ANALISIS NILAI TAMBAH PADA INDUSTRI ABON DAN DENDENG SAPI DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA Arista Heny Untari, Eny Lestari, Erlyna Wida Riptanti Program Studi Agribisnis Universitas Sebelas Maret E-mail:
[email protected] Telp. 085742494995 Abstract: This research aims to determine the value added per raw material and per worker industry of shredded beef and jerkybeef in Jebres, Surakarta; the difference is statistically on value added per raw material and per worker between industry of shredded beef and jerkybeef in Jebres, Surakarta; determine cost, revenue, profit, and efficiency of industry of shredded beef and jerky beef in Jebres, Surakarta. The basic method of this research is descriptive analytic method. Methods of location selection research is purposive, namely Surakarta. Techniques correspond with the census method. The results showed that (1) value added per raw material for shredded beef Rp 17.323,76, while the value added per raw material for jerky beef Rp 19.120,63, value added per worker in industry shredded beef Rp 8.953,57, while the value added per worker in industry of jerkybeef Rp 5.823,70, (2) value added per worker between shredded beef and jerky beef is not significant. Value added per raw materials between shredded beef and jerky beef are not significant. (3) total cost to the industry shredded beef Rp 68.889.848,13/month, while jerky beef Rp 5.003.506,70/month; revenue in industry shredded beef Rp 76.686.666,67/month, while jerky beef Rp 6.127.500,00/month; profit on shredded beef industry is Rp 7.796.818,54/month, while beef jerky Rp 1.123.993,31/month; the efficiency in industry shredded beef 1,14, while jerkybeef industry 1,16. Keywords: Value Added, Shredded Beef, Jerky Beef, Jebres, Surakarta Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta; perbedaan secara statistik nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja antara industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta; besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan efisiensi usaha pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Metode dasar penelitian ini adalah adalah metode deskriptif analitik. Metode dasar penelitian ini adalah adalah metode deskriptif analitik. Metode pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, yaitu Kota Surakarta. Teknik pengambilan responden dengan metode sensus, yaitu semua subyek penelitian dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai tambah per bahan baku pada industri abon sapi Rp 17.323,76, sedangkan nilai tambah per bahan baku pada industri dendeng sapi Rp 19.120,63;nilai tambah per tenaga kerja pada industri abon sapi sebesar Rp 8.953,57, sedangkan nilai tambah per tenaga kerja pada industri dendeng sapi sebesar Rp 5.823,70; (2) industri abon sapi maupun dendeng sapi memiliki nilai tambah per bahan baku yang tidak berbeda nyata, industri abon sapi maupun dendeng sapi memiliki nilai tambah per tenaga kerja yang tidak berbeda nyata. (3) biaya total pada industri abon sapi sebesar Rp 68.889.848,13/bulan, sedangkan dendeng sapi Rp 5.003.506,70/bulan; penerimaan pada industri abon sapi sebesar Rp 76.686.666,67/bulan, sedangkan dendeng sapi Rp 6.127.500,00/bulan;keuntungan pada industri abon sapi sebesar Rp 7.796.818,54/bulan, sedangkan dendeng sapi Rp 1.123.993,31/bulan; efisiensi usaha pada industri abon sapi sebesar 1,14, sedangkan dendeng sapi 1,16. Kata kunci: Nilai Tambah, Abon Sapi, Dendeng Sapi, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta
rusak. Oleh karena itu, diperlukan PENDAHULUAN Subsektor peternakan yang pengolahan produksi pertanian merupakan bagian dari sektor tersebut, dalam hal ini adalah pertanian masih merupakan sektor agroindustri. Menurut Habibie, et. al. strategis dalam menopang (1995), agroindustri sebagai perekonomian regional maupun subsistem pertanian mempunyai nasional. Menurut Dinas Peternakan potensi sebagai pendorong Propinsi Jawa Tengah dalam rencana pertumbuhan kawasan ekonomi, strategis 2008-2013, pembangunan karena memiliki peluang pasar yang peternakan memiliki peran yang lebih luas dan nilai tambah (value sangat besar dalam perekonomian added) yang besar. Selain itu, nasional maupun regional Jawa pengembangan agroindustri dapat Tengah, melalui pencapaian Produk menjadi “pintu masuk” (entry point) Domestik Regional Bruto (PDRB), proses transformasi struktur ekonomi sumber devisa melalui ekspor, dari pertanian ke industri. penyediaan bahan pangan dan bahan Nilai tambah terhadap produk baku industri, pengentasan hasil pertanian diperoleh dari adanya kemiskinan melalui penyediaan proses pengolahan. Industri lapangan kerja dan juga memiliki pengolahan di Kota Surakarta kontribusi yang tidak langsung, yaitu memberikan kontribusi yang besar mampu menciptakan efek domino terhadap perekonomian di kota (multiplier effect). tersebut. pada Tabel 1 berikut. Mengingat bahwa hasil-hasil petanian memiliki sifat yang mudah Tabel 1. Persentase Distribusi Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan (PDRB ADHK) 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sektor Pertanian Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
Sumber : BPS Kota Surakarta 2012 Sektor industri pengolahan dibagi dalam 9 subsektor. Kontribusi sektor industri pengolahan Kota Surakarta PDRB ADHK 2000 Tahun
Tahun 2010 (%) 2011 (%) 0,06 0,05 0,04 0,03 25,02 24,26 2,34 2,38 13,17 13,25 26,80 27,10 10,08 10,16 10,17 10,49 12,34 12,27
2010-2011 didominasi oleh sub sektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 2 berikut.
Tabel 2. Persentase Distribusi Sektor Industri Pengolahan PDRB ADHK 2000 Kota Surakarta Tahun 2010-2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Tahun
Sub Sektor
2010 (%) 10,99 4,04 1,57 2,95 0,21 0,44 0,00 1,54 3,29
Makanan, minuman, dan tembakau Tekstil, barang kulit, dan alas kaki Barang kayu dan hasil hutan lain Kertas, barang cetakan Pupuk, kimia, dan barang dari karet Semen dan barang bukan logam Logam dasar, besi, dan baja Alat angkutan, mesin, dan peralatan Barang lainnya
2011 (%) 10,62 3,97 1,47 2,88 0,20 0,44 0,00 1,51 3,17
Sumber: BPS Kota Surakarta 2012 Abon dan dendeng merupakan Surakarta, mengingat bahwa Kota produk dari sub sektor makanan Surakarta menjadi salah satu kota minuman, dan tembakau. Abon dan tujuan wisata. Banyaknya usaha dendeng sapi sama-sama berbahan pengolahan daging sapi segar baku dari hasil peternakan. Usaha menjadi abon maupun dendeng sapi, pengolahan abon dan dendeng sapi dapat dilihat di Tabel 3 berikut. ini banyak dikembangkan di Kota Tabel 3. Banyaknya Usaha Hasil Olahan Ternak di Kota Surakarta Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4.
Jenis Olahan Abon Dendeng Rambak Daging Giling Jumlah
2007 6 4 6 7 23
Sumber : BPS Kota Surakarta Tahun 2012 Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai nilai tambah dari daging sapi sebagai bahan baku abon dan dendeng di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji besarnya nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta, membandingkan nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja antara industri abon sapi dan industri menjadi dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta, mengetahui dan mengkaji besarnya biaya, penerimaan, keuntungan, dan
2008 6 4 6 7 23
2009 6 4 6 7 23
2010 5 3 6 8 22
2011 10 5 5 10 30
efisiensi usaha pada industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Pengambilan lokasi daerah penelitian ini secara purposive. Metode pengambilan responden untuk industri abon sapi dan dendeng sapi dalam penelitian ini dengan metode sensus. Metode Analisis Data Nilai Tambah Bruto NTb = NA-BA ...................... (1) NTb = Na – (Bb+Bp) ............ (2) Keterangan :
BA adalah biaya antara (Rp), Na adalah nilai produk akhir (Rp), Bb adalah biaya bahan baku (Rp),Bp adalah biaya bahan penolong (Rp). Nilai Tambah Netto(NTn) NTn = NTb – NP ................... (3) nilai awal nilai sisa NP umur ekonomis (4) Keterangan : NTb adalah nilai tambah bruto (Rp), NP adalah nilai penyusutan (Rp), NTn adalah nilai tambah netto (Rp). Nilai Tambah per Bahan Baku NTbb = NTb :∑bb .................(5) Keterangan : NTbb adalah nilai tambah per bahan baku yang digunakan (Rp/kg), NTb adalah nilai tambah bruto (Rp), ∑bb adalah jumlah bahan baku yang digunakan (kg). Menghitung Nilai Tambah per Tenaga Kerja (NTtk) NTtk = NTb : ∑TK .............. (6) Keterangan: NTtk adalah nilai tambah per tenaga kerja (Rp/JKO), NTb adalah nilai tambah bruto (Rp), ∑TK adalah jumlah jam kerja (JKO) (Tarigan , 2004) Uji Statistik untuk Perbandingan Nilai Tambah Pengolahan Daging Sapi (t-test) Menurut M. Iqbal (2003) langkahlangkah dalam pengujian perbedaan nilai tambah adalah sebagai berikut: Formulasi H0 dan H1. Hipotesis: H0 : ̅ ̅ artinya tidak ada perbedaan yang nyata nilai tambah per bahan baku atau nilai tambah per tenaga kerja antara industri abon sapi dan ̅ industri dendeng sapi. H1 : ̅ artinya ada perbedaan yang nyata nilai tambah per bahan baku atau nilai tambah per tenaga kerja antara
industri abon sapi dan industri dendeng sapi. Menentukan level of significance. Dalam penelitian ini digunakan α= 0.05. Nilai t tabel = t(α/2) Rule of the test. H0 diterima apabila – t(α/2) ≤ t0 ≤ t(α/2). H0 ditolak apabila t0 > t(α/2) atau t0 < -t(α/2). Uji statistik ̅ (
√
)
̅
(
(
)
Xi X n
S
(7) )
2
i t
n 1 Dimana : (8) Keterangan: X 1 adalah rata-rata nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi abon sapi (Rp/Kg), X 2 adalah rata-rata nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi dendeng sapi (Rp/Kg), S12 adalah varian nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi abon sapi, S22 adalah varian nilai tambah per bahan baku pada pengolahan daging sapi menjadi dendeng sapi, n1 adalah jumlah responden pengolah daging sapi menjadi abon sapi, n2 adalah jumlah responden pengolah daging sapi menjadi dendeng sapi. Kesimpulan. Diterimanya H0 atau ditolaknya H0. Menghitung keuntungan usaha π = TR – TC ....................... (9) Keterangan : πadalah keuntungan usaha pengolahandaging sapi menjadi abon sapi atau dendengsapi (Rp/bulan), TR adalah penerimaan total usaha pengolahan daging sapi menjadi abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan), TC adalah biaya total
usaha pengolahan daging sapi abon sapi atau dendeng sapi menjadi abon sapi atau dendeng sapi (Rp/bulan), P adalah harga produk (Rp/bulan. abon sapi atau dendeng sapi Untuk biaya total dapat dihitung (Rp/kemasan), Q adalah jumlah dengan menggunakan rumus sebagai produk abon sapi atau dendeng sapi berikut : kemasan/bulan. TC = TFC + TVC ............... (10) Efisiensi usaha pengolahan Keterangan : pengolahan daging sapi menjadi TC adalah biaya total usaha abon sapi atau dendeng sapi pengolahan daging sapi menjadi Diketahui dengan menggunakan abon sapi atau dendeng sapi rumus R/C rasio sebagai berikut : (Rp/bulan), TFC adalah biaya tetap R/C ratio: .......................... (12) usaha pengolahan daging sapi Kriteria : menjadi abon sapi atau dendeng sapi R/C rasio >1 berarti usaha (Rp/bulan), VC adalah biaya variabel pengolahan daging sapi menjadi usaha pengolahan daging sapi abon sapi atau dendeng sapi efisien, menjadi abon sapi atau dendeng sapi R/C rasio = 1 berarti usaha (Rp/bulan). pengolahan daging sapi menjadi Untuk menghitung penerimaan dapat abon sapi atau dendeng sapi belum dihitung dengan menggunakan efisien atau usaha mencapai titik rumus sebagai berikut : impas, R/C rasio < 1 berarti usaha TR = Q x P ......................... (11) pengolahan daging sapi menjadi Keterangan : abon sapi atau dendeng sapi tidak TR adalah penerimaan total usaha efisien. pengolahan daging sapi menjadi Identitas rata-rata sepuluh HASIL PENELITIAN DAN responden produsen abon sapi dan PEMBAHASAN dendeng sapi dapat dilihat pada Identitas Responden Industri Tabel 4. Abon dan Dendeng Sapi Tabel 4. Identitas Responden pada Industri Abon Sapi dan Industri Dendeng Sapi No 1. 2. 3. 4. 5.
Uraian Umur (th) Lama pendidikan (th) Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha (orang) Lama mengusahakan (th)
Sumber: Analisis Data Primer Rata-rata umur responden abon sapi adalah 49,83 tahun, sedangkan dendeng sapi 55,50 tahun. Rata-rata lama pendidikan yang telah ditempuh oleh produsen abon sapi adalah 13,17 tahun atau setara dengan SMA. Rata-rata lama pendidikan yang telah ditempuh oleh
Rata-rata Abon Sapi 49,83 13,17 5,00 1,00 18,17
Dendeng Sapi 55,50 14,00 4,00 1,00 18,00
produsen dendeng sapi adalah 14 tahun atau setara dengan SMA. Ratarata jumlah anggota keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang aktif dalam produksi abon sapi maupun dendeng sapi sebanyak 1 orang. Rata-rata industri abon sapi telah dijalankan selama 18,17 tahun. Sedangkan,
kegiatan usaha dendeng sapi rata-rata Besarnya analisis nilai tambah usaha ini telah dijalankan selama 18 pada industri abon sapi dan dendeng tahun. sapi dapat dilihat pada Tabel 5. Analisis Nilai Tambah pada Industri Abon dan Dendeng Sapi Tabel 5. Analisis Rata-rata Nilai Tambah Industri Abon dan Dendeng Sapi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Uraian Nilai akhir (NA) (Rp) Biaya antara (BA) (Rp) Nilai tambah bruto (NTb) (1-2) (Rp) Nilai penyusutan (NP) (Rp) Nilai tambah netto (NTn) (3-4) (Rp) Jumlah bahan baku yang digunakan (Kg) Nilai tambah per bahan baku (NTbb) (3:6) (Rp/Kg) Jumlah jam kerja yang digunakan (JKO) Nilai tambah per tenaga kerja (NTtk) (3:8) (Rp/JKO)
Sumber : Analisis Data Primer Tabel 5 menunjukkan analisis nilai tambah yang meliputi nilai tambah bruto, nilai tambah netto, nilai tambah per bahan baku, dan nilai tambah per tenaga kerja. Menurut Tarigan (2004), nilai produksi tidak sama dengan nilai tambah karena didalam nilai produksi telah terdapat biaya antara biaya antara. Menghitung nilai produksi sebagai pendapatan regional bisa mengakibatkan perhitungan ganda (double accounting). Produk domestik regional bruto atas dasar harga pasar adalah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di wilayah itu. Yang dimaksud dengan nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari masing-masing sektor dan menjumlahkannya akan menghasilkan produk regional atas dasar harga pasar. Industri abon dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres
Abon Sapi 76.686.666,67 66.650.681,33 10.035.985,33 117.495,70 9.918.489,63 713,00
Rata-rata Dendeng Sapi 6.150.000,00 4.881.862,50 1.268.137,50 35.535,71 1.232.601,79 58.75
17.323,76 1.469,33
19.120,63 294,75
8.953,57
5.823,70
Kota Surakarta menyumbangkan Rp 10.035.985,33 dan Rp 1.268.137,50 pada sektor industri pengolahan di Kota Surakarta yang nantinya akan menjadi pendapatan regional Kota Surakarta. Yang menjadi pendapatan masyarakat setempat hanyalah yang bersifat nilai tambah dari kegiatan produksi tersebut. Nilai tambah inilah yang mengukur tingkat kemakmuran masyarakat Kota Surakarta dengan asumsi seluruh pendapatan itu dinikmati masyarakat setempat. Nilai tambah netto (NTn) adalah selisih antara nilai tambah bruto dengan penyusutan peralatan. Nilai tambah netto yang diberikan olehindustri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp 9.918.489,63dengan nilai penyusutan alat sebesar Rp 117.495,70. Nilai tambah netto yang diberikan pada industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp 1.232.601,79dengan nilai penyusutan sebesar Rp 35.535,71.
Rata-rata nilai tambah per yang berarti bahwa setiap 1 jam kerja bahan baku pada industri abon sapi memberikan nilai tambah sebesar Rp di Kecamatan Jebres Kota Surakarta 5.823,70. NTtk yang dihasilkan ini sebesar Rp 17.323,76dengan ratamerupakan nilai tambah atas seluruh rata nilai tambah bruto Rp kegiatan dalam proses produksi. 10.035.985,33dan rata-rata jumlah Rata-rata jumlah jam kerja yang bahan baku yang digunakan 713 kg. dibutuhkan untuk membuat abon NTbb pada industri abon sapi di sapi adalah 14,5 jam/sekali produksi Kecamatan Jebres Kota Surakarta dan untuk membuat dendeng sapi artinya setiap 1 kg daging sapi yang adalah 73,5 jam/sekali produksi. digunakan sebagai bahan baku dalam Uji Statistik untuk Perbandingan industri abon sapi akan memberikan Nilai Tambah per Bahan Baku dan nilai tambah sebesar Rp 17.323,76. per Tenaga Kerja Pengolahan Sedangkan, NTbb pada industri Daging Sapi (t-test) dendeng sapi di Kecamatan Jebres Untuk mengetahui apakah Kota Surakarta sebesar Rp terdapat perbedaan dalam dua hal 19.120,63dengan rata-rata nilai tersebut dilakukan dengan tambah bruto sebesar Rp menggunakan uji statistik yaitu 1.268.137,50 dengan rata-rata jumlah menggunakan uji t yang sebelumnya bahan baku yang digunakan sebesar didahului dengan melakukan uji F 58,75 kg. NTbb pada industri untuk mengetahui homogenitas dua dendeng sapi di Kecamatan Jebres varians. Kota Surakarta artinya setiap 1 kg Hipotesis yang diajukan dalam daging sapi yang digunakan dalam penelitian ini: “Diduga terdapat proses produksi dendeng sapi akan perbedaan yang nyata nilai memberikan nilai tambah sebesar Rp tambah per bahan baku dan nilai 19.120,63. tambah per tenaga kerja antara Dari Tabel 5 dapat diketahui industri abon sapi dan industri bahwa rata-rata nilai tambah per dendeng sapi di Kota Surakarta”. tenaga kerja (NTtk) pada industri Adapun rata-rata nilai tambah per abon sapi Rp 8.953,57. Ini berarti bahan baku dan nilai tambah per setiap 1 jam kerja dapat memberikan tenaga kerja dalam usaha pengolahan nilai tambah sebesar Rp 8.953,57. daging sapi menjadi abon sapi dan Untuk industri dendeng sapi dendeng sapi dalam dilihat pada memiliki rata-rata nilai tambah per Tabel 6 berikut: tenaga kerja sebesar Rp 5.823,70 Tabel 6. Rata-rata dan Analisis t-test Nilai Tambah per Bahan Baku (NTbb) dan per Tenaga Kerja (NTtk) pada Industri Abon dan Dendeng Sapi No. 1. 2.
Uraian NTbb (Rp/Kg) NTtk (Rp/JKO)
Abon Sapi
Dendeng Sapi
17.323,76 8.953,57
19.120,63 5.823,70
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan hasil uji F dengan SPSS diketahui bahwa nilai rata-rata NTbb antara abon dan dendeng sapi diasumsikan memiliki varian yang
thitung -0,368 0,707
Uji t ttabel 2,306 2,306
sama. Nilai thitung negatif, berarti ratarata group 1 (abon sapi) lebih rendah dari pada rata-rata group 2 (dendeng sapi). Uji statistik(t-test) terhadap
NTbb daging sapi menghasilkan nilai sapi). Uji statistik(t-test) terhadap thitung sebesar -0,368. Hal ini berarti NTtk daging sapi menghasilkan nilai nilai thitung lebih kecil daripada nilai tthitung sebesar 0,707. Hal ini berarti tabel 2,306. Berdasarkan hasil nilai thitung lebih kecil daripada nilai ttersebut maka hipotesis ditolak yang tabel 2,306. Berdasarkan hasil berarti bahwa tidak terdapat tersebut maka hipotesis ditolak yang perbedaan yang nyata NTbb antara berarti bahwa tidak terdapat abon sapi dan dendeng sapi. perbedaan yang nyata NTtk antara Berdasarkan hasil uji F dengan abon sapi dan dendeng sapi. SPSS diketahui bahwa nilai rata-rata Biaya Industri Abon dan Dendeng NTtk antara abon dan dendeng sapi Sapi Responden diasumsikan memiliki varian yang Besarnya rata-rata biaya total sama. Nilai thitung positif, berarti ratauntuk proses produksi abon sapi dan rata group 1 (abon sapi) lebih tinggi dendeng sapi selama satu bulan dapat dari pada rata-rata group 2 (dendeng dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden (Rp/bulan) Abon No. 1. 2.
Macam Biaya Tetap Variabel Total
Rata-rata (Rp/bulan) 139.166,79 68.750.681,33 68.889.848,13
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa rata-rata biaya total per bulan pada industri abon sapi sebesar Rp 68.889.848,13/bulan, Sedangkan pada industri dendeng sapi rata-rata biaya total per bulan sebesar Rp 5.003.506,70/bulan. Biaya tetap pada industri abon dan dendeng sapi terdiri dari biaya penyusutan peralatan dan biaya bunga modal investasi. Sedadangkan biaya tetap terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja. Total rata-rata biaya total per bulan pada industri abon sapi lebih besar
Dendeng %
0,20 99,80 100
Rata-rata (Rp/bulan) 59.144,20 4.944.362,50 5.003.506,70
% 1,32 98,68 100
dibanding dengan total rata-rata biaya total industri dendeng sapi karena frekuensi produksi abon sapi lebih sering dan volume produksi lebih besar daripada industri dendeng sapi. Produksi abon sapi lebih sering dilakukan daripada produksi dendeng sapi disebabkan oleh permintaan abon sapi lebih tingg daripada permintaan dendeng sapi. Penerimaan Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden Penerimaan rata-rata per bulan industri abon sapi dan dendeng sapi dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Rata-rata Penerimaan Responden Industri Abon dan Dendeng Sapi Berdasarkan Kemasan (Rp/bulan) No.
Uraian
Rata-rata Harga (Rp)
Unit 1.
2.
Abon Berlabel a. 100 gr b. 250 gr Tidak berlabel a. 100 gr b. 250 gr c. 5000 gr Total Dendeng Berlabel 250 gr Tidak berlabel 5000 gr Total
Jumlah (Rp)
1589 749
18.000,00 42.666,67
28.606.667,67 31.941.333,33
391 156 8
14.000,00 35.000,00 690.000,00
5.478.666,67 5.460.000,00 5.200.000,00 76.686.666,67
118
41.666,67
4.927.500,00
2
800.000,00
1.200.000,00 6.127.500,00
Sumber: Analisis Data Primer Rata-rata total penerimaan per bulan Keuntungan Industri Abon dan industri abon sapi sebesar Rp Dendeng Sapi Responden 76.686.666,67/bulan. Rata-rata total Untuk mengetahui keuntungan penerimaan per bulan industri masing-masing industri dapat dilihat dendeng sapi sebesar Rp pada Tabel 9 berikut. 6.127.500,00/bulan. Tabel 9. Rata-rata Keuntungan Responden Industri Abon dan Dendeng (Rp/bulan) No. 1. 2.
Uraian Penerimaan (Rp/bulan) Total biaya (Rp/bulan) Keuntungan (Rp/bulan)
Rata-rata Abon Dendeng 76.686.666,67 6.127.500,00 68.889.898,13 5.003.506,70 7.796.818,54 1.123.993,31
Sumber: Analisis Data Primer Pada Tabel 9 menunjukkan Efisiensi Industri Abon dan adanya perbedaan keuntungan pada Dendeng Sapi Responden masing-masing industri, abon sapi Besarnya efisiensi usaha dan dendeng sapi. Pada industri abon industri abon sapi dan dendeng sapi sapi memperoleh keuntungan ratadi Kecamatan Jebres Kota Surakarta rata sebesar Rp 7.796.818,54/bulan, dapat dilihat pada Tabel 10 di bawah sedangkan pada industri dendeng ini. sapi memperolah keuntungan ratarata sebesar Rp 1.123.993,31/bulan. Tabel 10. Rata-rata Efisiensi Usaha Industri Abon dan Dendeng Sapi Responden No. 1. 2.
Uraian Total penerimaan (Rp/bulan) Total biaya (Rp/bulan) Efisiensi Usaha
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-rata Abon Dendeng 76.686.666,67 6.127.500,00 68.889.898,13 5.003.506,70 1,14 1,16
Tabel 10 menunjukkan bahwa efisiensi industri abon sapi responden dalam satu bulan produksi adalah sebesar 1,14, sedangkan efisiensi industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dalam satu bulan produksi adalah sebesar 1,16, artinya industri abon sapi dan dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta yang telah dijalankan ini termasuk kategori efisien karena nilai R/C rasionya > 1. KESIMPULAN Rata-rata nilai tambah per bahan baku pada industri abon sapi di kecamtan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp 17.323,76, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp 19.120,63. Besarnya rata-rata nilai tambah per tenaga kerja pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah Rp 8.953,57, sedangkan pada industri dendeng sapi adalah Rp Rp 5.823,70.Tidak ada perbedaan yang nyata pada nilai tambah per bahan baku dan per tenaga kerja pada industri abon sapi dan pada industri dendeng sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Besarnya rata-rata total biaya yang dikeluarkan oleh industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp 68.889.848,13/bulan, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp 5.003.506,70/bulan. Besarnya rata-rata total penerimaan yang diterima oleh oleh industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp 76.686.666,67/bulan, sedangkan pada industri dendeng sapi sebesar Rp 6.127.500,00/bulan. Besarnya rata-rata keuntungan pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta sebesar Rp 7.796.818,54/bulan, sedangkan pada
industri dendeng sapi sebesar Rp 1.123.993,31/bulan, artinya kedua industri tersebut menguntungkan. Efisiensi usaha pada industri abon sapi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta adalah 1,14 dan pada industri dendeng sapi adalah 1,16, artinya kedua industri tersebut sudah efisien. SARAN Saran yang dapat diberikan adalah bagi Disperindag diharapkan mampu mengembangkan industri abon maupun dendeng sapi dapat menciptakan nilai tambah yang lebih besar yang nantinya akan memberikan kontribusi pada sektor industri pengolahan dan meningkatkan PDRB Kota Surakarta. Agar dapat meningkatkan keuntungan sebaiknya produsen abon maupun dendeng sapi meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas daerah pemasarannya. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2012. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah. 2012. Rencana Strategis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tengah 2008-2013. Habibie, Arifien, Nono R dan Anwar Wardhani. 1995. Pengembangan Tenaga Kerja Off Farm Dalam Penyerapan Tenaga Kerja Pedesaan, Makalah Seminar Nasional Liberalisasi Ekonomi,Pemerataan dan Pengentasan Kemiskinan., Penyelenggara Cides dan Pusat PenelitianPembangunan Pedesaan dan Kawasan
(P3KP). Universitas Gajah Mada. Tiara Wacana. Yogyakarta. Tarigan, Robinson. 2004. Ekonomi Regional. Bumi Aksara. Jakarta. Hasan, M. Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 2. PT. Bumi Aksara. Jakarta.