1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008
SKRIPSI
Oleh: Agus Sudiro K 5404012
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008
Oleh: Agus Sudiro K 5404012
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK Agus Sudiro. ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008. Skripsi, surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Juni 2011. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, perkembangan pembangunan Masjid di kecamatan Jebres kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008, distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, pola persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008, dan hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008 Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif spasial. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah populasi sebanyak 157 masjid. Teknik pengumpulan data (1) dokumentasi, (2) observasi / pengamatan langsung. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis data sekunder, analisis peta, dan analisis parameter tetangga terdekat. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Rentan waktu tahun 2000-2008, luas lahan permukiman di Kecamatan Jebres mengalami perkembangan yaitu dari 656,45 Ha pada tahun 2000, bertambah menjadi 659,09 Ha pada tahun 2008. Kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman hanyalah Kelurahan Mojosongo dari 315,90 Ha pada tahun 2000 menjadi 318,54 Ha pada tahun 2008. Sedangkan untuk Kelurahan-kelurahan lain di kecamatan Jebres selama kurun waktu tersebut tidak mengalami perubahan penggunaan lahan untuk permukiman atau stagnan, (2) kurun waktu 8 tahun terakhir jumlah masjid mengalami penambahan yang cukup signifikan. Jumlah Masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sebanyak 118 buah pada tahun 2008 bertambah 39 buah menjadi 157 buah dengan rincian pembangunan masjid terbanyak adalah di Kelurahan Mojosongo berjumlah 17 masjid, sedangkan kelurahan yang paling sedikit pembangunan masjidnya adalah di Kelurahan Sewu, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Tegalharjo yang masing-masing hanya bertambah 1 buah masjid. (3) Persebaran masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 mayoritas berada di bagian utara dan tengah kemudian sedikit di bagian barat dan selatan. Bagian utara yaitu Kelurahan Mojosongo sebanyak 69 masjid (43,94%), di bagian tengah yaitu Kelurahan Jebres 48 masjid (30,57%). Bagian barat hanya berjumlah 10 buah atau (6,40%) yaitu 2 masjid yang terdapat di Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan Wetan, 4 masjid di Kelurahan Tegalharjo, dan 2 masjid di Kelurahan Purwodiningratan. Bagian selatan Kecamatan Jebres mempunyai 31 masjid (19,74 %), dengan rincian 13 masjid di Kelurahan Pucang sawit, 5 masjid di Kelurahan commit to user Jagalan, 5 masjid di Kelurahan Sewu, 5 masjid di Kelurahan Gandekan,dan 3
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masjid di Kelurahan Sudiroprajan. Persebaran masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan masjid-masjid banyak dibangun diantara permukiman penduduk, dan berada di pingir jalan.(4) Pola persebaran masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,81, demikian juga dengan pola persebaran masjid di tahun 2008 masih mengelompok dengan nilai T= 0,78. Masjid di Kecamatan Jebres mengelompok disekitar permukiman-permukiman penduduk. (5) Pembangunan masjid yang ada di Kecamatan Jebres tidak semuanya dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Sebanyak 8 buah masjid atau 16,32% terpengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan masjid yang tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman sebanyak 41 buah atau 83,67%.
commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT Agus Sudiro. A SPATIAL ANALYSIS ON MOSQUE DEVELOPMENT IN JEBRES SUB DISTRICT OF SURAKARTA MUNICIPAL IN 2000-2008. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Juny 2011. The objective of research is to find out the change of landuse into settlement in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, the Mosque development growth in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, spatial distribution growth of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, spread pattern of Mosque in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2000-2008, and relation the growth of Mosque with settlement expands in Jebres sub district of Surakarta municipal in 2000-2008 . Based on the aims of the research, this research used descriptive spatial methode. This research is charactered population research with total population of mosque is 157. The technique of data collecting are (1)documentation, (2) observation. The technique of data analysis are secondary data analysis, map analysis, and nearest neighbour analysis. Considering the result of research, it can be concluded: (1) in 2000-2008 period, the settlement land width in Jebres Sub District expands from 656,45 Ha in 2000 to 659,09 Ha in 2008. The Kelurahan (political district administered by the lurah) the settlement of which encounters expansion is only Kelurahan Mojosongo from 315,90 Ha in 2000 to 318,54 Ha in 2008. Meanwhile others Kelurahans in Jebres Sub District during that period does not change in their land us for settlement or is stagnant, (2) in 8 last years the number of mosques increases significantly. The number of mosques in Jebres Sub District in 2000 is 118 in 2008 it increases by 39 to 157 with the highest number of mosque development is in Kelurahan Mojosongo of 17 mosques, while the kelurahan with the smallest number of mosque development is Kelurahans Sewu, Kepatihan Wetan, Tegalharjo each of which increases by only 1 mosques, (3) the majority mosque spread in Jebres Sub District of Surakarta Municipal in 2008 is in the north and centre, then a little in the west and south. The mosque spread in the north, Kelurahan Mojosongo, is 69 (43.94%), in the center, Kelurahan Jebres, 48 (30.57%). In the west it is only 10 (6.40%): 2 in Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 in Kepatihan Wetan, 4 in Kelurahan Tegalharjo and 2 in Kelurahan Purwodiningratan. In the south, Jebres Sub District has 31 mosques (19.74%) including 13 mosques in Kelurahan Pucang Sawit, 5 in Kelurahan Jagalan, 5 in Kelurahan Sewu, 5 in Kelurahan Gandekan, and 3 in Kelurahan Sudiroprajan. The mosque distribution in Sub District Jebres shows that many mosques are built amid the people settlement, and in the edge of road. (4) The mosque distribution pattern in Sub District Jebres in 2000 is in groups with T value = 0.81, the mosque distribution pattern in 2000 is still in groups with T value = 0.78. The mosque in commit to Sub District Jebres is in groups surround theuser people settlement. (5) The Mosques
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
building in Sub District Jebres do not all effected by settlement expands. The number of 8 masques or 16,32 % effected by settlement expands, whereas the number of 41 or 83,67 % mosque disinterestedly by settlement expands.
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu."(QS. Al-Hadid:20) "Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang
(pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia
memperdayakan
kamu,
dan
jangan
(pula)
penipu
(syaitan)
memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah." (QS. Luqman:33) "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (QS. Al-Baqarah:201)
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan kepada Ayah Tercinta Ibunda tersayang Istriku Tercinta Saudara-saudaraku Almamater
commit to user
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamualikum Warohmatullahi Wabarokatuh. Segala puji hanya milik Allah Subhanahu Wata „Ala Rabb semesta Alam, Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad Sholallahu „alahi wassalam, keluarga, sahabat serta orangorang yang mengikuti petunjuknya sampai Yaumil Qiyamah. Puji syukur Alhamdullilah dengan hati dan lisan peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata „Ala, karena atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Dalam penulisan skripsi ini berbagai kesulitan, hambatan serta kepayahan sering ditemui, akan tetapi Atas Izin Allah Subhanahu Wata„Ala kemudian dengan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat terselesaikan juga. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya disampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi. 4. Bapak Dr. Moh. Gamal R, M.Si, sebagi Pembimbing I, Jazakumullah Khairan terima kasih atas semua arahan dan bimbingannya. 5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, sebagai Pembimbing II, terima kasih, Jazakumullah Khairan atas arahan, dorongan dan semua bimbingannya. 6. Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kota Surakarta, Kepala Kantor BAPPEDA,Kepala Kantor Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG), Kepala Badan Pusat Statistik Kota Surakarta beserta para staf yang telah commit to user membantu memberikan data sebagai bahan dalam penyusunan skripsi ini.
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Keluargaku di Jawa dan Sumatra (Ibu dan bapakku baktiku untukmu), mas danang, mas sugiyanto, mbak atik mbak yatun dan mbak sri ), terima Kasih atas do‟a dan dukungannya, semoga keluarga kita dapat dipertemukan kembali ke dalam surga-Nya kelak yang penuh dengan kenikmatan. Amin. Keponakanku Dimas dan Thania semoga kalian menjadi anak yang sholeh. 8. Istriku yang dengan setia dan tulus menemani dan membantuku dalam kesusahan. Bersabarlah dan bertaqwalah sesungguhnya hidup ini hanyalah ujian. 9. Teman- teman Geo ‟04 (Warsono, Nashir, Habib, Fajar Arip). Temanteman majelis taklim Masjid RS dr Moeardi (mas Hari, mas Tri, mas Aswin, mas Agus) yang telah membantu dalam selama proses penelitian dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas dukungan serta bantuannya selama ini. 10. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu semoga Allah Ta‟ala memberikan balasan kebaikan dengan sebaik-baik balasan. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan skripsi ini maka dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saranya yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Semoga karya tulis ini bermanfaat yang akhirnya menjadikan tambahan kebaikan di dunia dan akherat. Amiin
Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Juni 2011
Peneliti commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iv
HALAMAN ABSTRAK ..................................................................................
v
HALAMAN ABSTRACT ...............................................................................
vii
HALAMAN MOTTO ......................................................................................
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
x
KATA PENGANTAR .....................................................................................
xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii DAFTAR PETA ............................................................................................... xix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xx DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xxi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................
9
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................
9
D. Manfaat Penelitian................................................................................
10
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perubahan Penggunaan Lahan ......................................................
11
a. Lahan ........................................................................................
11
b. Penggunaan lahan.....................................................................
12
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perubahan Penggunaan Lahan .......................................................................................
13
2. Pengetian Permukiman...................................................................
14
3. Perubahan Penggunaa Lahan Untuk Permukiman .........................
15
4. Pengertian Masjid .......................................................................... commit to user 5. Distribusi Spasial ...........................................................................
18 21
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
6. Pola Persebaran Masjid ..................................................................
23
7. Citra Ikonos ...................................................................................
26
B. Penelitian yang Releven ......................................................................
28
C. Kerangka Pemikiran .............................................................................
31
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ..........................................................................
34
2. Waktu Penelitian ...........................................................................
34
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................
35
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................
37
D. Populasi dan Sampel ............................................................................
37
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Dokumentasi .....................................................................
38
2. Observasi Lapangan .......................................................................
38
F. Teknik Analisis Data ...........................................................................
39
1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman ..
39
2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid .......................
40
3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid .........................................
40
4. Mengetahui Pola Persebaran Pembangunan Masjid .....................
40
5. Mengetahui Hubungan Antara pembangunan Masjid dengan Perkembangan Permukiman .............................................
42
G. Prosedur Penelitian 1. Penyusunan Poposal Penelitian ......................................................
43
2. Tahap Persiapan Instrumen ............................................................
43
3. Tahap Pengumpulan Data .............................................................
43
4. Tahap Analisis Data ......................................................................
44
5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian .............................................
44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian ...................................... commit to user 2. Penggunaan Lahan..........................................................................
45 48
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi a. Jumlah dan Persebaran Penduduk ..............................................
49
b. Kepadatan Penduduk ..................................................................
50
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...................
52
d. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut ..................
53
e. Fasilitas Kota ..............................................................................
55
B. Hasil dan Pembahasan 1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman diKecamatan Jebres ....................................................................................................
56
a. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 ........................
57
b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 ........................
60
c. Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008 ...........................
63
d. Perubahan Penggunaan Lahan Permukiman Tahun 2000-2008......
65
1) Kelurahan yang Tidak Mengalami Perkembangan PerMukiman .........................................................................................
68
2) Kelurahan yang Mengalami Perkembangan Permukiman .............
69
2.
Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ...............
75
3.
Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres ............
77
a. Distribusi Masjid Tahun 2000 .......................................................
77
b. Distribusi Masjid Tahun 2008 ........................................................
80
c. Distribusi Masjid Tahun 2000-2008 ..............................................
83
Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres ......................................
86
a. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ............
89
b. Pola Persebaran Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ............
91
4.
5.
Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman 95 a. Faktor Jumlah Pemeluk Agama .......................................................
98
b. Faktor Pendapatan Masyarakat Untuk Membangun Masjid ........... 103
commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ..............................................................................................
113
B. Implikasi ................................................................................................... 115 C. Saran ......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... LAMPIRAN
commit to user
117
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ..............................................
4
Tabel 2. Penelitian yang Relevan ...................................................................
29
Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data ...........................................
37
Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008.....
45
Tabel 5. Penggunaan lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008...........
48
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 .................................................................................................
50
Tabel 7. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 ...........................................................
51
Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk .......................................
52
Tabel 9.
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 .................................
53
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008..................................................................
54
Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres .................................................
55
Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000 ...................
57
Tabel 13. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 ....................
60
Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ........................................................................................
64
Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008..................................................................
65
Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ......
72
Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008...................
73
Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama Islam Di Kecamatan Jebres ........................................................... commit to user Tabel 19. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 ..........................
76 78
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 ....
81
Tabel 21. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta ............
84
Tabel.22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .....
89
Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 .....
92
Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan Permukiman .....................................................................................
95
Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ........................................................................................
99
Tabel 26. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 ....................................................................................... 101 Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .................................................... 105 Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2000 .................................................... 107 Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan Masjid di Kecamatan Tahun 2000-2008 ......................................... 111
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PETA Peta 1. Administrasi Kecamatan Jebres ...........................................................
47
Peta 2. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 ....
59
Peta 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ....
62
Peta 4. Penggunaan Perubahan Penggunaan Lahan Nonpermukimanpermukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000-2008
67
Peta 5. Peruntukkan Lahan Untuk lahan Terbangun di Kelurahan Mojosongo Tahun 2008 .......................................................................
74
Peta 6. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000 .......
79
Peta 7. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .......
82
Peta 8. Distribusi Petumbuhan Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 .................................................................................
85
Peta 9. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 ........................
87
Peta 10. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008......................
88
Peta 11. Hubungan Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman .........................................................................................
commit to user
97
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T …………………… 25 Gambar 2. Kerangka Berpikir …………………………………………….......
33
Gambar 3. Penggunaan Lahan di Kecamatan Jebres .......................................
58
Gambar .4.Penggunaan Lahan Tahun 2008
61
Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman ...
66
Gambar 6. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk Perdagangan di Kelurahan Jebres
..................................................................
68
Gambar 7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan Untuk Perdagangan di Kelurahan Jebres ...................................................
68
Gambar 8. Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres ......
71
Gambar 9. Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo, Jebres ....................................................
71
Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000 ......................................................
77
Gambar 11. Masjid Sowijayan Yang Terletak Diantara Permukiman Padat Penduduk Di Kelurahan Sewu, Jebres ..........................................
82
Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah di Kompleks Kantor POLSEK Jebres ...
82
Gambar 13. Masjid As Shodiq yang Teretak di Jalan Raya UripSumohardjo, Tegalharjo, Jebres ....................................................
83
Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan Permukiman .........................................................
commit to user
96
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000 Lampiran 2. Titik Absolut Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 Lampiran 3. Perijinan
commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Meningkatnya jumlah pendududuk suatu wilayah akan mengakibatkan semakin bertambahnya kebutuhan dan fasilitas masyarakat di wilayah itu sendiri seperti: Permukiman, fasilitas kesehatan, fasilitas ibadah, sekolah, kantor dan lain sebagainya. Peningkatan kegiatan kebutuhan dan fasilitas tersebut akan menyebabakan perkembangan wilayah. Lahan sebagai salah satu komponen dalam ruang memegang peranan sangat penting dalam aktifitas manusia. Manusia selalu mengadakan adaptasi secara aktif terhadap lingkungan. Adaptasi dan aktifitas itu menyebabkan suatu perubahan baik perubahan fisik, sosial, ekonomi, politik, dan lain-lain.Untuk menunjang aktifitas tersebut manusia membutuhkan lahan yang dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Lahan merupakan sumber daya alam yang bersifat tetap, sedangkan yang akan mengalami perubahan adalah makluk hidup yang ada di atasnya termasuk manusia. Lahan secara kualitas dapat mengalami perubahan baik perubahan fisik maupun perubahan non fisik. Perubahan penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara siklis maupun permanen terhadap kumpulan suatu sumber daya alam dan buatan yang secara keseluruhan disebut lahan dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan atau spiritual maupun keduanya (Malingreu,1997:7). Penggunaan lahan merupakan penggunaan manusia atas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia tersebut dapat dilacak melalui lahan yang ada,misalkan lahan pasar mencerminkan aktifitas ekonomi (Sutanto et.al.1981:1) Pada dasarnya lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi pembangunan, dan merupakan salah satu faktor utama bagi eksistensi manusia sebagai makluk hidup, khususnya dalam usaha bermukim. Dikatakan demikian commit tofisik userdan kepentingan manusia sebagai karena hampir semua faktor pembangunan
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makluk hidup mutlak memerlukan lahan seperti sektor pertanian, pusat industri, jalan raya, mendirikan bangunan rumah tempat tinggal yang layak huni atau ditempati, lahan sebagai tempat untuk bermukim, tempat berdagang, tempat rekreasi, tempat beribadah. Dari sisi permukiman terkait erat dengan bentuk ruang tempart tinggal atau permukiman penduduk dengan segala fasilitasnya. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk manusia dan meningkatnya
aktifitas
pembangunan
di
dalamnya,
serta
meningkatnya
pertambahan penduduk, kebutuhan terhadap lahan juga meningkat dengan pesat. Hal ini memerlukan perhatian yang khusus secara nasional, mengingat ketersediaan lahan dan luasan pada dasarnya tidak berubah. Dengan demikian tidak menutup kemungkinan timbulnya permasalahan, yakni terjadi perluasan permukiman dan bertambahnya areal untuk fasilitas permukiman yang berakibat pada pengurangan lahan sebagai sumber pangan. Bintarto
(1977:92)
mengemukakan
bahwa
“permukiman
dapat
digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana pendududuk berkumpul dan hidup bersama,dimana mereka membangun rumah-rumah, jalan-jalan dan sebagainya untuk kepentingan mereka”. Sejalan dengan pendapat tersebut Sumaatmadja (1981:191) menyatakan bahwa “Permukiman dapat diartikan sebagai bagian dari permukaan bumi yang dihuni manusia dengan segala prasarana dan sarana yang menunjang kehidupan penduduk, yang menjadi satu kesatuan dengan tempat tinggal yang bersangkutan. Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan diantara kecamatan yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamatan tersebut letaknya sangat strategis yaitu berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Surakarta. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 kelurahan yaitu; Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan kelurahan Mojosongo. Kecamatan Jebres memiliki luas wilayah 12,58 km2. Di kecamatan ini terdapat fasilitas sosial yang cukup penting di beberapa bidang yaitu di bidang kesehatan pusatnya adalah commit to user RSUD DR. Moewardi dan Kantor Cabang PMI. Di bidang pendidikan tinggi
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ditandai adanya UNS dan ISI Surakarta. Di bidang media informasi, kehadiran kantor TATV di Mojosongo. Sementara di bidang perdagangan, terdapat Terminal Petikemas KA Jebres dan wilayah pergudangan dan bongkar muat barang Pedaringan. Dengan potensi yang dimiliki oeh Kecamatan Jebres tersebut menyebabkan rentan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Perubahan Penggunaan lahan untuk permukiman di wilayah Kecamatan Jebres tidak terjadi begitu saja. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut Alamsyah dalam Zuroh (2006:3 ) faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perubahan penggunaan lahan yaitu: jarak suatu tempat kepusat kota, tersediannya fasilitas seperti listrik, pasar dan bertambahnya jumlah penduduk sehingga mendorong mereka untuk memiliki rumah”. Rentang waktu antara tahun 2000 sampai tahun 2008 di wilayah kecamatan Jebres diperkirakan akan mengalami perubahan penggunaan lahan yang cukup berarti. Hal ini dikarenakan letak kecamatan yang strategis berada di dekat pusat kota, tersedianya fasilitas seperti pasar atau pusat perbelanjaan, terminal, stasiun kereta api, rumah sakit, hotel, kampus dan lain-lain. Hal yang akan memicu masyarakat untuk datang ke Kecamatan Jebres adalah adanya daya tarik kota seperti: dekatnya jarak dengan pusat kota, banyaknya lapangan kerja yang cukup dan menjanjikan, adanya faktor kelengkapan fasilitas sosial, budaya, ekonomi, pendidikan maupun yang lainnya. Dari faktor tersebut diatas muncul adanya keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan, menyebabkan penduduk sekitar tertarik
untuk datang
ke kota dengan harapan ingin memperbaiki
kehidupan mereka. Dengan adanya penambahan penduduk dari para pendatang ini maka penduduk kota juga akan semakin bertambah. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan merupakan kecamatan terluas ke 2 yang ada di wilayah Kota Surakarta. Kecamata Jebres pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk sebanyak 135.764 jiwa kemudian pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan penduduk sebanyak 142.292 jiwa. Adanya peningkatan jumlah penduduk ini akan mempengaruhi tingkat kepadatan penduduknya. Pada tahun 2000 Kecamatan Jebres memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar commit usermeningkat menjadi 11.310 Jiwa/ 10.792 jiwa/Km2 kemudian pada tahunto2008
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Km2. Kepadatan penduduk tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan luas wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk Data mengenai jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk Kecamatan Jebres disajikan dalam tabel di bawah ini. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 No
Kelurahan
Jumlah
Tingkat Kepadatan
Luas Wilayah
Penduduk (Jiwa)
(Jiwa/Km²)
(Km²)
Tahun
Tahun
2000
2008
2000
2008
1
Kepatihan Kulon
0,18
3.115
2.930
17.305
17.235
2
Kepatihan Wetan
0,22
3.264
3.080
14.836
1.400
3
Sudiroprajan
0,23
4.934
5.014
21.452
21.800
4
Gandekan
0,35
9.594
9.513
27.411
27.180
5
Sewu
0,49
7.573
7.828
15.455
16.308
6
Pucang Sawit
1,27
12.392
14.084
9.757
11.089
7
Jagalan
0,65
13.643
12.220
20.989
18.800
8
Purwodiningratan
0,37
5.592
5.372
15.113
14.518
9
Tegalharjo
0,32
6.725
6.096
21.015
19.050
10
Jebres
3,17
30.273
32.461
9.549
10.240
11
Mojosongo
5,33
38.659
43.694
7.253
8.197
12,58
135.764
142.292
180.135
165.817
Jumlah
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000 dan 2008 Kepadatan kebutuhan
penduduk
yang
semakin
bertambah,
mengakibatkan
lahan untuk bermukim juga semakin meningkat. Sehingga
diperkirakan akan semakin menambah penggunaan lahan yang ada khususnya untuk usaha bermukim. Hubungan kepadatan penduduk dengan
penggunaan
lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung. Semakin tinggi angka kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat perubahan bentuk penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin tinggi angka kepadatan penduduk suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat kebutuhan lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk penggunaan lahannya semakin cepat.
commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembangunan yang terjadi di Kota Surakarta dari tahun ke tahun telah membawa perubahan yang besar pada penggunaan lahannya. Kodisi ekonomi yang mengalami pasang surutpun tidak menghalangi masyarakat kota Surakarta untuk terus membangun, baik pembangunan untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat umum. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 dan berbagai kerusuhan yang menuntut adanya reformasi juga berdampak pada penggunaan lahan.
Pada
perkembangan
selanjutnya
pada
tahun
2001
pemerintah
mengeluarkan undang-undang otonomi daerah yang secara tidak langsung juga memberikan pengaruh terhadap penggunaan lahan. Perlahan-lahan pembangunan kembali dilaksanakan
untuk mencapai stabilitas pembangunan nasional yang
terencana. Dari tahun 2000 hingga tahun 2008 selama kurun waktu delapan tahun ini dimungkinkan perubahan penggunaan lahan
khususnya perubahan
penggunaan lahan untuk permukiman akan meningkat dengan pesat. Pertumbuhan permukiman yang terjadi di daerah perkotaan yang tidak disertai dengan pemantauan dan perencanaan ruang yang baik akan berakibat pada ketidak teraturan permukiman, sehingga akan membentuk suatu pola permukiman yang berbeda-beda. Disisi lain seiring dengan semakin berkembangnya permukiman, permukiman sangat memerlukan sarana dan prasana atau fasilitas sosial yang mendukung permukiman. Menurut Muta‟ali (2000: 14-15) “fasilitas sosial meliputi fasilitas pendidikan, kesehatan, keagamaan, perekonomian, keamanan, transportasi, komunikasi dan olah raga”. Sejalan dengan bertambah dan menyebarnya pola permukiman, yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi serta strata sosial ekonomi yang heterogen, maka semakin bertambah pula kebutuhan manusia akan fungsi rumah ibadah
bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya. Tidak bisa
tidak, pembangunan fasilitas rumah ibadah harus ditingkatkan sama halnya dengan pembangunan fasilitas sosial yang lain seperti pasar, terminal, rumah sakit, sekolahan, dan yang lainnya. Hal ini pasti disadari karena pada hakekatnya manusia adalah makluk religius yang dalam fitrahnya mereka mengakui, tunduk commit to user dan pasrah kepada Yang Maha Menciptakan dan Pengatur Alam Semesta ini dan
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mutlak harus beribadah sebagai wujud penghambaan dirinya kepada Tuhan-Nya Yang Maha Esa yaitu Allah Subhanahu Wata‟ala. Dalam hal ini, peneliti memfokuskan bangunan tempat ibadah bagi Umat Islam yaitu masjid. Banyak masjid yang telah didirikan oleh Umat Islam untuk memenuhi kebutuhan, khususnya kebutuhan spiritual guna mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Allah Subhanahu Wata‟ala sangat menghargai orang-orang yang membangun masjid, hal ini sesuai sabda Rasulullah sholallahu „alaihi wassalam: “Barangsiapa mendirikan karena Allah suatu Masjid, niscaya Allah mendirikan untuknya seperti yang ia telah dirikan itu di Jannah (Syurga)”. (HR Muslim). Menurut Dewan Masjid Indonesia (DMI) Pusat hingga tahun 1998 telah tercatat Masjid dan Mushalla di Indonesia tidak kurang dari 600.000 buah (Drs. A. Yani, Panduan Memakmurkan Masjid). Dari data ini tentunya keberadaan rumah ibadah masjid dan musholla akan selalu bertambah dari tahun ketahun. Berdasarkan data Departemen Agama tahun 2004 Jumlah Masjid di Indonesia 643.834 buah, jumlah ini meningkat dari data tahun 1977 sebesar 392.044 buah, (myquran.org, 24-12-2005). Diperkirakan, jumlah Masjid dan Mushala di Indonesia saat ini antara 600.000 - 800.000 buah. Rumah ibadah tersebut berada di tengah-tengah 182.083.594 jiwa umat Islam Indonesia. Perbandingan rumah ibadah
dengan
jumlah
umat
tersebut
rasanya
cukup
representative.
(http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249). Sama halnya dengan kondisi kota-kota yang lain, kota Surakarta merupakan kota yang kompleks terhadap berbagai macam komunitas sosial kemasyarakatan. Beberapa faktor yang yang mendukung berkembangnya pembangunan masjid di Kecamatan Jebres dapat disebutkan seperti faktor agama yang dianut masyarakat. Agama Islam merupkan agama mayoritas yang paling banyak dianut oleh penduduk di Kecamatan Jebres. Berdasarkan data yang lebih dahulu didapat dari Badan Pusat Statistik Kota Surakarta (BPS) pada tahun 2000 jumlah penganut agama Islam sebanyak 90.573 jiwa kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan jumlah pemeluk sebanyak 4.723 jiwa menjadi 95.296 jiwa. commitkeberadaan to user Melihat dari data tersebut tentunya rumah ibadah masjid akan
perpustakaan.uns.ac.id
28 digilib.uns.ac.id
bertambah dari tahun ketahun, untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini dikarenakan faktor agama mempengaruhi keberadaan rumah ibadah. Apabila mayoritas agama yang dianut di
suatu
masyarakat beragama Islam maka secara otomatis keberadaan rumah ibadah masjid akan lebih banyak daripada rumah ibadah yang lain dan sebaliknya bila agama mayoritas yang dianut di suatu masyarakat adalah non muslim maka sudah barang tentu rumah ibadah non muslim tersebut akan lebih banyak hal ini dikarenakan mereka yang non muslim tidak ada kebutuhan pada bangunan rumah ibadah masjid tersebut. Faktor kebutuhan akan rumah ibadah masjid dimungkinkan juga sebagai salah satu pendorong berkembangnya pembangunan masjid. Hal ini dapat diketahui atau ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, banyaknya pekerja perkantoran, banyaknya para pekerja pabrik, pelajar maupun mahasiswa, dan umum dari luar daerah atau luar kota baik yang hanya singgah maupun menetap. Hampir kita dapati disetiap gang masuk, perempatan jalan, instansi perkantoran, rumah sakit, kantor polisi, terminal, stasiun, kampus, gedung sekolah, pasar dan yang lainnya kita dapatkan bangunan masjid. Hampir dapat dikatakan, dimana ada komunitas muslim di situ pasti ada masjid. Memang umat Islam tidak bisa terlepas dari masjid. Disamping menjadi tempat beribadah, masjid telah menjadi sarana berkumpul, menuntut ilmu, bertukar pengalaman, pusat dakwah dan lain sebagainya. Menurut data yang telah didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta menyebutkan bahwa jumlah keseluruhan masjid yang ada di Kecamatan Jebres pada akhir tahun 2000 sebanyak 118 masjid kemudian pada akhir tahun 2006 bertambah menjadi 140 masjid. Diperkirakan jumlah masjid tersebut akan terus bertambah sampai pada akhir tahun 2008. Akan tetapi informasi mengenai keberadaan distribusi masjid di Kecamatan Jebres tersebut belum diketahui dengan jelas. Sehingga perlu mengetahui analisis distribusinya. Hal ini penting diketahui oleh khalayak umum sebagai bagian dari rencana pembangunan masjid, sudah cukup dengan jumlah masjid yang ada atau masih kurang sehingga to user diperlukan pembangunan masjidcommit di lokasi yang lain. Selanjutnya juga sebagai
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi yang sangat berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan apabila suatu waktu singgah ke masjid terdekat pada saat posisis tertentu. Selain itu juga pentingnya distribusi spasial ini untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat atas bangunan masjid kususnya Umat Islam, sehingga akan mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan bangunan masjid yang telah didirikan, dan jangkauan atau jarak bangunan Masjid terhadap penduduk sekitar/jamaah. Berdasarkan hal tersebut diatas perlu adanya penelitian di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kecamatan tersebut dipilih karena memiliki mayarakat yang mayoritas beragama Islam dengan populasi penduduk muslim paling banyak no 2 setelah Kecamatan Banjarsari sehingga diperkirakan banyak masjid yang didirikan pada areal permukiman-permukiman penduduk terutama pada areal permukiman penduduk yang mengalami perkembangan permukiman. Diharapkan bagi seluruh kaum Muslimin, keberadan masjid yang bertambah banyak akan menambah banyak orang yang hatinya terkait dengan masjid, dan selalu merindukan masjid. Jadi secara fisik selalu memikirkan bagaimana memelihara dan memakmurkan masjid, dan secara mental selalu rindu untuk beribadah serta menghadiri acara-acara di masjid. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS SPASIAL PEMBANGUNAN MASJID DI KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2000-2008”.
commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008? 2. Bagaimana perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres kurun waktu tahun 2000-2008? 3. Bagaimana distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008? 4. Bagaimana pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008? 5. Bagaimana hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008 2. Untuk mengetahui perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres kota Surakarta kurun waktu tahun 2000-2008 3. Untuk mengetahui distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008 4. Untuk mengetahui pola distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2000-2008 5. Untuk
mengetahui
hubungan
antara
pembagunan
masjid
dengan
perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 20002008
commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis, yaitu memberikan sumbangan dalam bidang ilmu Geografi terutama dalam bidang penginderaan jauh dan kartografi sehingga dapat mengetahui luasan perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan distribusi spasial pembangunan masjid serta acuan bagi penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis: a. Sebagai salah satu informasi mengenai perubahan luasan penggunaan lahan untuk permukiman di Kota Surakarta terutama di Kecamatan Jebres. b. Sebagai bahan untuk mengetahui tingkat kebutuhan masyarakat atas pembangunan masjid terutama bagi Kaum Muslimin,sehingga akan mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat beragama Islam dengan masjid yang telah didirikan, dan untuk mengetahi pola distribusi dan jarak masjid terhadap penduduk sekitar. c. Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan dalam pembelajaran geografi di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs). Keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Geografi sebagai berikut:
1.
Kelas/ Semester XII/1
2.
VII/2
No
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Mempraktekkan ketrampilan dasar peta dan pemetaan
a. Mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar peta dan pemetaan b. Menganalisis lokasi industri dan pertanian dengan pemanfaatan peta a. Mendeskripsikan kondisi geografis dan penduduk di Kecamatan Jebres b. Menggunakan peta penggunaan lahan untuk mendapatkan informasi mengenai penggunaan lahan Kecamatan Jebres c. Mendeskripsikan gejala-gejala yang terjadi di atmosfer serta dampaknya terhadap kehidupan
Memahami usaha manusia dalam mengenali perkembangan lingkungannya
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Perubahan Penggunaan Lahan
a. Lahan
Arsyad (1989:207) mendenifisikan lahan sebagai lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, vegetasi, serta benda yang ada diatasnya sepanjang benda tersebut berpengaruh terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya adalah kegiatan manusia dimasa lalu dan masa sekarang, dalam hal inilah tanah mengandung pengertian lahan. Malingreau (1978:18) mendefinisikan lahan adalah “Suatu wilayah tertentu yang ada di permukaan bumi khususnya benda yang menyusun biosfer yang dianggap memiliki siklus yang berada diatasnya atau berada di bawah wilayah tersebut, yang meliputi tanah, batuan induk, topografi, air, masyarakat, dan binatang berikut akibat dari manusia dimasa sekarang atau dimasa yang akan datang yang kesemuanya mempunyai pengaruh yang nyata terhadap penggunaan lahan.” Notoprawiro (1987: 25) menyatakan lahan adalah mintakat darat yang merupakan kesatuan gejala atmosfer, biosfer, lithosfer, atau antroposfer yang membentuk suatu kaeadaan yang berpengaruh penting atas penggunaan lahan suatu wilayah. Dengan demikian lahan adalah penjabaran yang lebih rinci dan lebih luas yang merupakan satu kesatuan unsur-unsur yang berada di atasnya. Unsur utama dari lahan adalah tanah tetapi bukan berarti hanya tanah saja, melainkan gabungan dari beberapa unsur lain antara lain tanah, iklim, topografi, penggunaan lahan, aktifitas manusia dan lain sebagainya. Satu kesatuan unsur inilah yang mendatangkan keuntungan bagi manusia dalam pengolaan dan penggunaannya. commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penggunaan lahan Penggunaan lahan merupakan fungsi lahan yang dapat digunakan sebagai untuk memenuhi kebutuhannya. Lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan pertanian, permukiman, lahan industri, lahan perdagangan, perkantoran, dan lain sebagainya. Malingreau (1977: 77) mendifinisikan lahan sebagai berikut: “pengunaan lahan adalah segala campur tangan manusia baik secara siklis maupun permanen terhadap kumpulan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan yang secara keseluruan dapat disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik kebendaan maupun spiritual ataupun keduanya.” Penggunaan lahan di Indonesia selalu dimulai dari lahan yang lingkungan fisisknya lebih baik. Setelah lahan dalam lingkungan baik di manfaatkan, kemudian bergerak ke lahan marginal, Penggunaan lahan dimulai dari dataran rendah ke arah pegunungan setelah terbentuk dari faktor kemiringan dan ketinggian tempat yang hanya memungkinkan untuk hidup jenis tanaman tertentu, maka akan beralih ke daerah pantai. Dari penjelasan diatas maka penggunaan lahan merupakan pengertian yang bersifat dinamis, dimana perubahan penggunaan lahan akan berpengaruh pada bidang lain ( Sandy,1995:45). Penggunaan lahan merupakan penggunaan manusia atas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan aktifitas manusia tersebut dapat dilacak melalui lahan yang ada, misalkan lahan pasar mencerminkan aktifitas ekonomi (Soetanto et all. 1981: 1). Dari definisi penggunaan lahan tersebut manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk penggunaan lahan. Manusia memanfaatkan lahan untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia akan lahan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Pertumbuhan pernduduk yang tidak diimbangi dengan luas lahan yang tersedia akan menyebabkan tumpang tindih kepentingan dan konflik kepemilikan lahan, hal ini disebabkan karena lahan yang ada tidak mengalami pertambahan yang luas (statis). commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan Faktor yang berpengaruh dalam perubahan penggunaan lahan disuatu daerah dapat berupa faktor fisik dan faktor non-fisik. Faktor fisik meliputi topografi, relief, ketinggian, kemampuan lahan dan aksebilitas, sedangkan untuk yang non-fisik meliputi tekanan penduduk karena tingkat kepadatan, sebaran maupun kegiatannya, dan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pembangunan. Sutanto dalam Zuroh (2006:9) mengemukakan beberapa faktor fisik yang diasumsikan cukup besar terhadap perubahan penggunaan lahan yaitu adanya pengaruh: 1)
Faktor jarak terhadap pusat kota
2)
Faktor kutub/pusat kegiatan (pasar, kampus, terminal)
3)
Sarana jalan Sillalahi dalam Soeparmin (2002:190) menyebutkan faktor yang
mempengaruhi perubahan penggunaan lahan adalah faktor fisik, biologis, faktor pertimbangan ekonomi, dan faktor kelembagaan. Faktor fisik dan biologi berkaitan dengan lingkungan fisik, manusia menempati suatu daerah dengan memperhatikan letak daerah tersebut dengan daerah lain, keadaan bahan penunjang bagi menusia itu sendiri. Faktor fisik mencakup keadaan geologi, tanah, air, iklim, tumbuh-tumbuhan. Faktor pertimbangan ekonomi seperti keuntungan, keadaan pasar, dan transportasi. Faktor kelembagaan bercirikan oleh hukum pertanahan yang berlaku di masyarakat, keadaan politik, keadaan social maupun kepercayaan. Yunus (1981: 16) mengemukakan bahwa “Perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh dua macam kekuatan yaitu: a) Kekuatan
Centrifugal,
adalah
bentuk
kekuatan
dari
dalam
yang
mengakibatkan perubahan bentuk penggunan lahan dari suatu kota yang realisasinya berwujud gerakan penduduk dari dalam kota menuju kearah keluar kota. Faktor-faktor yang mendorong gerakan penduduk dari dalam antara lain keadaan di daerah pusat kota semakin padat, usaha untuk memperbanyak penguasaan dan pemilikan tanah, sistem sewa tanah yang to user semakin tinggi, makin banyakcommit peraturan yang mengikat, pajak yang tinggi dan
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan yang tercemar. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari daerah belakang atau pinggiran adalah lingkungan yang masih terbuka dan menyenangkan, harga lahan yang masih murah, sistem transportasi dan komunikasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat. b) Kekuatan Centripetal,
yaitu kekuatan-kekuatan yang mengakibatkan
perubahan tata guna lahan sebagai akibat dari gerakan pendududuk hyang bersal dari luar kota memasuki wilayah perkotaan atau daerah bagian dalam (inner zone). Faktor-faktor yang mendorong dari daerah belakang atau pinggiran (peripheral zone) adalah kehidupan penduduknya masih tergantung pada kota, kurangnya berbagai fasilitas dan pelayanan, letak ynag dekat dengan kota. Faktor yang menarik dari dalam kota (inner zone) adalah makin banyak jalan dan frekuensi angkutan yang makin tinggi, lapangan kerja yang cukup tersedia dan bervariasi serta fasilitas-fasilitas social yang lengkap dan memadai.
2. Pengertian Permukiman Permukiman merupakan salah satu obyek kajian dalam georafi, dengan menekankan pembahasannya pada aspek ruang, baik sempit maupun luas, dan erat kaiannya dengan penduduk sebagai penghuni. Pengertian umum permukiman adalah suatu tempat yang didiami oleh orang atau sekelompok seseorang untuk menetap dalam jangka waktu yang lama. Permukiman merupakan suatu daerah yang ditempati manusia untuk bertempat tinggal atau menetap. Dalam kawasan ini perumahan selain juga fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan manusia seperti jalan, sarana transportasi, dan sarana-saran lingkungan yang lain. Yunus (1987: 3) mengemukakan pengertian permukiman sebagai suatu bentukan artifisial maupun natural dengan segala kelengkapannya yang digunakan oleh manusia, baik secara individual maupun maupun kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menetap dalan rangka menyelenggarakan kehidupannya. Menurut Undang- Undang No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan commit to user Pemukiman dinyatakan bahwa Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup
perpustakaan.uns.ac.id
36 digilib.uns.ac.id
di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan satuan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm). Istilah permukiman (settlement), seringkali dikacaukan dengan istilah pemukiman. Namun kedua kata terjemahan dari settlement mempunyai kaitan yang sangat erat yang mengacu kepada pengertian tempat tinggal atau tempat kediaman manusia hanya saja sebenarnya dua istilah ini dapat dibedakan secara tegas yaitu permukiman adalah tempat untuk bertempat tinggal, sedangkan pemukiman adalah cara bermukim atau hal memukim atau tegasnya cara atau hal menempati suatu tempat tinggal. Menurut Purwodarminto (1966), dalam Yunus (1987: 5), secara etimologis baik kata permukiman maupun kata pemukiman berasal dari kata mukim sedangkan menurut Menurut Yunus (1987: 2), kata permukiman mempunyai imbuhan per-an dan kata pemukiman mempunyai imbuhan pe-an. Kedua macam jenis imbuhan ini mempunyai fungsi pembentukan kata benda. Diantara beberapa arti yang dibentuk oleh imbuhan, per- an, ternyata yang paling tepat untuk kata permukiman adalah tempat ber.... atau tempat bermukim untuk kata permukiman, sedangkan arti imbuhan pe- an pada kata pemukiman mempunyai arti cara me... atau hal me... dengan demikian jelaslah bahwa arti kata permukiman seharusnyalah dibedakan dengan kata pemukiman dalam pemakaiannya.
3. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk permukiman. Manusia dalam hidupnya memebutuhkan ruang untuk melangsungkan segala aktivitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang sangat penting. Manusia dengan segala aktivitasnya memanfaatkan lahan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pendapat tentang lahan dikemukakan oleh Arsyad (1989: 207): Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,vegetasi, serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan, termasuk didalamnya juga hasil user kegiatan manusia dimasa commit lalu dantosekarang, seperti hasil reklamasi laut,
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembersihan vegetasi, dan juga hasil yang merugikan seperti tanah yang terisolasi”. Sedangkan
penggunaan lahan merupakan akibat dari segala tindakan
manusia pada lahan. Campur tangan manusia harus diupayakan seefektif mungkin untuk menjaga kelestariannya. Arsyad ( 1989 : 207) mengemukakan bahwa Penggunaan lahan merupakan setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan baik secara materiil maupun spiritual. Manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk penggunaan lahan. Manusia dengan segala bentuk kebutuhannya memanfaatkan lahan dengan tujuan memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan lahan akan terus meningkat, sedangkan lahan di muka bumi sifatnya terbatas. Jumlah
penduduk
yang
semakin
bertambah,
mengakibatkan
kebutuhan
permukiman juga semakin meningkat. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan alih fungsi lahan, sehingga akan menyebabakan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Secara umum faktor-faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah pertumbuhan penduduk, perkembangan kegiatan usaha, dan social budaya masyarakat termasuk didalamnya adalah pembangunan. Sedangkan faktor utama yang mendorong perubahan penggunaan lahan adalah jumlah penduduk yang semakin meningkat. Tingginya angka kelahiran dan perpindahan penduduk memeberikan pengaruh yang besar pada perubahan penggunaan lahan. Selain akibat adanya pertumbuhan penduduk perubahan penggunaan lahan juga banyak terjadi di daerah yang memiliki jaringan jalan yang baik. Perkembangan permukiman di sepanjang jalan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan perkembangan permukiman yang berlokasi jauh dari jaringan jalan. Perkembangan permukiman sangat dipengaruhi oleh kondisi daerah setempat. Hal ini mengingat bagaimanapun manusia memiliki pertimbangan dalam memilih lokasi tempat tinggal, baik untuk berteduh, melindungi diri ataupun kepentingan pribadi. Lokasi permukiman merupakan hal yang sangat commit to userSebab lokasi yan sesuai akan penting dalam pembangunan permukiman.
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berpengaruh terhadap perkembangan permukiman dikemudian hari. Oleh karena itu dalam menentukan lokasi permukiman hendaknya memperhatikan kondisi ekologis dari daerah yang bersangkutan. Kondisi ekologis yang tepat akan berpengaruh terhadap pola sebaran dari perkembangan permukiman. Menurut Bintarto faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemekaran atau perkembangan di bagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Hal ini dikemukakan Bintarto (1977:61) sebagi berikut: Pemekaran kota pada umumnya digerakkan oleh pengaruh dari dalam dan pengaruh dari luar. Pengaruh dari dalam berupa rencana-rencana pengembangan dari para perencana kota, desakan-desakan dari warga kota berupa pelbagai daya tarik dari belakang kota atau hinterland kota. Apabila kedua pengaruh itu bekerja pada saat yang sama, maka pemekaran kota akan terjadi lebih cepat. Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses
perkembangan
permukiman diantaranya adalah: 1. Faktor alam Suatu permukiman umumnya akan berkembang apabila menempati daerah yang relatif datar atau dengan ketinggian tertentu yang memungkinkan kehidupan sehari-hari berlangsung dan tidak ada daerahdaerah alami yang menghambat. Selain faktor alam topografi, faktor alam lainnya adalah sumber-sumber alam yang dapat digunakan untuk menunjang kehidupan manusia seperti tanah yang subur, sungai, atau danau dan lain-lain. 2. Faktor letak Letak satu daerah terhadap daerah lainnya dapat menimbulkan hubungan yang menunjang perkembangan pemukiman yang berarti juga menyebabkan daerah tersebut menjadi berkembang. Lebih lanjut bintarto (1977: 62) mengatakan bahwa letak kota yang strategis, misalnya saja letak dipersimpangan jalan, letak pertemuan dua aliran sungai, letak di lemabah-lembah yang subur, di dataran aluvial akan membneri pengaruh positif terhadap perkembangan kota. 3. Faktor transportasi dan lalucommit lintas to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jalur jalan pada suatu kota dan jalur penghubung kota dengan daerah sekitar kota sangat berpengaruh dalam ikut meningkatkan arus urbanisasi dan arus barang antar kota. Aksesibilitas kota menjadi semakin besar, sehingga akan membuka terjadinya perkembangan pemukiman ke berbagai arah. Daerah-daerah yang terletak pada fokus jalan lalu litas darat, laut, maupun udara akan mengalami perkembangan yang cepat. 4.
Faktor pertumbuhan penduduk Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan pemukiman. Faktor penduduk dapat disebut faktor dinamis terjadinya perkembangan pemukiman. Dalam hal ini Yunus (1981 : 3) mengemukakan bahwa sehubungan dengan kuantitas penduduk perkotaan perlu disoroti dua hal yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kota sendiri, yaitu perkembangan penduduk yang disebabkan karena pendatang-pendatang. Makin besar arus urbanisasi dan ditunjang dengan pertumbuhan alami penduduk kota akan mengakibatkan jumlah penduduk kota akan semakin membengkak sehingga memungkinkan penambahan fasilitas penunjang yang berupa pembangunan fisik yang memerlukan lahan baru yang tidak mungkin dibangun dipusat kota, tetapi dialihkan, kedaerah pinggiran karena sehingga akan mengakibatkan munculnya permukimanpermukiman baru.
5.
Faktor ekonomi Apabila suatu daerah perekonomiannya berkembang dengan baik, maka orang tertarik untuk datang ke daerah tersebut untuk bekerja dan akhirnya tinggal menetap di sana serta mendirikan rumah yang baru sehingga akan menyebabkan permukiman-permukiman baru.
4.
Pengertian Masjid
Kata masjid disebut sebanyak dua puluh delapan kali dalam Al-Qur‟an, berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud. Dari segi bahasa kata tersebut commit user patuh, taat, serta tunduk dengan terambil dari akar kata sajada-sujud yangtoberarti
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penuh hormat dan takdzim. Secara terminologis diartikan sebagai tempat beribadah umat Islam, khususnya dalam menegakkan shalat. Masjid sering disebut Baitullah (rumah Allah Subhanahu Wata‟ala), yaitu bangunan yang didirikan sebagai sarana mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada selain Allah Subhanahu Wata‟ala, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung (ini tidak boleh dilakukan karena mengandung
arti
kesyirikan).
http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html. Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid oleh karena itu sabda Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi wassalam, Allah Subhanahu Wata‟alamenjadikan bumi ini sebagai masjid. Sedangkan masjid dalam artian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama shalat berjamaah. Pengertian ini kemudian mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk shalat Jum‟at disebut masji Jami‟. Karena shalat Jum‟at diikuti oleh banyak orang maka masjid Jami‟ biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan disebut Musholla, yang artinya tempat sholat. Dalam Ensiklopedi Indonesia dikatakan
bahwa
perpedaannya,
masjid
masjid
dengan
seperti
Musholla/langgar
yang
telah
tertera
ataupun di
atas,
surau
ada
sedangkan
Musholla/langgar ataupun surau merupakan tempat mengaji, tempat belajar agama, dan tempat sembahyang bagi kaum Muslimin dengan luas lebih kecil dari masjid. Pada zaman Nabi Muhammad sholallahu‟alaihi wassalam yang dinamakan Musholla ialah tanah lapang tempat melakukan shalat Hari Raya. Fungsi masjid adalah sebagai tempat melaksanakan shalat berjama‟ah. Meskipun fungsi utamanya sebagai tempat menegakkan shalat, namun shalat bukanlah hannya tempat untuk melaksanakan shalat saja, sejarah telah commit to user membuktikan multi fungsi peranan masjid. Bukan saja tempat shalat, tetapi juga
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai pusat pendidikan, pengajian keagamaan, dan fungsi-fungsi di bidang sosial, politik, ekonomi, dan lain sebagainya. Dalam perjalanan sejarahnya, pada waktu hijrah dari Mekah ke Madinah ditemani shahabat beliau, Abu Bakar, Rasulullah sholallahu‟alaihi wassalam melewati daerah Quba di sana beliau mendirikan Masjid pertama sejak masa kenabiannya, yaitu Masjid Quba (QS 9:108, At Taubah). Setelah di Madinah Rasulullah
sholallahu‟alaihi
wassalam
sholallahu‟alaihi
wassalam
juga
mendirikan Masjid, tempat umat Islam melaksanakan shalat berjama‟ah dan melaksanakan aktivitas sosial lainnya. Pada perkembangannya disebut dengan Masjid An- Nabawi. Ada tiga masjid besar yag memiliki keutamaan di antara masjid-masjid yang lain bagi umat Islam, yaitu masjid Al-Haram, di Makkah masjid al-Aqsha, di Palestina dan masjid An-Nabawi di Madinah. Banyak Masjid didirikan umat Islam, baik Masjid umum, Masjid Sekolah, Masjid Kantor, Masjid Kampus maupun yang lainnya. Masjid didirikan untuk memenuhi hajat umat, khususnya kebutuhan spiritual, guna mendekatkan diri kepada Pencipta-nya. Tunduk dan patuh mengabdi kepada Allah Subhanahu Wata‟ala. Masjid menjadi tambatan hati, pelabuhan pengembaraan hidup dan energi kehidupan umat. Fungsi Masjid paling utama adalah sebagai tempat melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Kalau kita perhatikan, shalat berjamaah adalah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah Nabi dalam pengertian muhaditsin, bukan fuqaha, yang bermakna perbuatan yang selalu dikerjakan beliau. Ajaran Rasulullah shallallahu‟alaihi wa sallam tentang shalat berjamaah merupakan perintah yang benar-benar ditekankan kepada kaum muslimin. Sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. at-Taubah: 18). Allah Subhanahu Wata‟ala telah memuliakan masjid beserta orang-orang user Allah telah menjanjikan kepada yang memakmurkannya dengan commit ketaatan.to Dan
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka pahala yang sangat besar. Allah Subhanahu Wata‟ala berfirman, artinya, "Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut namaNya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang. Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, dan (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan Balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karuniaNya kepada mereka. dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendakiNya tanpa batas." (QS. an-Nur: 36-38)
5. Distribusi Spasial Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan, menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data). Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74). Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. commit to user Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features, dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik (mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007 : 52-53). Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang manghasilkan peta tematik. SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta yang dapat digunakan untuk menampilkan informasi-informasi tertentu. Peta-peta tematik tersebut dapat dibuat dari peta-peta yang sudah ada sebelumnya, hanya memanipulasi atribut-atributnya. Yousman (2004: 5) SIG mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG. Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain : a.
Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian.
b.
Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang
berbeda,
misalnya
menganalisis
daerah
rawan
erosi
dengan
mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air. c.
Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa commit to user minyak atau gas, air minum atau saluran pembuangan.
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.
e.
Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.
Ada beberapa analisis yang dapat digunakan dalam SIG: 1) Penyuntingan untuk pemutakhiran data.2) Interpolasi spasial.3) Tumpangsusun peta.4) Analisis jaringan.5) Buffering.6) Klasifikasi.7) 3D analisis.8) Digital image processing. (http/partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id/esensial peta.) Disribusi spasial dalam penelitian ini berkaitan dengan informasi mengenai lokasi atau posisi secara tepat masjid-masjid yang tersebar di kecamatan Jebres. Tepat dalam artian bahwa data mengenai posisi masjid ditampilkan dengan letak lintang dan letak bujur yang diketahui dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) dan selain itu diketahui juga letak atau posisi masjid secara administratif. Hal ini sangat penting diupayakan sehingga data persebaran ini bisa dijadikan pertimbangan untuk pembangunan masjid selanjutnya. 6. Pola Distribusi Masjid Pola persebaran / distribusi merupakan suatu sistem persebaran lokasi yang disesuaikan dengan keruangan. Pada hakikatnya analisa keruangan adalah analisa lokasi yang menitik beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement) (Bintarto, 1982). Pola persebaran yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi persebaran lokasi masjid berdasarkan lokasi bangunannya. Dalam penentuan pola persebaran masjid di daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan perhitungan "Analisa Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour Statistic T)" Bintarto, R dan Surastopo, (1982). Analisa seperti ini memerlukan data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat yang pada user satu dengan lokasi masjid yang penelitian ini adalah jarak antaracommit masjidtoyang
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai sebuah titik dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa dilakukan di bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan mempunyai hasil yang berbeda jika dilakukan pengukuran langsung di lapangan. Dalam menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut: a.
Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki
b.
Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi menjadi pola penyebaran titik
c.
Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara menganalisanya
d.
Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.
e.
Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic) T dengan menggunakan formula :
T
=
Ju Jh
Keterangan : T = indeks penyebaran tetangga-terdekat Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat dihitung dengan rumus : 1 Jh= 2 √P commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada (N) dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga
N . A
Parameter tetangga terdekat atau indeks penyebaran tetangga-terdekat mengukur kadar kemiripan pola titik terhadap pola random. Untuk memperoleh Ju digunakan cara dengan menjumlahkan semua jarak tetangga terdekat dan kemudian dibagi dengan jumlah titik yang ada. Parameter tetangga-terdekat T (Nearest Neigbour Statistic T) tersebut dapat ditunjukkan pula dengan rangkaian kesatuan (continuum) untuk mempermudah pembandingan antar pola titik. Menurut Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno (1982: 76), membagi pola persebaran menjadi 3 jenis, yaitu : 1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya (T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu. 2). Random
(acak),
apabila
indeks
kumulatif
parameter
tetangga
terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu dengan yang lainnya tidak teratur. 3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama. T=0
T = 1.0
Mengelompok ●● Seragam ● ●●● ●● ●● ● ● ●●
T = 2,15
Random ●
Seragam ●
●
●
●
● ● ●
●
● ●
● ●
Gambar 1. Continuum Nilai Nearest Neigbour Statistic T commit to user
●
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Citra Ikonos Ikonos adalah citra satelit penginderaan jauh resolusi tinggi. Satelit ikonos diluncurkan tanggal 24 September 1999. Orbit Ikonos sinkron matahari (sun=syncronous). Ikonos mengelilingi bumi 14 kali perhari atau setiap sembilan puluh delapan menit. Ikonos merekam bumi pada saluran pankromatik (gelombang sinar tampak) dengan resolusi spasial satu meter, dan multi spektral dengan empat saluran (biru, hijau, merah, dan infra merah dekat) dengan resolusi spasial empat meter. Kedua produk tersebut terekam pada rona 11-bit (2048 tingkat warna atau rona). Namun demikian keterbatasan warna yang digunakan pada setiap komputer pengguna hanya sampai 8-bit tingkat warna (tingkatan warna atau rona yaitu 0-255). Rekaman citra satelit Ikonos menggunakan saluran atau panjang gelombang pankromatik (sinar tampak) dan saluran inframerah pantulan (inframerah dekat). Kombinasi saluran menghasilkan warna palsu yang dapat digunakan untuk identifikasi permukaan bumi secara rinci. B.
Penelitian Yang Relevan.
1. Judul : Distribusi Spasial Dan Arah Kiblat Masjid Di Kecamatan Laweyan Dan Kecamatan Serengan Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah Tahun 2006. Peneliti : Kunti Robikhah Fakiultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta (2007) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Sebaran Masjid 2) Arah kiblat dan tingkat penyimpangan Masjid-masjid 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan arah kiblat Masjidmasjid yang ada di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan kota Surakarta Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yang bertujuan mengumpulkan data mengenai obyek yang akan diteliti Survai dilakukan pada Masjid-masjid di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian inicommit adalah to data besar sudut arah kiblat Masjid dan user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
arah kiblat seharusnya, data lokasi Masjid, data penyimpangan arah kiblat, selain itu didukung data lintang dan bujur Mekah dan tempat yang akan ditentukan arah kiblatnya, nama Masjid, monografi masing-masing kecamatan, juga peta Rupa Bumi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan persebaran masjid-masjid di dua kecamatan yaitu, Laweyan dengan jumlah Masjid 104 Masjid dan Serengan dengan 43 Masjid yang ditampilkan dalam peta Masjid-masjid di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan kota Surakarta. Arah kiblat Masjid umumnya tidak mengarah tepat ke kiblat dan penyimpangan yang terjadi bervariasi mulai kurang dari 1° sampai kurang dari 21° yang terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu kategori rendah sebanyak
31 Masjid (53,5%) kategori sedang sebanyak 17 Masjid (29,3%)
kategori tinggi sebanyak
10 Masjid (17,2%. Kecenderungan penyimpangan
dengan perbandingan ke arah selatan 46 Masjid (79,3%) ke utara. Faktor yang memepengaruhi besarnya penyimpangan antaralain karena faktor prndidikan orang yang melakukan penentuan arah kiblat, faktor orientasi jalan karena adanya penataan wilayah, juga faktor kepemelukan agama Islam yang dianut oleh masyarakat yang berada di sekitar Masjid. 2. Judul:
Pengaruh
Pertumbuhan
Penduduk
Terhadap
Perkembangan
Permukiman di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Periode 19942004. Peneliti: Endang Wahyuni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (2006) Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pertumbuhan penduduk kecamatan Colomadu Periode 1994-2004 2. Perkembangan Permukiman Kecamatan Colomadu Periode 1994-2004 3. Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap perkembangan permukiman di kecamatan Colomadu Karangannyar periode 1994-2004 Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dengan populasi seluruh desa yang ada di kecamatan colomadu, yang meliputi 11 desa. Pengambilan sampel dilakukan commit to user secara sensus, yakni meliputi tiap desa yang ada di kecamatan Colomadu yang
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi unit analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan pencatatan dokumentasi dan observasi langsung serta analisis peta dengan pendekatan keruangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1. Kecamatan Colomadu pada tahun 1994 penduduknya berjumlah 43.702 jiwa dan pada tahun 2004 penduduknya meningkat mnjadi 53,41 jiwa, dengan angka pertumbuhan penduduk yaitu mencapai 2,02% pertahun. 2. Perkembangan permukiman di kecamatan Colomadu pada tahun 1994 seluas 670,1 Ha. Dan pada tahun 2004 menjadi seluas 767,6 Ha, selama kurun waktu 10 tahun mengalami perkembangan seluas 27 Ha. 3. Pertumbuhan
penduduk
berpengaruh
terhadap
perkembangan
lahan
permukiman. Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka kebutuhan permukiman juga meningkat, sedangkan lahan untuk menyediakan permukiman terbatas, sehingga perlu dilakukan alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan permukiman. Secara jelas penelitian-penelitian yang relevan dapat dilihat dalam tabel 1 berikut :
commit to user
50 Tabel 2. Penelitian yang Releven No 1
Penulis Kunti Robikhah (2007)
Judul Penelitian
Tujuan
Metode Penelitian
Distribusi Spasial Dan Mengetahui sebaran Deskriptif masjid kualitataif Arah Kiblat Masjid Di Menetahui arah kiblat Kecamatan Laweyan dan tingkat Dan Kecamatan penyimpangan Serengan Kota Masjid-masjid Surakarta Propinsi Jawa Mengetahui faktorTengah Tahun 2006.
Hasil Penelitian
faktor yang mempengaruhi penyimpangan arah kiblat masjid-masjid yang ada di kecamatan Laweyan dan kecamatan Serengan kota Surakarta
Persebaran Masjid-masjid di dua kecamatan yaitu, Laweyan dengan jumlah Masjid 104 Masjid dan Serengan dengan 43 Masjid. Arah kiblat Masjid umumnya tidak mengarah tepat ke kiblat dan penyimpangan yang terjadi bervariasi mulai kurang dari 1° sampai kurang dari 21° yang terbagi dalam 3 klasifikasi, yaitu kategori rendah sebanyak 31 Masjid (53,5%) kategori sedang sebanyak 17 Masjid (29,3%) kategori tinggi sebanyak 10 Masjid (17,2%. Kecenderungan penyimpangan dengan perbandingan ke arah selatan 46 Masjid (79,3%) ke utara. Faktor yang memepengaruhi besarnya penyimpangan antara lain adalah karena faktor pendidikan orang yang melakukan penentuan arah kiblat, faktor orientasi jalan karena adanya penataan wilayah, juga faktor kepemelukan agama Islam yang dianut oleh masyarakat yang berada di sekitar Masjid.
51
2.
Endang Wahyuni (2006)
Pengaruh Pertumbuhan Penduduk Terhadap Perkembangan Permukiman di Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Periode 1994-2004
Mengetahui Pertumbuhan penduduk kecamatan Colomadu Periode 1994-2004 Mengetahui Perkembangan Permukiman Kecamatan Colomadu Periode 1994-2004 Mengetahui Pengaruh Pertumbuhan Penduduk terhadap perkembangan permukiman di kecamatan Colomadu Karangannyar periode 1994-2004
Deskriptif Kualitatif
Kecamatan Colomadu pada tahun 1994 penduduknya berjumlah 43.702 jiwa dan pada tahun 2004 penduduknya meningkat mnjadi 53,41 jiwa, dengan angka prtumbuhan penduduk yaitu mencapai 2,02% pertahun. Perkembangan permukiman di kecamatan Colomadu pada tahun 1994 seluas 670,1 Ha. Dan pada tahun 2004 menjadi seluas 767,6 Ha, selama kurun waktu 10 tahun mengalami perkembangan seluas 27 Ha. Pertumbuhan penduduk berpengaruh terhadap perkembangan lahan permukiman. Dengan pertumbuhan penduduk yang meningkat, maka kebutuhan permukiman juga meningkat, sedangkan lahan untuk menyediakan permukiman terbatas, sehingga perlu dilakukan alih fungsi lahan untuk memenuhi kebutuhan permukiman.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Manusia Kota sebagai perwujudan geografis selalu mengalami perubahan baik aspek fisik maupun non fisik dari waktu ke waktu. Proses perkembangan perkotaan saat ini tidak terlepas dari 2 faktor yaitu faktor centripetal forces dan faktor centrifugal forces. Dalam hal ini faktor centripetal forces
merupakan
kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya pergerakan penduduk dari luar perkotaan menuju
ke perkotaan, dampak yang ditimbulkan diantaranya:
terbentuknya kelompok masyarakat yang hidup dari sektor informal baik sah maupun tidak, munculnya gejala ruralisasi di perkotaan dan berkurangnya tenaga produktif dipedesaan. Centrifugal forces, merupakan kekuatan-kekuatan yang menyebabkan terjadinya gerakan penduduk dan fungsi-fungsi perkotaan dari pusat kota menuju ke bagian luar kota. Pada perkembangan selanjutnya kekuatan ini akan terus menjalar secara alami ke bagian yuridis formal administratif menuju ke daerah pinggiran kota. Pertambahan penduduk alami kota ditambah dengan adanya migrasi masuk baik yang bersifat menetap maupun sementara hal ini mengakibatkan penduduk kota semakin bertambah padat. Kepadatan penduduk ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan berbagai fasilitas kehidupan yaitu kebutuhan akan lahan untuk permukiman. Manusia dalam hidupnya membutuhkan ruang untuk melangsungkan segala aktifitasnya, sehingga lahan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup materiil spirituil. Peningkatan
kebutuhan
permukiman
sebagai
akibat
pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat sedangkan ruang di muka bumi bersifat tetap, maka akan menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman sedangkan luas lahan yang ada di daerah penelitian tidak bertambah maka akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan dari non permukiman ke permukiman. Perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di daerah penelitian diperkirakan akan terus mengalami perkembangan selama masih tersedia lahan yang siap bangun. Pengamatan yang userBumi lembar Surakarta skala dilakukan dengan menggunakancommit Peta to Rupa
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1:25.000 lembar 1408-343 tahun 2001 dan menggunakan Citra Ikonos tahun rekaman tahun 2008 maka akan diketahui perkembangan permukiman di daerah penelitian selama kurun waktu 8 tahun. Disamping dengan peta RBI dan Citra Ikonos juga dilakukan pengamatan langsung dilapangan guna melengkapi data perkembangan permukiman di daerah penelitian. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan semakin luasnya areal permukiman akan mengakibatkan bertambahnya kebutuhan penduduk akan sarana dan prasarana. Pembangunan fisik maupun non fisik terus dilaksanakan untuk mengimbangi kebutuhan penduduk yang terus meningkat. Salah satunya adalah pembangunan fasilitas rumah ibadah guna memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat.
Keberadaan Masjid sebagi sarana Ibadah bagi umat Islam di
Kecamatan Jebres belum diketahui keberadaannya. Pada fokus penelitian ini, akan membahas mengenai pentingnya distribusi spasial bangunan masjid sehingga dapat diketahui seberapa besar peningkatan pembangunan masjid, distribusi pembangunan masjid, pola distribusi pembangunan masjid, serta hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman. Sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam hal pembangunan masjid selanjutnya Penjelasan secara singkat dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 200-2008
Centripetal Forces
Centrifugal Forces
Pertumbuhan Penduduk
Pengamatan Dengan Menggunakan Peta RBI Tahun 2001 Dan Citra Ikonos Tahun 2008
Peningkatan Kebutuhan Lahan Untuk Permukiman
Pengamatan Dengan Melakukan Survei Lapangan Tahun 2009
Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman
Perkembangan Permukiman
Kebutuhan Sarana Ibadah (Masjid)
Hubungan Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman Pertumbuhan Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Kota Surakarta
Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran commit to user
Pola Distribusi Pembagunan Masjid Kecamatan Jebtres Kota Surakarta
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian Dalam penelitian ini tempat yang diambil untuk menggambarkan kejadian yang sebenarnya dari obyek atau fenomena yang akan diteliti adalah di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Jebres adalah: a. Lokasi Kecamatan Jebres yang strategis terletak diantara jalur perkembangan antara Kota Surakarta khususnya dengan Kabupaten Karanganyar maupun daerah-daerah sekitar di exs Kareisidenan Surakarata menyebabkan rentan adanya perubahan penggunaan lahan. b. Kecamatan Jebres memiliki luas wilayah terbesar no 2 setelah Kecamatan Banjarsari dan memiliki jumlah sehingga
penulis
tertarik
pemeluk Agama Islam terbesar no 2
untuk
mengadakan
penelitian
mengenai
perkembangan pembangunan masjid, distribusi pembangunan masjid, pola distribusi pembangunan masjid, serta hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres 2. Waktu Penelitian Dalam melaksanan seluruh kegiatan dari tahap awal pengajuan proposal hingga
penarikan
kesimpulan,
peneliti
membutuhkan
waktu
untuk
menyelesaikanya dengan rentang waktu sebagai berikut : Waktu No
Kegiatan 1 2 3 4 5 6
Okt „08
Nov Des„08
JanMar-Apr Peb '09 '09
Sep ‟10 –Mei ‟11
√ √√ √ Tahap Persiapan √√√√ Pengajuan Proposal Penyusunan Instrumen √√√√ Penelitian √√√√ Pengumpulan Data √√ √√ Analisis Data commit to user √√√√ Penulisan Laporan
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Bentuk dan Strategi Penelitian Metode Penelitian adalah suatu strategi atau cara yang biasa digunakan dalam usaha mengumpulkan data untuk menjawab persoalan yang dihadapi dalam penelitian melalui langkah-langkah tertentu. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini maka peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif spasial dan metode survai. Penelitian pengungkapan
deskriptif
suatu
masalah
adalah atau
penelitian keadaan
yang
mengarah
sebagaimana
adanya
pada dan
mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis (Tika, 1997: 7). Spasial adalah ciri khas dan identitas geografi yang berarti keruangan. Pengertian kata spasial adalah mengacu kepada ruang suatu wilayah geografis tertentu. Hadi (2009) mengemukakan bahwa tekanan utama geografi bukanlah pada substansi melainkan pada sudut pandang spasial. Dalam menganalisis gejala dan permasalahan suatu ilmu (sains), maka diperlukan suatu metode pendekatan (approach method). Metode pendekatan inilah yang digunakan untuk membedakan kajian geografi dengan ilmu lainnya, meskipun obyek kajiannya sama. Pandangan spasial atas telaah substansi tanah (soil) kemudian memunculkan Geografi tanah sebagai salah satu cabang Geografi. Pandangan spasial atas telaah substansi tumbuh-tumbuhan kemudian memunculkan fitografi sebagai salah satu cabang Geografi. Demikian pula halnya dengan pandangan spasial atas telaah substansi ekonomi kemudian memunculkan Geografi Ekonomi sebagai salah satu cabang Geografi dan seterusnya. Metode pendekatan ini adalah yang disebut pendekatan keruangan. Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial process) (http://partosohadi staff.fkip.uns.ac.id/2009/05/47/). Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakkan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan elemen-elemen pembentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama yaitu: commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kenampakan titik (point features), kenampakan garis (line features) dan kenampakan bidang (areal features). Dari uraian diatas, metode deskriptif spasial dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan obyek penelitian secara keruangan, dimana hasil akhir dari pengolahan data spasial dalam penelitian ini adalah berupa peta. Sesuai dengan yang dikemukakan Hadi (2009) bahwa produk akhir geografi adalah wilayah-wilayah (regions) sebagai perwujudan dari persamaan dan perbedaan yang ada di muka bumi. Dari pengwilayahan itulah kemudian dihasilkan dalil-dalil umum dalam bentuk modelmodel spasial yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi atau rekomendasi. Hasil pengwilayahan itu tidak bisa disajikan dengan jelas jika hanya dengan uraian-uraian melainkan harus dengan peta.
Peta tersebut adalah peta-peta
tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau multitema sebagai deskripsi, analisis dan sintesis obyek atau fenomena spasial. Hasil akhir pengolahan data pada penelitian ini adalah berupa peta. Peta yang dihasilkan merupakan peta tematik yang dapat mempresentasikan satu tema atau multitema sebagai deskripsi, analisis dan sintesis objek. Peta-peta tematik yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah: 1. Peta Perubahan Penggunaan Lahan Non Permukiman-Permukiman 2. Peta Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008 3. Peta Pola Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008 4. Peta Hubungan Antara Pembagunan Masjid dengan Perkembangan Permukiman Menurut Arikunto (1996: 93) bahwa metode survey adalah salah satu cara pendekatan dalam penelitian yang pada umumnya digunakan untuk mengelompokan data yang luas dan banyak. Metode survai dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai objek yang diteliti. Survai dilakukan di masjid-masjid di keseluruh kecamatan Jebres.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Jenis Data Dan Sumber Data Sumber data penelitian digolongkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data sekunder dan data primer. “Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli.” “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti.” Data primer yang dibutuhkan adalah data titik koordinat masjid di Kecamatan Jebres diperoleh melalui pengukuran dilapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Tabel 3. Data dan Jenis Data serta Sumber Data No 1
Data
Jenis Data
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Sekunder
Sumber Bakosurtanal
1408-343 (sumber data) 2
Citra Ikonos daerah penelitian
Sekunder
Google Earth.com
2
Data lokasi masjid (koordinat)
Primer
Ploting GPS
3
Data nama dan alamat masjid Kecamatan Sekunder
KUA
Jebres
Jebres, DEPAG
4
Data monografi Kecamatan Jebres
Sekunder
BPS
5.
Data
Lahan
Kecamatan Sekunder
BPS
Data jumlah pemeluk agama
sekunder
BPS
Penggunaan
Kecamatan
Jebres 5
D. Populasi dan Sampel
Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53) mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan commit to user sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas.
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penelitian Analisis Distribusi Pembangunan Masjid Dan Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Di Kecamatan Jebres
merupakan
penelitian populasi yang berarti seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian ini. Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya jumlah masjid yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Jumlah populasi masjid yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta ada 157 masjid. Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian”. sampel penelitian adalah Kelurahan Mojosongo, karena pada kelurahan ini terjadi pemekaran permukiman berdasarkan overlay peta Rupa Bumi Indonesia cetakan tahun 2001 dengan Citra Ikonos hasil rekaman tahun 2008.
E. Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Arikunto (1996). Teknik dokumentasi merupakan teknik yang memberikan informasi secara tepat dan akurat untuk dipertanggung jawabkan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengutip pada sumber data yang tersedia. Teknik Dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang letak astronomis, luas daerah penelitian, data penggunaan lahan, data pertumbuhan penduduk,
data kepadatan penduduk, data jumlah pemeluk agama dan data
keadaan sosial ekonomi masyarakat diperoleh dari Badan Statistik Kota Surakarta. Data nama masjid dan alamat masjid diperoleh dari Kantor Departemen Agama Kota Surakarta. 2. Observasi lapangan Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Observasi lapangan dilakukan untuk commit to seperti user keadaan fisik daerah, lokasi mendapatkan data aktual dari lapangan
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perubahan penggunaan lahan untuk permukiman dan lokasi masing-masing masjid di Kecamatan Jebres kota Surakarta. Data diperoleh dengan cara pengambilan titik koordinat lokasinya dengan menggunakan Global Positioning Sistem (GPS). Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan lahan dilakukan observasi terhadap daerah-daerah yang terjadi perubahan penggunan lahan. Observasi lapangan pada penelitian ini dilakukan dengan melihat langsung lokasi perubahan penggunaan lahan dan keadaan fisik daerah penelitian. Observasi lapangan di lakukan di Kelurahan Mojosongo dimana pada kelurahan ini yang mengalami perubahan penggunaan lahan untuk permukiman.
F. Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Moleong, 1995). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta, kemudian di uraikan secara deskriptif dalam bentuk kalimat. Proses analisis data dimulai dengan:
1. Mengetahui Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Teknik menganalisis perubahan penggunaan lahan yang terdapat di Kecamatan Jebres selama 8 tahun terakhir, dilakukan dengan langkah awal pembuatan Peta Penggunaan Lahan tahun 2000 dan Peta Penggunaan Lahan tahun 2008 yang diperoleh dengan mengkompilasikan peta RBI dengan citra ikonos/google earth daerah liputan Kecamatan Jebres hasil rekaman tahun 2008 menggunakan program R2V 4.0 dan Arc Vew 3.3 untuk mengetahui sebaran penggunaan lahan, beserta luasannya. Kemudian untuk mengatahui sebaran perubahan penggunaan lahan dilakukan dengan menggunakan teknik overlay pada commit to user peta penggunaan lahan tahun 2000 dengan peta penggunaan lahan tahun 2008
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hasil berupa peta perubahan penggunaan lahan non permukiman menjadi permukiman di Kecamatan Jebres tahun 2000-2008. Kemudian dilakukan survei lapangan untuk mencocokan dengan hasil yang didapat dari overlay tersebut. Setelah diketahui persebaran permukiman baru kemudian dilakukan analisis lebih lanjut dengan teknik analisis deskriptif yaitu mendiskripsikan besarnya perubahan dengan menganalisis data sekunder luas penggunaan lahan tahun 2000 dan tahun 2008 yang diperoleh dari kantor Badan Statistik Kota Surakarta. 2. Mengetahui Perkembangan Pembangunan Masjid Mengetahui
perkembangan
pembangunan
masjid
yaitu
dengan
menganalisis data jumlah Masjid tahun 2000 dengan data pembangunan masjid yang telah didirikan sampai tahun 2008 kemudian dilakukan pengecekan di lapangan sehingga dapat diketahui perkembangan pembangunan Masjid diKecamatan Jebres.
3. Mengetahui Distribusi Spasial masjid Analisis distribusi spasial masjid digunakan untuk mengetahui sebaran dari Masjid yang ada di Kecamatan di Jebres Kota Surakarta dengan menggunakan analisis peta.
4. Mengetahui Pola Distribusi Pembangunan Masjid Analisis deskripsi spasial dilakukan untuk mengetahui pola sebaran pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres. Dalam penentuan pola distribusi masjid di daerah penelitian ditentukan dengan menggunakan perhitungan "Analisa Tetangga Terdekat (Nearest Neigbour Statistic T)". Analisa seperti ini memerlukan data tentang jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang paling dekat yang pada penelitian ini adalah jarak antara lokasi masjid yang satu dengan lokasi masjid yang terdekat. Sehubungan dengan hal ini tiap lokasi dianggap sebagai sebuah titik dalam ruang. Penggunaan analisa tetangga terdekat hanya bisa dilakukan di bidang datar dengan mengabaikan relief yang ada, sehingga akan commit to userpengukuran langsung di lapangan. mempunyai hasil yang berbeda jika dilakukan
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam menggunakan analisa tetangga-terdekat harus diperhatikan beberapa langkah sebagai berikut: a.
Menentukan batas wilayah yang akan diselidiki
b.
Mengubah pola penyebaran seperti yang terdapat dalam peta topografi menjadi pola penyebaran titik
c.
Memberikan nomor urut bagi tiap titik untuk mempermudah cara menganalisanya
d.
Mengukur jarak terdekat yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain yang merupakan tetangga terdekat.
e.
Menghitung besar parameter tetangga terdekat (nearest-neigbour statistic) T dengan menggunakan formula : T
=
Ju Jh
Keterangan : T = indeks penyebaran tetangga-terdekat Ju = jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat Jh = jarak rata-rata yang diperoleh andaikata semua titik mempunyai pola random Andaikata semua titik mempunyai persebaran random, maka Jh dapat dihitung dengan rumus : 1 Jh
= 2 √P
P = kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi dari jumlah titik yang ada (N) dibagi dengan luas wilayah dalam Km2 (A), sehingga
N . A
Setelah diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek tersebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Adapun Jenis pola persebaran yang ditentukan adalah: commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1). Mengelompok, apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya (T) = 0 – 1. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu dengan lokasi lainnya berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu. 2). Random
(acak),
apabila
indeks
kumulatif
parameter
tetangga
terdekatnya (T) = 1- 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara lokasi yang satu dengan yang lainnya tidak teratur. 3). Terpencar (seragam), apabila indeks kumulatif parameter tetangga terdekatnya (T) = > 2,15. Atau dengan kata lain jika jarak antara satu lokasi dengan lokasi yang lainnya relatif sama.
5. Mengetahui Hubungan Antara Pembangunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman Untuk mengetahui hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman
digunakan analisis buffer dengan bantuan SIG.
Jarak/radius yang digunakan dalam pengukuran adalah digunakan asumsi ketersediaan seseorang untuk pergi secara jalan kaki dari titik perkembangan permukiman ke lokasi masjid yang baru. Jarak yang diasumsikan untuk orang bersedia berjalan kaki mengunjungi masjid adalah antara 0-500 meter dari lokasi tempat tinggal. Dari hasil asumsi antara jarak permukiman dan masjid dengan jalan kaki tersebut kemudian diambil kesimpulan bahwa jarak masjid yang berada antara kurang dari (<500 meter)
dari titik perkembangan permukiman
dimasukkan dalam kategori bahwa pembangunan masjid tersebut dipengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan lokasi masjid yang terletak pada jarak/radius lebih dari (>500 meter) dari titik perkembangan permukiman dikategorikan bahwa pembangunan masjid tersebut tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman.
commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan merupakan suatu tahapan yang dilakukan penulis dari tahap pemilihan masalah penelitian hingga penulisan hasil penelitian. Langkah- langkah yang dilakukan antara lain : 1. Penyusunan Proposal Penelitian Pada tahapan pertama yang dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah menyusun proposal penelitian dengan pokok bahasan yang terdapat didalamnya antara lain latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab selanjutnya berisi tentang landasan teori yang dibagi menjadi dua yaitu landasan teori dan kerangka berfikir, dan pada bab ketiga membahas tentang metodologi penelitian yang meliputi waktu dan tempat penelitian, bentuk penelitian, populasi dan sampel penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
2. Tahap Persiapan Instrumen Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menyiapkan alat penelitian diantaranya adalah Citra IKONOS/Google Earth liputan daerah penelitian, GPS (Global Positioning System) dan data nama lokasi keberadaan masjid. Data nama dan lokasi masjid tersebut selanjutnya digunakan untuk pengecekan titik koordinat masjid di lapangan.
3. Tahap Pengumpulan Data Setelah mempersiapkan intrumen yang akan digunakan dalam penelitian di lapangan,pada tahap ini mulai dilakukan proses pengumpulan data baik yang dilakukan dengan metode dokumentasi, maupun observasi lapangan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi: 1. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Surakarta tahun 2000 2. Citra IKONOS daerah penelitian rekaman tahun 2008 3. Data jumlah penduduk, komposisi penduduk daerah penelitian tahun 2000 dan tahun 2008
commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Data Komposisi penganut agama daerah penelitian tahun 2000 dan tahun 2008 5. Data nama dan alamat lokasi masjid daerah penelitian tahunn 2000 dan tahun 2008 6. Data jumlah sarana dan prasarana ekonomi sosial daerah penelitian tahun 2008
4.
Tahap Analisis data
Pada tahap ini, data dan informasi yang telah diperoleh dalam observasi, baik data primer maupun data sekunder dilakukan pengolahan. Pengolahan data yang dilakukan adalah: a) Analisis perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di kecamatan Jebres b) Analisis Distribusi perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres c) Analisis distribusi spasial pembangunan masjid di Kecamatan Jebres d) Analisis pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres e) Analisis hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman di Kecamatan Jebres
5. Penulisan Laporan Penelitian Langkah akhir yang dilakukan setelah semua tahap dilakukan adalah penulisan dalam bentuk laporan penelitian sesuai dengan pedoman di dalam penulisan.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas dan Batas a. Letak Berdasarkan Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-343 Surakarta, secara astronomis Kecamatan Jebres terletak pada 7°31‟41” LS sampai 7°34‟37” LS dan 110°49‟42” BT sampai 110°52‟08” BT. Secara administratif Kecamatan Jebres termasuk dalam wilayah Kota Surakarta. b. Luas Luas daerah penelitian secara keseluruhan adalah 1258,18 Ha. Daerah penelitian terdiri dari 11 Kelurahan. Luas masing-masing Kelurahan dapat dilihat pada tabel 4 Tabel 4. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 Luas NO NAMA KELURAHAN Ha 1 Kepatihan Kulon 17,50 2 Kepatihan Wetan 22,50 3 Sudiroprajan 23,00 4 Gandekan 35,00 5 Sewu 48,50 6 Pucang Sawit 127,00 7 Jagalan 65,00 8 Purwodiningratan 37,30 9 Tegalharjo 32,50 10 Jebres 317,00 11 Mojosongo 532,88 Jumlah 1258,18 Sumber : Monografi Kecamatan Jebres tahun 2008 c.
(%) 1,390 1,788 1,828 2,781 3,854 10,093 5,166 2,964 2,583 25,195 42,353 100
Batas Administrasi Kecamatan Jebres secara administratif berbatasan dengan:
a) Sebelah Utara b) Sebelah Selatan
: Kecamatan Gondangrejo : Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Pasar Kliwon commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Sebelah Barat
: Kecamatan Banjarsari
d) Sebelah Timur
: Kecamatan Jaten
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kecamatan Jebres dapat dilihat pada peta 1.
commit to user
68
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penggunaan Lahan Penggunaan lahan merupakan perwujudan dinamis dari aktifitas manusia terhadap tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik material maupun spiritual, yang selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu. Lahan yang dimiliki oleh Kecamatan Jebres sebesar 1258,18 hektar. Penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jebres disajikan pada tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan 2008 Tahun 2000 No
Jenis Penggunan Lahan
Tahun 2008
Ha
%
Ha
%
1.
Permukiman
656,45
52,17
659,09
52,38
2.
Jasa
176,28
14,01
176,6
14,03
3.
Perusahaan
87,00
6,915
83,56
6,64
4.
Industri
25,38
2,02
24,95
1,98
5.
Tanah kosong
18,09
1,43
24,53
1,95
6
Tegalan
96,07
7,63
91,32
7,26
7
Sawah
22,21
1,76
21,32
1,69
8
Kuburan
38,98
3,10
38,98
3,10
9
Lapangan Olah Raga
10,51
0,83
10,51
0,83
10
Taman Kota
22,60
1,79
22,60
1,79
11
Lain-lain
104,61
8,31
104,61
8,31
Jumlah
1258,18
100
1258,18
100
Sumber: Analisis Data Sekuder Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa pada tahun 2000 penggunan lahan terbesar adalah untuk permukiman sebesar 656,45 hektar (52,17%). Penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk jasa sebesar
176,28 hektar
(14,01%). Sedangkan lahan seluas 10,51 hektar merupakan lahan tekecil yang dimanfaatkan untuk lapangan olahraga atau hanya sekitar 0,83% . Pada tahun 2008 lahan terbesar masih didominasi untuk lahan permukiman yang terus meningkat luasannya dari tahun ketahun. Penggunaan lahan terluas commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah untuk permukiman sebesar 659,09 hektar (52,38%) kemudian jasa seluas 176,6 hektar (14,03%), lain-lain 104,61 (8,31%) dan tegalan 91,32 hektar (7,26%).
3. Kondisi Kependudukan dan Sosial Ekonomi Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di Kecamatan Jebres, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk a. Jumlah dan Persebaran Penduduk Penduduk merupakan modal pembangunan suatu daerah, sehingga pembangunan selalu dikaitkan dengan pertambahan jumlah penduduk dan kualitas penduduk. Penduduk merupakan faktor yang mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan permukiman. Kecamatan Jebres terdiri dari 11 Kelurahan merupakan Kecamatan terluas ke 2 yang ada di wilayah Kota Surakarta pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk
135.764 jiwa dengan
rincian 66.724 penduduk laki-laki dan 69.040 penduduk perempuan. Jumlah penduduk pada tahun 2008 secara keseluruhan meningkat sebanyak 142.292 jiwa, meliputi laki-laki sebanyak 70.446 dan penduduk perempuan sebanyak 71.826 jiwa. Kelurahan Mojosongo berpenduduk terbanyak yaitu 43.694 jiwa dengan pembagian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 21.700 jiwa dan perempuan sebanyak 21.994 jiwa. Penduduk paling sedikit di Kecamatan Jebres berada di Kelurahan Kepatihan Kulon dengan jumlah penduduk seluruhnya 2.930 jiwa, sebanyak 1.390 jiwa merupakan penduduk laki-laki dan sebanyak 1.540 jiwa merupakan penduduk perempuan. Jumlah penduduk yang semakin bertambah, mengakibatkan kebutuhan permukiman juga semakin meningkat. Data jumlah penduduk Kecamatan Jebres yang disajikan per kelurahan ditunjukkan pada tabel 6 berikut ini :
commit to user
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Data Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008 Penduduk Laki-laki No
Kelurahan
Jumlah Penduduk Laki-laki dan
Perempuan
(Jiwa)
Perempuan
(Jiwa)
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
2000
2008
2000
2008
Tahun
Tahun
2000
2008
1
Kepatihan Kulon
1.486
1.390
1.629
1.540
3.115
2.930
2
Kepatihan Wetan
1.634
1.574
1.630
1.506
3.264
3.080
3
Sudiroprajan
2.331
2.486
2.603
2.528
4.934
5.014
4
Gandekan
4.755
4.740
4.839
4.773
9.594
9.513
5
Sewu
3.829
3.941
3.744
3.887
7.573
7.828
6
Pucang Sawit
6.201
7.215
6.191
6.869
12.392
14.084
7
Jagalan
6.566
5.928
7.077
6.292
13.643
12.220
8
Purwodiningratan
2.634
2.533
2.958
289
5.592
5.372
9
Tegalharjo
3.251
3.008
3.474
3.088
6.725
6.096
10
Jebres
14.821
15.951
15.452
16510
30.273
32.461
11
Mojosongo
19.216
21.700
19.443
21.994
38.659
43.694
66.724
70.446
69.040
71.826
135.764
142.292
Jumlah
Sumber: Monografi Kecamatan Jebres tahun 2000, Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 b.
Kepadatan Penduduk Dalam perencanaan pembangunan yang dilakukan suatu daerah, data
kependudukan memegang peranan penting, semakin lengkap dan akurat data kependudukan yang diperoleh semakin mudah dan tepat rencana pembangunan tersebut. Kepadatan penduduk dapat diketahui dengan cara membandingkan luas wilayah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Data Jumlah Penduduk dan Tingkat Kepadatan Kecamatan Jebres Tahun 2000 dan Tahun 2008. No
Kelurahan
Jumlah
Tingkat Kepadatan
Luas Wilayah
Penduduk (Jiwa)
(Jiwa/Km²)
(Km²)
Tahun
Tahun
2000
2008
2000
2008
1
Kepatihan Kulon
0,18
3.115
2.930
17.305
17.235
2
Kepatihan Wetan
0,22
3.264
3.080
14.836
1.400
3
Sudiroprajan
0,23
4.934
5.014
21.452
21.800
4
Gandekan
0,35
9.594
9.513
27.411
27.180
5
Sewu
0,49
7.573
7.828
15.455
16.308
6
Pucang Sawit
1,27
12.392
14.084
9.757
11.089
7
Jagalan
0,65
13.643
12.220
20.989
18.800
8
Purwodiningratan
0,37
5.592
5.372
15.113
14.518
9
Tegalharjo
0,32
6.725
6.096
21.015
19.050
10
Jebres
3,17
30.273
32.461
9.549
10.240
11
Mojosongo
5,33
38.659
43.694
8.197
12,58
135.764
142.292
7.253 180.135
Jumlah
165.817
Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2000 dan Surakarta Dalam Angka tahun 2008 Berdasarkan Tabel 7 di atas dapat dihitung kepadatan penduduk di Kecamatan Kecamatan Jebres sebagai berikut : Kepadatan penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2000 :
135.764 = 10.792 Jiwa/Km2 12,58Km2 Kepadatan Penduduk Kecamatan Jebres Tahun 2008 :
142.292 = 11.310 Jiwa/ Km2 12,58Km2 Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu daerah sebagai berikut :
commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk No
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Keterangan
1
≤ 101
Sangat rendah
2
101 – 500
Rendah
3
501 – 1000
Sedang
4
1001 – 2000
Tinggi
5
2001 – 3000
Sangat Tinggi
6
≥ 3000
Tinggi Sekali
Sumber : Mantra (1985:35) Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi
sekali. Semakin
tingginya tingkat kepadatan penduduk di daerah penelitian, diduga kuat berasal dari laju pertumbuhan penduduk alami kota ditambah laju pertambahan penduduk yang berasal dari para pendatang. Berdasarkan Tabel 7, dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk paling tinggi di Kecamatan Jebres Pada tahun 2000 adalah Kelurahan Gandekan dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 27.411 jiwa/Km² sedangkan tingkat kepadatan penduduk paling rendah adalah sebesar 7.253 jiwa/ Km² yaitu di Kelurahan Mojosongo. Begitu juga pada tahun 2008 Kelurahan Gandekan masih merupakan kelurahan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk paling tinggi dengan tingkat kepadatan 27.180 Jiwa/Km², dan kelurahan dengan kepadatan paling rendah adalah Kelurahan Mojosongo dengan 8.197 jiwa/Km².
c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Komposisi
penduduk
menurut
tingkat
pendidikan
merupakan
pengelompokan penduduk berdasarkan tingkat pendidikan, dalam arti penduduk yang telah menamatkan kelas tertinggi sampai mendapatkan tanda tamat. Komposisi ini digunakan untuk mengambarkan potensi penduduk yang ada di suatu daerah. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan commit to user Kecamatan Jebres dapat dilihat secara rinci pada tabel 9.
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tiap Kelurahan di Kecamatan Jebres Tahun 2008 Tingkat Pendidikan No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Kelurahan Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Sudiroprajan Gandekan Sewu Pucang Sawit Jagalan Purwodiningratan Tegalharjo Jebres Mojosongo JUMLAH Prosentase
Tmt Akademi/ PT
Tmt SLTA
Tmt SLTP
Tmt SD
Tdk Tmt SD
Blm Tmt SD
Tdk Sklh
Total
368
776
463
167
29
311
550
2.760
137
342
567
532
697
281
104
2.660
105
783
1.142
110
343
672
1.221
4.376
439
1.133
1.502
2.105
609
295
1.205
7.288
151
1.144
2.994
624
431
412
1.221
6.977
260
2.200
1.900
2.900
1.941
2.019
503
11.731
187
1.305
3.086
3.552
487
1.793
519
10.929
59
590
991
1.414
232
451
746
4.483
116
815
535
927
939
516
1.885
5.733
1.484
4719
4297
4.659
4.610
5.325
5.336
30.430
2.450
4648
5618
5.209
5.856
4.735
5.568
34.084
5.756
18.455
23.095
22.199
16.182
16.810
18.858
121.451
4,73
15,19
19
18,27
13,32
13,84
15,52
100
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 Tingkat pendidikan di Kecamatan Jebres terbesar
pada tingkat tamat
SLTP dengan jumlah 23.095 jiwa atau mencapai 19%, selanjutnya tingkat tamat Sekolah Dasar (SD) 18,27%, tidak sekolah 15,52%, tamat SLTA 15,19%, belum tamat SD 13,84%, tidak tamat SD 13,32%, dan yang terakhir tingkat tamat Akademi/PT yaitu 4,73%.
d.
Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Berkaitan dengan tema yang diambil, maka perlu diketahui komposisi
agama yang dianut. Komposisi agama yang dianut adalah pengelompokan penduduk berdasarkan agama yang dianut. Komposisi ini digunakan sebagai acuan dalam pembangunan masjid, secara umum dan lebih lanjut dapat pula mengambarkan struktur dan sumberdaya penduduk yang ada di suatu daerah. Kecamatan Jebres memiliki jumlah penduduk sebesar 135.764 jiwa pada commitpenduduk to user di kecamatan Jebres menjadi tahun 2000, pada tahun 2008 jumlah
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
142.292 jiwa. Agama Islam merupakan Agama yang paling banyak dianut oleh penduduk yang tersebar pada 11 kelurahan di Kecamatan Jebres, dengan jumlah penganut dari 90.573 jiwa meningkat menjadi 95.296 jiwa pada tahun 2008. Kristen Katholik dan Kristen Protestan secara berurutan berada di bawah Agama Islam dalam jumlah penganutnya yaitu 21.802 jiwa dan 22.518 . Agama Hindu dengan jumlah penganutnya 872 jiwa pada tahun 2008 merupakan agama yang paling sedikit dianut. Dari uraian penduduk menurut agama yang dianut diatas, sesuai dengan pokok bahasan yang dibahas berarti ketersediaan rumah ibadah masjid sangatlah perlu ditingkatkan mengingat jumlah dan kepadatan penduduk semakin bertambah. Komposisi penduduk menurut agama yang dianut dapat dilihat lebih rinci pada tabel 10. Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Agama yang Dianut Di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008. Agama Yang Dianut
Kelurahan
Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Sudiroprajan Gandekan Sewu Pucang Sawit Jagalan Purwodiningratan Tegalharjo Jebres Mojosongo JUMLAH
Tahun 2000 2008
Kristen Katholik (jiwa) Tahun 2000 2008
Kristen Protestan (jiwa) Tahun 2000 2008
2.236
2.142
552
263
304
481
11
40
12
4
1.886
1.797
614
595
579
561
101
67
84
60
2.518
2.846
1.181
1.101
993
867
237
195
5
5
6.097
6.270
964
914
2.179
2013
270
316
84
-
6.578
6.568
520
575
408
626
35
30
32
29
8.448
9.768
2.130
2.290
1.528
1.752
175
170
111
104
10.392
8.940
1.849
1.825
1.218
1.257
146
144
38
54
3.140
2.808
1.053
1.056
1.207
1.320
43
39
149
149
3.990
3.523
1.197
1.016
1.073
1.033
229
223
236
301
21.573
23.300
4.296
4.624
4.111
4.231
149
148
144
158
23.715
27.334
7029
7.543
7499
8.377
412
432
4
8
90.573
95.296
22.518
1.808
1.804
899
872
Islam (jiwa)
21.385 commit21.802 to user 21.009
Sumber: Surakarta Dalam Angka tahun 2000 dan 2008
Budha (jiwa)
Hindu (jiwa)
Tahun 2000 2008
Tahun 2000 2008
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e. Fasilitas Kota Ketersediaan Fasilitas kota sangatlah perlu karena dengan banyaknya fasilitas yang tersedia akan semakin mempermudah pemenuhan kebutuhan manusia ketersediaan fasilitas kota yang tersedia cukup banyak berarti sarana prasarana daerah tersebut lengkap, sehingga kebutuhan hidup semakin mudah. Berikut tabel 11 yang menjelaskan keberadaan fasilitas yang ada di Kecamatan Jebres: Tabel 11. Fasilitas Umum Kecamatan Jebres Fasilitas Umum Kelurahan
Hotel /Losmen
Pasar
Swal ayan
Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan
1
Sewu
1
1
216
1
121
2
173
5
336
9
328
4
125
3
28
1
1
753
6
1
2
2
Jagalan Purwodiningratan
2
1
1 1
Mojosongo JUMLAH
Kampus
33
1
Jebres
Rumah Sakit
1
Gandekan
Tegalharjo
Pabrik
Stadion
Stasiun KA
50
Sudiroprajan
Pucang Sawit
Toko
5
1 2
1
899
16
1
4
8
2
3.662
48
3
6
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008 Berdasarkan tabel 11 diatas, fasilitas kota yang terdapat di Kecamatan Jebres secara keseluruhan yaitu sebanyak 3.735 fasilitas. Fasilitas yang banyak tersedia adalah toko sebanyak 3.662 bangunan, dan pabrik sebanyak 48 bangunan. Pasar tradisional sebanyak 8 bangunan, kampus sebanyak 6 bangunan, hotel atau losmen sebanyak 5 bangunan. Rumah sakit sebanyak 3 bangunan, swalayan sebanyak 2 bangunan, dan stasiun kereta api sebanyak 1 bangunan. Dengan banyaknya jumlah fasilitas kota yang disediakan oleh pemerintah daerah Kota Surakarta maka peduduk di Kecamatan jebres khususnya ataupun penduduk yang commit to user berada diluar kota Surakarta akan semakin mudah dalam memenuhi kebutuhan
1
1
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hidupnya. Semakin banyak penduduk dari luar kota bermukim dan menetap, maka kebutuhan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat.
B. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman di Kecamatan Jebres Penggunaan lahan di suatu daerah sangat terkait dengan aktifitas manusia yang senantiasa berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan memanfaatkan lahan yang telah ada. Pemanfaatan lahan tersebut sangat beragan bergantung dari kepentingan yang bersangkutan. Beragamnya kepentingan terhadap lahan dan semakin tingginya nilai lahan menyebabkan terjadinya persaingan secara tidak langsung dalam mmeperoleh lahan yang paling menguntungkan, baik dari segi ekonomi maupun sosial. Adanya aktifitas dan prilaku-prilaku terhadap lahan secara terus menerus tersebut menjadikan lahan bersifat dinamis, dalam arti lahan akan selalu mengalami perubahan dari waktu kewaktu mengikuti perkembangan kualitas kehidupan manusia sebagai penggunannya. Perubahan penggunaan lahan tidak hanya disebabkan oleh adanya kepentingan pribadi setiap manusia terhadap lahan untuk tujuan tertentu, namun juga merupakan dampak dari proses pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pelebaran jalan merupakan salah satu contoh adanya usaha untuk meningkatkan aksebelitas dan kelancaran distribusi kegiata yang ada dimana, pembangunan ini akan mengurangi luasan lahan untuk bangunan yang ada. Secara keseluruhan luas wilayah daerah penelitian yaitu 1.258,18 hektar yang memiliki bentuk penggunaan lahan yang cukup bervariatif ada yang termasuk dalam jenis penggunaan tanah perkotaan seperti perumahan/ permukiman, jasa, perusahaan, industri dan jenis penggunaan tanah pedesaan yaitu lahan agraris seperti sawah maupun tegalan. Perubahan penggunaan lahan yang menyebabkan adanya perubahan penggunaan lahan di kota di daerah penelitian yaitu penggunaan lahan yang bersifat agraris maupun non agraris. commit to user Berikut deskripsi data penggunaan lahan tahun 2000 dan tahun 2008.
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000 Pada tahun 2000 penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Jebres adalah
untuk permukiman atau yang berupa rumah dan pekarangan seluas 652,52 Ha atau 52,17 % dari seluruh luas kecamaatan. Permukiman ini tersebar di 11 kelurahan baik berupa perkampungan maupun kompleks perumahan. Penggunaan lahan terbesar ke dua di Kecamatan jebres adalah untuk jasa seluas 176,28 hektar atau sebesar 14,01 %, dari luas seluruh kecamatan. Pada umumnya penggunaan lahan di sepuluh kelurahan di Kecamatan Jebres telah didominasi oleh lahan terbangun, hanya kelurahan Mojosongo saja yang
masih
mempunyai
lahan
tak
terbangun
yang
digunakan
untuk
pertanian/agraris yaitu lahan untuk tegalan seluas 96,97 hektar dan lahan sawah 22,21 hektar. Untuk mengetahui secara lebih lanjut luas masing-masing penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dapat dilihat pada tabel 12 dan peta 2: Tabel 12. Penggunaan Lahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2000 No
Pengunaan Lahan
Luas Hektar
%
1.
Permukiman
656,45
52,17
2.
Jasa
176,28
14,01
3.
Perusahaan
87,00
6,91
4.
Industri
25,38
2,01
5.
Tanah kosong
18,09
1,43
6.
Tegalan
96,07
7,63
7.
Sawah
22,21
1,76
8.
Kuburan
38,98
3,09
9.
Lapangan Olah Raga
10,51
0,83
10
Taman Kota
22,60
1,79
11.
Lain-lain
104,61
8,31
Sumber: Data Sekunder Tahun 2000
commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan Lahan Tahun 2000
Permukiman Jasa
700
656.45
Perusahaan Industri
Jumlah (ha)
600
Tanah kosong
500
Tegalan
400 300 200 100
Sawah 176.28 104.61
96.07
87 25.38
18.09
22.21 38.98 10.51 22.6
Kuburan Lapangan Olah Raga Taman Kota
0
Lain-lain
Penggunaan Lahan
Gambar 3. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2000
commit to user
80
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 Penggunaan lahan (landuse) merupakan suatu bentuk intervensi atau campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup atau dapat dikatakan merupakan hasil interaksi manusia dengan lingkungannya. Sebagai daerah yang cukup strategis dengan pusat Kota Surakarta secara keseluruhan kondisi penggunaan lahan di Kecamatan Jebres lebih didominasi untuk lahan terbangun. Pada tahun 2008 penggunaan lahan terbesar masih didominasi oleh permukiman. Luas permukiman yaitu sebesar 659,09 Hektar atau 52,38% dari seluruh luas kecamatan. Penambahan luas permukiman ini terjadi tidak merata pada kelurahan-kelurahan lain yang ada di Kecamatan Jebres. Pengguaan lahan terkecil dimanfaatkan untuk lapangan olah raga seluas 10,51 hektar atau 0,83% dari luas kecamatan.Untuk mengetahui secara lebih lanjut luas masing- masing penggunaan lahannya, dapat di lihat pada Tabel 13, peta 3: Tabel 13. Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 2008 No
Pengunaan Lahan
Luas Hektar
%
1.
Permukiman
659,09
52,38
2.
Jasa
176,6
14,03
3.
Perusahaan
83,56
6,64
4.
Industri
24,95
1,98
5.
Tanah kosong
24,53
1,94
6.
Tegalan
91,32
7,25
7.
Sawah
21,32
1,69
8.
Kuburan
38,98
3,09
9.
Lapangan Olah Raga
10,51
0,83
10
Taman Kota
22,60
1,79
11.
Lain-lain
104,61
8,31
Sumber: Data Sekunder Tahun 2008 commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan Lahan Tahun 2008
Permukiman Jasa
659.09
Perusahaan
700
Industri
Jumlah (ha)
600 500
Tanah kosong
400
Tegalan
300 200 100
Sawah
176.6 104.61
91.32
83.56 24.95
24.53
21.32 38.98 10.51 22.6
0
Kuburan Lapangan Olah Raga Taman Kota
Penggunaan Lahan
Gambar 4. Penggunaan Lahan Tahun 2008
commit to user
Lain-lain
83
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2000-2008 Alih fungsi lahan pada dasarnya merupakan suatu bentuk perubahan
lingkungan yang mengurangi resiko lingkungan dan memperbesar manfaat lingkungan. Perubahan penggunaan lahan terjadi karena kebutuhan hampir diseluruh yang semakin meningkat untuk pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup manusia sedangkan lahan yang merupakan modal bersifat tetap, akibatnya terjadi perbenturan antar kepentingan tersebut. Perubahan penggunaan lahan yang dimaksudkan disini adalah pertambahan lahan dari satu sisi penggunaan
lahan ke penggunaan
lahan lainya yang diikuti dengan
berkurangnya bentuk penggunaan lahan yang lain pada suatu waktu ke waktu berikutnya. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Kecamatan Jebres dipicu oleh semakin tingginya angka pertumbuhan penduduk alami kota ditambah dari para pendatang. Semakin tinggi angka pertumbuhan penduduk maka semakin tinggi pula tingkat kepadatan penduduknya. Hubungan kepadatan penduduk dengan penggunaan lahan dapat dikatakan memiliki hubungan tak langsung. Semakin tinggi angka kepadatan penduduk di suatu daerah maka semakin cepat perubahan bentuk penggunaan lahannya. Hal ini berdasar asumsi bahwa semakin tinggi angka kepadatan penduduk suatu daerah
maka semakin
tinggi pula
tingkat kebutuhan lahan pada daerah tersebut sehingga perubahan bentuk penggunaan lahannya semakin cepat. Selama jangka waktu 8 tahun yaitu dari tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres nampak terjadi peralihan fungsi lahan baik dalam bentuk maupun luasan. Pertambahan penggunaan lahan tahun 2008 berupa lahan untuk permukiman, tanah kosong, dan jasa. Penambahan penggunaan lahan terbesar adalah untuk tanah kosong seluas 18,09 Ha menjadi 24,53 Ha. Pada saat penelitian dilakukan tanah kosong tersebut masih berupa padang sabana, semak belukar karena belum dimanfaatkan. Penambahan penggunaan lahan terbesar kedua adalah untuk permukiman. Lahan permukiman
yang semula seluas 656,45 hektar menjadi
659,09 hektar atau bertambah 2,64 hektar. Lahan yang di pergunakan untuk commit toluas user bidang jasa juga mengalami penambahan areal sebesar 0,32 hektar.
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Lahan yang digunakan untuk pertanian oleh penduduk mengalami pengurangan luas areal. Lahan tegalan yang semula seluas 96,07 hektar berkurang 4,75 hektar menjadi 91,32 hektar. Lahan sawah yang semula seluas 22,21 hektar berkurang 0,89 hektar menjadi 21,32 hektar. Pengurangan luas juga terjadi pada lahan yang digunakan untuk perusahaan dan industri. Lahan yang untuk perusahaan berkurang 3,44 hektar dari 87 hektar menjadi 83,56 hektar. Lahan untuk industri berkurang 0,43 hektar dari 25,38 menjadi 24,95 hektar. Untuk lebih jelasnya masing- masing perubahan luas penggunaan lahannya, dapat di lihat pada Tabel 14 berikut ini Tabel 14. Perubahan Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Tahun 20002008 Luas (ha)
Perubahan Luas (Ha )
No.
Penggunaan Lahan
Tahun 2000
Tahun 2008
1.
Permukiman
656,45
659,09
(+)2,64
2.
Jasa
176,28
176,6
(+)0,32
3.
Perusahaan
87,00
83,56
(-)3,44
4.
Industri
25,38
24,95
5.
Tanah kosong
18,09
24,53
6.
Tegalan
96,07
91,32
7.
Sawah
22,21
21,32
8.
Kuburan
38,98
38,98
9.
Lapangan Olah Raga
10,51
10,51
10
Taman Kota
22,60
22,60
11.
Lain-lain
104,61
104,61
Sumber : Analisis Data Sekunder
commit to user
(-)0,43 (+)6,44 (-)4,75 (-)0,89 0 0 0 0
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Tahun 2000-2008 Berdasarkan data dari Surakarta Dalam Angka pada tahun 2000
Kecamatan Jebres memiliki luas lahan permukiman sebesar 656,45 Ha yang tersebar di seluruh kelurahan di Kecamatan Jebres. Kemudian pada tahun 2008 meningkat 2,64 hektar menjadi 659,09 hektar dari luas seluruh kecamatan. Melihat perkembangan selama 8 tahun terakhir yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2008, tidak semua Kelurahan di Kecamatan Jebres mengalami perkembangan perluasan lahan untuk permukiman. Ada beberapa kelurahan yang tidak mengalami perkembangan, dan ada pula yang mengalami perkembangan. Perubahan penggunaan lahan terbesar terjadi di Kelurahan mojosongo, namun demikian pada saat penelitian berlangsung penulis menjumpai ada beberapa kelurahan yang mengalami perubahan penggunaan lahan untuk permukiman. Akan tetapi perubahan tersebut skalanya hanya kecil, dan cenderung terpencar-pencar sehingga pada saat pembuatan peta penggunaan lahan, perubahan tersebut tergeneralisasi dengan permukiman yang sudah ada sebelumnya. Perkembangan permukiman terjadi pada kelurahan yang masih memiliki lahan yang relative luas dan tingkat kepadatan penduduk yang masing kecil. Sedangkan kelurahan yang tidak mengalami perkembangan adalah kelurahan yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan permukiman masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres silahkan melihat tabel 15 dan peta 4 di bawah ini:
commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 15. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 No.
Kelurahan
Luas Wilayah
Luas permukiman (Ha) Tahun Tahun 2000 2008
Perubahan Luas (Ha )
1.
Kepatihan Kulon
17,50
9.07
9,07
0
2.
Kepatihan Wetan
22,50
4,70
4,70
0
3.
Sudiroprajan
23,00
11,97
11,97
0
4.
Gandekan
35,00
28,56
28,56
0
5.
Sewu
48,50
29,79
29,79
0
6.
Pucang Sawit
127,00
57,27
57,27
0
7.
Jagalan
65,00
45,41
45,41
0
8.
Purwodiningratan
37,30
17,75
17,75
0
9.
Tegalharjo
32,50
21,14
21,14
0
10
Jebres
317,00
114,89
114,89
0
11.
Mojosongo
532,88
315,90
318,54
(+)2,64
Sumber: Analisis data sekunder Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman 600 500 400 300 200 100 0
Luas Permukiman Tahun 2000
Luas Permukiman Tahun 2008
Luas Wilayah
commit to user Gambar 5. Grafik Perbandingan Luas Wilayah Dengan Luas Permukiman
88
89 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut akan dijelaskan deskripsi perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Untuk mempermudah dalam pendeskripsian di masing-masing kelurahan maka dibagi dalam dua kelompok perubahan. Kelompok yang pertama yaitu kelurahan yang tidak mengalami perkembangan dan
kelompok kedua
yaitu kelurahan
yang mengalami
perkembangan. 1) Kelurahan Yang Tidak Mengalami Perkembangan permukiman Dilihat dari data Kecamatan Jebres dalam angka yang di peroleh dari kantor badan statistik Surakarta, 10 kelurahan yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Jebres yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo dan Kelurahan Jebres, praktis tidak ada penambahan luas areal untuk permukiman. Kelurahan-kelurahan tersebut memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Bahkan kelurahan Seperti Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Kepatihan Kulon, Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan Jagalan, dan Kelurahan Purwodingratan mempunyai intensitas bangunan yang cukup padat. Dengan kepadatan penduduk yang tinggi berarti kebutuhan lahan akan semakin meningkat. Namun keberadaan kepadatan penduduk tersebut tidak
didukung oleh tersedianya lahan yang cukup dan
memadai sehingga memungkinkan kelurahan tersebut diatas tidak ada perubahan penggunaan lahan, yang terjadi hanyalah alih fungsi lahan. Lahan yang tersedia beberapa kelurahan ini sudah banyak yang didominasi oleh lahan yang terbangun. Bangunan-bangunan yang ada digunakan untuk fasilitas
pendidikan
seperti
(lahan untuk
sekolahan, kampus),
fasilitas
pemerintahan seperti (kantor instansi, kantor kelurahan, kantor kecamatan, dll), fasilitas kesehatan seperti (rumah sakit, polyklinik, PUSKESMAS,dll) fasilitas ekonomi seperti (BANK, pasar tradisional, super market atau pusat perbelanjaan) dan juga untuk fasilitas perdagangan dan perusahaan. Akibatnya alih fungi lahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
untuk permukiman semakin sempit. Terbukti selama kurun waktu 8 tahun terakhir di 10 kelurahan ini tidak ada perkembangan.
Gambar 6,7. Penggunaan Lahan Terbangun yang Dimanfaatkan untuk Perdagangan di Kelurahan Jebres Dengan pesatnya laju pertumbuhan penduduk, semakin berkembangnya kegiatan usaha, dan keberadaan budaya masyarakat yang semakin maju, menyebabkan permintaan lahan untuk permukiman juga semakin meningkat sedangkan lahan bersifat tetap. Kelurahan–kelurahan yang tersebut diatas sudah tidak memiliki lahan yang tidak terbangun untuk dijadikan lahan untuk permukiman, maka jika dipaksakan akan timbul masalah kependudukan sehingga perlu dicarikan alternatif penyelesaian yaitu dengan menyediakan lahan permukiman pada lahan-lahan yang masing kosong atau lahan yang belum terbangun yaitu di daerah pinggiran.
2) Kelurahan Yang Mengalami Perkembangan permukiman Salah satu kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman yang cukup pesat di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir adalah Kelurahan Mojosongo. Kelurahan ini merupakan kelurahan yang paling luas di Kecamatan Jebres yang letaknya berada paling utara dari batas Kecamatan. Luas kelurahan ini sebesar 532,88 Ha atau 42,35% dari luas Kecamatan Jebres. Kelurahan Mojosongo terletak diantara dua jalur perkembangan yaitu Kota commit Kabupaten to user Surakarata, dan Kecamatan Gondangrejo Karanganyar.
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelurahan Mojosongo mengalami perkembangan permukiman sebesar 2,64 Hektar. Pada tahun 2000 luas permukiman sebesar 315,90 Hektar kemudian pada tahun 2008 bertambah luas menjadi 318,54 hektar. Perkembangan permukiman di Kecamatan Mojosongo ini dapat dilihat dengan munculnya permukimam-permukiman baru yaitu rumah-rumah tinggal penduduk khususnya rumah tinggal penduduk dalam bentuk kawasan perumahan baik perumahan mewah maupun sederhana yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitasnya yang menunjang
sebagai
satu
kesatuan
yang
utuh
antara
manusia
dengan
lingkungannya. Perkembangan permukiman tersebut berasal dari konversi lahan tegalan dan sawah yang masing-masing berkurang 4,75 hektar dan 0,89 hektar. Penggunaan Lahan tegalan di Kelurahan Mojosongo sebagai suatu lahan usaha untuk pertanian, banyak dimanfaatkan oleh penduduk setempat untuk ditanami tanaman palawija/tanaman pangan seperti ketela pohon, Jagung, kacang tanah, kacang panjang dan sebagian lahannya juga di tanami tanaman perkebunan seperti pohon jati, pohon sengon, pohon mauni dan sebagiannya ditumbuhi atau tertutup oleh tumbuhan perdu atau nipah banyak tersebar di beberapa desa. Alih fungsi lahan tegalan menjadi permukiman yang terjadi di Kelurahan Mojosongo adalah terjadi secara langsung oleh pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan tegalan (para pengembang dan pembeli individu). Proses alih fungsi lahan tegalan pada umumnya berlangsung cepat karena terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi (landrent) jauh lebih tinggi (misalnya untuk pembangunan kawasan industri, kawasan perumahan, kawasan pendidikan dan sebagainya) atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk lahan tempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan). Alih fungsi lahan tegal untuk pembangunan kawasan pemukiman (real estate), jalan raya, komplek perkantoran, fasilitas umum maupun fasilitas sosial dan sebagainya mengakibatkan terbentuknya pola alih fungsi yang sistematis. commit user Lahan tegalan yang beralih fungsi padatoumumnya mencakup suatu hamparan.
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selama jangka waktu mulai tahun 2000 sampai 2008, perubahan atau alih fungsi lahannya nampak sekali terjadinya peningkatan. Seluas 96,07 hektar lahan tegalan pada tahun 2000 berkurang menjadi 91,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan seluas 4,75 hektar, angka ini menunjukan angka yang cukup tinggi.
Gambar 8: Penggunaan Lahan Tegalan di Kelurahan Mojosongo, Jebres
Gambar 9: Perubahan Penggunaan Lahan Tegalan Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo, Jebres Selain perubahan fungsi lahan menjadi permukiman berasal dari lahan tegalan, lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Mojosongo juga mengalami perubahan fungsi menjadi permukiman. Lahan sawah yang dimanfaatkan tiap tahun oleh penduduk untuk ditanamani padi maupun palawija sedikit demi sedikit commit to user mengalami pengurangan luas areal. Seluas 22,21 hektar lahan sawah pada tahun
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2000 berkurang menjadi 21,32 hektar. Dimana terjadi pengurangan seluas 0,89 hektar. Untuk lebih jelasnya tentang konversi lahan nonpermukiman menjadi permukiman yang terjadi di Kelurahan Mojosongo silahkan melihat tabel 16 di bawah ini Tabel 16. Luas Konversi Lahan Nonpermukiman Menjadi Permukiman di Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Jenis Penggunan Lahan
Tahun 2000
Tahun 2008
Ha
Ha
Permukiman 315,90 Jasa 29,81 Perusahaan 3,65 Industri 1,30 Tanah Kosong 15,59 Tegalan 96,07 Sawah 22,21 Kuburan 9,55 Lapangan Olah Raga 2,00 Taman Kota 0,00 Lain-lain 36,80 Jumlah 532,88 Sumber: Analisis data sekunder
318,54 29,81 3,65 1,30 18,59 91,32 21,32 9,55 2,00 0,00 36,80 532,88
Perubahan Berkurang (Ha) 0 0 0 4,75 0,89 0 0 0 0 5,64
Bertambah (Ha) 2,64 0 0 0 3,00 0 0 0 0 5,64
Oleh karena desakan dari daerah pusat kota yang semakin padat, sistem sewa tanah yang semakin tinggi makin banyaknya peraturan yang mengikat, pajak yang tinggi dan kualitas drainase yang kurang baik serta lingkungan yang semakin tercemar mengakibatkan penduduk yang berada di pusat kota terdorong untuk mencari alternatif lain dalam memenuhi kebutuhan permukiman. Letak Kelurahan Mojosongo yang cukup stategis berada di daerah perbatasan antara Kota Surakarta dan wilayah Kabupaten Karanganyar, kondisi lingkungan yang masih terbuka dan menyenangkan, sistem transportasi yang makin baik, serta keadaan lalu lintas yang kurang padat, dan lokasi permukiman yang tidak berada pada jalur yang rawan banjir menjadikan kelurahan Mojosongo bisa menjadi alternatif suatu kawasan yang siap bangun. Luas penggunaan lahan terbangun dan tak terbangun di masing-masing kelurahan dapat di lihat tabel di bawah ini. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Terbangun dan Tak Terbangun Menurut Kelurahan Di Kecamatan Jebres Tahun 2008 Lahan No
Kelurahan
Luas
Lahan Tak
Terbangun
%
(Ha)
Terbangun
%
(Ha)
1
Kepatihan Kulon
17,50
17,50
100,00
0,00
0,00
2
Kepatihan Wetan
22,50
22,50
100,00
0,00
0,00
3
Sudiroprajan
23,00
23,00
100,00
0,00
0,00
4
Gandekan
35,00
35,00
100,00
0,00
0,00
5
Sewu
48,50
47,30
97,52
1,20
2,47
6
Pucang Sawit
127,00
107,15
84,37
19,85
15,62
7
Jagalan
65,00
65,00
100,00
0,00
0,00
8
Purwodiningratan
37,30
35,82
96,03
1,48
3,96
9
Tegalharjo
32,50
32,50
100,00
0,00
0,00
10
Jebres
317,00
276,49
87,22
40,51
12,77
11
Mojosongo
532,88
383,53
71,97
149,35
28,02
Jumlah
1258,18
1045,79
83,11
212,39
16,88
Sumber: Analisis Data Sekunder Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi bahwa Kelurahan Mojosongo masih memiliki lahan tak terbangun yang cukup luas yakni sebesar 149,35 hektar yang dimanfaatkan untuk kegiatan agraris seperti sawah dan tegalan dan tanah kosong. Selain lahannya yang masih tersedia cukup luas, di kelurahan ini harga tanahnya relatif masih terjangkau dibandingkan dengan daerah yang berada di pusat Kota Surakarta. Diharapkan dengan masih tersedianya lahan tak terbangun tersebut
Kelurahan
Mojosongo
kedepannya
bisa
dijadikan
kawasan
pengembangan di berbagai bidang seperti; pendidikan, budaya, kesehatan, perdagangan dan yang lainnya. Diharapkan penetapan prioritas-prioritas yang tepat akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan kesejahteraan dan akhirnya meningkatkan taraf hidup warga Jebres secara signifikan. Untuk lebih jelasnya tentang wilayah peruntukan lahan terbangun di Kelurahan Mojosongo tahun 2008 dapat dilihat pada peta 5 di bawah ini. commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
2. Perkembangan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres Meningkatnya jumlah penduduk dan semakin luasnya areal permukiman suatu daerah mengakibatkan bertambahnya kebutuhan dan fasilitas sosial masyarakat di daerah itu sendiri. Pembangunan berbagai fasilitas sosial sangat perlu ditingkatkan guna menunjang kebutuhan masyarakat, salah satunya adalah pembangunan fasilitas rumah ibadah guna memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Agama tidak hanya berupa sistem kepercayaan belaka melainkan juga harus dijadikan keyakinan kuat dan diwujudkan dalam bentuk pengamalan ibadah yang nyata. Keberadaan tempat ibadah menggambarkan keberadaan persebaran pemeluk agama. Keberadaan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir mengalami penambahan yang cukup signifikan. Pertumbuhan pembangunan masjid tersebut didukung dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan jumlah pemeluk agama Islam yang masing-masing tersebar di seluruh wilayah kecamatan Jebres. Untuk memudahkan dalam analisis pertumbuhan masjid, maka dalam pembahasan ini di bedakan menjadi dua kategori yaitu masjid dalam arti digunakan untuk didirikan sholat Jum‟at yang disebut Masjid Jami‟ dan masjid yang tidak digunakan untuk didirikan untuk Sholat Jum‟at yang dari segi ukuran lebih kecil dari Masjid Jami‟ yaitu yang disebut Musholla. Berdasarkan data yang diambil dari Departemen Agama Kota Surakarta dan survei lapangan, jumlah keseluruhan bangunan masjid dan musholla di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 berjumlah 118 buah, mewakili 90.573 jiwa kaum Muslimin. Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan pembangunan masjid dan musholla sebanyak 39 buah, sehingga jumlah keseluruhan masjid dan musholla menjadi 157 buah, yang mewakili 95.296 jiwa kaum Muslimin yang masing-masing tersebar di seluruh wilayah kecamatan Jebres. Pada tahun 2000 jumlah bangunan Masjid Jami‟ yang paling banyak adalah di Kelurahan Jebres sebanyak 40 masjid yang mewakili 21.573 jiwa umat Islam. Kemudian disusul Kelurahan Mojosongo sebanyak 36 Masjid Jami‟ dan 11 to userIslam. Sedangkan jumlah Masjid musholla yang mewakili 22.486commit jiwa Umat
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang paling sedikit adalah di Kelurahan Kepatihan Wetan, yang hanya memiliki 1 Masjid Jami dan 1 musholla mewakili 1.797 jiwa Umat Islam . Pada tahun 2008 Kelurahan Mojosongo yang memiliki wilayah paling luas di Kecamatan Jebres yang berpotensi terus mengalami pertambahan penduduk dan penambahan jumlah pemeluk Agama Islam terus mengadakan pembangunan masjid dan musholla. Terhitung pada tahun 2008 pembangunan masjid dan musholla di Kelurahan Mojosongo adalah paling banyak yaitu 17 masjid dan 5 musholla yang mewakili 27.334 jiwa Umat Islam. Kemudian kelurahan kedua yang paling banyak melakukan pembangunan adalah Kelurahan Jebres. Sebanyak 8 masjid dibangun untuk 23.300 jiwa Umat Islam. Sedangkan Kelurahan yang tidak mengalami penambahan masjid maupun musholla adalah Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan Purwodiningratan. Untuk mengetahui secara lebih lanjut distribusi perkembangan masjid dan distribusi pemeluk agama Islam di masing-masing Kelurahan Jebres dapat di lihat pada Tabel 18 dan peta 7: Tabel 18. Distribusi Tempat Ibadah Masjid Dan Distribusi Pemeluk Agama Islam Kecamatan Jebres Jumlah Penduduk (Jiwa)
Jumlah Pemeluk Agama Islam (Jiwa)
Kelurahan
Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Sudiroprajan Gandekan Sewu Pucang Sawit Jagalan Purwodiningratan Tegalharjo Jebres Mojosongo Jumlah
Jumlah Masjid
Tahun 2000
Tahun 2008
Tahun 2000
Tahun 2008
Sampai Tahun 2000
3.115 3.264 4.934 9.594 7.573 12.392 13.643 5.592 6.725 30.273 38.659 135.764
2.930 3.080 5.014 9.513 7.828 14.084 12.220 5.372 6.096 32.461 43.694 142.292
2.236 1.886 2.518 6.097 6.578 8.448 10.392 3.140 3.990 21.573 23.715 90.573
2.142 1.797 2.846 6.270 6.568 9.768 8.940 2.808 3.523 23.300 27.334 95.296
1 1 2 3 4 9 2 2 2 40 36 102
Pemban gunan Tahun 20002008 1 1 2 3 8 17 32
Jumlah Musholla
1 1 2
Pemban gunan Tahun 20002008 -
1 11 16
1 1 5 7
Sampai Tahun 2000
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer, dan Hasil Perhitungan
commit to user
Jumlah Masjid dan Mushola Th 2000Th 2008 2 2 3 5 5 12 5 2 4 48 69 157
perpustakaan.uns.ac.id
98 digilib.uns.ac.id
3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid Di Kecamatan Jebres Setelah mengetahui bagaimana perkembangan pembagunan masjid, selanjutnya dalam pembahasan ini akan dijelaskan distribusi spasial masingmasing masjid dan musholla yang tersebar pada masing-masing kelurahan. Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu akan dijelaskan teknik analisis yang akan digunakan. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran masjid yang ada di Kecamatan Jebres adalah analisis spasial dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi distribusi masjid. Dalam penggambarannya di peta, masjid disimbolkan menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu masjid di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya secara absolut di permukaan bumi. Dalam menentukan lokasi titik di lapangan penulis mengambil titik koordinat masjid-masjid dengan menggunakan alat Global Positioning system (GPS). (Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak masjid secara absolut di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dan 2008 dapat dilihat pada lampiran 1 dan 2.) Untuk membantu penyajian data persebaran masjid di Kecamatan Jebres digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mengolah data atribut berupa titik lokasi masjid yang kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408343. Penentuan jumlah titik masjid didasarkan pada jumlah keseluruhan populasi masjid yang tersebar diseluruh di Kecamatan Jebres. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta Distrbusi Spasial masjid Kecamatan Jebres. Peta Distribusi Masjid tersebut memuat informasi distribusi spasial masjid tahun 2000 dan distribusi spasial pembangunan masjid tahun 2008.
a. Distribusi Masjid Tahun 2000 Jumlah keseluruhan masjid di kecamatan jebres sampai dengan tahun 2000 berdasarkan data dari Departemen Agama kota surakarta berjumlah 118 masjid, dengan rincian Masjid Jami‟ berjumlah commit to user 102 dan Musholla sebanyak 16
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
buah. Sesuai dengan Peta Distribusi Masjid tahun 2000 Jumlah masjid dari masing-masing kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres sangatlah bervariasi mulai dari yang hanya memiliki 1 masjid sampai yang memiliki 40 masjid. Distribusi masjid yang paling banyak terdapat di Kelurahan Jebres yaitu sebanyak 40 masjid atau 39,21% dari total masjid yang ada di Kecamatan Jebres. Mojosongo memiliki jumlah masjid terbanyak nomor 2 sebanyak 36 masjid akan tetapi mojosongo memiliki jumlah musholla yang lebih banyak yaitu 11 musholla. Sedangkan kelurahan yang paling sedikit memiliki bangunan masjid adalah kelurahan Kepatihan Wetan yang hanya memiliki 1 bangunan masjid. Untuk lebih jelasnya distribusi masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 dapat dilihat pada tabel 19, peta 6. Tabel 19. Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000. No
Nama Kelurahan
Jumlah Masjid Masjid Persen 1 Kepatihan Kulon 1 0,98 2 Kepatihan Wetan 1 0,98 3 Sudiroprajan 2 1,96 4 Gandekan 3 2,94 5 Sewu 4 3,92 6 Pucang Sawit 9 8,82 7 Jagalan 2 1,96 8 Purwodiningratan 2 1,96 9 Tegalharjo 2 1,96 10 Jebres 40 39,21 11 Mojosongo 36 35,29 Jumlah 102 100 Sumber: Data Primer dan Hasil Perhitungan
Jumlah Musholla Musholla Persen 1 6,25 0 0 1 6,25 2 12,5 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6,25 0 0 11 68,75 16 100
Distribusi Masjid Tahun 2000 50 40 30 20 10 0 Musholla Masjid
commit to user Gambar 10. Distribusi Masjid Tahun 2000
100
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
b. Distribusi Masjid Tahun 2008 Sesuai dengan Peta Distribusi Masjid pada tahun 2008 dijelaskan bahwa, pada Kecamatan Jebres keberadaan masjid lebih banyak/dominan pada bagian utara dan tengah kemudian sedikit di bagian barat dan bagian selatan. Hal ini dikarenakan luas wilayah dibagian utara lebih besar dibandingkan dengan yang di barat dan selatan Kecamatan Jebres. Di bagian barat Kecamatan Jebres hanya ditemukan 1 masjid dan 1 musholla yang terletak dikelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan Wetan, 2 masjid di kelurahan purwodiningratan dan 2 masjid di kelurahan Sudiroprajan. Di bagian selatan Kecamatan Jebres, terdapat 3 masjid dan 3 musholla yag terletak di kelurahan Gandekan dan 4 masjid serta 1 musholla di kelurahan Sewu. Masjid-masjid yang berada di bagian barat dan selatan keberadaannya kurang begitu terlihat. Padahal apabila masyarakat ingin mengerjakan ibadah cenderung untuk memilih masjid yang terdekat dengan lokasi tempat tinggal atau tempat bekerja. Di wilayah kelurahan ini kapasitas bangunan yang digunakan untuk permukiman maupun pertokoan sudah terlalu padat, sehingga hal ini perlu dicarikan solusi oleh pemerintah setempat untuk mencarikan lokasi pendirian masjid. Selain kelurahan yang tersebut diatas, Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo didapati persebaran masjidnya telah merata. (Lihat peta 7. Peta Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008) Pada saat penelitian dilakukan, ada beberapa masjid yang belum tercantum pada data yang didapat dari Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG). Departemen Agama Kota Surakarta menulis data masjid di Kecamatan Jebres hanya sampai pada tahun 2006. Jumlah masjid yang belum tercantum ada 14 masjid, sedangkan total jumlah masjid menurut data Departemen Agama Kota Surakarta ( DEPAG) dan ditambah dengan data masjid yang belum tercantum dalam data Departemen Agama Kota Surakarta (DEPAG) sebagai hasil survei lapangan yang di sajikan dalam tabel 20, yaitu berjumlah 157 masjid..Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai distribusi pembangunan masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 20. Distribusi Pembangunan Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 No Kelurahan
Luas Pembagunan Pembangunan Wilayah Masjid Musholla (Ha) 1 Kepatihan Kulon 17,50 2 Kepatihan Wetan 22,50 1 3 Sudiroprajan 23,00 4 Gandekan 35,00 5 Sewu 48,50 1 6 Pucang Sawit 127,00 2 1 7 Jagalan 65,00 3 8 Purwodiningratan 37,30 9 Tegalharjo 32,50 1 10 Jebres 317,00 8 11 Mojosongo 532,88 17 5 Jumlah 1258,18 32 7 Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2008, Data Primer dan Pengecekan di Lapangan
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
104 digilib.uns.ac.id
c. Distribusi Pembangunan Masjid Tahun 2000-2008 Perkembangan masjid di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu antara tahun 2000 sampai akhir tahun 2008 terjadi sangat pesat. Sebanyak 39 masjid berhasil dibangun di kecamatan ini untuk kelengkapan sarana ibadah pada areal-areal permukiman penduduk yang semakin meningkat. Distribusi spasial masjid-masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan bahwa masjid-masjid banyak yang dibangun diantara permukiman penduduk, kompleks perkantoran
dan berada di pingir jalan sesuai dengan fungsi masjid yang
digunakan sebagai sarana ibadah untuk Umat Islam dan tempat segala aktifitas dakwah islamiyah ataupun untuk kepentingan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, pada data penggunaan lahan poin masjid tidak disebutkan secara jelas, bisa dikatakan bahwa data pengunaan lahan untuk masjid dimasukkan pada data permukiman.
Gambar 11. Masjid Sowijayan yang terletak pada 07°34′24,0″ LS dan 110°50′43,3″ BT, berada diantara permukiman padat penduduk di Kelurahan Sewu, Jebres
Gambar 12. Masjid Miftahul Jannah terletak pada 07°33′35,4″ LS dan commit to user 110°50′27,5″ BT,berada di Kompleks Kantor POLSEK Jebres
105 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keberadaan
dan
persebaran
tempat
ibadah
menggambarkan
keberadaan persebaran pemeluk agama. Semakin banyak pemeluk suatu agama maka semakin nampak pula persebaran tempat ibadah yang ada. Sesuai dengan data persebaran masjid yang ada, masjid-masjid yang ada di Kelurahan Mojosongo keberadaannya lebih banyak dibandingkan dengan masjid-masjid yang ada di Kelurahan Jebres lainnya. Hal ini dikarenakan wilayah Kelurahan Mojosongo lebih luas dengan persentase pemeluk Agama Islamnya lebih banyak dibandingkan dengan kelurahan lainnya. perkembangan permukiman di kelurahan ini juga sedikit banyak mempengaruhi pembangunan masjid dan musholla yang ada. Terhitung pada tahun 2008 sebanyak 22 masjid dibangun yaitu dengan rincian 17 bangunan untuk Masjid Jami‟ dan 5 bangunan untuk musholla.Untuk lebih jelasnya distribusi pembangunan masjid dan persebaran pemeluk agama dapat dilihat pada tabel 21 dan peta 8: Tabel 21. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Jumlah Pemeluk Islam (Jiwa
Jumlah Masjid
Bertambah (+)
Kelurahan
Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Sudiroprajan Gandekan Sewu Pucang Sawit Jagalan Purwodiningratan Tegalharjo Jebres Mojosongo Jumlah
Jumlah Pemeluk Islam (Jiwa)
Tahun 2000
Tahun 2008
2.236 1.886 2.518 6.097 6.578 8.448 10.392 3.140 3.990 21.573 23.715 90.573
2.142 1.797 2.846 6.270 6.568 9.768 8.940 2.808 3.523 23.300 27.334 95.296
Sampai Tahun Berkurang 2000 (-)
(-) 94 (-) 89 (+) 328 (+) 173 (-) 10 (+) 1..320 (-) 1.452 (-) 332 (-) 467 (+) 1.727 (+) 3.619 (+) 4.723
1 1 2 3 4 9 2 2 2 40 36 102
Pemban gunan Masjid Tahun 20002008 1 1 2 3 8 17 32
Jumlah Musholla
1 1 2
Pemban gunan Mushola Tahun 20002008 -
1 11 16
1 1 5 7
Sampai Tahun 2000
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer dan commit to user Pengecekan di Lapangan
Jumlah Masjid dan Mushola Tahun 2000-2008
2 2 3 5 5 12 5 2 4 48 69 157
106
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 Setelah mengetahui bagaimana perkembangan pembangunan masjid dan distribusi masjid, selanjutnya akan diketahui bagaimana pola distribusi masjid tersebut. Dalam usaha mengetahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola distribusi masjid pada penelitian ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini adalah Peta Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres tahun 2000 dan Peta Pola Distribusi Masjid Kecamata Jebres tahun 2008, peta ini merupakan hasil analisis antara Peta Distribusi Masjid Kecamatan Jebres dan perhitungan parameter tetangga terdekat. Untuk lebih jelas mengenai Peta Pola Distribusi Masjid Di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Peta 9 dan 10.
commit to user
108
109
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Pola Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 Pada peta 8 Pola Distribusi Masjid Tahun 2000 skala 1 : 25000 terdapat
118 masjid atau titik (N=118) dengan luas daerah 12,58 Km² dengan jarak antar titik masjid yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut : Tabel 22. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2000 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42.
Titik (N) 1-3 2-29 4-5 6-10 7-8 9-11 12-14 13-15 16-23 17-24 18-19 20-22 21-70 25-37 26-33 27-65 28-32 30-31 34-36 35-59 38-39 40-58 41-42 43-46 44-45 47-56 48-66 49-63 50-54 51-67 52-64 53-71 55-76 57-109 60-61 62-99 68-69 72-96 73-94 74-112 75-92 77-83
Jarak di Peta(cm) 0.8 1.4 0.75 1.00 1.00 0.9 1.2 1.1 1.9 0.55 0.55 1.6 1.8 1,1 1 0,8 1,1 0,4 0,85 1,1 0,7 1,1 0,7 1,1 0,6 1,9 1,3 1,3 1,5 1,2 1,3 0,9 1,7 1,3 1,2 1,8 0,7 0,8 0,9 1 1,2 1,2
Jarak (Km) 0.2 0.35 0.187 0.25 0.25 0.225 0.3 0.275 0.475 0.1375 0.1375 0.4 0.45 0.275 0.25 0.2 0.275 0.1 0.2125 0.275 0.175 0.275 0.175 0.275 0.15 0.475 0.325 0.325 0.375 0.3 0.325 0.225 0.425 0.325 0.3 0.45 0,175 0.2 0.225 0.25 commit to0.3 user 0.3
Lokasi Kepatihan Kulon- Kep Wetan Kep. Kulon- Tegalharjo Gandekan Sudiroprajan- Gandekan Gandekan Gandekan Sewu Sewu Pucangsawit Pucangsawit Pucangsawit Pucangsawit Pucangsawit- Jebres Jagalan-Jebres Jagalan-Jebrs Purwodiningratan-Jebres Purwodingratan Tegalharjo Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres-Mojosongo Jebres-Mojosongo Jebres Jebres Jebres Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59
78-108 79-116 80-111 81-98 82-103 84-88 85-100 86-93 87-97 89-104 90-107 91-115 95-102 101-110 105-106 113-114 117-118 Jumlah
0,5 0,8 0,8 0,7 0,7 1,8 0,7 1,4 1,2 1,8 0,7 1 0,9 0,4 2,7 0,8 0,4 49,05
0.125 0.2 0.2 0.175 0.175 0.45 0.175 0.35 0.3 0.45 0.175 0.25 0.225 0.1 0.675 0.2 0.1 ∑J =15,6625
Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo
Sumber: Data Primer, Analisis Peta, dan Hasil Perhitungan Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut : a. Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut : Ju Ju
J N 15,66 118
Ju 0,13 Jadi jarak rata-rata yang di ukkur antara satu titik dengan titik terdekat di Kecamatan Jebres adalah 0,13 b. Setelah Ju diketahui maka penghitungan selanjutnya adalah menghitung Jh, untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : P
N L
P
118 , 12,58
P 9,38
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
112 digilib.uns.ac.id
Jadi P di Kelurahan Jebres adalah 9,38 c. Setelah diketahui nilai P maka dapat dihitung nilai Jh yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
1
Jh
2 P
1
Jh
2 9,38 Jh
1 2 X 3,06
Jh = 0,16 Jh di Kelurahan Jebres adalah 0,16 d. Langkah terakhir setelah menghitung Ju dan Jh adalah menghitung T, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
T
Ju Jh
T
0,13 0,16
T 0,81 Diketahui nilai T di Kecamatan jebres adalah 0,81 ini berarti pola distribusi masjid di Kecamatan jebres pada tahun 2000 adalah mengelompok (Cluster). Pola mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman penduduk.
b. Pola Distribusi Masjid Kecamatan Jebres Tahun 2008 Setelah mengetahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000, selanjutnya akan diketahui pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2008. Pada tahun 2008 jumlah masjid di Kecamatan Jebres mengalami penambahan sebanyak 39 buah masjid sehingga jumlah masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2008 menjadi 157 buah masjid (N=157). Dari peta Distribusi Masjid tahun 2008 commitmasjid to usertersebut. Dengan luas areal 12,58 skala 1:25.000 dapat dilihat distribusi
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Km2 jarak antara masjid yang satu dengan masjid yang lainnya adalah sebagai berikut: Tabel 23. Jarak Terdekat Antar Masjid di Kecamatan Jebres Tahun 2008 No
Titik (N)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46.
1-3 2-157 4-5 6-9 7-10 8-11 12-13 14-144 15-119 16-156 17-24 18-19 20-21 22-23 25-120 26-121 27-65 28-32 29-153 30-31 33-34 35-146 36-37 38-39 40-147 41-148 42-46 43-149 44-45 47-68 48-66 49-51 50-63 52-64 53-71 54-67 55-56 57-109 58-59 60-152 61-80 62-122 69-151 70-150 72-96 73-95
Jarak di Peta (cm) 0,8 0,7 0,7 1,1 0,7 0,5 1,5 0,8 0,7 1,6 0,5 0,5 1,3 2,0 1,8 0,6 0,8 1,1 1,4 0,4 0,9 0,9 0,6 0,8 0,6 0,6 0,7 1,3 0,6 1,1 1,2 0,8 1,0 0,7 1,8 1,0 1,2 1,2 1,1 0,6 0,8 0,6 0,8 1,8 0,8 1,3
Jarak di Lapangan (Km) 0,2 0,175 0,175 0,275 0,175 0,125 0,375 0,2 0,175 0,4 0,125 0,125 0,325 0,5 0,45 0,15 0,2 0,275 0,35 0,1 0,225 0,225 0,15 0,2 0,15 0,15 0,175 0,325 0,15 0,275 0,3 0,2 0,25 0,175 0,45 0,25 0,3 0,3 0,275 0,15 0,2 0,15 0,2 0,45 0,2 to user commit 0,325
Lokasi Kepatihan kulon-Kep. Wetan Kepatihan kulon-Kep. Wetan Sudiroprajan Sudiroprajan-Gandekan Gandekan Gandekan Sewu Sewu Sewu-Jagalan Pucangsawit Pucangsawit Pucangsawit Pucangsawit Pucangsawit Jagalan Jagalan Purwodiningratan-Jagalan Purwodinigratan-Jebres Tegalharjo Tegalharjo Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres-Mojosongo Jebres Jebres Jebres-Mojosongo Jebres-Mojosongo Jebres Jebres Mojosongo Mojosongo
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
47. 74-89 48. 75-92 49. 76-124 50. 77-140 51. 78-108 52. 79-114 53. 81-98 54. 82-94 55. 83-123 56. 84-126 57. 85-134 58. 86-93 59. 87-97 60. 88-130 61. 90-107 62. 91-143 63. 99-118 64. 100-135 65. 101-110 66. 102-113 67. 103-106 68. 104-131 69. 105-145 70. 111-136 71. 112-125 72. 116-139 73. 117-141 74. 127-133 75. 128-137 76. 129-132 77. 138-142 78. 154-155 Jumlah
1,0 1,2 1,2 0,6 0,5 1,0 0,8 1,0 0,3 0,9 1,0 1,4 1,3 0,4 0,7 0,3 1,9 1,0 0,4 0,4 1,5 0,4 0,9 1,0 0,3 0,8 0,3 1,1 0,9 0,7 1,1 0,9 71,5
0,25 0,3 0,3 0,15 0,125 0,25 0,2 0,25 0,075 0,225 0,25 0,35 0,325 0,1 0,175 0,075 0,475 0,25 0,1 0,1 0,375 0,1 0,225 0,25 0,075 0,2 0,075 0,275 0,225 0,175 0,275 0,225 ∑ J 17,875
Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo-Jebres Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Mojosongo Pucangsawit
Sumber : Data Primer, Analisis Peta, dan Hasil Perhitungan Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat di Kecamatan Jebres sebagai berikut : a.
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik terdekat
di Kecamatan Jebres sebagai berikut : Ju Ju
J N 17,87 157
Ju 0,11 Jadi jarak rata-rata yang di ukur antara satu titik dengan titik terdekat di Kecamatan Jebres adalah 0,11
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Setelah Ju diketahui maka penghitungan selanjutnya adalah menghitung Jh, untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : P
N L
P
157 , 12,58
P 12,48 Jadi P di Kelurahan Jebres adalah 12,48 c. Setelah diketahui nilai P maka dapat dihitung nilai Jh yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Jh
1 2 P
1
Jh
2 12,48 Jh
1 2 X 3,53
Jh = 0,14 Jh di Kelurahan Jebres adalah 0,14 d. Langkah terakhir setelah menghitung Ju dan Jh adalah menghitung T, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
T
Ju Jh
T
0,11 0,14
T 0,78 Diketahui nilai T di Kecamatan jebres adalah 0,78 ini berarti pola distribusi masjid di Kecamatan jebres pada tahun 2008 adalah mengelompok (Cluster). Pola mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman penduduk. commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Hubungan Antara Pembagunan Masjid Dengan Perkembangan Permukiman Dalam usaha mengetahui hubungan antara pembangunan masjid dengan perkembangan permukiman Kecamatan Jebres digunakan analisis kualitatif dengan cara mengasumsikan jarak ketersediaan seseorang untuk pergi secara jalan kaki dari titik perkembangan permukiman baru ke lokasi masjid yang baru. Jarak yang diambil disini adalah jarak yang mungkin ditempuh oleh seseorang untuk ke masjid baik itu untuk sholat berjamaah ataupun untuk kegiatan keislaman yang lain dengan berjalan kaki. Dalam pengambilan datanya dikelompokkan menjadi enam kelas yang masing-masing berjarak <100 meter, 101-200 meter, 201-300 meter, 301-400, 401-500 meter dan >500 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 24 dibawah ini. Tabel 24. Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan Permukiman
No
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jarak Masjid Dengan Titik Perkembangan Terpengaruhi Presentase Permukiman (m) 0-100 100-200 200-300 3 6,12 300-400 1 2,04 400-500 4 8,16 > 500 Jumlah 8 16,32
Tidak Terpengaruhi
Presentase
41 41
83,67 83,67
Sumber : Data Primer, Analisis Peta dan Hasil Perhitungan Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada masjid yang berjarak < 100 dan 100-200 meter dari titik perkembangan permukiman, sedangkan yang berjarak 200-300 meter berjumlah 3 buah masjid atau 6,12%, yang berjarak 300400 meter berjumlah 1 buah masjid atau 2,04 %, yang berjarak 400-500 meter berjumlah 4 buah masjid atau 8,16%, sementara yang berjarak > 500 meter berjumlah 41 buah masjid atau 83,67%. Dari analisis diatas menunjukkan bahwa masjid yang berjarak kurang dari 500 meter berjumlah 8 buah masjid atau 16,32%. Kedelapan buah masjid commit tersebuttodiuser bangun di kelurahan Mojosongo, ini
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menunjukkan
masjid-masjid
tersebut
di
pengaruhi
oleh
perkembangan
permukiman baru di kelurahan ini karena jaraknya <500 meter. sementara masjid yang berjarak >500 meter dari titik permukiman baru berjumlah 41 buah atau 83,67%, masjid-masjid ini dibangun pada area di luar radius >500 m atau dalam kelompok masjid
yang tidak terpengaruhi oleh adanya perkembangan
permukiman. Ke empat puluh satu masjid ini berada di kelurahan-kelurahan yang tidak mengalami perkembangan permukiman yaitu terdapat di Kelurahan Kepatihan Wetan 2 buah masjid, Kelurahan Sewu 1 buah masjid, Kelurahan Jagalan 3 Buah Masjid, Kelurahan Jebres 9 buah masjid, kelurahan Pucang Sawit 1 buah masjid dan di kelurahan Mojosongo yang mengalami perkembangan permukiman sendiri ada 15 buah masjid yang berada lebih dari 500 meter ( >500) atau yang tidak terpengaruhi oleh pertumbuhan permukiman. Jarak Permukiman Dengan Masjid
50
41
Jumlah masjid
40 30 20 10 0 -10
0 0-100
0 100-200
3
1
200-300 Jarak (m)
300-400
Jarak Masjid dengan Permukiman
4 400-500
> 500
Jumlah Masjid
Gambar 14. Grafik Jarak Lokasi Pembangunan Masjid dengan Titik Perkembangan Permukiman Untuk lebih jelasnya mengenai jangkauan perkembangan permukiman dengan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat dilihat pada peta 11.
commit to user
118
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perkembangan pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir pada kenyataannya tidak semuanya dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Selanjutnya dalam pembahasan ini akan
dibahas
mengenai
faktor-faktor
yang
diasumsikan
mempengaruhi
perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. a) Faktor Jumlah Pemeluk Agama Keberadaan dan persebaran tempat ibadah menggambarkan keberadaan persebaran pemeluk agama. Semakin banyak pemeluk suatu agama maka semakin nampak pula persebaran tempat ibadah yang ada. Berdasarkan tema penelitian yang diambil maka perlu diketahui perkembangan jumlah pemeluk Agama Islam di daerah penelitian. Perkembangan diambil mulai dari tahun 2000 sampai tahun 2008. Dari analisis perkembangan jumlah pemeluk tersebut kemudian di hubungkan dengan perkembangan masjid di Kecamatan Jebres apakah perkembangan jumlah pemeluk agama mempengaruhi pembangunan masjid ataukah tidak mempengaruhi pembangunan masjid. Dalam penentuan persebaran Jumlah pemeluk agama Islam berdasarkan jumlah pemeluknya, belum ada teori yang menyatakan batasan tentang jumlah pemeluk sehingga digunakan rumus umum dalam penentuan kelas dari distibusi data yaitu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: kelas tertinggi - kelas terendah jumlah kelas
I=
Keterangan: I = Kelas Interval Diketahui :
Kelas tertinggi
= 27.334
Kelas Terendah
= 1.797
Jumlah Kelas
=3
Kelas intervalnya adalah:
𝐼=
27.334 -1.797 3
commit to user
=
25.537 3
= 8512,3
120 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari perhitungan penentuan kelas interval di atas, maka pembagian kelas Jumlah pemeluk Agama Islam di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sampai tahun 2008 dapat di lihat seperti berikut ini:
Sedikit, apabila jumlah penganut antara 1.797 – 8.512 jiwa
Sedang, yaitu apabila jumlah penganut antara 8.513 – 17.025 jiwa
Banyak, yaitu apabila jumlah penganut antara 17.026 – 25.538 jiwa Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa jumlah pemeluk Agama Islam
(Muslim) di daerah penelitian dibagi kedalam 3 kelas yaitu; sedikit, sedang dan banyak.
Hasil perhitungan jumlah pemeluk Agama Islam di masing-masing
kelurahan berdasarkan klasifikasi diatas dipresentasikan pada tabel 25. Tabel 25. Perkembangan Pemeluk Agam Islam di kecamatan Jebres Tahun 20002008 Jumlah Pemeluk Agama Islam (Jiwa) Kelurahan
Tahun 2000
Tahun 2008
Jumlah Pemeluk Agama Islam (Jiwa) Tahun 2000-2008 Bertambah (+)
Persentase (%)
Klasifikasi
Berkurang
Jiwa
(%)
Jiwa
(%)
Kepatihan Kulon
2.236
2,46
2.142
2,24
(-) 94
(-)1,99
Sedikit
Kepatihan Wetan
1.886
2,08
1.797
1,88
(-) 89
(-)1,88
Sedikit
Sudiroprajan
2.518
2,78
2.846
2,98
(+) 328
(+)6,94
Sedikit
Gandekan
6.097
6,73
6.270
6,57
(+) 173
(+)3,66
Sedikit
Sewu
6.578
7,26
6.568
6,89
(-) 10
(-)0,21
Sedikit
Pucang Sawit
8.448
9,32
9.768
10,25
(+) 1.320
(+)27,94
Sedang
Jagalan
10.392
11,47
8.940
9,38
(-) 1.452
(-)30,74
Sedang
Purwodiningratan
3.140
3,46
2.808
2,94
(-) 332
(-)7,02
Sedikit
Tegalharjo
3.990
4,40
3.523
3,69
(-) 467
(-)9,88
Sedikit
Jebres
21.573
23,81
23.300
24,45
(+) 1.727
(+)36,56
Banyak
Mojosongo
23.715
26,18
27.334
28,68
(+) 3.619
(+)76,62
Banyak
Jumlah
90.573
100
95.296
100
(+) 4.723
100
sedang
(-)
Sumber: Surakarta Dalam Angka commit Tahun 2000-2008 to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan data dalam tabel diatas jumlah keseluruhan pemeluk Agama Islam di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 sebanyak 90.573 jiwa kemudian sampai pada akhir tahun 2008 meningkat menjadi 95.296 jiwa dimana terjadi peningkatan sebanyak 4.723. Dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres, Kecamatan Mojosongo memiliki jumlah pemeluk agama Islam terbesar sebanyak 27.334 jiwa atau 28,68%, urutan ke 2 adalah Kelurahan Jebres sebanyak 23.300 jiwa atau 24,45%, urutan ke 3 adalah Kelurahan Pucang Sawit sebanyak 9.768 jiwa atau 10,25% sedangkan kelurahan dengan jumlah pemeluk agama Islam terkecil adalah Kelurahan Kepatihan Wetan yang hanya berjumlah 1.797 jiwa atau 1,88%. Berdasarkan rumus dan perhitungan Jumlah pemeluk Agama islam di atas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah pemeluk Agama Islam rata-rata di Kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2008 termasuk kedalam kriteria jumlah pemeluk dengan klasifikasi sedang yaitu dengan jumlah pemeluk sebesar 8.663 Jiwa sedangkan angka penambahan jumlah pemeluk Agama Islam yang terjadi selama 8 tahun terakhir termasuk dalam kriteria klasifikasi penambahan sedikit yaitu sebesar 4.723 jiwa. Setelah mengetahui
angka perkembangan
pemeluk agama maka
selanjutnya akan diketahui angka perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 pembangunan masjid paling banyak terdapat di Kelurahan Mojosongo sebanyak 22 masjid dengan rincian 17 masjid Jami‟ dan 5 musholla untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama Islam yang meningkat sebanyak 3.619 jiwa. Kelurahan ke dua yang melakukan pembangunan masjid terbanyak adalah Kelurahan Jebres yang melakukan pembangunan masjid Jami‟ sebanyak 8 buah untuk mengimbangi jumlah pemeluk agama Islam yang meningkat sebanyak 1.727 jiwa. Untuk lebih jelasnya distribusi pembangunan masjid dan persebaran pemeluk agama Islam di Kecamatan Jebres selama kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 26 di bawah ini.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 26. Distribusi Pembangunan Masjid dan Persebaran Pemeluk Agama Islam Tahun 2000-2008 Kecamatan Jebres Kota Surakarta Jumlah Pemeluk Islam (Jiwa)
Kelurahan
Jumlah Pemeluk Islam (Jiwa) tahun 2000-2008
Jumlah Masjid
Sampai Tahun 2000
Pemban gunan Masjid Tahun 20002008
Sampai Tahun 2000
Pemban gunan Mushola Tahun 20002008
Bertambah (+)
Jumlah Musholla Jumlah Masjid dan Mushola Tahun 2000-2008
Tahun
Tahun
2000
2008
Kepatihan Kulon
2.236
2.142
(-) 94
1
-
1
-
2
Kepatihan Wetan
1.886
1.797
(-) 89
1
1
-
-
2
Sudiroprajan
2.518
2.846
(+) 328
2
-
1
-
3
Gandekan
6.097
6.270
(+) 173
3
-
2
-
5
Sewu
6.578
6.568
(-) 10
4
1
-
-
5
Pucang Sawit
8.448
9.768
(+) 1..320
9
2
-
1
12
Jagalan
10.392
8.940
(-) 1.452
2
3
-
-
5
Purwodiningratan
3.140
2.808
(-) 332
2
-
-
-
2
Tegalharjo
3.990
3.523
(-) 467
2
-
1
1
4
Jebres
21.573
23.300
(+) 1.727
40
8
-
-
48
Mojosongo
23.715
27.334
(+) 3.619
36
17
11
5
69
Jumlah
90.573
95.296
(+) 4.723
102
32
16
7
157
Berkurang (-)
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000-2008, Data Primer dan Pengecekan di lapangan Berdasarkan tabel 25 diatas dapat dilakukan analisis perkembangan pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir yang pada kenyataannya tidak semua pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres dipengaruhi oleh jumlah pemeluk agama islam. Hal ini dapat dilihat di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres. Kelurahan Jagalan yang mengalami penurunan pemeluk agama islam sebesar 1.452 jiwa dapat membangun 3 buah masjid. Kelurahan Tegalharjo mengalami penurunan sebanyak 467 jiwa membangun 1 musholla, Kelurahan Kepatihan Wetan mengalami penurunan 89 jiwa membangun 1 masjid, dan Kelurahan Sewu mengalami penurunan 10 jiwa membangun 1 masjid. Sedangkan kelurahan yang commit toAgama user Islam secara signifikan tetapi mengalami peningkatan jumlah pemeluk
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
tidak melakukan pembangunan masjid adalah Kelurahan Sudiroprajan dan Kelurahan Gandekan yang masing mengalami peningkatan sebanyak 328 jiwa dan 173 jiwa. Angka penambahan tersebut sebenarnya menunjukkan angka penambahan yang signifikan, akan tetapi pada kenyataannya penambahan penganut Agama Islam (Muslim) tersebut tidak dibarengi dengan pembangunan masjid yang ada. Dengan demikian angka penambahan umat Muslim sebanyak 328 jiwa dan 173 jiwa tersebut apabila akan melakukan ibadah masih mempergunakan masjid yang lama atau masjid yang telah ada. Sampai akhir tahun 2008 bangunan masjid yang ada di Kelurahan Sudiroprajan sebanyak 3 masjid dengan jumlah umat Muslim sebanyak 2.846. Hal ini berarti setiap 1 bangunan masjid menampung kurang lebih jamaah sebanyak 949 jamaah. Dengan demikian bila melihat perbandingan antara jumlah bangunan masjid dengan jumlah umat Muslim yang ada di Kelurahan Sudiroprajan dirasakan kurang representatif. Penambahan jumlah pemeluk agama dengan tidak disertai pembangunan masjid dapat di carikan solusi dengan menambah konsep pembangunan masjid yaitu dengan melakukan penambahan fungsi sarana dan prasarana masjid misalnya dengan melakukan renovasi bangunan masjid dengan cara meninggikan bangunan atau menambah lantai menjadi 2 lantai, menambah lebar masjid atau memperluas masjid, dan atau dengan memiringkan sof-sof masjid agar dapat menampung lebih banyak jamaah masjid.
Gambar 15. Masjid Nur Hasanah yang Gambar 16. Masjid Ar-Rahman yang Mengalami Penambahan Lantai Masjid Perluasan Lantai Masjid Terletak commit toMengalami user Terletak pada 07°32′41,1″ dan 110°50′50,5 Pada 07°32′41,1″ dan 110°50′50,5″ Terdapat ″terdapat di Kampung Gendingan, Jebres di Kampung Mertoudan Kelurahan Mojosongo
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Faktor Pendapatan Masyarakat Faktor pendapatan masyarakat mempengaruhi pembangunan masjid hal ini berdasarkan asumsi bahwa semakin tinggi pendapatan di suatu masyarakat maka akan semakin cepat laju pembangunan yang terjadi masyarakat tersebut, sebaliknya jika pendapatan masyarakat rendah maka semakin lambat pembangunan yang terjadi di masyarakat tersebut.
pula
Pedapatan juga sering
dikaitkan dengan kondisi ekonomi. Semakin tinggi pendapatan suatu masyarakat maka mencerminkan ekonomi masyarakat tersebut juga semakin kuat dan mantap. Keadaan ekonomi yang mantap secara tidak langsung akan mencerminkan kemampuan penyediaan fasilitas keluarga dan juga diharapkan mempunyai sumbangsih terhadap penyediaan fasilitas sosial kemasyarakatan, seperti kepeduliaan terhadap pembangunan sarana dan prasarana umum seperti jalan, jembatan, sarana kebersihan, sarana keamanan, sarana peribadatan dan lain-lain. Dalam usaha untuk mengetahui tingkat pendapatan masyarakat di Kecamatan Jebres maka dilakukan pendekatan terhadap beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan suatu masyarakat secara umum, faktor yang dimaksud adalah Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) Angka
beban
ketergantungan
adalah
angka
yang
menyatakan
perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif dengan banyaknya orang orang yang termasuk usia produktif. Menurut Mantra, yang disebut penduduk belum produktif atau tidak produktif adalah penduduk yang berusia 014 tahun yag merupakan golongan anak-anak yang secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Sedangkan penduduk yang produktif
adalah yang berusia 15-64 tahun yang merupakan
golongan produktif untuk bekerja, dan untuk golongan tidak produktif adalah yang berusia diatas 65 tahun yang dianggap sudah melewati masa pensiun. Dalam ilmu kependudukan banyaknya golongan anak-anak dan golongan tua akan mempengaruhi beben tanggungan golongan yang bekerja, dalam arti golongan belum produktif dan tidak produktif merupakan tanggungan penduduk usia produktif (yang bekerja).
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Secara kasar angka ini dapat digunakan sebagai indikator ekonomi dari suatu masyarakat, daerah atau suatu negara apakah tergolong maju atau berkembang. Dependency Ratio merupakan indikator demografi yang cukup penting. Semakin tingginya prosentase Dependency Ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase Dependency Ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk ynag belum produktif dan tidak produktif lagi. Dalam usaha untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan masjid di Kecamatan Jebres, faktor angka beban tanggungan (Dependency Ratio) perlu diketahui hal ini berdasarkan asumsi secara umum bahwa semakin kecil angka ketergantungan masyarakat, maka semakin ringan pula beban tanggungan hidup yang ditanggung penduduk usia produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Jika angka tanggungannya sedikit maka tingkat pendapatan usia produktif akan meningkat sehingga tingkat ekonominya juga semakin kuat. Bila dalam suatu masyarakat tersebut memiliki ekonomi yang kuat maka semakin besar andil yang diharapkan untuk melakukan sumbangan terutama dalam bentuk dana untuk pembangunan masjid. Untuk menghitung angka ketergantungan/ Dependency Ratio digunakan rumus: Rasio
Beban
Ketergantungan:
Penduduk (0 14) penduduk (65) X 100% Penduduk (15 64) Sebelum menghitung angka ketergantungan (Dependency Ratio) harus diketahui lebih dahulu komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Untuk menjawab pertanyaan pengaruh angka ketergantungan (Dependency Ratio) terhadap pembangunan masjid di Kecamatan Jebres selama kurun waktu tahun 2000-2008 maka dicari angka beban ketergantungan penduduk Kecamatan Jebres tahun 2000 dan angka beban ketergantungan tahun 2008 sehingga akan diketahui commit to user analisis perkembangan angka ketergantungan masyarakat selama kurun waktu 8
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun tersebut. Berikut Tabel 27 distribusi penduduk Kecamatan Jebres pada tahun 2000 yang dihitung per kelurahan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Tabel 27. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2000 Kelurahan
Kelompok Umur 0-4
Kelompok Umur 5-9
Kelompok Umur10-14
Kelompok Umur 15-19
Kepatihan Kulon
Lakilaki 69 122
Perem -puan 107 134
Jumlah 176 256
Lakilaki 144
Perempuan 154
Jumlah 298
Lakilaki 148
Perempuan 170
Jumlah 318
Laki -laki 164
Perempuan 179
191
176
367
226
218
444
194
187
381
Sudiroprajan
189
132
321
81
183
364
272
266
538
271
388
659
Gandekan
691
791
1.482
291
386
677
466
520
986
427
530
957
Sewu
281
284
565
254
255
509
246
260
506
405
404
809
Pucang Sawit
686
633
1319
623
624
1247
659
632
1291
640
691
1331
Jagalan
777
820
1597
787
759
1546
744
741
1485
745
741
1486
Purwodiningratan
565
604
1169
314
305
619
215
312
527
173
177
350
Tegalharjo
162
226
388
333
350
683
382
256
638
365
369
734
Jebres
3.815
3.755
7570
1528
1648
3176
1237
1395
2632
1519
1570
3089
Mojosongo
4.265
4.361
8626
1796
2005
3801
1668
1736
3404
1606
1709
3315
Kelurahan
Kelompok Umur 20-24
Kelompok Umur 25-29
Kelompok Umur 30-39
Kelompok Umur 40-49
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
Lakilaki
Perempuan
Jumlah
Laki -laki
Perempuan
Kepatihan Kulon
167
181
348
180
184
364
183
202
385
189
186
375
Kepatihan Wetan
172
174
346
165
156
321
171
175
346
204
188
392
Sudiroprajan
243
297
540
244
299
543
218
245
463
274
338
612
Gandekan
469
535
1004
357
304
661
357
343
700
258
273
531
Sewu
406
376
782
438
361
799
427
432
859
428
433
861
Pucang Sawit
703
714
1417
719
686
1405
599
576
1175
608
584
1192
Jagalan
756
772
1528
706
781
1487
663
764
1427
452
580
1032
Purwodiningratan
229
290
519
231
274
505
207
349
556
243
235
478
Tegalharjo
315
351
666
353
308
661
286
358
644
327
299
628
Jebres
1789
1902
3691
1625
1536
3161
1256
1128
2384
1199
1168
2367
Mojosongo
1504
1720
3224
2043
1937
3980
1885
1990
3875
1499
1649
3148
Kepatihan Wetan
commit to user
Jumlah 343
Jumlah
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kelurahan
Kelompok Umur 50-59
Kelompok Umur 60+
Kepatihan Kulon
Lakilaki 147
Perempuan 151
Jumlah 298
Lakilaki 95
Perempuan 115
Jumlah 210
Kepatihan Wetan
140
144
284
49
78
127
Sudiroprajan
273
352
625
166
103
269
Gandekan
452
416
868
987
741
1728
Sewu
427
431
858
517
508
1025
Pucang Sawit
475
505
980
489
546
1035
Jagalan
379
376
755
557
743
1300
Purwodiningratan
219
208
427
238
204
442
Tegalharjo
297
362
659
431
595
1026
Jebres
443
910
1353
410
440
850
Mojosongo
1531
1348
2879
1419
988
2407
Sumber: Surakarta Dalam Angka Tahun 2000 Dari data dalam tabel diatas selanjutnya akan dihitung angka ketergantungan tiap kelurahan di Kecamatan Jebres: Kelurahan Kepatihan Kulon 792 210 X 100% 47,42 2.113
Keluraha Kepatihan Wetan 1.067 127 X 100% 57,68 2.070
Kelurahan Sudiroprajan 1.223 269 X 100% 43,34 3.442
Kelurahan Gandekan 3.145 1.728 X 100% 103,21 4.721
Kelurahan Sewu 1.580 1.025 X 100% 52,43 4.968
Kelurahan Pucangsawit commit to user
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.857 1.035 X 100% 65,22 7.500
Kelurahan Jagalan 4.628 1.300 X 100% 76,83 7.715
Kelurahan Purwodiningratan 2.315 442 X 100% 97,24 2.835
Kelurahan Tegalharjo 1.709 1.026 X 100% 68,54 3.990
Kelurahan Jebres 13.378 850 X 100% 88,67 16.045
Kelurahan Mojosongo 15.831 2.407 X 100% 89,31 20.421
Setelah mengetahui angka ketergantungan di masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 maka selanjutnya akan dihitung angka angka ketergantungan di masing-masing kelurahan di Kecamatan Jebres pada tahun 2008 sehingga nantinya akan dapat dihitung perkembangannya. Berikut Tabel 28 distribusi penduduk Kecamatan Jebres pada tahun 2008 yang dihitung per kelurahan berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Tabel 28. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2000 Kelurahan
Kelompok Umur 0-4
Kelompok Umur 5-9
Kelompok Umur10-14
Kelompok Umur 15-19
Kepatihan Kulon
Lakilaki 74 228
Perem -puan 96 192
Jumlah 170 420
Lakilaki 70
Perempuan 94
Jumlah 164
Lakilaki 126
Perempuan 140
Jumlah 266
Laki -laki 132
Perempuan 142
162
138
300
197
162
359
171
166
337
Sudiroprajan
315
323
638
162
176
338
321
248
569
311
380
691
Gandekan
1075
1150
2225
294
371
665
443
511
954
409
521
930
Sewu
314
537
851
312
322
634
298
350
648
458
419
877
Pucang Sawit
1332
1079
2411
683
702
1385
708
685
1393
687
737
1424
Kepatihan Wetan
commit to user
Jumlah 274
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Jagalan
651
640
1291
701
750
1451
746
803
1549
741
728
1469
Purwodiningratan
437
452
889
305
304
609
248
256
504
294
321
615
Tegalharjo
176
187
363
334
354
688
387
257
644
331
322
653
Jebres
1060
971
2031
2254
2375
4629
1697
1862
3559
1928
2013
3941
Mojosongo
4732
4878
9610
1990
2147
4137
1809
1871
3680
1837
1943
3780
Kelurahan
Kelompok Umur 20-24
Kelompok Umur 25-29
Kelompok Umur 30-39
Kelompok Umur 40-49
Kepatihan Kulon
Lakilaki 138
Perempuan 151
Jumlah 289
Lakilaki 132
Perempuan 144
Jumlah 276
Lakilaki 182
Perempuan 182
Jumlah 364
Laki -laki 200
Perempuan 210
Kepatihan Wetan
172
142
314
157
115
272
123
235
358
178
165
343
Sudiroprajan
274
280
554
274
269
543
203
188
391
289
307
596
Gandekan
460
510
970
330
291
621
303
298
601
254
275
529
Sewu
480
488
968
348
293
641
471
417
888
448
417
865
Pucang Sawit
771
829
1600
817
735
1552
726
689
1415
686
586
1272
Jagalan
799
754
1553
629
743
1372
629
717
1346
421
553
974
Purwodiningratan
248
329
577
218
292
510
187
5
192
238
241
479
Tegalharjo
318
345
663
344
302
646
281
345
626
276
316
592
Jebres
2256
2374
4630
2166
2071
4237
1760
1561
3321
1563
1534
3097
Mojosongo
1765
2132
3897
2338
2297
4635
2434
2439
4873
1743
1866
3609
Kelurahan
Kelompok Umur 50-59
Kelompok Umur 60+
Kepatihan Kulon
Lakilaki 174
Perempuan 210
Jumlah 384
Lakilaki 162
Perempuan 171
Jumlah 333
Kepatihan Wetan
239
134
273
47
57
104
Sudiroprajan
272
304
576
65
53
118
Gandekan
396
355
751
776
491
1267
Sewu
431
357
788
381
287
668
Pucang Sawit
444
481
925
361
346
707
Jagalan
421
396
817
190
208
398
Purwodiningratan
201
221
422
150
148
298
Tegalharjo
332
368
700
229
292
521
Jebres
887
1298
2185
380
451
831
Mojosongo
1671
1518
3189
1381
903
2284
Sumber: Kecamatan Jebres Dalam Angka Tahun 2008 commit to user
Jumlah 410
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dari data dalam tabel diatas selanjutnya akan dihitung angka ketergantungan (Dependency Ratio) tiap kelurahan di Kecamatan Jebres:
Kepatihan Kulon 600 333 X 100% 46,72 1.997
Keluraha Kepatihan Wetan 1.079 104 X 100% 62,36 1.897
Kelurahan Sudiroprajan 1.545 118 X 100% 49,62 3.351
Kelurahan Gandekan 1.844 1.267 X 100% 70,67 4.402
Kelurahan Sewu 2.133 668 X 100% 55,32 5.027
Kelurahan Pucangsawit 5.189 707 X 100% 72,007 8.188
Kelurahan Jagalan 4.921 398 X 100% 71,09 7.486
Kelurahan Purwodiningratan 2.002 298 X 100% 82,28 2.795
Kelurahan Tegalharjo 1.675 521 X 100% 56,59 3.880
Kelurahan Jebres commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10.219 831 X 100% 51,60 21.441
Kelurahan Mojosongo 17.427 2.284 X 100% 82,31 23.947
Berdasarkan hasil perhitungan masing- masing angka ketergantungan diatas, faktor yang paling berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan masjid di Kecamatan Jebres selama 8 tahun terakhir
ditentukan dari besar
kecilnya angka ketergantungan masyarakat. Frekuensi penurunan angka ketergantungan
(Dependency
Ratio)
menunjukkan
bahwa
kemakmuran
masyarakat tersebut semakin meningkat sehingga faktor tersebut diperkirakan menjadi
salah
satu
faktor
yang
berpengaruh
terhadap
perkembangan
pembangunan masjid. Dari 11 kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres, Kecamatan Mojosongo memiliki prosentase angka ketergantungan paling besar yaitu 82,31. Ini artinya setiap 100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sebanyak 82 orang tidak produktif. Urutan ke 2 yang memiliki angka ketergantungan paling besar di Kelurahan Jebres adalah kelurahan purwodingratan sebesar 82,28 sedangkan kelurahan dengan angka ketergantungan paling kecil adalah Kelurahan Kepatihan kulon sebesar 46,72. Kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2008 penambahan angka ketergantungan paling besar terdapat di Kelurahan Pucangsawit sebesar 6,7. Kelurahan ke dua yang mengalami penambahan angka ketergantungan paling besar adalah Kelurahan Sudiroprajan sebesar 6,2. Sedangkan kelurahan yang mengalami prosentase penurunan angka ketergantungan paling besar terdapat di Kelurahan Jebres sebesar 37,07. Kelurahan ke dua yang mengalami prosentase penurunan paling besar adalah Kelurahan Gandekan. Untuk lebih jelasnya distribusi perkembangan angka ketergantungan dan distribusi pembangunan masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 sampai tahun 2008. pada tabel 29 berikut ini: commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 29. Distribusi Angka Ketergantungan dan Distribusi Pembangunan Masjid di Kecamatan Tahun 2000-2008 Angka Ketergantungan (Dependency
Ratio) Kelurahan
Perkembangan Angka Ketergantungan (Dependency
Ratio) Tahun
Tahun
2000
2008
Kepatihan Kulon
47,42
Kepatihan Wetan
Bertambah
Pembangunan Masjid Tahun 20002008
46,72
(+) Berkurang (-) (-) 0,7
-
57,68
62,36
(+) 4,9
Sudiroprajan
43,34
49,62
Gandekan
103,21
Sewu
Pembangunan Mushola Tahun 20002008
Jumlah Pembangunan Masjid dan Mushola Tahun 2000-2008 Jumlah (Buah)
Persen (%)
-
0
0
1
-
1
2,56
(+) 6,2
-
-
0
0
70,67
(-) 32,5
-
-
0
0
52,43
55,32
(+) 2,8
1
-
1
2,56
Pucang Sawit
65,22
72,007
(+) 6,7
2
1
3
7,69
Jagalan
76,83
71,09
(-) 5,4
3
-
3
7,69
Purwodiningratan
97,24
82,28
(-) 14,9
-
-
0
0
Tegalharjo
68,54
56,59
(-) 11,9
-
1
1
2,56
Jebres
88,67
51,60
(-) 37,07
8
-
8
20,51
Mojosongo
89,31
82,31
(-) 7,0
17
5
17
43,58
32
7
39
100
Jumlah
Sumber: Analisis Data Sekunder Berdasarkan tabel diatas dapat dilakukan analisis faktor yang mempengaruhi perkembangan pembangunan masjid dan musholla terhadap angka ketergantungan di kecamatan jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir yang pada kenyataannya tidak semua pembangunan masjid dan musholla di kecamatan jebres dipengaruhi oleh penurunan angka ketergantungan (Dependency Ratio). Penurunan angka ketergantungan menunjukkan bahwa kemakmuran masyarakat tersebut semakin meningkat sehingga faktor tersebut diperkirakan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan masjid. Kelurahan
Pucangsawit yang mengalami peningkatan angka ketergantungan
sebesar 6,7 (atau dalam arti semakin meningkat angka ketergantungan berarti beban tanggungan usia produktif semakin besar pula sehingga kemakmuran commit to user masyarakat menurun) kenyataannya dapat membangun 2 buah masjid dan 1
133 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
musholla.
Kelurahan
Kepatihan
Wetan
mengalami
peningkatan
angka
ketergantungan sebesar 4,9 membangun 1 masjid, dan Kelurahan Sewu mengalami
peningkatan
2,8
membangun
1
masjid.
Penurunan
angka
ketergantungan yang terjadi di beberapa kelurahan di Kecamatan Jebres dengan tidak disertai pembangunan masjid bisa jadi ini menunjukkan kekurangsadaran penduduk akan fungsi tempat ibadah utuk memenuhi kebutuhan spiritual atau bisa jadi keanekaragaman kebutuhan yang harus dicukupi penduduk dengan megalokasikan kebutuhan lain yang lebih penting.
commit to user
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Perubahan Penggunaan Lahan Untuk Permukiman di Kecamatan Jebres Tahun 2000-2008 Rentan waktu antara tahun 2000-2008, luas lahan permukiman di Kecamatan Jebres mengalami perkembangan yaitu dari 656,45 Ha pada tahun 2000, bertambah menjadi 659,09 Ha pada tahun 2008 dengan luas perkembangan 2,64 Ha. Kelurahan yang mengalami perkembangan permukiman adalah Kelurahan Mojosongo dari 315,90 Ha pada tahun 2000 menjadi 318,54 Ha pada tahun 2008. Sedangkan untuk Kelurahan-kelurahan lain di kecamatan Jebres selama kurun waktu tersebut tidak mengalami perubahan penggunaan lahan untuk permukiman atau stagnan.
2. Pertumbuhan Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres antara tahun 2000-2008 Keberadaan masjid sebagai sarana ibadah bagi umat Islam di kecamatan Jebres selama kurun waktu 8 tahun terakhir mengalami penambahan yang cukup signifikan. Jumlah Masjid di Kecamatan Jebres pada tahun 2000 adalah 118 buah masjid, kelurahan yang memiliki masjid terbanyak adalah Kelurahan Mojosongo yaitu 47 masjid, kemudian Kelurahan Jebres 40 masjid, Kelurahan Pucang Sawit 9 Masjid, Kelurahan Gandekan 5 masjid, Kelurahan Sewu 4 Masjid, Kelurahan Tegalharjo 3 masjid, Kelurahan Sudiroprajan 3 masjid, Kelurahan Jagalan 2 masjid, Kelurahan Purwodiningratan 2 Masjid, Kelurahan Kepatihan Kulon 2 masjid, dan Kelurahan Kepatihan Wetan hanya mempunyai 1 masjid Kemudian pada tahun 2008 terjadi peningkatan pembangunan masjid sebanyak 39 buah. Kelurahan Mojosongo bertambah 16 buah masjid, Kelurahan Jebres 8 masjid, Kelurahan Jagalan 3 buah, commit to userKelurahan Pucang Sawit 3 buah,
perpustakaan.uns.ac.id
135 digilib.uns.ac.id
Kelurahan Sewu 1 buah, Kelurahan Kepatihan Wetan 1 buah, Kelurahan Tegalharjo 1 buah masjid, sedangkan Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Sudiroprajan, dan Kelurahan Gandekan, tidak mengalami pertumbuhan pembangunan masjid. Sehingga jumlah keseluruhan masjid di Kecamatan Jebres menjadi 157 buah.
3. Distribusi Spasial Pembangunan Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2000-2008 Distribusi spasial masjid-masjid di Kecamatan Jebres menunjukkan masjidmasjid banyak yang dibangun diantara permukiman penduduk, kompleks perkantoran
dan berada di pingir jalan sesuai dengan fungsi masjid yang
digunakan sebagai sarana ibadah untuk Umat Islam dan tempat segala aktifitas dakwah islamiyah ataupun untuk kepentingan sosial kemasyarakatan. Keberadaan Masjid di Kecamatan Jebres lebih banyak di bagian utara dan tengah kemudian sedikit di bagian barat dan selatan. Bagian utara yaitu Kelurahan Mojosongo sebanyak 69 masjid (43,94%), di bagian tengah yaitu Kelurahan Jebres 48 masjid (30,57%). Bagian barat hanya berjumlah 10 buah atau (6,40%) yaitu 2 masjid yang terdapat di Kelurahan Kepatihan Kulon, 2 masjid di Kelurahan Kepatihan Wetan, 4 masjid di Kelurahan Tegalharjo, dan 2 masjid di Kelurahan Purwodiningratan. Bagian selatan Kecamatan Jebres mempunyai 31 masjid (19,74 %), dengan rincian 13 masjid di Kelurahan Pucang sawit, 5 masjid di Kelurahan Jagalan, 5 masjid di Kelurahan Sewu, 5 masjid di Kelurahan Gandekan,dan 3 masjid di Kelurahan Sudiroprajan.
4. Pola Distribusi Masjid di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Pola distribusi masjid di Kecamatan Jebres tahun 2000 adalah mengelompok dengan nilai T = 0,81, demikian juga dengan pola distribusi masjid di tahun 2008 masih mengelompok dengan nilai T= 0,78. Pola mengelompok masjid di Kecamatan Jebres terlihat di sekitar pemukiman yang sedang berkembang dan padat penduduknya seperti di bagian barat Kelurahan Mojosongo, dan juga commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mengelompok di sekitar Kelurahan Jebres karena lokasi pemukiman yang dekat dengan kampus UNS, ISI dan RSUD Dr. Moeardi.
5.
Hubungan
Antara
Pembagunan
Masjid
Dengan
Perkembangan
Permukiman Pembangunan masjid yang ada di kelurahan Jebres tidak semuanya dipengaruhi oleh perkembangan permukiman. Sebanyak 8 buah masjid atau 16,32% terpengaruhi oleh perkembangan permukiman, sedangkan masjid yang tidak terpengaruhi oleh perkembangan permukiman sebanyak 41 buah atau 83,67%.
B. Implikasi
Dari kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai berikut: 1) Dengan mengetahui perubahan penggunaan lahan untuk permukiman di Kecamatan Jebres, diharapkan dapat menjadi pertimbangan masyarakat dalam hal .pemilihan lokasi untuk pembangunan kawasan perumahan dengan memilih Kelurahan Mojosongo sebagai kawasan yang siap bangun untuk peruntukan lahan permukiman. 2) Distribusi masjid penting diketahui
sebagai
informasi yang sangat
berguna bagi orang-orang yang mengadakan perjalanan apabila suatu waktu ingin singgah ke masjid terdekat pada saat posisi tertentu. 3) Dari Pola distribusi masjid dapat diketahui tingkat kebutuhan masyarakat akan bangunan masjid khususnya Umat Islam, sehingga akan mudah diketahui perbandingan jumlah masyarakat yang beragama Islam dengan bangunan masjid yang telah didirikan, dan jarak bangunan masjid terhadap penduduk sekitar/jamaah. Sehinga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk rencana pembangunan masjid selanjutnya. commit to user
137 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Saran
1. Pemerintah daerah diharapkan pemperhatikan dalam masalah penggunaan lahan terutama penggunaan lahan untuk permukiman di Kelurahan yang padat penduduk, seperti di Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan
Wetan,
Kelurahan
Sudiroprajan,
Kelurahan
Gandekan,
Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, dan Kelurahan Tegalharjo yaitu dengan menyediakan lahan untuk permukiman atau perumahan-perumahan yang harganya dapat di jangkau masyarakat. 2. Penggunaan alat Global Positioning System (GPS) untuk mengetahui posisi koordinat masjid sebaiknya menggunakan GPS dengan tingkat akurasi yang tinggi, karena berdasarkan hasil pengukuran di lapangan terjadi pergeseran antar posisi masjid sebenarnya dengan posisi koordinat masjid yang di plotkan di peta.
commit to user
138 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek: Jakarta. Rineka Cipta. Arsyad, Sitanala. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bandung: Institut Pertanian Bandung. Bintarto, R. 1977. Suatu Pengantar Geografi Desa. Yogyakarta: LIP Spring. Bintarto, R Dan Surastopo Hadi Sumarno. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta: LP3ES Malinreau, JP.1977. A Proposed Land Cover / Land Use Classification and its Use with Remote Sensing Data Indonesia dalam Journal of Geography. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada .1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra Untuk Inventarisasi
dan
Analisis.
Yogyakarta:
PUSPICS-
BAKOSURTANAL. Mantra, Ida Bagoes. 2003. Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Moleong, Lexy. 1995. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: P.T Remaja Rosdakarya. Muta‟ali, Luthfi. 2000. Teknik Analisis Regional. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Notoprawiro, Tejoyuwono. 1987. Habitat Lahan Sebagai Kriteria Tata Ruang Nasional Berwawasan Lingkungan. Yogyakarta: PPLH- Universitas Gadjah Mada Hadi, Partoso. 2011. Ketrampilan Spasial Dalam Pembelajaran Geografi. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses tanggal 18 Mei 2011. . 2011. Esensi Peta. http://partosohadi.staff.fkip.uns.ac.id. Diakses tanggal 18 Mei 2011 Sandy, I Made.1995. Tanah. Jakarta: INDOGRAPH BAKTI- FAKULTAS MIPA- Universitas Indonesia. commit to user
139 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Soeparmin, Yacop. 2002. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Kelurahan Karangasem Kota Surakarta 1991-2000. Tesis. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sumaatmadja, Nursid. 1981. Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung: Alumni Sutanto, Gunadi, Gunawan Totok. 1981. Penggunaan Foto Udara Untuk Pembuatan Peta Penggunaan Lahan Kotamadya Yogyakarta Publikasi No 3/1981. Yogyakarta: PUSPIC-BAKOSURTANAL. Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Yousman,
Yeyep.
2004.
Sistem
Informasi
Geografi
dengan
Mapinfo
Profesional.Yogyakarta: ANDI Yunus, Hadi Sabari. 1987. Geografi Permukiman dan Beberapa Permasalahan Permukiman di Indonesia. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. .2007. Subject Matter dan Metoda Penelitian Geografi Permukiman Kota. Yogyakarta: Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Zuroh, Tegawati. 2006. Perubahan Penggunaan Lahan Wilayah Pesisir Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo Tahun 1993-2005. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret. http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=249. diakses januari 2009. http//luk.staff.ugm.ac.id/kmi/islam/Quraish/wawasan/masjid.html. diakses 14 juni 2011. www.asiamaya.com/undang-undang/uu_perumahan/uu_perumahan_babI.htm. diakses 17 mei 2011
commit to user