Emy Rahmawati KAJIAN NILAI TAMBAH PRODUK AGRIBISNIS KEDELAI PADA USAHA ANEKA TAHU MAJU LESTARI DI KECAMATAN LANDASAN ULIN, KOTA BANJARBARU STUDY ON ADDED VALUE OF SOYBEAN AGRIBUSINESS PRODUCT AT “MAJU LESTARI” TOFU INDUSTRY IN LANDASAN ULIN DISTRICT, BANJARBARU CITY Emy Rahmawati Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNLAM Jl. Jend. A. Yani Km.36 PO Box 1028 Banjarbaru 70714
ABSTRACT The purposes of this research are to: 1 analyse costs, revenue, profit and feasibility of tofu industry, 2. determine Break Even Point (BEP), and 3. analyse added value of processed soybean (tofu). The results showed that total costs, revenue and profit per year are Rp 1,031,633,850, Rp 1,171,118,000, and Rp 139,484,150. Revenue Cost Ratio (RCR) is 1.14. To attain BEP, the industry should produce 13,252 kg and minimum sales value is Rp 94,796,503. Total added value received per year is Rp 267,308,150, or Rp 1,302 per kg of soybean. Key words : costs, revenue, profit, RCR, BEP, Added Value ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1 Menganalisis biaya, penerimaan, keuntungan, dan kelayakan dari usaha pengolahan tahu, 2. Menghitung titik impas/Break Even Point (BEP), serta 3. Menganalisis nilai tambah dari proses pengolahan tahu. Biaya total, penerimaan dan keuntungan selama setahun masing-masing sebesar Rp 1.031.633.850, Rp 1.171.118.000, dan Rp 139.484.150, serta nilai RCR sebesar 1,14. Untuk mencapai titik impas, perusahaan harus memproduksi tahu sebesar 13.252 kg dengan nilai penjualan minimal sebesar Rp 94.796.503. Nilai tambah yang diperoleh selama setahun sebesar Rp 267.308.150 , dengan nilai tambah per kg kedelai sebesar 1302 /kg. Kata kunci : biaya, penerimaan, keuntungan, RCR, BEP, Nilai tambah PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan agribisnis memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia ke depan. Selain merupakan sektor ekonomi utama dalam pembangunan ekonomi daerah, pembangunan agribisnis juga merupakan cara mendayagunakan keunggulan komparatif yang dimiliki Indonesia sebagai negara agraris sehingga menjadi keunggulan kompetitif. Demi terciptanya percepatan pembangunan sektor pertanian sebagai basis kegiatan ekonomi utama rakyat dalam sistem ekonomi kerakyatan, maka pengembangannya tidak bisa lagi hanya mengandalkan kegiatan pada on-farm saja. Diperlukan adanya terobosan pengintegrasian sistem agribisnis yang memungkinkan terciptanya nilai tambah (value added) yang berarti bagi setiap komoditi sektor pertanian.
214
Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang menghasilkan produk pertanian di tingkat primer, maka kaitannya dengan industri dapat berkaitan ke belakang maupun ke depan. Sebagai salah satu subsistem agribisnis, kegiatan agroindustri mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan di Indonesia, jika tindakan kebijakan terhadap komoditas ini dilakukan secara tepat. Salah satu contoh dari agroindustri yang sekarang berkembang adalah industri pengolahan kedelai. Pada umumnya kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam produk agribisnis yakni produk pengolahan makanan, yang cukup dominan adalah dalam bentuk produk pengolahan tahu. Industri ini mempunyai prospek yang cukup cerah. Selain pembuatannya dapat dilakukan dengan cara
Agroscientiae ISSN 0854-2333
Kajian nilai tambah produk…… sederhana juga karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Industri pengolahan tahu banyak terdapat di kota Banjarbaru, dan jumlahnya relatif lebih banyak dibandingkan kota-kota lainnya di Kalimantan Selatan. Dengan melihat tersebarnya pabrik tahu di atas, dirasa perlu melakukan telaah atau penelitian tentang penyelenggaraan produk agribisnis tahu ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menganalisis nilai pembiayaan, penerimaan, keuntungannya serta kelayakan dari usaha pengolahan tahu, 2. Menghitung titik impas/Break Even Point (BEP) dari penyelenggaraan usaha pengolahan tahu, serta 3. Menganalisis nilai tambah dari proses pengolahan kedelai menjadi tahu. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Banjarbaru dengan menetapkan usaha pengolahan kedelai sebagai sampel yang dipilih. Dari pengolahan kedelai yang terdapat di Banjarbaru, paling banyak merupakan usaha pengolahan tahu, karena itu dipilih usaha pengolahan tahu dengan melakukan telaah pada Aneka Tahu Maju Lestari. Pabrik pengolahan tahu ini terletak di Kelurahan Landasan Ulin Kota Banjarbaru, sedangkan untuk melayani konsumen atau pembeli usaha ini memiliki toko yang terletak di Jalan. A. Yani. Km. 21 Landasan Ulin Banjarbaru. Waktu penelitian di mulai pada bulan April sampai dengan Juli 2007. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dari wawancara langsung dengan pemilik usaha pengolahan tahu dengan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dinas atau instansi yang terkait serta literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini. Analisis Data Untuk menjawab tujuan pertama yaitu menganalisis nilai pembiayaan, penerimaan, keuntungan serta kelayakan dari usaha pengolahan tahu selama setahun terakhir maka diadakan analisis sebagai berikut: Untuk mengetahui besarnya biaya dari usaha pengolahan tahu maka secara sistematis dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut
Dimana : TC = Biaya Total / Total Cost (Rp) selama setahun FC = Biaya Tetap / Fixed Cost (Rp) selama setahun VC = Biaya Variabel / Variable Cost (Rp) selama setahun Besarnya penerimaan yang diperoleh oleh pengerajin tahu dapat dipengaruhi oleh besarnya produksi dan harga jual dari tahu yang dihasilkan. Untuk mengetahui besarnya penerimaan, maka secara sistematis dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Y . PY Dimana : TR = Penerimaan Total / Total Revenue (Rp) selama setahun Y = Jumlah tahu (kg) selama setahun Py = Harga rata-rata tahu (Rp/kg) selama setahun Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh maka secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : ∏ = TR – TC Dimana : ∏ = Keuntungan / laba (Rp) selama setahun TR = Penerimaan Total / Total Revenue (Rp) selama setahun TC = Biaya Total / Total Cost (Rp) selama setahun Untuk mengetahui tingkat kelayakan suatu usaha digunakan analisis RCR (Revenue Cost Ratio). Secara matematis dituliskan sebagai berikut : Total Revenue (Rp) RCR = Total Cost (Rp) Dimana : RCR > 1 maka usaha tersebut menguntungkan RCR = 1 maka usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi RCR < 1 maka usaha tersebut tidak menguntungkan Untuk menjawab tujuan kedua yaitu menentukan titik impas (Break Even point) dari penyelenggaraan usaha tahu dapat di analisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Berdasarkan unit output: FC BEP (Q)
=
TC = FC + VC
Agroscientiae
(P – AVC)
Nomor 3 Volume 16 – Desember 2009
215
Emy Rahmawati Dimana : (Q) = Jumlah (kg) P = Harga jual (Rp/kg) AVC = Biaya Variabel Rata-rata/Average Variable Cost (Rp/kg) FC = Biaya Tetap/Fixed Cost (Rp) Titik impas dalam satuan rupiah dapat ditunjukkan sebagai berikut : FC BEP (Rp) = VC (1 – ) S Dimana : Rp = Rupiah S = Nilai dari Volume penjualan (Rp) VC = Biaya Variabel/Variable Cost (Rp) FC = Biaya Tetap/Fixed Cost (Rp) Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu menganalisis nilai tambah dapat dihitung dengan rumus : Nilai tambah = Nilai output - A - B Dimana: A = Bahan baku B = Sumbangan input lain HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya, Penerimaam dan Keuntungan 1. Komponen Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan suatu usaha. Faktor biaya ini akan menentukan berhasil atau tidaknya usaha yang kita lakukan karena biaya ini pula yang menentukan apakah suatu usaha itu menguntungkan atau merugikan. Komponen biaya dalam penyelenggaraan usaha ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel. a. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang senantiasa akan dikeluarkan dalam proses produksi, tanpa memandang besar kecilnya atau tinggi rendahnya output yang akan dihasilkan. Komponen biaya yang termasuk biaya tetap pada usaha pengolahan tahu ini terdiri dari : 1. Biaya penyusutan aktiva tetap 2. Biaya pembayaran pajak yang meliputi pajak Bumi dan Pembangunan (PBB). Perincian mengenai biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan “Aneka Tahu Maju Lestari” dapat dilihat pada Tabel 1.
216
Tabel 1. Jumlah biaya tetap pada usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006 Table 1. Number of fixed costs at effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari " during the year 2006 No
Komponen Biaya
1. 2.
Biaya penyusutan aktiva tetap Biaya pajak bumi dan bangunan Total Biaya Tetap
Total Biaya (Rp) 12.085.000
Persentase
200.000 12.285.000
1,63 100,00
98,37
Pada Tabel 1 terlihat bahwa komponen biaya tetap yang terbesar adalah biaya penyusutan aktiva tetap atau sebesar 98,37 %, sedang biaya pajak bumi dan bangunan hanya sebesar 1,63 %. b. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya mempunyai hubungan erat dengan besar kecilnya atau tinggi rendahnya output yang diperoleh. Komponen biaya yang termasuk biaya variabel usaha pengolahan tahu ini meliputi biaya untuk pembelian bahan baku yang berupa kedelai, cuka makan, kayu bakar, upah tenaga kerja, transportasi, pemeliharaan gudang, mobil, pembayaran listrik dan telepon. Untuk melihat jumlah dan persentase biaya variabel per komponen biaya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah dan persentase biaya variabel per komponen biaya pada usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006 Table 2. Number of and variable cost percentages per component expense of at effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari " during the year 2006 No
Komponen Biaya
1. 2.
Biaya bahan baku Biaya bahan penolong • Kayu bakar • Minyak tanah Biaya tenaga kerja Biaya listrik Total
3. 4.
Total Biaya (Rp) 821.012.000
Persentase
53.200.000 412.850 127.624.000 17.100.000 1.019.348.850
5,22 0,04 12,52 1,68 100,00
80,54
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa komponen biaya variabel yang terbesar adalah biaya pembelian bahan baku yaitu sebesar Rp 821.012.000 atau mencapai 80,54 %. Sedangkan untuk biaya variabel yang terkecil adalah biaya pembelian minyak tanah yaitu sebesar Rp 412.850 atau sebesar 0,04 % dari total biaya variabel.
Agroscientiae ISSN 0854-2333
Kajian nilai tambah produk…… c. Biaya Total Biaya total adalah penjumlahan dari total biaya tetap dengan total biaya variabel. Pada usaha pengolahan tahu ini biaya tetapnya sebesar Rp 12.285.000, sedangkan biaya variabel sebesar Rp 1.019.348.850, sehingga total biaya yang dapat dihitung sebagai beikut : TC = FC + VC = Rp 12.285.000 + Rp 1.019.348.850 = Rp 1.031.633.850 2. Penerimaan Penerimaan pada hakikatnya adalah hasil penjualan produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga produk tersebut. Dari produk yang dihasilkan, perusahaan menjual dengan tiga kriteria yaitu 1) tahu dijual dengan ukuran tipis, 2) tahu dijual dengan ukuran tebal dalam bentuk papan, dan 3) tahu dengan ukuran tebal yang dijual dalam kemasan besek. Jumlah penerimaan dari usaha pengolahan tahu ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Jumlah penerimaan usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006 Table 3 Number of acceptance receivings of effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari" during the year 2006 Keterangan
Tahu Tipis (Rp)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah
21.340.000 16.720.000 18.700.000 18.810.000 19.030.000 17.820.000 22.110.000 18.480.000 12.870.000 8.470.000 14.520.000 15.620.000
Tahu Tebal (Rp) 48.400.000 34.848.000 39.248.000 40.458.000 40.370.000 37.026.000 39.248.000 42.548.000 25.190.000 21.670.000 20.064.000 22.308.000
Besek (Rp)
Total
74.500.000 46.000.000 52.500.000 56.750.000 55.250.000 48.500.000 52.500.000 48.000.000 22.500.000 12.750.000 40.000.000 46.000.000
144.240.000 97.568.000 110.448.000 116.018.000 114.650.000 103.346.000 113.858.000 109.028.000 60.560.000 42.890.000 74.584.000 83.928.000 1.171.118.000
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa penerimaan usaha pengolahan tahu ini selama setahun yaitu sebesar Rp 1.171.118.000. Untuk penerimaan yang paling besar pada bulan Januari sebesar Rp 144.240.000. Penerimaan besar dikarenakan banyaknya penjualan yang cukup tinggi pada saat hari-hari libur pada bulan Januari. Sedangkan penerimaan yang terendah terjadi pada bulan Oktober sebesar Rp 42.890.000. Penerimaan menurun diakibatkan karena pada saat itu bertepatan dengan bulan puasa, sehingga permintaan akan tahu menurun.
Agroscientiae
3. Keuntungan Keuntungan atau laba merupakan selisih antara nilai penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan dalam penyelenggaraan kegiatan produksi. Untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha pengolahan tahu maka secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : ∏ = TR - TC Dari hasil penelitian diperoleh total penerimaan sebesar Rp 1.171.118.000, dengan biaya variabel total sebesar Rp 1.019.348.850, dan biaya tetap total Rp 12.285.000, maka besarnya keuntungan perusahaan pengolahan tahu selama setahun adalah : = Rp 1.171.118.000 - (Rp 1.019.348.850 + Rp 12.285.000 ) = Rp 1.171.118.000 - 1.031.633.850 = Rp 139.484.150 Bila dirata-ratakan perbulannya keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp 11.623.679. Sedangkan jika keuntungannya dihitung berdasarkan per kg kedelai maupun per kg tahu, maka diperoleh keuntungan sebesar Rp 680 /kg kedelai dan sebesar Rp 463 /kg tahu. Analisis Titik Impas (Break Even Point) Perusahaan dikatakan dalam keadaan break even apabila usahanya pada periode tertentu jumlah antara biaya tetap dan biaya variabel sama dengan penerimaan totalnya. Keadaan ini mengartikan perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak pula memperoleh laba (dalam keadaan keseimbangan). Titik keseimbangan biasanya dinyatakan dalam bentuk grafik, karena tidak hanya menunjukkan dimana tidak untung atau tidak rugi, akan tetapi juga menunjukkan kemungkinan yang berhubungan dengan perubahan biaya atau hasil penjualan. Analisis Break Even Point dapat digunakan sebagai profit planning yaitu merencanakan keuntungan yang akan diperoleh dalam usaha produksi, atau dapat berfungsi sebagai controlling (pengawasan) dalam produksi yaitu pada jumlah produksi berapakah perusahaan akan mencapai break even. Titik impas tidak sebagai tujuan operasi perusahaan tetapi berusaha mencapai volume produksi/penjualan sebesar mungkin di atas titik impas. Analisis break even penting untuk mengetahui pada tingkat produksi/penjualan berapa jumlah biaya total sama dengan penerimaan total, sehingga memudahkan pimpinan untuk mengambil kebijaksanaan dalam menentukan tingkat produksi/volume penjualan agar keuntungan yang diharapkan dapat tercapai.
Nomor 3 Volume 16 – Desember 2009
217
Emy Rahmawati Nilai dari volume penjualan berdasarkan hasil produksi, biaya tetap, biaya variabel, biaya per unit dan harga per unit tahu dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4.
Table 4.
Volume penjualan berdasarkan hasil produksi, biaya tetap, biaya variabel, biaya variabel per unit dan harga per unit pada usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006 Volume of trading based on result of production, fixed cost, variable cost, variable cost per unit and the price of per unit at effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari " during the year 2006
No
Nilai dari Volume penjualan
2.
Berdasarkan Hasil Produksi (S) Biaya Tetap (FC) Biaya Variabel (VC) Biaya per Kg (AVC) Harga per Kg (P)
12.285.000 1.019.348.850 5.148
5.
5.893
Jumlah produksi minimal dan penjualan minimal agar pengusaha mencapai tingkat break even dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Berdasarkan jumlah produksi minimal yang harus dihasilkan 2. Berdasarkan jumlah penjualan minimal dalam rupiah Tingkat break even yang terjadi pada usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006, berdasarkan jumlah produksi minimal yang dihasilkan dan jumlah penjualan minimal dalam rupiah dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Tingkat break even pada usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006. Table 5. Level of break even at effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari " during the year 2006.
1.
Break Even Point (BEP) Berdasarkan minimal (kg)
jumlah
produksi
Berdasarkan minimal (Rp)
jumlah
penjualan
2.
218
Table 6.
1.171.118.000
4.
No
Tabel 6.
Jumlah (Rp) Tahun 2006
Uraian
1.
3.
Kelayakan Usaha Analisis Revenue Cost Ratio (RCR) dapat digunakan untuk mengetahui apakah usaha yang diselenggarakan memiliki tingkat keuntungan yang tinggi atau tidak, dan juga untuk mengetahui apakah usaha tersebut layak atau tidak.. RCR diperoleh dari perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total yang meliputi biaya variabel dan biaya tetap. Perhitungan RCR dari usaha ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Nilai Tahun 2006 13.252 94.796.503
Nilai revenue cost ratio dan usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006. Value revenue cost ratio and effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari " during the year 2006. Keterangan
Jumlah
Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) CR
1.171.118.000 1.031.633.850 1,14
Dari Tabel 6 diketahui bahwa usaha pengolahan tahu memiliki nilai RCR sebesar 1,14. Hal ini menggambarkan bahwa usaha pengolahan tahu memiliki keuntungan relatif, karena dalam setiap satu rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi satu satuan pengolahan tahu diperoleh imbalan sebesar 0,14 rupiah. Ini berarti usaha pengolahan tahu pada “Aneka Tahu Maju Lestari” dapat dikatakan menguntungkan dan layak. Dari nilai RCR tersebut dapat diketahui keuntungan yang diterima oleh pengusaha adalah senilai 14 % dari total biaya produksi Nilai Tambah Nilai tambah menyatakan besarnya nilai yang diperoleh dari proses pengolahan yang dilakukan oleh Aneka Tahu Maju Lestari yaitu dari bahan baku kedelai menjadi tahu. Besarnya nilai tambah ini tidak seluruhnya menyatakan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, karena masih mengandung imbalan terhadap pemilik faktor produksi lain dalam proses pengolahan yaitu sumbangan input lain. Besarnya nilai output produk dipengaruhi oleh besarnya bahan baku, sumbangan input lain, dan keuntungan. Maka nilai tambah dapat dihitung sebagai berikut : Nilai tambah = Nilai Output – Sumbangan Input Lain – Bahan Baku Untuk lebih jelasnya nilai tambah yang diperoleh usaha pengolahan tahu ini selama tahun 2006 dapat dilihat pada Tabel 7.
Agroscientiae ISSN 0854-2333
Kajian nilai tambah produk…… Tabel 7. Table 7.
Nilai tambah pada usaha pengolahan tahu “Aneka Tahu Maju Lestari” selama tahun 2006. Added value at effort for processing topu " Aneka Tahu Maju Lestari " during the year 2006.
No 1.
Komponen
Bahan Baku (Kedelai) (205.253 kg) 2. Sumbangan Input Lain Nilai Output Nilai Tambah Nilai Tambah per kg Kedelai
Nilai (Rp) 821.012.000 82.797.850 1.171.118.000 267.308.150 1302
Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh dari usaha pengolahan tahu pada “Aneka Tahu Maju Lestari” sebesar Rp 267.308.150. Untuk nilai tambah per kg kedelai setelah mengalami pengolahan menjadi tahu diperoleh sebesar Rp 1302 /kg. SIMPULAN 1. Biaya total, penerimaan dan keuntungan yang dikeluarkan usaha pengolahan tahu selama satu tahun masing-masing sebesar Rp 1.031.633.850, Rp 139.484.150, dan Rp 11.623.679, dan bila dianggap setiap hari berproduksi maka akan menghasilkan keuntungan rata-rata per hari sebesar Rp 387.456. Jika keuntungannya dihitung berdasarkan per kg kedelai diperoleh sebesar Rp 680 /kg, sedangkan untuk per kg tahu diperoleh Rp 463 /kg. Nilai RCR sebesar 1,14. Ini berarti usaha pengolahan tahu pada “Aneka tahu Maju Lestari” dapat dikatakan menguntungkan dan layak. 2. Untuk mencapai titik impas, usaha pengolahan tahuharus memproduksi tahu sebesar 13.252 kg dengan nilai penjualan minimal sebesar Rp 94.796.503. 3. Nilai tambah yang diperoleh selama setahun sebesar Rp 267.308.150 . Untuk nilai tambah per kg kedelai diperoleh sebesar 1302 /kg.
(UKM) antara lain dengan membantu memberikan pinjaman kredit dengan tingkat bunga rendah. DAFTAR PUSTAKA BPS Provinsi Kalsel. 2003. Indikator Industri Besar dan Sedang Kalimantan Selatan. BPS Banjarmasin. Downey, W. David., Steven P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Alih Bahasa oleh Rochidayat Ganda dan Alfonsus Sirait. Penerbit Erlangga. Jakarta. Febrianti, Santi. 2007. Analisis Biaya dan Keuntungan Usaha Pengolahan Tahu Pada Perusahaan Adi Karya Kelurahan Skripsi. Keraton Kabupaten Banjar. Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Sarwono, B dan Saragih Pieter Yan. 2001. Membuat Aneka Tahu. Penerbit: Penebar Swadaya Jakarta. Saragih, Bungaran. 1998. Agribisnis; Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Penerbit: PT. Surveyor Indonesia. Jakarta Sudaryanto, Tahlim., Effendi Pasandaran, dan Achmad Djauhari. 1993. Perspektif Pengembangan Agribisnis di Indonesia. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.
SARAN Melihat potensi pasar yang cukup mendukung maka perlu upaya untuk meningkatkan daya saing dengan tetap mempertahankan dan meningkatkan kualitas produk tahu serta melakukan terobosan baru sehingga menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi lagi. Diperlukan dukungan pemerintah dalam mengembangkan Usaha Kecil Menengah
Agroscientiae
Nomor 3 Volume 16 – Desember 2009
219
Emy Rahmawati
220
Agroscientiae ISSN 0854-2333