KAJIAN SISTEM PEMASARAN MENDUKUNG AGRIBISNIS KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN DONGGALA
Kegiatan ANALISIS PEMASARAN KAKAO
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGAH
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2007
PENDAHULUAN Penentuan komoditas unggulan merupakan langkah awal menuju pembangunan pertanian yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan. Langkah menuju efisiensi dapat ditempuh dengan mengembangkan komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan. Dari sisi penawaran komoditas unggulan dicirikan oleh superioritas dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial ekonomi petani di suatu wilayah. Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan dicirikan oleh kuatnya permintaan dipasar baik pasar domestik maupun internasional. Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud mencakup penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur misalnya pasar dan kebiasaan petani setempat. Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan Sulawesi Tengah, komoditas ekspor non migas yang berfungsi ganda yaitu sebagai sumber devisa negara dan menunjang pendapatan asli daerah (PAD). Hal ini cukup mendasar karena harga kakao internasional saat ini cukup tinggi dan momentum yang baik untuk dimanfaatkan petani atau pelaku usaha (masyarakat agribisnis). Trend luas panen, produksi, dan produktivitas kakao cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir. Peningkatan tersebut, diikuti dengan peningkatan volume dan nilai ekspor. Volume dan nilai ekspor komoditi kakao merupakan yang terbesar untuk komoditi perkebunan. Volume ekspor meningkat 20,08%, sedangkan nilai ekspor meningkat sangat besar 87,74%. Peningkatan nilai ekspor salah satunya dikarenakan peningkatan harga jual biji kakao ditingkat petani sekitar 19,82% (BPS Sulteng, 2003). Kabupaten Donggala merupakan sentra produksi kakao di Sulawesi Tengah. Luas areal perkebunan rakyat sebesar 21.169 ha dengan produktifitas baru mencapai1,04 ton/ha/tahun (BPS Sulteng, 2004). BPTP Sulawesi Tengah bekerja sama dengan LRPI dalam tiga tahun terakhir telah melakukan kajian pengembangan sistem usahatani integrasi kakao dan ternak di Kabupaten Donggala, hasil kajian yaitu peningkatan rataan produktivitas kakao kering mencapai 1.382 kg/ha/tahun (Munier et al, 2006)
1
Produktivitas kakao yang tinggi seringkali tidak diikuti dengan peningkatan pendapatan yang signifikan, hal ini dikarenakan petani masih dihadapkan pada masalah berfluktuasinya harga biji kakao sehingga posisi tawar (bargaining position) petani lemah yang menyebabkan petani mendapatkan nilai jual biji kakao yang rendah. Masalah pasar merupakan masalah yang penting dalam rangka merangsang petani untuk meningkatkan produksinya. Pasar merupakan salah satu syarat penting dalam pembangunan pertanian, karena pasar akan menentukan besarnya permintaan suatu komoditi (Mosher, 1981). Pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan dalam memasarkan biji kakao, salah satu faktor yang menentukan adalah tingkat harga dan stabilitas harga. Semakin tinggi harga jual biji kakao, petani akan termotivasi untuk meningkatkan produksinya. Hal ini berarti, tidak cukup hanya dengan meningkatkan produktivitas kakao, harus diikuti usaha penyempurnaan/perbaikan dalam bidang pemasaran. Memperbesar nilai yang diterima petani/produsen, memperkecil biaya pemasaran dan terciptanya harga jual dalam batas kemampuan daya beli konsumen merupakam perbaikan bidang pemasaran yang bertujuan memperbesar tingkat efisiensi pemasaran.
TUJUAN 1. Mengetahui keragaan usahatani kakao serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao 2. Mengetahui distribusi margin pemasaran biji kakao pada masing-masing saluran pemasaran. 3. Mengetahui bagian yang diterima petani dan keuntungan masing-masing lembaga pemasaran. 4. Mengetahui integrasi dan struktur pasar.
2
LUARAN 1. Keragaan usahatani kakao dan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao 2. Distribusi margin pemasaran biji kakao pada masing-masing saluran pemasaran. 3. Diketahuinya bagian yang diterima petani dan keuntungan masing-masing lembaga pemasaran. 4. Integrasi dan struktur pasar METODOLOGI Survai analisis pemasaran dilakukan di kabupaten Donggala pada bulan Januari sampai dengan Desember 2007. Pengkajian dilakukan pada daerah-daerah yang merupakan sentra produksi kakao di kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Penentuan Lokasi dan Responden Berdasarkan pertimbangan diatas, maka lokasi pengkajian ditetapkan pada sentra produksi kakao di Kabupaten Donggala. Penentuan lokasi responden dilakukan secara sengaja atau Purposive Sampling, berdasarkan nilai LQ (Location Quotient) yang tertinggi di kabupaten Donggala, yaitu kecamatan Banawa, kecamatan Palolo, dan kecamatan Sirenja. Pada masing-masing kecamatan ditetapkan tiga desa, dimana setiap desa ditentukan 10 responden petani. Pedagang pengumpul tingkat desa ditentukan secara sengaja masing-masing sebanyak 2 pedagang tiap desa, pedagang pengumpul tingkat kecamatan masing-masing ditentukan sebanyak 2 pedagang tiap kecamatan, sedangkan pedagang besar di luar kecamatan masing-masing ditentukan 3 pedagang di kabupaten Donggala dan kota Palu, dan 1 eksportir. Sehingga jumlah responden secara keseluruhan sebanyak 118 responden. Secara lebih jelas dan terinci, penentuan jumlah responden dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Penentuan Lokasi dan Jumlah Responden di Kabupaten Donggala No
Lokasi
Produsen/ Petani
1 2 3
Kec. Banawa Kec. Palolo Kec. Sirenja Kab. Donggala/ Kota Palu
30 30 30 90
Jumlah Responden Pedagang Pedagang Pedagang Pengumpul Pengumpul Besar desa kec. 6 2 6 2 6 2 18 6 3
3
Eksportir
Total Responden
1
118
Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dengan daftar pertanyaan berstruktur (kuantitatif). Jenis data yang diambil data primer dan data sekunder. Data yang diambil adalah sebagai berikut : •
Usahatani kakao dan pendapatan petani
•
Harga output pada berbagai pelaku pemasaran (petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar dan eksportir)
Analisis Data 1. Analisis regresi digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani kakao: Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3D3+ b4D4 + e dimana: Y = pendapatan usahatani kakao (rp) X1 = luas lahan (ha) X2 = kuantitas pohon X3 = kuantitas tenaga kerja (HOK) X4 = biaya pupuk (rp) = biaya bahan OPT (rp) X5 X6 = biaya angkut/pemasaran X7 = lama fermentasi (hari) bi = parameter yang diestimasi b0 = intersept e = error term Untuk mengetahui ketepatan model yang digunakan, dihitung nilai koefisien determinasi ganda (R2). Nilai determinasi ini menunjukkan besarnya kemampuan menerangkan variabel bebasnya. Nilai R2 ini berkisar antara 0-1 dan bila hasil yang diperoleh nilai R2 nya sama dengan 1 atau mendekati 1, maka model tersebut dikatakan baik. Koefisien determinasi (R2) dinyatakan sebagai berikut : ESS R2 = -----TSS Berdasarkan hasil analisa model korelasi regresi, maka untuk mengetahui pengaruh semua variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependent digunakan uji F dengan rumus : ESS/(k-1) Fhitung = --------------RSS/(N-k)
4
Keterangan:
ESS = RSS = TSS = N K
Explained Sum of Squared (jumlah kuadrat regresi) Residual Sum of Squared (jumlah kuadrat residual) Total Sum of Squared (jumlah kuadrat total) = jumlah sampel = jumlah variabel independen
Jika Fhitung > Ftabel, berarti secara bersama-sama variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen, dan sebaliknya. Uji-t (individual test) dilakukan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel independen terhadap variabel independen. Uji-t dinyatakan sebagai berikut : thitung =
bi -----Sbi Jika thitung > ttabel, berarti setiap variabel independen berpengaruh nyata
terhadap variabel dependen. 2. Analisis margin pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi biaya dari setiap aktivitas pemasaran dan keuntungan dari setiap lembaga perantara, serta bagian harga yang diterima petani. Secara matematik besarnya margin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut : MP = Pr – Pf atau MP = ∑ Bi + ∑ Ki dimana : M = Margin pemasaran Pr = Harga tingkat pedagang Pf = Harga tingkat petani ∑ Bi = Jumlah biaya yang dikeluarkan lembaga-lembaga pemasaran ∑ Ki = Jumlah keuntungan yang diperoleh lembaga-lembaga pemasaran 3. Perhitungan besarnya share/bagian biaya (Sbi) dan bagian keuntungan (Ski) dari masing-masing lembaga pemasaran digunakan model sebagai berikut : Bi Sbi = ----------------- X 100 % Pr - Pf Ki Ski = ----------------- X 100 % Pr - Pf
5
dimana : Sbi = Share biaya lembaga pemasaran ke-i Ski = Share keuntungan lembaga pemasaran ke-i Sedangkan besarnya share harga yang diterima petani (Sp) dari harga yang dibayarkan pedagang dapat dihitung dengan menggunakan model sbb: Pf Sp = ----------------- X 100 % Pr Untuk membandingkan besarnya rata-rata margin pemasaran antar saluran pemasaran digunakan analisis tabel. 4. Untuk menganalisis integrasi pasar digunakan persamaan korelasi (Gudjarati, 1993). Sedangkan formulasi persamaan korelasi adalah sebagai berikut: n ∑ Pri Pfi - ( ∑ Pri ) (∑ Pfi) bi = -----------------------------------------------------------√ {n ∑ Pri ² - ( ∑ Pri ) ² } {n∑ Pfi ² - (∑ Pfi) ² } Dimana : bi = koefisien korelasi Pr = harga kakao ditingkat pedagang/eksportir Pf = harga kakao tingkat petani n = jumlah sampel Jika bi = 1 ; terjadi integrasi harga secara sempurna antara pasar tingkat petani dan pedagang yang berarti pasarnya bersaing sempurna, sehingga dapat dikatakan bahwa pemasaran adalah efisien bi ≠ 1 ; tidak terjadi integrasi harga secara sempurna antara pasar tingkat petani dan pedagang yang berarti pasarnya tidak bersaing sempurna sehingga dapat dikatakan bahwa pemasaran tidak efisien Kriteria Sugiarto (1992) mengenai tingkat hubungan analisis korelasi, dimana koefisien korelasi antara 0 - 0,5 adalah lemah yang berarti bargaining position antara petani dan lembaga pemasaran lemah, dengan integrasi pasarnya tidak sempurna, sedangkan koefisien korelasi 0,5 – 1 adalah cukup kuat sampai kuat yang berarti bargaining position petani dan lembaga pemasaran cukup kuat dengan integrasi pasarnya mendekati sempurna sampai sempurna.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PETANI Petani kakao di kabupaten Donggala rata-rata berusia 40,81 tahun, hal ini mengindikasikan bahwa petani kakao masih tergolong usia produktif, dengan tingkat pendidikan yang sudah cukup yaitu rata-rata tamat SMP. Usia produktif dan tingkat pendidikan berpengaruh dalam respon inovasi teknologi. Pengalaman petani di kabupaten Donggala dalam usahatani kakao rata-rata sudah tinggi yaitu 11,78 tahun, dimana petani di kecamatan Banawa memiliki pengalaman yang lebih lama dalam usahatani kakao yaitu 13,20 tahun. Pengalaman dalam usahatani kakao juga diperlukan dalam respon inovasi teknologi. Tabel 2. Karakteristik Petani Kakao di Kecamatan Sirenja, Banawa, dan Palolo Kabupaten Donggala, 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8
Karakteristik Petani Kakao Umur (tahun) Pendidikan (tahun) Pengalaman usahatani kakao (tahun) Jumlah anggota keluarga (jiwa) Jumlah tenaga kerja keluarga (jiwa) Luas Lahan Garapan (ha) a. Sawah b. Lahan Kering/Kebun Luas Lahan Garapan Usahatani Kakao (ha) Jumlah Pemilikan Tanaman Kakao (pohon) a. Tanaman Belum Menghasilkan b. Tanaman Menghasilkan c. Tanaman Tua/Rusak
Banawa 39,40 9,17 13,20 5,00 2,33
Kecamatan Palolo 37,90 10,55 10,03 4,20 2,17
Sirenja 45,13 9,30 12,10 5,63 2,33
Kabupaten Donggala 40,81 9,67 11,78 4,94 2,28
0,15 1,38
0,60 1,33
0,53 1,53
0,43 1,42
1,28
1,15
1,02
1,15
155,67 958,67 29
156,67 744,33 8,33
130,33 722,87 93,33
147,56 808,62 43,56
Jumlah anggota keluarga petani kakao di kabupaten Donggala rata-rata sebanyak 4,94 jiwa, dengan jumlah tenaga kerja keluarga sebanyak 2,28 jiwa. Jumlah tenaga kerja keluarga sangat diperlukan dalam kegiatan usahatani kakao, seperti kegiatan pemangkasan, penyiangan, panen dan pasca panen. Lahan garapan terdiri dari lahan sawah dengan rata-rata luasan 0,43 ha dan lahan kering dengan rata-rata luasan 1,42 ha. Dimana sebagian besar (80,89%) lahan kering diperuntukkan untuk tanaman kakao dengan rata-rata luas lahan garapan sebesar 1,15 ha. Menurut Soekartawi, et al (1984), luas lahan garapan akan berpengaruh terhadap respon petani dalam mengadopsi teknologi pertanian. Petani yang mempunyai luas garapan luas,
7
akan mempunyai respon terhadap teknologi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani yang mempunyai luas garapan sempit. Jumlah pemilikan tanaman kakao rata-rata sebanyak 999,74 pohon, dimana sebagian besar (80,88 %) merupakan tanaman menghasilkan, 14,76 % masih merupakan tanaman yang belum menghasilkan, sedangkan sebagian kecil (4,36 %) tanaman sudah rusak atau tua. B. KERAGAAN USAHATANI KAKAO DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN USAHATANI KAKAO Keragaan Usahatani Kakao Tanaman kakao di kabupaten Donggala sebagian besar (75,56%) telah dipupuk, sedangkan sekitar 24,44% petani tidak melakukan pemupukan. Sedangkan petani di kecamatan Palolo yang melakukan pemupukan baru sekitar 46,67%. Petani di kecamatan Palolo beranggapan bahwa lahan garapan untuk tanaman kakao masih subur sehingga belum diperlukan pemupukan. Tabel 3. Persentasi (%) Petani Berdasarkan Jenis, Cara dan Penggunaan Pupuk Pada Tanaman Kakao di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 No
Uraian Banawa
1 2
3
4
Pemupukan Tanaman Kakao a. Ya b. Tidak Frekuensi Pemupukan a. 1 X per tahun b. 2 X per tahun c. Tidak Memupuk Cara pemupukan a. Dihambur b. Ditugal c. Melingkar sekitar pohon d. Tidak memupuk Jenis Pupuk a. Urea b. Urea + SP36 c. Urea + KCL d. Urea + ZA e. Urea + SP36 + KCL f. Urea + SP36 + KCL + pupuk kandang g. Urea + NPK h. Tidak Memupuk
Kecamatan Palolo
Sirenja
Kabupaten Donggala
93,33 6,67
46,67 53,33
86,67 13,33
75,56 24,44
26,67 66,67 6,67
23,33 23,33 53,33
20,00 66,67 13,33
23,33 52,22 24,44
20,00 3,33 40,00 6,67
6,67 20,00 20,00 53,33
10,00 13,33 63,33 13,33
12,22 22,22 41,11 24,44
30,00 6,67 10,00 20,00 6,67 0,00
10,00 3,33 6,67 0,00 13,33 0,00
3,33 3,33 6,67 0,00 46,67 26,67
14,44 4,44 7,78 6,67 22,22 8,89
20,00 6,67
13,33 53,33
0,00 13,33
11,11 24,44
8
Petani kakao di kabupaten Donggala sekitar 52,22% melakukan pemupukan pada tanaman kakao dengan frekuensi 2X per tahun. Cara pemupukan sebagaian besar (41,11%) sudah dilakukan dengan cara melingkar sekitar pohon. Sebagian besar (22,22%) petani di kabupaten Donggala sudah menggunakan pupuk urea, sp36 dan kcl, bahkan petani di kecamatan Sirenja sebagian besar (46,67%) sudah menggunakan ketiga jenis pupuk tersebut. Hal ini dikarenakan petani di kecamatan Sirenja telah dibina BPTP Sulawesi Tengah dalam pengkajian pengembangan sistem usahatani integrasi kakao dan kambing. Tabel 4. Persentasi (%) Petani Berdasarkan Cara dan Frekuensi Pemangkasan, Penyiangan, dan Pengendalian Hama Penyakit Pada Tanaman Kakao di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 No
Uraian Banawa
1
2
3
3
Frekuensi Pemangkasan a. 1 X per tahun b. 2 X per tahun c. 3 X per tahun d. 4 X per tahun Cara Penyiangan a. Manual Tenaga Kerja b. Herbisida c. Manual Tenaga Kerja + Herbisida Frekuensi Penyiangan a. 2-3 X per tahun b. 4-5 X per tahun c. 6-7 X per tahun d. 8-9 X per tahun e. ≥10 X per tahun Cara Pengendalian Hama Penyakit a. Mekanis b. Racun c. Mekanis dan Racun
Kecamatan Palolo
Sirenja
Kabupaten Donggala
30,00 60,00 10,00 0,00
6,67 73,33 16,67 3,33
20,00 66,67 10,00 3,33
18,89 66,67 12,22 2,22
3,33 26,67 70,00
6,67 23,33 70,00
16,67 20,00 63,33
8,89 23,33 67,78
40,00 30,00 26,67 3,33 0,00
23,33 40,00 13,33 13,33 10,00
40,00 26,67 20,00 10,00 3,33
34,44 32,22 20,00 8,89 4,44
0,00 86,67 13,33
20,00 53,33 26,67
20,00 60,00 20,00
13,33 66,67 20,00
Pemangkasan kakao secara benar terdiri dari tiga macam: (1) Pemangkasan bentuk dilakukan saat tanaman mulai membentuk cabang primer, pemangkasan bentuk secara benar yaitu menyisakan tiga cabang primer, pemangkasan yang benar belum dilakukan petani; (2) Pemangkasan produksi dilakukan untuk merangsang pembentukan bunga dan buah, caranya dengan membuang sebagian daun yang tidak produktif dengan cabang air yang tidak perlu, agar semua hasil asimilasi bisa terakumulasi menjadi baik, pemangkasan ini umumnya tidak dilakukan petani; (3) Pemangkasan pemeliharaan dilakukan untuk membuang cabang air yang tumbuh setiap saat, pemangkasan
9
pemeliharaan umumnya dilakukan petani, namun pemangkasan secara betul sesuai anjuran belum sepenuhnya dilakukan petani. Petani di kabupaten Donggala sebagian besar (66,67%) melakukan pemangkasan setelah panen raya yaitu 2X per tahun, hanya sebagian kecil petani (2,22%) yang rutin melakukan pemangkasan 4X per tahun. Penyiangan pada tanaman kakao sebagian besar (67,78%) dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja dan penyemprotan dengan herbisida. Frekuensi penyiangan sebagian besar (66,66%) 2-5 X per tahun, hanya sebagian kecil (4,44%) petani yang melakukan penyiangan rutin tiap bulan. Hama utama penggerek buah kakao dan penyakit busuk buah masih menyerang sebagian besar areal tanaman kakao di kabupaten Donggala. Cara pengendalian hama dan penyakit pada tanaman kakao sebagian besar petani (66,67%) masih menggunakan racun, hanya sebagian kecil petani (13,33%) yang melakukan pengendalian secara mekanis. Tabel 5. Persentasi (%) Petani Berdasarkan Aktifitas Panen dan Pasca Panen Pada Tanaman Kakao di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 No
Uraian Banawa
1
2
3
4
Frekuensi Panen a. 1 X per bulan b. 2 X per bulan c. 3 X per bulan d. 4 X per bulan Lama biji kakao difermentasi a. 1 hari b. 2 hari c. 3 hari d. 4 hari e. Tidak melakukan fermentasi Alat/Bahan Fermentasi a. Karung Nilon b. Karung Goni c. Keranjang d. Peti Papan e. Tidak melakukan fermentasi Lama biji kakao dijemur a. 2 hari b. 3 hari c. 4 hari d. 5 hari
Kecamatan Palolo
Sirenja
Kabupaten Donggala
36,67 40,00 20,00 3,33
33,33 56,67 6,67 3,33
33,33 40,00 10,00 16,67
34,44 45,56 12,22 7,78
20,00 50,00 16,67 0,00 13,33
16,67 50,00 0,00 10,00 23,33
3,33 16,67 66,67 13,33 0,00
13,33 38,89 27,78 7,78 12,22
50,00 36,67 0,00 0,00 13,33
56,67 10,00 0,00 10,00 23,33
50,00 36,67 3,33 10,00 0,00
52,22 27,78 1,11 6,67 12,22
3,33 20,00 70,00 6,67
0,00 20,00 63,33 16,67
0,00 70,00 30,00 0,00
1,11 36,67 54,44 7,78
10
Petani di kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja kabupaten Donggala rata-rata sebagian besar (45,56%) telah melakukan panen sering dengan frekuensi 2X per bulan, hanya sebagian kecil yang melakukan panen 3X per bulan (12,22%) dan 4X tiap bulan (7,78%) Sebagian besar petani (38,89%) di kabupaten Donggala melakukan fermentasi secara tidak sempurna yaitu hanya 2 hari, hanya sebagian kecil petani (7,78%) yang melakukan fermentasi selama 4 hari, bahkan sekitar 12,22% petani tidak melakukan fermentasi. Alasan petani tidak melakukan fermentasi secara sempurna, karena petani merasakan tidak ada perbedaan harga antara kakao yang difermentasi dengan tidak. Petani di kecamatan Sirenja umumnya telah melakukan fermentasi dengan selang waktu 1 sampai 4 hari, dimana sebagaian besar petani (66,67%), telah melakukan fermentasi selama 3 hari. Sedangkan alat/bahan fermentasi yang digunakan sebagian besar petani (52,22%) masih menggunakan bekas karung pupuk yang terbuat dari nylon Tabel 6. Persentasi (%) Petani Berdasarkan Aksesibilitas Petani Terhadap Pemasaran Biji Kakao di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 No
Uraian Banawa
1
2 3
4
5
Tempat memasarkan biji kakao a. Pedagang pengumpul desa b. Pedagang pengumpul kecamatan c. Pedagang besar d. Kelompok tani Ikatan antara petani dengan pedagang a. Ada ikatan b. Tidak ada ikatan Bentuk ikatan a. Pinjam uang b. Pinjam sarana produksi c. Tidak ada ikatan Informasi harga biji kakao a. Selalu didapatkan b. Kadang-kadang c. Tidak pernah tahu Sumber informasi harga biji kakao a. Sesama petani b. Sopir angkutan c. Media informasi d. Tidak tahu
Kecamatan Palolo
Sirenja
Kabupaten Donggala
6,67 10,00 83,33 0,00
50,00 3,33 26,67 20,00
73,33 0,00 26,67 0,00
43,33 4,44 45,55 6,67
56,67 43,33
43,33 56,67
23,33 76,67
41,11 58,89
53,33 3,33 43,33
33,33 10,00 56,67
23,33 0,00 76,67
36,67 4,44 58,89
56,67 30,00 13,33
60,00 23,33 16,67
76,67 10,00 13,33
64,44 21,11 14,44
43,33 40,00 3,33 13,33
53,33 16,67 13,33 16,67
63,33 20,00 3,33 13,33
53,33 25,56 6,67 14,44
11
Petani di kecamatan Banawa sebagian besar (83,33%) langsung memasarkan biji kakao ke pedagang besar di kabupaten Donggala, hanya sebagian kecil (6,67%) yang masih menjual biji kakaonya ke pedagang pengumpul desa. Berbeda di kecamatan Palolo dan Sirenja, sebagian besar petani masih memasarkan biji kakaonya pada pedagang pengumpul desa. Bahkan di kecamatan Palolo khususnya di desa Bahagia telah terbentuk kelompok tani fajar kakao sebagai wadah petani memasarkan biji kakaonya. Sebagian besar petani (56,67%) di kecamatan Banawa ada ikatan dengan pedagang tempat petani memasarkan biji kakaonya, bentuk ikatan berupa pinjam uang. Sekitar 33,33% petani di kecamatan Palolo juga ada ikatan berupa pinjam uang dengan pedagang tempat petani memasarkan biji kakaonya, sedangkan petani di kecamatan Sirenja hanya sekitar 23,33% yang ada ikatan dengan pedagang. Sebagaian besar petani (64,44%) di kabupaten Donggala mengemukakan bahwa informasi tentang harga biji kakao selalu didapatkan dari sesama petani. Kemajuan dibidang komunikasi memungkinkan petani bisa mengetahui perkembangan harga biji kakao. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kakao Analisis Deskriptif Pendapatan usahatani kakao dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu (1) luas lahan, (2) kuantitas pohon, (3) kuantitas tenaga kerja, (4) biaya pupuk, (5) biaya bahan OPT, (6) biaya pemasaran, dan (7) lamanya fermentasi Luas lahan tanaman kakao menghasilkan di kecamatan Banawa rata-rata seluas 1,07 ha dengan jumlah tanaman sebanyak 958,67 pohon, kecamatan Palolo seluas 0,76 ha dengan jumlah tanaman sebanyak 744,33 pohon, dan kecamatan Sirenja seluas 0,82 ha dengan jumlah tanaman sebanyak 722,87 pohon. Biaya sarana produksi pupuk di kecamatan Banawa sebesar Rp. 896.033/1,07 ha atau sekitar 16,06 % dari total biaya yang dikeluarkan. Petani di kecamatan Palolo ratarata mengeluarkan biaya pupuk hanya sebesar Rp.235.210/0,76 ha atau sekitar 6,65% dari total biaya yang dikeluarkan. Sedangkan petani di kecamatan Sirenja rata-rata mengeluarkan biaya pupuk sebesar Rp. 955.880/0,82 ha atau sekitar 22,99% dari total biaya yang dikeluarkan.
12
Tabel 7. Struktur Biaya Tidak Tetap, Produksi dan Pendapatan Usahatani Kakao di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 No 1 2 3 4 5 6
7
8 9 10 11 12
Uraian Luas Lahan Tanaman Menghasilkan (ha) Jumlah Tanaman (pohon) Biaya Pupuk (rp) Biaya Bahan OPT (rp) Biaya Pemasaran (rp) Biaya Tenaga Kerja (rp) a. Pemupukan b. Pemangkasan c. Penyiangan d. Pengendalian OPT e. Panen dan Pasca Panen Jumlah Tenaga Kerja (HOK) a. Pemupukan b. Pemangkasan c. Penyiangan d. Pengendalian OPT e. Panen dan Pasca Panen Total Biaya (rp) Produksi (kg) Harga biji kakao (rp/kg) Nilai Produksi Pendapatan (rp)
Banawa 1,07
Kecamatan Palolo 0,76
Sirenja 0,82
Kabupaten Donggala 0,88
958,67 896.033 (16,06) 1.039.933 (18,64) 327.947 (5,88) 3.314.542 (59,42) 283.833 603.000 604.417 468.500 1.354.792 136,52
744,33 235.210 (6,65) 550.942 (15,58) 141.761 (4,01) 2.608.539 (73,76) 54.667 431.333 400.667 229.583 1.492.289 106,28
722,87 955.880 (22,99) 418.258 (10,06) 168.853 (4,06) 2.614.231 (62,88) 158.54 344.167 405.883 191.917 1.513.750 102,00
808,62 695.708 (15,73) 669.711 (15,14) 212.854 (4,81) 2.854.771 (64,33) 165.671 459.500 470.322 296.667 1.453.610 114,93
11,75 24,55 24,82 19,30 56,10 5.578.455 794,10 15.817 12.560.015 6.981.560
2,37 17,37 16,17 8,58 61,80 3.536.452 658,81 13.653 8.994.940 5.458.488
6,34 13,77 16,00 7,68 58,22 4.157.222 626,70 13.800 8.648.460 4.491.238
6,82 18,56 18,99 11,85 58,70 4.424.043 693,20 14.423 10.067.805 5.643.762
Petani di kecamatan Sirenja rata-rata mengeluarkan biaya penggunaan bahan pengendalian organisme pengganggu tanaman seperti herbisida dan insektisida sebesar Rp. 1.039.933/1,07 ha atau sekitar 18,64% dari total biaya yang dikeluarkan. Petani di kecamatan Palolo mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp. 550.942/0,76 ha atau sekitar 15,58% dari total biaya yang dikeluarkan, sedangkan petani di kecamatan Sirenja mengeluarkan biaya rata-rata sebesar Rp. 418.258/0,82 ha atau sekitar 10,06% dari total biaya yang dikeluarkan. Pengeluaran upah tenaga kerja merupakan biaya yang paling besar dikeluarkan petani di kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja. Rata-rata biaya tenaga kerja sebesar Rp. 2.854.771/0,88 ha atau sekitar 64,33% dari total biaya yang dikeluarkan. Jumlah tenaga kerja rata-rata sebesar 114,93 HOK. Biaya pemasaran terdiri dari upah pengangkutan dan biaya transportasi untuk memasarkan biji kakao ke pedagang. Petani di kecamatan Banawa mengeluarkan biaya pemasaran yang paling besar yaitu Rp. 327.947/1,07 ha, hal ini dikarenakan sebagian besar petani memasarkan ke pedagang besar yang berdomisili di ibukota kabupaten
13
Donggala. Sedangkan biaya pemasaran di kecamatan Palolo yang paling kecil yaitu sebesar Rp. 141.761/0,76 ha, hal ini dikarenakan sebagian besar petani memasarkan hasilnya pada pedagang pengumpul desa yang tidak jauh dari rumah petani. Produksi rata-rata biji kakao kering di kabupaten Donggala sebesar 693,20 kg/0,88ha, jika harga di tingkat petani rata-rata sebesar Rp.14.423/kg, maka nilai produksi rata-rata sebesar Rp. 10.067.805/0,88ha/tahun atau pendapatan rata-rata sebesar Rp. 5.643.762/0,88ha/tahun Analisis Regresi Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi pendapatan usahatani kakao dianalisis menggunakan analisis regresi berganda, dengan variabel independen yaitu luas lahan, kuantitas pohon, kuantitas tenaga kerja, biaya pupuk, biaya bahan OPT, biaya pemasaran, dan lamanya fermentasi. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa nilai F-hitung sebesar 3,655 dan nyata pada tingkat kesalahan 1%. Hal ini berarti secara bersama-sama variabel (1) luas lahan, (2) kuantitas pohon, (3) kuantitas tenaga kerja, (4) biaya pupuk, (5) biaya bahan OPT, (6) biaya pemasaran, dan (7) lamanya fermentasi berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kakao (Y). Koefisien R2 (determinasi) sebesar 0,33%, berarti sekitar 33,00% variasi variabel dependen (Y) dipengaruhi variabel-variabel independen (Xi). Hasil uji-t (individul test) menunjukkan bahwa variabel luas lahan (X1), kuantitas pohon (X2), biaya pupuk (X4), dan lamanya fermentasi (X7), tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kakao. Selanjutnya, hasil uji-t (individul test) menunjukkan bahwa variabel kuantitas tenaga kerja (X3), biaya bahan pengendalian organisme pengganggu tanaman OPT (X5), dan biaya pemasaran (X7), berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kakao (Y). Kuantitas tenaga kerja berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar 18.658,27, berarti setiap peningkatan nilai kuantitas tenaga kerja satu satuan, maka pendapatan usahatani kakao meningkat sebesar 18.658,27 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Biaya bahan OPT berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar -2,786 yang berarti setiap peningkatan penggunaan bahan OPT sebesar satu satuan, maka pendapatan usahatani kakao menurun sebesar 2,786 satuan dengan asumsi variabel bebas
14
lainnya tetap. Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan racun yang sudah berlebihan justru menurunkan produksi kakao. Biaya pemasaran berpengaruh nyata dengan nilai koefisien regresi sebesar 17,26, yang berarti setiap peningkatan biaya pemasaran sebesar satu satuan, maka pendapatan usahatani meningkat sebesar 17,26 satuan dengan asumsi variabel bebas lainnya tetap. Hal ini berarti bahwa petani yang memasarkan langsung pada pedagang besar di ibukota Kabupaten memiliki pendapatan yang lebih besar karena mengeluarkan biaya transportasi untuk memasarkan hasilnya. Tabel 8. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usahatani Kakao di Kabupaten Donggala, 2007 Variabel Independen Koefisien Regresi X1 (Luas lahan) 1.801.162 (0,539) X2 (Kuantitas Pohon) - 4.626,89 (-1,268) X3 (Kuantitas Tenaga Kerja) 18.658,27 (1,736)* X4 (Biaya Pupuk ) 0,407 (0,926) X5 (Biaya Bahan OPT) -2,786 (-2,802)*** X6 (Biaya Angkut/Pemasaran) 17,26 (3,42)*** X7 (Lama Fermentasi) 278.146 (0,45) Konstanta 2.471.439 (1,377) R2 33,00 F-hitung 3,655*** Keterangan : * = beda nyata pada tingkat kesalahan 10 % ** = beda nyata pada tingkat kesalahan 5 % *** = beda nyata pada tingkat kesalahan 1 % Angka dalam kurung menunjukkan nilai t hitung
15
C. SISTIM PEMASARAN Saluran Pemasaran Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) saluran utama pemasaran kakao di kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja kabupaten Donggala yaitu : 1.
Petani ----- pedagang pengumpul desa ------ pedagang pengumpul kecamatan ----pedagang besar kabupaten----- eksportir
2.
Petani ----- pedagang pengumpul desa ------ pedagang besar kabupaten-----eksportir
3.
Petani ----- pedagang pengumpul kecamatan ----- pedagang besar kabupaten ----eksportir
4.
Petani ----- pedagang pengumpul kecamatan---- eksportir
5.
Petani ----- pedagang besar kabupaten ---- eksportir
6.
Petani ----- kelompok tani----------eksportir Saluran pemasaran pertama, petani di kecamatan Banawa, Palolo dan Sirenja
menjual biji kakao ke pedagang pengumpul desa, transaksi dilakukan di rumah petani atau petani yang mendatangi tempat pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul desa menjual ke pedagang pengumpul tingkat kecamatan, dan selanjutnya disalurkan ke pedagang besar di ibukota kabupaten Donggala atau kota Palu. Saluran pemasaran kedua, petani di kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja menjual biji kakao kepada pedagang pengumpul desa, transaksi dilakukan di rumah petani atau petani yang mendatangi tempat pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul desa langsung menjual ke pedagang besar di ibukota kabupaten Donggala atau kota Palu Saluran pemasaran ketiga, petani di kecamatan Banawa dan Palolo menjual biji kakao langsung kepada pedagang pengumpul kecamatan, transaksi dilakukan di tempat pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul kecamatan langsung menjual ke pedagang besar di ibukota kabupaten Donggala. Saluran pemasaran yang ketiga tidak didapatkan di kecamatan Sirenja. Saluran pemasaran keempat, petani di kecamatan Banawa dan Palolo menjual biji kakao langsung kepada pedagang pengumpul kecamatan, transaksi dilakukan di tempat pedagang pengumpul, kemudian pedagang pengumpul kecamatan langsung menjual ke
16
eksportir di kota Palu.. Saluran pemasaran yang ketiga tidak didapatkan di kecamatan Sirenja. Saluran pemasaran kelima, petani di kecamatan Banawa, Palolo dan Sirenja menjual biji kakao langsung kepada pedagang besar di ibukota kabupaten atau kota Palu, transaksi dilakukan di tempat pedagang besar, kemudian pedagang besar langsung menjual ke eksportir di kota Palu. Hal ini dilakukan petani jika panen raya dimana produksi biji kakao banyak. Saluran pemasaran keenam, petani di kecamatan Palolo menjual biji kakao langsung kepada kelompok tani, transaksi dilakukan di sekertariat kelompok tani, kemudian kelompok langsung menjual ke eksportir di kota Palu. Saluran pemasaran ini belum didapatkan di kecamatan Banawa dan Sirenja. Petani
Pedagang Pengumpul Desa/ Kelompok Tani
Pedagang Pengumpul Kecamatan
Pedagang Besar di Kabupaten/Kota
Eksportir
Gambar 1. Saluran Pemasaran Kakao di Kabupaten Donggala
17
Sistim Pemasaran Tiap Pelaku Pemasaran Petani responden di kecamatan Palolo dan Sirenja umumnya menjual biji kakao dalam bentuk biji kakao kering, sedangkan petani responden di kecamatan Banawa sebagian besar menjual kakao dalam bentuk biji kakao kering, namun demikian ada juga petani yang menjual kakaonya dalam bentuk masih gelondongan. Permintaan dalam bentuk kakao gelondongan oleh pedagang pengumpul desa, memungkinkan terjadinya pencurian kakao. Hasil penelitian Wiagustini et al (1994) tentang efisiensi pemasaran kakao di daerah Bali mengemukakan bahwa penjualan kakao dalam bentuk gelondongan menyebabkan tingkat pencurian tinggi. Pedagang pengumpul desa di kecamatan Banawa dan Sirenja membeli biji kakao dengan cara membeli di rumah petani dan petani yang membawa sendiri. Sedangkan pedagang pengumpul desa di kecamatan Palolo selain membeli di rumah petani dan petani membawa sendiri, juga melakukan pembelian di kebun. Pengukuran standarisasi biji kakao tidak dilakukan secara tepat karena pedagang pengumpul desa tidak memiliki tester. Tabel 9. Sistim Pemasaran Biji Kakao Pada Pedagang Pengumpul Desa di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 Uraian Bentuk Pembelian Cara Pembelian
Pengukuran standarisasi biji kakao Saluran pemasaran
Banawa - Biji Kakao - Gelondongan - Membeli di rumah petani - Petani bawa sendiri tidak menggunakan tester - Pedagang pengumpul kecamatan - Pedagang besar
Palolo - Biji Kakao
Sirenja - Biji Kakao
- Membeli di kebun - Membeli di rumah petani - Petani bawa sendiri tidak menggunakan tester
- Membeli di rumah petani - Petani bawa sendiri
- Pedagang pengumpul kecamatan - Pedagang besar - Eksportir
- Pedagang pengumpul kecamatan - Pedagang besar
tidak menggunakan tester
Pedagang pengumpul kecamatan di kecamatan Palolo dan Sirenja membeli biji kakao dengan cara membeli di rumah petani dan petani yang membawa sendiri. Sedangkan pedagang pengumpul desa di kecamatan Banawa membeli dengan cara petani membawa sendiri. Pengukuran standarisasi biji kakao telah dilakukan secara tepat karena pedagang pengumpul kecamatan sudah memiliki tester, kecuali di kecamatan Banawa ada pedagang pengumpul kecamatan yang belum memiliki tester.
18
Tabel 10. Sistim Pemasaran Biji Kakao Pada Pedagang Pengumpul Kecamatan di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 Uraian Bentuk Pembelian Cara Pembelian Pengukuran standarisasi biji kakao Saluran pemasaran
Banawa - Biji Kakao - Petani bawa sendiri Sebagian sudah menggunakan tester - Pedagang besar - Eksportir
Palolo - Biji Kakao - Membeli di rumah petani - Petani bawa sendiri Menggunakan tester
Sirenja - Biji Kakao - Membeli di rumah petani - Petani bawa sendiri Menggunakan tester
- Pedagang besar - Eksportir
- Pedagang besar - Eksportir
Volume pembelian biji kakao oleh pedagang pengumpul desa yang paling banyak di kecamatan Palolo, yaitu 100 kg/hari. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani menjual pada pedagang pengumpul desa. Sedangkan yang paling sedikit di kecamatan Banawa, karena sebagian besar petani langsung menjual pada pedagang besar di ibukota kabupaten Donggala. Volume pembelian biji kakao oleh pedagang pengumpul kecamatan yang paling banyak di kecamatan Sirenja yaitu 350 kg/hari, menyusul di kecamatan Palolo sebesar 200 kg/hari dan kecamatan Banawa sebesar 150 kg/hari. Kelompok tani di desa Bahagia kecamatan Palolo volume pembelian kakao 145 kg/hari, selain dari anggota kelompok tani juga melayani pembelian di luar anggota kelompok tani. Pedagang besar di ibukota kabupaten Donggala memiliki omzet pembelian ratarata 6.430 kg/hari, atau sekitar 2.006,16 ton/tahun. Sementara itu target ekspor tahun 2006 sebesar 80.000 ton baru terealisasi sekitar 75% (Dinas Perindagkop Sulteng, 2007). Hal ini mengindikasikan bahwa pasar biji kakao masih terjamin dan tidak ada masalah dalam hal permintaan. Tabel 11. Volume Pembelian Biji Kakao (Kg/Hari) Pada Tiap Pelaku Pemasaran di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 No 1 2 3 4
Pelaku Pemasaran Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kecamatan Kelompok Tani Pedagang Besar
Kecamatan Banawa 25 150 0 0
19
Palolo 100 200 145 0
Kabupaten Donggala Sirenja 40 350 0 0
6.430
Perilaku Pasar Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga pemasaran dalam menyesuaikan dengan pasar dimana ia melakukan pembelian dan penjualan. Perilaku pasar meliputi kebijakan dalam penetapan harga, penentuan kualitas dan lembaga pemasaran. Jumlah petani kakao jauh lebih besar daripada pedagang pengumpul dan pedagang besar, karena itu pasar yang dihadapi adalah oligopsoni. Penentuan harga walaupun didasarkan pada Standart Nasional Indonesia (SNI) dan harga yang berlaku, namun karena keterbatasan alat (tester) di tingkat pedagang pengumpul desa/kecamatan dan pengetahuan yang terbatas tentang standart mutu menyebabkan tingkat harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang. Penentuan harga atas dasar lainnya adalah pertimbangan pola hubungan pemasaran yang telah ada, seperti langganan dan adanya ikatan pinjam uang atau pinjam sarana produksi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Zainuddin (1997) tentang Efisiensi Pemasaran Kentang di Kecamatan Uleere Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan yang mengemukakan bahwa petani yang sudah menjadi langganan mendapatkan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani yang tidak menjadi langganan. Hasil survei menunjukkan bahwa petani responden (41,11%) di kabupaten Donggala yang memiliki ikatan pinjaman dengan pedagang, sekitar 32,05% mengemukakan tidak ada perbedaan harga yang diberikan dengan petani yang tidak memiliki ikatan pinjaman dengan pedagang. Pinjaman tetap diberikan dengan ketentuan petani harus tetap menjual biji kakaonya ke pedagang tersebut. Namun sekitar 9,06% petani responden mengemukakan bahwa ada perbedaan harga yang diberikan dengan petani yang tidak memiliki pinjaman dengan pedagang. Penentuan standar mutu biji kakao oleh pedagang pengumpul kecamatan dan pedagang besar, petani merasakan sering dipermainkan. Walaupun petani mengetahui harga yang berlaku saat itu namun karena ketidaktahuan penggunaan alat tester secara benar sehingga masih mendapatkan pemotongan harga dari segi kadar air, kotoran dan persentase kempes/pecah. Kondisi tersebut yang menyebabkan bargaining position atau posisi tawar petani menjadi sangat lemah.
20
C. MARGIN PEMASARAN Analisis Margin Pemasaran digunakan untuk mengetahui distribusi margin pemasaran yang terdiri atas biaya dari setiap aktivitas pemasaran, dan keuntungan dari setiap lembaga pemasaran yang berperan aktif dalam pemasaran, serta untuk mengetahui bagian harga yang diterima petani. Distribusi margin pemasaran kakao pada masingmasing saluran pemasaran dapat dilihat pada tabel 12, 13, 14, 15, 16, dan 17 Tabel 12. Distribusi Margin Pemasaran Kakao Untuk Saluran Petani, Pedagang Pengumpul Desa, Pedagang Pengumpul Kecamatan, Pedagang Besar di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 Kecamatan Banawa Uraian Harga Jual Petani Biji Kakao Pengumpul Desa Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Pengumpul Kec Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Pedagang Besar Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Total Margin Share (%)
Rp/kg 14.000
Kecamatan Palolo
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Kecamatan Sirenja
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Distribusi Margin (%)
-
13.600
-
13.800
-
0 0 20 0 0 20 14.250 230
0,00 0,00 0,91 0,00 0,00 0,91 10,45
0 0 20 0 0 20 14.000 380
0,00 0,00 0,83 0,00 0,00 0,83 15,83
0 0 25 0 0 25 14.100 275
0,00 0,00 1,39 0,00 0,00 1,39 15,28
80 60 145 0 20 305 15.000 445
3,64 2,73 6,59 0,00 0,91 13,86 20,23
70 60 150 0 20 300 14.700 400
2,92 2,50 6,25 0,00 0,83 12,50 16,67
50 60 205 0 20 335 14.750 315
2,78 3,33 11,39 0,00 1,11 18,61 17,50
90 60 110 50 30 340 16.200 860 2.200 86,42
4,09 2,73 5,00 2,27 1,36 15,45 39,09 100,00
80 60 100 50 30 320 16.000 980 2.400 85,00
3,33 2,50 4,17 2,08 1,25 13,33 40,83 100,00
50 60 100 60 20 290 15.600 560 1.800 88,46
2,78 3,33 5,56 3,33 1,11 16,11 31,11 100,00
21
Saluran pemasaran 1 pada tabel 12 terdiri dari petani, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, dan pedagang besar. Total margin pemasaran di kecamatan Banawa Rp. 2.200/kg, pedagang pengumpul hanya memperoleh keuntungan Rp. 230/kg atau 10,45% dari total margin, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul desa hanya mengeluarkan biaya transportasi tidak melakukan penjemuran dan lain-lain sehingga keuntungan kecil. Pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 445/kg atau 20,23% dari total margin. Sedangkan pedagang besar paling besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 860/kg atau 39,09% dari total margin. Total margin pemasaran di kecamatan Palolo Rp. 2.400/kg, pedagang pengumpul hanya memperoleh keuntungan Rp. 380/kg atau 15,83% dari total margin, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul desa hanya mengeluarkan biaya transportasi tidak melakukan penjemuran dan lain-lain sehingga keuntungan kecil. Pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 400/kg atau 16,67% dari total margin. Sedangkan pedagang besar paling besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 980/kg atau 40,83% dari total margin. Total margin pemasaran di kecamatan Sirenja yang paling kecil dibanding kecamatan Banawa dan Palolo yaitu Rp. 1.800/kg, pedagang pengumpul hanya memperoleh keuntungan Rp. 275/kg atau 15,28% dari total margin, hal ini dikarenakan pedagang pengumpul desa hanya mengeluarkan biaya transportasi tidak melakukan penjemuran dan lain-lain sehingga keuntungan kecil. Pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 315/kg atau 17,50% dari total margin. Sedangkan pedagang besar paling besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 560/kg atau 31,11% dari total margin. Bagian harga (share) yang diterima oleh petani dari saluran pemasaran 1 yang tertinggi di kecamatan Sirenja 88,46%, kecamatan Banawa 86,42%, sedangkan yang paling kecil di kecamatan Palolo yaitu 85,00% Saluran pemasaran 2 pada tabel 13 terdiri dari petani, pedagang pengumpul desa, dan pedagang besar. Total margin pemasaran di kecamatan Banawa Rp. 1.900/kg, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan Rp. 433/kg atau 23,29% dari total margin, Sedangkan pedagang besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 860/kg atau 45,26% dari total margin.
22
Total margin pemasaran di kecamatan Palolo Rp. 2.000/kg, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan Rp. 498/kg atau 24,88% dari total margin. Sedangkan pedagang besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 880/kg atau 44,00% dari total margin. Total margin pemasaran di kecamatan Sirenja yang paling kecil dibanding kecamatan Banawa dan Palolo yaitu Rp. 1.600/kg, pedagang pengumpul memperoleh keuntungan Rp. 423/kg atau 26,41% dari total margin. Sedangkan pedagang besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 570/kg atau 35,63% dari total margin. Bagian harga (share) yang diterima oleh petani dari saluran pemasaran 2 yang tertinggi di kecamatan Sirenja 89,74%, kecamatan Banawa 88,20%, sedangkan yang paling kecil di kecamatan Palolo yaitu 87,50% Tabel 13. Distribusi Margin Pemasaran Kakao Untuk Saluran Petani, Pedagang Pengumpul Desa, Pedagang Besar di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 Kecamatan Banawa Uraian Harga Jual Petani Biji Kakao Pengumpul Desa Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Pedagang Besar Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Total Margin Share (%)
Rp/kg 14.200
Kecamatan Palolo
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Kecamatan Sirenja
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Distribusi Margin (%)
-
14.000
-
14.000
-
68 70 110 0 20 258 14.900 433
3,55 3,16 5,79 0,00 1,05 13,55 23,29
78 60 150 0 15 303 14.800 498
3,88 3,00 7,50 0,00 0,75 15,13 24,88
50 60 205 0 13 328 14.750 423
3,13 3,75 12,81 0,00 0,78 20,47 26,41
90 60 110 50 30 340 16.100 860 1.900 88,20
4,74 3,16 5,79 2,63 1,58 17,89 45,26 100,00
80 60 100 50 30 320 16.000 880 2.000 87,50
4,00 3,00 5,00 2,50 1,50 16,00 44,00 100,00
50 60 150 0 20 280 15.600 570 1.600 89,74
3,13 3,75 9,38 0,00 1,25 17,50 35,63 100,00
Saluran pemasaran 3 pada tabel 14 terdiri dari petani, pedagang pengumpul kecamatan, dan pedagang besar. Saluran pemasaran 3 hanya didapatkan di kecamatan Banawa dan Palolo. Total margin pemasaran di kecamatan Banawa Rp. 1.900/kg,
23
pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan Rp. 520/kg atau 27,37% dari total margin. Sedangkan pedagang besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 760/kg atau 40,00% dari total margin. Total margin pemasaran di kecamatan Palolo Rp. 2.000/kg, pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan Rp. 510/kg atau 25,50% dari total margin. Sedangkan pedagang besar memperoleh keuntungan yaitu Rp. 880/kg atau 44,00% dari total margin. Bagian harga (share) yang diterima oleh petani dari saluran pemasaran 3 yang tertinggi adalah di kecamatan Banawa yaitu 88,20%, sedangkan di kecamatan Palolo sebesar 87,50%. Tabel 14. Distribusi Margin Pemasaran Kakao Untuk Saluran Petani, Pedagang Pengumpul Kecamatan, Pedagang Besar di Kecamatan Banawa dan Palolo Kabupaten Donggala, 2007 Kecamatan Banawa Uraian Harga Jual Petani Biji Kakao Pengumpul Kecamatan Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Pedagang Besar Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Total Margin Share (%)
Rp/kg
Kecamatan Palolo
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Distribusi Margin (%)
14.200
-
14.000
-
68 70 110 0 20 258 14.900 433
3,55 3,16 5,79 0,00 1,05 13,55 23,29
78 60 150 0 15 303 14.800 498
3,88 3,00 7,50 0,00 0,75 15,13 24,88
90 60 110 50 30 340 16.100 860 1.900 88,20
4,74 3,16 5,79 2,63 1,58 17,89 45,26 100,00
80 60 100 50 30 320 16.000 880 2.000 87,50
4,00 3,00 5,00 2,50 1,50 16,00 44,00 100,00
24
Saluran pemasaran 4 pada tabel 15 terdiri dari petani dan pedagang pengumpul kecamatan. Saluran pemasaran 4 hanya didapatkan di kecamatan Banawa dan Palolo. Pedagang pengumpul kecamatan langsung memasarkan hasil pada pedagang akhir atau eksportir. Total margin pemasaran di kecamatan Banawa sebesar Rp. 1.300/kg, pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan Rp. 875/kg atau 67,31% dari total margin. Total margin pemasaran di kecamatan Palolo Rp. 1.250/kg, pedagang pengumpul kecamatan memperoleh keuntungan Rp. 745/kg atau 59,60% dari total margin. Pedagang pengumpul kecamatan di Palolo mengeluarkan biaya transportasi yang tinggi, hal ini dikarenakan pedagang selain mengeluarkan biaya transportasi ke eksportir juga mengeluarkan biaya lokal untuk keliling ke rumah petani membeli biji kakao. Bagian harga (share) yang diterima oleh petani dari saluran pemasaran 4 yang tertinggi adalah di kecamatan Palolo yaitu 92,06%, sedangkan di kecamatan Banawa sebesar 91,88%. Tabel 15. Distribusi Margin Pemasaran Kakao Untuk Saluran Petani, Pedagang Pengumpul Kecamatan di Kecamatan Banawa dan Palolo Kabupaten Donggala, 2007 Kecamatan Banawa Uraian Harga Jual Petani Biji Kakao Pengumpul Kecamatan Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Total Margin Share (%)
Rp/kg
Kecamatan Palolo
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Distribusi Margin (%)
14.700
-
14.500
-
130 60 120 75 40 425 16.000 875 1.300 91,88
10,00 4,62 9,23 5,77 3,08 32,69 67,31 100,00
120 60 200 75 30 485 15.750 745 1.250 92,06
9,60 4,80 16,00 6,00 2,40 38,80 59,60 100,00
25
Saluran pemasaran 5 pada tabel 16 terdiri dari petani dan pedagang besar. Petani langsung memasarkan hasil pada pedagang besar, biasanya petani yang memiliki produksi biji kakao banyak yang menggunakan saluran pemasaran ini. Total margin pemasaran di kecamatan Banawa sebesar Rp. 1.300/kg, pedagang besar memperoleh keuntungan Rp. 960/kg atau 73,85% dari total margin. Total margin pemasaran di kecamatan Palolo Rp. 1.250/kg, pedagang besar memperoleh keuntungan Rp. 930/kg atau 74,40% dari total margin. Sedangkan Total margin pemasaran di kecamatan Sirenja Rp. 1.100/kg, pedagang besar memperoleh keuntungan Rp. 770/kg atau 70,00% dari total margin. Bagian harga (share) yang diterima oleh petani dari saluran pemasaran 5 yang tertinggi adalah di kecamatan Sirenja yaitu 92,95%, kecamatan Palolo sebesar 92,06, sedangkan di kecamatan Banawa sebesar 91,88%. Tabel 16. Distribusi Margin Pemasaran Kakao Untuk Saluran Petani, Pedagang Besar di Kecamatan Banawa, Palolo, dan Sirenja Kabupaten Donggala, 2007 Kecamatan Banawa Uraian Harga Jual Petani Biji Kakao Pedagang Besar Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Total Margin Share (%)
Rp/kg
Kecamatan Palolo
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Kecamatan Sirenja
Distribusi Margin (%)
Rp/kg
Distribusi Margin (%)
14.700
-
14.500
-
14.500
-
90 60 110 50 30 340 16.000 960 1.300 91,88
6,92 4,62 8,46 3,85 2,31 26,15 73,85 100,00
80 60 100 50 30 320 15.750 930 1.250 92,06
6,40 4,80 8,00 4,00 2,40 25,60 74,40 100,00
50 60 150 50 20 330 15.600 770 1.100 92,95
4,55 5,45 13,64 4,55 1,82 30,00 70,00 100,00
Saluran pemasaran 6 pada tabel 17 terdiri dari petani dan kelompok tani. Petani langsung memasarkan hasil pada pedagang akhir atau eksportir. Kelompok tani ini baru ada di desa Bahagia kecamatan Palolo. Kelompok tani menjalin kerjasama dengan eksportir. Total margin pemasaran hanya sebesar Rp. 750/kg, sehingga bagian harga share yang diterima petani paling tinggi yaitu 95,31%.
26
Tabel 17. Distribusi Margin Pemasaran Kakao Untuk Saluran Petani, Kelompok Tani di Kecamatan Palolo Kabupaten Donggala, 2007 Rp/Kg Harga Jual Petani Biji Kakao Kelompok Tani Biaya Pemasaran Penjemuran Karung Pengangkutan Sortir Pajak/Retribusi Total Biaya Harga jual Keuntungan Total Margin Share (%)
Kecamatan Palolo Distribusi Margin (%) 15.250
-
50 60 150 60 30 350 16.000 400 750 95,31
6,67 8,00 20,00 8,00 4,00 46,67 53,33 100,00
D. INTEGRASI DAN STRUKTUR PASAR Analisis integrasi pasar digunakan untuk melihat keterpaduan harga antara harga kakao ditingkat petani (Pf) dan ditingkat pedagang akhir/eksportir (Pr), dan selanjutnya dapat diketahui struktur pasar yang terjadi baik pada pasar ditingkat petani maupun pasar ditingkat pedagang akhir/eksportir. Sedangkan dalam mengkaji integrasi pasar digunakan model korelasi. Integrasi pasar dapat digunakan sebagai salah satu indikator adanya efisiensi pemasaran dan dapat menjelaskan posisi rebut tawar (bargaining position) antara petani dengan lembaga pemasaran. Hasil analisis integrasi pasar dengan model korelasi, diperoleh nilai koefisien korelasi antara harga ditingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pedagang akhir/eksportir (Pr) sebesar 0,57, sehingga sesuai kriteria yang ditetapkan maka koefisien korelasi tidak sama dengan satu maka tidak terjadi integrasi (keterpaduan) harga secara sempurna antara pasar ditingkat petani dengan pasar ditingkat pedagang akhir/eksportir sehingga dapat dikatakan pemasaran kakao belum efisien, pemasaran efisien jika nilai korelasi = 1. Nilai korelasi 0,57 memberikan arti bahwa kenaikan harga satu unit ditingkat pedagang akhir/eksportir akan diikuti dengan kenaikan harga lebih kecil dari satu unit (0,57) ditingkat petani/produsen.
27
Walaupun pemasaran kakao dapat dikatakan belum efisien, namun nilai koefisien korelasi sebesar 0,57 menunjukkan bahwa korelasi harga ditingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pedagang akhir/eksportir (Pr) sudah cukup kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa integrasi pasarnya mendekati sempurna, atau memberikan arti bahwa bargaining position antara petani dengan lembaga pemasaran cukup kuat. Hal ini sesuai dengan kriteria Sugiarto (1992) mengenai tingkat hubungan analisis korelasi, dimana koefisien korelasi antara 0 - 0,5 adalah lemah yang berarti bargaining position antara petani dan lembaga pemasaran lemah, dengan integrasi pasarnya tidak sempurna, sedangkan koefisien korelasi 0,5 – 1 adalah cukup kuat sampai kuat yang berarti bargaining position petani dan lembaga pemasaran cukup kuat dengan integrasi pasarnya mendekati sempurna sampai sempurna.
KESIMPULAN •
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada pendapatan usahatani kakao yaitu kuantitas tenaga kerja, bahan pengendalian organisme pengganggu tanaman, dan biaya pemasaran.
•
Terdapat enam saluran pemasaran biji kakao dengan total margin antara Rp. 750 – Rp. 2.400/kg. Margin pemasaran terbesar diperoleh pedagang besar yaitu antara Rp. 560 – 980/kg.
•
Bagian harga (share) yang tertinggi diterima petani pada saluran pemasaran petani---- kelompok tani---pedagang akhir/eksportir yaitu sebesar 95,31% dengan total margin yang terkecill yaitu Rp. 750/kg.
•
Pemasaran biji kakao dapat dikatakan belum efisien, namun nilai koefisien korelasi sebesar 0,57 menunjukkan bahwa korelasi harga ditingkat petani (Pf) dengan harga ditingkat pedagang akhir/eksportir (Pr) cukup kuat, sehingga dapat dikatakan bahwa integrasi pasarnya mendekati sempurna, atau memberikan arti bahwa bargaining position antara petani dengan lembaga pemasaran sudah cukup kuat.
28
DAFTAR PUSTAKA BPS Sulawesi Tengah, 2003. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2003. Palu BPS Sulawesi Tengah, 2004. Sulawesi Tengah Dalam Angka 2004. Palu Gudjarati, D. 1993. Ekonometrika Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta. Mosher, A.T. 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV Yasaguna. Jakarta Munier, F.F, A. Ardjanhar, Y. Langsa, Saidah, dan Syafruddin. 2006. Laporan Hasil Pengkajian Pengembagan Sistem Usahatani Integrasi Kakao dan Kambing di Kabupaten Donggala. BPTP Sulawesi Tengah Sugiarto. 1992. Tahap Awal dan Aplikasi Analisis Regresi. Andi Offset Yogyakarta Wiagustini, N.P., I.A.P. Dekiawati, I.G.A. Manuati Dewi, N.G.P. Wirawati, dan N.M. Rastini. Efisiensi Pemasaran Kakao di daerah Bali. Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Bali Zainuddin, M. 1997. Efisiensi Pemasaran Kentang di Kecamatan Uluere Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan. Thesis S-2 Program Studi Ekonomi Pertanian Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
29