i
KAJIAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO DALAM MEMBANTU PERMODALAN NELAYAN DI PPI TANJUNG PASIR, PROVINSI BANTEN
SANDY YUDHA HUTAJULU
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Sandy Yudha Hutajulu NIM C44100083
ii
ABSTRAK SANDY YUDHA HUTAJULU. Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten. Dibimbing oleh ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA. Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program kredit/pembiayaan pemerintah yang diberikan oleh perbankan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi) yang layak (feasible) namun belum memenuhi syarat-syarat perbankan (bankable), salah satunya adalah sektor perikanan dan kelautan. Sektor perikanan dan kelautan sendiri belum menjadi target utama dalam penyaluran KUR karena tingginya resiko pada sektor tersebut. Nelayan debitur KUR di PPI Tanjung Pasir umumnya mampu memenuhi persyaratan pengajuan kredit. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Kredit KUR digunakan untuk menambah modal investasi (kapal, mesin, dan alat tangkap) dan menambah modal kerja minimal selama 3 – 25 trip. Kredit yang diterima nelayan debitur berkisar antara Rp1.000.000,00 – Rp20.000.000,00 (sesuai dengan regulasi KUR Mikro). Besar uang yang dipinjamkan pihak bank sudah mencukupi kebutuhan modal dari nelayan debitur. Penyaluran KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir masih perlu ditingkatkan. Banyak nelayan yang belum memanfaatkan program ini karena kurangnya sosialisasi. Kata kunci:Kredit Usaha Rakyat, PPI Tanjung Pasir, permodalan nelayan
ABSTRACT SANDY YUDHA HUTAJULU. Study of Kredit Usaha Rakyat Mikro Lending for Fishermen’s Capital Funding in PPI Tanjung Pasir, Banten. Supervised by ERNANI LUBIS dan WAWAN OKTARIZA. Kredit Usaha Rakyat (KUR) is a credit allocated for micro, small and medium enterprise which has economic feasibility but not yet bankable, one of them is the fisheries and marine sector. Fisheries and marine sector has not yet become the main targets in the distribution of KUR program due to the high risk in that sector. KUR fishermen debtor in PPI Tanjung Pasir are generally able to comply the requirements of credit. A method that is used is descriptive quantitative and descriptive qualitative. KUR credit used to increase the capital investment capital (boats, engines and fishing gear) and working capital for at least 3 – 25 trip. The credit received by the debtor fishermen ranged between IDR1,000,000.00 – IDR20.000.000 (in accordance to regulation of Micro KUR). The amount of money lent by the bank is sufficient enough for the fishing capital of the debtor. KUR lending in PPI Tanjung Pasir still needs to be improved. Most of fishermen do not participated in this program due to the lacking extends. Keywords: Kredit Usaha Rakyat, PPI Tanjung Pasir, fishermen’s capital funding
iii
KAJIAN PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO DALAM MEMBANTU PERMODALAN NELAYAN DI PPI TANJUNG PASIR, PROVINSI BANTEN
SANDY YUDHA HUTAJULU
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
Judul Skripsi : Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten Nama : Sandy Yudha Hutajulu NIM : C44100083 Program studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap
Disetujui oleh
Dr Ir Ernani Lubis, DEA Pembimbing I
Ir Wawan Oktariza, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr Ir Budi Wiryawan, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Kredit Usaha Rakyat, dengan judul Kajian Penyaluran Kredit Usaha Rakyat Mikro dalam Membantu Permodalan Nelayan di PPI Tanjung Pasir, Provinsi Banten. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Ernani Lubis, DEA dan Bapak Ir Wawan Oktariza, MSi selaku pembimbing. Penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Mustaruddin, STP selaku dosen penguji, Bapak Dedi Sadikin, SE selaku Kepala Kantor UPT PPI Tanjung Pasir, Bapak Masyudi, Amd selaku manajer TPI Tanjung Pasir, Bapak Teten Djaka Triana selaku Kepala Divisi Bisnis Program dan Kemitraan Bank Rakyat Indonesia, Bapak M. Rizkan Gunawan selaku pimpinan Bank Rakyat Indonesia Cabang Tangerang, dan seluruh karyawan BRI Unit Kampung Melayu yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Sandy Yudha Hutajulu
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Manfaat Penelitian
2
METODE
2
Waktu dan Tempat Penelitian
2
Alat dan Bahan
3
Metode Penelitian
3
Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3
Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi dan jumlah Unit Penangkapan Ikan
5
Kondisi Permodalan
8
Peran KUR dalam Membantu Biaya Operasional Nelayan
10
Pelaksanaan Penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir
13
SIMPULAN DAN SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
18
LAMPIRAN
20
RIWAYAT HIDUP
21
viii
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Data-data yang diperlukan beserta sumber dan jenis data Jumlah kapal di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Jumlah nelayan di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Jumlah alat tangkap gillnet di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir Jumlah modal investasi nelayan PPI Tanjung Pasir Jumlah modal kerja nelayan PPI Tanjung Pasir Alokasi dana KUR Perbandingan antara kebutuhan modal nelayan dengan modal KUR yang diperoleh
4 6 7 7 8 9 9 14 15
DAFTAR GAMBAR 1 Peta lokasi PPI Tanjung Pasir
2
DAFTAR LAMPIRAN 1 Tabel angsuran KUR Mikro Bank BRI
20
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sektor perikanan dan kelautan dengan sumberdaya yang melimpah. Menurut Sutarjo (2013), potensi lestari sumberdaya perikanan Indonesia mencapai sekitar 6,5 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011 (77,38%). Keunggulan sektor perikanan dan kelautan tersebut masih bertolak belakang dengan kesejahteraan nelayan. Menurut Badan Pusat Statistik (2013), hasil survei menunjukkan angka kemiskinan masyarakat pesisir Indonesia (termasuk nelayan) yang tinggi yaitu 62,76 % dari penduduk miskin di Indonesia. Salah satu masalah yang menjadi latar belakang kemiskinan dari nelayan adalah kesulitan dalam memperoleh modal untuk melakukan operasi penangkapan ikan di laut. Modal merupakan salah satu kebutuhan penting bagi para nelayan untuk melaut, sehingga nelayan sering bergantung pada para pemilik modal. Permodalan melaut yang sulit didapat dan tingginya keterikatan nelayan pada pemilik modal serta sumberdaya ikan yang bersifat open access pun semakin membuat pendapatan nelayan pada perikanan skala kecil tidak menentu dan kesulitan dalam memperoleh keuntungan. Salah satu program pemerintah untuk mengatasi masalah ini adalah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang digulirkan pada tahun 2007 dengan tujuan memberikan penjaminan kredit untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) pada sektor produktif, salah satunya adalah sektor perikanan dan kelautan. Program peminjaman kredit ini diharapkan dapat membantu permodalan melaut bagi nelayan. Kredit Usaha Rakyat juga diharapkan mampu meningkatkan produktivitas nelayan yang merupakan imbas dari peminjaman modal yang diajukan. Kabupaten Tangerang merupakan salah satu kabupaten dengan volume produksi perikanan terbesar di Provinsi Banten dengan total produksi sebesar 18.662 ton/tahun atau 31,26% dari total produksi keseluruhan provinsi (DKP 2013). Lokasi penelitian ini berada di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Desa ini merupakan daerah yang berada dekat dengan laut, maka sebagian besar penduduknya bergantung dengan hasil laut dan berprofesi sebagai nelayan. Pemerintah memberikan fasilitas berupa Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Desa Tanjung Pasir untuk mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan nelayan. Kondisi perikanan di desa ini secara umum masih dalam skala kecil karena armada kapal perikanan yang mendaratkan ikan di TPI Tanjung Pasir didominasi oleh perikanan skala kecil dengan menggunakan kapal motor tempel dan kapal motor dalam yang berukuran kurang dari 5 GT. Program KUR sudah berjalan di tempat ini namun pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat di PPI Tanjung Pasir perlu dianalisis lebih lanjut untuk melihat sejauh mana program ini berjalan bagi nelayan sehingga membantu mereka dalam permodalan melaut baik modal kerja maupun investasi.
2
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir. 2. Mengetahui kondisi permodalan nelayan PPI Tanjung Pasir dan peran Kredit Usaha Rakyat dalam membantu biaya operasional nelayan di PPI Tanjung Pasir. 3. Menganalisis pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat dalam memenuhi kebutuhan modal nelayan di PPI Tanjung Pasir.
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi akademisi terhadap potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir. 2. Memberikan informasi kepada pemerintah tentang pelaksanaan penyaluran Kredit Usaha Rakyat dalam membantu permodalan nelayan di PPI Tanjung Pasir. 3. Sebagai bahan pertimbangan kepada pemerintah dan pihak perbankan terhadap pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat di PPI Tanjung Pasir.
METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2014 – April 2013 di Pangkalan Pendaratan Ikan Tanjung Pasir Provinsi Banten, Bank Rakyat Indonesia Unit Kampung Melayu Cabang Tangerang Provinsi Banten, dan Bank Rakyat Indonesia Pusat Jakarta.
Gambar 1 Peta lokasi PPI Tanjung Pasir
3
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan berupa kuesioner, alat tulis, dan kamera.
Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode studi kasus terhadap tingkat penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir. Menurut Idrus (2009) metode studi kasus merupakan penelitian terhadap suatu individu atau unit sosial tertentu secara lebih mendalam. Penelitian ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang karakteristik, tindakan, pendapat tentang program KUR dari sekelompok responden nelayan debitur dan bank-bank pelaksana yang representatif. Responden nelayan debitur dibagi berdasarkan jenis alat tangkap dominan yaitu gillnet dan rawai tetap.
Jenis dan Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari wawancara menggunakan kuesioner dan observasi langsung untuk mengumpulkan data primer. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika memiliki pertimbanganpertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian dalam pengambilan sampelnya (Idrus 2009). Pengumpulan data primer dilakukan dengan mewawancarai tiga orang nelayan pemilik yang memperoleh KUR dan pihak perbankan penyalur KUR. Data sekunder diperoleh dari bank pelaksana KUR untuk memperoleh prosedur pengajuan KUR dan dari PPI Tanjung Pasir untuk memperoleh data unit penangkapan ikan tahun 2011 dan 2013. Berdasarkan estimasi pihak BRI Unit Kampung Melayu (tanpa menyebutkan nama dan alamat debitur) bahwa kurang dari sepuluh nelayan yang menjadi debitur KUR. Mengingat keterbatasan tersebut maka dalam penelitian ini telah diambil tiga responden nelayan debitur KUR untuk pengisian kuesioner dan wawancara. Responden nelayan yang ditetapkan hanya nelayan yang mengoperasikan gillnet dan rawai tetap karena hanya kedua alat tangkap tersebut yang terdaftar resmi di PPI Tanjung Pasir. Bank yang ditetapkan yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) karena hanya bank tersebut yang menyalurkan KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir.
4
Tabel 1 Data yang diperlukan beserta sumber dan jenisnya No
Tujuan
1 Mendeskripsikan potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir
1
2 2 2 1. Mengetahui kondisi permodalan nelayan PPI Tanjung Pasir dan peran Kredit Usaha Rakyat dalam membantu biaya operasional nelayan di PPI Tanjung Pasir
Data yang dibutuhkan Jumlah nelayan per kapal Jumlah kapal Jumlah alat tangkap gillnet dan rawai tetap Total produksi perikanan Nilai produksi perikanan
Biaya untuk ransum Biaya untuk bahan bakar Biaya retribusi dan lain-lain Biaya investasi (kapal, alat tangkap, dan mesin) Sumber modal melaut (selain KUR), mekanisme, dan hambatan atau kekurangannya Prosedur pengajuan pinjaman KUR Prosedur pengembalian pinjaman KUR Waktu pelunasan
2. 3. Menganalisis pelaksanaan 3 penyaluran 3 Kredit Usaha Rakyat di PPI Tanjung Pasir dalam memenuhi kebutuhan modal nelayan
4.
Jumlah modal pinjaman yang diberikan oleh bank Alokasi modal KUR yang diterima nelayan Perbandingan jumlah kebutuhan modal dengan modal pinjaman KUR yang diterima oleh nelayan debitur
Sumber data
Jenis data
Pihak pelabuhan
Primer
Nelayan pemilik
Primer
Bank
Primer dan sekunder
Nelayan pemilik
Primer
5
Analisis Data Potensi perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir Potensi perikanan tangkap dapat dianalisis dengan melihat jumlah dari setiap unit penangkapan (nelayan, alat tangkap, dan kapal) tahun 2011 dan 2013 dan melihat jumlah dan nilai produksi perikanan pada tahun 2010 – 2013 di PPI Tanjung Pasir. Hasil analisis disajikan dalam bentuk tabel. Kondisi permodalan nelayan dan peran KUR dalam membantu biaya operasional nelayan Kondisi permodalan nelayan di PPI Tanjung Pasir dapat dianalisis secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif setelah dilakukan pengidentifikasian jumlah modal yang dibutuhkan nelayan, pentabulasian kebutuhan modal nelayan, dan pengidentifikasian sumber-sumber modal melaut nelayan (ketiga analisis tersebut diukur berdasarkan ukuran kapal dan jenis alat tangkap). Peran KUR dalam membantu biaya operasional nelayan di PPI Tanjung Pasir dapat dianalisis secara deskriptif dengan mengidentifikasi prosedur KUR secara keseluruhan, mengetahui dan menganalisis persyaratan KUR terhadap kemampuan nelayan serta menghitung banyak trip yang terbantu dalam pemenuhan modal operasional oleh dana KUR. Pelaksanaan penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir Pelaksanaan penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir dapat dianalisis secara deskriptif setelah mengidentifikasi jumlah modal KUR yang diberikan oleh bank, mengidentifikasi alokasi modal KUR, membandingkan antara jumlah kebutuhan modal nelayan dengan modal yang diperoleh dari pinjaman KUR, dan menghitung perbandingan antara jumlah kebutuhan modal dengan realitas besarnya pinjaman KUR yang diterima oleh nelayan debitur.
HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi Perikanan Tangkap di PPI Tanjung Pasir PPI Tanjung Pasir Pangkalan pendaratan ikan terdapat di muara atau tepi sungai, di daerah menjorok ke dalam atau terletak di suatu teluk dan tidak ada dermaga atau hanya sebagian kecil mempunyai dermaga sehingga hasil tangkapan didaratkan di tepitepi pantai. PPI ditujukan untuk tempat berlabuh atau bertambatnya perahu-perahu penangkapan ikan tradisional yang berukuran lebih kecil dari 5 GT atau untuk perahu-perahu layar tanpa motor. Hasil tangkapan yang didaratkan kurang atau sama dengan 20 ton per hari dan ditujukan terutama untuk pemasaran lokal (Lubis 2012). PPI Tanjung Pasir sendiri berada pada bagian tepi pantai yang menjorok ke dalam dan umumnya kapal-kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya berukuran <5 GT. Alat tangkap yang digunakan nelayan di PPI Tanjung Pasir terdiri dari gillnet atau jaring rampus, rawai tetap, pancing ulur, dan trammel net atau jaring kepiting, garuk, sero, bagan, dan bubu (DKP 2013).
6
Pelabuhan Perikanan Tanjung Pasir Kabupaten Tangerang termasuk klasifikasi pelabuhan perikanan tipe D atau bisa disebut Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). PPI Tanjung Pasir terletak di Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Jarak dengan Ibukota Provinsi Banten adalah 120 kilometer, dengan Ibukota Kabupaten Tangerang adalah 35 kilometer dan berjarak tujuh kilometer dari Ibukota Kecamatan Tanjung Pasir. PPI Tanjung Pasir ini berada pada koordinat 6,0239°LS dan 106,6568°BT. Batas PPI Tanjung Pasir, yaitu: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tegal Angus, sebelah timur berbatasan dengan Desa Temo, dan sebelah barat berbatasan dengan Kampung Garapan (Ningsih 2011). Fasilitas pelabuhan merupakan sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi pelabuhan untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Fasilitas ini terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. Fasilitas pokok yang dimiliki oleh PPI Tanjung Pasir pada tahun 2010 adalah areal daratan pelabuhan, dermaga, dan jalan. Fasilitas fungsional meliputi TPI, penampung/tangki air, daya listrik, SPBN, kantor administrasi pelabuhan. Fasilitas penunjang yang dimiliki oleh PPI Tanjung Pasir adalah berupa satu unit rumah karyawan seluas 42 m². Fasilitas ini diadakan pada tahun 2000 dimana sumber dananya berasal dari APBD. Kapal Armada penangkapan ikan di PPI Tanjung Pasir didominasi oleh kapal yang berukuran kecil yaitu <5GT. Tipe tenaga penggerak kapal berupa outboard engine dengan mesin Dong Feng 16 PK yang digunakan pada kapal gillnet dan inboard engine dengan mesin Dong Feng 23 PK digunakan pada kapal rawai tetap. Kapal-kapal tersebut menggunakan bahan bakar solar. Jumlah kapal dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah kapal di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Kapal Gillnetter Kapal rawai tetap
Ukuran < 5 GT < 5 GT
Jumlah kapal (Unit) 2011 2013 22 21 57 54
Menurut keterangan pihak pelabuhan dan beberapa nelayan penurunan jumlah kapal disebabkan adanya beberapa kapal yang dijual oleh nelayan pemilik dan karena kerusakan kapal yang diakibatkan hempasan ombak di dermaga pelabuhan. Nelayan Nelayan di PPI Tanjung Pasir umumnya merupakan nelayan penuh yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Nelayan yang terdaftar secara resmi di PPI Tanjung Pasir hanya nelayan yang mengoperasikan rawai tetap dan gillnet karena hanya nelayannelayan tersebut yang mendaratkan hasil tangkapannya di TPI. Berdasarkan status kepemilikan kapal, nelayan di PPI Tanjung Pasir terbagi dalam dua kategori yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan
7
pemilik merupakan nelayan yang mempunyai kapal, alat tangkap, dan penyedia modal, sedangkan nelayan buruh merupakan nelayan yang aktif melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan. nelayan pemilik juga mengikuti operasi penangkapan bersama nelayan buruh. Menurut Satria (2001), hubungan antara nelayan buruh dan nelayan pemilik yang juga turut melaut bersifat egaliter dan tidak terlalu memperlihatkan kesenjangan sosial. Jumlah nelayan akan disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah nelayan di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Alat Tangkap Gillnet Rawai tetap
Jumlah Nelayan (Orang) 2011 2013 66 63 166 162
Jumlah nelayan gillnet dan rawai tetap mengalami penurunan karena beberapa nelayan yang telah meninggal dunia dan tidak aktif lagi sebagai anggota di PPI Tanjung Pasir. Alat penangkapan ikan Alat tangkap yang dominan digunakan nelayan PPI Tanjung Pasir terdiri dari gillnet dan rawai tetap. Ayodhyoa (1981) menyatakan bahwa set gillnet adalah jaring insang yang dipasang untuk sementara waktu dengan menggunakan jangkar. Rawai tetap adalah alat penangkapan yang terdiri dari rangkaian talitemali yang bercabang-cabang dan pada tiap-tiap ujung cabangnya diikatkan sebuah pancing. Jumlah alat tangkap dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah alat tangkap di PPI Tanjung Pasir tahun dan 2011 dan 2013 Alat Tangkap Gillnet Rawai tetap
Jumlah Alat Tangkap (Unit) 2011 2013 22 21 57 54
Jumlah alat tangkap gillnet dan rawai tetap di PPI Tanjung Pasir mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan beberapa alat tangkap yang ada rusak atau dijual oleh nelayan pemilik yang merupakan imbas dari rusaknya kapal. Produksi perikanan Hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Tanjung Pasir terdiri dari bermacam-macam jenis seperti alu-alu, kuwe, pari, cucut, kurisi, samge, manyung dan berbagai jenis lainnya. Rata-rata ikan yang didaratkan mencapai 6 – 10 ton per bulannya. Produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir pada tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada Tabel 5.
8
Tabel 5 Produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir tahun 2010 – 2013 Tahun 2010 2011 2012 2013
Total Produksi (Ton) 100,293 117,115 115,801 105,626
Nilai Produksi (Rp) 1.107.329.000 1.416.665.500 1.498.522.000 1.723.299.000
Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa rata-rata total produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir mencapai 109,709 ton/tahun dan nilai produksi perikanan mencapai Rp1.436.453.875,00/tahun.
Kondisi Permodalan Menurut Listianingsih (2008), persediaan modal digunakan oleh nelayan untuk membeli sarana produksi, biaya peralatan atas kerusakan kapal setiap saat, dan biaya kebutuhan operasi perahu setiap hari. Kebutuhan operasional meliputi: pembelian minyak solar/minyak tanah untuk bahan bakar mesin; minyak tanah untuk bahan bakar lampu dan kompor; es untuk menjaga kualitas ikan agar tidak mudah busuk; air untuk memasak dan minum; bahan makanan dan jajanan seperti beras, mie, sayur, gula, kopi, susu, teh, roti, dan rokok. Sumber modal yang biasa digunakan nelayan adalah modal pribadi dan langgan (tengkulak). Bagi nelayan yang tidak memiliki langgan, biaya kerusakan perahu atau kekurangan persediaan modal terpaksa harus ditanggung sendiri sehingga seringkali nelayan tidak dapat melaut karena kekurangan modal. Sumber modal kerja bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir umumnya berasal dari modal pribadi dan modal pemilik warung. Modal pribadi merupakan modal kerja yang digunakan nelayan yang berasal dari keuangan pribadi nelayan, sedangkan warung merupakan toko-toko yang menyediakan kebutuhan melaut (solar, ransum, dan kebutuhan melaut lainnya) dimana nelayan diperbolehkan berhutang terlebih dahulu apabila belum mampu membeli kebutuhan tersebut. Pemilik warung sendiri tidak menyediakan fasilitas peminjaman uang tunai dan tidak mengenakan bunga kepada nelayan yang berhutang kebutuhan melaut. Hutang akan dibayar setelah nelayan memiliki pendapatan yang cukup setelah melaut. Harga kebutuhan melaut yang diperoleh dari warung lebih mahal dibandingkan harga normal, misalnya harga solar di warung sebesar Rp6.500,00 sedangkan harga di SPBU pelabuhan sebesar Rp5.500,00. Harga solar di SPBU pelabuhan lebih murah karena harga tersebut merupakan subsidi pemerintah. Nelayan lebih sering membeli solar di warung karena persediaan solar di SPBU pelabuhan dibatasi oleh pemerintah daerah dan juga karena tidak harus dibayar langsung. Menurut Lubis et al. (2012), pembelian solar yang lebih mahal dari SPBU merupakan kerugian secara langsung bagi nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan. Menurut Satria (2001), hasil penangkapan yang dijual melalui pelelangan dibagi berdasarkan status. Nelayan pemilik mendapatkan dua bagian yaitu upah pribadi dan biaya operasi unit penangkapan yang digunakan untuk perawatan ataupun modal perbekalan untuk trip selanjutnya. Nelayan buruh mendapatkan satu bagian yang merupakan upah kerja. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di PPI
9
Tanjung Pasir dimana nelayan-nelayan pemilik berperan sebagai penyedia modal melaut karena telah mendapatkan upah bagian untuk perbekalan dari pendapatan melaut sebelumnya. Modal investasi yang dibutuhkan nelayan hanya diperoleh dari hasil tabungan pribadi nelayan. Nelayan akan menyisihkan keuntungan hasil melautnya untuk ditabung guna membeli kapal, mesin, dan alat tangkap. Modal investasi nelayan gillnet berkisar antara Rp11.000.000,00 – Rp19.200.000,00 sedangkan nelayan rawai tetap berkisar antara Rp8.200.000,00 – Rp15.500.000,00. Jumlah modal investasi nelayan akan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Jumlah modal investasi nelayan PPI Tanjung Pasir Jenis Kebutuhan Kapal Alat tangkap Mesin Jumlah modal
Kisaran Modal Investasi (Rp) Nelayan Gillnet Nelayan Rawai Tetap 4.000.000 – 6.500.000 5.000.000 – 9.000.000 5.000.000 – 9.000.000 700.000 – 1.000.000 2.500.000 – 3.700.000 2.500.000 – 5.500.000 11.000.000 – 19.200.000 8.200.000 – 15.500.000
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa harga kapal di PPI Tanjung Pasir umumnya tergolong rendah karena mayoritas nelayan membeli kapal bekas kemudian direparasi ulang. Harga kapal rawai tetap lebih mahal dibandingkan kapal gillnet karena ukuran kapal rawai tetap lebih besar, sedangkan harga alat tangkap gillnet jauh lebih mahal dibandingkan rawai tetap. Harga mesin pada kapal rawai tetap lebih tinggi karena nelayan rawai tetap umumnya menggunakan mesin Dong Feng 23 PK yang lebih tinggi dibanding mesin pada kapal gillnet yaitu Dong Feng 16 PK. Nelayan rawai tetap lebih memilih mesin berkekuatan 23 PK dibanding 16 PK karena jarak tempuh nelayan rawai tetap menuju fishing ground lebih jauh dibanding nelayan gillnet. Mesin yang berkekuatan lebih tinggi akan membuat kapal rawai tetap lebih cepat untuk menuju fishing ground dan kembali ke TPI untuk melelang hasil tangkapannya dengan tepat waktu. Modal kerja dalam sekali melaut yang dibutuhkan nelayan gillnet berkisar antara Rp85.000,00 – Rp127.500,00 dan nelayan rawai tetap berkisar antara Rp237.500,00 – Rp310.000,00. Jumlah modal kerja nelayan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Jumlah modal kerja nelayan PPI Tanjung Pasir per trip Jenis Kebutuhan Solar Ransum Umpan Jumlah modal
Kisaran Modal Kerja (Rp) Nelayan Gillnet Nelayan Rawai Tetap 65.000 – 97.500 97.500 – 130.000 20.000 – 30.000 20.000 – 30.000 0 120.000 – 150.000 85.000 – 127.500 237.500 – 310.000
Bahan bakar yang digunakan kapal rawai tetap lebih banyak dibandingkan kapal gillnet karena lokasi fishing ground kapal rawai tetap yang lebih jauh. Modal kerja nelayan rawai tetap jauh lebih besar dibandingkan nelayan gillnet
10
karena nelayan rawai tetap harus membeli umpan yaitu cumi-cumi sebanyak tiga kilogram di bagan.
Peran KUR dalam Membantu Biaya Operasional Nelayan Gambaran umum Kredit Usaha Rakyat Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program kredit/pembiayaan pemerintah yang diresmikan pada tanggal 5 November 2007. Kredit Usaha Rakyat diberikan oleh perbankan kepada UMKMK (Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Koperasi) yang feasible namun bankable dalam arti usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan pinjaman namun belum memenuhi syarat-syarat perbankan. Kegiatan UMKM dan Koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah kegiatan yang bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan, perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung mengakses KUR di kantor cabang atau kantor cabang pembantu bank pelaksana. Bank pelaksana penyaluran KUR terdiri dari Bank Rakyat Indonesia, Bank Negara Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Bukopin, Bank Mandiri Syariah, Bank Negara Indonesia Syariah, dan 26 Bank Pembangunan Daerah yang tersebar di seluruh Indonesia (Komite KUR 2013). Sumber dana KUR berasal sepenuhnya dari dana dari bank penyalur yang dihimpun dari masyarakat (bukan dana pemerintah). Menurut Fahmi dan Hadi (2009), dana yang dihimpun dari masyarakat bersumber dari tabungan dan deposito masyarakat yang mempercayakan sejumlah dananya untuk dikelola oleh suatu perbankan dan mereka memperoleh keuntungan dalam bunga. Kredit Usaha Rakyat terbagi dalam tiga jenis kredit yaitu KUR Mikro, KUR Ritel, dan KUR Linkage. KUR Mikro merupakan kredit dengan plafond maksimal Rp20.000.000,00 dan suku bunga efektif maksimal 22% per tahun atau setara dengan suku bunga flat maksimal 1,125% per bulan, KUR Ritel dengan plafond lebih dari Rp20.000.000,00 sampai dengan Rp500.000.000,00 dengan suku bunga efektif maksimal 13% per tahun. KUR Linkage sendiri terbagi menjadi dua yaitu KUR Linkage Program Executing dengan plafond maksimal Rp2.000.000.000,00 dan KUR Linkage Program Channelling dengan plafond sesuai dengan ketentuan KUR Mikro dan KUR Ritel (Komite KUR, 2013). Program kredit yang diikuti nelayan PPI Tanjung Pasir adalah KUR Mikro karena sesuai dengan usaha nelayan yang merupakan perikanan skala kecil. Prosedur pengajuan KUR Nelayan yang menjadi calon debitur program KUR harus melewati beberapa prosedur sebelum dilakukan pencairan dana pinjaman. Prosedur pengajuan KUR di bank BRI adalah sebagai berikut: 1. Calon debitur mendatangi unit pengajuan di kantor cabang unit dan membuat surat permohonan pinjaman KUR yang menerangkan nominal dan tujuan peminjaman. 2. Calon debitur memenuhi syarat-syarat administrasi.
11
3. Account Officer mengunjungi rumah/tempat usaha nelayan calon debitur dan menilai usahanya (dapat dinilai dari laporan keuangan, kapal, dan investasi lainnya. 4. Pihak bank unit melakukan analisis kredit sebagai bahan pertimbangan kepada kepala cabang unit bank. 5. Apabila sudah terhitung layak dari hasil analisis kredit, calon debitur wajib menandatangani offering letter atau surat penawaran dan membuat kesepakatan antara nelayan calon debitur dengan pihak bank dalam hal hak dan kewajiban masing-masing pihak. 6. Kepala cabang unit bank mengeluarkan keputusan kredit yaitu keputusan dimana pengajuan KUR diterima atau tidak. 7. Apabila pengajuan sudah diterima melalui kepala cabang unit, maka akan dilakukan pencairan uang oleh bank. Secara keseluruhan prosedur tersebut sudah cukup efektif bagi nelayan yang ingin mengajukan KUR karena birokrasi pengajuan yang tidak rumit. Nelayan juga cukup mudah untuk mengakses pinjaman karena telah disediakan Teras BRI yang berjarak kurang lebih seratus meter dengan lokasi PPI Tanjung Pasir. Nelayan calon debitur juga harus menyertakan beberapa persyaratan yang wajib dipenuhi. Persyaratan tersebut terdiri dari persyaratan administrasi dan persyaratan lainnya sebagai bahan pertimbangan bagi bank untuk menentukan apakah nelayan layak atau tidak untuk mengajukan KUR. Persyaratan administrasi terdiri dari: 1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk 2. Fotokopi Kartu Keluarga 3. Pas foto berwarna ukuran 4x6 4. Pas kapal 5. Surat Keterangan Usaha dari kelurahan 6. Fotokopi akta nikah (apabila nelayan sudah menikah) 7. Jaminan/agunan (tidak diwajibkan) Pihak bank menyatakan bahwa agunan tidak diwajibkan dalam pengajuan pinjaman KUR, namun terkadang bank meminta agunan hanya sebagai jaminan moril agar debitur mempunyai komitmen untuk membayar angsuran dan melunasi pinjaman tepat waktu. Persyaratan lainnya adalah: 1. Calon debitur memiliki usaha yang menguntungkan, memiliki prospek,dan layak (feasible). 2. Calon debitur tidak sedang memiliki tunggakan dengan bank lain. 3. Calon debitur tidak sedang mendapat pinjaman dari bank lain (kecuali bantuan pemerintah). Menurut keterangan dari nelayan responden, keseluruhan persyaratan yang dikenakan tersebut dapat dipenuhi, namun bagi keseluruhan nelayan yang merupakan non debitur ada persyaratan yang belum mampu dipenuhi seperti pas kapal. Mayoritas nelayan di PPI Tanjung Pasir belum memiliki pas kapal atau sudah memiliki namun belum memperbarui masa aktifnya. Pihak bank juga melakukan penyidikan dan analisis kredit dalam setiap permohonan kredit oleh nelayan guna meninjau kelayakan calon debitur untuk diberikan pinjaman. Penyidikan langsung dilakukan oleh mantri atau account officer (AO) dengan mendatangi lokasi rumah maupun tempat usaha calon debitur
12
untuk menilai usaha ataupun segala sesuatu mengenai calon debitur. AO tidak hanya mendatangi calon debitur tetapi juga rekan atau relasi calon debitur lainnya untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan mencegah terjadinya kebohongan. Analisa kredit terdiri dari identitas, perhitungan kredit, dan 5C (character, collateral, capacity, capital, dan condition of economy). Menurut Deckiyanto (2013), analisis kredit yang dilakukan harus dibuat secara lengkap, akurat, dan objektif meliputi: 1. Penggambaran semua informasi yang berkaitan dengan usaha dan data calon debitur termasuk hasil penelitian pada daftar kredit macet. 2. Penilaian kelayakan jumlah permohonan kredit dengan kegiatan usaha yang akan dibiayai dengan sasaran menghindari kemungkinan terjadinya hal-hal yang dapat merugikan pihak bank. 3. Penyajian penilaian yang objektif dan tidak dipengaruhi oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan permohonan kredit. Tingkat bunga pinjaman yang dikenakan adalah maksimal 22% efektif per tahun (berdasarkan kebijakan pemerintah) atau setara dengan 1,125% flat per bulan. Perhitungan bunga KUR yang digunakan oleh BRI Unit Kampung Melayu adalah bunga tetap (flat rate) yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Menurut keterangan dari nelayan debitur, mereka masih menyanggupi tingkat bunga yang dikenakan. Pihak bank memiliki regulasi dalam dalam hal tenggat waktu pelunasan dan berapa kali jumlah angsuran. Hal ini akan disepakati oleh nelayan debitur dan pihak bank dalam proses penyerahan offering letter. Bank juga memberikan kemudahan dalam menetapkan tenggat waktu pelunasan sesuai dengan kemampuan nelayan debitur untuk mengangsur kredit. Tindak lanjut dan proses pengembalian pinjaman Kantor Cabang Unit BRI Kampung Melayu memberikan pendampingan selama tiga atau enam bulan sekali kepada nelayan debitur KUR dalam rangka melihat perkembangan ekonomi nelayan debitur dan memberikan arahan dalam mengelola keuangan kepada nelayan debitur. Dalam proses pengembalian pinjaman, KCU BRI Kp. Melayu menawarkan pinjaman jangka waktu setahun dengan dua belas kali angsuran dan jangka waktu dua tahun dengan 24 kali angsuran. Proses pembayaran angsuran pinjaman dilakukan di kantor unit atau kantor teras dan dibayarkan secara tunai. Apabila angsuran telah lunas dibayarkan oleh nelayan debitur, bank akan menawarkan peminjaman untuk tahap selanjutnya kepada nelayan debitur. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan responden, mereka masih mampu mencicil angsuran pinjaman per bulannya. Kendala-kendala yang dialami hanya berupa keterlambatan pembayaran angsuran dalam beberapa hari. Bagi nelayan yang tidak lancar dalam membayar angsuran akan didatangi oleh pihak bank yang diwakili oleh mantri dalam rangka penagihan dan apabila tetap tidak mampu membayar akan dihapus dari daftar debitur (black list) dimana debitur tidak akan mampu untuk mengajukan KUR selanjutnya baik dari bank terkait maupun dengan bank lain.
13
Penggunaan dana KUR dalam memenuhi modal operasional beberapa trip Modal yang diperoleh oleh nelayan dari pinjaman KUR tidak hanya digunakan untuk menambah modal investasi, melainkan juga menambah modal kerja. Modal akan digunakan untuk membeli atau memperbaiki kebutuhan investasi (kapal, mesin, dan alat tangkap) terlebih dahulu. Sisa dari modal yang masih ada akan digunakan nelayan untuk menambah modal kerja sehari-hari. Berdasarkan data yang diperoleh, apabila sisa modal tersebut sedikit atau sekitar Rp1.000.000,00, maka akan membantu nelayan dalam memenuhi modal kerja minimal selama tiga trip, sedangkan jika sisa modal cukup banyak atau sekitar Rp8.000.000,00 akan mampu memenuhi modal kerja nelayan minimal selama 25 trip. Sisa modal tersebut sangat membantu nelayan dalam memenuhi modal kerja ketika modal pribadi nelayan belum mencukupi atau saat nelayan tidak memiliki modal kerja sama sekali.
Pelaksanaan Penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir Besarnya pinjaman diberikan kepada nelayan melalui program KUR sesuai dengan regulasi peminjaman KUR Mikro yaitu berkisar antara Rp1.000.000,00 – Rp20.000.000,00. Terdapat beberapa ketentuan dalam besar pinjaman yang diajukan nelayan debitur. Nelayan debitur tidak dapat mengajukan pinjaman skala besar pada peminjaman pertama. Bank hanya mengizinkan peminjaman dalam kisaran Rp1.000.000,00 – Rp5.000.000,00. Apabila angsuran pinjaman sudah dilunasi seluruhnya, nelayan debitur akan ditawarkan pinjaman selanjutnya oleh pihak bank. Pihak bank juga menyarankan agar pada pinjaman selanjutnya, nelayan mengajukan pinjaman yang lebih besar dibandingkan pinjaman tahap pertama. Hal ini bertujuan agar nelayan debitur mampu meningkatkan taraf ekonominya dengan meningkatkan nilai modal kerja maupun modal investasi. Pada dasarnya tujuan ini juga sesuai dengan misi dari bank terkait untuk meningkatkan taraf ekonomi para debiturnya. Dalam mengeluarkan keputusan jumlah pinjaman KUR kepada nelayan debitur, pihak bank mempertimbangkan beberapa faktor. Menurut Lubis dan Rachmina (2011), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap realisasi KUR terhadap debitur adalah omzet usaha per bulan, tingkat pendapatan bersih per bulan, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan. Agunan yang diminta dari para debitur bukanlah penentu utama keputusan realisasi KUR namun agunan tetap diminta sebagai langkah antisipasi apabila terjadi kredit macet. Pinjaman KUR yang diterima nelayan dialokasikan untuk modal kerja sehari-hari, modal investasi, atau perbaikan unit penangkapan ikan. Berdasarkan wawancara terhadap nelayan debitur, realisasi pinjaman tahap awal berkisar antara Rp3.000.000,00 – Rp5.000.000,00, sedangkan pinjaman terbesar yang pernah diajukan adalah sebesar Rp15.000.000,00 yang dialokasikan untuk berbagai keperluan baik investasi maupun modal kerja. Alokasi dana KUR dapat dilihat pada Tabel 8.
14
Tabel 8 Alokasi dana KUR Sampel Alokasi Dana KUR
Nelayan A
Nelayan B
Nelayan C
Tahap 1 (Tahun 2011) Pengadaan gillnet Tahap 2 (Tahun 2013) Pengadaan gillnet Tahap 1 (Tahun 2011) Pembelian mesin Tahap 2 (Tahun 2012) Perbaikan kapal selama satu tahun dan penambahan modal kerja Tahap 3 (Tahun 2013) Perbaikan kapal selama satu tahun, penambahan modal kerja sehari-hari, dan kebutuhan rumah tangga Tahap 1 (Tahun 2013) Pembelian kapal Tahap 2 (Tahun 2014) Perbaikan kapal selama satu tahun, penambahan modal kerja, dan kebutuhan rumah tangga
Jangka Waktu Pelunasan
Besar Modal Pinjaman yang Diterima (Rp)
2 tahun
3.000.000,00
2 tahun
3.000.000,00
1 tahun
4.000.000,00
1 tahun
3.000.000,00
2 tahun
10.000.000,00
1 tahun
5.000.000,00
2 tahun
15.000.000,00
Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa nelayan A yang merupakan nelayan gillnet mengalokasikan pinjaman KUR hanya untuk memenuhi modal investasi. Nelayan B merupakan nelayan rawai tetap mengalokasikan pinjaman KUR untuk memenuhi modal investasi dan modal kerja untuk melaut. Nelayan yang mengajukan KUR tidak hanya nelayan yang terdaftar resmi di TPI seperti nelayan C yang merupakan nelayan pancing ulur. Hal ini menandakan bahwa setiap nelayan bebas untuk mengajukan KUR meskipun tidak berhubungan langsung dalam operasional pelabuhan perikanan setempat. Jumlah modal KUR yang diterima nelayan dari pihak bank merupakan hasil kesepakatan antara nelayan dan pihak bank. Nelayan tidak dapat meminjam dana sejumlah yang dicantumkan di awal pengajuan karena biasanya bank akan menghitung kembali jumlah dana yang dibutuhkan nelayan dan kemudian melihat jumlah modal pribadi nelayan pada saat itu. Jumlah modal yang dikucurkan pihak bank hanya menambahkan modal pribadi nelayan dalam memenuhi kebutuhan modal mereka. Perbandingan antara kebutuhan modal nelayan dengan modal yang diperoleh dari KUR disajikan pada Tabel 9.
15
Tabel 9 Perbandingan antara kebutuhan modal nelayan PPI Tanjung Pasir dengan modal KUR yang diperoleh Kebutuhan Modal yang Sampel Perihal Tahun Modal diperoleh dari Nelayan (Rp) KUR (Rp) Nelayan Pengadaan gillnet 2011 8.000.000,00 3.000.000,00 A Pengadaan gillnet Nelayan B
Pembelian mesin baru Perbaikan kapal selama setahun Penambahan modal kerja dan kebutuhan rumah tangga Perbaikan kapal selama setahun Penambahan modal kerja dan kebutuhan rumah tangga
Nelayan C
Pembelian kapal Perbaikan kapal selama setahun Penambahan modal kerja dan kebutuhan rumah tangga
2013
8.000.000,00
3.000.000,00
2011
5.000.000,00
4.000.000,00
2012
2.000.000,00
3.000.000,00
2012 2013 2013
sisa dari perbaikan kapal = 1.000.000,00 2.000.000,00
10.000.000,00
sisa dari perbaikan kapal = 8.000.000,00
2013
8.000.000,00
5.000.000,00
2014
2.000.000,00
15.000.000,00
2014
sisa dari perbaikan kapal = 13.000.000,00
Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa besarnya pengajuan pinjaman beberapa diantaranya lebih kecil atau lebih besar dari jumlah kebutuhan modal yang sebenarnya. Pengajuan pinjaman nelayan B tahun 2011 kebutuhan modal sebesar Rp5.000.000,00 sedangkan realisasi pinjaman hanya mencapai Rp4.000.000,00. Hal ini menandakan bahwa pada pengajuan pinjaman awal nelayan debitur tidak dapat langsung mengajukan pinjaman dalam jumlah yang besar. Pada tahun 2013, nelayan yang sama mendapatkan jumlah pinjaman sebesar Rp10.000.000,00 dengan tujuan awal pengajuan untuk memenuhi kebutuhan perbaikan kapal (docking) selama setahun sebesar Rp2.000.000,00. Menurut keterangan pihak bank, hal ini bertujuan agar modal KUR tidak hanya mencukupi bagi modal investasi namun juga dapat menambahkan modal kerja melaut bagi nelayan. Pihak bank juga telah mempercayai nelayan debitur tersebut karena rekam jejak yang baik dalam pembayaran angsuran pada pinjaman KUR sebelumnya. Modal kerja yang didapat merupakan sisa dari modal KUR yang sudah dianggarkan untuk modal investasi nelayan. Selain digunakan sebagai modal kerja, sebagian kecil modal tersebut juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-
16
hari rumah tangga nelayan. Menurut Deckiyanto (2013), debitur yang terkadang mengalokasikan dana KUR untuk hal-hal lain selain kepentingan usaha dapat memicu terjadinya kredit macet. Pihak bank perlu memperhatikan hal ini dan membuat pengawasan yang ketat dalam pengalokasian dana KUR pada nelayan debitur. Penyaluran KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir masih sangat minim. Hal ini disebabkan karena sektor on farm belum menjadi prioritas karena sektor ini memiliki risiko bisnis yang lebih tinggi dibandingkan sektor usaha off farm (Lubis dan Rachmina 2011). Perbankan yang menjalankan program pembiayaan mikro (microfinance) mengalami beberapa permasalahan pada pertanian skala kecil seperti infrastruktur yang kurang yang menyebabkan biaya tinggi (high cost), resiko iklim buruk, fluktuasi harga dan pasar, kurangnya pengalaman petani dalam mengevaluasi nilai (value) dari usaha pertaniannya, pendidikan pertani yang rendah, dan sulitnya penjaminan ketahanan usaha (Rao et al. 2010). Pengalaman akan buruknya tanggung jawab nelayan dalam proses pengembalian pinjaman pada program kredit nelayan menjadi salah satu faktor yang menyulitkan bank menerima pengajuan pinjaman kredit dari nelayan. Salah satu program kredit nelayan yang mengalami kredit macet adalah kredit motorisasi dimana banyak nelayan kreditur belum memenuhi kewajiban dalam pengembalian kredit (Bunyamin 1992). Dana KUR sudah diberikan secara tepat sasaran kepada nelayan di PPI Tanjung pasir dimana nelayan yang menjadi debitur KUR seluruhnya memiliki usaha yang tergolong perikanan skala kecil. Hal ini sesuai dengan tujuan dari awal KUR yaitu memberikan kredit kepada usaha mikro, kecil, dan menengah. Namun masih ada hal yang menyimpang dalam penyaluran KUR di PPI Tanjung Pasir yaitu penggunaan kredit selain untuk kebutuhan melaut juga digunakan untuk kebutuhan rumah tangga nelayan debitur. Pihak bank penyalur juga perlu meningkatkan pengawasan terhadap nelayan-nelayan debitur dalam rangka menjamin penggunaan yang diberikan benar-benar digunakan untuk meningkatkan skala usaha perikanan mereka dan mencegah kredit macet. Masih banyak nelayan yang belum mengajukan pinjaman KUR. Berdasarkan wawancara terhadap 23 nelayan di PPI Tanjung Pasir, terdapat beberapa alasan nelayan tidak mengajukanpinjaman KUR antara lain karena: 1. Sebelas orang nelayan belum mengetahui adanya program KUR di PPI Tanjung Pasir. 2. Sepuluh orang nelayan tidak berani mengikuti program karena khawatir tidak mampu membayar angsuran secara rutin per bulan. 3. Dua orang nelayan beranggapan bahwa pinjaman dari perbankan akan menyulitkan nelayan. Sosialisasi program KUR perlu ditingkatkan lebih lanjut kepada nelayannelayan di PPI Tanjung Pasir. Pihak bank terkait dapat bekerja sama dengan pihak pelabuhan dalam mensosialisasikan program KUR ke seluruh nelayan. Pihak bank dan pelabuhan diharapkan tidak hanya mensosialisasikan tentang adanya program KUR yang berjalan di PPI Tanjung Pasir, namun juga memberikan informasi mengenai prosedur pengajuan pinjaman, tingkat suku bunga, dan hal-hal lain yang bersangkutan dengan KUR sehingga nelayan juga dapat merubah pola pikirnya terhadap program ini.
17
Bank memiliki target dalam penyaluran KUR sejumlah anggaran awal, namun bank belum menganggarkan secara khusus untuk bidang perikanan tangkap di PPI Tanjung Pasir. Dalam rangka meningkatkan pencapaian realisasi KUR, pihak perbankan melakukan beberapa upaya seperti sosialisasi KUR yang lebih meluas kepada masyarakat terkhusus nelayan PPI Tanjung Pasir, penambahan account officer atau mantri.dan mempermudah birokrasi pengajuan KUR bagi calon debitur.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Unit penangkapan ikan (nelayan, kapal, dan alat tangkap) yang mendominasi di PPI Tanjung Pasir terdiri dari gillnet dan rawai tetap. Jumlah unit penangkapan ikan di PPI Tanjung Pasir mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2013. Rata-rata total produksi perikanan di PPI Tanjung Pasir mencapai 109,709 ton/tahun dan nilai produksi perikanan mencapai Rp1.436.453.875,00/tahun. Sumber modal kerja bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir berasal dari modal pribadi dan pemilik warung sedangkan sumber modal investasi berasal dari modal pribadi. Jumlah modal investasi nelayan berkisar antara Rp8.200.00,00 – Rp19.200.000,00, sedangkan modal kerja yang dibutuhkan nelayan berkisar antara Rp85.000,00 – Rp310.000,00. Nelayan di PPI Tanjung Pasir yang menjadi debitur KUR umumnya mampu memenuhi persyaratan pengajuan KUR karena persyaratan yang mudah dan prosedur yang cukup efektif. Suku bunga yang diwajibkan bank sebesar 22% efektif per tahun masih mampu ditanggung nelayan debitur. Modal KUR digunakan untuk menambah modal investasi (kapal, mesin, dan alat tangkap) dan menambah modal kerja minimal selama 3 – 25 trip. Modal KUR yang diterima nelayan debitur yang berkisar antara Rp1.000.000,00 – Rp20.000.000,00 (sesuai dengan regulasi KUR Mikro) dengan realisasi pinjaman tahap awal berkisar antara Rp3.000.000,00 – Rp5.000.000,00 dan pinjaman terbesar yaitu Rp15.000.000,00. Besar uang yang dipinjamkan pihak bank sudah mencukupi kebutuhan modal dari nelayan debitur.Penyaluran KUR bagi nelayan di PPI Tanjung Pasir masih perlu ditingkatkan karena masih banyak nelayan yang belum mengikuti program ini. Saran Pihak bank yang menyalurkan KUR Mikro di PPI Tanjung Pasir perlu bekerja sama dengan pihak pelabuhan dalam mensosialisasikan KUR bagi nelayan-nelayan yang belum menjadi debitur dalam bentuk penyuluhan dan meningkatkan pengawasan terhadap nelayan-nelayan debitur dalam rangka mencegah kredit macet. Perlu adanya penelitian mengenai dampak ekonomi bagi nelayan yang menjadi debitur KUR sebagai penelitian lanjutan yang dapat mengevaluasi tingkat keberhasilan KUR dalam meningkatkan taraf ekonomi nelayan di PPI Tanjung Pasir.
18
DAFTAR PUSTAKA Ayodhyoa A. U. 1981. Metodologi Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. [BPS] Badan Pusat Statistik.2013. Statistik Kemiskinan Indonesia. Jakarta (ID): BPS Bunyamin. 1992. Kredit Motorisasi dan Manfaatnya Terhadap Pendapatan Nelayan Anggota KUD Mina di Kabupaten Pontianak. [Internet]. Jakarta (ID): LIPI. [diunduh 2014 Jul 13]. Tersedia pada: http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/11120. Deckiyanto F. 2013. Efektifitas Kebijakan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro Berdasarkan Surat Edaran Direksi Nose: S.09c – DIR/ADK/03/2010 atas Ketentuan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (Studi di Bank Rakyat Indonesia Unit Sleko Cabang Madiun). [Skripsi]. Fakultas Hukum. Universitas Brawijaya. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan 2013. Rekapitulasi Data Perikanan Kabupaten Tangerang. Tangerang (ID): DKP Fahmi I, Hadi YL. 2009. Pengantar Manajemen Perkreditan. Bandung: Alfabeta. Ningsih D. A. 2011. Pengaruh Patron-Klien Terhadap Perilaku Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan (Kasus: Desa Tanjung Pasir, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten). [Skripsi]. Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.Fakultas ekologi Manusia.Institut Pertanian Bogor. Komite KUR. 2013. Maksud dan Tujuan KUR. [Internet]. [diunduh 2013 Nov 20]. Tersedia pada: http://komite-KUR.com/menu utama/Maksud dan Tujuan. Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Listianingsih W. 2008. Sistem Pemasaran Hasil Perikanan dan Kemiskinan Nelayan (Studi Kasus: di PPI Muara Angke, Kota Jakarta Utara). [Skripsi].Program Studi Manajemen Bisnis Ekonomi Perikanan Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Lubis AM, Rachmina D. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit Usaha Rakyat. Forum Agribisnis. [Internet]. [28 Mei 2014]; 1(2): 112-131. Tersedia pada:http://repository.ipb.ac.id/handle/ 12345678958633. Lubis E. 2012. Pelabuhan Perikanan. Bogor (ID). IPB Press Lubis E, Pane AB, Muninggar R, Hamzah A. 2012. Besaran Kerugian Nelayan dalam Pemasaran Hasil Tangkapan: Kasus Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu. Maspari Journal. [Internet]. [18 Juni 2014]; 4(2): 159-167. Tersedia pada: http://jurnalmaspari.blogspot.com/2012/09/besaran-kerugiannelayan-dalam.html Rao MVKS, Kumari TH, Tirumala P. 2010. The Role of Micro-finance for Sustainable Development in India Agricultural Sector. Micro Finance for Agricultural Development. 3: 15-24. Satria A. 2001. Dinamika Modernisasi Nelayan: Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan. Bandung: Humonaria Utama Press. Sutarjo SC. Potensi Laut Dunia Berubah Signifikan [internet]. Jakarta (ID): KKP. [diunduh tanggal 12 Jul 2014]. Tersedia pada alamat web
19
http://www.kkp.go.id/index.php/arsip/c/9861/Potensi-Laut-Dunia-BerubahSignifikan/?category_id=58
20
Lampiran 1 Tabel angsuran KUR Mikro Bank BRI Unit Kampung Melayu Plafond (Rp) 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 8.000.000 9.000.000 10.000.000 11.000.000 12.000.000 13.000.000 14.000.000 15.000.000 16.000.000 17.000.000 18.000.000 19.000.000 20.000.000
Angsuran (Rp) 12 Bulan 24 Bulan 93.600 51.900 187.200 103.700 280.800 155.600 374.300 207.500 467.900 259.300 561.500 311.200 655.100 363.100 748.700 414.900 842.300 466.800 935.800 518.700 1.029.400 570.500 1.123.000 622.400 1.216.600 674.300 1.310.200 726.100 1.403.800 778.000 1.497.300 829.900 1.590.900 881.700 1.684.500 933.600 1.778.100 985.500 1.871.700 1.037.300
21
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang Selatan pada tanggal 31 Agustus 1992 dari Bapak Tonny Hutajulu dan Ibu Dosma Simangunsong, SPd. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Tes Masuk (UTM) Institut Pertanian Bogor dan diterima di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menuntut ilmu di IPB, penulis cukup aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan universitas. Pada tahun 2012 penulis menjadi koordinator tim Persekutuan Siswa Kristen Bogor Komisi Pelayanan Siswa periode 2012 dan koordinator Tim Pelayanan SMPN 11 Komisi Pelayanan Siswa Bogor periode 2013 di Unit Kegiatan Mahasiswa Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB.