KAJIAN PENGGUNAAN KEMASAN KARTON DAN PETI KAYU TERHADAP MUTU BUAH TOMAT DALAM TRANSPORTASI DARAT
SKRIPSI
GLADYS CITRA PRATIWI F14080054
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
STUDY OF WOOD CRATES PACKAGING AND CARDBOARD USAGE FOR TOMATO QUALITY IN LAND TRANSPORTATION
Gladys Citra Pratiwi dan Usman Ahmad Departement of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO BOX 220, Bogor, West Java, Indonesia Phone 62 085 214101180, e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Quality of horticultural products after harvest can not be increase but maintaining it is very important. Postharvest handling that appropriate is necessary to maintain product quality one of them is to make the packaging that can keep the fruit quality to be in a good condition during transportation process. The purpose of this research is to study effect of some packaging types and filler materials to decline in tomato fruit quality parameters and the degree of mechanical damage. The observations were conducted based on the physical quality parameters such as mechanical damage, weight loss, hardness, and total soluble solids. Physical quality parameters of tomatoes were observed before and after transportation simulation. Simulations was performed using a simulator table an amplitude of 2 cm and frequency of 2.75 Hz for 1 hours and an amplitude of 2.5 cm and frequency of 2.75 Hz for 3 hours. From the simulation results after transportation, tomatoes have the same quality changes in each treatment, the level of dissolved solids increases, the weight of tomatoes decreases (shrinkage of high weight), hardness decreased. The longer the simulation of transportation is increased the percentage of mechanical damage. The best packaging for the transport of tomatoes during transport is the treatment of packaging cardboard with a sheet of newspaper as filler material because it has the lowest level of mechanical damage, low hardness degradation, and shrinkage is relatively small weights. Keywords: tomatoes, packaging, filler material, mechanical damage, quality
GLADYS CITRA PRATIWI. F14080054. Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu terhadap Mutu Buah Tomat dalam Transportasi Darat. Dibimbing oleh Usman Ahmad. 2012.
RINGKASAN Kualitas produk hortikultura setelah dipanen tidak bisa dinaikkan, hanya bisa dipertahankan. Tomat tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi tetapi halnya sayuran dan buahan lain, tomat mudah rusak (perishable) dan waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah tomat. Perlu segera dilakukan penanganan terhadap upaya penekanan hasil baik kuantitas maupun kualitas. Salah satu jenis kemasan yang banyak dipakai untuk pengemasan buah tomat adalah peti kayu dengan kapasitas ± 10-30 kg/peti. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi presentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh. Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisiensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan mutu buah tomat (susut bobot, kekerasan, dan total padatan terlarut) setelah simulasi transportasi dengan perlakuan jenis kemasan dan bahan pengisi, mengetahui pengaruh kemasan dan bahan pengisi terhadap tingkat kerusakan mekanis buah tomat pada setiap kemasan setelah dilakukan simulasi transportasi dan menentukan kemasan buah tomat yang sesuai untuk mengurangi penurunan mutu selama transportasi. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini, yaitu: tomat jenis Martha/TW (berat 100-120 gram), peti kayu, kardus karton, dan kertas koran. Peralatan yang digunakan terdiri atas meja getar dengan kompresor (meja simulator), timbangan mettler, rheometer, dan refractometer. Peti kayu dan kardus karton yang dibuat memiliki dimensi (40x27x20) cm. Buah tomat dengan berat rata-rata 10-13 kg per kemasan lalu dikemas ke dalam kemasan peti kayu dan kardus karton dengan dua perlakuan yaitu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran dan tanpa bahan pengisi. Simulasi dilakukan dengan meja simulator dengan amplitudo 2 cm dan frekuensi 2.75 Hz selama 1 jam dan amplitudo 2.5 cm dan frekuensi 2.75 Hz selama 3 jam. Buah tomat diamati parameter mutu fisik sebelum dan sesudah simulasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap faktorial dengan 2 faktor perlakuan dan 3 kali ulangan. Analisis sidik ragam dilakukan dengan menggunakan program software SAS, dimana uji lanjutan menggunakan uji Duncan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2) menghasilkan kerusakan mekanis paling tinggi yaitu 24.93% selama 1 jam simulasi dan 47.48% selama 3 jam simulasi transportasi. Sedangkan kerusakan mekanis terendah yaitu pada perlakuan kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) sebesar 6.92% selama 1 jam dan 14.24% selama 3 jam simulasi transportasi. Bobot dan kekerasan buah tomat mengalami penurunan pada setiap perlakuan. Susut bobot dan penurunan kekerasan paling tinggi untuk simulasi 1 jam dan 3 jam yaitu pada perlakuan K2P2, hal ini setara dengan parameter tingkat kerusakan mekanis yang diperolehnya sangat tinggi. Sedangkan susut bobot dan penurunan kekerasan terendah yaitu pada perlakuan K1P1. Sedangkan nilai total padatan terlarut mengalami peningkatan untuk setiap perlakuan. Peningkatan total padatan terlarut tertinggi selama 1 jam dan 3 jam simulasi transportasi yaitu pada kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2). Sedangkan peningkatan total padatan terlarut yang paling rendah selama 1 jam dan 3 jam simulasi transportasi yaitu pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1). Kerusakan mekanis yang besar diikuti oleh penurunan parameter mutu yang besar pula dan semakin lama simulasi transportasi maka semakin meningkat persentasi kerusakan mekanisnya, begitu juga sebaliknya. Kemasan yang terbaik untuk pengangkutan buah tomat selama tranportasi adalah kemasan kardus karton dengan perlakuan bahan pengisi lembaran kertas koran karena memiliki tingkat kerusakan mekanis paling rendah, penurunan kekerasan rendah, dan susut bobot yang relatif kecil. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan, jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot, tingkat padatan terlarut dan kekerasan. Tetapi jenis kemasan dan bahan pengisi sangat berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis.
KAJIAN PENGGUNAAN KEMASAN KARTON DAN PETI KAYU TERHADAP MUTU BUAH TOMAT DALAM TRANSPORTASI DARAT
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh GLADYS CITRA PRATIWI F14080054
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
Judul Skripsi : Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu terhadap Mutu Buah Tomat dalam Transportasi Darat Nama : Gladys Citra Pratiwi NIM : F14080054
Menyetujui Pembimbing Akademik
Dr. Ir. Usman Ahmad, M.Agr. NIP. 196612281992031003
Mengetahui : Ketua Departemen
Dr. Ir. Desrial, M. Eng. NIP. 196612011991031004
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASINYA Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu terhadap Mutu Buah Tomat dalam Transportasi Darat adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2012 Yang membuat pernyataan
Gladys Citra Pratiwi F14080054
© Hak cipta milik Gladys Citra Pratiwi, tahun 2012 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Gladys Citra Pratiwi, lahir di Bekasi tanggal 5 Februari 1991, merupakan anak ke-2 dari empat bersaudara dari pasangan Muhammad Yoenan dan Wiwiek Tini. Pada tahun 2002, penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Sukadamai 3 Bogor, kemudian dilanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bogor (2002-2005) dan SMA Negeri 2 Bogor (2005-2008). Pada tahun 2008 penulis diterima di IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama masa kuliah, pada tahun 2008-2009 penulis aktif sebagai pengurus Organisasi Mahasiswa Alumni SMAN 2 Bogor. Pada tahun 2010 penulis aktif mengikuti kepanitian REDS CUP, TEKNO-F, dan SAPA 2010. Pada tahun 2011 penulis melakukan Praktik Lapangan di CV. Bimandiri dengan judul laporan “Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran di CV. Bimandiri Lembang, Bandung”.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allah SWT atas karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu terhadap Mutu Buah Tomat dalam Transportasi Darat dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB sejak bulan Januari sampai April 2012. Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Usman Ahmad M.Agr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dan menyisihkan waktunya untuk memberikan saran dan kritik kepada penulis. 2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr. Lenny Saulia, M.Si selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Kedua orang tua penulis (Bapak Yoenan dan Mama Wiwiek Tini) beserta kakak dan adik penulis (Yulisti Putri Pratiwi, Dara Fegy Pratiwi, dan Muhammad Alfaatih Yoenan) yang selalu memberikan semangat dan bantuannya baik moril ataupun materi. 4. Bapak Sulyaden selaku teknisi atas waktu dan bimbingan selama penulis melaksanakan penelitian. 5. Teman-teman satu bimbingan (Rima Khairani, Arie Febriyan, Achmad Nuh Ardhi Putra) atas kerjasama dan dukungannya. 6. Dewi Asrini Fazaria, Dwi Ariyanti Hapsari, dan Ressa Puspita Dewi yang selalu memberikan semangat dan menjadi sahabat terbaik. 7. Sunu Ariastin, Oryza Sativa, Anggi Tri Granita, Pramita Riskia, Siti Trinurasih, Rima Khairani, Nufzatussalimah, Fiki Fitriya, dan Gita Pujasari yang selalu memberikan semangat dan menjadi teman belajar bersama, temen sepermainan dan sahabat yang baik selama masa kuliah di TEP. 8. Siti Musfiroh, Trio Andrelov, Jefry Hidayat, Ichan, Abdul Hafizh, Ahmad Noval Irvani, Okta Delymi, Ade Prisma, Renny, Muhammad Soleh, Nurul Fuadah, dan Ophie atas bantuannya selama penelitian. 9. Teman-teman satu angkatan 45 Teknik Mesin dan Biosistem atas dukungan, kenangan dan kebersamaan selama perkuliahan 3 tahun ini. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.
Bogor, Mei 2012
Gladys Citra Pratiwi F14080054
ix
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...........................................................................................................................ix DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................x DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................................................................1 B. Tujuan Penelitian............................................................................................................................2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tomat .............................................................................................................................................3 B. Kerusakan Produk Hortikultura Akibat Transportasi .....................................................................5 C. Pengemasan ....................................................................................................................................7 D. Bahan Kemasan .............................................................................................................................9 1. Peti Kayu ...................................................................................................................................9 2. Kardus Karton ......................................................................................................................... 10 3. Bahan Pengisi Kemasan .......................................................................................................... 12 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ....................................................................................................... 13 B. Bahan dan Alat ............................................................................................................................. 13 C. Metode Penelitian ......................................................................................................................... 14 D. Kesetaraan Simulasi Pengangkutan ............................................................................................. 18 E. Pengamatan .................................................................................................................................. 18 1. Susut Bobot .............................................................................................................................. 18 2. Uji kekerasan ............................................................................................................................ 18 3. Total Padatan Terlarut .............................................................................................................. 19 3. Tingkat Kerusakan Mekanis ..................................................................................................... 19 F. Rancangan Percobaan .................................................................................................................. 19 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Buah Tomat ............................................................................................................. 21 B. Kesetaraan Simulasi ..................................................................................................................... 22 C. Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi ........................................................... 23 1. Susut Bobot .............................................................................................................................. 23 2. Kekerasan ................................................................................................................................. 26 3. Total Padatan Terlarut .............................................................................................................. 28 4. Kerusakan Mekanis .................................................................................................................. 31 D. Pemilihan Kemasan......................................................................................................................34 V. KESIMPULAN ................................................................................................................................ 36 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 37 LAMPIRAN .......................................................................................................................................... 39
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7.
Halaman Kandungan gizi buah tomat tiap 100 gram .............................................................................5 Data teknis simulasi transportasi pada meja getar selama 1 jam ........................................... 16 Data teknis selama simulasi transportasi pada meja getar selama 3 jam ............................... 16 Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap susut bobot buah tomat .............. 26 Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kekerasan buah tomat ................ 28 Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap total padatan terlarut buah tomat ..................................................................................................................................... 31 Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat ... 33
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21. Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25.
Halaman Tomat .................................................................................................................................3 Peti kayu untuk pengemasan buah tomat selama simulasi transportasi ........................... 13 Kardus untuk pengemasan buah tomat selama simulasi transportasi............................... 13 Peralatan yang digunakan (a) Timbangan Mettler PM-480, (b) Rheometer, (c) Refractometer model N-1 ATAGO dan (d) stopwatch ............................................... 14 Tomat yang sedang dibersihkan menggunakan kain ....................................................... 15 Penyusunan kemasan buah tomat untuk simulasi transportasi......................................... 15 Diagram alir penelitian .................................................................................................... 17 Penusukan pada bagian (a) pangkal, (b) tengah dan (c) ujung......................................... 19 Penyusunan tomat dalam kemasan kardus: (a) dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (b) tanpa bahan pengisi ............................................................................... 21 Penyusunan tomat dalam kemasan peti kayu: (a) dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (b) tanpa bahan pengisi ............................................................................... 22 Bobot buah tomat per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam ................................................................................................................................ 24 Bobot buah tomat per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam ................................................................................................................................ 24 Persentase susut bobot per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam ............... 24 Persentase susut bobot per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam ............... 25 Kekerasan per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam ............. 27 Kekerasan per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam ............. 27 Penurunan nilai kekerasan per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam ......... 27 Penurunan nilai kekerasan per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam ......... 28 Total padatan terlarut per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam ................................................................................................................................ 29 Total padatan terlarut per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam ................................................................................................................................ 29 Peningkatan total padatan terlarut per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam ................................................................................................................................ 29 Peningkatan total padatan terlarut per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam ................................................................................................................................ 30 Tingkat kerusakan mekanis buah tomat setelah simulasi transportasi selama 1 jam ....... 31 Tingkat kerusakan mekanis buah tomat setelah simulasi transportasi selama 3 jam ....... 32 Luka yang terjadi setelah simulasi transportasi: (a) luka memar dan (b) luka gores ....... 33
xii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Data hasil amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk simulasi transportasi selama 1 jam ............................................................................................... 40 Lampiran 2. Data hasil amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk simulasi transportasi selama 3 jam ............................................................................................... 40 Lampiran 3. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Kontruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992) ............................................................................................................ 41 Lampiran 4. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan susut bobot buah tomat ..................................... 44 Lampiran 5. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan kekerasan buah tomat ....................................... 45 Lampiran 6. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan total padatan terlarut buah tomat ...................... 46 Lampiran 7. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan tingkat kerusakan mekanis buah tomat ............. 47 Lampiran 8. Tabel data bobot buah tomat (gram) sebelum simulasi transportasi .............................. 48 Lampiran 9. Tabel data bobot buah tomat (gram) setelah simulasi transportasi ................................ 49 Lampiran 10. Tabel data total padatan terlarut buah tomat (0Brix) sebelum simulasi transportasi ...... 51 Lampiran 11. Tabel data total padatan terlarut buah tomat (0Brix) setelah simulasi transportasi ........ 52 Lampiran 12. Tabel data kekerasan buah tomat (kg) sebelum simulasi transportasi ........................... 54 Lampiran 13. Tabel data kekerasan buah tomat (kg) setelah simulasi transportasi .............................. 56 Lampiran 14. Tabel data kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi.......................................... 63
xiii
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris dimana sebagian besar masyarakat mencari nafkah dengan cara bercocok tanam. Salah satu tanaman yang banyak ditanam masyarakat Indonesia yaitu tanaman hortikultura. Tanaman hortikultura yang terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan bunga-bungaan memegang peranan yang cukup penting dalam sektor pertanian di Indonesia. Tanaman hortikultura tersebut sangat potensial untuk dikembangkan karena nilai komersial yang tinggi serta berperan dalam memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, pemerintah juga telah mencanangkan 4.5% dari produk pertanian untuk komoditi hortikultura dalam mengatasi masalah pertumbuhan ekonomi secara lokal maupun global. Luas areal yang ditanami tanaman hortikultura relatif kecil yaitu lebih kurang 15% dari luas areal tanaman padi (Prajawati, 2006). Indonesia kaya akan berbagai tanaman buah dan merupakan negara penghasil komoditas hortikultura yang potensial. Bertambahnya populasi penduduk dari tahun ke tahun serta membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dapat mengakibatkan permintaan akan buah-buahan dan sayur-sayuran meningkat di masa mendatang. Peningkatan jumlah permintaan komoditas buah dan sayuran tidak hanya perlu memperhatikan kuantitasnya saja, akan tetapi juga dengan memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan permintaan setiap segmen konsumen. Penanganan pascapanen yang tepat sangat diperlukan agar dapat mempertahankan dan memperbaiki mutu. Daerah penanaman yang potensial dan kondisi lingkungan yang baik membuat suatu daerah menjadi sangat potensial sebagai penghasil sayuran dan buah-buahan. Tetapi tidak semua daerah yang ada di Indonesia berpotensi sehingga menggantungkan pemenuhan kebutuhan sayuran dan buahbuahan dari daerah lain. Saling ketergantungan inilah yang menyebabkan terjadinya kegiatan pengangkutan sayuran dan buah-buahan dari daerah satu ke daerah lainnya. Diantara berbagai jenis sayuran, tomat merupakan buah yang sangat diminati oleh masyarakat. Tomat memiliki rasa yang khas (asam manis), mengandung vitamin A dan C, warna yang menarik, serta dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun dalam bentuk produk olahan. Dengan bertambahnya jumlah penduduk, adanya kesadaran masyarakat akan gizi yang dikandung oleh buah tomat, serta semakin membaiknya tingkat pendapatan masyarakat, maka permintaan akan buah tomat mengalami peningkatan. Keadaan tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas buah tomat, peningkatan produksi, serta pengembangan usaha tani buah tomat yang mengaruh pada kesejahteraan petani dan peningkatan pendapatan. Tomat merupakan komoditas penting karena memiliki potensi ekonomi untuk dikembangkan dan juga sebagai komoditas yang multiguna, berfungsi sebagai sayuran, bumbu masak, buah meja, penambah nafsu makan, minuman, sampai kepada bahan kosmetik dan obat-obatan. Tomat tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi tetapi halnya sayuran dan buahan lain, tomat mudah rusak (perishable) dan waktu simpan yang relatif pendek pada penyimpanan biasa sehingga berpengaruh terhadap tingkat kesegaran buah tomat. Tingkat susut pascapanen buah tomat di Indonesia mencapai 20-50% (Prajawati, 2006). Mengingat tomat termasuk komoditas yang mudah rusak, maka untuk mempermudah proses pengangkutan dan untuk mengurangi resiko kerusakan, dilakukan pengemasan sebagai upaya penekanan kehilangan hasil baik kuantitas maupun kualitas. Pengangkutan merupakan salah satu mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan dan sayur-sayuran. Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami memar akibat pukulan, tekanan, getaran serta gesekan. Memar yang disebabkan oleh pukulan terjadi karena kemasan yang jatuh ke
1
atas permukaan yang keras. Memar yang disebabkan oleh tekanan terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga komoditi harus menahan beban yang cukup besar. Memar yang disebabkan oleh getaran dan gesekan terjadi karena gesekan antara sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan sayur-sayuran dan buah-buahan selama pengangkutan dipengaruhi oleh jenis sayuran dan buah-buahan yang diangkut, jenis kemasan, cara penyusunan bahan dalam kemasan, serta jarak dan lama pengangkutan di Indonesia berkisar antara 1.57% dan 37.05%. Kemasan yang baik adalah kemasan yang dapat melindungi produk yang dikemas dari kerusakan fisik, kimia, maupun mikrobiologi selama penanganan, penyimpanan dan distribusi hingga produk sampai ditangan konsumen dalam keadaan utuh dan baik. Pengangkutan tomat dari kebun ke tempat pemasok sayuran atau pasar bisa menggunakan berbagai macam jenis kemasan untuk transportasi, seperti peti kayu, kardus karton, keranjang bambu dan kantong plastik. Tetapi dari hasil pengamatan langsung di beberapa pasar Kota Bogor, tomat biasanya dikemas dengan menggunakan peti kayu. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi persentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh. Perbaikan-perbaikan dalam pengemasan memberikan peran yang besar terhadap pemasaran buah-buahan dan sayur-sayuran segar yang lebih efisiensi. Kesalahan pengangkutan dan pemilihan jenis kemasan dalam transportasi tomat dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang dapat menurunkan mutu buah tomat. Sementara itu konsumen menginginkan buah yang dibeli masih dalam keadaan segar dan tidak rusak. Maka diperlukan pengemasan yang benar, baik dalam pemilihan jenis kemasan dan penyusunan tomat itu sendiri di dalam kemasan. Penyusunan tomat di dalam kemasan juga harus diperhatikan karena kerusakan mekanis yang terjadi ketika transportasi akan semakin meningkat jika penyusunan buah tomat di dalam kemasan kurang tepat. Dalam masalah ini selain menggunakan kemasan peti kayu, dilakukan penelitian dengan menambahkan kemasan kardus karton serta bahan pengisi untuk mengemas buah tomat. Penanganan untuk mempertahankan mutu tomat dapat dilakukan dengan cara menggunakan kemasan yang tepat dan mengetahui seberapa besar pengaruh bahan pengisi untuk menghasilkan penanganan yang lebih baik.
B. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perubahan mutu buah tomat (susut bobot, kekerasan, dan total padatan terlarut) setelah simulasi transportasi dengan beberapa perlakuan jenis kemasan dan bahan pengisi. 2. Mengetahui pengaruh kemasan dan bahan pengisi terhadap tingkat kerusakan mekanis buah tomat pada setiap kemasan setelah dilakukan simulasi transportasi. 3. Menentukan kemasan buah tomat yang sesuai untuk mengurangi penurunan mutu selama transportasi.
2
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Tomat merupakan tanaman asli di Benua Amerika yang tersebar dari Amerika Tengah hingga Amerika Selatan. Tanaman tomat pertama kali dibudidayakan oleh suku Inca dan suku Aztee pada tahun 700 SM. Sementara itu, bangsa Eropa mulai mengenal tomat sejak Christophorus Columbus pulang berlayar dari Amerika dan tiba di Pantai San Salvador. Di Eropa, orang-orang menamai tomat dengan berbagai julukan. Orang Prancis menyebut tomat dengan sebutan apel cinta, dan orang Jerman menyebut tomat dengan sebutan apel surga. Tahun 1821, orang-orang Lousiana di New Orleans mulai memakai tomat dalam berbagai menu masakan mereka. Kemudian, berita ini cepat menyebar sehingga banyak ditiru masyarakat luas yang menggunakan tomat sebagai campuran masakan seafood (Prajawati, 2006). Dalam botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan, tanaman tomat diklasifikasikan sebagai berikut (Atherton dan Rudich, 1986). Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) Sub divisi : Angiospermae (berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledoneae (berbiji berkeping satu) Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Lycopersicon Spesies : Lycopersicon esculentum Mill
Gambar 1. Buah tomat jenis “Martha/TW” Tomat merupakan sayuran populer di Indonesia (Gambar 1). Produksi tomat di Indonesia tiap tahun akan meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat yang meningkat dan juga perluasan pasar (ekspor). Buah tomat saat ini merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan masih memerlukan penanganan serius, terutama dalam hal peningkatan hasilnya dan kualitas buahnya. Apabila dilihat dari rata-rata produksinya, tomat di Indonesia masih rendah. Rendahnya produksi tomat di Indonesia kemungkinan disebabkan varietas yang ditanam tidak cocok, kultur teknis yang kurang baik atau pemberantasan hama/penyakit yang kurang efisien. Namun seringkali terjadi penanaman tomat tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga hasil dan kualitas buahnya sangat rendah. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tomat yang semakin tinggi maka perlu diarahkan untuk meningkatkan hasil dan kualitas buah tomat dengan menanam varietas-varietas unggul. Kemampuan tomat untuk dapat menghasilkan buah sangat tergantung pada interaksi antara pertumbuhan tanaman dan kondisi lingkungannya. Faktor lain yang menyebabkan 3
produksi tomat rendah adalah penggunaan pupuk yang belum optimal serta pola tanam yang belum tepat. Upaya untuk menanggulangi kendala tersebut adalah dengan perbaikan teknik budidaya. Salah satu teknik budidaya tanaman yang diharapkan dapat meningkatkan hasil dan kualitas tomat adalah hidroponik. Definisi tomat segar menurut SNI 01-3162-1992 adalah buah dari tanaman tomat dalam keadaan utuh, segar dan bersih. Kesamaan sifat varietas dinyatakan seragam apabila terdapat keseragaman dalam bentuk tomat normal (bulat, bulat lonjong, bulat pipih, lonjong dan beralur) dan warna kulit buah. Buah tomat dinyatakan tua apabila buah tomat telah mencapai tingkat perkembangan fisiologi yang menjamin proses pematangan yang sempurna, dan isi dari dua atau lebih rongga buah telah berisi bahan yang mempunyai konsistensi/kekentalan serupa jeli dan biji-biji telah mencapai tingkat perkembangan yang sempurna. Buah tomat dinyatakan terlalu matang dan lunak apabila buah tomat telah mencapai kematangan penuh dengan tekstur daging yang lunak dan dianggap telah lewat waktu pemasarannya. Menurut beratnya, tomat digolongkan besar (jika beratnya lebih dari 150 gram/buah), sedang (jika beratnya 100-150 gram/buah), dan kecil (jika beratnya kurang dari 100 gram/buah). Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, baik karena harganya yang cukup baik maupun penggunanya dalam konsumsi masyarakat. Secara umum tomat dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan ketinggian diatas 750 mdpl pada tanah yang gembur, sedikit mengandung pasir, dan kadar keasamannya (pH) antara 5-6, curah hujan 750-1.250 mm/tahun dan kelembaban relatif 25%. Berdasarkan tipe pertumbuhannya, tanaman tomat dapat dibedakan atas tipe determinate dan indeterminate. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan determinate, pada ujung tanaman terdapat tandan bunga pada setiap ruas batang dan memiliki umur panen lebih pendek, yaitu hanya sekitar 60 hari sudah dapat dipetik buahnya. Tanaman tomat yang mempunyai tipe pertumbuhan indeterminate, tandan bunga tidak terdapat pada setiap ruas batang dan ujung tanaman senantiasa terdapat pucuk muda dan memiliki umur panen lebih panjang, yaitu berkisar antara 70-100 hari setelah tanam baru dapat dipetik buahnya. Tomat merupakan tanaman yang dipanen berkali-kali. Rata-rata pada satu kali pertanaman tomat dapat dipanen sebanyak 8-10 kali, namun jika pertumbuhan baik dapat mencapai 15 kali dengan selang 2-3 hari sekali untuk setiap panen. Petani tomat membedakan tiga tingkat kematangan saat dipetik, yaitu hijau tua, merah muda (pecah warna) dan merah tua (Marpaung, 1997). Cara untuk menentukan indeks panen adalah dengan mengadakan perubahan fisio-kimia yang terjadi selama proses pematangan buah yaitu berturut-turut: green mature, break, turning, pink, light red and red. Buah tomat dapat dipanen dengan cara dipetik dengan tangan (cara tradisional). Pantastico (1989) menyatakan penentuan waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang mempengaruhinya seperti, keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik yang optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yakni sebagai berikut: 1. Kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kuningan 2. Bagian tepi daun tua telah mengering 3. Batang tanaman menguning/mengering Waktu pemetikan (pagi, siang, sore) juga berpengaruh pada kualitas yang dipanen. Saat pemetikan buah tomat yang baik adalah pada pagi atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan temperature dalam buah tomat sehingga
4
mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam buah. Keadaan ini dapat menyebabkan daya simpan buah tomat menjadi lebih pendek. Tomat merupakan buah klimaterik yang dalam proses pemasakannya disertai dengan peningkatan laju respirasi dan produksi etilen yang disertai dengan terjadinya perubahan fisik dan kimia. Proses pematangannya berlangsung walau telah dipetik dari pohonnya. Respirasi klimaterik pada buah tomat akan mulai terjadi bersamaan dengan tercapainya ukuran maksimum dari buah. Jenis tomat banyak yang dikenal di pasaran, antara lain sebagai berikut: 1. Tomat Martha/TW (var. validum Bailey). Berbentuk agak lonjong dan teksturnya keras. 2. Tomat apel atau pir (var. pyriforme Alef). Berbentuk bulat seperti buah apel atau pir. 3. Tomat kentang atau tomat daun lebar (var. grandifolium Bailey). Ukuran buahnya lebih besar dibandingkan dengan tomat apel. 4. Tomat Cherry (var. cerasiforme (Dun) Alef). Buahnya yang berukuran kecil berbentuk bulat atau bulat memanjang. Warnanya merah atau kuning. Tomat sebagai salah satu komoditas pertanian sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan (Tabel 1). Tabel 1. Kandungan gizi buah tomat tiap 100 gram Zat kimiawi yang
Jumlah dalam tiap jenis
Terkandung
Tomat muda
Tomat masak
Sari tomat
Air (gr)
93
94
94
Protein (gr)
2
1
1
Lemak (gr)
0.7
0.3
0.2
Karbohidrat
2.3
4.2
3.5
Kalsium
5
5
7
Fosfat
27
27
15
Besi
0.5
0.5
0.4
A
320
1500
600
B1
0.07
0.06
0.06
C
30
40
10
Energi 93 20 Sumber: Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I (1990)
15
Mineral : (mg)
Vitamin
Buah tomat juga mengandung zat pembangun jaringan tubuh manusia dan zat yang dapat meningkatkan energi untuk bergerak dan berpikir, yaitu karbohidrat, protein, lemak dan kalori. Selain memiliki rasa yang enak, buah tomat juga merupakan sumber vitamin A dan C yang sangat baik (Wener, 2000).
B. Kerusakan Produk Hortikultura Akibat Transportasi Produk hortikultura memiliki sifat yang mudah rusak (perishable). Salah satu masalah pascapanen adalah kerusakan mekanis akibat transportasi karena adanya benturan antara buah dengan buah, benturan antara buah dengan wadah atau kemasan, gesekan dan himpitan. Penyebab kerusakan mekanis selama pengangkutan antara lain:
5
1. Isi kemasan terlalu penuh Kemasan yang berisi terlalu penuh menyebabkan peningkatan kerusakan tekan atau kompresi sebagai akibat tambahan tekanan dan tutup kemasan. 2. Isi kemasan kurang Kemasan yang berisi kurang menyebabkan kerusakan vibrasi pada lapisan atas. Akibat adanya ruang di atas bahan sehingga selama pengangkutan bahan bagian atas akan terlempar-lempar dan saling berbenturan. 3. Kelebihan permukaan Tumpukan yang terlalu tinggi di bagian kemasan menyebabkan tekanan yang besar pada buah lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan kompresi. Sedangkan kerusakan mekanis yang biasa terjadi karena tekanan dan kompresi, kerusakan akibat benturan dan kerusakan akibat vibrasi (Kusumah, 2007). Tinggi susunan komoditas dalam kemasan tergantung pada kecepatan respirasi komoditas. Bila susunannya terlalu padat dan tebal maka bagian tengah akan menjadi lebih panas akibat respirasi yang tidak dapat keluar. Soedibyo (1992) menyatakan bahwa yang terpenting dalam penyusunan bahan di dalam kemasan adalah penyusunan lapisan dasar yang baik, dengan demikian lapisan berikutnya akan mudah dikerjakan. Faktor-faktor yang terjadi selama pengangkutan dapat terjadi karena tumpukan buah yang terlalu tinggi. Hal tersebut mengakibatkan tekanan yang besar terhadap buah yang terdapat pada lapisan bawah sehingga meningkatkan kerusakan akibat kompresi (Suherman, 2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kerusakan mekanik buah antara lain: 1. Gaya-gaya luar Tingkat kerusakan mekanis yang terjadi dipengaruhi oleh besarnya gaya luar (beban) yang mengenai buah. Kerusakan akan semakin tinggi jika gaya luar yang diterima oleh buah semakin besar. 2. Sifat mekanis buah Sifat mekanis yaitu respon bahan yang sesuai dengan perilakunya apabila diberi gaya. Sifat mekanis bahan dipelajari dalam ilmu reologi. Secara reologi, sifat mekanis buah dapat dinyatakan dalam tiga bentuk yakni gaya, deformasi, dan waktu. Pengangkutan merupakan mata rantai yang penting dalam penanganan, penyimpanan, dan distribusi buah-buahan serta sayuran. Pengangkutan dilakukan untuk menyampaikan komoditas hasil pertanian secara cepat dari produsen ke konsumen. Di Indonesia perhubungan lewat darat sangat dominan terhadap pengangkutan buah yang hendak dipasarkan selanjutnya. Alat angkut yang umum digunakan adalah truk, mobil bak terbuka atau sejenisnya, dan menggunakan kereta api. Truk dan alat angkut sejenisnya banyak dilakukan karena lebih fleksibel, tidak perlu mengikuti jadwal perjalanan seperti halnya dengan kereta api. Sayangnya pada pengangkutan dengan truk sering terjadi pemuatan yang terlalu padat (Satuhu, 2004). Untuk pengangkutan jarak jauh dalam satu pulau, yang lebih dari 5 jam sebaiknya menggunakan kereta api dengan gerbong pendingin, sedangkan pengangkutan kurang dari 5 jam dapat melalui jalan raya tanpa truk pendingin. Dalam kondisi jalan yang sebenarnya, permukaan jalan ternyata memiliki permukaan yang tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata ini menyebabkan produk mengalami berbagai guncangan ketika ditransportasikan. Besarnya guncangan yang terjadi bergantung kepada kondisi jalan yang dilalui. Ketidakrataan ini disebut amplitudo dan tingkat kekerapan yang terjadinya guncangan akibat ketidakrataan jalan tersebut dinamakan frekuensi. Kondisi transportasi yang buruk ini dan penanganan yang tidak tepat pada komoditi yang ditransportasikan (buah dan sayuran) dapat menyebabkan
6
kerugian berupa turunnya kualitas komoditi yang akan disampaikan ke tangan konsumen. Penurunan kualitas yang sering terjadi adalah kerusakan mekanis pada buah dan sayuran (Tirtosoekotjo, 1992). Guncangan yang terjadi selama pengangkutan baik di jalan raya maupun di rel kereta api dapat mengakibatkan kememaran, susut bobot dan memperpendek masa simpan. Hal ini dapat terjadi terutama pada pengangkutan buah-buahan dan sayur-sayuan yang tidak dikemas. Meskipun kemasan dapat meredam efek goncangan, tetapi daya redamnya tergantung pada jenis kemasan serta tebal bahan kemasan, susunan komoditas di dalam kemasan dan susunan kemasan di dalam alat angkut (Purwadaria, 1992). Menurut Satuhu (2004) perlakuan yang kurang sempurna selama pengangkutan dapat mengakibatkan jumlah kerusakan yang dialami oleh komoditi pada waktu sampai ditempat tujuan mencapai kurang dari 30-50%. Pada umumnya hambatan-hambatan yang menyebabkan penurunan mutu tersebut adalah kegiatan penanganan pascapanen yang tidak sempurna. Kegiatan pascapanen meliputi masalah tempat pengumpulan, grading dan sortasi, pengemasan, pengangkutan dan pemasaran. Pantastico (1989) memberikan pertimbangan-pertimbangan dasar untuk pengangkutan jarak pendek dan jarak jauh sebagai berikut: 1. Pada pengangkutan dalam jarak pendek, komoditi harus dilindungi terhadap kerusakan mekanis dan kemungkinan suhu yang ekstrim. 2. Untuk pengangkutan jarak jauh, ada resiko tambahan berupa kerusakan komoditi disebabkan oleh pemanasan yang berlebihan dan pelayuan, masuknya organisme pembusukan, kerusakan akibat pendinginan, pelunakan komoditi yang mengandung banyak air atau pematangan buah. Produk holtikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga potong mudah sekali rusak setelah dipanen. Kerusakan ini dapat dipercepat oleh adanya luka dan memar. Untuk memperoleh gambaran data kerusakan mekanis yang diterima merancang alat simulasi pengangkutan disesuaikan dengan kondisi jalan dalam dan di luar kota. Dasar yang membedakan jalan dalam kota dan luar kota adalah besar amplitudo yang terukur dalam suatu panjang jalan tertentu. Jalan dalam kota mempunyai amplitudo rendah jika dibandingkan dengan jalan luar kota, jalan buruk beraspal, dan jalan berbatu. Pada simulasi pengangkutan dengan menggunakan truk guncangan yang dominan adalah guncangan pada arah vertikal. Sedangkan guncangan pada kereta api adalah guncangan horizontal. Guncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya kecil sekali (Soedibyo, 1992). Waktu pengangkutan sebaiknya dilakukan pada sore atau malam hari. Pemilihan waktu pengiriman dimaksudkan untuk menjaga kesegaran buah-buahan yang diangkut. Buah yang diangkut pada siang hari dalam cuaca terik akan mempercepat kerusakan buah. Suhu tinggi yang diperoleh selama pengangkutan akan menyebabkan kerusakan fisiologis dan memperbesar laju transpirasinya (Satuhu, 2004).
C. Pengemasan Pengemasan tidak memperbaiki mutu produk tetapi mempertahankan mutu. Oleh karena itu, pengemasan produk yang busuk atau rusak akan menjadi sumber kontaminasi bagi produk lain yang baik. Menurut Satuhu (2004) pengemasan buah ialah meletakkan buah-buahan ke dalam suatu wadah yang sesuai dan baik sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, dan biologis. Kegiatan pengemasan ini sering juga disebut pengepakan atau packaging. Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta 7
gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan atau produk pangan bila tidak dikemas dapat mengalami kerusakan akibat serangan binatang (seperti tikus), serangga (seperti kecoa), maupun mikroba (bakteri, kapang, khamir). Kerusakan bisa terjadi mulai dari bahan pangan sebelum dipanen, setelah dipanen, selama penyimpanan, pada saat transportasi dan distribusi maupun selama penjualan. Adanya mikroba dalam bahan pangan akan mengakibatkan bahan menjadi tidak menarik karena bahan menjadi rusak, terjadi fermentasi atau ditumbuhi oleh kapang. Bakteri yang tumbuh dalam bahan pangan akan mempengaruhi kualitasnya, disamping itu ada kecenderungan menghasilkam senyawa beracun bagi konsumen. Sesuai tujuannya, kemasan yang digunakan untuk pengangkutan buah-buahan harus berfungsi baik dan efisien. Menurut Satuhu (2004) tujuan dari kegiatan pengemasan secara umum adalah: 1. Melindungi hasil (produk) dari kerusakan 2. Melindungi dari kehilangan air 3. Melindungi dari pencurian 4. Mempermudah dalam pengangkutan 5. Mempermudah penyusunan baik dalam pengangkutan maupun penyimpanan 6. Mempermudah dalam perhitungan Jenis pengemasan produk hortikultura dibedakan menjadi 2 jenis berdasarkan sifat kelenturannya, yaitu kemasan fleksibel dan kemasan kaku (rigid). Kemasan fleksibel merupakan kemasan yang hanya berfungsi untuk membungkus produk dan tidak untuk melindungi dari kerusakan mekanis. Contoh kemasan fleksibel seperti karung jala, kantong plastik dan karung goni yang biasanya digunakan untuk mengemas kentang, bawang merah dan cabai. Kemasan kaku adalah kemasan yang dapat menahan gaya tekan sehingga dapat melindungi keadaan fisik produk. Contoh kemasan kaku seperti kemasan karton (corrugated box), keranjang bambu dan peti kayu. Kemasan distribusi untuk produk hortikultura yang digunakan di Indonesia, antara lain karung goni, keranjang bambu, peti kayu. Pemilihan bahan kemasan harus tepat dan sesuai dengan sifat komoditi yang dikemas. Mutu buah yang akan dipasarkan sangat ditentukan oleh jenis dan cara kemasannya. Untuk itulah bentuk kemasan buah yang akan dikirim harus mempertimbangkan faktor transportasi. Pengemasan secara asal-asalan dalam pengangkutan akan menyebabkan buah menjadi lecet dan memar sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan mutu. Buah yang lecet dan memar cepat menjadi busuk. Pengemasan untuk pengiriman diperlukan wadah yang dirancang khusus untuk melindungi buah. Wadah kemasan harus dapat berfungsi sebagai pelindung dari luka memar, getaran, maupun berat wadah lain yang menumpuk. Bahan kemasan untuk pengangkutan dirancang sedemikian rupa disesuaikan dengan jarak angkut, lama perjalanan, keadaan jalan yang dilalui, macam alat angkut, panas respirasi yang timbul, serta kehilangan air atau kesegaran akibat proses transpirasi. Kemasan dapat digunakan untuk sekali atau beberapa kali pengiriman. Di negara maju, pengemasan untuk pengiriman umumnya digunakan sekali saja. Di negara berkembang kemasan dapat digunakan hingga berulang kali. Keranjang dan peti kayu sering dimanfaatkan ulang atau dijual untuk digunakan kembali (Satuhu, 2004). Menurut Satuhu (2004), bahan dan bentuk kemasan secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Kemasan langsung, yaitu kemasan utama yang langsung berhubungan dengan produk yang dikemas. Bahan pengemas utama bisa berupa karung, plastik, kertas dan daun.
8
2. Kemasan tidak langsung, yaitu kemasan kedua yang tidak bersentuhan langsung dengan produk. Jenis kemasan ini untuk melindungi bahan dari kerusakan fisik dan mekanis terutama untuk memudahkan pengaturan dalam alat angkut. Bahan pengemas jenis ini dapat terbuat dari peti kayu, peti plastik, peti karton dan keranjang bambu. Hambali (1995) menyatakan bahwa selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi, serta gesekan. Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh diatas permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantalan di dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban tumpukan yang cukup besar. Memar vibrasi dan gesekan terjadi akibat gesekan sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan tipe ini dapat dikurangi dengan merancang ukuran kemasan serta pengisian yang tepat dengan menghindari adanya ruang kosong terlalu besar di bagian atas kemasan. Perancangan kemasan selama pengangkutan ditujukan untuk meredam goncangan dalam perjalanan yang mengakibatkan kememaran dan penurunan kekerasan hasil hortikultura. Faktor yang perlu diperhatikan meliputi kemasan, jenis, sifat, tekstur dan dimensi bahan kemasan, komoditas yang diangkut, sifat fisik, bentuk, ukuran, struktur dan pola susunan biaya pengangkutan dibandingkan dengan harga komoditas, permintaan waktu, jarak dan keadaan jalan yang dilintasi (Purwadaria, 1998). Kemasan buah tomat terbuat dari bahan kayu, bambu, kardus, kantong plastik, dan karung. Untuk pengiriman berjarak jauh biasanya kemasan peti (kayu dan bambu), sedangkan kemasan untuk pasar lokal, swalayan, super market dan lain-lain dapat digunakan kantong plastik atau kardus karton. Kapasitas kemasan peti kayu untuk pengiriman jarak jauh sekitar 10-30 kg. Kapasitas kemasan dan tingkat kemasakan buah tomat dapat mempengaruhi persentase kehilangan hasil akibat kerusakan setelah melalui pengiriman jarak jauh. Kapasitas kemasan ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akan digunakan pada transportasi. Menurut Peleg (1985), kapasitas kemasan untuk penanganan sesuai kemampuan manusia (suitable for carrying man) adalah 10-30 kilogram dan sekitar 200-500 kilogram untuk sistem penanganan mesin (suitable for forklift handling). Komoditi hortikultura bersifat mudah rusak (perishable) dan masih melakukan metabolisme sebagai aktivitas hidup maka pemuatan produk dalam kemasan harus dilakukan secara efisien untuk menghindari kerusakan produk selama transportasi. Penggunaan 60-65% volume kemasan adalah penggunaan volume kemasan yang baik untuk mengurangi kerusakan produk karena masih tersedianya ruang dalam kemasan untuk pertukaran gas-gas yang dihasilkan dari proses metabolisme produk selama dikemas (Peleg, 1985).
D. Bahan Kemasan 1. Peti Kayu Kayu merupakan bahan pengemas tertua yang diketahui oleh manusia, dan secara tradisional digunakan untuk mengemas berbagai macam produk pangan padat dan cair seperti buah-buahan dan sayuran, teh, anggur, bir dan minuman keras. Kayu adalah bahan baku dalam pembuatan palet, peti atau kotak kayu di negara-negara yang mempunyai sumber kayu alam dalam jumlah banyak. Tetapi saat ini penyediaan kayu untuk pembuatan kemasan juga banyak menimbulkan masalah karena makin langkanya hutan penghasil kayu. Menurut Hanlon (1984) kemasan peti kayu memiliki sifat fisik dan mekanik yang bervariasi sehingga untuk keperluan tertentu dilakukan pemilihan yang selektif terhadap jenis kayu yang digunakan. Pada dasarnya tidak ada kriteria khusus untuk menentukan jenis 9
kayu yang digunakan sebagai kemasan. Pemilihannya umumnya ditentukan hanya berdasarkan jumlah kayu yang tersedia, kemudahannya untuk dipaku, jenis produk yang akan dikemas, kekuatan dan kekakuan kayu, serta harganya. Bahan kayu yang dipilih untuk pembuatan kotak kayu ini biasanya kayu yang ringan dan kuat sehingga mudah dipindah-pindahkan dan dapat dilakukan penumpukan. Permukaan papan kayu yang digunakan sebagai bahan kemasan yang harus dibuat sehalus mungkin. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya luka pada buah atau sayuran gesekan dari serat kayu yang mencuat keluar. Sedangkan menurut Sjaifullah (1996), berdasarkan pertimbangan-pertimbangan pustaka dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sub Bagian Perlakuan Segar Hasil Hortikultura Bagian Teknologi, Lembaga Penelitian Hortilkutura Pasar Minggu, jenis yang digunakan untuk membuat peti kayu adalah yang berwarna putih dan lentur seperti kayu teki (Albizia lebbeck Benth), kayu kenanga, dan kayu sengon. Peti kayu merupakan salah satu alternatif kemasan yang masih banyak digunakan untuk pengangkutan komoditas hortikultura, misalnya untuk mengemas buah jeruk, salak, tomat dan komoditi lainnya. Bahan baku dan tenaga kerja untuk membuatnya juga relatif murah, disamping itu kebutuhan akan peralatan khusus tidak terlalu banyak. Keuntungan pemakaian kayu sebagai kemasan yaitu dapat ditumpuk dengan ketinggian tertentu tanpa menyebabkan kerusakan yang diakibatkan oleh penumpukan tersebut dan mampu melindungi komoditi yang dikemas terhadap kerusakan yang mungkin terjadi akibat adanya tekanan dari segala arah (Poernomo, 1979). Apabila dibandingkan dengan kemasan peti karton bergelombang, peti kayu mampu mempertahankan bentuknya bila ditempatkan dalam ruangan yang lembab atau terkena air. Kelemahan lain dari penggunaan kayu sebagai kemasan adalah ketidakcukupan pengetahuan akan teknik dasar seperti struktur kayu, metode perakitan dan sebagainya. Hingga saat ini perakitan kemasan kayu masih dilakukan dengan cara yang sederhana, dan jarang sekali dilakukan pengamatan terhadap kandungan air kayu, rancang bangun/disain yang efisien, pengikatan/pelekatan tidak dengan jenis pengikat dan ukuran yang benar, sehingga dihasilkan kemasan kayu dengan kekuatan yang rendah. Akibatnya nilai ekonomis kemasan kayu menjadi rendah. Walaupun mempunyai kelemahan, tetapi kemasan kayu tetap digunakan pada industriindustri alat berat dan mesin. Kemasan kayu juga tetap merupakan alternatif untuk mengemaskan buah-buahan dan sayur-sayuran yaitu dengan kemasan kayu berat-ringan (light-weigh wooden). Peranan kemasan kayu di masa depan masih tetap baik terutama pada aplikasi palet, dan merupakan salah satu alternatif penting disamping kertas dan plastik. Hal ini disebabkan karena bahan baku kayu dan tenaga kerja yang masih cukup tersedia. Penggunaan peti kayu untuk transportasi buah dan sayur masih mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan, sehingga perlu dikembangkan pengetahuan akan pembuatan kemasan berbahan baku kayu.
2.
Kardus Karton
Kardus karton gelombang adalah material mentah yang paling terkenal untuk kemasan transportasi pada berbagai jenis produk seperti buah dan sayuran segar, manufaktur, peralatan rumah tangga dan industri. Bahan kemasan ini juga digunakan dalam transportasi semi curah berbagai komoditi dengan jumlah yang luas. Papan karton bergelombang yang telah dibentuk sebagai kemasan sering disebut kardus. Peti karton gelombang adalah wadah yang ideal untuk buah selama pengangkutan (Liu dan Ma, 1983). Kemasan kardus karton dibuat dari karton bergelombang yang terdiri dari kertas linier yang merupakan kertas pelapis luar dan kertas medium, yaitu kertas yang digunakan sebagai lapisan 10
bergelombang. Keduanya kemudian direkatkan di dalam mesin corrugator, yaitu mesin penggelombang kertas. Kemasan ini mempunyai beberapa kelebihan, antara lain: 1. Mempunyai bobot yang lebih ringan untuk material yang mempunyai kekuatan yang sama dan biaya yang lebih murah. 2. Mempunyai permukaan yang halus. 3. Mempunyai sifat meredam getaran yang baik. 4. Mudah untuk dicetak atau diberi label. 5. Mudah untuk dirakit dan dibongkar dalam penyimpanan. 6. Mudah didaur ulang dan dapat digunakan kembali. Kekurangan dari kemasan ini adalah kekuatannya akan berkurang pada kondisi udara yang lembab (Peleg, 1985). Kertas gelombang antara permukaan pada papan karton gelombang disebut fluiting atau media gelombang. Kualitas terbaik dari fluiting adalah yang terbuat dari serat kayu dengan metode pengolahan pulp secara khusus. Terdapat tiga daya tahan yang dimiliki oleh kemasan karton, yaitu daya tahan jebol, daya tahan susun, dan daya tahan air (basah). Ketahanan jebol dan daya tahan susun dari kemasan karton sangat bergantung pada kualitas bahan yang digunakan. Daya tahan terhadap air (basah) dapat dilakukan dengan menambah lapisan lilin pada permukaan karton, baik di bagian dalam, maupun di bagian luar sesuai kebutuhan (FPI 1983 dalam Wijandi 1989). Umumnya terdapat empat jenis utama dari papan karton gelombang, yaitu: 1. Single-faced board Papan ini terbuat dari satu permukaan pipih dengan sebuah medium bergelombang atau flutting. Material ini hanya digunakan untuk membuat produk kardus 2. Single-wall atau double-faced board Papan ini terbuat dari dua permukaan dengan satu bagian yang bergelombang di tengahnya. Hampir 90% dari semua kardus terbuat dari papan karton gelombang jenis ini. 3. Double-wall board Terbuat dari dua permukaan dan dua media bergelombang dengan penuh pembatas di tengahnya sehingga terdapat lima lapisan. Tingkatan ini sering digunakan untuk pengemasan skala ekspor. 4. Triple-wall board Tingkatan ini memiliki tiga media bergelombang sehingga seluruh lapisannya berjumlah tujuh lapisan. Hanya sebagian pabrik yang membuat jenis ini, yang mana sering digunakan untuk aplikasi industri yang sangat berat. Menurut Satuhu (2004), dengan lebih majunya industri kertas dan karton, pengguna kotak karton sekarang ini sudah cukup mendesak karena beberapa hal berikut ini: a. Pembuatannya dilakukan secara maksimal (dengan mesin) sehingga dapat diproduksi secara massal sesuai dengan ukuran dan kapasitas rancangan. b. Kemasan kotak karton bekas dapat dipakai kembali dan setelah rusak dapat didaur ulang menjadi karton kembali. c. Perancangannya dapat disesuaikan dengan kondisi buah yang dikemas. d. Kotak karton dapat dilengkapi dengan gambar buah yang dikemas, golongan ukuran, jenis mutu, keterangan jumlah, berat bersih, daerah asal, dan produsen. e. Kotak karton dapat dilengkapi dengan ventilasi. f. Sifat meredam getaran yang baik. g. Lapisan karton dapat dibuat bergelombang sebagai penyekat antar buah sehingga kerusakan akibat gesekan dan tekanan dapat dihindari.
11
h. Kotak karton memiliki bahan yang ringan sehingga akan mempermudah pembongkaran dan dinding karton yang halus dibandingkan peti kayu menyebabkan gesekan antara komoditi dengan dinding tidak berakibat buruk.
3.
Bahan Pengisi Kemasan
Selama transportasi dan penyimpanan, kemasan dan bahan segar akan menghadapi beberapa kerusakan, baik dari segi mekanis, lingkungan ataupun biologis. Kerusakan mekanis dapat dinyatakan sebagai kerusakan yang disebabkan oleh tumbukan, getaran kompresi, dan tusukan. Kerusakan tumbukan dapat terjadi jika kemasan jatuh atau terlempar. Buah di dalamnya akan bergerak dan bersentuhan antara sesama buah dan antara buah dengan kemasan yang mengakibatkan kerusakan. Untuk mengurangi efek produk tersebut pada produk kemasan harus dibuat tidak bergerak dan membagi beban yang ada pada setiap bagian dan memberikan bantalan. Efek merugikan dari getaran termasuk luka lecet yang disebabkan karena perpindahan relatif produk dari kemasan dan dari produk yang lain bisa dikurangi dengan menahan tiap bagian produk. Kerusakan kompresi terjadi selama penumupukan kemasan. Kemasan kaku yang terlampau penuh atau cacat dapat menyebabkan gaya kompresi yang ada dari penumpukan lebih banyak dilanjutkan kepada produk daripada kemasannya. Hasilnya, produk menjadi memar, tingkat kerusakannya tergantung pada besarnya gaya yang terjadi dan tingkat kematangan dari produk (Pantastico, 1989). Beberapa dari kerusakan ini dapat diminimalisir dengan menghindari adanya ruang kosong yang terdapat di dalam kemasan serta melindungi tekanan dan gesekan antara sesama produk ataupun antara produk dengan kemasan selama kegiatan transportasi. Bahan yang digunakan untuk mengisi ruang tersebut sering disebut dengan istilah bahan pengisi kemasan. Menurut Syarief et al. (1989) bahan pengisi merupakan material yang dijejalkan diantara kelebihan ruang gerak guna menahan gerak barang atau abrasi terhadap isi ruang. Bahan pengisi digunakan untuk melindungi produk atau barang selama distribusi dan penyimpanan. Kertas yang dicabik-cabik kecil merupakan bahan pengisi yang jelek kualitasnya karena kurang sifat anti getarannya dan tidak tahan air, tetapi bahan pengisi jenis ini memilliki beberapa keuntungan antara lain mudah didapatkan dan murah. Bahan pengisi dapat mengurangi sebagian besar kerusakan yang terjadi selama transportasi. Bahan pembantu yang bisa digunakan dalam pengemasan buah maupun sayuran yang menggunakan keranjang dan peti di Indonesia adalah merang, daun-daun kering, pelepah batang pisang, tikar atau kertas koran, potongan-potongan kertas, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan pelapis dinding kemasan atau sebagai bahan pengganjal untuk melindungi buah atau sayur terhadap pergeseran dengan dinding kemasan, sebagai alat penyekat antar produk atau sebagai bahan pengisi di sela-sela antara setiap komoditas yang dikemas untuk mencegah terjadinya pergeseran letak komoditas.
12
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan terhitung mulai bulan Januari hingga April 2012 di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB, Bogor.
B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah tomat jenis “martha/TW” yang diperoleh dari perkebunan tomat daerah Cisarua, dipetik pada pagi hari dengan umur panen 90 hari setelah tanam dan berat rata-rata buah tomat adalah 100-120 gram. Total berat buah tomat yang dibutuhkan sebanyak 320 kg untuk tiga kali pengambilan dari kebun. Setiap satu kali pengambilan lebih kurang sebanyak 105 kg. Pengambilan tomat ke kebun, yaitu pada umur petik panen ke-3, ke-5 dan ke-7. Bahan lain yang digunakan adalah peti kayu, dan kardus karton sebagai kemasan selama transportasi. Peti kayu yang digunakan terbuat dari kayu sengon dengan ukuran luar (40x27x20) cm (Gambar 2) dan kardus karton dengan ukuran luar (40x27x20) cm (Gambar 3). Selain itu juga digunakan bahan penunjang yaitu lembaran kertas koran sebagai bahan pengisi kemasan.
Gambar 2. Peti kayu untuk pengemasan buah tomat selama simulasi transportasi
Gambar 3. Kardus untuk pengemasan buah tomat selama simulasi transportasi 13
2. Alat Peralatan yang digunakan terdiri atas meja getar dengan kompresor, timbangan mettler PM4800 untuk mengukur susut bobot (Gambar 4.a), rheometer CR-300DX untuk mengukur kekerasan buah (Gambar 4.b), refractometer N-1 ATAGO untuk mengukur total padatan terlarut (Gambar 4.c), serta peralatan penunjang lainnya, seperti aquades untuk membersihkan peralatan dan stopwatch (Gambar 4.d) untuk menghitung waktu saat pengambilan nilai amplitudo.
b
a
c
d
Gambar 4. Peralatan yang digunakan (a) Timbangan Mettler PM-4800, (b) Rheometer, (c) Refractometer model N-1 ATAGO dan (d) stopwatch
C. Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: 1. Tomat yang telah diperoleh dari kebun, ketika tiba di Laboratorium TPPHP, tomat dibersihkan dengan menggunakan kain lap yang telah dibasahi oleh sedikit air (Gambar 5). Setelah itu tomat disortir lagi baik bentuk maupun ukuran (berat 100-120 gram) ketika dimasukkan ke dalam setiap kemasan. Tomat yang dipilih adalah tomat yang secara visual tidak memiliki kerusakan atau cacat pada kulit buahnya. Sebelum disimulasikan dilakukan pengamatan terhadap parameter mutu fisik tomat (kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, dan total padat terlarut) sebanyak 10 buah sampel untuk masing-masing kemasan.
14
Gambar 5. Tomat yang sedang dibersihkan menggunakan kain 2. Tomat yang telah dibersihkan dan disortasi kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton (K1) dan peti kayu (K2) dengan ukuran yang sama, yaitu (40x27x20) cm. Masing-masing jenis kemasan diberi perlakuan bahan pengisi yang berbeda-beda, yaitu kemasan pertama (P1) menggunakan bahan pengisi berupa lembaran kertas koran dan kemasan kedua (P2) tidak menggunakan bahan pengisi (sebagai kontrol). Penyusunan buah tomat diatur secara teratur dengan kapasitas tomat sampai penuh pada setiap kemasan, yaitu kemasan dengan bahan pengisi lembaran kertas koran sebesar 10 kg dan kemasan tanpa bahan pengisi sebesar 13 kg. 3. Kedelapan kemasan tersebut diatur pada meja simulator, yaitu empat kemasan untuk simulasi transportasi selama satu jam dan empat kemasan untuk simulasi transportasi selama tiga jam (Gambar 6).
Gambar 6. Penyusunan kemasan buah tomat untuk simulasi transportasi 4. Simulasi transportasi dilakukan pada arah vertikal dengan waktu yang telah ditentukan, yaitu getaran yang terjadi selama satu jam menyesuaikan untuk pengangkutan tomat dari Cisarua ke Pasar Induk Kemang Bogor dan getaran yang terjadi selama tiga jam menyesuaikan untuk pengangkutan tomat dari Cisarua ke Bandung. Penggetaran (simulasi transportasi) dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan hari yang berbeda-beda tetapi waktu pada pelaksanaan penelitian lebih kurang hampir sama. Nilai frekuensi dan amplitudo rata-rata selama simulasi selama 1 jam adalah 2.75 Hz dan 2 cm. Sedangkan nilai frekuensi dan amplitudo rata-rata selama simulasi 3 jam adalah 2.75 Hz dan 2.5 cm. Simulasi transportasi dilakukan dalam ruangan bersuhu 27 0C dan RH 40%-60%. Data teknis dalam melakukan simulasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2 untuk lama simulasi satu jam dan Tabel 3 untuk simulasi 3 jam.
15
Tabel 2. Data teknis simulasi transportasi pada meja getar selama 1 jam Dicari
Nilai
Satuan
Frekuensi
2.75
Hz
Amplitudo
2
Cm
Perioda (T)
0.363636
detik/getaran
Kecepatam sudut ( )
17.27
getaran/detik -4
cm2/jam
Luas satu siklus getaran vibrator
6.949 x 10
Lama getaran
1
Jam
Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam
6.879
cm2/jam
Jumlah luas seluruh getaran truk luar kota selama 0.5 jam
2.999
cm2/jam
Jumlah jarak yang di tempuh
34.406
Km
Tabel 3. Data teknis simulasi transportasi pada meja getar selama 3 jam Dicari
Nilai
Satuan
Frekuensi
2.75
Hz
Amplitudo
2.5
Cm
Perioda (T)
0.363636
detik/getaran
Kecepatam sudut ( ) Luas satu siklus getaran vibrator
17.27
Lama getaran
3
Jam
Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam
8.60
cm2/jam
Jumlah luas seluruh getaran truk luar kota selama 0.5 jam
2.999
cm2/jam
Jumlah jarak yang di tempuh
129.042
Km
8.687 x 10
getaran/detik -4
cm2/jam
5. Setelah penggetaran (simulasi transportasi) kemudian diperiksa isi dari setiap kemasan dan dihitung banyaknya kerusakan mekanis pada setiap kemasan untuk mengetahui jumlah dan persentase tomat yang mengalami kerusakan akibat simulasi transportasi. Selain itu, dari setiap kemasan diambil 30 buah sampel, buah tomat yang dijadikan sampel terletak pada bagian lapisan atas, tengah dan bawah yang masing-masing setiap lapisan diambil 10 buah tomat. Kemudian diletakkan diatas tray untuk diukur susut bobot, tingkat kekerasan, dan total padatan terlarut. Diagram alir dari metode penelitian yang telah diuraikan secara rinci di depan dapat dilihat pada Gambar 7.
16
Tomat dari kebun
Dibersihkan dan disortasi baik bentuk dan ukuran (berat 100-120 gram)
Dilakukan pengamatan awal sebelum simulasi terhadap kerusakan mekanis, susut bobot, kekerasan, dan total padatan terlarut
Tomat disusun secara teratur dan dimasukkan di dalam kemasan kardus karton (K1) dan peti kayu (K2) dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (P1) dan tanpa bahan pengisi (P2). Kapasitas kemasan dengan bahan pengisi lembaran kertas koran adalah 10 kg dan kapasitas kemasan tanpa bahan pengisi adalah 13 kg
Kemasan diatur pada meja simulator
Disimulasikan selama 1 jam dengan amplitudo 2 cm dan frekuensi 2.75 Hz
Disimulasikan selama 3 jam dengan amplitudo 2.5 cm dan frekuensi 2.75 Hz
Pengamatan kerusakan mekanis serta dilakukan pengamatan akhir terhadap susut bobot, tingkat kekerasan dan total padatan terlarut
Pengolahan data Gambar 7. Diagram alir penelitian
17
D.
Kesetaraan Simulasi Pengangkutan
Kesetaraan simulasi transportasi yang dilakukan dengan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini: 1. Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) = Σ (Ni x Ai)/Σ (Ni) Dimana: P = rata-rata getaran bak truk (cm) N = jumlah kejadian amplitudo A = amplitudo getaran vertikal (cm) jalan luar kota 2.
Luas satu siklus bak truk jalan kota = T=
detik / getaran
sin WT dT W=
getaran / detik
3.
Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam = 30 menit x 60 detik/menit x f x Luas satu siklus bak truk jalan luar kota
4.
Luas satu siklus getaran vibrator =
5.
Jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam = 1 jam x 60 menit/jam x f Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama 1 jam = jumlah seluruh getaran vibrator selama 1 jam x luas satu siklus getaran vibrator
6.
Simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam dalam kota dan jalan buruk beraspal (luar kota) =
x setara panjang jalan
E. Pengamatan 1. Susut Bobot Penurunan susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan berat bahan setelah simulasi transportasi. Pengambilan sampel dilakukan secara acak pada bagian lapisan atas, tengah dan bawah dengan masing-masing 30 sampel pada setiap kemasan. Alat yang digunakan untuk menghitung susut bobot ini adalah timbangan digital dengan merk Mettler PM-4800. Persamaan yang digunakan untuk menghitung susut bobot adalah sebagai berikut:
Dimana : W = bobot bahan awal penyimpanan (gram) Wa = bobot bahan akhir penyimpanan (gram)
2.
Uji Kekerasan
Uji kekerasan diukur berdasarkan tingkat ketahanan buah terhadap batang penekan rheometer. Pengukuran kekerasan dilakukan dengan menggunakan rheometer model CR-300DX yang diset dengan mode 20, beban maksimum 10 kg, kedalaman penekanan 10 mm, kecepatan penurunan beban 60 mm/ menit dan diameter batang 5 mm. Penekanan yang dilakukan yaitu bagian ujung, tengah dan pangkal buah tomat (Gambar 8). Besar gaya yang dibutuhkan untuk melakukan penusukan tergantung pada seberapa keras buah yang akan ditusuk. Semakin tomat mudah untuk ditusuk (tomat menjadi lunak) maka tomat semakin rusak, begitu sebaliknya.
18
a
b
c
Gambar 8. Penekanan pada bagian (a) pangkal, (b) tengah dan (c) ujung
3.
Total Padatan Terlarut (TPT)
Total Padatan terlarut dihitung dengan menggunakan alat refractometer model N-1 ATAGO. Pengukuran dilakukan dengan cara meletakkan cairan daging buah tomat pada prisma refraktometer. Sebelum dan sesudah pembacaan, prisma refraktometer dibersihkan dengan aquades dan di lap dengan menggunakan tissue. Angka yang tertera pada refraktometer menunjukkan kadar total padatan terlarut (oBrix) yang mewakili rasa manis.
Tingkat Kerusakan Mekanis
4.
Uji tingkat kerusakan mekanis dilakukan setelah tomat digoncangkan atau digetarkan. Pengamatan dilakukan dengan cara melihat luka memar dan luka goresan dari masing-masing kemasan. Uji ini dilakukan secara visual. Persentase kerusakan mekanis pada tomat dapat dihitung dengan persamaan: % Rusak = (Jumlah Rusak/Total Sampel) x 100% Klasifikasi kerusakan mekanis pada suatu komoditi dibagi menjadi tiga, yaitu: a. Luka memar Luka memar terjadi akibat benturan produk dengan alat pengepakan atau pengemasan. Tandatanda memar kurang tampak dari luar. Tomat dianggap memar apabila terbentuknya bagian warna yang berbeda pada kulit tomat dan buah menjadi lebih lunak. b. Luka gores Luka gores terjadi akibat gesekan yang terjadi antara bahan dengan produk yang lain. Tomat dianggap luka gores apabila terdapat goresan pada kulit luar tomat yang akan mengakibatkan rusaknya jaringan pelindung pada kulit. c. Luka pecah Luka pecah terjadi akibat adanya tekanan yang terjadi dari arah vertikal maupun dari arah horizontal. Selain itu dapat juga diakibatkan karena guncangan selama proses pengangkutan. Tomat dianggap luka pecah apabila buah tomat menjadi terbuka dan tampak jaringan daging buah di bawah kulit.
F.
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan dua perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah:
19
A = Jenis kemasan yang digunakan A1 = Kemasan kardus karton A2 = Kemasan peti kayu B = Bahan pengisi B1 = Lembaran kertas koran B2 = Tanpa bahan pengisi Model umum dari rancangan percobaan ini adalah: Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Cijk Dimana: Yijk = Pengamatan pada perlakuan A ke-i dan B ke-j pada ulangan ke-k µ = Nilai rata-rata harapan Ai = Perlakuan A ke-i Bj = Perlakuan B ke-j (AB)ij = Interaksi A ke-i dan B ke-j Cijk = Pengaruh alat percobaan dari perlakuan A ke-i, B ke-j pada ulangan ke-k i = 1, 2 (jenis kemasan) j = 1, 2 (bahan pengisi) k = 1, 2, 3 (ulangan) Uji Statistik diawali dengan analisis sidik ragam untuk mengetahui pengaruh dan interaksi perlakuan, serta dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) sebagai penentu beda taraf nyata 5% dari hasil perhitungan dengan menggunakan statistical analysis software (SAS). Acuan dalam analisis ragam untuk dapat dilanjutkan ke uji Duncan apabila: 1. Jika P-value ≥ 5% maka tidak signifikan / tidak berpengaruh 2. Jika P-value < 5% maka signifikan / berpengaruh
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengemasan Buah Tomat Pembuatan kemasan tomat dalam penelitian ini didasarkan pada keadaan di lapangan. Kemasan tomat yang ada di pasar Indonesia yang sering digunakan adalah peti kayu dan karton gelombang. Peti kayu sering digunakan dalam distribusi tomat oleh petani untuk dikirim ke pasar lokal atau tradisional, sedangkan karton gelombang biasa digunakan dalam distribusi tomat ke supermarket. Pengemasan buah tomat yang menggunakan peti kayu dan kardus karton tanpa bahan pengisi menyebabkan jumlah kerusakan mekanis yang terjadi pada buah tomat (luka memar, luka gores, dan luka pecah) sangat besar. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan dalam pengemasan untuk menekan jumlah kerusakan mekanis. Dalam penelitian ini, diberi penambahan bahan pengisi ke dalam kemasan berupa lembaran kertas koran yang diharapkan mampu mengurangi kerusakan mekanis akibat benturan tomat antar lapisan. Selain pemilihan jenis kemasan dan penambahan bahan pengisi, cara penyusunan buah dalam kemasan berpengaruh dalam usaha melindungi buah tomat selama proses pengangkutan. Petani biasanya menyusun buah tomat secara acak dan dengan jumlah lapisan yang tinggi, yaitu dengan kapasitas 30 kg/kemasan. Penyusunan buah dengan cara ini dapat menyebabkan kerusakan mekanis yang lebih tinggi karena buah yang berada di lapisan bawah dapat mengalami luka memar karena menanggung beban yag terlalu besar dari buah yang berada di lapisan atas. Dalam penelitian ini, penyusunan buah tomat disusun secara teratur dan hanya terdiri dari tiga lapisan untuk kemasan dengan bahan pengisi lembaran kertas koran dan empat lapisan untuk kemasan tanpa bahan pengisi. Kapasitas kemasan dengan bahan pengisi lembaran kertas koran adalah 10 kg dan kapasitas kemasan tanpa bahan pengisi adalah 13 kg. Hal ini diharapkan dapat mengurangi jumlah kerusakan mekanis buah tomat selama simulasi transportasi sehingga menyebabkan kecilnya kemungkinan terjadinya luka memar akibat tekanan buah yang besar dari lapisan atas. Menurut Soedibyo (1992) yang terpenting dalam penyusunan buah di dalam kemasan adalah penyusunan lapisan dasar yang baik, dengan demikian penyusunan lapisan dasar berikutnya akan mudah dikerjakan. Cara penyusunan buah tomat ke dalam kemasan dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10. Untuk kemasan yang diberi bahan pengisi, setiap lapisannya diberi bahan pengisi lembaran kertas koran yang berfungsi sebagai pembatas untuk setiap lapisan. Hal ini berfungsi untuk melindungi benturan buah tomat dan penumpukan yang dapat mengakibatkan gesekan antar lapisan.
(a) (b) Gambar 9. Penyusunan tomat dalam kemasan kardus: (a) dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (b) tanpa bahan pengisi 21
(a) (b) Gambar 10. Penyusunan tomat dalam kemasan peti kayu: (a) dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (b) tanpa bahan pengisi
B. Kesetaraan Simulasi Simulasi transportasi dilakukan dengan menggunakan meja getar untuk mendapatkan gambaran data kerusakan mekanis tomat apabila terjadi goncangan dan getaran selama transportasi. Dalam pengangkutan menggunakan mobil, goncangan yang diamati berupa goncangan vertikal, dimana goncangan lain berupa puntiran dan bantingan diabaikan karena jumlah frekuensinya sangat kecil (Tirtosoekotjo, 1992). Selama simulasi terjadi getaran secara vertikal dengan amplitudo rata-rata 2 cm dan frekuensi rata-rata 2.75 Hz untuk simulasi selama 1 jam (Lampiran 1). Sedangkan untuk simulasi selama 3 jam terjadi getaran dengan amplitudo rata-rata 2.5 cm dan frekuensi rata-rata 2.75 Hz (Lampiran 2). Meja getar terdiri dari kompresor yang apabila katup kompresor dibuka, udara yang bertekanan masuk ke dalam silinder pneumatik, sedangkan ketika katup ditutup maka udara yang ada pada tabung pneumatik menjadi keluar. Selain itu terdapat motor listrik dan regulator yang berfungsi untuk mengatur kecepatan dari reducer. Reducer yang digunakan adalah berbentuk roda dan berdiameter 27 cm. Berdasarkan data guncangan truk, data vibrator dari meja getar selama simulasi dapat dikonversikan untuk mendapatkan kesetaraan simulasi dengan keadaan di lapangan. Hasil konversi frekuensi dan amplitudo selama simulasi transportasi berdasarkan konversi truk selama 1 jam di jalan luar kota pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa amplitudo 2 cm dan frekuensi 2.75 Hz setara dengan perjalanan sejauh 34 km atau lebih kurang dengan lama perjalanan sebenarnya 1.13 jam dengan kecepatan 30 km/jam. Untuk waktu simulasi selama 3 jam dengan amplitudo 2.5 cm dan frekuensi 2.75 Hz setara dengan perjalanan sejauh 129 km, menggunakan jalan luar kota dengan lama perjalanan sebenarnya 4.3 jam dengan kecepatan 30 km/jam. Lama pengangkutan dan kondisi jalan mempengaruhi kondisi buah tomat dalam kemasan selama pengangkutan. Buah tomat tergolong buah klimaterik sehingga selama perjalanan buah tomat akan mengalami pematangan. Dalam pengangkutan buah tomat dari kebun menuju pasar/supermarket, petani masih menggunakan peti kayu dan kardus sebagai kemasan. Oleh karena itu, diperlukan perlakuan tambahan yang cocok pada kemasan untuk mendistribusikan buah tomat. Selama simulasi pengangkutan, kemasan yang paling cocok adalah kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran. Kardus karton cukup kuat untuk dijadikan kemasan distribusi buah tomat untuk semua kondisi jalan dan lama perjalanan apabila dibandingkan dengan kemasan peti kayu. Bahan pengisi lembaran kertas koran cukup membantu dan mengurangi benturan yang terjadi antar 22
buah pada setiap lapisanya. Selain itu, jumlah tumpukan dalam kemasan yang hanya terdiri dari tiga lapisan menyebabkan buah yang berada di lapisan paling bawah tidak mendapat beban yang terlalu berat. Semakin kecil kapasitas dalam kemasan akan semakin baik. Walaupun kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran memberikan pengaruh yang besar terhadap perlindungan buah, perlu disesuaikan pengaturan umur petik buah tomat dengan jarak atau waktu tempuh perjalanan agar tomat mencapai kematangan yang optimum ketika sampai di tangan konsumen. Disimpulkan bahwa semakin lama perjalanan maka semakin tinggi kerusakan mekanis yang dialami dan penurunan mutu buah juga semakin tinggi.
C. Pengaruh Penggunaan Jenis Kemasan dan Bahan Pengisi 1.
Susut Bobot Susut bobot dapat diartikan sebagai penurunan bobot produk akibat kehilangan kandungan air pada produk. Dari segi komersil, susut bobot sangat merugikan pedagang terutama untuk buah yang dijual berdasarkan bobotnya. Kehilangan air pada buah dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan nilai gizi buah. Susut setelah simulasi transportasi lebih banyak disebabkan oleh faktor metabolisme tomat yaitu respirasi, transpirasi dan proses hidrolisis pati menjadi komponen-komponen yang sederhana seperti glukosa dan yang akan terurai menjadi karbohidrat dan air oleh karena bereaksi dengan oksigen. Kandungan air pada buah akan berkurang segera setelah buah dipetik yang disebabkan oleh proses transpirasi. Transpirasi adalah penguapan air dalam sel, baik stomata, lenti sel maupun retakan pada kutikula. Respirasi tomat dalam simulasi transportasi dipengaruhi oleh faktor internal (dari dalam bahan sendiri) dan faktor eksternal (dari luar atau lingkungan di sekeliling bahan). Faktor internal seperti tingkat perkembangan organ, komposisi kimia jaringan, ukuran produk, adanya pelapisan alami pada permukaan kulitnya dan jenis jaringan. Faktor eksternal seperti suhu, penggunaan etilen, ketersediaan oksigen dan adanya luka buah. Getaran mesin yang kuat akan mengakibatkan gesekan antar tomat dan gesekan tomat dengan wadah semakin besar, sehingga luka yang terjadi di dalam kemasan semakin banyak. Luka pada kulit buah tomat akan mempercepat terjadinya proses respirasi. Berdasarkan Gambar 11 dan 12, dapat diketahui bahwa saat setelah simulasi transportasi, bobot buah tomat mengalami penurunan pada semua perlakuan dan akan semakin menurun apabila dilakukan penyimpanan. Hal ini dikarenakan selama pengangkutan buah tomat mengalami respirasi dan transpirasi sehingga terjadi pengurangan kandungan air dan meningkatnya susut bobot buah tomat, karena tomat mengandung 93-94% air. Kerusakan mekanis setelah transportasi berkaitan erat dengan kehilangan produk. Jika kerusakan mekanis yang terjadi pada buah tomat tinggi maka penguapan dan kehilangan air akan berjalan lebih cepat dan sebaliknya jika kerusakan pada buah tomat rendah maka penguapan dan kehilangan air akan berjalan lebih lambat. Oleh karena itu, kemasan yang tepat dan cara penyusunan yang teratur di dalam kemasan sangat mempengaruhi kerusakan mekanis yang terjadi. Kerusakan mekanis berpengaruh terhadap penurunan mutu buah tomat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14 nilai persentase susut bobot untuk setiap kemasan dan lama simulasi transportasi.
23
Gambar 11. Bobot buah tomat per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam
Gambar 12. Bobot buah tomat per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam
Gambar 13. Persentase susut bobot per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 24
Gambar 14. Persentase susut bobot per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Persentase susut bobot yang paling tinggi baik untuk simulasi 1 jam maupun 3 jam yaitu K2P2. Hal ini sama dengan tingkat kerusakan mekanis yang memiliki tingkat paling tinggi untuk kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi. Sedangkan susut bobot yang paling rendah selama simulasi 1 jam dan 3 jam adalah K1P1, sesuai dengan tingkat kerusakan yang dialami K1P1 yaitu memiliki tingkat kerusakan yang paling rendah. Untuk simulasi selama 1 jam maupun 3 jam, persentasi susut bobot mengalami peningkatan yang sama mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi: kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran, kemasan kardus tanpa bahan pengisi, kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran, dan kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi. Dapat disimpulkan, lama pengangkutan selama transportasi mempengaruhi peningkatan susut bobot untuk setiap kemasan. Berdasarkan hasil pengamatan susut bobot terbesar pada setiap kemasan yaitu pada lapisan bawah dan susut bobot terkecil pada lapisan atas. Hal ini disebabkan karena selama penggetaran, buah tomat pada lapisan bawah menahan beban secara terus menerus dari buah tomat pada lapisan atas dan tengah, sehingga tomat pada lapisan bawah mengalami luka yang lebih banyak dan menyebabkan susut bobot juga semakin meningkat. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 4 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah tomat (Lampiran 4). Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap penurunan bobot buah tomat.
25
Tabel 4. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap susut bobot buah tomat Waktu Simulasi
Kemasan Kardus karton
Bahan Pengisi Peti kayu
Lembaran kertas koran
Tanpa bahan pengisi
105.721a 104.778a 106.365a 104.134a 1 jam 3 jam 105.79a 104.072a 106.177a 103.684a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% 2.
Kekerasan Pengukuran kekerasan dilakukan karena dapat menjadi indikasi terjadinya kerusakan pada buah tomat, dimana jika semakin menurun nilai tekan buah tomat maka kerusakannya semakin tinggi yang berarti kekerasan buah tomat telah menurun. Selain itu pengujian kekerasan juga dapat melihat penurunan mutu yang terjadi pada buah tomat dari sebelum dilakukan simulasi dan setelah dilakukan simulasi transportasi. Menurut Pantastico (1989), peningkatan dan penurunan nilai kekerasan berhubungan dengan penguapan air. Tingkat kekerasan bergantung pada tebalnya kulit luar, kandungan total zat padat dan kandungan pati yang terdapat pada bahan. Proses respirasi lebih cepat akibat terlukanya kulit buah tomat sehingga mempercepat proses respirasi yang membutuhkan air dan air tersebut diambil dari sel, sehingga menyebabkan pengurangan air dari sel. Spencer (1965) dalam Muchtadi (1992) menyatakan penurunan kekerasan pada buah tomat terjadi akibat terjadinya depolimerisasi karbohidrat dan zat pectin penyusun dinding sel sehingga akan melemahkan dinding sel dan ikatan kohesi antar sel sehingga viskositas sel menurun dan tekstur tomat menjadi lunak. Nilai kekerasan buah tomat sebelum simulasi transportasi diambil secara acak untuk masingmasing perlakuan waktu simulasi dan kemasan. Pengambilan secara acak ini mengakibatkan nilai kekerasan yang diperoleh berbeda-beda, tetapi perbedaan nilainya tidak terlalu jauh. Dilihat dari Gambar 15 dan 16, dapat dikatakan bahwa kekerasan setelah simulasi untuk semua kemasan dan perlakuan bahan pengisi mengalami penurunan. Hanya saja nilai penurunan yang terjadi tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena saat setelah simulasi transportasi tidak diberikan perlakuan penyimpanan, sehingga nilai penurunan kekerasan yang terjadi sangat kecil. Kekerasan buah tomat dapat berkurang disebabkan oleh buah tomat yang setelah transportasi mengalami kerusakan sehingga menyebabkan buah menjadi lebih lunak dibandingkan dengan sebelumnya. Berdasarkan Gambar 17 dan 18 dapat dilihat bahwa persentase penurunan nilai kekerasan yang tertinggi untuk simulasi 1 jam dan 3 jam transportasi adalah pada kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2). Sedangkan penurunan nilai kekerasan yang terendah untuk simulasi 1 jam dan 3 jam transportasi adalah pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1). Lapisan bawah pada setiap kemasan selalu menghasilkan nilai penurunan yang paling tinggi. Hal ini disebabkan karena lapisan bagian bawah mengalami kerusakan yang paling besar akibat menahan berat secara terus-menerus dari tomat bagian atasnya, sehingga kekerasan buah tomat pada lapisan bawah menjadi lebih lunak. Proses respirasi yang terjadi pada buah tomat lapisan bawah lebih cepat akibat adanya luka memar atau luka gores. Sedangkan pada lapisan atas hanya sedikit yang mengalami kerusakan mekanis, sehingga nilai kekerasannya tidak terlalu menurun karena buah tomat masih dalam keadaan segar dan tidak terkena luka.
26
Gambar 15. Kekerasan per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam
Gambar 16. Kekerasan per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam
Gambar 17. Penurunan nilai kekerasan per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 27
Gambar 18. Penurunan nilai kekerasan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Hasil analisis ragan dan uji lanjut Duncan pada Tabel 5 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, menunjukkan bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah tomat (Lampiran 5). Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap penurunan kekerasan buah tomat. Tabel 5. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kekerasan buah tomat Waktu Simulasi
Kemasan Kardus karton
Peti kayu
Bahan Pengisi Lembaran kertas koran
Tanpa bahan pengisi
1.55173a 1.561132a 1.53322a 1.57984a 1 jam 3 jam 1.56817a 1.63558a 1.66397a 1.53978a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% 3.
Total Padatan Terlarut Kandungan gula yang terdapat pada buah tomat tidak tinggi, tetapi kandungan gula pada buah akan meningkat sejalan dengan proses pematangan dan menurun seiring dengan lama penyimpanan buah. Kandungan total padatan terlarut dapat menunjukkan derajat kematangan serta menunjukkan kandungan gula yang terdapat pada bahan tersebut (Sjaifullah, 1996). Jika kita bicara masalah gula sesungguhnya hanya meliputi 3 kandungan utama, yaitu glukosa, fruktosa dan sukrosa (Winarno, 1981). Pada Gambar 19 dan 20 dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan simulasi transportasi nilai total padatan terlarut pada setiap kemasan dan waktu berbeda-beda, tetapi nilainya tidak berbeda jauh satu sama lain.
28
Gambar 19. Total padatan terlarut per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 1 jam
Gambar 20. Total padatan terlarut per lapisan sebelum dan setelah simulasi transportasi selama 3 jam
Gambar 21. Peningkatan total padatan terlarut per lapisan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi 29
Gambar 22. Peningkatan total padatan terlarut per lapisan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Pada Gambar 21 dan 22 dapat dilihat bahwa total padatan terlarut setelah simulasi transportasi mengalami peningkatan pada setiap masing-masing kemasan. Tomat merupakan buah klimaterik yang dalam proses pemasakannya disertai dengan peningkatan laju respirasi dan produksi etilen yang disertai dengan terjadinya perubahan fisik dan kimia. Proses pematangannya berlangsung walau telah dipetik dari pohonnya. Respirasi klimaterik pada buah tomat akan mulai terjadi bersamaan dengan tercapainya ukuran maksimum dari buah. Oleh karena itu, selama proses simulasi transportasi buah tomat mengalami kematangan ketika di dalam kemasan, sehingga nilai total padatan terlarut meningkat dari sebelumnya. Akan tetapi nilai peningkatan yang terjadi tidak terlalu besar. Persentase peningkatan total padatan terlarut tertinggi selama 1 jam dan 3 jam simulasi transportasi yaitu pada kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2). Hal ini sama terjadi pada tingkat susut bobot dan tingkat kerusakan mekanis K2P2 memiliki nilai paling besar. Sedangkan persentase peningkatan total padatan terlarut yang paling rendah selama 1 jam dan 3 jam simulasi transportasi yaitu pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1). Pada setiap kemasan bagian lapisan bawah memiliki kenaikan total padatan terlarut paling besar. Akibat menahan tomat yang berada di bagian atasnya maka tomat pada lapisan bawah mengalami tingkat kerusakan mekanis yang lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan atas dan tengah sehingga memacu laju respirasi menjadi lebih tinggi. Laju respirasi membutuhkan energi yang mengakibatkan total padatan terlarut yang didapatkan dari perombakan zat-zat gula melalui proses oksidasi sehingga mengakibatkan tingginya tingkat total padatan terlarut. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 6 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut buah tomat (Lampiran 6). Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi tidak berpengaruh terhadap peningkatan total padatan terlarut buah tomat. 30
Tabel 6. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap total padatan terlarut buah tomat Waktu Simulasi
Kemasan Kardus karton
Bahan Pengisi Peti kayu
Lembaran kertas koran
Tanpa bahan pengisi
3.79672a 3.77338a 3.80505a 3.86388a 1 jam 3 jam 3.87560a 3.87283a 3.76505a 3.88455a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% 4.
Kerusakan Mekanis Pengukuran kerusakan mekanis dilakukan setelah simulasi transportasi dengan melihat jumlah buah yang rusak pada tiap kemasan. Kerusakan mekanis pada buah tomat dikelompokkan menjadi luka gores, luka pecah dan luka memar. Pengelompokan kerusakan mekanis dilakukan secara visual dengan cara melihat langsung kenampakan luar dari buah tomat. Lama simulasi transportasi akan memberikan dampak kerusakan fisik tomat sebagai akibat tekanan yang setara dengan jarak perjalanan dari kebun sampai ke pembeli pertama. Goncangan yang terjadi selama simulasi transportasi menyebabkan terjadinya gesekan atau benturan dalam kemasan, yaitu gesekan antara tomat dengan dinding kemasan dan gesekan antar tomat di dalam kemasan. Kerusakan memar pada tomat ditandai dengan terbentuknya bagian warna yang beda dan buah tomat agak lunak. Kerusakan berupa luka atau pecah pada tomat mengakibatkan terbentuknya jamur pada bagian yang luka atau pecah. Permukaan kulit yang lembab karena proses transpirasi dan respirasi pada buah menyebabkan pertumbuhan jamur. Menurut Pantastico (1989) cacat mekanik dapat terjadi pada waktu pengangkutan dan kememaran yang ditimbulkan mengganggu reaksi-reaksi biokimia normal sehingga mengakibatkan perubahan warna, bau, dan rasa yang tidak diinginkan, serta pembusukan yang cepat. Nilai rata-rata tingkat kerusakan mekanis pada tiap kemasan setelah simulasi transportasi dapat dilihat pada Tabel 10.
Gambar 23. Tingkat kerusakan mekanis tomat setelah simulasi transportasi selama 1 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi
31
Gambar 24. Tingkat kerusakan mekanis tomat setelah simulasi transportasi selama 3 jam Keterangan : K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi Berdasarkan Gambar 23 dan 24 dapat dilihat bahwa peti kayu tanpa bahan pengisi memiliki tingkat kerusakan mekanis yang paling tinggi selama penggetaran. Sedangkan kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran memiliki tingkat kerusakan mekanis yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kardus tanpa pengisi dan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran. Hal ini dapat dilihat bahwa simulasi transportasi selama 3 jam menghasilkan kerusakan mekanis hampir dua kali lipat dibandingkan dengan simulasi transportasi selama 1 jam. Lama penggetaran (simulasi) sangat berpengaruh terhadap tingkat kerusakan mekanis. Semakin lama simulasi transportasi maka semakin meningkat persentasi kerusakan mekanisnya, begitu juga sebaliknya. Kerusakan mekanis buah tomat yang dikemas dengan menggunakan kardus lebih kecil dari buah tomat yang dikemas dengan menggunakan peti kayu. Kemampuan kemasan karton untuk menahan guncangan serta memiliki permukaannya yang rata dan halus sehingga mampu meminimalisir kerusakan mekanis terutama luka gores dan luka pecah yang disebabkan kontak langsung antara produk dan kemasan. Sedangkan peti kayu bersifat keras, kaku, permukaan tidak rata dan tajam sehingga sangat rentan apabila tomat mengalami luka gores, luka memar, dan luka pecah karena benturan antar buah atau benturan dengan kemasan. Dalam penelitian ini kemasan kardus lebih baik dalam meminimalisir kerusakan mekanis daripada kemasan peti kayu. Kerusakan mekanis yang terbanyak yaitu pada lapisan dasar pada setiap kemasan dan pada bagian pinggir untuk kemasan peti kayu. Kerusakan pada lapisan dasar yang dialami pada setiap kemasan dikarenakan, selama penggetaran buah tomat pada bagian dasar menahan beban benturan secara terus menerus dari buah tomat di bagian atas sehingga mengakibatkan banyaknya luka memar. Sedangkan kerusakan pada bagian pinggir kemasan peti kayu disebabkan karena selama penggetaran terjadi perpindahan buah tomat dari posisi semula sehingga menyebabkan buah tomat bergeser ke arah pinggir kemasan dan terus mengalami tekanan oleh buah lainnya. Hal ini menyebabkan buah tomat berhimpitan dengan celah peti kayu dan menyebabkan kerusakan. Berdasarkan analisis ragam dan uji lanjut Duncan pada Tabel 7 untuk simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, terlihat bahwa jenis kemasan dan bahan pengisi berpengaruh sangat nyata 32
terhadap kerusakan mekanis buah tomat. Interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi dengan simulasi transportasi 1 jam tidak berpengaruh nyata terhadap kerusakan mekanis, sedangkan untuk interaksi antara jenis kemasan dan bahan pengisi dengan simulasi transportasi selama 3 jam berpengaruh sangat nyata terhadap kerusakan mekanis buah tomat. Hal ini dapat diartikan bahwa perbedaan penggunaan jenis kemasan dan bahan pengisi akan mengakibatkan perbedaan tingkat kerusakan mekanis. Lama pengangkutan selama transportasi juga sangat mempengaruhi tingkat kerusakan mekanis, semakin lama pengangkutan maka semakin tinggi tingkat kerusakan mekanis, begitu juga sebaliknya. Kerusakan mekanis akibat goncangan selama pengangkutan, secara ekonomis dapat meningkatkan kerugian karena menambah jumlah buah yang harus dibuang sehingga menurunkan jumlah buah yang dapat dijual. Tabel 7. Pengaruh perlakuan kemasan dan bahan pengisi terhadap kerusakan mekanis buah tomat Waktu Simulasi
Kemasan Kardus karton
Bahan Pengisi Peti kayu
Lembaran kertas koran
Tanpa bahan pengisi
9.7594b 18.1348b 24.6220b 13.7368b 1 jam 3 jam 22.7218a 41.2181a 34.7309a 18.7443a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5% Pada kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) yang simulasi transportasi selama 1 jam dan 3 jam, dari jumlah kerusakan mekanis 6.96% dan 14.29% terdapat luka memar semua. Sedangkan untuk kemasan peti kayu baik dengan bahan pengisi maupun tanpa bahan pengisi (K2P1 dan K2P2), jumlah kerusakan mekanis yang terjadi terdapat luka memar dan luka gores (Gambar 25).
a
b
Gambar 25. Luka yang terajdi setelah simulasi transportasi: (a) luka memar dan (b) luka gores Kememaran pada buah-buah yang tidak dikupas mengakibatkan timbulnya bagian-bagian yang lunak, dengan warna yang berubah di bawah kulit. Perubahan warna itu disebabkan oleh oksidasi senyawa-senyawa polifenol karena rusaknya dinding sel. Pantastico (1989) menyatakan bahwa ketahanan terhadap kerusakan mekanis ditentukan oleh bentuk susunan sel-sel epidermal, tipe dan luasnya sistem jaringan dasarnya, dan susunan sistem berkas pengangkutnya. Memar terjadi sebagai reaksi terhadap beban tekanan dari getaran mesin, gesekan antar tomat dan gesekan dengan wadah. Tekanan tersebut menyebabkan air yang berada dalam sel terdesak keluar sehingga menjadi memar (rusak).
33
D. Pemilihan Kemasan Penentuan jenis kemasan untuk transportasi produk hortikultura sangatlah penting untuk mencegah atau mengurangi terhadap kerusakan selama produk didistribusikan, sehingga dibutuhkan kemasan yang cukup kokoh untuk menahan goncangan dan gesekan selama transportasi. Kemasan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu peti kayu dan kardus karton dipilih karena merupakan kemasan yang sering digunakan dalam pengemasan untuk transportasi tomat. Dasar pemilihan peti kayu untuk distribusi menurut Pantastico (1989) peti kayu merupakan wadah pengiriman yang paling kuat dan kokoh. Selain itu, peti kayu tidak cepat rusak sehingga dapat digunakan lagi setelah dipakai. Sedangkan kardus karton dipilih karena makin disukai untuk pengiriman hasil-hasil daerah tropika maupun subtropika. Bobot yang ringan dan harga yang murah merupakan hal-hal yang sangat menguntungkan. Dengan lebih majunya industri kertas dan karton, penggunaan kardus karton sekarang ini sudah cukup mendesak penggunaan peti kayu. Penggunaan kardus karton dirasa lebih menguntungkan karena pembuatan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin sehingga dapat diproduksi besarbesaran sesuai dengan ukuran dan kapasitas yang diinginkan oleh konsumen. Selain itu kardus karton dapat didaur ulang menjadi karton kembali. Penggunaan kardus karton lebih menarik konsumen karena dapat dirancang sesuai dengan kondisi buah yang dikemas. Kardus dapat dilengkapi gambar buah yang dikemas, keterangan jumlah, berat, asal, dan siapa yang memproduksi buah tersebut. Dalam penelitian ini kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2) memiliki tingkat kerusakan mekanis tertinggi selama simulasi transportasi. Bobot buah tomat mengalami penurunan untuk setiap kemasan setelah dilakukan pengangkutan. Susut bobot tertinggi terjadi pada kemasan peti kayu dan bahan pengisi (K2P2), sedangkan susut bobot terendah terjadi pada perlakuan kemasan kardus dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1). Kekerasan setelah dilakukan simulasi mengalami penurunan untuk semua perlakuan. Tetapi penurunan terbesar pada perlakuan K2P2 dan penurunan terkecil pada perlakuan K1P1, hal ini sesuai dengan parameter kerusakan mekanis yang dimiliki oleh masing-masing kemasan. Total padatan terlarut tertinggi setelah simulasi terjadi pada perlakuan K2P2 juga, sedangkan yang terendah terjadi pada kemasan K1P1. Tingkat kerusakan mekanis yang tinggi memacu meningkatnya laju respirasi yang dapat menyebabkan nilai total padatan terlarut menjadi meningkat lebih cepat. Dapat disimpulkan kemasan yang terbaik adalah kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran. Hal ini dikarenakan sifat fisik dari peti kayu yang digunakan sehingga menyebabkan kerusakan mekanis yang tinggi dan terjadi perubahan beberapa parameter mutu seperti peningkatan susut bobot. Nilai kekerasan menjadi menurun dengan indikasi fisik buah buah tomat yang menjadi lebih lunak. Peti kayu yang digunakan bertekstur kasar dan kurang mampu menahan gaya tekan yang berasal dari atas (dari kemasan yang berada diatasnya), sehingga peti kayu mengalami deformasi dan menggores buah tomat yang bersentuhan langsung dengan kemasan. Kemasan kardus dapat dilengkapi dengan penambahan bahan pengisi. Bahan pengisi berupa lembaran kertas koran dibuat sebagai penyekat buah antar lapisan sehingga kerusakan akibat gesekan dan tekanan antar buah tomat dapat dihindari. Kerusakan mekanis selama simulasi pengangkutan dapat diminimalisir. Kemasan kardus karton yang bergelombang dengan double wall board yang digunakan dalam transportasi memiliki keunggulan yaitu: bobot ringan (0.5 kg), harga lebih murah (Rp 4000/kemasan) apabila dibandingkan dengan peti kayu, dan permukaannya halus bila dibandingkan dengan peti kayu sehingga dapat mengurangi kerusakan yang terjadi akibat benturan produk dengan kemasan. Namun, harus diperhatikan juga kelemahan yang dimiliki kardus karton ini. Menurut Pantastico (1989) kardus mempunyai kelemahan, yaitu beberapa jenis diantaranya menyerap lembab 34
dan kehilangan kekuatannya sehingga dengan demikian tinggi tumpukan di daerah atau dalam ruang penyimpanan dengan kelembaban yang tinggi harus dibatasi. Kekuatan dan ketahanan terhadap lembab dapat diatasi dengan pemberian lapisan resin dan lilin paraffin.
35
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Buah tomat untuk semua kemasan yang disimulasikan selama 1 jam mengalami perubahan mutu, antara lain nilai total padatan terlarut meningkat, nilai kekerasan menurun, dan terjadi susut bobot. Perubahan mutu buah tomat pada kemasan peti kayu lebih besar dibandingkan pada kemasan kardus karton. Tomat di dalam kemasan dengan bahan pengisi lembaran kertas koran mengalami perubahan mutu yang lebih kecil dibandingkan dengan tomat di dalam kemasan tanpa bahan pengisi. Peningkatan total padatan terlarut, penurunan kekerasan, dan susut bobot paling tinggi adalah pada kemasan kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2) sebesar 3.22%, 7.63%, dan 4.43%. Sedangkan peningkatan total padatan terlarut, penurunan kekerasan, dan susut bobot paling rendah adalah pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) sebesar 1.79%, 3.70%, dan 2.18%. Kerusakan mekanis terbesar untuk semua kemasan yaitu pada lapisan bawah, sedangkan kerusakan mekanis terkecil untuk semua kemasan yaitu pada lapisan atas. Kerusakan mekanis buah tomat pada kemasan peti kayu lebih besar dibandingkan pada kemasan kardus karton. Kemasan dengan bahan pengisi lembaran kertas koran mengalami kerusakan mekanis yang lebih kecil dibandingkan dengan kemasan tanpa bahan pengisi. Kerusakan mekanis terbesar dialami oleh tomat yang dikemas dengan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2) sebesar 24.93%, sedangkan tingkat kerusakan mekanis terkecil dialami oleh tomat yang dikemas dengan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) sebesar 6.92%. 2. Buah tomat yang disimulasikan selama 3 jam sama halnya dengan buah tomat yang disimulasikan selama 1 jam yaitu mengalami perubahan mutu untuk semua kemasan. Peningkatan total padatan terlarut, penurunan kekerasan, dan susut bobot paling tinggi adalah pada kemasan kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2) sebesar 3.44%, 8.71%, dan 5.53%. Sedangkan peningkatan total padatan terlarut, penurunan kekerasan, dan susut bobot paling rendah adalah pada kemasan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) sebesar 2.54%, 5.42%, dan 3.18%. Kerusakan mekanis terbesar dialami oleh tomat yang dikemas dengan peti kayu tanpa bahan pengisi (K2P2) sebesar 47.48%, sedangkan tingkat kerusakan mekanis terkecil dialami oleh tomat yang dikemas dengan kardus karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) sebesar 14.24%. 3. Kemasan yang terbaik untuk pengangkutan buah tomat selama 1 jam dan 3 jam dalam mempertahankan mutu adalah kemasan kardus karton dengan perlakuan bahan pengisi lembaran kertas koran (K1P1) karena memiliki tingkat kerusakan mekanis, penurunan kekerasan, peningkatan total padatan terlarut dan susut bobot yang paling rendah, yaitu sebesar 6.92%, 3.70%, 1.79%, 2.18% untuk simulasi selama 1 jam dan 14.24%, 5.42%, 2.54%, 3.18% untuk simulasi selama 3 jam.
B. Saran 1. Pemberian bahan pengisi pada bagian pinggir dalam kemasan peti kayu perlu dilakukan untuk meminimalisir gesekan yang terjadi antara buah tomat dengan kemasan. 2. Perlu dilakukan penelitian yang sama dengan susunan buah tomat secara vertikal di dalam kemasan.
36
DAFTAR PUSTAKA Atherton, J.G. and J. Rudich. 1986. The Tomato Crops, A Scientific Basis for Improvement. Chapman and Hall Ltd. New York-USA. Badan Pusat Statistik. 2009. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia 2009. Jakarta. Badan Pusat Statistik. Badan Standardisasi Nasional. 1992. Tomat segar. http://sisni.bsn.go.index.php?/sni_main/sni/detail_ sni/3566.htm. [15 April 2012] Direktorat Gizi Dept. Kes. R.I. 1990. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Penerbit Bhratar: Jakarta. [FPI] Federasi Pengemasan Indonesia. 1983. Di dalam Wijandi. Studi Kemasan Komoditi Buahbuahan, Sayur-sayuran, dan Bunga-bungaan Segar yang Bernilai Ekonomis Tinggi dalam Rangka Meningkatkan Ekspor Non Migas. Laporan Penelitian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Hambali. 1995. Pola distribusi dan transportasi produk hortikultura. Teknologi Industri Pertanian. Edisi Khusus. Hanlon JF. 1984. Handbook of Package Engineering. McGraw Hill Book Co. New York. Liu MS, Ma PC. 1983. Postharvest Problems of Vegetable and Fruits in the Tropics and Subtropics. Asian Vegetable Research and Development Center. Kusumah SE. 2007. Pengaruh Berbagai Jenis Kemasan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L) Selama Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Marpaung, L. 1997. Pemanenan dan Penanganan Buah Tomat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, h: 118-127. Mattjik AA, Sumertajaya M. 2002. Perancangan dan Percobaan Dengan Aplikasi Mini Tab dan SAS. IPB Press. Bogor. Muchtadi, D. Petunjuk Laboratorium Fisiologi Pasca Panen Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Bogor: PAU Pangan dan Gizi IPB. Noni, Kadek. 2011. Pengkajian Kemasan Dalam dan Pengisi Terhadap Mutu Buah Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) Pada Kemasan Peti Kayu Selama Transportasi.Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Pantastico, ER.B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayuran Tropika dan Sub Tropika. (Diterjemahkan oleh Kamariayani; editor Tjitrosoepomo). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Peleg K. 1985. Produce Handling, Packaging and Distribution. AVI Publising Co., Inc, Wesport, Connecticut, USA. Peleg K. 1985. Produce Handling Packaging and Distribution. AVI Publishing Co., Inc.,. USA Prajawati NM. 2006. Pengaruh Teknik Pengemasan dan Perlakuan Prakemas Terhadap Laju Penurunan Mutu Tomat Selama Transportasi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Puwadaria HK. 1992. Sistem Pengangkutan Buah-buahan dan Sayuran. Makalah Pelatihan Teknologi Pasca Panen Buah-buahan dan Sayuran. PAU Pangan dan Gizi, IPB. Bogor, 24 Februari 1992. Purwadaria HK. 1998. Peranan Teknik Pertanian Dalam Penanganan Pasca Panen Hasil Hortikultura. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Mekanisasi Pertanian. Bogor. Poernomo. 1979. Daerah produksi, tempat penumpukan, pengepakan, pengangkutan, pemasaran/distribusi, dan pengemasan hasil hortikultura merupakan masalah penanganan lepas panen. Hortikultura, No. 6: 168-174. 37
Satuhu, Suyanti. 2004. Penanganan dan Pengolahan Buah. Penebar Swadaya, Jakarta. Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Buah Segar. Penebar Swadaya. Jakarta. Soedibyo M. 1992. Penanganan Pasca Panen Buah-buahan dan Sayur-sayuran (Khusus Pengepakan, Pengangkutan, dan Penyimpanan). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sub Balai Penelitian Tanaman Pangan. Jakarta. Suherman. 2011. Perubahan Mutu Fisik Mentimun (Cucumis sativus L.) Pada Kemasan Plastik Polietilen dan Keranjang Bambu dalam Transportasi Darat. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Syarief et al. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Tirtosoekotjo MS. 1992. Alat Simulasi Pengangkutan Buah-Buahan Segar dengan Mobil dan Kereta Api. Jurnal Hortikultura 2(1): 66-73. Wener. B.Z.H. 2000. Importance of The Tomato. AgriSupportOnline. Melbourne, Australia. Winarno, FG dan M. Aman, 1981. Fisiologi Lepas Panen. PT Sastra Hudaya. Jakarta. Yuni, Tri. 2011. Kajian Penggunaan Kemasan Karton dan Peti Kayu dalam Transportasi Melon Cantaloupe (Cucumis Melo L.). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
38
LAMPIRAN
39
Lampiran 1. Data hasil amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk simulasi transportasi selama 1 jam Ulangan 1 2 3
menit
menit
menit
menit
Rata-
ke-0
ke-20
ke-40
ke-60
Rata
Frekuensi
2.65
2.85
2.43
2.89
2.705
Amplitudo
1.80
1.90
2.20
2.10
2.00
Frekuensi
2.50
2.78
2.60
2.80
2.67
Amplitudo
2.30
1.80
2.00
2.10
2.05
Frekuensi
2.85
2.80
2.90
3.00
2.887
Amplitudo
2.10
2.00
1.90
2.00
2.00
Variabel
Lampiran 2. Data hasil amplitudo dan frekuensi meja getar pada tiap ulangan untuk simulasi transportasi selama 3 jam Ulangan 1 2 3
menit
menit
menit
menit
menit
menit
Menit
menit
menit
menit
Rata-
ke-0
ke-20
ke-40
ke-60
ke-80
ke-100
ke-120
ke-140
ke-160
ke-180
rata
Frekuensi
2.65
2.85
2.43
2.89
2.75
2.63
2.95
2.8
2.53
2.67
2.715
Amplitudo
1.80
1.90
2.20
2.10
3.00
2.90
3.10
2.50
2.80
2.90
2.52
Frekuensi
2.50
2.78
2.60
2.80
2.67
2.78
2.93
2.85
2.90
2.70
2.751
Amplitudo
2.30
1.80
2.00
2.10
2.80
3.00
2.50
2.60
2.80
2.80
2.47
Frekuensi
2.85
2.80
2.90
3.00
2.38
2.87
2.82
2.96
2.61
2.70
2.789
Amplitudo
2.10
2.00
1.90
2.00
2.70
2.90
2.60
3.10
2.80
3.00
2.51
Variabel
40
Lampiran 3. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Kontruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992) Bila alat simulasi dengan goncangan vertical digunakan selama 1 jam, maka jarak yang ditempuh adalah: x setara panjang jalan yang ditempuh selama 1 jam x = jumlah luas seluruh getaran vibrator (cm2/jam) z = jumlah seluruh getaran bak truk (cm2/jam) y = jarak yang ditempuh oleh truk (km)
Dimana:
Data truk Lembaga uji kontruksi BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk beraspal (luar kota) dan jalan buruk beraspal (berbatu). Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data Pengukuran Goncangan Truk Pada Berbagai Keadaan Jalan Amplitudo gerakan vertikal (cm)
Jumlah kejadian amplitudo
Jalan dalam kota
Jalan luar kota
Jalan buruk (aspal)
Jalan buruk (berbatu)
1
3.5
3.9
4.8
5.2
500
3.2
3.6
4.2
4.1
1000
2.9
3.3
3.9
3.8
1500
2.5
3
3.5
3.6
2000
2.2
2.8
3.1
3.2
2500
1.8
2.5
2.8
2.6
3000
1.6
2.1
2.8
2.6
3500
1.5
2
2
2
4000
1.1
1.7
1.2
1.1
4500
0.9
1.3
0.8
0.7
5000
0
0.1
0.2
0.1
Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit dan 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km. Berdasarkan data tabel di atas maka: Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) = Dimana:
P = rata-rata getaran bak truk (cm) N = jumlah kejadian amplitudo A = amplitudo gerakan vertikal (cm) jalan luar kota pada Tabel 1
Luas satu siklus truk = Dimana:
sin WT dT
W = kecepatan sudut (getaran/detik) T = periode (detik/getaran)
41
Lampiran 3. Lanjutan Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan luar kota: P=
= 1.742 cm
Diketahui frekuensi bak truk = 1.4 Hz maka T = 1/f = 1/1.4 = 0.714 detik/getaran W = 2π/T = 2(3.14) / 0.714 = 8.8 getaran/detik Luas satu siklus getaran bak truk di jalan luar kota: = 1.742
=
= 1.742 [ = 1.742 [ = 0.00119 cm2/getaran Frekuensi bak truk = 1.4 Hz Luas satu siklus getaran bak truk = 0.00119 cm2/getaran Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam = 30 menit x 60 detik/menit x 1.4 getaran/detik x 0.00119 cm2/getaran = 2.999 cm2 Kesetaraan simulasi pengangkutan selama 1 jam yang dilakukan dengan menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan di bawah ini (jalan luar kota): f = 2.75 Hz A = 2 cm T= W=
=
= 0.363636 detik/getaran
=
= 17.27 getaran/detik
Luas satu siklus getaran vibrator
= =2 =2[ =2[ = 6.949 x 10-4 cm2/getaran
Jumlah seluruh getaran vibrator selama satu jam = 1 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 2.75 getaran/detik = 9900 getaran/jam Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama satu jam = 9900 getaran/jam x 6.949 x 10-4 cm2/getaran = 6.879 cm2/jam
42
Lampiran 3. Lanjutan Berdasarkan konversi angkutan truk selama 30 menit 30 km pada Lampiran 3, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam di luar kota =
x setara panjang jalan
6.879 cm2/jam x 30 km = 34.406 km 2 2.999 cm /0.5 jam Simulasi pengangkutan dengan truk selama 60 menit di jalan luar kota adalah 34.046 km =
Kesetaraan simulasi pengangkutan selama 3 jam yang dilakukan dengan menggunakan meja getar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan-persamaan di bawah ini (jalan luar kota): f = 2.75 Hz A = 2.5 cm T= W=
=
= 0.363636 detik / getaran
=
= 17.27 getaran / detik
Luas satu siklus getaran vibrator
= = 2.5 = 2.5 [ = 2.5 [
= 8.687 x 10-4 cm2/getaran Jumlah seluruh getaran vibrator selama satu jam = 1 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 2.75 getaran/detik = 9900 getaran/jam Jumlah luas seluruh getaran vibrator selama satu jam = 9900 getaran/jam x 8.687 x 10-4 cm2/getaran = 8.60 cm2/jam Berdasarkan konversi angkutan truk selama 30 menit 30 km pada Lampiran 3, maka simulasi pengangkutan dengan truk selama satu jam di luar kota
= =
x setara panjang jalan 8.60 cm2/jam x 30 km = 43.014 km 2 2.999 cm /0.5 jam
Perhitungan total jarak tempuh untuk waktu transportasi selama 3 jam = 43.014 x 3 = 129.042 km
43
Lampiran 4. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan susut bobot buah tomat The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
Values
Kemasan
2
K1, K2
Pengisi
2
P1, P2
Devendent variable = Susut Bobot
Source
Susut bobot setelah simulasi transportasi selama 1 jam DF Type III SS Mean Square F Value
Pr > F
kemasan
1
2.66463601
2.66463601
0.15
0.7047
pengisi
1
14.92472161
14.92472161
0.86
0.3797
kemasan*pengisi
1
6.5152277
6.5152277
0.38
0.5561
Susut bobot setelah simulasi transportasi selama 3 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
8.85629008
8.85629008
0.72
0.4194
pengisi
1
18.64764008
18.64764008
1.53
0.2518
kemasan*pengisi
1
9.04039361
9.04039361
0.74
0.4148
44
Lampiran 5. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan kekerasan buah tomat The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
Values
Kemasan
2
K1, K2
Pengisi
2
P1, P2
Devendent variable = Kekerasan Kekerasan setelah simulasi transportasi selama 1 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
0.00027581
0.00027581
0.02
0.903
pengisi
1
0.00652074
0.00652074
0.37
0.5577
kemasan*pengisi
1
0.01043533
0.01043533
0.6
0.4613
Kekerasan setelah simulasi transportasi selama 3 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
0.01363502
0.01363502
0.84
0.3862
pengisi
1
0.0462645
0.0462645
2.85
0.1298
kemasan*pengisi
1
0.0053383
0.0053383
0.33
0.5821
45
Lampiran 6. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan total padatan terlarut buah toma The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
Values
Kemasan
2
K1, K2
Pengisi
2
P1, P2
Devendent variable = Total Padatan Terlarut Total padatan terlarut setelah simulasi transportasi selama 1 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
0.00163333
0.00163333
0.08
0.7849
pengisi
1
0.0048
0.0048
0.23
0.6414
kemasan*pengisi
1
0.00214936
0.00214936
0.1
0.7544
Total padatan terlarut setelah simulasi transportasi selama 3 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
0.00002296
0.00002296
0.01
0.9413
pengisi
1
0.00128133
0.00128133
0.32
0.5858
kemasan*pengisi
1
0.00140833
0.00140833
0.35
0.5682
46
Lampiran 7. Analisis Ragam dan uji lanjut Duncan tingkat kerusakan mekanis buah tomat The GLM Procedure Class Level Information Class
Levels
Values
Kemasan
2
K1, K2
Pengisi
2
P1, P2
Devendent variable = Kerusakan Mekanis Kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi selama 1 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
504.0682472
504.0682472
354
<.0001
pengisi
1
75.2262808
75.2262808
52.83
<.0001
kemasan*pengisi
1
1.0694528
1.0694528
0.75
0.4114
Kerusakan mekanis setelah simulasi transportasi selama 3 jam Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
kemasan
1
1598.504581
1598.504581
575.05
<.0001
pengisi
1
306.571727
306.571727
110.29
<.0001
kemasan*pengisi
1
17.475223
17.475223
6.29
0.0365
47
Lampiran 8. Tabel data bobot buah tomat (gram) sebelum simulasi transportasi Sebelum simulasi transportasi selama 1 jam Ulangan
Kemasan K1P1S1
K1P1S2
K1P1S3
K1P1S4
K1P1S5
K1P1S6
K1P1S7
K1P1S8
K1P1S9
K1P1S10
1
112.69
113.32
105.97
116.33
118.33
110.68
105.38
109.11
106.35
115.14
2
103.46
102.88
113.87
104.58
104.18
116.64
117.43
108.12
112.97
111.8
3
105.38
114.17
101.32
100.44
103.35
104.74
102.99
107.36
104.43
115.42
K1P2S1
K1P2S2
K1P2S3
K1P2S4
K1P2S5
K1P2S6
K1P2S7
K1P2S8
K1P2S9
K1P2S10
1
110
102.81
114.3
113.16
109.84
110.4
104.68
107.27
116.68
117.35
2
116.45
101.8
106.07
115.3
101.78
102.81
103.62
110.03
117.37
116.5
3
107.82
108.43
107.19
106.11
107.43
107.52
108.48
101.61
116.84
108.81
K2P1S1
K2P1S2
K2P1S3
K2P1S4
K2P1S5
K2P1S6
K2P1S7
K2P1S8
K2P1S9
K2P1S10
1
106.98
108.84
104.42
105.23
117.09
109.63
106.23
101.46
116.46
111.72
2
103.58
119.95
107.11
109.99
109.99
103.33
119.12
111.36
110.01
111.15
3
105.94
107.18
104.67
105.83
105.11
107.58
112.08
105.37
107.11
105.86
K2P2S1
K2P2S2
K2P2S3
K2P2S4
K2P2S5
K2P2S6
K2P2S7
K2P2S8
K2P2S9
K2P2S10
1
118.66
103.46
109.31
111.17
109.14
119.45
112.26
100.5
103.55
100.64
2
113.58
111.98
118.29
100.79
104.93
117.32
107.81
102.42
107.23
114.99
3
108.41
108.18
103.18
103.58
102.78
108.31
106.53
104.82
105.13
108.78
Sebelum simulasi transportasi selama 3 jam Kemasan Ulangan K1P1S1
K1P1S2
K1P1S3
K1P1S4
K1P1S5
K1P1S6
K1P1S7
K1P1S8
K1P1S9
K1P1S10
1
103.45
106.04
109.94
110.6
104.61
113.6
100.01
111.73
112.82
100.58
2
112.09
112.91
110.14
101.71
113.94
119.14
104.21
109.07
113.36
113.9
3
113
117.12
105.41
109.13
101.26
106.67
106.11
100.2
106.15
100.64
K1P2S1
K1P2S2
K1P2S3
K1P2S4
K1P2S5
K1P2S6
K1P2S7
K1P2S8
K1P2S9
K1P2S10
1
102.37
105.45
107.43
113.89
111.75
109.72
112.98
109.36
113.38
107.99
2
106.62
102.16
104.33
105.54
119.39
102.8
104.78
104.44
108.14
100.97
3
108.09
101.92
109.2
102.43
106.18
104.76
113.72
105.9
105.31
116.34
K2P1S1
K2P1S2
K2P1S3
K2P1S4
K2P1S5
K2P1S6
K2P1S7
K2P1S8
K2P1S9
K2P1S10
1
107.47
109.03
101.71
115.01
112.91
111.57
106.51
108.71
112.76
118.6
2
102.48
115.63
117.96
116.5
107.62
102.9
116.71
117.27
111.2
111.88
3
107.64
104.87
110.49
108.84
113.52
104.55
106.02
108.28
107.74
117.19
K2P2S1
K2P2S2
K2P2S3
K2P2S4
K2P2S5
K2P2S6
K2P2S7
K2P2S8
K2P2S9
K2P2S10
1
112.26
110.24
103.25
103.18
108.5
118.81
116.45
116.72
107.4
104.62
2
105.04
101.69
107.67
111.08
112.82
110.34
116.76
105.63
100.45
112.6
3
104.91
100.26
103.95
115.13
111.55
113.78
105.15
104.11
108.62
108.48
48
Lampiran 9. Tabel data bobot buah tomat (gram) setelah simulasi transportasi Setelah simulasi transportasi selama 1 jam Layer atas
Kemasan
Layer tengah
Layer bawah
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
K1P1 1
107.91
104.18
102.19
108.54
100.09
106.73
108.75
109.12
103.52
K1P1 2
101.24
114.14
100.11
107.15
100.77
105.77
108.78
104.44
109.52
K1P1 3
107.08
116.01
104.42
106.51
100.07
102.88
101.81
105.68
102.36
K1P1 4
99.67
116.13
104.61
107.22
117.62
106.1
100.73
101.38
105.89
K1P1 5
101.61
111.02
110.27
101.68
109.87
117.61
106.03
107.9
101.12
K1P1 6
109.79
118.35
101.2
112.61
108.61
110.02
108.93
106.21
103.9
K1P1 7
107.13
106.08
109.78
107.89
116.91
109.5
108.67
105.34
108.87
K1P1 8
111.32
114.83
100.63
100.08
103.62
110.04
100.96
105.5
107.06
K1P1 9
111.22
112.25
105.03
103.83
104.06
107.56
100.68
105.9
105.48
K1P1 10
100.03
115.04
104.15
103.97
102.24
100.49
105.29
106.2
109.19
K1P2 1
101.11
100.85
100.74
108.63
103.30
106.82
103.52
109.07
106.78
K1P2 2
107.15
105.57
102.00
112.39
106.09
104.25
97.15
105.23
106.02
K1P2 3
105.45
118.17
107.68
107.90
104.49
101.91
98.48
105.79
100.49
K1P2 4
110.67
117.79
101.63
102.80
112.54
102.34
106.23
116.36
102.22
K1P2 5
101.06
108.48
102.64
103.46
102.60
107.44
104.58
109.82
106.03
K1P2 6
104.09
103.74
109.44
106.55
100.74
108.45
101.03
100.30
97.00
K1P2 7
113.84
103.34
101.86
102.56
117.06
103.85
103.49
107.81
98.15
K1P2 8
112.05
118.96
107.13
108.99
104.00
102.83
102.47
106.07
109.15
K1P2 9
107.39
118.57
101.73
105.38
101.98
106.41
110.65
113.79
100.23
K1P2 10
100.23
103.28
105.01
106.63
101.97
107.11
104.88
111.08
100.20
K2P1 1
100.78
106.24
108.40
99.40
101.39
107.27
91.78
103.59
108.91
K2P1 2
108.06
110.46
106.70
104.29
112.54
105.10
99.66
103.83
109.27
K2P1 3
99.61
109.67
104.51
101.16
100.47
107.62
92.39
113.57
110.71
K2P1 4
98.95
113.34
105.33
111.43
103.76
105.60
96.26
118.80
99.93
K2P1 5
98.77
102.21
103.33
97.86
104.91
101.20
92.27
117.77
101.49
K2P1 6
103.37
101.75
105.90
109.67
105.85
102.55
103.33
107.45
113.11
K2P1 7
104.19
107.77
109.28
103.24
108.28
103.87
99.91
110.25
101.89
K2P1 8
100.60
106.82
104.47
112.73
103.44
101.09
100.41
107.91
103.13
K2P1 9
113.87
113.32
98.67
106.83
103.46
103.32
90.29
112.34
96.87
K2P1 10
105.70
108.21
111.08
104.04
100.16
100.08
92.67
107.02
104.33
K2P2 1
102.41
98.58
105.34
94.65
107.60
103.68
93.26
102.97
107.00
K2P2 2
105.37
99.51
102.48
111.55
105.10
100.80
103.21
101.60
98.28
K2P2 3
107.26
106.35
107.76
103.29
109.41
110.17
100.86
110.68
106.68
K2P2 4
100.76
100.19
104.41
84.04
107.84
100.25
81.76
101.22
104.88
K2P2 5
109.86
112.41
100.52
100.26
102.78
103.29
93.95
105.02
102.08
K2P2 6
106.51
110.46
104.22
95.72
108.12
100.05
102.00
106.25
104.07
K2P2 7
104.89
104.28
109.88
92.47
105.98
96.48
101.54
106.49
107.76
K2P2 8
105.96
111.90
100.72
97.40
109.41
96.84
83.26
113.43
97.78
K2P2 9
101.86
105.64
100.13
107.59
108.19
99.82
105.41
107.19
105.86
49
K2P2 10
103.66
108.49
101.84
115.95
111.27
110.80
103.69
109.82
97.55
Lampiran 9. Lanjutan Setelah simulasi transportasi selama 3 jam Kemasan
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
K1P1 1
105.75
119.34
110.56
102.48
114.90
113.06
107.76
101.29
101.87
K1P1 2
107.61
108.40
110.87
100.87
104.05
90.66
104.36
100.84
100.11
K1P1 3
105.13
100.61
109.21
100.24
100.79
107.01
95.62
103.61
105.70
K1P1 4
109.21
114.91
116.67
101.20
117.06
102.11
99.74
100.79
117.49
K1P1 5
100.85
115.16
104.10
103.08
108.60
108.40
100.92
100.03
105.98
K1P1 6
109.84
100.94
109.91
103.78
101.01
103.34
108.04
109.61
100.05
K1P1 7
103.58
100.20
108.77
105.39
100.49
98.85
113.21
100.69
100.86
K1P1 8
103.39
117.98
106.63
107.90
115.26
103.72
104.55
100.65
100.08
K1P1 9
109.45
103.21
101.57
110.13
100.24
108.20
104.98
97.97
99.76
K1P1 10
100.64
109.44
104.51
103.30
103.59
108.82
106.68
119.85
100.09
K1P2 1
103.73
102.30
110.96
102.40
104.96
108.70
101.82
103.80
106.16
K1P2 2
102.27
100.24
105.42
91.79
101.28
110.85
104.38
105.65
99.66
K1P2 3
112.91
100.85
105.37
100.49
100.22
104.61
109.01
109.01
103.28
K1P2 4
100.41
105.27
96.55
109.26
102.04
104.54
92.69
106.35
117.99
K1P2 5
95.24
109.67
102.15
109.23
100.01
100.64
92.35
104.07
93.24
K1P2 6
89.85
109.85
98.96
98.44
118.75
101.39
110.89
100.47
104.20
K1P2 7
116.21
109.63
104.59
99.87
110.54
108.21
107.71
109.60
97.51
K1P2 8
100.86
100.60
104.93
109.47
100.97
97.72
95.84
100.13
94.36
K1P2 9
108.85
107.90
104.15
100.72
105.39
102.23
97.81
109.26
96.43
K1P2 10
106.94
100.67
111.39
102.70
101.56
106.21
91.35
112.16
100.87
K2P1 1
108.99
105.22
119.06
96.53
115.36
110.37
87.76
107.63
106.45
K2P1 2
101.14
100.85
105.86
91.96
103.94
116.93
95.60
113.78
99.88
K2P1 3
100.19
109.99
111.89
97.77
104.70
102.42
112.44
117.64
102.48
K2P1 4
108.60
107.26
104.81
105.50
119.32
112.34
94.71
101.92
94.06
K2P1 5
110.15
104.68
98.71
106.22
117.26
101.43
97.97
117.66
104.81
K2P1 6
100.41
109.58
107.99
97.41
115.94
108.23
91.85
100.68
99.98
K2P1 7
103.87
111.11
107.62
91.90
100.98
94.71
95.34
104.57
109.05
K2P1 8
94.78
100.70
107.73
100.72
114.63
105.06
110.39
116.68
106.11
K2P1 9
110.02
112.79
108.01
101.57
103.57
98.18
115.26
113.78
106.38
K2P1 10
104.63
100.65
113.56
111.84
108.52
106.77
99.67
113.12
96.17
K2P2 1
100.71
105.45
95.10
104.08
96.03
118.58
95.23
113.96
103.30
K2P2 2
102.51
101.68
112.78
109.28
108.47
96.40
90.29
109.30
104.16
K2P2 3
100.45
100.50
99.12
100.33
102.10
99.81
88.44
93.40
102.55
K2P2 4
102.44
107.49
101.92
99.94
112.60
108.50
94.20
105.63
104.54
K2P2 5
105.90
108.53
107.33
105.25
113.65
108.55
108.76
103.79
105.04
K2P2 6
100.91
104.73
113.44
91.21
104.17
111.67
96.95
108.12
104.94
K2P2 7
106.22
109.65
102.10
109.96
111.16
107.17
97.73
109.09
101.51
K2P2 8
105.81
100.53
108.25
104.54
92.62
105.83
101.87
103.81
105.15
K2P2 9
105.36
108.82
103.39
98.35
114.03
115.92
99.57
106.64
100.61
50
K2P2 10
91.09
110.88
104.75
99.50
11.38
103.85
89.43
94.65
107.70
0
Lampiran 10. Tabel data total padatan terlarut buah tomat ( Brix) sebelum simulasi transportasi Sebelum simulasi transportasi selama 1 jam Kemasan Ulangan K1P1S1
K1P1S2
K1P1S3
K1P1S4
K1P1S5
K1P1S6
K1P1S7
K1P1S8
K1P1S9
K1P1S10
3.8
3.8
3.9
4.1
3.9
4
4.2
4
4
3.9
2
4
4.6
3.6
4
4
4
4.6
4
3.2
3.6
3
3.8
3.4
3.4
3.8
3.4
3.6
3.2
3.6
3
3.2
K1P2S1
K1P2S2
K1P2S3
K1P2S4
K1P2S5
K1P2S6
K1P2S7
K1P2S8
K1P2S9
K1P2S10
1
4.3
4
3.8
4.6
4.1
3.8
3.8
4.1
3.5
3.3
2
3.8
3.2
3.8
4
4
3.8
4
3.6
3.6
4
1
3
3
3.8
3.6
3.2
3.2
3.8
3.8
3.2
3.2
3.8
K2P1S1
K2P1S2
K2P1S3
K2P1S4
K2P1S5
K2P1S6
K2P1S7
K2P1S8
K2P1S9
K2P1S10
1
4
3.7
4
3.7
3.9
3.7
3.4
4.2
4.3
4.3
2
4.2
3.8
4
3.8
3.8
3.2
4.2
4
3.8
4
3
3.2
3.8
3.8
3.8
4
3.2
3.6
3.8
3.8
3.8
K2P2S1
K2P2S2
K2P2S3
K2P2S4
K2P2S5
K2P2S6
K2P2S7
K2P2S8
K2P2S9
K2P2S10
1
3.7
3.8
4.2
4.4
4.3
3.8
3.8
4.4
3.9
3.1
2
3.6
4
4
3.6
3.8
3.2
3.8
4
3.4
3
3
3.2
4
3.6
3.2
4
3.8
3.2
3
4
3.8
Sebelum simulasi transportasi selama 3 jam Kemasan Ulangan K1P1S1
K1P1S2
K1P1S3
K1P1S4
K1P1S5
K1P1S6
K1P1S7
K1P1S8
K1P1S9
K1P1S10
1
3.2
3.7
4.4
3.6
4.4
3.5
4.4
3.5
4.3
3.8
2
3.2
4
4
3.8
4
4.4
4
4
3.6
3.6
3
3.6
3.8
3.2
4
3.8
3.2
3.8
3.2
3.2
3.8
K1P2S1
K1P2S2
K1P2S3
K1P2S4
K1P2S5
K1P2S6
K1P2S7
K1P2S8
K1P2S9
K1P2S10
1
3.6
3.7
4
4
3.8
3.6
4
4
3.8
3.7
2
3.9
4
4
4
4
3.8
3.8
4
4
4
3
3.6
3.6
3.2
3.6
3.6
3.6
3.8
3.2
3.7
4.2
K2P1S1
K2P1S2
K2P1S3
K2P1S4
K2P1S5
K2P1S6
K2P1S7
K2P1S8
K2P1S9
K2P1S10
1
3.7
3.6
3.8
3.6
3.7
4.6
4.1
3.8
4.2
3.9
2
3.6
4
4
3.8
4
3.6
4.2
4
4
4
3
3.8
3.6
4.2
3
3.8
3.4
3.6
3.4
3.2
3.4
K2P2S1
K2P2S2
K2P2S3
K2P2S4
K2P2S5
K2P2S6
K2P2S7
K2P2S8
K2P2S9
K2P2S10
1
4.4
4.2
4
3.8
4
4.2
4.2
4.2
4.1
3.9
2
3.2
4
4
3.8
4
4
4
3.8
3.8
4
3
3.8
3.4
3.8
3
3.6
3.2
3.2
3.4
3
3.4
51
Lampiran 11. Tabel data total padatan terlarut buah tomat ( 0Brix) setelah simulasi transportasi Setelah simulasi transportasi selama 1 jam Kemasan
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
K1P1 1
4.1
3.2
3.8
4.5
4
3.5
3.9
3.8
3.9
K1P1 2
3.3
3.8
3.3
4.1
3.7
3.9
3.7
4
3.8
K1P1 3
3.9
3.8
3.3
4.1
3.6
3.8
3.1
3.8
4
K1P1 4
4.1
4
3.6
3.5
3.4
4
4
4
4.1
K1P1 5
4.5
3.8
4.2
4.2
4
3.5
3.8
4
4.1
K1P1 6
4
4.2
3.2
3.9
3.9
3.9
4.2
4.2
4
K1P1 7
3.8
3.2
3.2
4.2
3.6
4
3.8
4
3.2
K1P1 8
4.1
4
3.6
3.9
3.8
3.6
3.9
4
4.1
K1P1 9
4
4
4
4
3.8
3.9
4
3.6
3.8
K1P1 10
4.2
4
4
3.8
3.8
3.9
4.3
4
4
K1P2 1
4
3.6
3.5
4
3.8
3.8
4
4
4
K1P2 2
3.9
3.5
3.8
3.7
4
3.8
3.6
4
3.8
K1P2 3
3.9
3.5
3.9
4
3.7
3.7
3.8
4
3.4
K1P2 4
4
3.5
3.9
3.8
4
3.8
3.9
4
4
K1P2 5
4
4
3.6
4
4
4
4
3.9
3.7
K1P2 6
3.8
4
3.6
3.9
4
4
3.9
3.5
3
K1P2 7
3.7
3.6
3.8
4
3.5
3.8
3.9
4
4
K1P2 8
3.4
3.8
3.4
3.4
4.1
4
4.2
4
3.8
K1P2 9
4
4
3.6
3.7
3.3
3.6
4.2
4
4
K1P2 10
4
4
4
3.7
3.9
3.8
3.8
3.8
3.5
K2P1 1
4.1
4
3.8
3.9
3.9
3.8
4
3.9
3.8
K2P1 2
3.9
4
3.8
4.1
3.6
3.8
4.2
4
4
K2P1 3
3.7
4
3.7
3.9
4
4
4.1
4
3.8
K2P1 4
4.2
4
3.8
4
3.9
4
3.9
3.5
4
K2P1 5
3.7
3.9
3.8
4.3
4
3.9
4.7
3.2
4
K2P1 6
3.8
4.2
4
4
3.9
3.8
3.8
4.1
3.4
K2P1 7
3.9
3.8
3.8
4.1
4
4
4.5
4
3.8
K2P1 8
4
3.6
3.8
3.9
3.8
3.8
3.9
4
4
K2P1 9
4.3
4
3.4
4.1
3.8
4
4
4
4
K2P1 10
4
4.1
3.9
3.8
3.9
4
4.1
4
3.8
K2P2 1
3.8
3.4
4.2
3.6
3.8
4
3.9
4
3.8
K2P2 2
3.8
3.4
4
4
4
3.8
4
4
4
K2P2 3
3.7
3.4
4
2.8
3.8
4
4.1
3.8
4
K2P2 4
4.6
3.6
3.8
3.6
4
3.9
3.8
4
3.8
K2P2 5
3.9
4
3.6
3.7
3.8
4
3.8
4
4
K2P2 6
4.1
4.2
4
3.9
4
3.9
4
3.2
3.7
K2P2 7
3.8
3.2
4
4.1
4
3.6
3.7
3.8
4
K2P2 8
3.8
3.4
3.5
4.1
3.8
4
3.4
3.7
3.9
K2P2 9
4.3
3.7
3
4.5
3.8
4
4.2
3.9
4
52
K2P2 10
4.6
3.2
4
4.1
3.4
4
4
4
4
Lampiran 11. Lanjutan Setelah simulasi transportasi selama 3 jam Kemasan
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
K1P1 1
4
4
4
3.7
4
3.8
3.9
3.9
3.8
K1P1 2
3.6
3.8
3.9
4
3.8
3.7
4
3.8
3.6
K1P1 3
3.6
4
4
3.8
4
3.8
3.7
3.8
3.9
K1P1 4
3.7
4
3.4
3.9
4
4
3.7
4
3.6
K1P1 5
4
3.4
3.8
3.8
4
3.8
4.1
4
4
K1P1 6
4.2
4
3.6
3.7
3.6
3.8
3.8
3.8
3.8
K1P1 7
3.7
4
4
4
4
4
4
4
4
K1P1 8
4
4
3.8
3.9
3.9
4
4
4
4
K1P1 9
3.6
3.4
3.8
4
3.7
3.6
4
3.8
4
K1P1 10
3.6
4.2
3.9
3.8
3.8
4
3.9
4
3.8
K1P2 1
3.7
3.8
3.8
4
3.9
3.9
4
3.8
4
K1P2 2
4
3.8
4
3.8
3.8
3.8
4
4
3.8
K1P2 3
4.1
4
3.7
4
4
4
3.9
3.8
4
K1P2 4
3.8
3.8
4
4
3.8
3.9
4.2
4
3.8
K1P2 5
3.9
3.8
3.8
4
4
4
3.8
3.8
3.8
K1P2 6
4
3.8
3.8
3.9
3.6
4
4
3.6
4
K1P2 7
4
4
3.9
4
3.6
3.8
4.1
3.8
4
K1P2 8
4.2
3.8
4
4
3.8
3.8
4
4
3.9
K1P2 9
4
3.7
3.6
4
3.8
4
4
3.9
4
K1P2 10
3.8
3.8
3.8
3.8
4
4
3.9
3.8
3.9
K2P1 1
4.2
4
4
4.1
4
4
4.1
3.9
3.9
K2P1 2
3.8
3.9
4
3.9
3.9
3.2
3.9
3.6
3.8
K2P1 3
4
4
4
3.8
4.2
3.9
3.8
3.8
4.2
K2P1 4
4.1
3
3.9
4
4
4
3.9
3.8
3.9
K2P1 5
3.9
3.8
3.8
3.9
3.8
4
4
4
3.9
K2P1 6
3.7
3.9
4
4
3.6
3.8
3.9
4
4
K2P1 7
3.6
3.4
4.2
4.2
3.9
3.7
4.1
3.8
4
K2P1 8
3.5
4
4
4.1
3.8
4
4
3.8
4
K2P1 9
3.9
3.8
3.9
4
4
3.6
4
3.8
4.1
K2P1 10
3.8
4
4
4
3.8
3.6
4
4
3.4
K2P2 1
3.2
3.8
4
3.8
3.9
3.8
4
4
3.8
K2P2 2
4.1
4
4
3.9
3.8
4.3
4
4.2
3.8
K2P2 3
4
4
3.8
4
4
3.8
4.3
4
4
K2P2 4
4
3.6
4
4.1
3.9
3.9
4
4
3.9
K2P2 5
4.1
4
3.8
4
4
4
3.8
4
4
K2P2 6
3.7
3.6
4
4
3.8
3.4
3.9
4
4
K2P2 7
4
4
3
4
4
4
4
3.8
4
K2P2 8
4
4
3.9
3.8
3.8
3.9
3.4
3.9
3.8
K2P2 9
3.6
4
4
4.2
4
3.9
3.9
4
4
53
K2P2 10
3.9
4
4
3.8
3.8
3.9
4
3.9
3.8
Lampiran 12. Tabel data kekerasan buah tomat (kg) sebelum simulasi transportasi Sebelum simulasi transportasi selama 1 jam Kemasan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
U
T
P
x
U
T
P
x
U
T
P
x
K1P1S1
1.75
1.82
2.01
1.86
1.32
1.02
1.01
1.12
1.69
1.52
1.49
1.57
K1P1S2
1.76
1.70
1.98
1.81
1.53
1.23
1.14
1.30
1.53
1.40
1.79
1.57
K1P1S3
1.40
1.93
1.51
1.61
1.83
1.13
0.97
1.31
2.17
1.62
1.55
1.78
K1P1S4
1.76
1.78
1.45
1.66
1.27
1.32
1.23
1.27
2.03
1.72
1.92
1.89
K1P1S5
1.93
1.76
1.71
1.80
1.12
1.04
1.08
1.08
1.98
2.19
2.05
2.07
K1P1S6
1.82
2.07
1.75
1.88
1.81
1.46
1.40
1.56
1.75
1.42
1.84
1.67
K1P1S7
1.70
2.70
1.92
2.11
1.03
1.03
1.53
1.19
1.02
1.07
1.96
1.35
K1P1S8
1.71
1.56
1.95
1.74
1.32
1.23
1.52
1.36
1.75
1.13
1.53
1.47
K1P1S9
1.73
2.03
2.04
1.93
1.02
1.01
1.08
1.04
1.21
1.48
2.20
1.63
K1P1S10
1.82
2.01
2.24
2.02
1.37
1.27
1.14
1.26
1.69
1.52
1.73
1.65
K1P2S1
1.95
1.85
2.09
1.96
1.23
1.13
1.42
1.26
1.23
1.26
1.43
1.31
K1P2S2
2.02
1.75
2.47
2.08
1.31
0.49
2.04
1.28
1.32
1.05
1.46
1.28
K1P2S3
2.09
1.82
2.25
2.05
2.04
1.56
1.75
1.78
1.42
1.26
1.26
1.31
K1P2S4
1.62
1.92
1.32
1.62
1.58
1.39
1.43
1.47
1.13
1.02
1.67
1.27
K1P2S5
1.70
1.52
2.36
1.86
1.32
1.25
1.84
1.47
1.92
2.02
1.53
1.82
K1P2S6
1.84
1.56
1.83
1.74
1.41
1.30
1.12
1.28
1.52
1.23
1.72
1.49
K1P2S7
1.19
1.68
2.01
1.63
1.25
1.23
1.70
1.39
1.32
1.20
1.52
1.35
K1P2S8
2.46
1.67
2.00
2.04
1.21
1.32
1.40
1.31
1.75
1.87
2.02
1.88
K1P2S9
2.00
2.02
2.39
2.14
1.29
1.13
1.41
1.28
1.82
1.14
1.62
1.53
K1P2S10
1.94
2.25
1.71
1.97
1.07
0.83
1.36
1.09
2.25
2.16
2.09
2.17
K2P1S1
1.79
1.71
1.82
1.77
1.41
1.78
1.85
1.68
1.03
1.05
1.02
1.03
K2P1S2
1.40
1.65
1.60
1.55
1.82
1.41
1.43
1.55
1.23
1.13
1.80
1.39
K2P1S3
1.75
2.02
1.93
1.90
1.34
1.04
1.49
1.29
1.32
1.27
1.72
1.44
K2P1S4
1.59
1.96
1.72
1.76
1.39
1.03
1.13
1.18
1.13
1.22
2.00
1.45
K2P1S5
1.83
1.81
1.34
1.66
1.51
1.65
2.10
1.75
1.70
1.37
1.53
1.53
K2P1S6
1.29
1.84
1.85
1.66
1.90
1.40
1.07
1.46
1.35
1.40
1.21
1.32
K2P1S7
2.00
2.02
1.63
1.88
1.57
1.32
1.56
1.48
1.62
1.50
1.62
1.58
K2P1S8
1.64
2.18
1.56
1.79
1.73
1.34
1.80
1.62
1.13
1.21
2.50
1.61
K2P1S9
1.97
2.30
2.06
2.11
1.32
1.40
1.69
1.47
1.59
1.71
1.73
1.68
K2P1S10
2.88
2.24
2.16
2.43
1.92
1.58
1.43
1.64
1.47
1.68
1.85
1.67
K2P2S1
1.56
1.90
1.68
1.71
2.30
2.36
2.24
2.30
1.43
1.37
1.53
1.44
K2P2S2
1.81
1.96
1.44
1.74
1.68
1.49
1.60
1.59
1.72
1.21
1.81
1.58
K2P2S3
1.43
1.38
1.29
1.37
2.36
2.14
2.29
2.26
1.27
1.13
2.80
1.73
K2P2S4
1.73
1.65
1.45
1.61
2.01
1.48
1.75
1.75
1.90
1.02
1.21
1.38
K2P2S5
1.98
1.50
1.66
1.71
2.22
1.98
1.72
1.97
1.70
1.70
1.36
1.59
K2P2S6
1.42
1.38
1.53
1.44
1.16
1.66
1.15
1.32
1.31
1.26
1.16
1.24
K2P2S7
1.46
1.63
1.73
1.61
1.74
1.55
2.32
1.87
1.32
1.82
2.12
1.75
K2P2S8
1.80
1.23
1.50
1.51
1.85
1.66
1.46
1.66
1.89
1.76
1.61
1.75
K2P2S9
1.64
1.42
1.93
1.66
2.35
1.28
1.10
1.58
1.32
0.79
1.32
1.14
54
K2P2S10
1.52
1.63
1.75
1.63
1.73
1.28
1.56
1.52
1.12
1.07
1.47
1.22
Lampiran 12. Lanjutan Sebelum simulasi transportasi selama 3 jam Kemasan
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
U
T
P
x
U
T
P
x
U
T
P
x
K1P1S1
1.84
2.52
1.64
2.00
0.65
1.23
0.63
0.84
2.25
1.45
2.03
1.91
K1P1S2
2.42
2.20
2.23
2.28
1.30
1.67
1.36
1.44
1.93
1.12
1.56
1.54
K1P1S3
2.42
1.96
1.83
2.07
0.75
1.50
0.90
1.05
2.02
1.65
2.63
2.10
K1P1S4
2.21
2.86
2.47
2.51
1.30
1.27
0.84
1.14
1.94
1.42
1.25
1.54
K1P1S5
2.25
2.42
1.77
2.15
0.76
0.82
0.80
0.79
1.12
1.42
1.79
1.44
K1P1S6
2.78
2.86
2.11
2.58
1.37
0.93
1.83
1.38
1.78
1.45
1.98
1.74
K1P1S7
2.23
2.12
3.13
2.49
1.67
0.82
2.14
1.54
1.03
1.12
1.16
1.10
K1P1S8
2.23
1.59
1.37
1.73
0.82
1.13
0.83
0.93
1.44
0.95
1.15
1.18
K1P1S9
1.65
2.54
1.69
1.96
1.12
1.43
2.89
1.81
2.45
1.21
2.53
2.06
K1P1S10
1.94
2.02
1.96
1.97
1.34
1.24
1.73
1.44
1.52
1.51
2.74
1.92
K1P2S1
2.01
2.13
1.90
2.01
1.53
1.36
1.56
1.48
1.64
1.47
1.23
1.45
K1P2S2
1.69
2.09
2.53
2.10
3.24
1.17
3.06
2.49
1.95
1.35
1.56
1.62
K1P2S3
1.80
2.32
1.75
1.96
1.73
1.43
1.51
1.56
2.32
1.40
2.36
2.03
K1P2S4
2.36
1.71
1.76
1.94
1.12
1.02
1.04
1.06
1.56
1.21
1.29
1.35
K1P2S5
1.46
1.50
1.74
1.57
0.79
0.87
1.53
1.06
1.65
1.76
1.05
1.49
K1P2S6
1.75
1.86
1.85
1.82
1.94
1.39
1.52
1.62
1.89
1.35
1.44
1.56
K1P2S7
1.82
2.13
1.55
1.83
1.13
1.20
1.79
1.37
1.48
0.79
0.75
1.01
K1P2S8
1.66
2.04
1.31
1.67
1.92
1.61
1.43
1.65
1.58
1.10
1.21
1.30
K1P2S9
2.13
1.80
1.68
1.87
1.12
1.73
1.90
1.58
2.30
1.48
2.67
2.15
K1P2S10
1.80
1.90
1.80
1.83
1.70
1.77
1.50
1.66
1.67
1.26
2.58
1.84
K2P1S1
2.65
1.27
2.18
2.03
1.54
1.20
1.40
1.38
2.24
1.35
1.98
1.86
K2P1S2
2.16
2.34
1.82
2.11
1.16
1.70
1.34
1.40
1.72
1.56
1.28
1.52
K2P1S3
2.17
1.83
2.12
2.04
1.18
1.32
1.46
1.32
1.75
1.32
2.20
1.76
K2P1S4
1.73
2.12
1.48
1.78
1.32
1.20
2.62
1.71
2.08
1.56
1.42
1.69
K2P1S5
1.81
2.72
2.20
2.24
1.45
1.25
2.13
1.61
1.91
0.82
1.72
1.48
K2P1S6
1.43
1.54
1.90
1.62
1.01
1.73
1.35
1.36
1.01
1.12
1.46
1.20
K2P1S7
2.03
2.36
1.42
1.94
1.99
1.92
2.39
2.10
1.26
1.37
2.38
1.67
K2P1S8
1.84
1.26
1.76
1.62
2.01
1.20
1.57
1.59
1.83
1.46
3.02
2.10
K2P1S9
1.49
2.12
1.30
1.64
1.33
1.34
1.29
1.32
1.82
1.42
2.67
1.97
K2P1S10
1.18
1.69
1.97
1.61
1.37
1.46
1.62
1.48
1.96
1.48
1.52
1.65
K2P2S1
1.42
1.53
1.43
1.46
1.67
1.45
1.85
1.66
1.83
1.26
1.65
1.58
K2P2S2
1.40
2.14
1.83
1.79
1.89
2.01
1.92
1.94
1.86
1.23
2.26
1.78
K2P2S3
1.32
2.53
1.60
1.82
1.12
1.06
1.20
1.13
3.03
2.80
2.39
2.74
K2P2S4
1.65
2.32
2.02
2.00
2.03
1.31
1.60
1.65
3.42
1.81
2.74
2.66
K2P2S5
2.09
2.50
1.83
2.14
1.35
1.06
1.40
1.27
2.16
1.74
1.69
1.86
K2P2S6
1.66
2.52
1.75
1.98
1.25
1.01
1.26
1.17
2.23
2.06
2.10
2.13
K2P2S7
2.05
1.10
1.56
1.57
1.56
1.47
1.38
1.47
2.32
1.16
2.56
2.01
K2P2S8
2.25
2.42
1.39
2.02
1.09
1.08
1.50
1.22
2.25
1.52
2.60
2.12
55
K2P2S9
1.26
1.66
1.87
1.60
2.05
2.35
1.12
1.84
1.52
1.29
1.27
1.36
K2P2S10
1.90
1.56
1.42
1.63
1.12
0.84
1.11
1.02
1.42
1.12
1.29
1.28
Lampiran 13. Tabel data kekerasan buah tomat (kg) setelah simulasi transportasi Setelah simulasi transportasi selama 1 jam Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Kemasan U
T
P
x
U
T
P
x
U
T
P
x
K1P1 1
1.20
1.16
1.30
1.22
1.37
1.35
1.83
1.52
2.06
1.03
1.42
1.53
K1P1 2
1.86
1.53
1.19
1.53
2.04
1.23
2.53
1.93
1.28
1.75
1.09
1.37
K1P1 3
2.15
1.90
1.78
1.94
1.23
0.35
1.37
0.98
2.18
1.46
1.09
1.58
K1P1 4
1.36
1.64
2.24
1.75
1.01
0.73
1.04
0.93
1.87
1.06
1.56
1.50
K1P1 5
1.50
1.79
2.40
1.90
2.07
0.80
2.45
1.77
1.97
1.51
2.00
1.83
K1P1 6
1.62
1.99
1.69
1.77
1.53
0.80
1.56
1.30
2.23
1.36
1.74
1.78
K1P1 7
1.48
1.32
1.63
1.48
1.83
1.40
0.81
1.35
1.99
0.89
0.98
1.29
K1P1 8
0.78
1.90
1.64
1.44
1.96
1.46
1.72
1.71
3.14
1.59
2.00
2.24
K1P1 9
1.17
1.61
1.37
1.38
1.02
1.03
2.43
1.49
1.70
0.86
1.06
1.21
K1P1 10
1.81
1.72
1.21
1.58
1.31
1.53
2.76
1.87
1.78
1.14
1.30
1.41
K1P1 1
1.59
1.95
1.69
1.74
1.62
1.51
1.72
1.62
1.37
1.12
1.46
1.32
K1P1 2
1.70
1.80
1.60
1.70
1.87
1.82
2.28
1.99
1.90
1.22
1.83
1.65
K1P1 3
1.86
1.49
1.70
1.68
1.42
1.01
1.32
1.25
1.34
1.23
1.38
1.32
K1P1 4
1.63
1.82
1.77
1.74
1.93
1.52
1.82
1.76
1.17
1.05
1.13
1.12
K1P1 5
1.87
1.36
1.73
1.65
1.72
1.47
1.26
1.48
1.83
1.61
1.72
1.72
K1P1 6
1.75
1.30
1.57
1.54
1.57
1.52
1.43
1.51
1.10
1.07
1.13
1.10
K1P1 7
1.36
1.84
1.95
1.72
1.39
1.29
1.13
1.27
1.67
1.52
1.59
1.59
K1P1 8
1.18
1.56
1.65
1.46
1.47
1.53
1.73
1.58
1.37
1.78
1.34
1.50
K1P1 9
1.83
1.45
1.62
1.63
1.27
1.36
1.65
1.43
1.35
1.89
1.69
1.64
K1P1 10
1.81
1.56
1.40
1.59
1.28
1.56
1.75
1.53
1.12
1.46
1.16
1.25
K1P1 1
1.81
1.86
2.31
1.99
1.23
1.28
1.13
1.21
1.57
1.21
1.53
1.44
K1P1 2
1.38
1.61
1.52
1.50
1.86
1.32
1.23
1.47
1.23
1.13
1.49
1.28
K1P1 3
2.22
1.43
1.60
1.75
1.20
1.13
1.96
1.43
1.57
1.39
1.27
1.41
K1P1 4
2.08
1.55
1.72
1.78
1.58
1.15
2.08
1.60
1.43
0.92
1.31
1.22
K1P1 5
1.34
1.43
1.42
1.40
1.02
1.29
1.43
1.25
1.53
1.76
1.34
1.54
K1P1 6
1.72
1.38
1.79
1.63
1.43
1.73
2.02
1.73
1.37
1.49
1.26
1.37
K1P1 7
2.29
1.99
1.63
1.97
1.93
1.63
2.33
1.96
1.13
0.82
1.52
1.16
K1P1 8
1.28
1.55
1.44
1.42
1.53
1.39
1.72
1.55
1.60
1.32
2.92
1.95
K1P1 9
1.78
1.69
2.31
1.93
1.23
1.26
1.05
1.18
1.43
0.91
1.60
1.31
K1P1 10
1.66
2.45
1.66
1.92
1.45
0.90
0.84
1.06
1.43
0.82
1.67
1.31
K1P2 1
1.52
1.42
1.43
1.46
1.41
1.53
1.59
1.51
1.97
1.34
1.48
1.60
K1P2 2
1.01
1.39
1.16
1.19
1.34
1.57
1.80
1.57
1.51
1.21
1.60
1.44
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
Layer atas
56
K1P2 3
1.43
1.25
1.55
1.41
2.03
1.61
1.72
1.79
1.78
1.60
1.51
1.63
K1P2 4
1.99
1.54
1.16
1.56
1.31
1.52
1.13
1.32
1.73
1.37
1.23
1.44
K1P2 5
1.93
1.52
1.67
1.71
1.69
1.73
1.62
1.68
1.67
1.51
1.22
1.47
K1P2 6
1.46
1.52
1.25
1.41
1.56
1.50
1.36
1.47
1.62
1.37
1.90
1.63
K1P2 7
1.55
1.63
1.93
1.70
1.45
1.62
1.83
1.63
1.52
1.90
1.93
1.78
K1P2 8
2.02
2.18
1.56
1.92
1.74
1.87
2.23
1.95
1.23
0.82
1.31
1.12
K1P2 9
1.86
1.51
1.59
1.65
1.53
1.30
1.47
1.43
2.02
1.78
1.28
1.69
K1P2 10
1.61
1.90
1.31
1.61
2.13
1.65
1.86
1.88
1.34
1.09
1.76
1.40
K1P2 1
1.34
1.85
1.45
1.55
1.83
1.43
1.22
1.49
2.00
2.11
1.67
1.93
K1P2 2
1.32
1.75
1.32
1.46
1.23
1.30
1.46
1.33
1.65
0.92
1.59
1.39
K1P2 3
2.30
1.70
1.96
1.99
1.63
1.69
1.43
1.58
2.00
1.46
1.89
1.78
K1P2 4
1.36
1.56
1.56
1.49
1.21
1.59
1.43
1.41
0.86
1.12
1.05
1.01
K1P2 5
1.69
1.30
1.37
1.45
1.53
0.93
1.67
1.38
1.60
1.37
2.18
1.72
K1P2 6
1.02
1.39
1.26
1.22
1.99
2.09
1.23
1.77
1.52
1.30
1.61
1.48
K1P2 7
1.93
1.23
1.75
1.64
1.97
1.32
1.62
1.64
1.57
1.00
2.10
1.56
K1P2 8
1.52
1.34
1.63
1.50
1.46
2.00
2.10
1.85
1.86
1.21
1.70
1.59
K1P2 9
1.60
1.29
1.53
1.47
1.23
1.59
1.23
1.35
1.34
1.14
2.16
1.55
K1P2 10
1.72
1.37
1.40
1.50
1.63
1.28
2.87
1.93
1.08
1.15
1.16
1.13
K1P2 1
1.86
1.72
1.52
1.70
1.74
1.61
1.85
1.73
1.46
1.13
1.24
1.28
K1P2 2
1.30
1.70
1.67
1.56
1.21
1.29
1.27
1.26
1.82
1.76
1.36
1.65
K1P2 3
1.35
1.76
1.29
1.47
1.51
1.23
1.65
1.46
1.61
1.68
1.48
1.59
K1P2 4
1.63
1.48
1.23
1.45
1.69
1.98
1.67
1.78
2.20
1.58
1.96
1.91
K1P2 5
1.34
1.62
1.74
1.57
1.29
1.21
1.23
1.24
1.71
1.26
2.10
1.69
K1P2 6
1.82
1.52
1.62
1.65
1.92
1.52
1.83
1.76
1.90
1.27
1.56
1.58
K1P2 7
1.82
1.91
1.32
1.68
1.56
1.05
1.31
1.31
1.22
1.48
1.62
1.44
K1P2 8
1.62
1.60
1.49
1.57
1.20
1.43
1.23
1.29
1.20
1.15
1.57
1.31
K1P2 9
1.70
1.92
1.98
1.87
1.55
1.27
1.27
1.36
1.21
1.45
1.16
1.27
K1P2 10
1.86
2.00
1.41
1.76
1.32
1.22
1.57
1.37
1.04
1.18
1.78
1.33
K2P1 1
1.79
2.11
1.64
1.85
1.43
0.72
1.02
1.06
2.08
1.06
1.98
1.71
K2P1 2
1.79
2.24
2.03
2.02
1.05
1.10
2.57
1.57
1.00
1.15
1.92
1.36
K2P1 3
1.90
1.22
2.36
1.83
1.52
1.32
1.59
1.48
1.56
1.07
1.82
1.48
K2P1 4
2.28
1.76
1.63
1.89
1.43
1.40
1.20
1.34
1.12
1.06
0.80
0.99
K2P1 5
1.43
1.54
1.74
1.57
1.94
1.67
2.00
1.87
1.56
1.49
1.61
1.55
K2P1 6
1.72
1.77
1.92
1.80
1.36
1.21
1.20
1.26
1.68
1.36
2.16
1.73
K2P1 7
1.30
1.52
1.40
1.41
2.10
1.69
1.53
1.77
1.91
1.32
0.81
1.35
K2P1 8
1.76
1.74
1.38
1.63
1.53
1.20
2.01
1.58
1.03
1.04
1.23
1.10
K2P1 9
1.76
1.76
1.32
1.61
1.67
1.10
1.89
1.55
1.67
1.26
1.92
1.62
K2P1 10
1.89
1.18
1.50
1.52
1.59
1.06
1.53
1.39
2.07
0.91
1.70
1.56
K2P1 1
1.42
1.50
1.80
1.57
1.43
1.48
1.62
1.51
1.96
1.06
1.32
1.45
K2P1 2
1.58
1.62
1.41
1.54
2.15
2.02
1.47
1.88
1.90
1.39
2.19
1.83
Layer tengah
Layer bawah
Layer atas
Layer tengah
57
K2P1 3
0.24
1.56
1.26
1.02
1.56
1.26
1.53
1.45
1.80
1.07
2.36
1.74
K2P1 4
1.58
2.16
1.41
1.72
2.57
1.14
1.32
1.68
1.71
1.16
1.36
1.41
K2P1 5
1.79
0.84
1.31
1.31
1.57
0.78
1.76
1.37
0.76
0.62
1.62
1.00
K2P1 6
1.65
2.16
1.78
1.86
1.32
1.23
1.28
1.28
1.20
0.83
2.06
1.36
K2P1 7
2.02
1.20
2.40
1.87
1.47
1.52
0.92
1.30
1.58
1.17
1.28
1.34
K2P1 8
1.17
1.49
1.10
1.25
1.43
1.48
1.62
1.51
1.07
1.47
1.42
1.32
K2P1 9
1.90
1.19
1.05
1.38
2.13
1.78
3.23
2.38
1.43
0.90
1.70
1.34
K2P1 10
1.67
2.13
2.02
1.94
1.73
1.43
1.83
1.66
1.56
1.20
1.50
1.42
K2P1 1
1.45
1.53
0.96
1.31
1.63
1.03
1.76
1.47
2.39
1.24
2.06
1.78
K2P1 2
1.80
1.78
1.67
1.75
1.93
0.96
1.96
1.62
1.80
1.40
1.35
1.63
K2P1 3
1.82
2.06
1.56
1.81
1.86
1.32
2.27
1.82
1.34
0.86
1.20
1.50
K2P1 4
1.18
1.23
1.29
1.23
1.48
1.26
2.06
1.60
1.32
0.90
1.26
1.43
K2P1 5
1.52
1.96
1.54
1.67
1.56
1.15
1.23
1.31
1.36
0.80
1.60
1.26
K2P1 6
1.55
1.76
1.45
1.59
1.43
1.56
0.92
1.30
1.84
0.96
1.51
1.31
K2P1 7
1.57
1.56
0.72
1.28
1.36
1.06
0.86
1.09
2.06
0.96
2.13
1.42
K2P1 8
1.01
1.57
2.14
1.57
2.03
1.37
1.22
1.54
1.80
1.25
1.76
1.51
K2P1 9
1.62
1.72
1.53
1.62
1.07
1.62
1.54
1.41
2.68
1.64
2.42
1.94
K2P1 10
1.66
1.90
1.50
1.69
1.79
0.82
1.79
1.47
1.86
1.42
0.95
1.50
K2P2 1
1.70
1.93
1.24
1.62
2.63
1.93
1.86
2.14
1.27
1.01
1.36
1.21
K2P2 2
1.50
1.65
1.74
1.63
1.39
0.87
1.43
1.23
1.80
1.31
1.40
1.50
K2P2 3
1.56
1.76
1.52
1.61
1.92
1.16
1.27
1.45
1.23
0.92
1.30
1.15
K2P2 4
1.52
1.80
1.62
1.65
1.82
1.75
1.93
1.83
1.25
1.38
1.20
1.28
K2P2 5
1.10
1.42
1.97
1.50
1.27
1.27
1.70
1.41
1.56
1.40
1.40
1.45
K2P2 6
1.11
1.49
1.78
1.46
2.56
1.37
1.73
1.89
1.08
1.08
1.37
1.18
K2P2 7
1.45
1.69
1.53
1.56
1.88
1.47
1.90
1.75
1.32
1.21
1.76
1.43
K2P2 8
2.27
1.68
1.84
1.93
2.30
1.96
2.23
2.16
1.75
1.43
1.53
1.57
K2P2 9
1.47
1.52
2.13
1.71
1.63
1.74
1.89
1.75
1.82
1.04
1.40
1.42
K2P2 10
0.88
1.25
1.24
1.12
1.72
1.37
1.43
1.51
0.92
1.26
1.30
1.16
K2P2 1
1.73
1.84
1.58
1.72
2.07
1.23
2.54
1.95
1.47
0.47
1.18
1.04
K2P2 2
2.06
2.09
1.72
1.96
1.83
0.97
1.07
1.29
1.50
1.83
0.82
1.38
K2P2 3
1.08
1.63
2.10
1.60
2.89
1.12
2.39
2.13
1.93
0.37
0.73
1.01
K2P2 4
1.39
1.96
1.87
1.74
2.13
1.73
2.69
2.18
1.63
1.45
1.31
1.46
K2P2 5
2.14
1.64
2.20
1.99
2.03
1.13
1.90
1.69
1.58
0.72
1.63
1.31
K2P2 6
1.48
0.71
1.77
1.32
1.70
1.62
3.13
2.15
1.23
1.05
1.75
1.34
K2P2 7
1.54
1.64
1.85
1.68
2.20
1.23
1.46
1.63
1.47
0.47
1.18
1.04
K2P2 8
0.79
1.20
1.79
1.26
1.43
0.79
0.90
1.04
1.63
1.13
1.46
1.41
K2P2 9
2.04
1.64
2.20
1.96
1.73
1.02
1.14
1.30
1.43
0.86
0.82
1.04
K2P2 10
1.47
1.01
1.28
1.25
1.92
0.59
1.80
1.44
1.82
0.82
1.43
1.36
K2P2 1
0.80
1.32
1.52
1.21
2.03
0.76
2.67
1.82
1.76
1.74
1.84
1.78
K2P2 2
1.52
1.28
1.61
1.47
1.30
1.10
0.88
1.09
1.58
0.67
0.82
1.02
Layer bawah
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
58
K2P2 3
1.80
1.71
2.15
1.89
2.04
1.71
1.44
1.73
1.76
1.20
0.75
1.24
K2P2 4
1.30
1.20
1.42
1.31
1.97
1.80
1.77
1.85
1.63
0.57
0.68
0.96
K2P2 5
1.13
0.98
1.20
1.10
1.70
1.23
1.45
1.46
2.00
1.18
1.35
1.51
K2P2 6
1.40
1.09
1.01
1.17
1.76
1.74
1.87
1.79
1.86
1.37
1.55
1.59
K2P2 7
1.42
1.69
1.80
1.64
1.32
1.43
1.31
1.35
1.23
0.96
1.90
1.36
K2P2 8
1.89
1.39
1.50
1.59
2.02
1.60
1.65
1.76
2.47
0.74
1.30
1.50
K2P2 9
1.67
2.16
1.70
1.84
2.26
0.83
1.32
1.47
2.40
1.90
1.95
2.08
K2P2 10
1.26
1.09
1.01
1.12
1.46
1.37
1.81
1.55
1.62
1.33
2.36
1.77
Setelah simulasi transportasi selama 3 jam Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Kemasan U
T
P
x
U
T
P
x
U
T
P
x
K1P1 1
1.56
1.52
1.40
1.49
2.23
1.66
2.26
2.05
3.18
2.60
2.00
2.59
K1P1 2
1.46
1.05
1.01
1.17
1.47
1.73
1.66
1.62
1.60
1.92
2.00
1.84
K1P1 3
1.70
1.30
1.60
1.53
1.50
1.61
1.56
1.56
1.68
1.36
2.40
1.81
K1P1 4
1.27
1.57
1.50
1.45
2.16
1.08
1.56
1.60
1.30
1.57
1.46
1.44
K1P1 5
1.28
1.52
1.08
1.29
1.29
1.27
1.29
1.28
1.68
1.69
1.17
1.51
K1P1 6
1.50
1.40
1.58
1.49
2.38
1.10
1.46
1.65
1.69
1.56
1.91
1.72
K1P1 7
1.63
1.65
2.04
1.77
1.60
1.32
1.93
1.62
1.90
1.59
1.73
1.74
K1P1 8
2.45
1.82
1.52
1.93
1.67
1.52
2.09
1.76
1.69
1.49
1.15
1.44
K1P1 9
1.02
2.02
1.76
1.60
1.92
1.60
1.78
1.77
1.20
1.18
1.38
1.25
K1P1 10
1.63
1.60
1.80
1.68
1.74
1.77
1.54
1.68
2.70
1.68
1.46
1.95
K1P1 1
1.24
1.15
1.50
1.30
2.00
1.82
2.40
2.07
0.95
0.80
0.90
0.88
K1P1 2
1.21
1.32
1.26
1.26
2.08
1.60
1.50
1.73
1.40
1.03
1.84
1.42
K1P1 3
1.63
1.76
1.79
1.73
1.59
1.09
1.89
1.52
1.57
1.30
2.08
1.65
K1P1 4
1.48
1.41
1.60
1.50
1.71
1.77
1.46
1.65
1.36
1.49
1.83
1.56
K1P1 5
1.73
1.52
1.65
1.63
1.27
1.90
1.23
1.47
1.58
1.53
1.83
1.65
K1P1 6
1.03
1.32
1.10
1.15
1.60
1.61
2.05
1.75
1.26
1.89
1.98
1.71
K1P1 7
1.56
1.68
1.56
1.60
1.90
1.47
1.93
1.77
2.20
1.17
1.51
1.63
K1P1 8
1.10
1.29
1.36
1.25
1.90
2.36
1.90
2.05
2.08
1.14
1.48
1.57
K1P1 9
1.28
1.37
1.65
1.43
2.37
2.02
1.80
2.06
1.61
1.40
1.36
1.46
K1P1 10
1.83
2.32
2.23
2.13
1.70
1.50
1.84
1.68
1.66
1.53
1.56
1.58
K1P1 1
1.72
1.65
1.66
1.68
1.36
1.39
1.69
1.48
1.49
0.93
1.39
1.27
K1P1 2
1.31
1.75
1.62
1.56
1.73
1.27
1.92
1.64
1.60
0.46
1.81
1.29
K1P1 3
2.21
1.56
1.92
1.90
1.62
1.43
2.13
1.73
1.50
1.03
1.11
1.21
K1P1 4
1.70
1.53
1.46
1.56
2.01
1.32
1.08
1.47
1.06
1.26
1.60
1.31
K1P1 5
1.37
1.36
0.90
1.21
1.37
1.40
1.58
1.45
1.43
0.86
1.65
1.31
K1P1 6
1.80
1.46
1.11
1.46
1.46
0.60
3.01
1.69
1.22
1.09
1.40
1.24
K1P1 7
1.73
1.44
2.04
1.74
2.13
1.40
2.73
2.09
1.13
1.00
1.23
1.12
K1P1 8
1.62
1.80
1.65
1.69
1.62
1.26
2.63
1.84
1.52
1.16
1.89
1.52
K1P1 9
1.33
2.42
1.72
1.82
1.48
1.43
2.01
1.64
1.10
0.73
1.70
1.18
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
59
K1P1 10
2.30
2.13
1.96
2.13
1.83
1.32
2.47
1.87
1.53
1.52
1.45
1.50
K1P2 1
2.15
1.56
1.47
1.73
1.70
1.09
1.80
1.53
1.71
1.37
1.33
1.47
K1P2 2
1.75
2.63
1.90
2.09
2.80
2.70
1.56
2.35
1.49
1.16
1.39
1.35
K1P2 3
1.93
1.60
1.61
1.71
1.70
1.80
1.98
1.83
1.79
1.91
1.80
1.83
K1P2 4
1.76
1.38
1.13
1.42
1.49
1.67
1.20
1.45
1.36
0.95
2.20
1.50
K1P2 5
1.02
1.45
2.11
1.53
1.00
1.29
1.72
1.34
1.89
1.41
1.62
1.64
K1P2 6
1.33
1.42
2.02
1.59
2.00
0.93
1.40
1.44
1.76
0.83
2.60
1.73
K1P2 7
1.76
1.83
1.58
1.72
1.60
1.30
1.10
1.33
1.32
1.14
1.36
1.27
K1P2 8
0.95
1.50
1.99
1.48
2.38
1.50
1.70
1.86
1.47
1.43
1.76
1.55
K1P2 9
1.60
1.70
2.05
1.78
1.29
1.32
1.69
1.43
1.79
1.32
2.08
1.73
K1P2 10
1.46
1.00
1.37
1.28
1.39
1.16
1.18
1.24
2.14
1.05
1.08
1.42
K1P2 1
1.86
2.42
2.16
2.15
1.39
1.02
1.49
1.30
1.50
1.03
1.70
1.41
K1P2 2
2.04
1.92
1.68
1.88
2.34
2.56
1.32
2.07
1.96
1.80
1.79
1.85
K1P2 3
1.77
1.37
1.65
1.60
1.13
0.84
2.12
1.36
0.49
1.23
1.14
0.95
K1P2 4
1.54
2.03
1.13
1.57
1.68
1.25
2.05
1.66
1.50
1.02
1.57
1.36
K1P2 5
1.96
1.52
2.30
1.93
1.93
1.79
2.61
2.11
1.33
1.34
1.66
1.44
K1P2 6
1.56
1.79
1.92
1.76
1.57
1.79
2.61
1.99
1.70
0.94
0.97
1.20
K1P2 7
1.35
1.28
1.05
1.23
1.67
1.02
1.42
1.37
1.09
1.08
1.15
1.11
K1P2 8
1.36
1.92
1.70
1.66
1.82
1.05
1.53
1.47
1.53
1.70
1.76
1.66
K1P2 9
1.43
1.52
1.52
1.49
1.72
1.16
1.02
1.30
1.21
1.26
2.43
1.63
K1P2 10
1.64
1.56
1.58
1.59
2.53
1.02
1.69
1.75
1.16
1.06
1.12
1.11
K1P2 1
1.24
1.70
0.84
1.26
1.40
1.07
2.11
1.53
1.50
0.95
0.91
1.12
K1P2 2
1.43
1.90
1.41
1.58
2.70
1.42
0.20
1.44
1.80
0.90
1.25
1.32
K1P2 3
1.40
1.30
2.08
1.59
2.57
1.27
1.40
1.75
1.76
0.72
1.50
1.33
K1P2 4
1.40
1.46
1.84
1.57
1.37
1.69
1.34
1.47
1.22
1.40
1.16
1.26
K1P2 5
1.61
1.73
1.62
1.65
1.40
1.17
3.30
1.96
1.76
0.80
1.04
1.20
K1P2 6
1.25
1.60
2.02
1.62
1.73
1.30
1.49
1.51
1.13
1.29
1.57
1.33
K1P2 7
1.60
1.40
1.20
1.40
1.39
1.01
1.50
1.30
2.18
1.20
1.70
1.69
K1P2 8
2.20
2.07
1.50
1.92
2.11
1.47
2.71
2.10
1.76
0.80
1.43
1.33
K1P2 9
2.10
2.12
1.80
2.01
1.56
1.37
1.56
1.50
1.90
0.79
1.30
1.33
K1P2 10
1.92
1.28
1.09
1.43
2.08
1.80
1.49
1.79
0.52
1.60
0.87
1.00
K2P1 1
1.76
1.51
1.19
1.49
2.05
1.12
2.05
1.74
2.16
1.76
2.28
2.07
K2P1 2
1.30
1.22
1.08
1.20
2.37
1.36
1.65
1.79
1.46
0.76
0.80
1.01
K2P1 3
1.40
1.32
1.23
1.32
1.70
1.18
1.46
1.45
1.32
1.34
1.20
1.29
K2P1 4
1.12
1.91
1.17
1.40
1.86
1.37
2.90
2.04
1.46
0.89
1.05
1.13
K2P1 5
1.98
1.60
1.51
1.70
2.20
2.03
1.70
1.98
1.20
1.64
2.46
1.77
K2P1 6
1.53
2.04
1.70
1.76
1.42
1.14
1.50
1.35
1.60
1.70
2.25
1.85
K2P1 7
1.50
1.34
1.50
1.45
2.80
1.92
1.48
2.07
1.98
1.69
1.28
1.65
K2P1 8
1.08
1.67
2.06
1.60
2.20
1.05
3.38
2.21
1.37
1.32
2.40
1.70
K2P1 9
1.39
2.03
1.78
1.73
1.43
1.61
1.59
1.54
1.27
0.97
3.50
1.91
Layer atas
Layer tengah
Layer bawah
Layer atas
60
K2P1 10
1.14
1.21
1.43
1.26
1.05
2.04
1.64
1.58
2.26
1.30
1.42
1.66
K2P1 1
1.70
1.66
1.90
1.75
2.00
1.98
1.16
1.71
1.87
1.76
1.80
1.81
K2P1 2
1.63
1.95
1.86
1.81
2.00
1.31
2.07
1.79
2.12
1.64
2.20
1.99
K2P1 3
1.30
1.60
1.82
1.57
1.42
1.83
1.40
1.55
1.44
1.05
1.85
1.45
K2P1 4
1.70
1.30
1.64
1.55
1.55
1.86
1.90
1.77
1.89
1.42
1.56
1.62
K2P1 5
1.76
1.96
1.63
1.78
1.13
0.67
1.39
1.06
1.84
1.35
3.32
2.17
K2P1 6
1.43
1.16
1.30
1.30
1.91
2.35
2.40
2.22
1.72
1.02
1.36
1.37
K2P1 7
1.40
1.75
1.30
1.48
1.58
1.08
1.14
1.27
1.19
1.82
1.87
1.63
K2P1 8
1.76
1.92
1.61
1.76
1.46
1.55
1.86
1.62
1.83
1.52
1.36
1.57
K2P1 9
1.03
1.03
1.04
1.03
1.52
1.10
1.73
1.45
1.73
1.01
1.63
1.46
K2P1 10
1.74
1.45
1.59
1.59
1.63
1.83
1.85
1.77
1.28
0.72
1.06
1.02
K2P1 1
1.80
2.09
1.76
1.88
1.27
0.96
1.38
1.20
1.19
1.41
1.45
1.35
K2P1 2
1.82
2.30
2.07
2.06
1.24
1.17
1.40
1.27
0.52
0.85
1.35
0.91
K2P1 3
1.52
1.61
1.69
1.61
1.32
1.53
1.64
1.50
0.55
1.57
1.70
1.27
K2P1 4
1.60
1.56
1.64
1.60
1.56
1.53
0.98
1.36
1.71
1.03
1.56
1.43
K2P1 5
1.81
1.31
1.60
1.57
2.38
2.79
2.04
2.40
1.63
0.90
1.19
1.24
K2P1 6
1.24
1.54
1.59
1.46
0.93
0.57
0.82
0.77
1.95
1.53
1.63
1.70
K2P1 7
1.56
1.65
1.56
1.59
1.86
1.46
1.08
1.47
1.58
1.42
2.16
1.72
K2P1 8
1.93
2.33
2.20
2.15
2.36
1.79
2.23
2.13
2.23
1.55
1.85
1.88
K2P1 9
1.25
1.04
0.04
0.78
2.01
1.18
1.73
1.64
1.89
1.19
1.79
1.62
K2P1 10
1.65
1.29
1.59
1.51
1.56
1.43
1.90
1.63
1.32
1.56
1.40
1.43
K2P2 1
1.67
1.85
1.80
1.77
1.30
1.41
1.29
1.33
1.36
1.00
1.32
1.23
K2P2 2
1.43
1.61
1.76
1.60
1.73
2.02
1.62
1.79
1.51
1.76
1.39
1.55
K2P2 3
1.13
1.76
1.56
1.48
2.17
1.54
1.95
1.89
1.63
1.89
1.80
1.77
K2P2 4
1.57
1.81
1.29
1.56
1.80
1.47
1.48
1.58
1.96
1.16
1.18
1.43
K2P2 5
1.39
2.12
1.54
1.68
1.21
1.09
1.14
1.15
1.60
1.69
2.10
1.80
K2P2 6
2.11
1.28
2.18
1.86
2.10
1.67
1.67
1.81
1.63
1.96
2.80
2.13
K2P2 7
1.87
1.65
1.96
1.83
1.23
1.26
1.67
1.39
1.60
1.09
1.10
1.26
K2P2 8
1.27
1.43
1.36
1.35
1.69
1.22
1.43
1.45
1.29
1.09
0.87
1.08
K2P2 9
1.68
1.76
1.66
1.70
2.81
1.61
1.47
1.96
1.57
0.66
1.56
1.26
K2P2 10
1.96
1.60
1.82
1.79
1.79
2.06
6.50
3.45
1.59
0.90
1.65
1.38
K2P2 1
1.80
1.50
1.50
1.60
2.34
1.70
1.79
1.94
1.50
1.52
2.22
1.75
K2P2 2
1.49
2.02
1.34
1.62
1.93
1.80
1.80
1.84
1.36
1.90
0.94
1.40
K2P2 3
1.90
1.26
1.53
1.56
1.80
1.40
1.80
1.67
1.86
1.30
2.06
1.74
K2P2 4
1.12
1.72
1.53
1.46
2.13
1.07
1.64
1.61
1.46
1.69
1.70
1.62
K2P2 5
1.73
1.63
2.07
1.81
1.02
1.48
2.47
1.66
1.30
1.89
1.20
1.46
K2P2 6
2.62
1.97
1.43
2.01
1.57
1.18
2.36
1.70
1.70
1.83
1.59
1.71
K2P2 7
1.76
2.26
1.63
1.88
2.06
1.99
1.82
1.96
1.20
1.02
1.07
1.10
K2P2 8
1.59
1.62
1.75
1.65
1.30
2.01
1.46
1.59
2.09
1.57
1.37
1.68
K2P2 9
1.78
1.81
1.71
1.77
1.96
1.79
1.54
1.76
2.06
1.13
1.67
1.62
Layer tengah
Layer bawah
Layer atas
Layer tengah
61
K2P2 10
1.57
1.46
1.31
1.45
1.19
1.22
1.21
1.21
1.25
1.05
0.67
0.99
K2P2 1
1.71
1.59
1.97
1.76
1.71
0.71
1.63
1.35
1.19
1.98
1.86
1.68
K2P2 2
1.23
1.96
1.32
1.50
1.76
1.31
1.26
1.44
1.30
1.39
2.81
1.83
K2P2 3
1.17
1.26
1.38
1.27
2.30
1.33
2.02
1.88
1.60
1.30
1.76
1.55
K2P2 4
1.05
1.92
1.58
1.52
1.56
1.46
1.51
1.51
1.29
1.83
1.19
1.44
K2P2 5
1.63
1.39
1.51
1.51
1.09
1.03
1.96
1.36
2.20
1.52
1.14
1.62
K2P2 6
1.36
1.40
1.16
1.31
1.63
1.52
1.74
1.63
1.56
1.06
1.12
1.25
K2P2 7
1.72
1.62
1.54
1.63
2.27
1.37
1.84
1.83
1.08
1.16
1.06
1.10
K2P2 8
0.96
0.76
0.80
0.84
1.74
1.36
1.52
1.54
1.30
1.34
1.32
1.32
K2P2 9
1.05
1.14
1.62
1.27
1.86
2.01
1.96
1.94
2.20
1.50
2.12
1.94
K2P2 10
1.58
1.49
1.63
1.57
3.03
2.76
2.97
2.92
1.67
1.18
2.06
1.64
Layer bawah
62
Lampiran 14. Tabel kerusakan mekanis buah tomat setelah simulasi transportasi Perlakuan K1P1 (1 jam)
K1P2 (1 jam)
K2P1 (1 jam)
K2P2 (1 jam)
K1P1 (3 jam)
K1P2 (3 jam)
K2P1 (3 jam)
K2P2 (3 jam)
Ulangan 1
Total Buah 101
Jumlah rusak 6
(%) Kerusakan 5.941
2
100
8
8
3
101
7
6.931
1
120
15
12.5
2
124
17
13.709
3
122
14
11.475
1
103
23
22.330
2
101
20
19.802
3
103
20
19.418
1
126
31
24.604
2
124
30
24.194
3
127
33
25.984
1
100
16
16
2
100
13
13
3
101
14
13.861
1
123
27
21.951
2
126
28
22.222
3
124
27
21.774
1
103
35
33.981
2
102
37
36.275
3
104
36
34.615
1
127
63
49.606
2
126
56
44.444
3
124
60
48.388
Keterangan: K1P1 : Kemasan karton dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K1P2 : Kemasan karton tanpa bahan pengisi K2P1 : Kemasan peti kayu dengan bahan pengisi lembaran kertas koran K2P2 : Kemasan peti kayu tanpa bahan pengisi
63