengan kondisi dilapangan saat penelitian adalah Petani Tidak mempunyai Alat untuk mengolah Bahan Baku, Petani sebagai penyedia bahan baku, Petani ingin Hidup Sejahtera, Petani ingin mendapatkan keutungan yang lebih besar. Disisi lain Pabrik Gula juga membutuhkan penyedia bahan baku
untuk diolah menjadi gula. Petani dalam menjawab kuesioner Dengan beberapa alasan itulah petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensikasi) mempunyai komitmen untuk bekerjasama dengan Pabrik Gula Toelangan di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur serta tetap bersedia untuk tetap menjadi mitra usaha Pabrik Gula Toelangan diwaktu yang akan datang. Oleh karena itu, Pabrik Gula Toelangan juga mempunyai komitmen untuk menyejahterakan dan menyetarakan kedudukan petani mitranya. Identifikasi Faktor Internal Dan Eksternal Faktor Internal Faktor internal merupakan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Pabrik Gula Toelangan dan Petani Tebu TRI selama menjalani kemitraan bersama yang akan berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan kemitraan ke masa yang akan datang. Faktor kekuatan dan kelemahan ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan alternatif strategi Kemitraan. Analisis faktor internal dalam penelitian ini meliputi analisis terhadap Sumber Daya Manusia (SDM), Produksi, Pemasaran, Keuangan. a) Identifikasi Faktor Internal yang menjadi kekuatan : Pabrik Gula Toelangan dapat Menyetarakan dan menyejahterakan Petani dan karyawan, Keuntungan Perusahaan untuk pengembangan usaha, Peningkatan tingkat kesejahteraan bagi Petani, Peningkatan Keuntungan bagi Perusahaan, Pembagian Hasil dudah sesuai menggunakan standar analisa lori per lori, Pembayaran dibagikan secara langsung, Memberikan Petani untuk melelang sendiri, Petani mendapatkan bantuan sarana produksi
(pupuk, alat-alat,dll), Petani mendapatkan bantuan pendanaan melalui dana PKBL (Program Kemitraan Bina Lingkungan),Petani mendapatkan bimbingan / penyuluhan, Apabila Terjadi masalah diselesaikan secara Musyawarah FTK (Forum Temu kemitraan) Indentifikasi Faktor Internal Yang Menjadi Kelemahan : Masalah rendemen, Masalah iklim atau cuaca yang sering terjadi, Permintaan atau tuntutan petani yang terlalu tinggi, Komunikasi yang kurang terjalin dengan Petani, Kurang adanya peran Pemerintah dalam pembagian wilayah yang jelas antar Pabrik Gula , Produksi yang diterima belum sesuai dengan mutu yang diharapkan. Faktor Eksternal Analisis faktor eksternal dalam penelitian ini meliputi analisis Pesaing, Konsumen, Pemerintah, Lingkungan Alam, Sosial budaya. a) Indentifikasi Faktor Eksternal Yang Menjadi Peluang : Petani yang menjadi mitra semakin banyak, Kemitraan yang terjalin semakin baik, Peningkatan Pendapatan bagi petani maupun perusahaan, Pabrik Gula dapat menyejahterakan karyawan dan lingkunganya (pekerja, sopir,dll), Pabrik Gula mendapatkan stok bahan baku, b) Indentifikasi Faktor Eksternal Yang Menjadi Ancaman : Petani mempunyai Tuntutan yang sangat tinggi, Lahan disewakan pada petani diluar binaan pabrik gula Toelangan, Masalah rendemen, Masalah ikilm, Serangan Hama. Kondisi Kemitraan Yang Telah Berjalan Antara Pabrik Gula Toelangan Dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan : Mekanisme pelaksanaan
sistem kemitraan antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur diawali dengan Pabrik Gula mengadakan perkumpulan ketua kelompok petani tebu dan petani yang ingin menjadi mitra Pabrik Gula Toelangan terlebih dahulu mendaftarkan dirinya kepada ketua kelompok tani. Ketua kelompok tani akan mendaftar siapa saja yang akan mengikuti sistem kemitraan. Kelompok tani berperan sebagai tempat transfer infomasi yang berasal dari Pabrik Gula Toelangan berkaitan dengan program tanam, penggunaan pupuk dan bibit yang dianjurkan oleh Pabrik Gula Toelangan. Kelompok tani juga berperan sebagai tempat penampungan saran, ide, dan gagasan petani mitra yang berkaitan dengan kemitraan ini. Melalui kelompok tani juga Pabrik Gula melakukan perjanjian kontrak dan pembayaran hasil panen. Jenis Sistem Kemitraan : Sistem kemitraan yang sudah dijalankan Pabrik Gula Toelangan dengan petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) adalah sistem kemitraan dengan pola inti plasma. Kemitraan pola inti plasma merupakan, Pabrik gula sebagai pihak inti dan petani tebu sebagai pihak plasma. Pabrik gula sebagai inti menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah serta memasarkan hasil produksi. Kelompok mitra atau petani tebu bertugas memenuhi kebutuhan pabrik gula sesuai dengan persyaratan yang sudah disepakati yang tertera didalam kontrak perjanjian. Sistem kemitraan antara Pabrik Gula Toelangan dengan petani tebu TRI (Tebu rakyat Intensifikasi) juga bisa
disebut Kemitraan Mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu untuk saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga akan mendapat tujuan secara optimal. Pabrik Gula Toelangan mendapatkan stok bahan baku dari petani tebu dan petani tebu mendapatkan alat untuk mengolah bahan baku nya. Pembagian hasil nya Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) yaitu berdasarkan dengan hasil rendemen yang diperoleh. Ketentuan pembagian hasil gula dengan ketentuan sebagai berikut: a) Bila rendemen mencapai hasil sampai dengan 6 % ( enam prosen) maka Petani berhak mendapat bagi hasil rendemen sebesar 66 % (enam puluh enam prosen) dengan rumus 0,66 R (34 % adalah bagi hasil milik Pabrik Gula), b) Bila Rendemen mencapai hasil lebih dari 6 % (enam prosen) maka Petani mendapatkan bagi hasil rendemen sebesar 70 % ( tuju puluh prosen) dengan rumus (0,70 R – 0,24), hasil 30 % adalah bagi hasil milik Pabrik gula. Perumusan Alternatif Strategi Matrik IFE dipergunakan untuk mengetahui nilai pembobotan dari faktor-faktor internal yang terdapat dalam Kemitraan Antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi), yang berhubungan dengan kekuatan dan kelemahan yang penting.
Tabel 3. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) Kemitraan Antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur No.
Faktor-faktor Internal utama
Bobot
Peringkat
Skor bobot
Kekuatan 1.
Pabrik Gula Toelangan menyejahterakan petani
dapat
menyetarakan
dan
0.0593
3
0.1780
2.
Keuntungan Perusahaan untuk pengembangan usaha
0.0508
3
0.1525
3.
Peningkatan tingkat kesejahteraan bagi petani
0.0593
3
0.1780
4.
Peningkatan keuntungan bagi Perusahaan
0.0508
3
0.1525
5.
Pembagian hasil sudah sesuai menggunakan standar analisa
0.0763
4
0.3051
lori per lori 6.
Pembayaran dibagikan secara langsung
0.0763
4
0.3051
7.
Memberikan kesempatan petani untuk melelang sendiri
0.0763
4
0.3051
8.
Petani mendapatkan bantuan sarana produksi (pupuk,alat-
0.0763
4
0.3051
0.0763
4
0.3051
alat,dll) 9.
Petani mendapatkan bantuan pendanaan melalui dana PKBI (Program kemitraan Bina Lingkungan)
10.
Petani mendapatkan bimbingan / penyuluhan
0.0508
3
0.1525
11.
Apabila terjadi masalah diselesaikan secara musyawarah FTK
0.0593
3
0.1780
(Forum Temu Kemitraan) Kelemahan 1.
Masalah Rendemen
0.0508
3
0.1525
2.
Masalah iklim atau cuaca
0.0424
3
0.1271
3.
Permintaan / tuntutan petani yang sudah terlalu tinggi
0.0508
3
0.1525
4.
Komunikasi yang kurang terjalin antar petani
0.0339
2
0.0678
5.
Kurang adanya peran pemerintah dalam pembagian wilayah yang jelas antar Pabrik Gula sehingga pada pembinaan tidak bisa berjalan secara berkesinambungan
0.0339
2
0.0678
6.
Produksi yang diterima belum sesuai dengan mutu yang diharapkan
0.0763
4
0.3051
Total
1
3.3898
Sumber: Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE), 2012
Faktor kekuatan dan kelemahan merupakan faktor yang menggambarkan kondisi internal pada Kemitraan antara Pabrik gula Toelangan dengan Petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi). Faktor kunci kekuatan terbesar dalam kemitraan ini adalah pabrik Gula Toelangan dapat menyetarakan dan menyejahterakan petani, Peningkatan kesejahteraan bagi petani dan Apabila Terjadi masalah diselesaikan secara
musyawarah FTK (Forum Temu Kemitraan) dengan total skor pembobotan sebesar 0,1780. Sedangkan nilai kelemahan terbesar terdapat pada faktor ke 1 (satu) dan 3 (tiga) yaitu Masalah rendemen dan Permintaan atau tuntutan petani yang sudah terlalu tinggi dengan total skor 0.1525. Dapat dijelaskan bahwa dari nilai kumulatif matrik IFE pada Kemitraan antara Pabrik gula Toelangan dengan
Petani
tebu
TRI
(Tebu
Rakyat
Intensifikasi)
Tabel 4. Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE) Kemitraan Antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur No.
Faktor-faktor Eksternal utama
Bobot
Peringkat
Skor bobot
Peluang 1.
Petani yang menjadi mitra semakin banyak
0.0986
3
0.2958
2.
Kemitraan yang terjalin semakin baik
0.1127
3
0.3380
3.
Peningkatan pendapatan bagi petani maupun pabrik gula
0.0986
3
0.2958
4.
0.0986
3
0.2958
5.
Pabrik gula dapat menyejahterakan karyawan dan lingkungan (pekerja,sopir,dll) Pabrik gula mendapatkan stok bahan baku
0.1127
3
0.3380
6.
Perhitungan hasil mengikuti ketentuan bersama (Pemerintah)
0.1286
4
0.5070
Ancaman 1.
Petani mempunyai tuntutan yang sangat tinggi
0.0704
2
0.1408
2.
Lahan disewakan pada petani diluar binaan Pabrik Gula Toelangan
0.0986
3
0.2958
3.
Masalah rendemen
0.0704
2
0.1408
4.
Masalah Iklim
0.0563
2
0.1127
5.
Serangan hama
0.0563
2
0.1127
Total
2.8732
Sumber: Rekapitulasi Hasil Pembobotan dengan Matriks Internal Factor
adalah 3,3898 (tabel 3). Nilai matrik IFE tersebut mengidentifikasikan bahwa faktor internal berada dalam posisi internal yang kuat karena berada di atas 2,5 (David, 2009). Hal ini mengidentifikasikan bahwa Pabrik Gula Toelangan sudah mampu memanfaatkan kekuatan untuk mengatasi kelemahan dalam kemitraan ini. Matrik Eksternal Factor Evaluation (EFE) Analisis matrik EFE terhadap faktor-faktor eksternal pada Kemitraan Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) terbagi menjadi dua bagian yaitu peluang dan ancaman. Tabel matrik EFE dapat ditampilkan pada tabel di bawah ini: Dapat diketahui bahwa hasil analisis matrik EFE pada Kemitraan Pabrik Gula Toelangan dengan Petani
tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) diperoleh nilai indeks kumulatif sebesar 2,8732 (table 4). Hasil dari analisis tersebut diperoleh dari beberapa peluang dan ancaman yang dapat dicermati pada tabel diatas. Nilai matrik EFE yang sebesar 2,8732 mempunyai arti bahwa Pabrik gula Toelangan sudah mampu memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi ancaman yang dihadapi dalam Kemitraan Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi). Berdasarkan nilai skor matrik EFE maka dapat dijelaskan bahwa kondisi eksternal berada pada posisi yang kuat karena total skor lebih dari 2,5 (David, 2009). Faktor peluang terbesar adalah Perhitungan hasil Mengikuti ketentuan bersama dengan nilai skor 0,5070. Sedangkan faktor ancaman terbesar adalah Lahan disewakan pada petani
diluar binaan Pabrik Gula Toelangan dengan nilai skor 0,2958. Matrik SWOT Berbagai alternatif strategi dapat Matrik Intenal Eksternal (IE) Menurut David (2009), strategi dirumuskan berdasarkan model yang seharusnya diambil oleh Pabrik analisis matrik SWOT Gula Toelangan untuk Kemitraan ini (Rangkuti, F. 2001). Keunggulan dari adalah sel IV (Gambar 1). Sel tersebut penggunaan matriks SWOT ini adalah merupakan stretegi tumbuh dan kemudahan dalam memformulasikan membangun. Strategi ini pada strategi berdasarkan gebungan faktor umumnya dilakukan melalui strategi internal dan faktor eksternal. Strategi intesif yaitu melalui penetrasi pasar, utama yang dapat disarankan terdiri pengembangan pasar dan dari 4 (empat) macam yaitu strategi pengembangan produk. Strategi SO, WO, ST dan WT. Matrik SWOT pengembangan produk adalah suatu yang diperoleh dalam Kemitraan kegiatan perusahaan untuk memenuhi Pabrik Gula Toelangan dengan Petani kebutuhan konsumen yang selalu Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi ) berubah. Strategi pengembangan pasar yaitu: a. Strategi S-O : Strategi S-O merupakan suatu strategi untuk adalah strategi yang menggunakan penjangkauan pasar yang lebih luas. kekuatan internalnya untuk mengambil Strategi penetrasi pasar merupakan keuntungan dari peluang-peluang yang pencarian pangsa pasar yang lebih ada. Alternatif strategi S-O yang dapat besar atau peningkatan pangsa pasar dirumuskan yaitu: 1) Meningkatkan produk yang sudah ada melalui usaha Pelayanan Sarana Produksi kepada pemasaran. Petani Mitra, 2) Meningkatkan Penetrasi pasar ini harus diawali Kualitas Tebu melalui Penyuluhan, dengan strategi perbaikan produk yang meliputi peningkatan jumlah (kuantitas) dan mutu (kualitas) produk gula yang dihasilkan dari kemitraan pabrik gula toelangan dengan petani tebu TRI. IFE Total Weight Score Kuat Rata-rata Lemah 3,00-4,00 2,00-2,99 1,001,99 EFE Tinggi I II III Total 3,00-4,00 Tumbuh dan Tumbuh dan Bina Pertahankan Weight Bina dan Pelihara Score Sedang IV V VI 2,00-2,99 Tumbuh dan Pertahankan dan Panen atau Bina Pelihara divestasi Rendah VII VIII IX 1,00-1,99 Pertahankan Panen atau Panen atau dan Pelihara divestasi divestasi Gambar 1. Matrik Internal Eksternal (IE) pada Kemitraan Pabrik Gula Toelangan dengan Petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) di Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.
3) Meningkatkan Keuntungan bagi Petani dan Pabrik Gula Toelangan dengan membangun kepercayaan yang lebih baik antara Petani dan Pabrik Gula Toelangan, 4) Peningkatan Hubungan Kemitraan. b. Strategi W-O : Strategi W-O adalah strategi yang mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan peluang. Alternatif strategi W-O yang dapat dirumuskan antara lain : 1) Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan profesionalisme petani mitra usaha dalam memahami arti tentang kerjasama. 2) Meningkatkan kerjasama antar petani, pihak pabrik gula dengan pemerintah untuk meningkatkan kerjasama kesejahteraan petani. c.Strategi S-T : Strategi S-T adalah strategi yang mengoptimalkan kekuatan internal yang dimilikinya dalam mengatasi ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan antara lain: 1) Mempertahankan loyalitas Petani Mitra usaha terhadap Pabrik Gula melalui pemberian reward dan kontrol mutu. d. Strategi W-T : Strategi W-T adalah strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Alternatif strategi W-T yang dapat dirumuskan antara lain: 1) Mengidentifikasi secara tepat kemungkinan masalah yang muncul dalam teknik penanaman budidaya tebu. 2) Menerapkan sistem Kebijakan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Alasan Petani Tebu TRI menjadi mitra usaha Pabrik Gula Toelangan di Kabupaten Sidoarjo yaitu Petani tidak mempunyai alat untuk mengolah bahan baku, Petani sebagai penyedia stok bahan baku di Pabrik Gula Toelangan, Petani ingin hidup sejahtera dan Petani ingin
mendapatkan keutungan yang sebesarbesarnya. Kondisi yang telah berjalan dalam sistem kemitraan antar petani tebu TRI dengan Pabrik Gula Toelangan di Kabupaten Sidoarjo yaitu Kerjasama yang terjadi antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) merupakan kerjasama pola inti plasma. Pabrik Gula Toelangan sebagai inti dan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) sebagai petani plasma. Sistem kemitraan antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI (Tebu rakyat Intensifikasi) juga bisa disebut Kemitraan Mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu untuk saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga akan mendapat tujuan secara optimal. Alternatif strategi yang tepat dikembangkan dalam sistem kemitraan antara Pabrik Gula Toelangan dengan Petani Tebu TRI di kabupaten Sidoarjo Jawa Timur adalah : Meningkatkan Pelayanan Sarana Produksi kepada Petani Mitra, Meningkatkan Kualitas Tebu melalui Penyuluhan, Meningkatkan Keuntungan bagi Petani dan Pabrik Gula Toelangan dengan membangun kepercayaan yang lebih baik antara Petani dan Pabrik Gula Toelangan, Peningkatan Hubungan Kemitraan, Meningkatkan kemampuan, ketrampilan dan profesionalisme petani mitra usaha dalam memahami arti tentang kerjasama, Meningkatkan kerjasama antar petani, pihak pabrik gula dengan pemerintah untuk meningkatkan kerjasama kesejahteraan petani, Mempertahankan loyalitas Petani Mitra usaha terhadap Pabrik Gula
melalui pemberian reward dan kontrol mutu, Mengidentifikasi secara tepat kemungkinan masalah yang muncul dalam teknik penanaman budidaya tebu, Menerapkan sistem Kebijakan. Saran Pabrik Gula Toelangan sebagai pihak inti lebih meningkatkan perbaikan alat yang digunakan untuk mengolah tebu dengan cara memperbaiki alat produksi setiap tahunya atau setiap pada saat akan giling. Petani tebu sebagai pihak petani plasma lebih meningkatkan juga mutu tebu yang dihasilkan dengan cara mengikuti standart yang sudah ditentukan oleh Pabrik Gula Toelangan. Varietas benih unggul yang menjadi ketetapan di Pabrik Gula Toelangan dikelompokkan sesuai tingkat kemasakanya yaitu masak awal : PS851, PS862, PS881 dan PSBM901. Masak tengah : Kidang Kencono, PSJT941, dan VMC76-16. Masak Lambat : PS864 dan BL. Strategi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah untuk mengatasi permasalahan dalam Kemitraan Pabrik Gula Toelangan
dengan Petani Tebu TRI (Tebu Rakyat Intensifikasi) salah satunya penguatan kegiatan-kegiatan seperti pelatihan dan pembinaan secara intensif kepada petani-petani tebu untuk menunjang keberlanjutan produksi dan mutu tebu. DAFTAR PUSTAKA Budiono. 2000. Budidaya Tanaman Tebu TRI. Surabaya : Dinas Perkebunan Daerah Tingkat 1 Jawa Timur dengan Direksi PTP XXI – XXII (Persero) dan P3GI Perwakilan Jawa Timur David, F.R. 2009. Manajemen Strategi. Penerbit Salemba Empat. Jakarta Martodireso dkk. 2002. Agribisnis Kemitraan Usaha Bersama. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Nawawi dan Martini. 2005. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Partowijoto. 2003. Indonesia Merupakan Negara Agraris. www.sindo.com. Diakses pada tanggal 25 April 2012 Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.