1 KAJIAN POTENSI ANDROGENIK EKSTRAK ETANOL BUAH ADAS (Foeniculum vulgare Mill.) Pada TIKUS PUTIH JANTAN Galur Sprague Dawley Maxy Ida Marwati¹, Hera Maheswari², Mulyati Effendi³ ¹’³Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan ² Department Anatomi dan Fisiologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor ABSTRAK Hormon testosteron merupakan zat androgen utama yang berfungsi merangsang perkembangan, aktifitas organ-organ reproduksi, dan sifat-sifat seks sekunder. Salah satu tanaman yang diindikasikan sebagai androgenik adalah Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.). Penelitian ini telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas androgenik pada dosis efektif ekstrak etanol buah adas (Foeniculum vulgare Mill.). Parameter yang diamati adalah bobot badan, keagresifan, gerakan massa, motilitas, konsentrasi spermatozoa, dan persentase hidup spermatozoa. Kata kunci : Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.), Androgenik, Testosteron PENDAHULUAN Buah adas merupakan tanaman yang berasal dari Eropa Selatan dan Asia. Namun saat ini penyebarannya sudah sangat merata di semua kawasan dataran tinggi di Indonesia, terutama di Jawa. Masyarakat biasanya menanam adas di pinggiran pematang ladang, bersama dengan tanaman lainnya. Sosok tanaman adas yang daunnya sangat khas itu akan mudah dikenali di tengah-tengah tanaman sayuran lainnya. Adas mengandung senyawa kimia, seperti kamfena, limonena, 1,8 sineol, arginin, β-sitosterol, dianethole, rutin, dan stigmasterol (Winarto dkk, 1994). Efek farmakologis yang dimiliki oleh adas diantaranya menambah daya tahan tubuh, obat flu, anti-kholinesterase, mengatasi ejakulasi dini, merangsang ereksi, anastesi, merangsang keringat, penguat hepar serta perangsang saraf pusat. Adas juga berperan dalam menghambat pengeluaran enzim aldosereduktase, fosfodiesterase, dan liposiginase. Selain itu, adas juga memperlambat penuaan, merangsang terjadinya ovulasi, dan melindungi hati
dari segala gangguan dan racun (antihepatotoksik). Stigmasterol pada buah adas dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan hormon steroid atau obat keluarga berencana (KB). Adas juga sering digunakan sebagai penyempurna atau pengharum rasa obat (corrigens) dan pengawet alami bahan makanan tanpa efek samping. Beta-sitosterol yang terdapat pada buah adas dapat merangsang keluarnya hormon androgen, menghambat pengeluaran estrogen, bahan baku pembuatan hormon steroid untuk KB (Winarto dkk, 1994). Hormon testosteron merupakan zat androgen utama, yang disintesis dalam testis, ovarium dan anak ginjal. Sintesis testosteron diregulasi oleh Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH) dari hipofisis yang juga menstimulasi pertumbuhan testis dan pembentukan sel-sel spermatozoa (spermatogenesis). Terdapat dua sumber untuk merangsang munculnya hormon testosteron yaitu bahan sintetis (senyawa kimiawi) dan bahan alami (tanaman). Fitoandrogen masih perlu diuji efeknya agar dijadikan sebagai pengganti
2 testosteron sintesis. Fungsi utama androgen adalah merangsang perkembangan, aktivitas organ-organ reproduksi, dan sifat-sifat seks sekunder. Selain efek androgenik, maka hormon androgen dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kekuatan fisik seseorang atau efek anabolik. Androgen juga diperkirakan bertanggung jawab terhadap keagresifan, tingkah laku seksual jantan (Wahyoedi, 2004). Beberapa hasil penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pada penelitian Erika (2007) telah menunjukkan bahwa aktivitas estrogenik ekstrak etanol 70% buah adas dengan dosis 1,94g/200gBB dapat memperpanjang siklus estrus tikus putih betina premenopause. Untuk mengetahui dosis yang efektif sebagai androgenik dari buah adas ini, masih perlu dilakukan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui lebih jauh akan manfaat dan potensi adas yang dapat digunakan dalam pengembangan produk-produk herbal yang berkualitas dan mempunyai daya jual yang tinggi. Disamping itu juga agar dipilih metode dan konsentrasi terbaik sebagai androgenik dengan menggunakan teknik ekstraksi yang belum dilakukan pada penelitian sebelumnya pada produk yang akan dikembangkan. BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2013 Di Laboratorium Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan Bogor. Bahan dan Alat Bahan Bahan utama yang dibutuhkan adalah ekstrak etanol buah adas, aquadest, CMC-Na, dan bahan pengencernya NaCl fisiologis. Sedangkan hewan coba yang digunakan dalam penelitian adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Sprague dawley dengan umur 3-4 bulan dan berat 200 gram sebanyak 20 ekor yang diberi pakan BR-512, metiltestosteron
sebagai kontrol positif, dan eosin sebagai pewarna. Alat Alat yang digunakan adalah sonde lambung, gelas objek, timbangan analitik, tabung reaksi, vakum evaporator, grinder, pengayak mesh 40, mikroskop, kaca arloji, kertas label, corong Buchner, pipet tetes, pipet ukur, pengaduk gelas, tabung maserasi, gunting, kertas cakram whatman, wadah plastik, kapas, kain kasa, gelas piala, autoklaf, papan fiksasi, kandang tikus, botol minum dan haemositometer. Pengumpulan dan Determinasi Tanaman Asal Tanaman adas yang akan digunakan untuk penelitian ini diperoleh dan dikumpulkan di BIOFARMAKA. Sedangkan determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian-LIPI, Cibinong. Penyediaan Simplisia Buah adas yang telah dicuci bersih, ditiriskan untuk membebaskan sisasisa air cucian, kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan di bawah sinar matahari tidak langsung. Setelah kering buah adas diserbukan menggunakan alat (grinder) hingga menjadi serbuk kemudian diayak menggunakan mesh 20 setelah itu disimpan dalam wadah tertutup rapat. Analisis Karakteristik Simplisia Penetapan Kadar Air Simplisia Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan alat Moisture balance dengan cara ditimbang di atas punch sebanyak 1 g (akurasi rendah), sample diratakan sampai menutupi permukaan punch lalu ditutup. Alat di stel pada suhu 105𝑜 𝐶. Ditunggu sampai 10 menit hingga terdengar bunyi bip yang menandakan bahwa proses telah selesai. Pada layar akan tertera persen kadar air dari sample yang diujikan secara otomatis (penentuan dilakukan duplo). Persyaratan nilai selisih antar penimbangan yaitu 0.25 %
3 % kadar air =
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 −𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘 ℎ𝑖𝑟 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
x
100%
Penetapan Kadar Abu Penetapan kadar abu dilakukan dengan metode pemijaran. Penetapan dilakukan untuk memberikan batas nilai maksimal kandungan mineral dan senyawa organik yang masih boleh terkandung dalam bahan. Sebanyak ± 2 g serbuk simplisia buah adas dimasukkan kedalam krus yang sudah ditara, kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 700°C sampai terjadi abu, dinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap atau perbedaan antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0.025%. kadar abu buah adas tidak lebih dari 12.9% (Depkes RI, 1978). Kadar abu total = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ x 100% 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 Persiapan Pembuatan Ekstrak Etanol Buah Adas Sebanyak 1000 gram serbuk buah adas yang telah diayak dengan menggunakan mesh 20, diekstrak dengan menggunakan metode maserasi dengan menggunakan 10 Liter etanol (1:10), didiamkan dalam tabung selama 3 hari. Kemudian disaring ampasnya dimaserasi kembali sebanyak 2 kali dengan perlakuan yang sama. Ekstrak yang diperoleh dievaporasi dengan menggunakan vakum evaporator pada suhu 600 𝐶 untuk memperoleh ekstrak kental. Kemudian dilakukan proses pengeringan ekstrak kental, Selanjutnya dilakukan uji fitokimia dan uji androgenik. Karakterisasi Ekstrak Penetapan Kadar Air Ekstrak Pemeriksaan kadar air ekstrak buah adas dilakukan dengan menggunakan Moisture Balance. Satu gram ekstrak kental dimasukan ke dalam alat yang telah disiapkan pada suhu 105° C selama 10 menit, kemudian dicatat kadar yang tertera pada Moisture Balance.
Penetapan Kadar Abu Penetapan kadar abu dilakukan dengan metode pemijaran. Penetapan kadar abu dilakukan untuk memberikan batas nilai maksimal kandungan mineral dan senyawa organik yang masih boleh terkandung dalam bahan. Sebanyak ± 2 g ekstrak buah adasdimasukan ke dalam krus yang sudah ditara, kemudian dipijarkan dalam tanur pada suhu 700°C sampai terjadi abu, didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap atau perbedaan antara 2 penimbangan berturutturut tidak lebih dari 0.25% (DepKes RI, 1995). 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑏𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ Kadar abu total = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 x 100% Rendemen ekstrak Rendemen ekstrak dihitung dengan membandingkan bobot awal simplisia yang digunakan untuk ekstraksi dan bobot akhir ekstrak yang dihasilkan. Cara perhitungannya : Rendemen ekstrak = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐸𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ x 100% 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐴𝑤𝑎𝑙 Uji Fitokimia Ekstrak buah adas yang telah diperoleh diuji secara fitokimia. Uji ini merupakan uji kimia kualitatif menggunakan pereaksi spesifik untuk setiap golongan senyawa yang diuji. Tujuanya adalah melakukan uji pendahuluan untuk mengetahui golongan senyawa apa saja yang terdapat pada suatu ekstrak, khususnya senyawa metabolit sekunder. Uji fitokimia ini berdasarkan identifikasi warna dan endapan yang terbentuk, uji fitokimia yang dilakukan yaitu alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Senyawa Alkaloid Sebanyak 100 mg ekstrak ditambahkan HCl 10% dan ammonia encer hingga pH 8, kemudian disarikan dengan kloroform. Sari kloroform diuapkan sampai kering sisa dilarutkan dalam HCl dan larutan tersebut dibagi dalam empat tabung. Tabung pertama digunakan sebagai pembanding, tabung kedua
4 ditambahkan pereaksi mayer terbentuk putih, tabung ketiga ditambahkan pereaksi Dragendroff terbentuk endapan coklat (Penentuan dilakukan duplo) (Rajendra, 2011). Senyawa Saponin Sebanyak 100 mg ekstrak dimasukan ke dalam tabung lalu diencerkan dengan air, kemudian dikocok kuat selama 10 menit. Keberadaan senyawa golongan saponin ditunjukan oleh terbentuknya busa yang stabil dan busa tetap stabil setelah penambahan 1 tetes HCl 1% (encer). (penentuan dilakukan duplo). Senyawa Flavonoid Sebanyak 100 mg ekstrak ditambahkan 100 ml air panas kemudian dididihkan selama 5 menit, disaring sehingga diperoleh filtrate yang digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan ditambahkan serbuk magnesium dan 1ml HCl pekat, selanjutnya ditambahkan amilalkohol, campuran tersebut dikocok dengan kuat dan dibiarkan hingga memisah. Terbentuknya warna merah, kuning atau jingga dalam larutan amilalkohol menunjukan adanya senyawa golongan flavonoid (penentuan dilakukan duplo). Senyawa Steroid Sebanyak 100 mg ekstrak dimasukan ke dalam tabung lalu ditambahkan pereaksi Lieberman Bouchard. Terbentuknya warna merah atau cincin hijau menunjukan adanya senyawa golongan steroid atau tripenoid (penentuan dilakukan duplo). Senyawa Tanin Sebanyak 100 mg ekstrak diencerkan dengan air dan larutan tersebut ditambahkan pereaksi Fe𝐶𝑙3 . Terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman menunjukan adanya golongan tannin (penentuan dilakukan duplo). Cara Pembuatan CMC Na 0.5% Sebanyak 0.5 gram CMC Na ditimbang, kemudian panaskan aquadest, masukkan sebagian air panas tersebut ke dalam mortar, CMC Na ditaburkan ke
dalam, tunggu hingga mengembang, terus digerus sampai homogen, lalu dimasukan ke dalam labu, tambahkan air panas kedalamnya hingga 100 ml, aduk sampai homogen. Penentuan Aktivitas Androgenik Sebelum melakukan percobaan, tikus dipilih yang sehat dan tidak cacat kemudian di adaptasikan selama satu minggu. Untuk penentuan aktifitas androgenik dilakukan pembagian menjadi 5 kelompok perlakuan, masing masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus yang mendapatkan perlakuan sebagai berikut: Kelompok 1 : kontrol positif diberikan Metiltestosteron per injeksi dengan dosis 250mg/200gBB setiap hari selama 45 hari. Kelompok 2 : kontrol negatif diberikan per oral CMC Na 0.5%/200gBB sebanyak 3 ml selama 45 hari. Kelompok 3 : diberikan per oral ekstrak etanol buah adas 0.354 g/200gBB dalam CMC Na 0.5%/200gBB sebanyak 2 ml setiap hari selama 45 hari. Kelompok 4 : diberikan per oral ekstrak etanol buah adas 0.708 g/200gBB dalam CMC Na 0.5%/200gBB sebanyak 2 ml setiap hari selama 45 hari. Kelompok 5 : diberikan per oral ekstrak nheksan buah adas 1.416 g/200gBB dalam CMC Na 0.5%/200gBB sebanyak 2 ml setiap hari selama 45 hari. Pengujian Ekstrak Buah Adas terhadap Tikus Putih Jantan Pada penelitian ini menggunakan 20 ekor tikus putih jantan yang relatif homogen dalam bobot badan dan umur yang sama ± 200 g, dimana ekstrak buah adas diberikan secara oral setiap hari selama 45 hari. Parameter yang diamati dari penelitian ini adalah : Bobot badan Penimbangan bobot badan dilakukan setiap minggu untuk mengetahui berapa mililiter sediaan uji yang harus diberikan pada tikus selama 45 hari. Hewan coba yang dinilai sehat yang digunakan untuk percobaan yaitu bila selama pemeliharaan
5 bobot badan hewan tersebut tetap atau bertambah (Octaviani, 2005). Tingkah laku seksual jantan (keagresifan) Dilihat dari tingkah laku tikus putih jantan setelah diberikan ekstrak, dengan cara membandingkan tikus kontrol negatif atau kelompok 2. Bobot testis Sebelum dilakukan penimbangan bobot testis, tikus terlebih dahulu dibunuh menggunakan larutan eter, lalu dibedah di atas papan fiksasi kemudian bobot testisnya ditimbang (Indah, 2006). Dalam penyajian data, penambahan bobot dihitung sebagai selisih bobot saat pengukuran dengan bobot awal. Evaluasi semen Semen yang telah ditampung segera dilakukan evaluasi. Menurut Rahardja (2010) evaluasi tersebut dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik. Evaluasi secara makroskopik Semen yang telah ditampung dalam tabung diamati secara makroskopik untuk memperkirakan kualitas semen (perkiraan konsentrasi spermatozoa). Parameter yang diamati yaitu konsentrasi (kental/sedang/encer), warna (krem, putih susu, kekuningan), dan bau (untuk mengetahui abnormalitas). Evaluasi secara mikroskopik Gerakan massa (mass movenment atau mass activity) Semen diambil dengan menggunakan pipet tetes kemudian diteteskan di atas gelas objek dan diperiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10. Nilai pergerakan massa ditentukan dengan skala : +++/++/+/-. Motilitas atau pergerakan individu Diteteskan lima tetes NaCl fisiologis di atas gelas objek kemudian ditambahkan satu tetes semen, dihomogenkan dan ditutup dengan gelas penutup dan diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 40x10. Persentase hidup dan spermatozoa abnormal menggunakan pewarnaan eosin. Diteteskan sebanyak dua tetes semen
diatas objek gelas dan pewarna eosin pada ujung sebuah gelas objek, kemudian di aduk rata dan dibuat preparat seulas lalu preparat selanjutnya difiksasi dengan menggunakan hotplate bersuhu 37⁰ C selama 10-15 detik. Perhitungan sperma dilakukan di bawah mikroskop dengan perbesaran 40x10. Spermatozoa yang hidup ditandai oleh kepala yang tidak menyerap zat warna merah, sedangkan yang mati ditandai oleh kepala yang berwarna merah. Persentase sperma yang hidup ditentukan dengan rumus : Persentase spermatozoa hidup = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐩𝐞𝐫𝐦𝐚 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐱 𝟏𝟎𝟎% 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒑𝒆𝒓𝒎𝒂𝒕𝒐𝒛𝒐𝒂
Konsentrasi spermatozoa Pengukuran konsentrasi spermatozoa dilakukan dengan cara mengambil spermatozoa pada epididimis sebanyak 0.5 ml dengan menggunakan alat haemositometer, lalu diencerkan NaCl fisiologis hingga mencapai batas 101 ml. Lalu diikat dan dipusingkan hingga berwarna jenuh. Lalu spermatozoa dimasukan kedalam bilik hitung neubauer (Haemositometer) sampai kamar neubaeur terisi rata. Kemudian dihitung jumlah spermatozoa pada salah satu kamar. Setelah diketahui jumlah spermatozoa, maka dapat dilakukan pengukuran untuk menentukan konsentrasi spermatozoa (yang dinyatakan dalam juta/mL) sesuai dengan tabel (Hari, 2010). Perhitungan jumlah spermatozoa per mL ejakulat dengan menggunakan rumus : Jumlah spermatozoa/mL = N x 5 x FP x 10.000 Keterangan : N : Jumlah rata – rata spermatozoa dalam chamber. FP : Faktor pengenceran. 5 : Faktor koreksi dimana hanya menghitung 5 kotak dari 25 kotak, hitung yang ada (25/5) 10.000 : Faktor koreksi yang dibutuhkan karena kedalaman cover slip 0,0001 ,mL per chamber.
6
300 250 200 150 100 50 0
213,8ᵇ 214,02ᵇ
224ᵇᶜ
191ᵃ
243ᶜ
bobot badan
kontrol buah buah buah kontrol (-) adas adas adas (+) 0,354 g 0,708 g 1,416 g Perlakuan
Grafik 1.
Grafik Rataan Bobot Badan Tikus Putih Jantan Dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan bahwa pemberian ekstrak etanol buah adas memberikan efek yang berbeda pada setiap dosis, dan hasil yang cenderung mendekati dengan kontrol positif yaitu konsentrasi pada dosis II, ekstrak 0.708 g dan dosis I, ekstrak 0.354 g bila dibandingkan dengan konsentrasi dosis III, ekstrak 1.416 g dan kontrol negatif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fennel dan Scanes (1992b) ; Deyhim, et al.(1992) bahwa pemberian testosteron dalam dosis yang tinggi akan menurunkan bobot badan. Penurunan bobot badan ini dikaitkan dengan kebutuhan akan hormon dalam tubuh hanya sedikit. Kelebihannya akan menjadi inhibitor pada reaksi-reaksi metabolisme sehingga pertumbuhan akan terhambat. Di samping itu testosteron akan menekan seksresi hormon pertumbuhan (Growth Hormon) dari somatotropin
Tingkat Keagresifan
(Harvey dan Scanes, 1978) sehingga akan menghambat pertumbuhan yang akan menurunkan pertambahan bobot badan. Selain Fennel dan Scanes (1992a) menduga metabolit testosteron yaitu dehydrotestosteron berperan juga dalam penurunan ini. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Keagresifan Pada Tikus Putih Jantan 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
2,5 2 1,25
1,5
1,75
kontrol buah adas buah adas buah adas kontrol negatif 0,354 g 0,708 g 1,416 g positif Keagresifan
Perlakuan
Grafik 2. Grafik Rataan Keagresifan Tikus Putih Jantan Androgen diperkirakan bertanggung jawab terhadap keagresifan dan tingkah laku seksual pria. Perbedaan pola tingkah laku beberapa hewan jantan dan betina menunjukan bahwa hormon seks memegang peranan penting. Misalnya tingkah laku seksual tikus betina berubah menjadi ciri-ciri khas jantan setelah diberi testosteron, baik yang baru lahir maupun tikus dewasa (Guyton, 1997). Berdasarkan dari hasil pengamatan yang dilakukan menunjukan adanya pengaruh terhadap peningkatan keagresifan dari ekstrak etanol buah adas yang diberikan terhadap tikus putih jantan. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Bobot Testis Pada Tikus Putih Jantan Peningkatan (g)
pertambahan (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dengan cara maserasi dari buah adas menggunakan pelarut etanol. Hasil ekstraksi tersebut berupa ekstrak kering etanol buah adas sebanyak 267.4 g (14%). Uji fitokimia dengan perekasi Lieberman Bouchard menunjukan reaksi positif. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam buah adas terkandung senyawa lipid yang berinti steroid. Hasil dari efek androgenik ekstrak etanol buah adas pada tikus putih jantan selama 9 hari pengamatan adalah sebagai berikut : Hasil penelitian efek androgenik dari pengaruh pemberian ekstrak etanol buah adas dan metiltestosteron sebagai kontrol positif terhadap penambahan bobot badan terlihat pada gambar dibawah ini.
2
1,711ᶜ 1,402ᶜ
1,5 1
0,704ᵃ
0,989ᵃᵇ
1,204ᵇ
0,5 0 buah adas buah adas buah adas kontrol (+) kontrol (-) 0,354 g 0,708 g 1,416 g Bobot testis Perlakuan
Grafik 3. Grafik Rataan Bobot Testis Tikus Putih Jantan Bobot testis yang meningkat juga menunjukan adanya aktifitas spermatogenesis dalam testis yang memacu adanya peningkatan bobot dari
7
3 2
2,75
2,25
2,5 1,5
1,5
1,5
1,5
tidak mutlak. Gerakan spermatozoa di dalam satu contoh semen ditentukan secara keseluruhan atau sebagai rata-rata dari suatu poulasi spermatozoa (Salisbury dan Van Demark, 1985). Berikut hasil rataan motilitas atau gerakan individu pada tikus putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah adas dengan berbagai dosis dan kontrol yang diberikan selama 9hari. Berikut merupakan grafik rataan motilitas atau gerakan individu pada tikus putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah adas. 90,00% Persentase (%)
Tingkat pergerakan
testis itu sendiri. Perhitungan bobot dari testis dengan cara menjumlahkan berat testis kiri dan kanan pada timbangan analitik. Berikut merupakan gambar testis hasil pembedahan dari tikus putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah adas. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Gerakan Massa Pada Tikus putih Jantan Berikut merupakan gambar grafik rataan gerakan massa pada tikus putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah adas.
85,00%
Gerakan Massa
0 kontrol buah adas buah adas buah adas kontrol negatif 0,354 g 0,708 g 1,416 g positif Perlakuan
Grafik 4. Gerakan Massa Pada Tikus Putih Jantan Dari grafik diatas memperlihatkan adanya peningkatan gerakan massa dari dosis I, ekstrak 0.354 g ke dosis II, ekstrak 0.708 g namun menurun ketika memasuki dosis III, ekstrak 1,416 g. Hal ini kemungkinan terjadi karena pemberian dosis yang terlalu tinggi akan menurunkan gerakan massa yang terjadi dari sperma yang dihasilkan oleh hewan coba yaitu tikus putih jantan. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan akan hormon dalam tubuh, kelebihan hormon dalam tubuh akan menjadi inhibitor pada reaksi-reaksi metabolisme sehinga menyebabkan pertumbuhan sperma akan terhambat. Berikut merupakan gambar hasil pengamatan terhadap tikus putih jantan yang telah diberikan ekstrak etanol buah adas. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Motilitas Pada Tikus Putih Jantan Perkiraan motilitas adalah prosedur visual dan dinyatakan secara komparatif,
83,70
86,20
88,70 81,20
80,00% 75,00%
1 0,5
81,20
Grafik
kontrol negatif
5.
buah adas 0,354
buah buah adas adas 0,708 1,416 Perlakuan
kontrol positif
Motilitas
Motilitas atau Gerakan Individu Pada Tikus Putih Jantan Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa adanya peningkatan motilitas atau pergerakan individu baik kecepatan atau perbandingan antara yang bergerak aktif progresif dengan gerakan-gerakan spermatozoa dari setiap dosis dan kontrol yang diberikan. Persentase gerakan progresif tidak jauh berbeda pada ketiga dosis dan 4 ulangan. Persentase gerakan progresif dari dosis I, ekstrak 0.354 adalah nilai rataan sebesar 83.7%, dosis II, ekstrak 0.708 g adalah nilai rataan sebesar 86.2% menyamai dengan kontrol positif yaitu 88.7% dan dosis III, ekstrak 1.416 g adalah nilai rataan sebesar 81.2%. sama dengan kontrol negatif. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan nilai Desy (2013) sebesar 78%. Nilai persentase motilitas pada penelitian ini masih dalam kisaran normal yaitu 50-90% (Toelihere, 1985). Berikut merupakan gambar dari hasil pengamatan konsentrasi spermatozoa yang telah diberikan ekstrak etanol buah adas. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa Berikut merupakan gambar grafik rataan konsentrasi spermatozoa pada tikus
8
Peningkatan (x106/ cc semen)
160
142,25x106ᶜ
140 113,8
120 100 80 60
66,87x106ᵃ
x106ᵇ 80,25x106ᵃ
konsentrasi spermatozoa 54,55x106ᵃ
40 20 0 buah adas buah adas buah adas kontrol (+) kontrol (-) 0,354 g 0,708 g 1,416 g Perlakuan
Grafik 6. Grafik Peningkatan Konsentrasi Spermatozoa Dari grafik diatas memperlihatkan adanya peningkatan konsentrasi spermatozoa dari dosis I, ekstrak 0.354 g ke dosis II, ekstrak 0.708 g namun menurun ketika memasuki dosis III, ekstrak 1.416 g. Hal ini kemungkinan terjadi karena pemberian dosis yang terlalu tinggi akan menurunkan konsentrasi spermatozoa yang terjadi dari sperma yang dihasilkan oleh hewan coba yaitu tikus putih jantan. Hal ini disebabkan karena testosteron atau zat yang mirip testosteron dapat merangsang pertumbuhan organ seks primer (testis) dari tikus putih jantan. Namun apabila dosis yang diberikan terlalu banyak maka hal tersebut akan menurunkan konsentrasi dari spermatozoa tersebut. Berikut merupakan gambar dari hasil pengamatan konsentrasi spermatozoa yang telah diberikan ekstrak etanol buah adas. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Buah Adas (Foeniculum vulgare Mill.) Terhadap Persentase Hidup Spermatozoa Penilaian persentase spermatozoa hidup ditentukan dengan metode pewarnaan eosyn (Toelihere, 1985). Spermatozoa yang hidup ditandai oleh kepala yang berwarna putih (bening), sedangkan spermatozoa yang mati ditandai oleh kepala yang berwarna merah (Gambar 11). Berikut adalah hasil rataan persentase hidup pada tikus putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah adas dengan berbagai dosis dan kontrol yang diberikan selama 9 hari.
Spermatozoa yang hidup masih mempunyai sistem membran yang berfungsi, termasuk fungsi pengaturan ion terutama ion sodium (Na). Hal ini akan menyebabkan penahanan difusa medium pewarnaan (eosyn) yang mengandung ion sodium oleh sistem membran pada saat pemaparan spermatozoa ke dalam medium pewarna. Akibatnya spermatozoa tidak terwarnai oleh pewarnaan eosyn. Sebaliknya pada spermatozoa mati, sistem membrannya telah rusak sehingga dengan mudah dapat dilewati oleh eosyn dan spermatozoa akan berwarna merah (Hamdan dkk., 2010). Berikut merupakan grafik rataan persentase hidup spermatozoa pada tikus putih jantan. Persentase (%)
putih jantan setelah diberikan ekstrak etanol buah adas.
100% 80% 60% 40% 20% 0%
55,45ᵃ
71,77ᵇ
83,27ᵇᶜ
92,60ᶜ 58,75ᵃ
kontrol negatif
buah adas buah adas buah adas kontrol (+) dosis 0,354 dosis 0,708 dosis 1,416 g g g Persentase Hidup Perlakuan Spermatozoa
Grafik 7. Persentase Hidup Spermatozoa Pada Tikus Putih Jantan Dari grafik diatas, memperlihatkan peningkatan persentase hidup spermatozoa. Dapat dilihat peningkatan dimulai dari dosis I, ekstrak 0.354 g ke dosis II, ekstrak 0.708 g dengan nilai rataan 83.27% menyamai kontrol positif dengan nilai rataan 92.60%. Sedangkan mengalami penurunan pada dosis III, ekstrak 1.416 g dengan nilai rataan 58.75% menyamai dengan kontrol negatif yaitu 55.45%. Hasil rataan penelitian yang didapat lebih besar dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Desy (2013) sebesar 79.5%, dan hampir setara dengan hasil yang diperoleh Widjaya (2011) yaitu 83.64%.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak etanol buah adas dapat meningkatkan aktifitas androgenik dan
B
9 anabolik pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley. Dosis II, ekstrak etanol buah adas 0.708 g memberikan potensi androgenik melalui pertambahan bobot testis, konsentrasi spermatozoa dan relatif sama pengaruhnya dengan kontrol positif yaitu sustanon. Pemberian dosis yang terlalu tinggi akan menjadi inhibitor pada reaksi-reaksi metabolisme sehingga pertumbuhan akan terhambat. Saran Ekstrak etanol buah adas perlu dibuat sediaan seperti granul instan agar mudah dalam pemakaiannya. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui toksisitas ekstrak etanol buah adas sebagai androgenik. DAFTAR PUSTAKA Alfi, I. 2010. Uji Efek Analgetik dan Antiinflamasi Ekstrak Etanol 70% Daun Sirih (Piper betle,Linn) Secara INVIVO. [Skripsi] Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah. Jakarta: Hal 1-2 DepKes R.I. 1978. Materia Medika Indonesia (Jilid II). Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. DepKes R.I. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Desy, S. 2013. Penyimpanan Spermatozoa Pada Suhu Preservasi dan Berbagai Pengencer Semen Terhadap daya Tahan Hidup Spermatozoa. [Skripsi] Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan. Bogor. Hal 31-34 Fannel M.J.& C.G.Scannes. 1992a. Effect of Androgen (testosterone, 5dehydrotestosteron, and 19nortestosteron) Administration on Growth in Turkey. Poultry Sci. 71:539-547. Fannel M.J.& C.G.Scannes. 1992b. Effect of Androgen (testosteron, 5-
dehydrottestosteron, and 19nortestosteron) Administration on Growth in Turkey. Poultry Sci. 71:539-547 Guyton, A.C. dan J.E. Hall 1997. Buku Ajar Fisiologi kkedokteran (edisi IX) EGC. Jakarta. Hlm 1056-1057). Octaviani, N. 2005. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kembang Sungsang ( Gloriosa superba L.) Selama 45 Hari terhadap Organ Reproduksi Tikus putih Jantan [skripsi] Fakultas Farmasi Universitas Pancasila. Jakarta: Hal 24-27. Rahardja, B. 2010. Penambahan Ekstender Madu Dalam proses Penyimpanan Sperma Beku Terhadap Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Ikan Komet. Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan Volume 2 No.2. Universitas Airlangga. Rajendra CE et al. 2011. Phytocemycal Screening of The Rhyzoma of Kaemferia International Journal of Phharmacognosy and Phytocemycal Research. 3 (3): 6163 Winarto, Yagi dan Yustina. 1994. Manfaat Biji Adas dalam pengobatan Alternatif.Edisi ke-IV. Teknologi Pangan dan Gizi, IPB. Bogor: Hal 53