BAB II TIDAK ADA KANDUNGAN INFORMASI Tidak Lama Tidak Terjawab Pengumuman ada Ada dan Tidak Tidak abnormal abnormal Pengumuman berkepanja-ngan ada Ada Efisien Cepat Efisien abnormal Peristiwa abnormal return return Peristiwa return return KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pasar Modal Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas (Tandelilin, 2010:26). Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak kepemilikan perusahaan dan surat pernyataan utang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya (Rahayu, 2010). Pasar modal (capital market) dirancang untuk investasi jangka panjang. Pengguna pasar modal ini adalah individu-individu, pemerintah maupun organisasi laba dan non laba. Nilai nominal investasi pasar modal bisa sama dengan pada pasar uang atau bisa lebih rendah atau lebih tinggi (Wiagustini, 2010:22). Menurut Rahayu (2010) dalam pasar modal ada beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan antara lain : 1)
Saham
Menurut Tandelilin (2010:32) saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas asset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Saham memiliki wujud berupa selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat tersebut. Jumlah kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang diinvestasikan di perusahaan tersebut. Saham dapat dibedakan menjadi dua, yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya berada diposisi bawah ketika terdapat pembagian dividen dan mendapat hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan mengalami likuidasi. Sedangkan saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi) tetapi bisa juga tidak mendapatkan hasil yang dikehendaki investor serta memiliki hak yang lebih dahulu memperoleh dividen. 2) Obligasi
Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo. Jangka waktu obligasi yang ditetapkan berdasarkan perjanjian, obligasi yang dapat diterbitkan oleh pemerintah, BUMN, BUMD maupun pihak swasta. 3) Derivatif dari efek a. Right
Right menunjukkan bukti hak memesan terlebih dahulu yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh emiten, sebelum saham-saham tersebut ditawaran kepada pihak lain. b. Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh emiten yang memberi hak kepada pemegang saham untuk memesan saham dari emiten yang bersangkutan pada harga tertentu, umumnya untuk 6 bulan hingga 5 tahun. c. Dividen saham
Keuntungan perusahaan dapat dibagi dalam bentuk tunai maupun dividen saham. Alasan emiten membagikan dividen saham karena emiten ingin menahan labanya untuk digunakan sebagai modal kerja. d. Sertifikat Reksa Dana
Reksa dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat. Sedangkan yang dimaksud sertifikat reksa dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemodal menitipkan uang kepada manajer investasi sebagai pengelola dana untuk diinvestasikan baik di pasar modal atau pasar uang. Ada dua jenis reksa dana yaitu reksa dana open end (terbuka), sertifikat ini bisa dijual kembali pada manajer investasi, dan reksa dana close end (tertutup), sertifikat ini tidak bisa dijual kembali pada manajer investasi tetapi dijual ke pasar sekunder.
2.1.2 Efisiensi Pasar Definisi efisiensi pasar ini akan melihat pasar dalam proses dinamik, yang menurut Beaver (1989) mendasarkan pada distribusi informasi yang dimiliki oleh investor. Dimana pasar efisien jika harga-harga saham terjadi jika setiap orang mempunyai informasi yang sama. Definisi efisiensi pasar yang statis tidak mempertimbangkan distribusi informasi yang tidak simestris dan kecepatan proses distribusinya (Yoseph, 2004). Secara formal pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan semua informasi yang relevan. Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dengan demikian akan sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) bagi para pemodal untuk memperoleh tingkat keuntungan di atas normal secara konsisten dengan melakukan transaksi perdagangan di bursa efek. Efisiensi dalam artian ini sering juga disebut sebagai efisiensi informasional (Husnan, 2005:260) Menurut Fama tahun 1970 (dalam Jogiyanto 2013:500 ) terdapat 3 (tiga) bentuk-bentuk efisiensi pasar secara informasi, yaitu: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Informasi masa lalu ini merupakan informasi yang sudah terjadi. Bentuk efisiensi pasar secara lemah ini berkaitan dengan teori langkah (random walk theory) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak berhubungan dengan nilai sekarang.
Jika pasar efisien secara bentuk lemah, maka nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang. Ini berarti bahwa untuk pasar efisiensi bentuk lemah, investor tidak dapat menggunakan informasi masa lalu untuk mendapatkan abnormal return. 2) Efisiensi Pasar Bentuk Setengah Kuat (semistrong form)
Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan emiten. Informasi yang dipublikasikan dapat berupa sebagai berikut : a. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi harga sekuritas yang
perusahaan yang hanya mempublikasikan informasi tersebut. Informasi yang dipublikasikan ini merupakan informasi dalam bentuk pengumuman oleh perusahaan emiten. Informasi ini umumnya berhubungan dengan peristiwa yang terjadi diperusahaan emiten (corporate event). b. Informasi yang dipublikasikan hanya mempengaruhi harga-harga sekuritas
sejumlah perusahaan. Informasi yang dipublikasikan ini dapat berupa peraturan pemerintah atau peraturan dari regulator yang hanya berdampak pada harga-harga sekuritas perusahaan-perusahaan yang terkena regulasi tersebut. c. Informasi yang dipublikasikan yang mempenagruhi harga-harga sekuritas
semua perusahaan yang terdaftar dipasar saham. Informasi ini dapat berupa
peraturan pemerintah atau peraturan regulator yang berdampak ke semua perusahaan emiten. Jika pasar efisien dalam bentuk setengah kuat, maka tidak ada investor atau grup dari investor yang dapat menggunakan dari informasi yang dipublikasikan untuk mendapatkan abnormal return. 3) Efisiensi Pasar Bentuk Kuat (strong form)
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi yang privat. Jika pasar efisien dalam bentuk ini, maka tidak ada individual investor atau grup dari investor yang dapat memperoleh abnormal return karena mempunyai informasi privat. 2.1.3 Studi Peristiwa (Event Study) Menurut Jogiyanto (2013:536) studi peristiwa (event study) merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu pengumuman dan dapat juga digunakan untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk mengandung informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas bersangkutan. Reaksi
ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return,maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar seperti tampak pada gambar berikut. Gambar 2.1 Kandungan Informasi Suatu Pengumuman Peristiwa
Reaksi pasar terhadap
Hasil
Kandungan informasi
Sumber : Jogiyanto, 2013 Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (information efficient market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika investor
bereaksi cepat (quickly) untuk menyerap abnormal return untuk menuju ke harga keseimbangan yang baru. jika investor menyerap abnormal return dengan lambat, maka pasar dikatakan tidak efisien bentuk setengah kuat secara informasi. Pengujian efisiensi pasar secara informasi bentuk setengah kuat seharusnya dilakukan setengah pengujian kandungan informasi dan urutannya dapat dilihat gambar dibawah ini. Gambar 2.2 Efisiensi Pasar Secara Informasi Peristiwa
Sumber : Jogiyanto, 2013
Kandungan informasi
Kecepatan Reaksi
Efisiensi Pasar secara Informasi
2.1.4 Corporate Action Corporate action merupakan langkah perusahaan dalam rangka memberikan informasi yang mampu menarik investor untuk melakukan transaksi di pasar modal. Tujuan perusahaan melakukan corporate action untuk meningkatkan kinerja yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Samsul (2006:186) corporate action adalah tindakan perusahaan untuk melakukan : 1)
Pembagian Dividen Dividen saham berasal dari kapitalisasi laba ditahan. Dividen saham memiliki nominal yang sama dengan saham yang ada, tetapi dikonvesri dengan harga pasar dan harga konversi minimum sama dengan harga nominalnya apabila harga pasar berada di bawah nilai nominal. Pengeluaran dividen saham akan menaikan jumlah saham dan modal disetor, tetapi total ekuitas tidak berubah. Jika peningkatan jumlah saham disertai setoran dividen saham sebesar harga pasar, maka harga pasar akan tetap, tetapi indeks pasar teoritis memerlukan penyesuaian.
2)
Right issue Setelah perusahaan berhasil menambah modal melalui penawaran umum kepada masyarakat tetapi masih juga kekurangan modal, maka perusahaan dapat mencari tambahan modal melalui emisi berikutnya, yaitu right issue. Namun saham baru tersebut harus ditawarkan terlebih dahulu kepada para pemegang saham yang sudah ada, sebelum ditawarkan kepada masyarakat
umum. Pemegang saham lama mendapat hal untuk membeli saham baru itu terlebih dahulu, yang disebut preemptive right. Bukti right diberikan secara gratis kepada para pemegang saham lama, dan hanya membayar sebesar harga pelunasan (strike price) pada saat ditukarkan dengan saham baru. Apabila pemegang saham lama tidak ingin menukarkan bukti right dengan saham baru, maka bukti right tersebut dapat dijual di Bursa Efek melalui kantor broker efek. Pelaksanaan penukaran bukti right dengan saham baru harus dilakukan sebelum 6 bulan sejak diterbitkan. 3)
Stock Split Split (pemecahan) saham dilakukan dengan beberapa alasan, tergantung pada tujuan split untuk memperbanyak jumlah saham (split-up) atau memperkecil jumlah saham (split down). Jika harga saham di pasar dianggap terlalu tinggi dibandingkan dengan harga-harga saham lainnya, maka dapat dilakukan splitup. Tindakan split-up akan meningkatkan jumlah saham beredar dan menurunkan harga saham di pasar sehingga terjangkau oleh para investor. Akan tetapi, split-up juga dapat membuat likuiditas perdagangan meningkat dan pada gilirannya dapat meningkatkan image saham perusahaan sebagai saham yang likuid diperdagangkan.
4)
Saham Bonus Saham bonus adalah saham yang berasal dari kapitalisasi agio saham. Sementara itu, agio saham berasal dari selisih antara harga jual saham dan harga nominal saham. Saham bonus diberikan kepada pemegang saham lama secara
gratis. Di sini saham bonus 1 : 2 berarti setiap satu saham lama mendapat 2 unit saham tambahan dengan nominal yang sama. Pengeluaran saham bonus akan membuat modal disetor bertambah dan agio saham berkurang, tetapi tidak mengubah total ekuitas. 5)
Waran (Warrant) Waran (Warrant) sangat mirip dengan right issue, yaitu pemegang saham lama berhak untuk membeli saham baru pada harga tertentu dan pada waktu tertentu. Hak tersebut diberikan kepada pemegang saham lama secara cuma-cuma, hanya saja pada waktu akan ditukarkan dengan saham baru harus membayar sejumlah harga yang sudah ditetapkan ketika waran diterbitkan.
2.1.5 Right issue Menurut Ang (1997) (dalam Rahyu tahun 2010), right issue atau HMETD (Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) adalah hak yang diberikan kepada semua pemegang saham untuk membeli saham dengan harga yang telah ditentukan, biasanya harganya di bawah harga pasar. Right issue memberikan hak bagi pemegang saham lama untuk membeli terlebih dahulu (preemptive right) saham baru pada harga tertentu dalam waktu kurang dari 6 bulan (Samsul, 2006:84). Harga tertentu yang dimaksudkan adalah harga yang ditetapkan di muka, yang besarnya di bawah harga pasar saat diterbitkan. Apabila harga tembusan atau harga pelaksanaan (exercise price atau strike price) di atas harga pasar, maka tidak akan ada yang menukarkan right dengan saham karena investor lebih murah beli di pasar. Pemegang saham lama berhak membeli saham baru dalam jumlah yang sebanding dengan saham yang dimilikinya.
Pada saat right issue, perusahaan akan mengirimkan satu hak untuk setiap lembar saham yang dipegang oleh investor. Apabila seorang pemegang saham lama tidak ingin menukar right dengan saham, maka bukti right dapat dijual di bursa efek melalui broker efek. Terdapat tiga hipotesis yang muncul dari perilaku return dan harga saham di sekitar tanggal pengumuman right issue (Rahayu 2010): 1)
Hipotesis Price Presure Dalam hipotesis ini diasumsikan bahwa dengan adanya sinyal informasi right issue, harga saham akan turun secara permanen untuk jangka waktu tertentu setelah pengumuman. Hal tersebut dikarenakan investor menyerap informasi yang buruk dari sinyal tersebut. Setelah jangka waktu tertentu, harga saham akan cenderung naik ke posisi semula.
2)
Hipotesis kandungan informasi Dalam hipotesis ini diasumsikan bahwa informasi right issue mempunyai kandungan informasi yang dapat mempengaruhi preferensi investor dalam pengambilan keputusan informasi, maka semestinya terjadi perbedaan dalam harga saham sebelum dan setelah pengumuman. Jika kandungan informasi right issue direspon negatif maka akan menyebabkan perbedaan harga atau return saham sebelum dan setelah pengumuman.
3)
Hipotesis Short Telling Hipotesis ini mengasumsikan bahwa harga saham akan turun dengan segera sebelum hari pengumuman karena para spekulator berusaha untuk menaikkan
penjualan saham secara besar-besaran karena mereka percaya bahwa harga saham setelah pengumuman akan turun sehingga reaksi mereka akan menekan harga saham untuk turun sebelum pengumuman. Tujuan perusahaan melakukan right issue adalah untuk menambah modal kerja perusahaan. Modal kerja tersebut dapat digunakan untuk investasi maupun pembayaran utang perusahaan. Untuk memperoleh tambahan dana sebenarnya perusahaan dapat saja menerbitkan saham baru untuk ditawarkan kepada publik. Namun apabila cara ini ditempuh umumnya perusahaan harus menggunakan jasa penjamin (yang akan menjamin bahwa penerbitan tersebut akan terjual semua) atau menawarkan saham baru dengan harga yang lebih rendah dari harga saham saat ini ke publik. Karena apabila harga saham baru ditawarkan dengan harga yang sama dengan harga saham lama, maka para investor akan berpikir untuk tidak membeli saham baru di pasar perdana karena mereka dapat membeli saham yang sama dengan harga yang sama di pasar sekunder. Karena itulah umumnya harga saham baru akan lebih murah dari harga saham lama (Rahayu, 2010). Kedua pilihan tersebut akan mengakibatkan perusahaan menanggung biaya, pilihan yang pertama mengakibatkan perusahaan harus membayar fee kepada pihak penjamin (underwriter) dan yang kedua berarti distribusi kemakmuran kepada pemegang saham yang baru. Sehingga dengan dilakukannya right issue perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar dan tidak terjadi distribusi kemakmuran kepada pemegang saham yang baru serta perubahan persentase hak suara dalam perusahaan tidak terjadi (Rahayu, 2010).
Dengan adanya right issue, maka jumlah saham yang beredar akan bertambah. Konsekuensi penambahan saham akibat kebijakan penerbitan right issue ini mempengaruhi kepemilikan pemegang saham lama apabila tidak melakukan konversi right-nya. Pemegang saham lama ini akan mengalami apa yang dikenal dengan istilah dilusi (dilution) yaitu penurunan persentase kepemilikan saham. Menurut Rivai (dalam Rahayu, 2010) menyatakan bahwa dengan bertambahnya jumlah saham yang beredar akan mengakibatkan jumlah dividen per lembar saham yang akan diterima pemegang saham menjadi lebih kecil atau lebih sedikit, hal itu akan terjadi apabila perolehan laba perusahaan dan persentase pembayaran dividen (deviden pay out ratio) nilainya tetap. Penurunan dividen per lembar saham dapat menimbulkan dampak psikologis yang negatif, karena dividen per lembar saham yang kecil akan mengurangi minat investor untuk membeli saham tersebut, sehingga mengakibatkan harga saham menjadi turun. Ketika dana yang diperoleh dari right issue akan digunakan untuk hal yang menguntungkan seperti investasi maka pengaruh right issue menjadi positif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap sinyal positif bahwa perusahaan menemukan proyek baru dengan NPV positif, sehingga muncul pengaruh positif pada harga saham. Sedangkan jika dana tersebut digunakan untuk hal yang tidak menguntungkan seperti pembayaran utang maka pengaruh right issue menjadi negatif terhadap harga saham. Hal tersebut dikarenakan para investor menangkap sinyal bahwa pihak manajer memiliki ramalan yang buruk tentang risiko perusahaan di masa yang akan datang.
Adanya reaksi dari para investor tersebut menyebabkan timbulnya volatilitas harga saham yang kemudian memperbesar variance return. Dimana nilai variance return menunjukkan besarnya risiko total suatu perusahaan. Faktor yang harus diperhatikan dalam suatu penerbitan right issue antara lain waktu, harga dan rasio. Bagi investor informasi waktu penerbitan sangat penting untuk mengambil keputusan apakah dia akan melaksanakan haknya membeli right atau tidak membelinya. Beberapa hal yang berkaitan dengan right issue yaitu : 1.
Cum date adalah tanggal terakhir seorang investor dapat meregistrasikan sahamnya untuk mendapatkan hak corporate action. Membeli saham pada saat periode cum right maka akan diperoleh saham yang masih memiliki hak atas bukti right yang akan segera didistribusikan.
2.
Ex date adalah tanggal dimana investor tidak mempunyai hak lagi akan suatu corporate action. Saham yang diperoleh tidak lagi memiliki hak atas right.
3.
DPS date adalah tanggal dimana daftar pemegang saham yang berhak atas suatu corporate action diumumkan.
4.
Tanggal pelaksanaan dan akhir right adalah tanggal periode right tersebut dicatatkan di bursa dan kapan berakhirnya.
5.
Allotment date adalah tanggal menentukan bagian investor yang mendapatkan right dan jumlah tambahan saham baru akibat right issue.
6.
Listing date adalah tanggal dimana penambahan saham akibat right tersebut didaftarkan di Bursa Efek.
Sedangkan harga pelaksanaan merupakan harga pelaksanaan yang harus dibayar investor untuk mengkonversikan haknya ke dalam bentuk saham. Pada umumnya harga pelaksanaan right di bawah harga saham yang berlaku (Arif Budiarto dan Zaki Baridwan (1999). 2.1.6 Pengujian Return Tak Normal (Abnormal Return) Return Tak Normal (Abnormal return) merupakan selisih return aktual (actual return) dengan return yang diharapkan (expected return) yang dapat terjadi sebelum informasi resmi diterbitkan atau telah terjadi kebocoran informasi (leakage of information) sesudah informasi resmi diterbitkan (Samsul, 2006:275). Return tak normal digunakan dalam penelitian studi peristiwa untuk menganalisis apakah suatu peristiwa mempunyai kandungan informasi atau tidak dan juga untuk menguji efisiensi pasar (Dewi, 2014). Jogiyanto (2013:610) menyatakan bahwa expected return dapat dihitung dengan tiga model yaitu Mean Adjusted Model, Market Model, dan Market Adjusted Model. Ketiga model memiliki cara perhitungan dan karakteristik yang berbeda-beda. 1.
Model Disesuaikan Rata-rata (Mean Adjusted Model) Ri
Model ini mengasumsikan bahwa expected return memiliki nilai konstan
yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi. Expected return pada periode tertentu didapatkan dengan lamanya periode estimasi. Formula dalam perhitungannya adalah sebagai berikut:
ARi,t = Ri,t –
………………………………………….………………(1)
Keterangan: ARi,t
= return tak normal sekuritas i pada hari t.
Ri,t
= return aktual sekuritas i pada hari t. = rata-rata return sekuritas i selama sekian hari sebelum hari t.
Ri
2.
Model Pasar (Market Model) Perhitungan expected return dengan model ini melalui dua tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode return estimasi. Mengestimasi return ekspektasi pada periode jendela dengan menggunakan model ekspektasi ini. Model ekspektasi dibentuk dengan teknik regresi OLS (Ordinary Least Square). Dalam melakukan perhitungan market model dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : Ri = α1 + βiRm + ei ............................................................................ (2) Keterangan: α1
= intersep dalam regresi untuk sekuritas i.
βI
= koefisien regresi yang menyatakan slope garis regresi.
Rm
=
Ini mengukur perubahan yang diharapkan dalam return
sekuritas sehubungan dengan perubahan dalam return pasar. ei
= kekeliruan regresi.
3.
Model Disesuaikan Pasar (Market Adjusted Model) Model ini beranggapan bahwa penduga yang paling baik dalam mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat ini. Model ini tidak menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekutitas yang di estimasi adalah sama dengan return indeks harga pasar. Formula dalam menghitungnya adalah sebagai berikut : ARi,t = Ri,t - RM,t …………………………………………………………. (3) Keterangan: ARi,t
= return tak normal sekuritas i pada hari t.
Ri,t
= return aktual sekuritas i pada hari t.
Rm,t
= return pasar pada waktu ke t.
Return tak normal harian dapat dihng dengan melakukan pengurangan return realisasi dari return harapan pada hari t. 2.1.7 Teori Sinyal (Signalling Theory) Signalling theory menyatakan bahwa ada peristiwa yang dapat memberikan sinyal terhadap reaksi informasi yang ada di pasar. Signalling theory memberikan sinyal terhadap pasar dengan tujuan menarik perhatian investor. Saat pengumuman telah dipublikasikan maka pelaku pasar menganalisis dan memilih informasi yang
baik (good news) atau informasi yang buruk (bad news). Saat perusahaan memberikan reaksi yang positif maka sinyal dapat dipercaya oleh pasar (Sri, 2009). Reaksi negatif terhadap pengumuman right issue dapat dijelaskan dengan teori sinyal (signaling theory). Asumsi utama dalam teori sinyal adalah bahwa manajemen mempunyai informasi yang akurat tentang nilai perusahaan yang tidak diketahui oleh investor luar, dan manajemen adalah orang yang selalu berusaha memaksimalkan insentif yang diharapkannya, artinya manajemen umumnya mempunyai informasi yang lebih lengkap dan akurat dibanding pihak luar perusahaan (investor) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan (Gardiny, 2005). Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang diperolehnya tentang semua hal yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan ke pasar modal, sehingga jika manajemen menyampaikan suatu informasi ke pasar, maka umumnya pasar akan merespon informasi tersebut sebagai suatu sinyal terhadap adanya event tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan yang tercermin dari perubahan harga dan volume perdagangan saham yang terjadi. Sebagai implikasinya, pengumuman perusahaan untuk menambah jumlah lembar saham baru yang beredar (right issue) akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal yang menyampaikan adanya informasi baru yang dikeluarkan oleh pihak manajemen yang selanjutnya akan mempengaruhi nilai saham perusahaan dan aktivitas perdagangan saham (Gardiny,2005).
2.2 Hipotesis Penelitian Penelitian tentang pengujian reaksi pasar dapat diukur melalui adanya abnormal return di sekitar tanggal pengumuman penerbitan saham. Abnormal return berasal dari selisih actual return dengan expected return. Expected return biasanya disebut juga dengan return normal (retun yang diharapkan investor) (Trisna, 2013). Di Colombo, Ramesh dan Rajumesh (2014) melakukan penelitian dengan tujuan untuk menguji reaksi pasar saham terhadap informasi right issue dan mengetahui dampak pengumuman right issue terhadap saham. Dengan menggunakan uji t memperoleh hasil bahwa reaksi pasar yang signifikan kuat di sebelah kanan hari masalah pengumuman. Informasi dari right issue diserap oleh pasar pada hari 0, menunjukkan bahwa informasi yang diserap cepat oleh partisipasi pasar. Hal ini terbukti dari hasil empiris hari acara yang menyediakan signifikan secara statistik pada tingkat 0,05. Pemegang saham dapat memperoleh AAR positif 1,54 persen ke right issue hari pengumuman. Edirisinghe dan Nimal (2015) yang menyatakan bahwa terdapat reaksi harga saham yang signifikan terhadap utang dan ekuitas pada saat pengumuman right issue yang dilakukan di perusahaan yang terdapat di Colombo. Miglani (2011) melakukan penelitian di India dengan tujuan mengetahui reaksi pasar saham India berbentuk pasar efisien setengah kuat atau tidak. Analisis menunjukkan bahwa kinerja saham aktual untuk perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan pasar diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai saham perusahaan meningkat pada hari pengumuman right issue sekitar 1,42 persen. Penelitian ini juga mengungkapkan
abnormal return yang signifikan secara statistik pada pengumuman dan tanggal sekitarnya. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H1 : Terdapat abnormal return yang signifikan sebelum pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia. H2 : Terdapat abnormal return yang signifikan saat pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia. H3 : Terdapat abnormal return yang signifikan sesudah pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia. Hartono (2009) melakukan penelitian yang menemukan terdapat perbedaan abnormal return sebelum pengumuman dan setelah pengumuman right issue. Dari pengujian yang dilakukan terdapat bahwa abnormal return setelah pengumuman menunjukkan penurunan dibandingkan dengan rata-rata abnormal return sebelum pengumuman. Penurunan tersebut signifikan pada tingkat signifikansi 0.01 ditunjukkan dengan nilai p-value sebesar 0,003. Penelitian oleh Sri (2009) bertujuan untuk mengetahui apakah pasar modal bereaksi terhadap pengumuman right issue, dengan mengamati perilaku return saham, abnormal return, security return variability dan trading volume activity di sekitar tanggal pengumuman (sebelum, saat, sesudah pengumuman). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa adanya perubahan abnormal return yang positif karena adanya penyesuaian harga right issue. Berdasarkan penelitian yang sudah
dilakukan, maka jawaban sementara (hipotesis) dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : H4 : Terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pengumuman right issue di Bursa Efek Indonesia.