ANALISIS PENYALURAN KREDIT USAHA KECIL DAN MIKRO (KUKM) DI KOTA PAREPARE MUHAMMAD RAKIB Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyaluran KUKM di Kota Parepare selarna lima tahun (2010-2014). Penelitian ini menggunakan rancangan analisis taksiran (forecast) dengan metode Trend Least Square dan analisis Standar Deviasi. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare selama lima tahun ke depan (20102014) cenderung meningkat, tiap tahunnya meningkat 7,34 persen. Berdasarkan hasil analisis standar deviasi diketahui bahwa tingkat penyimpangan yang kemungkinan dapat terjadi sebesar Rp 2.444.901.866,- dari nilai rata-rata jumlah penyaluran KUKM yang diharapkan sebesar Rp 24.534.931.589 atau sebesar 9,97 persen, sehingga penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare tahun ke depan sangat aman/sangat baik. Kata kunci: Penyaluran Kredit, Usaha Kecil dan Mikro PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah. Peran penting tersebut telah mendorong banyak negara termasuk Indonesia untuk terus berupaya mengembangkan UKM. Setidaknya terdapat tiga alasan yang mendasari negara berkembang memandang pentingnya keberadaan UKM, yaitu pertama karena kinerja UKM cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif. Kedua, sebagai bagian dari dinamikanya, UKM sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi. Ketiga adalah karena sering diyakini bahwa UKM memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dari pada usaha besar. Lebih lanjut, usaha kecil dan usaha rumah tangga di Indonesia telah memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha, dan mendukung pendapatan rumah tangga. Perkembangan usaha dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal perusahaan. Salah satu faktor internal yang cukup berperan besar dalam mempengaruhi perkembangan usaha, yaitu termasuk UKM adalah merupakan modal untuk investasi maupun modal kerja. Kesulitan memperoleh modal merupakan masalah klasik yang masih menghantui UKM di Indonesia selama ini. Permasalahan modal tersebut timbul karena tidak adanya titik temu UKM sebagai debitor dan pihak kreditor. Di sisi debitor, karateristik dari sebagian besar UKM di Indonesia yaitu masih belum menjalankan bisnisnya dengan prinsip-prinsip manajemen modern, tidak/belum memiliki badan usaha resmi, dan keterbatasan aset yang dimiliki. Sementara itu, di sisi kreditor, pemodal atau lembaga pembiayaan untuk melindungi resiko kredit, menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-prinsip manajemen modern, ijin usaha resmi serta adanya jaminan (collateral). Lembaga perbankan sebagai salah satu sumber modal secara optimal masih belum dapat membantu permasalahan yang dihadapi UKM. Relatif tingginya tingkat bunga
kredit perbankan, prosedur serta persyaratan pengajuan kredit yang relatif sulit untuk dipenuhi, serta tidak adanya jaminan merupakan alasan utama bagi sebagian besar UKM untuk tidak mengajukan kredit kepada perbankan, UKM dengan segala keterbatasannya masih sulit untuk meraih modal dari sumber-sumber modal lembaga-lembaga keuangan non-bank seperti pasar modal dan leasing. Fungsi dan tujuan perbankan Indonesia adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dan bertujuan untuk menjunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Sebagaimana implementasi fungsi dan tujuan tersebut maka keberadaan PT. Bank Sulawesi Selatan melalui seluruh kantor cabang, melakukan usaha berupa penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan memberikan berbagai jenis kredit. Bank telah mengumpul dana, kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit untuk pembiayaan sektor-sektor ekonomi yang produktif. Salah satu jenis kredit yang dilayani PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare adalah Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) yang melekat pada fungsi PT. Bank Sulawesi Selatan yang mengandung arti sebagai alat penggunaan dalam pembiayaan usaha masyarakat khususnya usaha kecil dan Mikro. Bank harus menyalurkan dana-dana yang dimilikinya secara aktif pada sasaran yang tepat, yaitu meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan mikro. Persentase target dan realisasi penyaluran dana Kredit Usaha Kecil dan Mikro melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare berfluktuasi. Penulis menetapkan bahwa tahun 2005 merupakan tahun dasar, sehingga persentase realisasi penyaluran pada tahun 2005 adalah 100 persen atau Rp 15.505.112.367,-. Pada tahun 2006 - 2007 terjadi penurunan target dan realisasi penyaluran dana kredit menjadi 87,62 persen dan 88,48 persen (Rp 13.585.699.854,dan Rp 12.019.988.824,-). Selanjutnya, pada tahun 2008 mengalami kenaikan realisasi penyaluran dana kredit menjadi 123,16 persen atau Rp. 14.803.387.880,- dan meningkat drastis pada tahun berikutnya yaitu tahun 2009 menjadi 159,02 persen atau Rp.23.540.301.798,-. Kenaikan persentase penyaluran dana KUKM tersebut tidak lepas dari peran pemerintah setempat yaitu dengan adanya Program Pemerintah Nasional mengenai peningkatan komoditas utama. Berdasarkan penjelasan data tersebut, dimana angka perolehan dari penyaluran KUKM dari tahun ke tahun yang berfluktuasi membuat penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul "Analisis Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Mikro di Kota Parepare". Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana penyaluran dana Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare? Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penyaluran dana Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare. TINJAUAN PUSTAKA Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM)
Untuk memajukan pengusaha Indonesia agar tidak tertinggal dibelakang dan menghindari kesenjangan sosial ekonomi serta mendorong kelancaran ponbangunan, maka Pemerintah mengeluarkan kredit khusus yang dinamakan Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM). Khususnya di Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare sebutan UKM bukanlah Usaha Kecil Menengah melainkan Usaha Kecil dan Mikro. Ada beberapa sebutan kredit yang diperuntukan untuk usaha rakyat antara lain: Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Konsumtif, Kredit Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (KUMKMK), dan berbagai kredit rakyat lainnya yang telah diprogramkan oleh pemerintah melalui perbankan. Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) digunakan oleh Bank Sulawesi Selatan dikarenakan Bank tersebut hanya melayani Kredit Usaha Kecil dan Usaha Mikro. Sebagian besar masyarakat mengetahui dan menyebut Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) merupakan bagian dari Kredit Usaha Kecil (KUK). Memang benar anggapan masyarakat tersebut, karena sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/9/BKR tanggal 17 Mei 2001 menjelaskan tentang KUK yaitu semua kredit yang dikeluarkan oleh perbankan dengan plafond maksimum Rp.500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif ataupun konsumtif, sehingga masuk didalamnya Usaha Kecil dan Usaha Mikro. Usaha Kecil Usaha kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000.- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan tempat usaha. 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar). 3) Milik warga Negara Indonesia 4) Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang dari perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau besar. 5) Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan pengertian kredit usaha kecil (KUK), diantaranya menurut Suhardjono (2003:53) bahwa “Kredit Usaha kecil (KUK) adalah kredit atau pembiayaan dari bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam rupiah dan atau valuta asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafond kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif, yaitu usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan jasa.” Sedangkan menurut Martono (2002:39), "Kredit usaha kecil (KUK) adalah skim pertama dalam kategon kredit yang diberikan oleh perbankan menggunakan dana sendiri, tanpa menggunakan subsidi atau kredit likuiditas dari Bank Indonesia". Selanjutnya menurut Adinugroho (1999:11) bahwa “Kredit Usaha Kecil adalah kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada pengusaha/perusahaan kecil pribumi dengan persyaratan dan prosedur khusus guna pembiayaan barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi perluasan dan mendirikan proyek baru.” Kredit usaha kecil dapat berupa kredit modal kerja dan kredit investasi yaitu: (1) Kredit modal kerja digunakan untuk membiayai kebutuhan modal kerja usaha dan (2) Kredit investasi digunakan untuk merehabilitasi, memodernisasi, memperluas dan reloksi perusahaan yang ada dan/atau mendirikan perusahaan baru.
Usaha Mikro Usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga/perorangan yang memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) per tahun dan maksimum platfond kredit yang diberikan sebesar Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). Karakteristik Usaha Kecil dan Mikro Secara umum sektor usaha kecil dan mikro memiliki karkteristik sebagai berikut: a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar. b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat tinggi. c. Modal terbatas. d. Pengalaman manajerial dalam mengeiola perusahaan masih sangat terbatas. e. Kemampuan pemasaran dan negosiasi serta diversifikasi pasar sangat terbatas. Prosedur Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) Sebelum debitur memperoleh kredit terlebih dahulu hams melalui tahap-tahap penilaian muiai dari pengajuan proposal kredit dan dokumen-dokumen yang diperlukan, pemeriksaan keaslian dokumen, analisis kredit sampai dengan kredit dikucurkan. Tahap-tahap dalam memberikan kredit ini kita kenal dengan nama prosedur pemberian kredit. Tujuan prosedur ini ialah untuk memastikan kelayakan suatu kredit diterima atau ditolak. Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antara bank satu dengan bank yang lainnya tidak jauh berbeda. Perbedaan yang mungkin terjadi hanya terletak pada persyaratan dan ukuran-ukuran penilaian yang ditetapkan oleh bank dengan pertimbangan masing-masing. Secara umum akan dijelaskan prosedur pemberian KUKM oleh bank sebagai berikut: 1. Pengajuan Proposal Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank maka tahap pertama pemohon kredit mengajukan permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal. Prosposal kredit harus dilampiri dengan dokumen lainnya yang dipersyaratkan. 2. Penyidikan Berkas Pinjaman Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen yang diajukan pemohon kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. 3. Penilaian Kelayakan Kredit Dalam penilaian layak atau tidak suatu kredit disalurkan maka perlu dilakukan suatu penilaian terhadap calon penerima kredit. Penilaian ini dapat dilakukan dengan melakukan 5 C (Character, Capacity, Capital, Colleteral, and Condition). 4. Wawancara Pertama Tahap ini merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan langsung dengan calon peminjam. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkasberkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang bank inginkan. 5. Peninjauan ke Lokasi
Setelah memperoleh keabsahan dokumen dari hasil penyelidikan dan wawancara maka langkah selanjutnya adalah malakukan peninjauan ke lokasi yang menjadi objek kredit. Kemudian hasil ini dicocokkan dengan hasil wawancara pertama. Tujuan peninjauan ini adalah untuk memastikan bahwa objek yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal. 6. Wawancara Kedua Hasil peninjauan kelapangan dicocokkan dengan dokumen yang ada serta hasil wawancara pertama dalam wawancara kedua. Wawancara kedua ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan pada saat setelah dilakukan peninjauan ke lokasi di lapangan. 7. Keputusan Kredit Setelah melalui berbagai penilaian, maka langkah selanjutnya adalah keputusan kredit. Keputusan ini adalah untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak dengan melihat kelengkapan dan memenuhi syarat yang ditetapkan oleh bank, jika layak maka dipersiapkan administrasinya. 8. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian Lainnya Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit. Sebelum kredit dicairkan maka terlebih dahulu calon nasabah menandatangani akad kredit, kemudian mengikat jaminan kredit dengan hipotik atau surat perjanjian yang dianggap perlu. 9. Realisasi Kredit Setelah akad kredit ditandatangani maka langkah selanjutnya adalah merealisasikan kredit. Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang diperlukan dengan membuka rekening giro atau tabungan di bank yang bersangkutan. Jenis Pembebanan Suku Bunga Jenis nasabah yang memperoleh fasilitas kredit dari bank akan dikenakan kewajiban membayar kembali. Pembayaran kewajiban tersebut dilakukan setiap periode apakah harian, mingguan atau bulanan. Pembayaran ini lebih dikenal dengan nama angsuran. Dalam setiap angsuran yang dibayar oleh nasabah sudah termasuk pokok pinjaman ditambah bunga yang hams dibayar. Jumlah angsuran yang harus dibayar setiap periode berbeda tergantung dari jenis pembebanan suku bunga yang dilakukan oleh bank.Terdapat 3 (tiga) model pembebanan suku bunga yang sering dilakukan oleh bank. Adapun model pembebanan jenis suku bunga yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Plate Rate Hate Rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode, sehingga jumlah angsuran setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas. Perhitungan suku bunga model ini adalah dengan mengalikan % (persen) bunga periode dikali dengan pinjaman. b. Siding Rate Siding Rate merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan % (persen) suku bunga per periode dengan sisa pinjaman, sehingga jumlah suku bunga yang dibayar debitur semakin menurun, akibatnya angsuran yang dibayarpun menurun jumlahnya. c. Floating Rate
Floating Rate merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Dalam perhitungan modal ini suku bunga dapat naik, turun atau tetap setiap periodenya. Begitu pula dengan jumlah angsuran yang dibayar sangat tergantung dari suku bunga pada bulan yang bersangkutan. PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare menerapkan dua jenis sistim pembayaran kredit yakni: a. Sistim Pinjaman Rekening Koran (PRK) untuk fasilitas kredit modal kerja. Tingkat suku bunga yang dikenakan 18 persen sampai dengan 21 persen pertahun. b. Sistim Angsuran (Pokok + Bunga) setiap bulan untuk fasilitas kredit investasi + modal kerja. Tingkat suku bunga untuk usaha mikro dikenakan 15 persen sampai dengan 17 persen pertahun, sedangakan untuk usaha kesil dikenakan 12 persen sampai dengan 14 persen pertahun. Jenis-jenis Usaha yang Dapat Dibiayai Bank dapat membiayai semua jenis usaha yang menghasilkan barang dan jasa, kecuali jenisjenis usaha berikut: a. Jenis usaha yang bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan serta jenis usaha yang bersifat mewah. b. Jenis usaha yang telah jenuh yang didasarkan atas ketentuan-ketentuan pemerintah atau instansi yang berwenang lainnya. Di samping itu, perbankan dapat pula menentukan kejenuhan suatu jenis usaha tertentu yang didasarkan pada hasil survey dan performen pengambilan kredit sebelumnya. Kategorisasi Penyaluran KUKM Berdasarkan Konsep yang dikemukakan oleh Halim (2005:36), maka apabila prospek penyaluran dana KUKM setelah diukur dari nilai standar deviasi berada pada 0 persen sampai 19 persen dikategorikan sangat aman/sangat baik, 20 persen sampai 39 persen termasuk aman/baik, 40 persen sampai 59 persen dikategorikan cukup berisiko, 60 persen sampai 79 persen dikategorikan berisiko dan 80 persen sampai 100 persen dikategorikan sangat berisiko. Standar deviasi (di) digunakan untuk membandingkan penyebaran atau penyimpangan hasil. Apabila standar deviasinya kecil, maka hal tersebut menunjukkan nilai sampel dan populasi berkumpul atau berkelompok di sekitar nilai rata-rata hitungnya, sebab setiap anggota sampel atau populasi mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila standar deviasinya besar menunjukkan adanya perbedaan jauh di antara anggota populasi, misalnya ada nilai yang terlalu tinggi sekali atau ada yang terlalu rendah sekali. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian adalah Kota Parepare khususnya di PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare. Pemilihan lokasi penelitian dengan pertimbangan bahwa Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) melekat pada fungsi PT. Bank Sulawesi Selatan yang mengandung arti sebagai alat penggunaan dalam pembiayaan usaha masyarakat khususnya usaha kecil dan Mikro. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan data penyaluran KUKM pada PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare tahun 2005-2009. Data yang menjadi populasi pada penelitian ini merupakan jenis data Time Series sehingga keseluruhan data pada populasi
merupakan objek penelitian.Teknik pengumpulan data digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis taksiran (forecast analysis) dengan metode trend least square dan standar deviasi/penyimpangan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis Data Perkembangan Penyaluran dan Target KUKM Hasil pengamatan dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa selama kurun waktu lima tahun terakhir penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare berfluktuasi. Namun dalam hal ini, Pemimpin Kasie Pemasaran dalam wawancara sangat yakin bahwa untuk tahun-tahun kedepannya prospek penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare akan terus membaik tanpa melihat kondisi ekonomi dan alam. Adapun Perkembangan Penyaluran Dana KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare tahun 2005 sampai tahun 2009 yaitu sebagai berikut: Tabel 1 Perkembangan Penyaluran Dana KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare Tahun 2005-2009 Tahun
2005 2006 2007 2008 2009 Jumlah
Debitor Target Realisasi Penyaluran (Org) Penyaluran (Rp) (Rp) 272 245 244 272 399 1432
15.378.209.879 13.393.784.732 11.969.644.754 14.573.893.763 23.257.386.299
15.505.112.367 13.585.699.854 12.019.988.824 14.803.387.880 23.540.301.798
78.572.919.427 79.454.490.723
Persentase Penyaluran 100,83 101,43 100,42 101,57 101,22
Persentase Realisasi Penyaluran per Tahun (%) 100 87,62 88,48 123,16 159,02
-
-
Sumber: PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare, (data diolah) tahun 2010 Dengan memperhatikan tabel di atas, tampak bahwa penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare berfluktuasi. Jumlah target penyaluran dan realisasi penyaluran dana KUKM selama lima tahun yaitu Rp.78.572.919.427,- dan Rp.79.454.490.723,- atau realisasi penyaluran meningkat 1,12 persen dari target penyaluran KUKM yang telah dianggarkan. Ini di akibatkan pada tahun 2006 terjadi penurunan hingga 12,3 persen yang diakibatkan oleh kondisi sektor unggulan yaitu perdagangan terganggu oleh adanya pengawasan yang sangat ketat terhadap barang-barang impor, diantaranya adalah pakaian bekas (Cakar) yang mengakibatkan sector perdagangan mengalami penurunan sehingga berakibat berkurangnya permintaan kredit bank. Selanjutnya pada tahun 2007 mengalami peningkatan penyaluran kredit sebesar 0,86% dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2008 hingga 2009 persentase meningkat menjadi 34,68 persen dan 35,86 persen. Kenaikan persentase penyaluran dana KUKM tersebut tidak lepas dari peran pemerintah setempat yaitu dengan adanya Program Pemerintah mengenai Pembinaan Usaha Kecil dan Mikro. Tabel 1 menjelaskan secara umum mengenai penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare. Terdapat tiga jenis kredit KUKM
yang disediakan oleh PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare yaitu : Pinjaman Rekening Koran (PRK), Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi Biasa (KIB). Pada tahun awal (2005), kredit PRK lebih mendominasi yaitu Usaha mikro 145 debitur dan usaha kecil 114 debitur dengan jumlah realisasi sebesar 97,57 persen dari jumlah keseluruhan pada tahun 2005 yaitu Rp.15.128.155.464,-. Selanjutnya pada tahun 2006 jumlah realisasi penyaluran turun menjadi Rp. 13.585.699.854,-. Kemudian tahun 2007, iklim perekonomian kembali pulih ditambah program pemerintah yang mendukung peningkatan komoditas utama dan UKM sehingga permintaan kredit untuk KIB meningkat hingga tahun 2009, adapun rincian penyaluran KUKM pada PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare sebagai berikut: Tabel 2 Data Penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare Periode Tahun 2005-2009 No Jenis Kredit
Tahun 2005 Deb
1.
2.
3.
Tahun 2006
Baki Debet
Deb
Tahun 2007
Baki Debet
Deb
Baki Debet
Tahun 2008 Deb
Baki Debet
Tahun 2009 Deb
Baki Debet
PRK Mikro
145
5.115.779.739
128
4.481.335.124
105
3.597.567.719
73
2.283.347.472
54
1.769.343.306
Kecil
114 10.012.375.725
100
8.832.919.791
85
7.059.148.209
68
5.617.812.881
55
4.514.523.308
Total PRK
259 15.128.155.464
228
13.314.254.915
7.901.160.353 109
6.283.866.614
808.597
5
19.969.596
KMK Mikro
1
Kecil
1
0
1
Total KMK
2
808.597
6
KIB Mikro
7
109.808.698
10
Kecil
4
266.339.608
1
11
376.148.306
272 15.505.112.367
Total KIB
190 10.656.715,928 141
4
10.501.669
8
151.678.868
38
883.811.571
0
8
61.455.000
35
2.826.280.248
81
7.041.612.564
19.969.596
12
71.959.669
43
2.977.959.116 119
7.925.424.135
184.698.679
33
605.958.875
48
779.395.460
83
1.821.328.156
66.776.664
9
685.357.352
40
3.144.872.951
88
7.509.682.893
11
251.475.343
42
1.291.316.227
88
3.924.268.411 171
9.331.011.049
245
13.585.699.854
224 12.019.988.824 272 14.803.387.880 399 23.540.301.798
Sumber: PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare, 2010 Tabel 2 menjelaskan bahwa tiap tahunnya Kredit Investasi Biasa (KIB) dari tahun ke tahun terus meningkat. Ini disebabkan karena masyarakat Kota Parepare termotivasi untuk menyukseskan program Pemerintah Daerah dan juga untuk meningkatkan taraf hidup. PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare sebagian besar realiasasi penyalurannya pada sektor pertanian dan perdagangan. Pada umumnya setiap bank ingin sukses dan berkembang. Untuk mencapai sukses dan berkembangnya, maka bank perlu mempunyai cara yang tepat, sistematis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah membuat ramalan (forecast) penyaluran Kedit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) yang rujukannya berdasarkan pada data tabel 2 mengenai penyaluran KUKM yang telah dicapai selama beberapa tahun terakhir. Adanya data mengenai ramalan (forecast) penyaluran kredit tersebut, akan dapat memberikan gambaran dan informasi bagi manajemen guna mengetahui besarnya total
penyaluran KUKM pada tahun-tahun yang akan datang dalam kaitannya terhadap pengambilan keputusan. Berikut ini akan disajikan analisis forecast atas penyaluran KUKM, yaitu: Tabel 3 Analisis Taksiran (Forecast) dengan Trend Least Square Tahun
X
2005 -2 2006 -1 2007 0 2008 1 2009 2 Jumlah 0 Sumber. Data Olahan 2010
Jumlah Peny. Kredit (Y) (Rp)
XY (Rp)
X2
15.505.112.367 13.585.699.854 12.019.988.824 14.803.387.880 23.540.301.798 79.454.490.723
-31.010.224.734 -13.585.699.854 0 14.803.387.880 47.080.603.596 17.288.066.888
4 1 0 1 4 10
Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat diketahui nilai formulasi persamaan yaitu sebagai berikut: Yi = 15.890.898.145+ 1.728.806.689X1. Berdasarkan persamaan tersebut, kemudian dimasukkan parameter X ke dalam fungsi persamaan, maka akan diketahui taksiran (forecast) perkembangan penyaluran KUKM untuk lima tahun yang akan datang pada PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare adalah sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Analisis Taksiran (Forecast) dengan Trend Least Square Tahun
a
2010 15.890.898.145 2011 15.890.898.145 2012 15.890.898.145 2013 15.890.898.145 2014 15.890.898.145 Sumber: Data Olahan 2010
b 1.728.806.689 1.728.806.689 1.728.806.689 1.728.806.689 1.728.806.689
Forecast Persentase Tingkat X KUKM (%) kenaikan (Rp) (%) 3 21.077.318.211 89,54 -10,46 4 22.806.124.900 96,88 -3,12 5 24.534.931.589 104,23 4,23 6 26.263.738.277 111,57 11,57 7 27.992.544.966 118,91 18,91
Hasil analisis forecast menunjukkan bahwa untuk lima tahun kedepan (2010-2014) penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare mengalami peningkatan. Pada hasil awal forecast yaitu tahun 2010 turun tajam hingga 10,46 persen dari realisasi penyaluran tahun dasar (tahun 2009). Selanjutnya di tahun 2011 peningkatan masih kurang dengan perolehan 3,12 persen dari tahun dasar. Pada tahun 2012 terjadi peningkatan sebesar 4,23 persen dan tahun 2013 naik sebesar 11,57 persen dari tahun dasar. Kemudian pada tahun 2014 naik lagi sebesar 18,9 persen dari tahun dasar. Kenaikan ini terjadi karena dipengaruhi oleh naiknya tingkat penyaluran dana KUKM yang terealisasi pada 3 (tiga) tahun sebelumnya (2007-2009). Dari hasil analisis forecast kemudian dapat diketahui besarnya
tingkat penyimpangan yang mungkin terjadi pada penyaluran dana Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) tahun 2010-2014. Hasil analisis forecast ini belum dapat dijadikan patokan apakah tingkat perkembangan penyaluran KUKM yang disalurkan oleh PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare untuk lima tahun ke depan (2010-2014) berada dalam kondisi baik atau tidak, sehingga teknik selanjutnya digunakanlah analisis standar deviasi. Analisis Standar Deviasi Analisis standar deviasi merupakan teknik analisis yang digunakan untuk melihat tingkat penyimpangan dari hasil yang diharapkan atas perkembangan penyaluran KUKM oleh PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare untuk lima tahun ke depan (2010-2014). Standar deviasi (di) digunakan untuk membandingkan penyebaran atau penyimpangan hasil. Apabila standar deviasinya kecil, maka hal tersebut menunjukkan nilai sampel dan populasi berkumpul atau berkelompok di sekitar nilai rata-rata hitungnya, sebab setiap anggota sampel atau populasi mempunyai kesamaan. Sebaliknya, apabila standar deviasinya besar menunjukkan adanya perbedaan jauh di antara anggota populasi, misalnya ada nilai yang terlalu tinggi sekali atau ada yang terlalu rendah sekali. Adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 5 Analisis Standar Deviasi atas Penyaluran KUKM di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare untuk Lima Tahun ke Depan (2010-2014) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014
KUKM (Rp) 21.077.318.211 22.806.124.900 24,534.931.589 26.263.738.277 27.992.544.966
Yij - E(Yi)
{Yij – E(Yi)}2
-3.457.613.378 -1.728.806.689 0 1.728.806.689 3.457.613.378
1.20E+19 2.99E+18 0.00E+00 2.99E+18 1.20E+19
0
2.99E+19 5.98E+18
N=5
122.674.657.943 E(Yi) = 24.534.93 1.589 Sumber: Data telah diolah, 2010.
Berdasarkan hasil analisis standar deviasi diketahui bahwa tingkat penyimpangan yang kemungkinan dapat terjadi sebesar Rp.2.444.901.866,- dari nilai rata-rata jumlah penyaluran KUKM yang diharapkan sebesar Rp.24.534.931.589 atau sebesar 9,97 persen. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perkembangan penyaluran dana KUKM melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare lima tahun ke depan memiliki prospek yang sangat baik dapat diterima. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan atas permasalahan dalam penulisan ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:
1. Penyaluran dana Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare untuk kurun waktu lima tahun ke depan (2010-2014) cenderung meningkat. 2. Prospek penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) di Kota Parepare melalui PT. Bank Sulawesi Selatan Cabang Kota Parepare untuk kurun waktu lima tahun ke depan (20102014) dinilai sangat aman/sangat baik. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. Adinugroho, Tjipto. 1999. Perbankan Masatah Perkreditan. Jakarta: Pradaya Pramita. Halim dan Hanafi. 2005. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP-YKPN. Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat. Hasibuan, Malayu SP. 2004. Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Sinar Grafika. Iswandoro, SP. 1997. Uang dan Bank. Yogyakarta : BPFE Kasmir. 2003. Manajemen Perbankan. Edisi I, Cetakan Ketiga. Jakarta: PT. Raja Grafmdo Persada. . 2006. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Martono. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta : Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi. Muljono, Teguh Pudjo. 2005. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. Edisi keempat. Yogyakarta: BPFE. Munandar, M. 1996. Budgeting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, Pengawasan Kerja. Yogyakarta: BPFE. Rakib, Muhammad. 2010. Analisis Penyaluran Kredit Usaha Kecil dan Mikro (KUKM) di Kota Parepare. Hasil Penelitian Tidak Terpublikasi. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta. Suhardjono. 2003. Manajemen Pengkreditan. Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Yogyakarta: UPP YKPN.