ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET) KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2008
SKRIPSI
Oleh: MS Khabibur Rahman K5404045
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET) KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2008
Disusun Oleh : MS Khabibur Rahman NIM K5404045
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009
PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
Persetujuan Pembimbing Pembimbing I
Dra. Inna Prihartini, M.S NIP 131 281 871
Pembimbing II
Rahning Utomowati, S.Si NIP 132 231 675
PENGESAHAN Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi,
Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Partoso Hadi, M.Si
Sekretaris
: Drs. Wakino, M.S
Anggota I
: Dra. Inna Prihartini, M.S
Anggota II
: Rahning Utomowati, S.Si
Disahkan Oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 131 658 563
1...........................
2.............................
3............................
4..............................
ABSTRAK
MS Khabibur Rahman, ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET) KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2008. Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Mei 2009. Tujuan penelitian ini adalah : (1),(2),(3) mengetahui persebaran spasial, pola persebaran, dan jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008, (4) Mengetahui karakteristik pengguna warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bersifat penelitian populasi dengan jumlah warnet sebanyak 31 warnet. Teknik sampling yang digunakan untuk memperoleh data karakteristik pengguna warnet adalah purposive sampling, dengan sampel sebanyak 26 pengguna warnet. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi berupa data pengguna warnet, observasi yang berupa kunjungan langsung ke warnet, wawancara dan kuesioner yang berupa angket. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis peta, teknik analisis parameter tetangga terdekat dan analisis tabel silang. Hasil penelitian ini adalah : (1) Persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 mayoritas berada di Kelurahan Jebres sebanyak 24 warnet atau 77,4% dari total warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Persebaran warnet mayoritas terdapat di lingkungan pendidikan seperti UNS dan ISI. Persebaran warnet berdasarkan ISP-nya paling banyak adalah menggunakan speedy yaitu 70,9% atau sebanyak 22 warnet. Berdasarkan jumlah komputernya mayoritas adalah warnet dengan kelas komputer sedikit yaitu 64,5% atau berjumlah 20 warnet. (2) Pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres adalah mengelompok dengan nilai T = 0,154. Warnet di Kecamatan Jebres mengelompok di sekitar Kampus UNS dan ISI. (3) Jangkauan pasar warnet yang ada di Kecamatan Jebres rata-rata mencapai 1000m. (4) Karakteristik pengguna warnet mayoritas adalah tamatan SLTA dengan jumlah 80,8% (21 orang), tamat SLTP 3,8% (1 orang) dan sisanya atau 15,4% ( 4 orang) adalah lulusan perguruan tinggi. Umur pengguna warnet paling banyak adalah 16-20 tahun yaitu 65,4% (17 orang), 21-25 tahun 30,8% (8 orang), 26-30 tahun 3,8% (1 orang). Jenis kelamin pengguna warnet relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu 46,2% pengguna (12 orang) adalah laki-laki dan 53,8% pengguna (14 orang) adalah perempuan. Kesimpulan penelitian ini adalah : (1) persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 paling banyak terdapat di Kelurahan Jabres. (2) pola persebaran warnet adalah mengelompok. (3) jangkauan pasar warnet sejauh 1.000 meter. (4) karakteristik pengguna warnet mayoritas tamatan SLTA dengan usia 16-20 tahun dengan jenis kelamin berimbang antara laki-laki dan perempuan.
ABSTRACT MS Khabibur Rahman, Spatial Analysis of Warung Internet (Warnet) Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008. A thesis, Surakarta : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, May 2009. The aims of the research are : (1),(2),(3) to know spatial distribution, pattern distribution and the market reach of warnet in Jebres top district Surakarta city 2008. (4) to know the characteristic of warnet user in Kecamatan Jebres Surakarta City 2008. Based on the aims of the research, this research used descriptive methode. This research is charactered population research with total population of warnet is 31. The sampling technique used by the researcher is porposive sampling, which took 26 warnet users as the sample. The technique of data collecting are documentation like data of warnet user, observation with visited to warnet, interview and questionnaire like poll. The technique of data analysis are map analysis, nearest neighbour analysis and crossed-table analysis. The result of the research are as follows : (1) spatial distribution of warnet in Jebres top district Surakarta City 2008 are majority located in Jebres district, that is 24 warnet or 77,4% from the total amount of warnet which are exist in Kecamatan Jebres. The distribution of warnet are majority located in educational environment, such as UNS and ISI. The distribution of warnet based on ISP, mostly used speedy, that is 70,9% or 22 warnet. Based on the amount of computer, the warnet are majority have small numbers of computer, that is 64,5% or 20 warnet. (2) The distribution pattern of warnet in Jebres top district is grouped, which the value of T = 0,154. The warnet in Jebres top district group around UNS and ISI. (3) the market reach of warnet in Jebres attained about 1000 m far in average.. (4) The characteristic of warnet users are majority graduate from senior high school, that is 21 people or about 80,8%, graduated from junior high school, that is 1 people or about 3,8% and the rest are graduated from university, that is 4 people or about 15,4%. The age of the users are mostly in 1620 years of age, that is 65,4% (17 people), 21-25 years of age, that is 30,8% (8 people), and 1 people or about 3,8 % is in the age of 26-30 years old. The sex/gender of warnet users are almost equal betwen male and female, that is 46,2% users or 12 people are male and 53,8% users or 14 people are male. Conclusion of this research is: (1) spatial distribution of warnet in Jebres top district Surakarta city 2008 majority located in Jebres district. (2) distribution pattern of warnet is grouped. (3) market reach of warnet average 1.000 metres. (4) the characteristic of warnet users are majority graduated from senior high school with the age 16-20 years with equalize gender betwen man and woman.
MOTTO Lihatlah apa yang disampaikan, jangan melihat siapa yang menyampaikan ( Anonim ). Allah memberikan apa yang terbaik buat kita, bukan yang kita inginkan. ( Penulis ) “... dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Mujaadilah :11)
PERSEMBAHAN :
Karya ini dipersembahkan, Kepada : 1. Umi dan Ayah ( yang selalu memberikan dukungan dan motivasi serta semangat ) 2. Mas Arif dan Dik Lukman 3. Seseorang yang diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiriku 4. Almamaterku
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh, Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta inayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar. Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini diucapkan banyak terimakasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian. 2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian. 3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian. 4. Ibu Dra. Inna Prihartini, M.S selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan arahan dan masukan. 5. Ibu Rahning Utomowati, S.Si, selaku Pembimbing II yang dengan sabar membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran penulis. 6. Bapak Drs. Ahmad, M.Si selaku Pembimbing Akademis yang telah memotivasi dan membimbing penulis dari awal kuliah hingga selesai. 7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan ilmu selama menempuh studi. 8. Bapak Camat Kecamatan Jebres yang telah memberikan izin penelitian dan data yang diperlukan.
9. Para pengusaha warnet dan pengguna warnet yang telah meluangkan waktunya untuk diwawancarai. 10. Sukma Agung (sahabat terbaikku sekaligus teman berbagi), Dik Tri Wijayanti (thank’s for all), Sholeh + Tina, Alinda, Fajar, Eka, (temanteman seperjuanganku), Budi, Gunawan, Dwex, Joko, Edy (teman-teman kostku), crew geoholic ’03 dan ’04, teman-teman geografi 2004 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga persahabatan kita dapat terus terjalin. Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrpsi ini, maka dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin. Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Surakarta, Mei 2009 Penulis
MS KHABIBUR RAHMAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii HALAMAN PENGESAHAN ........................ ................................................... iv HALAMAN ABSTRAK ...,................................................................................ v HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiv DAFTAR PETA ................................................................................................ xvi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 A. LATAR BELAKANG ......................................................................... 1 B. PERUMUSAN MASALAH ................................................................ 5 C. TUJUAN PENELITIAN ..................................................................... 5 D. MANFAAT PENELITIAN ................................................................. 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7 A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 7 1. Pengertian Peta dan Pemetaan ........................................... 7 2. Konsep Pemetaan .............................................................. 11 3. Pengertian Data ................................................................. 21 4. Analisis Keruangan ........................................................... 23 5. Internet dan Warnet .......................................................... 25 6. Faktor-faktor Penentu Pendirian Warnet ......................... 27 7. Jangkauan Pasar Terhadap Warnet .................................. 28
8. Karakteristik Pengguna Warnet ....................................... 28 B. PENELITIAN YANG RELEVAN .............................................. 31 C. KERANGKA BERFIKIR ... ......................................................... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 42 A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 42 B. Metode Penelitian .......................................................................... 44 C. Sumber Data .................................................................................. 44 D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 45 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 46 F. Teknik Analisis Data .................................................................... 48 G. Prosedur Penelitian ....................................................................... 50 BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................... 52 A. Deskripsi Daerah Penelitian .......................................................... 52 1. Letak, Luas dan Batas ............................................................ 52 a. Letak ................................................................................. 52 b. Luas .................................................................................. 52 c. Batas ................................................................................ 53 d. Penggunaan Lahan .......................................................... 55 2. Keadaan Penduduk .............................................................. 57 a. Jumlah dan Persebaran Penduduk .................................. 57 b. Kepadatan Penduduk ...................................................... 58 c. Komposisi Penduduk ...................................................... 59 B. Deskripsi Hasil Penelitian .......................................................... 64 1. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres............................. 64 a. Persebaran Warnet Berdasarkan ISP .............................. 69 b. Persebaran Warnet Berdasarkan Jumlahnya .................. 71 2. Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres ....................... 76 3. Jangkauan Pasar Warnet ..................................................... 81 4. Karakteristik Pengunjung Warnet ...................................... 85 a. Tingkat Pendidikan ........................................................ 85 b. Umur .............................................................................. 87
c. Jenis Kelamin ................................................................. 90
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................... 91 A. Kesimpulan ............................................................................ 91 B. Implikasi ................................................................................ 92 C. Saran ...................................................................................... 92 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 94 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL No
Tabel
Halaman
1.
Hubungan Antara Persepsi dan Variabel Visual ..................................... 17
2.
Bentuk Simbol Dalam Variabel Visual.................................................... 17
3.
Ukuran Simbol Dalam Variabel Visual .................................................. 18
4.
Arah Sumbu Dalam Variabel Visual ...................................................... 18
5.
Terang Gelapnya Simbol Dalam Variabel Visual .................................. 18
6.
Ukuran Yang Berbeda Dari Value Dalam Variabel Visual ................... 19
7.
Variasi Warna Dalam Variabel Visual ................................................... 19
8.
Penelitian Yang Relevan ........................................................................ 35
9.
Waktu Perencanaan Penelitian ............................................................... 43
10.
Data dan Jenis Data Serta Sumber Data ................................................. 45
11.
Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ........... 52
12.
Penggunaanlahan Kecamatan Jebres ...................................................... 55
13.
Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2008... 57
14.
Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk ............................................. 58
15.
Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres .......................................... 59
16.
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2007 .................................................................................. 60
17.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2007 ........................................................................................................ 61
18.
Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2007 ........ 62
19.
Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Jebres Tahun 2007 .................................................................................. 64
20.
Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .. 65
21.
Persebaran Warnet per Kelurahan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ............................................................................. 67
22.
Persebaran Warnet berdasarkan ISP di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ............................................................................ 69
23.
Jumlah Komputer Masing-masing Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008..................................................................... 71
24.
Jumlah Komputer di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ......................................................................................................... 73
25.
Kelas Warnet Berdasarkan Jumlah komputer di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .................................................................... 74
26.
Jarak Terdekat Antar Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008............................................................................................. 79
27.
Jarak Tempat Tinggal Pengguna Warnet ke Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ......................................................... 82
28.
Alasan Responden Menggunakan Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008.................................................................... 83
29.
Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................. 86
30.
Hubungan Tingkat Pendidikan Pengguna Warnet Dengan Pekerjaan di Kecamatan Jenres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................. 86
31.
Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok Umur Produktif di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008................ 88
32.
Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .................................... 88
33.
Waktu Rata-rata Pengguna Warnet Menggunakan Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 .................................... 89
34.
Alasan Pengguna Warnet Mengunjungi Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................................................... 89
35.
Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................... 90
DAFTAR PETA No
Halaman
Peta 1
Administrasi Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ............ 54
Peta 2
Penggunaan Lahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008... 56
Peta 3
Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008... 68
Peta 4
Persebaran Warnet Berdasarkan ISP Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ....................................................................... 70
Peta 5 Persebaran Warnet Berdasarkan Jumlah Komputer Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ................................................................ 75 Peta 6 Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 Skala 1:25000............................................................................... 77 Peta 7 Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 Skala 1:3000................................................................................. 78 Peta 8 Jangkauan Pasar Warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 ...................................................................................................... 84
DAFTAR GAMBAR No.
Gambar
Halaman
1.
Proses Kartografi .................................................................................. 10
2.
Desain Tata Letak Peta ......................................................................... 20
3.
Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 41
DAFTAR LAMPIRAN 1. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Surya, Jebres, Jebres, Surakarta 2. Warnet yang menempati lokasi di Mojosongo, Jebres, Surakarta 3. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Jebres, 4. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir. Juanda, Jebres, Surakarta 5. Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir Sutami, Jebres, Jebres, Surakarta 6. Daftar Pertanyaan Responden 7. Tabulasi Hasil Kuesioner Karakteristik Pengguna Warnet 8. Perijinan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Analisis spasial atau sering disebut juga analisis keruangan pada hakekatnya merupakan analisis lokasi yang menitik-beratkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno; 1991 : 74). Penerapan analisis spasial ini tidak hanya diterapkan pada pola permukiman saja, tetapi disetiap obyek ataupun fenomena dapat diterapkan analisis keruangan. Salah satu terapan analisis spasial adalah analisis dalam sektor industri yang sedang berkembang yaitu analisis spasial warung internet (warnet). Analisis spasial warung internet perlu dilakukan karena kebutuhan masyarakat yang terus meningkat, manusia mempunyai bermacam-macam kebutuhan baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Seiring dengan berjalannya waktu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin pesat yang ditunjukkan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan segala kebutuhan yang diperlukannya dari yang bersifat primer yang berupa makanan, pakaian, perumahan serta kebutuhan yang bersifat sekunder bahkan tersier seperti pendidikan, kesehatan, olahraga, hiburan, komunikasi dan informasi. Kebutuhan tersebut kini semakin mudah didapat karena dukungan dari para pelaku bisnis yang mampu memanfaatkan peluang usaha guna memberi keuntungan bagi kedua belah pihak, kemudahan mendapat kebutuhan bagi para konsumen dan keuntungan hasil usaha bagi para pebisnis. Salah satu kebutuhan manusia yang kini menjadi penting adalah kebutuhan akan hiburan, informasi dan komunikasi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan akan hiburan, informasi dan komunikasi menjadi mudah diperoleh melalui berbagai media baik media cetak seperti koran dan majalah serta media elektronik seperti radio, televisi, personal computer (PC) serta pendayagunaannya.
1
Historically, humans have used a range of technologies over time to mediate between themselves and sensory impressions of the real world. Technologies such as writing, printing, telegraphy, radio, film, television and computers have enabled improved communications and have become a normal component of daily life. In the late 20th Century, the rapid development of computers and their use in schools provided an opportunity to implement education which was often computer-mediated. http://firstmonday.org/htbin/cgiwrap/bin/ojs/index.php/fm/article/view/16 20/1535
Keberadaan komputer sebagai salah satu media informasi yang cepat dan aktual dalam masa sekarang ini telah melahirkan sebuah era komunikasi global tanpa batas yang disebut dengan internet (interconnected network) yang memungkinkan penggunanya memperoleh informasi yang dibutuhkan secara cepat, aktual dan berasal dari seluruh penjuru dunia. Internet selain digunakan sebagai sarana komunikasi juga dapat digunakan sebagai media untuk memperoleh hiburan dan informasi. Internet merupakan rangkaian beberapa komputer yang terhubung menjadi satu bagian antara satu sama lain yang berhubungan secara global dan menggunakan TCP/IP (Transmision Control Panel / Internet Protocol) sebagai protokol pertukaran paket. Asal-usul internet berasal dari jaringan komputer yang dibentuk pada tahun 1970-an. Jaringan komputer tersebut disebut dengan Arpanet, merupakan jaringan komputer yang dibentuk oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Selanjutnya, jaringan komputer tersebut diperbaharui dan terus dikembangkan hingga sekarang penerusnya menjadi tulang punggung global untuk sumberdaya informasi yang di sebut internet. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bertemu dengan hal-hal yang berkaitan dengan komputer maupun internet, berbagai aspek kehidupan manusia tak bisa lepas dari fungsi komputer, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, informasi dan pendidikan. Internet sebagai suatu teknologi yang berbasis pada komputer dan telekomunikasi telah menjadi tren baru di kalangan masyarakat pada umumnya
dan kalangan pelajar serta mahasiswa pada khususnya. Sebagai suatu produk yang masih tergolong baru serta mempunyai keunggulan dalam bidang teknologi dan informasi, internet mampu membangkitkan minat serta keinginan dari konsumen untuk lebih memahami dalam penggunaannya. Internet sendiri merupakan sumberdaya informasi yang menjangkau seluruh dunia, cakupan yang sangat luas inilah yang menyebabkan tidak ada satu orang atau satu organisasi yang mampu menanganinya sendiri. Adanya tuntutan masyarakat akan informasi dan komunikasi berupa internet ini mendorong para pelaku bisnis memanfaatkannya untuk memperoleh keuntungan dengan jalan membuka usaha dalam bidang jasa penyewaan internet kepada para pelanggan. Hal ini ditandai dengan menjamurnya tempat yang menyediakan jasa penyewaan internet, dengan konsekuensi semakin ketat pula persaingan antar penyedia jasa warung internet (warnet) tersebut. Kenyataan inilah yang menjadikan para pengusaha internet berlomba memenuhi fasilitas yang dibutuhkan pelanggannya. Warnet adalah salah satu jenis wirausaha yang menyediakan jasa internet kepada khalayak umum (http://id.wikipedia.org/wiki/Warnet). Kehadiran warung internet (warnet) dewasa ini merupakan suatu pemenuhan kebutuhan masyarakat. Gejala semacam ini dapat dilihat dari semakin banyaknya para pengusaha jasa internet di setiap sudut kota. Sama halnya dengan kota-kota lain, Kota Surakarta juga mengalami perkembangan di bidang internet, Kota Surakarta tak kalah suburnya dengan kotakota lain dalam melahirkan dan mengembangkan warnet. Satu hal yang mendukung tumbuh kembangnya warnet di Kota Surakarta adalah adanya perguruan tinggi atau universitas, hal ini tidak dapat dipisahkan keberadaannya dengan menjamurnya warnet, penyebabnya adalah mayoritas pengguna warnet berasal dari kalangan mahasiswa atau pelajar. Meskipun tidak ada data resmi yang mengeluarkan berapa jumlah pengguna warnet dari kalangan pelajar atau mahasiswa yang mengunjungi internet, namun banyak tulisan yang menunjukkan bahwa mayoritas pengguna warnet adalah pelajar atau mahasiswa, meskipun
masyarakat
umum
juga
banyak
yang
memanfaatkannya.
(www.indomedia.com/sripo/2008/07/12/1207H15.pdf). Salah satu perguruan tinggi yang ada di Surakarta adalah Universitas Sebelas Maret (UNS) yang terletak di Kecamatan Jebres. Keberadaan UNS sangat mendukung berkembangnya warnet di Kecamatan Jebres karena banyak mahasiswa yang bermukim atau tinggal di sekitar kampus sehingga hal tersebut menjadi lahan bisnis yang menggiurkan bagi para pengusaha warnet. Berkembangnya usaha warnet yang ada di sekitar kampus UNS dapat dilihat dengan nyata dari banyaknya warnet-warnet baru yang bermunculan di sekitar kampus UNS. Dalam kemunculannya ini pendirian warnet yang satu dengan yang lain tampaknya kurang memperhitungkan jarak ideal antar warnet, sehingga keberadaan antar warnet mempunyai jarak yang sangat dekat bahkan ada dua warnet yang keberadaanya hanya dipisahkan dengan jalan. Perkembangan usaha warnet yang semakin pesat di Kecamatan Jebres terlihat dari jumlah warnet pada bulan September tahun 2008, dengan jumlah lebih dari 35% dari seluruh warnet yang ada di Kota Surakarta. Dengan banyaknya jumlah warnet yang ada di Kecamatan Jebres maka perlu dikaji aspek distribusi spasialnya yang merupakan ciri geografi yaitu dengan menggunakan peta. Setelah aspek distribusi spasialnya diketahui maka dapat diketahui pola distribusi warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Warnet yang berbasis pada teknologi informasi dibangun guna memenuhi kebutuhan para penggunanya di bidang pendidikan, informasi, hibuan dan lain-lain. Sasaran dari pengguna warnet adalah manusia yang memiliki karakteristik tertentu. Dengan perbedaan karakter yang dimiliki oleh pengguna warnet, pengusaha warnet memiliki pertimbangan dalam pemilihan lokasi pendirian warnet. Karakter pengguna yang berbeda serta faktor pemilihan lokasi pendirian warnet akan mempengaruhi jangkauan pasar warnet. Perbedaan karakteristik pengguna warnet dapat ditinjau dari tingkat pendidikan, jenis kelamin dan umur. Tingkat pendidikan, jenis kelamin dan umur merupakan suatu hal yang sangat berpengaruh terhadap penggunaan warnet. Warnet merupakan salah satu fasilitas atau bentuk pelayanan yang berbasis
teknologi tinggi, sehingga dimungkinkan hanya pengguna yang memiliki tingkat pendidikan, jenis kelamin dan umur dari golongan tertentu yang menggunakan fasilitas warnet. Dengan memahami pentingnya warnet serta warnet sebagai suatu peluang usaha bagi para penyedia jasa internet, maka penulis ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan latar belakang masalah di atas dengan judul penelitian : “Analisis Spasial Warung Internet (warnet) Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008”.
B. Perumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka didapat beberapa perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana persebaran spasial warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008? 2. Bagaimana pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008? 3. Bagaimana jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008? 4. Bagaimana karakteristik pengunjung warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008? C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, dapat diketahui tujuan dari penelitian sebagai berikut: 1. Mengetahui persebaran spasial warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008. 2. Mengetahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008. 3. Mengetahui jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008. 4. Mengethui karakteristik pengunjung warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dalam bidang geografi khususnya pemetaan dan mengkaji secara spasial keberadaan warnet. 2. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya dilapangan. 3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang lain di masa yang akan datang. b. Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini daharapkan dapat dijadikan acuan bagi para pembaca yang ingin memulai atau mengembangkan jasa warnet. 2. Sebagai bahan pustaka bagi Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. 3. Sebagai acuan bagi Pemerintah Daerah dalam membuat Rancangan Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) dalam penentuan pendirian warnet.
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Peta dan Pemetaan Menurut International Cartographic Asociation (ICA) tahun 1973 dalam Sinaga (1995: 5) “peta adalah suatu representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan”. Peta yang menggambarkan fenomena geografikal tidak hanya pengecilan suatu fenomena saja, tetapi lebih dari itu, jika peta dibuat dan didesain dengan baik akan merupakan alat yang baik untuk kepentingan melaporkan (recording), memperagakan (displaying), menganalisis (analyzing), dan secara umum untuk pemahaman saling hubungan (interrelation) dari benda-benda (obyek) secara keruangan (spatial relationship). (Sinaga, 1995: 2). Peta menggunakan simbol dua dimensi untuk mencerminkan fenomena geografikal yang dilakukan secara sistematis dan memerlukan kecakapan untuk membuat dan membacanya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiensinya harus mempelajari atribut atau elemenelemen dasarnya. Menurut Suyono dan Masrubi (1983: 1) “peta secara umum diartikan sebagai gambaran roman muka bumi yang diperkecil menurut aturan tertentu. Gambaran tersebut bersifat alamiah, bersifat kulturil, maupun keduanya. Gambaran tersebut dilukiskan pada bidang yang horizontal dengan bidang tertentu”. Semua peta mempunyai satu hal yang sifatnya umum yaitu menambah pengetahuan dan pemahaman geografikal bagi si pengguna peta. Dalam perencanaan pembangunan, hampir semua memerlukan peta sebelum perencanaan tersebut dimulai. Hal ini sesuai dengan fungsi peta dalam perencanaan suatu kegiatan yang dikemukakan oleh Sinaga (1995: 7) adalah sebagai berikut: 7
1. Fungsi peta untuk perencanaan regional, sebagai berikut : a. Memberikan informasi pokok dari aspek keruangan tentang karakter dari suatu daerah. b. Sebagai alat untuk menjelaskan penemuan-penemuan penelitian yang dilakukan. c. Sebagai suatu alat menganalisis dalam mendapatkan suatu kesimpulan. d. Sebagai alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang diajukan. 2. Fungsi peta dalam kegiatan penelitian, sebagai berikut : a. Alat bantu sebelum melakukan survei untuk mendapatkan gambaran tentang daerah yang akan diteliti. b. Sebagai alat yang digunakan selama penelitian, misalnya memasukkan data yang ditemukan dilapangan. c. Sebagai alat untuk melaporkan hasil penelitian.
Dari pengertian peta di atas maka dapat disimpulkan bahwa peta merupakan pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang digambarkan menurut ukuran geometris pada suatu bidang datar dengan simbol yang digeneralisir untuk mewakili kenampakan-kenampakan sebenarnya antara lain dengan penyederhanaan, klasifikasi, penghilangan dan pembesaran. Sinaga (1995: 7) mengelompokkan peta berdasarkan jenisnya menjadi 2 (dua) yaitu: 1. Peta Umum Peta umum adalah peta yang menampilkan sebagian unsur-unsur buatan manusia (kota, jalan, struktur bangunan lain) serta unsur alam (sungai, danau, gunung, dsb) pada bidang datar dengan skala dan proyeksi tertentu. Contoh peta umum adalah Peta Rupabumi dalam istilah asingnya sering disebut dengan Topographic Map.
2. Peta Tematik Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan tertentu (land status, penduduk, transportasi, dll.). Umumnya
peta tematik dibuat dari peta umum yang diambil beberapa informasi yang berkaitan dengan penelitian yang kemudian dijadikan peta dasar dalam pembuatan peta tematik, kemudian ditambahkan data tematik kedalam peta dasar tersebut. Contoh peta tematik adalah peta kepadatan penduduk, peta penggunaan lahan, peta tanah, peta geologi dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan dihasilkan beberapa peta tematik yang berhubungan dengan warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008.
Berdasarkan skalanya Sinaga (1995 : 7) membedakan peta menjadi: 1. Peta skala sangat besar, yaitu peta dengan skala > 1:10.000 2. Peta skala besar, yaitu peta dengan skala > 1:100.000 – 1:10.000 3. Peta skala sedang, yaitu peta dengan skala > 1:1.000.000 – 1:100.000 4. Peta skala kecil, yaitu peta dengan skala < 1:1.000.000
Ada beberapa cara dalam menyampaikan skala peta sebagai berikut: a. Skala angka atau skala pecahan Yaitu skala yang menunjukkan perbandingan jarak di peta dengan jarak sesungguhnya di lapangan, yang dinyatakan dalam bentuk angka / pecahan. Contoh: Skala angka (Numerical Scale) 1 : 50.000 Skala pecahan (Representative Fraction) 1/50.000 b. Skala verbal (verbal scale) Yaitu skala yang dinyatakan dengan kalimat atau skala yang menunjukkan jarak inci di peta sesuai dengan sejumlah mil di lapangan. Contoh: one ince to one mile
1 : 63.660
c. Skala Grafis Yaitu skala yang ditunjukkan dengan garis lurus, yang dibagi-bagi dalam bagian yang sama. Setiap bagian menunjukkan bagian yang sama pula. Contoh dari skala angka 1:50000 menjadi skala grafis sebagai berikut:
0.5
0
0.5
1
1.5
2 Km
Seorang kartograf harus dapat mendesain peta dan merekayasa, mengkombinasikan berbagai data menjadi simbol-simbol yang menarik dan mudah dimengerti sehingga peta yang dihasilkan mempunyai nilai yang tinggi baik isi maupun unsur seninya. Peta merupakan teknik komunikasi yang tergolong dalam cara grafis dan untuk efisiennya harus mempelajari atribut atau elemenelemen dasarnya (Sinaga 1995:3). Suatu alat bantu yang efisisen untuk menyajikan data keruangan adalah peta. Untuk menyajikan peta yang baik, dalam arti peta yang memenuhi syaratsyarat secara kartografis, maka harus dilakukan melalui proses yang runtun dan baik pula. Menurut Murchke dalam Sumanto (2004:6) pemrosesan kartografi seperti yang disajikan dalam bentuk skema berikut ini:
Real World
T1
T2 Raw Data
T3 MAP
Map Image
T3=(T2) ¹ Gambar 1. Proses Kartografi Keterangan: ww
Real World
: Data Lapangan.
T1
: Pengumpulan Data.
Raw Data
: Data mentah hasil pengumpulan data.
T2
: Proses pengolahan data yang meliputi analisis, klasifikasi dan simbolisasi pada peta (transformasi).
Map
: Peta yang dihasilkan.
T3
: Pembaca dan interpretasi peta dengan harapan pengguna peta dapat memahami dan memperoleh gambaran tentang data aslinya.
Map Image
: Pengertian/kesan dari pengguna peta sehubungan dengan peta yang dibaca.
T3=(T2) ¹
: Berarti tahap pembacaan peta (T3) merupakan tahap yang tidak dapat dilepaskan atau erat kaitannya dengan tahap pemetaan (T2 ) semakin baik tahap pemetaan data akan lebih memudahkan pengguna peta dalam pembacaan petayang didukung oleh data mentah sebagai sumber datanya.
2. Konsep Pemetaan Peta sebagai alat komunikasi dari si pembuat peta kepada pengguna peta atau pembaca peta mengenai informasi tertentu, maka pengguna atau pembaca peta harus mampu mengungkapkan data aslinya. Supaya data yang dihasilkan sesuai yang diharapkan, dimengerti dan memberi gambaran yang jelas, rapi dan bersih maka hal yang perlu diperhatikan adalah mengenai desain peta, desain peta dasar dan desain isi peta atau simbol. 1. Desain peta dasar Dalam pembuatan peta tematik diperlukan peta dasar yang berfungsi sebagai latar belakang penempatan dan orientasi secara geografi dari tema yang akan dibuat. Penentuan skala peta berdasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: a. Datanya dapat digambarkan dengan jelas. b. Tidak banyak data yang dihilangkan. c. Sesuai dengan tujuan penelitian. d. Unit penggambaran terkecil masih Nampak tergambar dengan jelas. 2. Desain isi peta Desain isi peta ini merupakan kegiatan dalam memilih simbol yang akan digunakan dalam pembuatan peta tematik. Simbol dapat diartikan suatu gambar atau tanda yang mempunyai makna atau arti dan merupakan informasi utama untuk menunjukkan tema suatu peta (Aziz & Rahman, 1997: 26). Pemilihan bentuk dan ukuran simbol berdasarkan pada struktur data, kuantitas data, kualitas data, peta dasar yang digunakan serta tujuan pemetaan. Dalam pemilihan macam simbol perlu dipertimbangkan kelebihan dan kelemahan simbol, dengan
pemilihan simbol yang tepat informasi yang ingin disampaikan melalui peta akan dapat ditangkap dengan baik maknanya oleh pengguna peta. Subagio (2003:12) mengemukakan bahwa simbol mempunyai 3 bentuk yaitu: a. Simbol titik Simbol titik digunakan untuk menyatakan lokasi, atau bentuk unsur-unsur lain yang erat hubungannya dengan skala peta. Misalnya bentuk suatu kota dalam skala 1:1.000.000 dapat diwakili dengan simbol titik, tetapi dalam skala 1:1.000 simbol titik digunakan untuk menandai titik kontrol tanah. b. Simbol garis Simbol garis digunakan untuk mewakili unsur-unsur yang berbentuk garis seperti sungai, jalan, batas administrasi, garis pantai, dan sebagainya. c. Simbol luas/ruang Simbol luas/ruang digunakan untuk mewakili unsur-unsur topografi yang berbentuk luas seperti areal permukiman, danau, daerah administrasi, dan sebagainya.
Jenis simbol berdasarkan artinya terbagi atas simbol kualitatif dan simbol kuantitatif. (T. Aziz dan R. Rachman dalam Subagio; 2003 : 12-14) a. Simbol Kualitatif Simbol kualitatif merupakan simbol yang menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur-unsur yang diwakilinya. Dengan demikian simbol ini mempunyai keuntungan, yaitu mudah dikenal, sedangkan kerugiannya adalah simbol tersebut sulit untuk digambarkan. Simbol kualitatif terbagi atas tiga macam, yaitu: 1. Simbol titik kualitatif Simbol titik kualitatif mempunyai tiga macam simbol, yaitu: a) Simbol piktorial Merupakan simbol titik kualitatif yang melukiskan bentuk asli dari unsur yang diwakilinya, contohnya simbol rumah makan, simbol rumah sakit, dll.
b) Simbol abstrak/geometrik Adalah simbol titik kualitatif yang digambarkan secara abstrak/geometrik, sehingga mudah untuk menggambarkannya dan dapat ditempatkan pada posisi yang tepat/benar, contohnya simbol titik triangulasi, dll. c) Simbol huruf Merupakan simbol titik kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan unsur-unsur tertentu yang spesifik. Simbol ini mudah untuk digambarkan dan dimengerti, tetapi tidak menarik dan dapat disalahartikan dengan teks lainnya. 2. Simbol garis kualitatif Simbol garis kualitatif mempunyai dua macam bentuk, yaitu: a) Simbol deskriptif Merupakan simbol garis kualitatif yang menggambarkan keadaan sebenarnya dari unsur yang diwakilinya, contohnya simbol sungai, simbol jalan raya, dll. b) Simbol abstrak Merupakan simbol garis kualitatif yang digunakan untuk menyatakan batas administrasi, contohnya batas propinsi, batas kotamadya, dll. 3. Simbol luas kualitatif Simbol luas kulitatif mempunyai dua macam bentuk, yaitu: a) Simbol deskriptif Merupakan simbol luas kualitatif yang menggambarkan apa-apa yang ada di daerah tersebut, contohnya simbol sawah. b) Simbol abstrak Merupakan simbol luas kualitatif yang digunakan untuk identifikasi suatu daerah. Simbol ini dapat digambarkan denagn screen garis atau screen titik.
b. Simbol kuantitatif Merupakan simbol yang menyatakan identitas yang menunjukkan besar/jumlah/banyaknya unsur yang diwakilinya. Simbol ini terbagi atas:
1. Simbol titik kuantitatif Simbol titik kuantitatif dapat dibedakan menjadi: a) Simbol dengan indikasi harga Yaitu simbol titik kuantitatif yang disertai dengan nilai dari simbol tersebut, contohnya titik trianggulasi yang disertai dengan harga ketinggiannya. b) Simbol dengan satuan harga Merupakan
simbol
titik
kuantitatif
yang
menyatakan
besar/jumlah/banyaknya satuan harga yang dimiliki suatu unsur. Jadi bila ingin menggambarkan suatu unsur dengan nilai n kali dari satuan harga diatas, maka simbol unsur tersebut harus pula digambar n kali simbol satuan harga. 2. Simbol garis kuantitatif Simbol garis kuantitatif terbagi atas tiga macam, yaitu: a) Isoline Simbol garis kuantitatif yang ditarik melalui titik-titik yang mempunyai nilai sama, contohnya garis kontur. b) Flow line Simbol garis kuantitatif yang digunakan untuk menunjukkan kuantitas dari unsur tertentu pada suatu arah. Tebal tipisnya garis simbol tersebut selalu dibuat sebanding dengan harganya. Contohnya: simbol yang digunakan untuk menggambarkan frekuensi pelayaran kapal-kapal yang melalui suatu jalur pelayaran. c) Simbol panah Merupakan
simbol
garis
kuantitatif
yang
digunakan
untuk
menggambarkan adanya perpindahan penduduk ke kota dari daerah-daerah disekitarnya. Tebal tipisnya panah menunjukkan kuantitas perpindahan tersebut.
3. Simbol luas kuantitatif Merupakan simbol luas yang menggunakan screen garis atai titik dengan berbagai presentase (kerapatan screen). Presentase tinggi menunjukkan kuantitas yang tinggi, dan persentase rendah menunjukkan kuantitas rendah.
Dalam desain simbol terlebih dahulu perlu dikenal sifat dan ukuran datanya. Ada tiga ukuran data, yaitu: 1. Nominal Adalah suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang tidak mempunyai tingkatan atau rangking. 2. Ordinal Adalah suatu ukuran dari unsur dengan aturan tertentu yang mempunyai tingkatan. 3. Interval dan ukuran rasio Adalah ukuran unsur yang tidak hanya dengan aturan satu urutan tertentu saja tetapi yang dibagi atas kelas-kelas tertentu dengan harga yang sebenarnya. Penentuan bentuk dan ukuran simbol disesuaikan dengan : macam data, kuantitas data maupun generalisasi. Berikut ini beberapa tahapan dalam mendesain simbol yang dikemukakan oleh Bertin dalam Martono (1998: 6): 1. Penentuan subyek yang dipetakan. 2. Analisis data meliputi menentukan struktur organisasi data dan menentukan karakteristik posisi data. 3. Persepsi yang dikehendaki (Sinaga, 1995: 11-13) Hubungan antar simbol, persepsi dan visual adalah didalam mendesain simbol harus dapat menghubungkan data dengan tingkat ukuran data, sehingga persepsi yang ditimbulkan dapat memberikan informasi yang benar dan tepat. Dengan memperhatikan persepsi dapat menentukan variabel visual yang akan digunakan.
Persepsi adalah kesan pertama kali yang timbul dari si pembaca peta pada saat membaca peta. Tingkat kesan yang dapat diamati dibagi menjadi empat, yaitu: a. Persepsi asosiatif, adalah semua simbol yang ada dalam peta mempunyai kesan yang sama tingkatannya (pentingnya), derajatnya, jadi tidak ada satu simbol pun yang lebih menonjol dibandingkan dengan simbol yang lainnya. Contoh: variabel visual bentuk (form), orientasi (orientation), warna (colour), density. b. Persepsi selektif, adalah semua simbol memberi kesan berbeda antara satu dengan lainnya, akan tetapi dalam bentuk grup. Mata akan dapat membedakan grup satu dengan lainnya, tetapi tidak dapat membedakan mana yang lebih penting. Jadi grup yang satu dengan lainnya sama kedudukannya. Contoh: variabel visual nilai (value), ukuran (size) dan warna (colour) c. Persepsi bertingkat, adalah apabila mata melihat grup simbol akan mendapatkan kesan bahwa grup simbol yang satu akan lebih penting dari grup simbol yang lain (tingkatannya). Contoh: nilai (value), ukuran (size), dan density. d. Persepsi kuantitatif, adalah simbol-simbol akan memberikan kesan bahwa simbol yang satu lebih besar dari simbol yang lain atau dengan kata lain simbol yang satu dengan simbol yang lain dapat dibandingkan. Contoh: ukuran (size) Variabel visual adalah variabel yang dapat dilihat/didapat pada peta. Ada enam variabel visual, yaitu bentuk, orientasi, warna, density, nilai dan ukuran, sedangkan persepsi ada empat, yaitu asosiatif, selektif, bertingkat dan kuantitatif. Variabel visual mempunyai hubungan yang sangat erat dengan persepsi yang ditimbulkannya. Hubungan antara persepsi dengan variabel visual adalah persepsi yang ditimbulkan akan menentukan simbol yang akan digunakan dalam peta.
Hubungan antara persepsi dengan variasi visual, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Hubungan Antara Persepsi dengan Variabel Visual Variabel Visual
Bentuk
Orientasi
Warna
Density
Nilai
Ukuran
Persepsi
Kuantitatif
Bertingkat
Selektif Asosiatif 4. Pemilihan variabel visual Kriteria pemilihan variabel visual tergantung dari persepsi yang akan ditimbulkannya, dimana dalam mendesain simbol-simbol perlu diperhatikan jenis data, tingkat data dan ukuran data. Penggunaan simbol tersebut akan mempengaruhi persepsi yang ditimbulkan. a. Form, sering disebut shape (bentuk simbol). Contoh form dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Bentuk Simbol Dalam Variabel Visual Simbol titik
▲
Simbol garis
Simbol area
b. Size, berarti ukuran simbol yang berbeda-beda. Contoh Size dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Ukuran Simbol Dalam Variabel Visual Simbol titik
Simbol garis
Simbol area
c. Orientation, berarti arah sumbu simbol berbeda-beda. Contoh Orientation dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Arah Sumbu Dalam Variabel Visual Simbol titik
Simbol garis
Simbol area
d. Value, adalah gray scale variasinya dari putih ke hitam ( terang gelapnya simbol) yaitu perbandingan antara hitam dan putih. Contoh Value dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Terang Gelapnya Simbol Dalam Variabel Visual Simbol titik
Simbol garis
Simbol area
e. Density, adalah ukuran yang berbeda dari value yang constant (sama) dapat diperoleh dengan memperbesar atau memperkecil simbol dengan cara fotografis. Contoh density dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Ukuran Yang Berbeda Dari Value Dalam Variabel Visual Simbol titik
Simbol garis
Simbol area
f. Colour, adalah variasi warna merupakan salah satu penggunaan yang paling umum dijumpai dalam kartografi. Contoh colour dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Variasi Warna Dalam Variabel Visual Simbol titik
Simbol garis
Simbol area
3. Desain Tata Letak Peta Desain tata letak peta dimaksudkan supaya peta tampak lebih serasi, seimbang dan harmonis, maka penempatan dan pengaturan informasi dibuat sedemikian rupa sehingga komposisinya betul dan menarik bagi pengguna peta sehingga akan mempermudah dibaca dan dimengerti. Agar peta lebih mudah dibaca oleh pengguna peta maka harus dilengkapi dengan keterangan tepi (marginal information). Dalam penempatan dan pengaturan informasi tepi ini perlu diperhatikan : a) Bagian yang kosong dalam lembar peta. b) Skala peta yang digunakan c) Keseimbangan dalam meletakkan informasi tepi pada peta.
Informasi tepi yang dimaksud dalam peta antara lain: judul peta, skala peta, legenda, orientasi, sumber peta dan sumber data, pembuat, nomor peta, garis tepi, garis grid, dan insert. Menurut Sinaga (1995: 37) desain tata letak peta (layout peta) dapat dicontohkan sebagai berikut : 1 2 3 8..
9 4 5 6 7
Gambar 2. Desain Tata Letak Peta Keterangan : 1. Judul Peta
6. Sumber
2. Skala Peta
7. Pembuat Peta
3. Orientasi
8. Grid
4. Legenda
9. Garis Tepi
5. Insert Dalam mendesain peta harus diperhatikan maksud, tujuan dan metode pemetaannya, dengan demikian peta yang dihasilkan akan nampak harmonis, menarik dan yang penting dapat memberikan informasi yang representatif, mudah dibaca dan mudah dipahami oleh pengguna peta. Dengan kata lain suatu peta untuk dapat dipergunakannya seharusnya antara pembuat peta dan desain peta dengan fungsi peta mempunyai kaitan yang gayut (Sukoco 1985: 5). Selain itu dengan pendekatan semiologis akan mempermudah dalam menyajikan data secara grafis, yaitu : 1. Analisis informasi, dalam melakukan analisis terhadap informasi ada beberapa hal yang dilakukan antara lain:
a. Menentukan jumlah komponen (variabel) informasi yang terlibat. b. Menentukan panjang komponen. c. Menentukan tingkat organisasi komonen. 2. Memilih dan menentukan tingkat persepsi visual simbol yang digunakan untuk mencerminkan informasi yang ditetapkan. 3. Memilih dan menentukan variabel yang paling sesuai. 4. Melakukan desain simbol. 5. Meletakkan simbol, simbol yang dibuat kemudian diletakkan pada peta dasar yang telah disiapkan dari masing-masing data yang akan dihasilkan. Dalam keseluruhan desain peta tersebut, maka desain simbol peta mempunyai peranan penting karena simbol merupakan alat bantu komunikasi antara pembuat peta dan pengguna peta. Simbol merupakan penyajian dalam bentuk gambar yang menarik dan mudah dipahami oleh pengguna peta atau sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan informasi suatu tema pada peta tematik. Secara garis besar simbol-simbol yang digunakan dalam peta tematik hanya mempunya ketentuan menurut temanya saja. Pembuatan desain simbol tidak hanya diperhatikan arti dan bentuk dari simbol saja, tetapi masih ada juga hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek-aspek variabel dan persepsinya. Dalam penggambaran suatu simbol masing-masing mempunyai suatu keunggulan dan kelemahan, maka dalam hal ini dipilih simbol yang memiliki lebih banyak keunggulannya daripada kelemahannya, selain itu juga dalam menentukan simbol yang digunakan tersenut harus diperhatikan bahwa: a. Simbol kelihatan jelas dan mudah dimengerti. b. Simbol harus kelihatan harmonis dan menarik. c. Simbol dapat mencerminkan nilai data yang diwakilinya.
3. Pengertian Data Data adalah kumpulan hasil pengukuran atau perhitungan suatu obyek penelitian atau segala sesuatu yang ingin dicatat dalam bentuk angka (Machfoedz, 2004: 4).
Salah satu hal penting dalam pengumpulan data adalah penentuan sumber data, karena tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian, meskipun macam datanya sesuai dengan tujuan penelitian. Perlu diteliti terlebih dahulu apakah data tersebut mempunyai kriteria yang baku, apakah petugas pengumpulan datanya benar-benar orang terdidik dalam bidangnya. Untuk menghindari kesulitan diatas lebih baik jika data yang dikehendaki diambil dari instansi atau badan resmi yang mempunyai wewenang dibidangnya. Secara umum segala terbitan resmi oleh badan-badan resmi, baik berbentuk angka, grafik maupun gambar, adalah sumber data (Wirosuhardjo,2000: 46). Data tersebut biasa tersedia dalam bentuk catatan asli seperti laporan, sensus, survei, catatan dikantor pemerintah serta terbitan resmi yang diolah dan disajikan secara skematik. Data merupakan himpunan fakta-fakta, angka-angka, huruf-huruf, kata-kata, grafik-grafik atau lambang-lambang yang menyatakan suatu gagasan, obyek, kondisi ataupun situasi (Bintarto, 1979: 32). Penyajian data dalam bentuk lambang atau grafik harus benar-benar mewakili komponen datanya supaya data tersebut mudah dimengerti dan dipahami. Menurut Suparanto (1995: 10-11) syarat-syarat data yang baik supaya berguna antara lain: 1. Data harus obyektif, maksudnya sesuai dengan keadaan sebenarnya. 2. Data harus mewakili (representative). 3. Kesalahan baku (standard eror) harus kecil. Suatu perkiraan dikatakan baik (mempunyi tingkat ketelitian yang tinggi) apabila kesalahan bakunya kecil. 4. Harus tepat waktu. 5. Harus relevan, maksudnya data yang dikumpulkan harus ada hubungannya dengan masalah yang akan dipecahkan.
Data dapat dikelompokkan menjadi: a. Menurut sifatnya: 1. Data kualitatif, yaitu data yang tidak berbentuk angka. 2. Data kuantitatif, yaitu data dalam bentuk angka.
b. Menurut sumbernya: 1. Data internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan dalam suatu organisasi. 2. Data eksternal, yaitu data yang menggambarkan keadaan/kegiatan diluar suatu organisasi. c. Menurut cara memperolehnya: 1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari obyeknya. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi.
4. Analisis Spasial (Analisis Keruangan) Analisis spasial atau yang sering juga disebut analisis keruangan, menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991: 12) mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting. Pada analisis keruangan yang harus diperhatikan adalah penyebaran penggunaan ruang yang telah ada dan penyediaan ruang yang akan digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan. Pada analisa keruangan ini dapat dikumpulkan data lokasi yang terdiri dari data titik (point data) dan data bidang (areal data). Pada hakekatnya analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitikberatkan kepada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). (Bintarto dan Hadisumarno, 1991: 74). Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes). Ketiga hal tersebut termasuk pendekatan keruangan yang ditekankan dalam studi pemukiman. Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbolkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan bidang (areal features). Pola (pattern) merupakan kekhasan distribusi gejala tertentu di dalam ruang atau wilayah. Pola keruangan ditunjukkan dengan mengamati gejala berdasarkan kenampakan point features, line features, dan areal features. Pola keruangan titik adalah kekhasan distribusi titik-titik (mencerminkan gejala geografi tertentu) dalam ruang yang diamati. (Yunus, 2007 : 52-53). Analisis spasial dapat diketahui dengan menggunakan peta. Dalam perkembangan teknologi perpetaan, pembuatan peta dipermudah dengan adanya SIG yang dirancang untuk menganalisis dan mengolah data dalam jumlah besar sehingga memudahkan dalam penuangan data tersebut ke base map yang manghasilkan peta tematik. GIS are widely used as tools to digitise remotely sensed or cartographic data complemented with various ground-truth data, which are geocoded using a global positioning system (GPS). http://redsea.sct.gov.sa/reports/GIS%20&%20coastal%20ecosystems.pdf SIG sebenarnya mempunyai kemampuan untuk menganalisis dan mengolah data dengan volume yang besar. Pengetahuan mengenai bagaimana cara mengekstrak data dan bagaimana menggunakannya merupakan kunci analisis dalam SIG. Kemampuan analisis berdasarkan aspek spasial yang dapat dilakukan oleh SIG menurut Yousman (2004: 16-17) antara lain : a.
Klasifikasi yaitu mengelompokkan data spasial menjadi data spasial yang baru. Contohnya adalah mengklasifikasikan tata guna lahan untuk pemukiman, pertanian, perkebunan ataupun hutan berdasarkan analisis data kemiringan atau data ketinggian.
b.
Overlay yaitu menganalisis dan mengintegrasikan dua atau lebih data spasial yang
berbeda,
misalnya
menganalisis
daerah
rawan
erosi
dengan
mengoverlaykan data ketinggian, jenis tanah, dan kadar air. c.
Networking yaitu analisis yang bertitik tolak pada jaringan yang terdiri dari garis-garis dan titik-titik yang saling terhubung. Analisis ini sering dipakai dalam berbagai bidang, misalnya sistem jaringan telepon, kabel listrik, pipa minyak atau gas, air minum atau saluran pembuangan.
d.
Buffering yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk lingkaran atau polygon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga bisa diketahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya.
e.
Analisis tiga dimensi ini sering digunakan untuk memudahkan pemahaman karena data divisualisasikan dalam tiga dimensi. Contoh penggunaannya adalah untuk menganalisis daerah yang terkena aliran lava.
5. Internet dan Warnet Dalam situs http://id.wikipedia.org/wiki/Internet ditulis bahwa Internet merupakan kependekan kata inter-networking yang mempunyai pengertian beberapa rangkaian komputer yang terhubung menjadi satu bagian antara yang satu dengan yang lainnya. Internet merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya, berbagai hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (transmission control protocol / internet protocol). TCP adalah suatu protokol yang berada di lapisan transpor yang berorientasi sambungan (connection-oriented) dan reliable. (http://id.wikipedia.org/wiki/TCP). Internet pertama kali muncul pada tahun 1969 sebagai ARPANET yang dibangun oleh ARPA (United States Department of Defense Advanced Research Projects Agency). Pada 01 Januari 1983, ARPANET menukar protokol rangkaian pusatnya, dari NCP ke TCP/IP. Ini merupakan awal dari Internet yang kita kenal sekarang. Internet dijaga oleh perjanjian bilateral atau multilateral dan spesifikasi teknikal (protokol yang menerangkan tentang perpindahan data antara rangkaian). Protokol-protokol ini dibentuk berdasarkan perbincangan Internet Engineering Task Force (IETF), yang terbuka kepada umum. Badan ini mengeluarkan dokumen yang dikenali sebagai RFC (Request for Comments). Sebagian dari RFC dijadikan Standar Internet (Internet Standard), oleh Badan Arsitektur Internet (Internet Architecture Board - IAB).
Pengguna internet di Indonesia yang mengakses dari akses pribadi masih sedikit dibandingkan dengan Korea dan Swedia, hal ini ditunjukkan oleh data yang dikeluarkan oleh Wikipedia yang menyebutkan 50% penduduk Korea dan Swedia mengakses internet dari jalur broadband, sedangkan 42% penduduk Indonesia mengakses internet dari pelayanan publik termasuk Warnet dan wi-fi. Warung Internet atau yang lebih dikenal dengan nama warnet, dalam situs (http://id.wikipedia.org/wiki/Warnet) dikenal sebagai salah satu jenis wirausaha yang menyediakan jasa internet kepada khalayak umum. Kata warnet berkembang pada masyarakat di Indonesia pada tahun 1997-1998 yang menerangkan sebuah kios yang memiliki banyak komputer untuk disewakan bagi pengakses internet. Sejarah pertama kalinya warnet didirikan pada tanggal 1 Juli 1995, dengan dibentuknya PT. BoNet Utama yang merupakan ISP swasta kedua setelah Indonet Jakarta. Kantor pertama BoNet terletak di Café Botanichus tengah Kebun Raya Bogor, yang secara naluriah langsung membuat warnet yang dikhususkan untuk turis-turis yang sedang berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Oleh karena itulah, BoNet disebut sebagai warnet pertama yang ada di Bogor pada umumnya dan di Indonesia pada umumnya. Warnet menjadi suatu lahan bisnis yang menjanjikan sehingga banyak pengusaha yang mulai mengembangkan usahanya dibidang warnet, untuk mengkoordinasi para pengusaha warnet dibentuklah Asosiasi Warnet Indonesia (AWARI). Awari didirikan pada tanggal 25 Mei 2000, hasil pertemuan yang dilangsungkan di kantor DIKMENJUR (Pendidikan Menengah dan Kejuruan). Untuk mendapatkan sambungan atau akses ke internet, warnet harus memiliki satu jaringan yang dapat mengkoneksikan dengan internet secara global, hal itu dapat dibantu dengan jasa ISP (Internet Service Provider) atau dalam bahasa Indonesia disebut PJI (Penyelenggara Jasa Internet). Dalam situs http://en.wikipedia.org/wiki/Internet_service_provider ISP mempunyai pengertian perusahaan atau badan yang menyelenggarakan jasa sambungan internet dan jasa lainnya yang berhubungan.
Di Kota Surakarta terdapat beberapa ISP, yaitu: a) Speedy b) Smartlink c) Java Techno d) Indo maya e) Solonet
6. Faktor-faktor Penentu Pendirian Warnet Dalam mendirikan sebuah usaha baru, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan dipenuhi agar usaha yang dijalankan tersebut memperoleh hasil yang maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan usaha warnet
(http://direktif.web.id/blog/arc/2006/03/persiapan-mendirikan-sebuah-
warnet-1), antara lain: a. Lokasi Pemilihan lokasi menjadi hal yang sangat penting dalam usaha penyewaan jasa internet. Lokasi yang strategis tentu saja akan lebih memberikan hasil yang maksimal dibandingkan dengan lokasi yang kurang strategis. Lokasi yang ideal untuk mendirikan sebuah warnet adalah sekitar kampus, aksesibilitas yang baik, lahan parkir yang cukup serta tidak dekat dengan warnet yang lainnya. Dipilihnya lokasi sekitar kampus untuk mendirikan warnet didasarkan pada banyaknya jumlah mahasiswa yang tinggal di sekitar kampus, karena mayoritas pengguna internet adalah mahasiswa, maka sekitar kampus adalah tempat yang ideal. b. Koneksi Koneksi dan bandwith merupakan aset yang sangat berharga bagi sebuah warnet, bandwith diperoleh dengan cara melakukan kerjasama dengan ISP, warnet membeli bandwith dari ISP sesuai dengan kebutuhan dan keinginan. Bandwith berpengaruh terhadap kecepatan akses internet mulai dari browsing, download dan lain-lain. Tidak jarang bandwith dijadikan alasan dari konsumen untuk memilih warnet tertentu dengan kecepatan akses yang baik. c. Komputer dan aksesoris
Komputer sebagai alat yang digunakan untuk mengakses internet juga menjadi hal yang penting, dengan spesifikasi komputer yang baik tentu akan membantu akses internet lebih cepat. Konsumen akan lebih memilih warnet dengan komputer yang memiliki spesifikasi yang tinggi karena tidak perlu waktu lama untuk menunggu browsing. Aksesoris lain yang mendukung seperti webcam, bluetooth dan kabel data juga menjadi nilai plus dari warnet untuk menarik minat dari konsumennya. d. Tempat dan suasana Dalam melakukan semua hal manusia tentu menginginkan kondisi yang menyenangkan seperti tersedianya fasilitas ruang tunggu,adanya soft drink dan sebagainya, begitu pula dengan warnet yang harus memiliki kenyamanan dan melindungi privasi dari para konsumennya. Hal ini dimaksudkan agar para konsumen merasa nyaman dalam melakukan browsing karena tidak semua orang menggunakan internet dalam hal yang positif.
7. Jangkauan Pasar Terhadap Warnet Menurut Djojodipuro (1992:135) “Jangkauan pasar adalah jarak seseorang yang bersedia untuk menempuhnya untuk dapat mendapatkan jasa yang bersangkutan; lebih jauh daripada jarak ini, orang yang bersangkutan akan mencari tempat lain yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhan akan jasa yang sama”. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa jangkauan pasar terhadap warnet adalah jarak yang bersedia ditempuh seseorang untuk mencapai warnet yang diinginkan.
8. Karakteristik Pengguna Warnet Warnet merupakan penyedia jasa internet yang bergerak di bidang teknologi dan informasi, yang tentu saja berkaitan langsung dengan karakteristik penggunanya. Dengan teknologi informasi yang dimilikinya tentu saja tidak semua golongan masyarakat dapat menggunakan warnet dan membutuhkan
warnet dalam kehidupannya. Dari berbagai karakteristik pengguna warnet, beberapa karakteristik menunjukkan ciri pengguna warnet, antara lain: a. Pendidikan Pada dasarnya pendidikan adalah eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Secara sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai masyarakat dan kebudayaannya. (Hasbullah, 1997: 1) Pendidikan formal yang dialami oleh anak atau masyarakat melalui tahapan-tahapan, yaitu dari bawah sampai atas. Menurut UU No. 2 Tahun 1989 dalam Hasbullah (1997:289)” Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran.” Menurut Hadi (2003:193) tingkat pendidikan adalah tahap pendidikan berkelanjutan yang didasarkan pada perkembangan anak (peserta didik) dan keluasan bahasa pengajaran. Jadi tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seorang peserta didik sesuai dengan tujuan dan kemampuan yang akan dikembangkan oleh seorang/peserta didik. Tingkat pendidikan ini sifatnya berkelanjutan sehingga berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Menurut Crow dan Crow yang dikutip dalam Hadi (2003: 139), dikemukakan bahwa jenis dan tingkat sekolah sebagai berikut : 1) Tingkat TK nol kecil disebut nursery education. 2) Tingkat TK nol besar disebut infant education. 3) Tingkat pendidikan dasar disebut elementary education. 4) Tingkat SMTP disebut yunior high school. 5) Tingkat SMTA disebut senior high school. 6) Sekolah tinggi disebut university. 7) Sekolah tinggi khusus disebut college.
b. Umur Menurut Azwini (1981: 25-28) dalam komposisi menurut umur dan jenis kelamin ada empat konsep, definisi dan ukuran-ukuran yang perlu diketahui sebagai berikut : a) Umur tunggal Yang dimaksud umur tunggal adalah umur seseorang yang dihitung berdasarkan hari ulang tahun terakhirnya. Misalnya: jika sekarang berumur 17 tahun maka dalam pengertian diatas dianggap berumur 17 tahun. b) Rasio jenis kelamin Adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan. c) Angka beban tanggungan Adalah angka yang menyatakan perbandingan antara banyaknya orang yang tidak produktif (umur dibawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas) dan banyaknya orang yang termasuk usia produktif (umur 15-64 tahun). d) Umur meridian Adalah umur yang membagi jumlah penduduk menjadu dua bagian dengan jumlah yang sama. Bagian yang pertama lebih muda dan bagian yang kedua lebih tua daripada umur meridian.
c.
Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini
mempunyai pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografi maupun sosial ekonomi. (Nurdin, dalam Wirosuhardjo, 1981: 20). Jenis kelamin yang dimaksud disini adalah variasi jenis kelamin setiap pengunjung (responden), yang dikategorikan ke dalam kelompok jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
B. Penelitian Yang Relevan 1. Judul : Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana (KB) Menurut Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 2005 Penulis : Endah Evy Nurekawati (2007, Skripsi P.Geografi FKIP UNS) Penelitian yang dilakukan oleh Endah Evy bertujuan untuk mengetahui persebaran spasial tingkat pendidikan PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005, mengetahui persebaran spasial tingkat kesejahteraan keluarga PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005, mengetahui persebaran spasial umur PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganya tahun 2005, serta mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan keluarga, serta umur dari pasangan usia subur (PUS) terhadap penggunaan jalur pelayanan alat KB di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005. Analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah analisis kuantitatif dan analisis peta. Peta yang dihasilkan dari penelitian tersebut antara lain peta Kepadatan penduduk Kecamatan Jaten, peta penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi menurut tingkat pendidikan PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi menurut tingkat kesejahteraan keluarga PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi menurut umur PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta persebaran tingkat pendidikan PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta persebaran kesejahteraan keluarga PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar, peta persebaran umur PUS Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persebaran tingkat penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi untuk PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar melalui pelayanan swasta. Tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar adalah SLTP dan yang terendah adalah tidak tamat SD. Tingkat kesejahteraan PUS rata-rata
penduduknya berada di Keluarga Sejahter III. Sebagian besar umur PUS adalah lebih dari 30 tahun dengan jumlah terbanyak di Desa Degen. Hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan keluarga dan umur PUS terhadap penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005 adalah : ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi, ada hubungan antara tingkat kesejahteraan keluarga PUS dengan pelayanan alat kontrasepsi, ada hubungan antara umur PUS dengan pelayanan alat kontrasepsi.
2. Judul : Pemetaan Tingkat Kerawanan Kriminalitas di Kota Surakarta Tahun 1999-2003. Penulis : Fendya Jauhari Budi Arinto (2006, Skripsi P.Geografi FKIP UNS) Penelitian Fendya bertujuan untuk mengetahui jenis dan persebaran kiminalitas tahun 1999-2003, mengetahui sebaran tingkat kerawanan kriminalitas tahun 1999-2003, mengetahui karakteristik pelaku kriminalitas dilihat dari segi umur, jenis kelamin, dan asal pelaku tahun 1999-2003, mengetahui hubungan tingkat kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah tindakan kriminalitas di Kota Surakarta tahun 2003. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis data sekunder dan analisis peta. Peta-peta yang dihasilkan adalah peta kepadatan penduduk, peta jumlah dan jenis tindak kriminal, peta kerawanan kriminalitas, peta usia dan jenis kelamin pelaku tindak kriminalitas, peta asal pelaku kriminalitas dan peta tingkat pengangguran dan tingkat kepadatan penduduk di Kota Surakarta tahun 1999-2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 1999 jenis tindakan kriminalitas curanmor merupakan tindakan kriminal yang paling tinggi di setiap kecamatan. Kejadian terbanyak terjadi di Kecamatan Laweyan. Wilayah yang paling rawan di Kota Surakarta selama periode tahun 1999-2003 adalah Kecamatan Banjarsari, kemudian Laweyan, Jebres, Pasar Kliwon dan Serengan. Pelaku tindak kriminalitas di Kota Surakarta selama periode tahun 1999-2003 didominasi oleh laki-laki dalam kelompok usia 20 tahun. Tingginya jumlah kejahatan tidak selalu terdapat pada kecamatan yang mempunyai kepadatan tinggi dan begitupula
sebaliknya. Tingkat pengangguran yang tinggi selalu diikuti dengan jumlah tindak kriminalitas yang tinggi pula, dan juga sebaliknya tingkat pengangguran yang rendah juga diikuti dengan jumlah tindak kriminal yang rendah pula.
3. Judul : Analisis Karakteristik dan Pola Persebaran Pedagang Angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2007. Penulis : Yuyun Mailana Sari (2008, Skripsi P.Geografi FKIP UNS) Penelitian yang dilakukan oleh Yuyun Mailana Sari bertujuan untuk mengetahui karakteristik pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007, mengetahui persebaran pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007 dan mengetahui pola persebaran pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007. Analisis yang digunakan adalah analisis tabel frekuensi, analisis tabel silang dan analisis tetangga terdekat. Peta yang dihasilkan antara lain peta persebaran pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007, peta lokasi sampel pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007, dan peta pola persebaran pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik pedagang ankringan didominasi oleh laki-laki, dengan status sudah menikah dengan usia antara 15-64 tahun. Tingkat pendidikannya tergolong rendah yaitu hanya tamat SD dengan pendapatan > Rp 1.000.000.00 dengan beban tanggungan keluarga 3-5 orang dengan melakukan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan tetap. Hari kerja rata-rata pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo adalah 1 minggu penuh dengan jam kerja 7-10 jam dengan masas kerja < 10 tahun dengan modal dari tabungan sendiri rata-rata Rp 100.000.00 dan tempat usaha
yang mereka
pilih yaitu di sekitar sekolah/kampus. Pedagang angkringan di
Kelurahan Jebres mayoritas menempati lokasi di sektor jasa, sedangkan pedagang angkringan di Kelurahan Mojosongo mayoritas menempati lokasi di sekitar pasar dan komplek pertokoan. Pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Mojosongo mempunyai pola memusat dengan nilai T=0,8. Secara jelas penelitian-penelitian yang relevan dapat dilihat dalam tabel 8 berikut :
Tabel 8. Penelitian Yang Relevan No 1
Penulis Endah Evy Nurekawati (2007)
Judul Penelitian Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana (KB) Berdasar Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar Tahun 2005
Tujuan Mengetahui persebaran spasial tingkat pendidikan PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005. Mengetahui persebaran spasial tingkat kesejahteraan keluarga PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005. Mengetahui persebaran spasial umur PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005. Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat kesejahteraan keluarga dan umur pasangan usia subur (PUS) terhadap penggunaan jalur pelayan alat KB di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005.
Metode Penelitian Analisis kuantitatif dan analisis peta
Hasil Penelitian Pengguna jalur pelayanan alat kontrasepsi banyak yang memilih jalur swasta. Persebaran spasial tingkat pendidikan yang ditamatkan PUS adalah tamat SD-SLTP. Persebaran spasial tingkat kesejahteraan PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005 berada pada kategori KS III. Persebaran spasial umur PUS di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar tahun 2005 berada pada umur lebih dari 30 tahun. Ada hubungan antara pendidikan dan tingkat jalur pelayanan alat kontrasepsi. Ada hubungan antara tingkat kesejahteraan PUS dengan penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi. Ada hubungan antara umur PUS dengan penggunaan jalur pelayanan alat kontrasepsi.
2
Fendya Jauhari Pemetaan Tingkat Budi Arianto Kerawanan (2006) Kriminalitas Di Kota Surakarta Tahun 1999-2003
Mengetahui jenis dan Analisis data persebaran kriminalitas di sekunder dan analisis peta Kota Surakarta. Mengetahui sebaran tingkat kriminalitas yang terjadi di Kota Surakarta Mengetahui karakteristik pelaku kriminalitas di Kota Surakarta. Mengetahui hubungan tingkat kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah tindakan kriminalitas.
Pada tahun 1999 jenis tindakan kriminal curanmor merupakan tindak kriminal yang paling tinggi di setiap kecamatan. Wilayah paling rawan di Kota Surakarta secara berurutan selama periode tahun 19992003 adalah dengan urutan Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasarkliwon, Kecamatan Serengan. Pelaku tindak kriminal di Kota Surakarta selama periode tahun199-2003 didominasi oleh laki-laki dalam kelompok usia diatas 20 tahun dan berasal dalam wilayah kota. Tingginya kejahatan tidak selalu terdapat pada kecamatan yang mempunyai jumlah kepadatan penduduk tertinggi dan juga sebaliknya kecamatan yang mempunyai kepadatan yang rendah tidak selalu diikuti tingginya kejahatan. Tingkat pengangguran yang tinggi selalu diikuti oleh jumlah tindak kriminal yang tinggi dan juga sebaliknya tingkat pengangguran yang rendah juga diikuti dengan jumlah tindak kriminal yang rendah pula.
3
Yuyun Mailana Sari (2008)
Analisis Karakteristik dan Pola Persebaran Pedagang Angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota SurakartaTahun 2007
Mengetahui karakteristik Analisis pedagang angkringan di tabel Kelurahan Jebres dan frekuensi, Kelurahan Mojosongo analisis tabel Kecamatan Jebres Kota silang dan analisis Surakarta tahun 2007. tetangga Mengetahui persebaran terdekat pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007 Mengetahui pola persebaran pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2007
karakteristik pedagang ankringan didominasi oleh laki-laki, dengan status sudah menikah dengan usia antara 15-64 tahun. Tingkat pendidikannya tergolong rendah yaitu hanya tamat SD dengan pendapatan > Rp 1.000.000.00 dengan beban tanggungan keluarga 3-5 orang dengan melakukan pekerjaan tersebut sebagai pekerjaan tetap. Hari kerja ratarata pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo adalah 1 minggu penuhdengan jam kerja 7-10 jam dengan masas kerja < 10 tahun dengan modal dari tabungan sendiri ratarata Rp 100.000.00 dan tempat usaha yang mereka pilih yaitu di sekitar sekolah/kampus. Pedagang angkriangan di Kelurahan Jebres mayoritas menempati lokasi di sektor jasa, sedangkan pedagang angkringan di Kelurahan Mojosongo mayoritas menempati lokasi di sekitar pasar dan komplek pertokoan. Pedagang angkringan di Kelurahan Jebres dan Mojosongo mempunyai pola memusat dengan nilai T=0,8.
3
MS Khabibur Rahman (2009)
Analisis Spasial Warung Internet (WARNET) Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008
Mengetahui distribusi Analisis peta spasial warnet di dan analisis Kecamatan Jebres Kota tabel Surakarta tahun 2008. Mengetahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008. Mengetahui jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008. Mengetahui karakteristik pengunjung warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008.
-----
C. Kerangka Berfikir Warnet merupakan usaha dalam bidang jasa yang menyediakan fasilitas berupa koneksi internet. Pendirian sebuah warnet sangat dipengaruhi oleh keberadaan penggunanya atau sering disebut netter. Dalam persaingan usaha warnet yang sangat ketat perlu ditingkatkan pelayanannya guna menarik minat para netter untuk memanfaatkan fasilitas tersebut. Semakin baik pelayanan yang diberikan oleh sebuah warnet maka semakin banyak pula konsumen yang datang. Lokasi didirikannya warnet banyak dijumpai disekitar kampus karena warnet
merupakan
usaha
yang
berbasis
(www.indomedia.com/sripo/2008/07/12/1207H15.pdf.)
terhadap Warnet
teknologi diharapkan
mampu membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya dalam bidang teknologi, hiburan dan informasi. Di Kecamatan Jebres banyak dijumpai warnet dari berbagai provider yang berlokasi mayoritas di sekitar kampus. Kampus sebagai tempat yang banyak dihuni oleh kalangan mahasiswa merupakan tempat yang sangat potensial bagi pengembangan usaha warnet, hal ini didukung dengan mayoritas pengguna warnet adalah pelajar dan mahasiswa. Salah satu kampus yang ada di Kecamatan Jebres adalah kampus Universitas Sebelas Maret (UNS), yang di lingkungannya banyak terdapat tempat tinggal mahasiswa yang berupa kost. Banyak sedikitnya jumlah warnet bergantung kepada pendidikan, jenis kelamin dan umur serta banyaknya jumlah konsumen yang ada. Semakin banyaknya jumlah warnet yang ada di Kecamatan Jebres mendorong perlu dilakukannya kajian keruangan warnet. Analisis keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang menekankan eksistensi keruangan sebagai penekanan. Pembahasan dalam analisis keruangan tertuju pada teori dan model yang akan digunakan. Hal-hal yang menjadi fokus perhatian analisis keruangan adalah mengenai lokasi, distribusi dan interaksi keruangan. Lokasi akan memberikan penjelasan lebih lanjut tentang daerah / tempat yang bersangkutan. Lokasi merupakan variabel yang dapat mengungkapkan berbagai hal tentang gejala yang dipelajari. Distribusi menjelaskan tentang kekhasan distribusi dari gejala-gejala yang ada dipermukaan bumi, hal ini tidaklah mudah karena kenampakan yang ada di
permukaan bumi tercipta dari berbagai dimensi bentuk dan terjalin dalam suatu sistem yang sangat komplek. Dalam menggambarkan persebaran, pola persebaran dan jangkauan dari warnet harus menggunakan alat bantu berupa peta dalam menyajikan fenomena-fenomena geografi yang luas menjadi fenomena geografi yang mudah diobservasi sesuai dengan pandangan manusia. Banyaknya jumlah warnet yang ada di kecamatan yang tersebar disekitar kampus UNS mendorong untuk dilakukannya penelitian yang berkaitan dengan persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet. Cara yang digunakan untuk mengamati persebaran dan jangkauan warnet adalah dengan menganalisis peta, sedangkan untuk mengetahui pola persebaran warnet digunakan analisis tetangga terdekat. Karaktersitik pengguna yang ditinjau dari segi pendidikan, umur dan jenis kelamin akan berbanding lurus dengan penggunan warnet, karena para pengguna warnet umumnya memiliki pendidikan yang baik serta umur dan jenis kelamin tertentu. Analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna warnet adalah analisis tabel silang. Dengan melakukan analisis peta akan dapat diketahui persebaran warnet di Kecamatan Jebres, persebaran warnet berdasarkan ISP, persebaran warnet berdasarkan jumlah komputer, pola persebaran warnet serta jangakauan pasar warnet. Selain itu dengan melakukan analisis tebel silang akan dapat diketahui karakteristik pengguan warnet berdasarkan umur, jenis kelamin dan pendidikan. Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat pada gambar 3 berikut:
PERSAINGAN WARNET
Pengguna Warnet
Pengusaha Warnet
Karakteristik Pengguna Warnet: 1. Umum 2. Pendidikan 3. Jenis Kelamin
Pemilihan Lokasi Warnet : 1. Lokasi 2. Koneksi 3. Komputer dan aksesoris 4. Suasana
Distribusi Warnet Pola Distribusi Warnet Jangkauan Pasar Warnet Karakteristik Pengguna Warnet
Gambar 3. Diagram Alir Penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode adalah sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dengan proses penelitian. Penelitian diartikan sebagai suatu upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran. (Mardalis, 2004: 24). Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak mungkin meninggalkan unsur, komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian. (Mardalis, 2004: 24). Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. (Nawawi, 1990: 63). Dalam penelitian analisis spasial warnet, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan persebaran warnet di Kecamatan Jebres, pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres, jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres dan karakteristik pengguna warnet di Kecamatan Jebres.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
A. Tempat Penelitian Penentuan daerah yang akan dilakukan penelitian merupakan suatu langkah yang dilakukan dalam survei. Penelitian dilakukan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Propinsi Jawa Tengah. Lokasi penelitian di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dengan obyek penelitian seluruh warnet yang terletak di
Kecamatan Jebres. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian di Kecamatan Jebres adalah: a. Lokasi penelitian dianggap memenuhi faktor-faktor yang menjadi syarat dalam pendirian warnet. b. Kecamatan Jebres memiliki jumlah warnet paling banyak dibandingkan dengan kecamatan lain di daerah Kota Surakarta. Terbukti jumlah warnet yang tersebar di Kecamatan Jebres mencapai angka 35% pada bulan September tahun 2008. c. Kelengkapan tempat pendidikan yang merupakan pusat dari perkembangan warnet, terutama dengan adanya Universitas Sebelas Maret.
B. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan hingga penyusunan laporan ini dilaksanakan. Penelitian dilaksanakan selama sebelas bulan terhitung sejak dilakukannya persiapan. Tabel 9. Waktu Perncanaan Penelitian NO
Kegiatan
Feb.
Mar.
Apr.
Apr-
Nov-
Feb-
2008
2008
2008
Okt
Feb
Mar
2008
2008-
2009
2009 1
Persiapan
2
Pengajuan Proposal
3
Penyusunan Instrumen
4
Pengumpulan Data
5
Analisis data
6
Penyusunan Laporan
B. Metode Penelitian Untuk mencapai suatu tujuan dalam suatu penelitian selalu digunakan cara-cara yang sering diistilahkan dengan metode penelitian. Menurut Surachmad (1998: 131), metode adalah suatu cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan,
misalnya
untuk
menguji
serangkaian
hipotesis,
dengan
menggunakan teknik dan alat-alat tertentu. Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian analisis persebaran warnet Kecamatan Jebres adalah metode deskriftif dan metode survei. Metode deskriptif digunakan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini secara aktual dan cermat (Hasan, 2002: 22), sedangkan jenis metode deskriptif yang digunakan didalam penelitian analisis persebaran warnet adalah metode survei. Metode survei menyelidiki tentang fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, dari suatu kelompok atau suatu daerah (Nazir, 1999: 65). Menurut Arikunto (1996: 93) bahwa metode survey adalah salah satu cara pendekatan dalam penelitian yang pada umumnya digunakan untuk mengelompokan data yang luas dan banyak. Sifat dari metode ini adalah mengadakan pengamatan, pengukuran dan pencatatan mengenai gejala dan fakta secara langsung di lapangan guna memperoleh data sebagai bahan penelitian yaitu mengetahui analisis spasial warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta.
C. Sumber Data Sumber data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian, sebab tidak semua data dapat dijadikan bahan penelitian. Untuk mendapat data yang diperlukan dan lengkap perlu instansi atau badan resmi yang berwenang di bidangnya. Instansi yang berwenang mengeluarkan data atau memberikan informasi yang berkaitan dengan warnet adalah internet service provider (ISP).
Dalam penelitian ini data yang digunakan meliputi data sekunder dan data primer. Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti”. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah lokasi warnet yang diperoleh melalui pengukuran di lapangan dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) dan data hasil wawancara. Tika (1997: 67) mengemukakan bahwa “Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar diri peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data yang asli”. Tabel 10. Data dan Jenis Data serta Sumber Data No 1
Data
Jenis Data
Peta Rupabumi Indonesia (RBI) lembar Sekunder
Sumber Bakosurtanal
1408-343 (sumber data) 2
Lokasi warnet (koordinat)
3
Penggunaan
lahan
Primer
Kota
Surakarta Sekunder
(sumber data)
ISP, Ploting GPS Kompilasi RBI, Google Earth
4
Jumlah Penduduk Kecamatan Jebres
Sekunder
BPS
5
Jumlah pengunjung warnet
Sekunder
Warnet
6
Karakteristik pengguna warnet
Primer
Kuesioner
D. Populasi dan Sampel Populasi adalah himpunan individu atau obyek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas (Tika, 1997: 32). Komarudin dalam Mardalis (2002: 53) mengemukakan bahwa “populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel”. Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah semua individu atau obyek yang menjadi sumber pengambilan sampel yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Penelitian analisis spasial warnet Kecamatan Jebres merupakan penelitian populasi yang berarti seluruh populasi digunakan dalam penelitian ini. Banyaknya populasi bergantung kepada banyaknya jumlah warnet yang ada di
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Jumlah populasi warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta ada 31 warnet. Mardalis (2002: 55) berpendapat “ Sampel adalah sebagian dari seluruh individu yang menjadi obyek penelitian”. Tujuan penentuan sampel adalah untuk mengemukakan dengan tepat sifat-sifat umum dari populasi dan untuk menarik generalisasi dari hasil penyelidikan. Dalam pengambilan sampel harus dipenuhi syarat-syarat utama dalam proses pengambilannya yang berarti sampel yang digunakan harus dapat mewakili populasi yang telah dikemukakan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling atau sampel bertujuan. Tujuan pengambilan sampel adalah untuk mengetahui karakteristik pengunjung warnet dilihat dari segi umur, pendidikan dan pekerjaan. Besarnya sampel penelitian menurut Arikunto (2002: 112), apabila subyek penelitian kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyek penelitian lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih. Berdasarkan jumlah ratarata pengunjung warnet perharinya, maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 10% atau berjumlah 26 sampel.
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, teknik observasi, teknik wawancara dan kuesioner. 1. Teknik Dokumentasi Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa contoh, transkip, buku, surat kabar, majalah ( Arikunto, 1993 : 202 ). Teknik dokumentasi merupakan teknik yang memberikan informasi secara tepat dan akurat untuk dipertanggungjawabkan. Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengutip pada sumber data yang tersedia. Dalam penelitian ini sumber tertulis berasal berdasar data yang diperoleh dari ISP (Internet Serviec Provider).
2. Teknik Observasi Observasi merupakan cara dan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang terjadi di lapangan. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data titik koordinat dari masing-masing warnet dengan menggunakan GPS (Global Positioning System), kemudian data titik koordinat tersebut diplotkan pada Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1 : 25000 Sheet 1408-343 lembar Surakarta sebagai peta dasar.
3. Teknik Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi 2 orang melibatkan seseorang yang ingin memperoleh komunikasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu ( Mulyana 2004 : 180 ). Mardalis (2002: 64) berpendapat bahwa “ Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan – keterangan lisan melalui bercakap–cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti”. Wawancara penelitian ini dilakukan kepada pengelola jasa warnet untuk memperoleh data yang lengkap dan baik. Wawancara dilakukan untuk mengetahui rata-rata pengujung warnet perhari, jumlah komputer dan kelengkapan aksesoris komputer.
4. Kuesioner Kuesioner merupakan daftar pertanyaan bagi pengumpul data dalam penelitian. Teknik pengumpulan datanya dapat dilakukan secara lisan maupun tulisan. Kuesioner yang disajikan secara lisan, dilakukan dengan cara membacakan pertanyaan tersebut kepada informan secara tepat sesuai dengan yang tertulis yang jawabannya dicatat dalam kuesioner tersebut sesuai dengan jawaban yang tersedia. Kuesioner yang dilakukan secara tertulis biasanya dikirim langsung ke setiap responden atau dikumpulkan langsung oleh pengumpul datanya sendiri.
Cara pengumpulan data dengan tertulis seperti ini biasa disebut dengan teknik angket. Teknik angket dilakukan terutama untuk memperoleh data yang banyak dalam waktu yang singkat. Kuesioner atau daftar pertanyaannya dalam penelitian kualitatif selalu bersifat terbuka (open-ended questionnaire). Artinya pada setiap pertanyaan memang bisa juga diberikan alternatif jawabannya, namun pada bagian bawahnya selalu disediakan ruang yang cukup untuk memberikan kesempatan pada informan untuk menulis alasan mengapa ia menjawab demikian, atau hal-hal lain yang mungkin penting dan berkaitan dengan masalah yang ditanyakan, yang ingin ia utarakan. (Sutopo, 2006: 82).
F. Teknik Analisis Data Patton dalam Moleong (1990: 103) bependapat bahwa “Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data sekunder dan teknik analisis peta, teknik analisis data sekunder dengan cara mentabulasi ke dalam bentuk tabel dan grafik maupun peta, kemudian diuraikan dalam bentuk kalimat. Adapun data yang perlu dianalisis adalah : 1. Analisis Distribusi Spasial Warnet Analisis distribusi spasial warnet digunakan untuk mengetahui sebaran dari warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dengan menggunakan analisis peta. 2. Analisis Pola Perebaran Warnet Analisis deskripsi spasial dilakukan untuk mengetahui pola sebaran warnet di Kecamatan Jebres. Analisis deskripsi spasial dilakukan menggunakan parameter tetangga terdekat. Adapun rumus parameter tetangga terdekat menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno ( 1979: 75) adalah sebagai berikut:
T
Ju Jh
Keterangan : T = Indeks persebaran tetangga terdekat. Ju = Jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat. Jh = Jarak rata-rata yang diperoleh andaikan semua titik mempunyai pola random. 1 Jh 2 p P = Kepadatan titik dalam tiap kilometer persegi yaitu jumlah titik (N) dibagi luas wilayah (A). Parameter tetangga terdekat adalah suatu rumus yang penerapannya mendasarkan pada analisis jarak dengan bantuan peta. Pada rumus tersebut yang dimaksudkan jarak adalah jarak di peta, sehingga data jarak (Ju dan Jh) didapatkan dari pengukuran antara titik warnet satu dengan warnet lain di peta. Setelah diketahui angka indek tetangga terdekat, maka angka indek tersebut dimasukkan pada klasifikasi pola persebaran. Adapun jenis pola persebaran yang ditentukan adalah : T = 0 maka pola persebaran mengelompok. T = 1 maka pola persebaran acak. T = 2,15 maka pola persebaran seragam.
3. Analisis Jangkauan Pasar Warnet Untuk mengetahui jangkauan pasar wanet digunakan analisis buffer dengan bantuan SIG. Jarak yang digunakan dalam pengukuran digunakan asumsi yang diperoleh dari hasil teknik dokumentasi dan wawancara serta angket yang kemudian diambil rata-rata ketersediaan seseorang untuk pergi ke warnet. Dari hasil wawancara serta angket akan diketahui jarak jangkauan warnet yang kemudian dibuffer dari lokasi warnet.
4. Analisis Karakteristik Pengunjung Warnet Untuk mengetahui karakteristik pengunjung warnet digunakan angket. Setelah hasil angket diperoleh lalu dimasukkan dalam tabel silang yang menunjukkan persebaran data hasil angket yang berupa karakteristik pengunjung warnet dilihat dari segi pendidikan, jenis kelamin dan umur. Analisis yang digunakan adalah analisis tebel silang.
G. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan penjelasan yang memberikan gambaran tentang keseluruhan dari kegiatan persiapan, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, sampai dengan penulisan laporan. Prosedur dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap paling awal dalam sebuah penelitian. Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: a. Menentukan lokasi dan waktu penelitian b. Mengamati permasalahan yang ada pada lokasi yang telah ditentukan c. Survei ketersediaan data d. Studi pustaka 2. Tahap Penyusunan Proposal Pada tahap ini merupakan tahap lanjutan dari tahap persiapan, yaitu berupa kegiatan merumuskan permasalahan yang ada ke dalam tulisan berupa proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, kajian teori dan metodologi penelitian. 3. Tahap Penyusunan Instrumen Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menentukan alat penelitian yang diantaranya adalah menyusun daftar pertanyaan dalam kuesioner yang akan diberikan kepada responden. Daftar pertanyaan tersebut digunakan untuk mengetahui karakteristik pengguna warnet. Data lokasi persebaran diperoleh dari data lapangan berupa tabel titik-titik lokasi absolut berupa
lintang dan bujur dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Dari sebaran titik-titik lokasi absolut tersebut dapat diketahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. 4. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pengumpulan data melalui studi dokumen dan observasi di lapangan. 5. Tahap Analisis Data Analisis data merupakan proses pengorganisasian dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan suatu uraian sehingga ditemukan tema. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah mengelompokkan data untuk kepentingan analisis data, setelah data terkumpul ditabulasi silang untuk mengetahui kecenderungan diantara dua variabel atau lebih, dan setelah diketahui kecenderungannya maka hasil penelitian dijabarkan secara deskriptif. 6. Tahap Penulisan Laporan Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap penulisan hasil penelitian yang ditulis berdasarkan pada hasil penelitian tentang karakteristik penguna warnet berdasarkan pendidikan, umur dan jenis kelamin, selain itu dijelaskan pula persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet. Laporan yang ditulis selanjutnya dilengkapi atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, dan gambar disertai peta daerah penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Luas dan Batas a. Letak Kecamatan Jebres merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Surakarta. Berdasarkan Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408-343 Surakarta, Kecamatan Jebres terletak antara 7°31’41” LS sampai 7°34’37” LS dan 110°49’42” BT sampai 110°52’08” BT.
b. Luas Luas Kecamatan Jebres adalah 1393,74 Ha yang terdiri atas 11 kelurahan, yaitu Kelurahan Kepatihan Kulon, Kelurahan Kepatihan Wetan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sewu, Kelurahan Pucang Sawit, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Purwodiningratan, Kelurahan Tegalharjo, Kelurahan Jebres dan Kelurahan Mojosongo. Tabel 11. Luas Kelurahan Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 Luas NO
NAMA KELURAHAN
Ha
(%)
1
Kepatihan Kulon
18,93
1,358
2
Kepatihan Wetan
39,57
2,839
3
Sudiroprajan
23,50
1,686
4
Gandekan
34,52
2,477
5
Sewu
47,40
3,401
6
Pucang Sawit
128,12
9,193
7
Jagalan
61,92
4,443
8
Purwodiningratan
38,87
2,789
9
Tegalharjo
22,61
1,622
10
Jebres
432,28
31,016
11
Mojosongo
546,02
39,177
1393,74
100
Jumlah
Sumber : Monografi Kecamatan Jebres tahun 2007 52
c. Batas Kecamatan Jebres secara administratif berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara
: Kecamatan Gondangrejo
2. Sebelah Selatan
: Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Pasarkliwon
3. Sebelah Barat
: Kecamatan Banjarsari
4. Sebelah Timur
: Kecamatan Jaten
Untuk lebih jelasnya mengenai daerah administrasi Kecamatan Jebres dapat dilihat pada peta 1.
d. Penggunaan Lahan Berdasarkan data sekunder dari Surakarta Dalam Angka Tahun 2007, diketahui bahwa luas penggunaan lahan di Kecamatan Jebres adalah 1258,18 Ha, sebagian besar berupa permukiman. Secara garis besar penggunaan lahan di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada tabel 12 dan pada Peta 2. Tabel 12. Penggunaanlahan Kecamatan Jebres No
Penggunaan Lahan
Jumlah Ha
%
1
Perumahan / Permukiman
666,00
52,93
2
Jasa
176,75
14,05
3
Perusahaan
87,00
6,91
4
Industri
25,38
2,02
5
Tanah Kosong
16,19
1,29
6
Tegalan
88,83
7,06
7
Sawah
21,33
1,70
8
Kuburan
38,98
3,10
9
Lapangan Olah raga
10,51
0,84
10
Taman Kota
22,60
1,80
11
Lain – Lain
104,61
8,31
1258,18
100,00
Jumlah
Sumber : Surakarta Dalam Angka Tahun 2007
2. Keadaan Penduduk Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di Kecamatan Jebres, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk. a.
Jumlah dan Persebaran Penduduk Menurut data monografi Kecamatan Jebres jumlah penduduk di Kecamatan Jebres sampai bulan Januari 2008 adalah sebesar 140.551 jiwa, yang terdiri dari 69.276 jiwa penduduk laki-laki dan 71.235 jiwa penduduk perempuan. Jumlah tersebut terdiri dalam 32.278 kepala keluarga. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 13 di bawah ini. Tabel 13. Jumlah dan Penyebaran Penduduk di Kecamatan Jebres No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah Penduduk (Jiwa)
(Jiwa)
Jiwa
%
1
Kepatihan Kulon
1043
1187
2230
1,59
2
Kepatihan Wetan
1581
1532
3113
2,21
3
Sudiroprajan
2071
2500
4571
3,25
4
Gandekan
4672
4765
9437
6,71
5
Sewu
4121
4295
8416
6,00
6
Pucang Sawit
7077
6910
13987
9,95
7
Jagalan
5928
6353
12281
8,74
8
Purwodiningratan
2292
2340
4632
3,29
9
Tegalharjo
3048
3184
6232
4,43
10
Jebres
15890
16422
32312
23,00
11
Mojosongo
21553
21747
43300
30,81
Jumlah
69276
71235
140551
100,00
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007 Berdasarkan data dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang paling banyak adalah di Kelurahan Mojosongo yaitu 43.300 jiwa (30,78 %) dengan 21.553 jiwa penduduk laki-laki dan 21.747 jiwa
penduduk perempuan, sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah di Kelurahan Kepatihan Kulon yaitu 2.224 jiwa (1,58 %) dengan 1.039 jiwa penduduk laki-laki dan 1.185 jiwa penduduk perempuan. Bila dilihat dari daerah persebarannya, maka jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. b.
Kepadatan Penduduk Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk = ------------------------Luas Wilayah Berdasarkan Tabel 11 dapat dihitung kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres sebagai berikut : Kepadatan penduduk = = 10089 Jiwa/Km2 Mantra (1985: 35) mengklasifikasikan kepadatan penduduk aritmatik pada suatu daerah sebagai berikut : Tabel 14. Klasifikasi Tingkat Kepadatan Penduduk No
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Keterangan
1
≤ 101
Sangat rendah
2
101 – 500
Rendah
3
501 – 1000
Sedang
4
1001 – 2000
Tinggi
5
2001 – 3000
Sangat Tinggi
6
≥ 3000
Tinggi Sekali
Berdasarkan rumus dan perhitungan kepadatan penduduk di atas maka dapat disimpulkan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Jebres termasuk dalam kriteria kepadatan penduduk kelompok 6 atau tinggi sekali dengan kepadatan penduduk yaitu sebesar 10089 Jiwa/Km2.
Tabel 15. Kepadatan Penduduk di Kecamatan Jebres No
Kelurahan
Luas Kel
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk
(Km2)
(Jiwa)
(Jiwa/Km2)
1
Kepatihan Kulon
0,19
2230
11736
2
Kepatihan Wetan
0,40
3113
7782
3
Sudiroprajan
0,23
4571
19873
4
Gandekan
0,34
9437
27755
5
Sewu
0,47
8416
17906
6
Pucang Sawit
1,28
13987
10927
7
Jagalan
0,61
12281
20132
8
Purwodiningratan
0,39
4732
12133
9
Tegalharjo
0,22
6232
28327
10
Jebres
4,32
32312
7479
11
Mojosongo
5,46
43300
7930
13,93
140551
Jumlah
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007 Berdasarkan Tabel 15 di atas, dapat diketahui bahwa kepadatan penduduk yang paling tinggi adalah di Kelurahan Tegalharjo yaitu sebesar 28327 Jiwa/Km2 dengan jumlah penduduk 6232 jiwa dan luas wilayah 0,22 Km2, sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat di Kelurahan Jebres yaitu sebesar 7479 dengan jumlah penduduk 32312 dan luas wilayah 4,32 Km2. c.
Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Komposisi-komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau
ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian. 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin adalah variabel yang penting dalam sebuah kependudukan. Karena dengan diketahuinya komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin ini dapat digunakan untuk mengetahui pertambahan penduduk, perpindahan penduduk dan dapat digunakan sebagai petunjuk atau dasar untuk menyusun beberapa kebijakan pemerintah yang dalam hal ini berkaitan dengan masalah pendidikan, penyusunan kebijakan penduduk seperti masalah keluarga berencana dan masalah ketenagakerjaan. Selain itu dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin diharapkan dapat diketahui penduduk baik yang belum produktif, produktif maupun yang sudah tidak produktif lagi. Untuk mengetahui secara rinci komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini: Tabel 16. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Kecamatan Jebres Tahun 2007 Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah Umur (Tahun) Jiwa % Jiwa % Jiwa % 0–9
20303
29,3
20825
29,2
41128
29,3
10 – 19
13285
19,2
13933
19,6
27218
19,4
20 – 29
14415
20,8
15013
21,1
29428
21,0
30 – 39
6788
9,8
6960
9,8
13748
9,8
40 – 49
5773
8,3
6067
8,5
11840
8,4
50 – 59
4965
7,2
5312
7,4
10277
7,2
> 60
3747
5,4
3135
4,4
6882
4,9
69276
100,0
71235
100,0
140551
100,0
Jumlah
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
di
Dari tabel 16 di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kecamatan Jebres yang terbesar menurut umur adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 26850 jiwa (19%) dan terendah adalah kelompok umur > 60 tahun yaitu sebesar 6882 jiwa (4,9%). Jika dilihat dari jenis kelamin maka jumlah penduduk antara golongan laki-laki dan perempuan rata-rata hampir sama. Meskipun jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 17 berikut ini: Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Tahun 2007 No Jenis Kelamin Jumlah Jiwa
%
1
Laki-laki
69276
49,29
2
Perempuan
71235
50,68
Jumlah
140551
100,00
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007 Berdasarkan tabel 17 di atas, maka dapat diketahui bahwa penduduk di Kecamatan Jebres antara laki-laki dan perempuan lebih banyak penduduk perempuan yaitu sebesar 71235 jiwa (50,68%), sedangkan penduduk laki-laki sebesar 69276 (49,29%). Dari data tersebut dapat diketahui pada besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut: Sex Ratio (SR) = Keterangan : SR = Rasio Jenis Kelamin a = Jumlah Penduduk Laki-laki b = Jumlah Penduduk Perempuan Dengan rumus di atas dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin penduduk di Kecamatan Jebres sebagai berikut :
Sex Ratio (SR) = = 97 Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex Ratio 97, ini berarti bahwa untuk setiap 97 penduduk laki-laki sebanding dengan 100 penduduk perempuan. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan. Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur. Berikut akan disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kecamatan Jebres menurut kelompok umur tahun 2007. Tabel 18. Rasio Jenis Kelamin Penduduk di Kecamatan Jebres Tahun 2007 Kelompok Umur Penduduk Penduduk Rasio Jenis Laki-laki Perempuan Kelamin (Tahun) (Jiwa)
(Jiwa)
(%)
0–9
20303
20825
97,5
10 – 19
13285
13933
95,3
20 – 29
14415
15013
96,0
30 – 39
6788
6960
97,5
40 – 49
5773
6067
95,1
50 – 59
4965
5312
93,4
> 60
3747
3135
119,5
Jumlah
69276
71235
97,2
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk lakilaki, sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100.
2) Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah juga dapat dijadikan dasar untuk mengetahui potensi suatu daerah tentang sumberdaya manusianya. Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan modal yang sangat berharga bagi pembangunan, baik itu pembangunan manusia itu sendiri maupun pembangunan ekonomi. Pendidikan atau pembangunan diakui secara luas sebagai unsur mendasar dari pembangunan manusia.
Dengan mengetahui
tingkat
pendidikan
penduduk suatu masyarakat, dapat diketahui masalah sosial apa yang harus dipecahkan serta aspek kehidupan apa yang harus dikembangkan. Komposisi
penduduk
menurut
tingkat
pendidikan
adalah
pengelompokan penduduk berdasarkan pendidikannya, baik mereka yang belum sekolah maupun yang sudah lulus perguruan tinggi. Komposisi penduduk menurut pendidikan digunakan untuk mengetahui tingkat kesadaran penduduk terhadap dunia pendidikan. Pendidikan sangat penting karena dapat berpengaruh terhadap perkembangan diri seseorang, dengan pendidikan dapat mendewasakan seseorang karena dengan adanya pendidikan maka secara langsung akan menghadapi banyak permasalahan baik di lingkungan maupun masalah yang diberikan oleh pendidik. Selain itu komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan juga dapat memberikan gambaran tentang tingkat pendidikan di suatu daerah, tingkat pendidikan penduduk di suatu daerah dapat mencerminkan status sosial masyarakatnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat maka secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola pikir dalam kehidupan bermasyarakat. Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan pemilihan jenis aktivitas di luar sektor pertanian. Berikut ini disajikan data komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan Jebres.
Tabel 19. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Jebres Tahun 2007 No Tingkat Pendidikan Jumlah Orang 1
Tamat Akademi / PT
2
% 5745
4,0
Tamat SLTA
18434
13,0
3
Tamat SLTP
24179
17,0
4
Tamat SD
23517
16,4
5
Tidak Tamat SD
16824
11,8
6
Belum Tamat SD
40341
28,2
7
Tidak Sekolah
13804
9,7
142844
100
Jumlah
Sumber: Data Monografi Kecamatan Jebres Tahun 2007
B. Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persebaran, pola persebaran, jangkauan pasar serta karakteristik pengunjung warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Karakteristik yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, jenis kelamin dan umur pengguna warnet. 1. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres Analisis yang dilakukan untuk mengetahui persebaran warnet yang ada di Kecamatan Jebres adalah analisis spasial dengan menggunakan peta. Dalam penelitian ini peta digunakan sebagai media penyaji dalam menampilkan lokasi persebaran warnet. Dalam penggambarannya di peta, warnet disimbolkan menggunakan titik (point) yang berarti satu titik pada peta menunjukkan satu warnet di permukaan bumi. Lokasi titik tersebut menggambarkan kedudukannya secara absolut di permukaan bumi. Untuk lebih jelasnya mengenai nama dan letak warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 20 berikut :
Tabel 20. Persebaran Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 Lokasi No
Warnet
X (Bujur) 1 Speed 110°51' 03,2" 2 D-Neo 110°51'19,8" 3 Van Java 1 110°51'19,7" 4 Kezia Net 110°51'19,5" 5 Atma Bakti 110°51'25,9" 6 New Planet 110°51'25,7" 7 Telesat 110°51'27,5" 8 Spidernet 110°51'34,7" 9 Adios Bene 110°51'35,2" 10 Tisanda 110°51'37,6" 11 Bagongnet 110°51’39,9” 12 Der Konig 110°51’40,1” 13 Turbo Net 110°50’58” 14 Consulta 110°51’07” 15 Y Internet 110°50’06,5” 16 Mesenet 110°50’07,5” 17 Achindonet 110°51’16,9” 18 Mr Internet 110°51’17,9” 19 Mughni 110°51’41,6” 20 Van Java 2 110°51’38,9” 21 Apel 110°51’22,4” 22 X1 110°51’22,5” 23 Rumah Internet 110°51’19” 24 MJ Net 110°50’33,6” 25 Net Blogger 110°50’36,9” 26 Room Net 110°51’19,8” 27 De Lounge 110°51’19,8” 28 Salwa 110°51’19,5” 29 Cyber Net 110°50’09,3” 30 Digimix 110°50’18,9” 31 Telkom 110°51’15,7” Sumber : Pengukuran lapangan
Y (Lintang) 7°33'23" 7°33'14,4" 7°33'13,9" 7°33'12" 7°33'11,6" 7°33'14,2" 7°33'15,8" 7°33'15,9" 7°33'15,8" 7°33’15,8” 7°33’15,1” 7°33’14,8” 7°33’42” 7°33’29,2” 7°33’47,8” 7°33’45,6” 7°33’50,5” 7°33’50,8” 7°33’10,5” 7°33’16,1” 7°33’15,9” 7°33’14,2” 7°33’15,2” 7°32’21,7” 7°32’16,9” 7°32’08,8” 7°33’15” 7°33’09,5” 7°34’02,6” 7°34’14” 7°33’50,1”
Administrasi (kelurahan) Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Kepatihan Wetan Kepatihan Wetan Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Jebres Mojosongo Mojosongo Mojosongo Jebres Jebres Purwodiningratan Gadekan Jebres
Untuk membantu penyajian data persebaran warnet di Kecamatan Jebres digunakan suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Geografis (SIG) yang mengolah data atribut berupa titik lokasi warnet yang kemudian dimasukkan ke dalam peta dasar yang dikompilasi dari Peta Rupabumi Indonesia lembar 1408343. Hasil akhir dari pengolahan data yang dilakukan menggunakan SIG berupa peta persebaran warnet Kecamatan Jebres. Penentuan jumlah titik warnet didasarkan pada jumlah keseluruhan populasi warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Jumlah populasi yang ada di Kecamatan Jebres sebanyak 31 warnet yang tersebar di beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Jebres yaitu Kelurahan Jebres, Mojosongo, Gadegan, Purwodiningratan, dan Kepatihan Wetan. Persebaran warnet yang paling banyak terdapat di Kelurahan Jebres yaitu 24 warnet atau 77,4% dari total warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Persebaran warnet di Kelurahan Jebres paling banyak terdapat di sekitar kampus UNS dengan total 22 warnet atau 70,9% dari seluruh warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Di Kelurahan Mojosongo terdapat 3 warnet atau 9,7%, Kelurahan Kepatihan Wetan sebanyak 2 warnet atau 6,5%, dan Kelurahan Purwodiningratan dan Gandekan masing-masing 1 warnet atau masingmasing 3,2%. Banyaknya jumlah warnet yang ada di Kelurahan Jebres tidak lepas dari strategi pengusaha warnet yang mendasarkan pendirian usahanya pada faktor lokasi yang dekat dengan kampus. Kampus merupakan lokasi yang sangat strategis dikarenakan pengguna warnet yang mayoritas adalah mahasiswa dan pelajar. Mahasiswa yang ada di kampus bukan hanya dari daerah sekitar kampus saja, tetapi juga dari luar daerah sehingga banyak mahasiswa yang kost di sekitar kampus, hal ini juga berpengaruh terhadap penentuan lokasi warnet yang mengambil tempat di sekitar kampus. Untuk lebih jelasnya persebaran warnet di Kecamatan Jebres dapat dilihat pada tabel 21 peta 3.
Tabel 21. Persebaran Warnet per Kelurahan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Nama Kelurahan Kepatihan Kulon Kepatihan Wetan Sudiroprajan Gandekan Sewu Pucang Sawit Jagalan Purwodiningratan Tegalharjo Jebres Mojosongo Jumlah
Sumber : Data Primer, 2008
Jumlah Warnet Warnet Persen 0 0 2 6,5 0 0 1 3,2 0 0 0 0 0 0 1 3,2 0 0 24 77,4 3 9,7 31 100
a.
Persebaran Warnet Berdasarkan Internet Service Provider (ISP) Internet Service Provider (ISP) merupakan penyedia jasa bandwith bagi
warnet. Beberapa ISP yang ada di Surakarta antara lain Indo Maya, Java Techno, Smartlink, Speedy dan Solonet. Dari beberapa ISP tersebut speedy merupakan provider milik pemerintah yang berada dibawah PT. Telkom. Dalam usahanya, speedy merupakan penyedia jasa ISP yang paling banyak diminati oleh para pengusaha warnet yang ada di Kecamatan Jebres, hal ini terlihat dari banyaknya warnet yang menggunakan jasa speedy dalam menjalankan usahanya. Dari 31 jumlah warnet yang ada, 22 warnet atau 70,9% menggunakan speedy sebagai penyedia jasa bandwith bagi usahanya, sedangkan 4 warnet atau 12,9% warnet menggunakan Smartlink, 2 warnet menggunakan Solonet dan 2 warnet pula menggunakan Indo Maya atau masing-masing 6,5%, dan 1 warnet atau 3,2% menggunakan ISP Java Techno. Persebaran warnet yang menggunakan speedy paling banyak di Kelurahan Jebres yaitu 20 warnet atau 90,9% dari total warnet yang menggunakan speedy. Untuk lebih jelasnya persebaran warnet berdasarkan ISP dapat dilihat pada tabel 22 peta 4. Tabel 22. Persebaran Warnet Berdasarkan ISP di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Internet Service Provider (ISP)
Jumlah Warnet Warnet
Persen
1
Java Techno
1
3,2
2
Indo Maya
2
6,5
3
Solonet
2
6,5
4
Smartlink
4
12,9
5
Speedy
22
70,9
31
100
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
b.
Persebaran Warnet Berdasarkan Jumlah komputer
Jumlah komputer dari masing-masing warnet yang ada di Kecamatan Jebres sangatlah bervariasi mulai dari yang terendah berjumlah 8 unit komputer yang dimiliki oleh Speed, Tisanda, X1, dan Rumah Internet, sedangkan yang terbanyak dimiliki oleh Net Blogger yang berjumlah 34 unit komputer. Untuk lebih jelasnya jumlah komputer masing-masing warnet dapat dilihat pada tabel 23. Tabel 23. Jumlah Komputer Masing-masing Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Nama Warnet
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Speed D-Neo Van Java 1 Kezia Net Atma Bakti New Planet Telesat Spider net Adios Bente Tisanda Bagong net Der Konig Turbo net Consulta Y Internet Mesenet Achindonet Mr Internet Mughni Van Java 2 Apel X1 Rumah Internet MJ Net Net Blogger Room net Telkom De Lounge Salwa Cyber net Digimix Jumlah
Sumber : Data Primer, 2008
Jumlah Komputer Komputer Persen 8 32 30 12 32 18 20 28 14 8 12 11 16 12 17 12 11 11 10 14 13 8 8 15 34 19 12 10 25 27 24 523
1,53 6,12 5,74 2,29 6,12 3,44 3,82 5,35 2,68 1,53 2,29 2,10 3,06 2,29 3,25 2,29 2,10 2,10 1,91 2,68 2,49 1,53 1,53 2,87 6,50 3,63 2,29 1,91 4,78 5,16 4,19 100
Dalam penentuan persebaran warnet berdasarkan jumlah komputer, belum ada teori yang menyatakan batasan tentang jumlah warnet sehingga digunakan rumus umum dalam penentuan kelas dari distibusi data yaitu dengan menggunakan rumus Sturgest. Rumus ini digunakan untuk membagi atau mengelompokkan warnet berdasarkan jumlah unit komputer yang dimiliki tiap warnet. Langkah yang perlu dilakukan yang pertama adalah menentukan jumlah kelas yang akan digunakan yaitu dengan rumus : K = 1+ 3,3 log N N = Banyaknya warnet Sehingga diperoleh hasil: K = 1 + 3,3 log 31 K = 1 + 3,3 ( 1,49 ) K = 1 + 4,917 K = 5,917 Jadi diperoleh jumlah kelasnya ada 5,917 kelas atau dibulatkan menjadi 6 kelas. Setelah didapat jumlah kelasnya, kemudian dicari Range (R) atau jarak antara nilai tertinggi dikurangi dengan nilai terendah sehingga diperoleh : R = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah R = 34 – 8 R = 26 Jadi diperoleh range-nya 26. Setelah diketahui jumlah kelas dan range-nya maka dihitung interval kelasnya yaitu dengan membagikan antara range dengan jumlah kelasnya, sehingga diperoleh : I=
I=
= 4,3
Jadi diperoleh interval atau jarak antar kelas yaitu 4,3 atau dibulatkan menjadi 5.
Setelah diketahui masing-masing nilai jumlah kelas, range dan intervalnya maka disusunlah tabel distribusi frekuensinya dengan batas bawah adalah nilai terendah dari data, maka diperoleh tabel: Tabel 24. Jumlah Komputer di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No Jumlah Komputer
Banyak Data Data
Presen
1
8-12
14
45,2
2
13-17
6
19,4
3
18-22
3
9,7
4
23-27
3
9,7
5
28-32
4
12,9
6
33-37
1
3,2
31
100
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
Dalam penggambarannya kedalam peta tematik dikenal dua macam jenis data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif bentuk datanya merupakan data nominal, sedangkan data kuantitatif bentuk datanya merupakan data ordinal, data interval dan data rasio. Jika dilihat jenis data jumlah komputer dari masing-masing warnet diketahui bahwa datanya tergolong dalam jenis data kuantitatif sehingga penggambarannya di peta harus menggunakan simbol yang bertingkat. Dengan alasan kemudahan analisis di peta, maka peneliti menyederhanakan data pada tabel diatas menjadi tiga kelas yang masing-masing berisi dua kelas dari tabel diatas dengan diberi nama sedikit, sedang dan banyak. Kelas yang diberi nama sedikit mempunyai jumlah komputer antara 8-17 unit komputer, kelas dengan nama sedikit mempunyai jumlah komputer antara 18-27 unit sedangkan kelas dengan nama banyak mempunyai jumlah komputer antara 28-37 unit komputer. Kelas sedikit berjumlah 20 warnet atau 64,5%, kelas sedang berjumlah 6 warnet atau 19,4% sedangkan kelas banyak berjumlah 5 warnet atau
16,1% dari total 31 warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Untuk lebih jelasnya, kelas warnet berdasarkan jumlah komputernya dapat dilihat pada tabel 25 peta 5. Tabel 25. Kelas Warnet Berdasarkan Jumlah komputer di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008. No
Kelas Jumlah Komputer
Banyaknya Data Data
Persen
1
Sedikit
20
64,5
2
Sedang
6
19,4
3
Banyak
5
16,1
31
100
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
2. Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres Dalam usaha mengetahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka pola persebaran warnet pada penelitian ini digunakan analisis parameter tetangga terdekat (nearest neighbour analysis). Sebagai dasar dalam perhitungan indek parameter tetangga terdekat dalam penelitian ini adalah Peta Pola Persebaran Warnet Kecamatan Jebres, peta ini merupakan hasil analisis antara Peta Persebaran Warnet Kecamatan Jebres dan perhitungan parameter tetangga terdekat. Persebaran warnet yang berdekatan memungkinkan saling bertumpuknya simbol dalam peta, sehingga untuk menghitung parameter tetangga terdekat diperlukan perbesaran peta pada daerah yang jarak antar warnetnya saling berdekatan. Pada peta 6 dapat dilihat bahwa warnet yang ada di Kelurahan Jebres mempunyai jarak yang sangat dekat sehingga dalam penggambarannya dilakukan proses pergeseran posisi absolutnya dengan tujuan persebaran warnet yang ada di Kelurahan Jebres dapat terlihat. Untuk menentukan pola persebaran warnet salah satu faktor penentu yang menjadi perhitungan adalah jarak warnet dengan warnet yang terdekat. Skala peta yang digunakan adalah 1:25000, yang berarti satu satuan dipeta berbanding 25.000 satuan dilapangan. Karena peta 6 yang menggambarkan persebaran warnet mengalami pergeseran posisi absolut warnet sehingga jarak warnet dengan tetangga terdekat yang ada di Kelurahan Jebres juga mengalami pergeseran yang menyebabkan perbedaan perhitungan pola persebaran warnet, maka untuk daerah yang mempunyai persebaran warnet berdekatan yaitu Kelurahan Jebres dilakukan perbesaran skala dengan tetap menempatkan warnet pada posisi aslinya sehingga tidak berpengaruh terhadap jarak sebenarnya di lapangan. Skala yang digunakan untuk perbesaran daerah Kelurahan Jebres adalah 1:3000 yang berarti satu satuan di peta menggambarkan 3000 satuan di lapangan. Untuk lebih jelasnya pola persebaran warnet dapat dilihat pada peta 6 dan peta 7.
Pada peta pola persebaran warnet Kecamatan Jebres skala 1:25000 dan peta pola persebaran warnet Kecamatan Jebres skala 1:3000 terdapat 31 warnet atau titik (N=31) dengan luas daerah 13,94 Km² dengan jarak antar titik warnet yang satu dengan yang lain adalah sebagai berikut : Tabel 26. Jarak Terdekat Antar Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 NO
Titik (N)
Jarak (J) dalam Km
Lokasi (Kelurahan)
1
1-14
0,217
Jebres
2
2-3
0,015
Jebres
3
4-28
0,075
Jebres
4
6-7
0,075
Jebres
5
8-9
0,015
Jebres
6
10-20
0,04
Jebres
7
11-12
0,01
Jebres
8
13-18
0,319
Jebres
9
15-16
0,074
Kepatihan Wetan
10
17-31
0,066
Jebres
11
21-22
0,054
Jebres
12
23-27
0,025
Jebres
13
24-25
0,156
Mojosongo
14
29-30
0,462
Sudiroprajan- Gadegan
∑J=1,603 Km Sumber: Data Primer, 2008
Perhitungan jarak rata-rata yang diukur antara satu titik dengan titik yang lain yang paling dekat di Kecamatan Jebres adalah sebagai berikut : Ju = =
= 0,0517 Km Jadi, jarak rata-rata yang diukur antara satu titik warnet dengan titik warnet yang lain yang terdekat di Kecamatan Jebres adalah 0,0517 Km. Setelah menghitung Ju maka langkah selanjutnya adalah menghitung Jh, untuk menghitung Jh harus diketahui nilai P terlebih dahulu. Nilai P merupakan perbandingan antara jumlah titik warnet dengan luas wilayah Kecamatan Jebres sehingga diperoleh hasil sebagai berikut : P= = = 2,2238 Jadi, nilai P di Kecamatan Jebres adalah 2,2238. Setelah diketahui nilai P baru dapat menghitung Jh di Kecamatan Jebres dengan rumus sebagai berikut : Jh = = = = = 0,33557 Jadi, nilai Jh di Kecamatan Jebres adalah 0,33557. Setelah nilai Ju dan Jh diketahui maka dapat dihitung nilai T-nya dengan menggunakan rumus sebagai berikut : T= = = 0,154 Jadi, nilai T Kecamatan Jebres adalah 0,154.
Jika nilai tersebut dicocokkan kedalam pola persebaran menurut Bintarto dan Surastopo, dapat diketahui pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres adalah mengelompok atau cluster. Dengan kata lain jarak warnet yang satu dengan warnet yang lain saling berdekatan dan cenderung mengelompok pada tempat-tempat tertentu. Pola mengelompok warnet ini jelas terlihat di Kecamatan Jebres utamanya di sekitar kampus UNS dan ISI. Pengelompokan warnet di sekitar kampus UNS dan ISI sangat erat kaitannya dengan faktor lokasi dan karakteristik pengguna warnet. Lokasi warnet yang dekat dengan kampus merupakan lokasi yang sangat strategis dikarenakan pengguna warnet mayoritas adalah mahasiswa dan pelajar. Kampus merupakan tempatnya mahasiswa, sehingga warnet yang dekat kampus lebih mudah dijangkau oleh mahasiswa dibandingkan dengan warnet yang jauh dari kampus. Selain itu banyak pula mahasiswa yang berasal dari luar Kota Surakarta yang menetap di sekitar kampus, fenomena ini pula yang mendukung pengelompokan warnet yang ada di Kecamatan Jebres, dengan tempat pengelompokan di sekitar kampus UNS dan ISI yang termasuk dalam daerah administrasi Kelurahan Jebres.
3. Jangkauan Pasar Warnet Dalam usaha mengetahui jangkauan pasar warnet Kecamatan Jebres digunakan analisis kualitatif dengan cara mengetahui jarak rata-rata pengguna warnet. Data ini diperoleh dari jarak radius tempat tinggal responden terhadap warnet yang mereka gunakan. Dalam pengambilan datanya dikelompokkan menjadi empat kelas yang masing-masing berjarak <500 meter, 500-1000 meter, 1000-1500 meter, dan > 1500 meter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 27. Jarak Tempat Tinggal Pengguna Warnet ke Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Jarak Tempat Tinggal ke
Jumlah
Warnet (meter)
Jiwa
Persentase (%)
1
< 500
9
34,6
2
500-1000
4
15,4
3
1000-1500
3
11,5
4
> 1500
10
38,5
26
100
Jumlah Sumber : Data Prmer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengguna warnet yang mempunyai tempat tinggal berjarak < 500 meter dari warnet berjumlah 9 orang atau 34,6%, yang berjarak 500-1000 meter berjumlah 4 orang atau 15,4%, yang berjarak 1000-1500 meter berjumlah 3 orang atau 11,5%, dan yang berjarak > 1500 meter berjumlah 10 orang atau 38,5%. Jika lebih disederhanakan lagi, pengguna warnet yang bertempat tinggal kurang dari 1000 meter ada 13 pengguna atau 50% dan pengguna warnet yang bertempat tinggal lebih dari 1000 meter ada 13 pengguna atau 50%. Dari data tersebut diambil kesimpulan bahwa jangkauan pasar warnet Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 sejauh 1000 meter. Jarak dari tempat tinggal pengguna warnet menuju warnet dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain dekat dengan kost, akses yang cepat dan tarif yang murah. Hal ini terlihat dari alasan responden memilih warnet yang mereka gunakan seperti terlihat pada tabel 28 berikut :
Tabel 28. Alasan Responden Menggunakan Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Alasan Pemilihan Warnet
Jumlah
1
Akses yang Cepat
16
2
Tarif yang Murah
14
3
Dekat Dengan Tempat Tinggal
10
4
Lain-lain
5
Sumber : Data Primer, 2008 Untuk lebih jelasnya mengenai jangkauan pasar warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta dapat dilihat pada peta 8.
Dari peta di atas dapat diketahui bahwa jangkauan pasar warnet yang ada di Kecamatan Jebres hampir mencakup seluruh Kecamatan Jebres, bahkan sudah mencapai daerah yang ada di luar Kecamatan Jebres, misalnya Kecamatan Pasarkliwon dan Kecamatan Banjarsari. Di Kelurahan Jebres terjadi over lap jangkauan pasar atau saling berebut pasar warnet sebanyak 18 warnet. Over lap jangkauan pasar berakibat pada persaingan warnet yang satu dengan yang lain agar para pengguna warnet mengunjungi warnetnya. Persaingan ini berakibat pula pada pemilihan lokasi yang paling strategis, pemilihan ISP yang terbaik sehingga akses yang diperoleh baik pula, menggunakan bandwith yang tinggi sehingga aksesnya menjadi cepat, penambahan fasilitas lain termasuk webcam, headset, ketersediaan kantin dan sebagainya.
4. Karakteristik Pengunjung Warnet Data karakteristik ini diperoleh dari responden yang telah ditentukan sebelumnya. Responden yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah pengunjung warnet yang ada di Kecamatan Jebres. Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari responden adalah tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin. Untuk selengkapnya mengenai data dari responden dapat dilihat pada tabel hasil wawancara pada lembar lampiran. Penjelasan lebih lanjut mengenai variabel pengunjung warnet adalah sebagai berikut :
a. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini adalah ukuran tahun sukses pendidikan yang telah ditamatkan oleh responden secara formal sampai memperoleh ijazah tertinggi. Dari data mengenai tahun sukses tiaptiap responden dibagi menjadi empat kelompok yaitu : tamat SD, tamat SLTP, tamat SLTA, dan tamat Perguruan Tinggi (PT). Untuk lebih jelasnya tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 29.
Tabel 29. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Tingkat Pendidikan
Jumlah Jiwa
Persentase (%)
1
Tamat SD
0
0
2
Tamat SLTP
1
3,8
3
Tamat SLTA
21
80,8
4
Tamat PT
4
15,4
26
100
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel diketahui bahwa tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah tamat SLTA yaitu sebanyak 21 orang atau 80,8%, tidak ada responden yang hanya menamatkan pendidikan hingga tamat SD, satu orang responden atau 3,8% tamat SLTP dan 4 orang atau 15,4% responden tamat Perguruan Tinggi (PT). Tabel diatas menunjukkan bahwa para pengguna warnet mayoritas adalah orang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan SLTA. Banyaknya pengguna warnet
yang menamatkan
pendidikan tingkat SLTA berhubungan dengan pekerjaan yang mereka tekuni sekarang. Untuk lebih jelasnya hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan pengguna warnet dapat dilihat tabel 30.
Tabel 30. Hubungan Tingkat Pendidikan Pengguna Warnet Dengan Pekerjaan di Kecamatan Jenres Kota Surakarta Tahun 2008 N
Tingkat
Pelajar
o
Pendidikan
F
%
F
%
F
%
F
%
F
%
1
Tamat SD
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
Tamat SLTP
1
100
0
0
0
0
0
0
1
3,8
3
Tamat SLTA
0
0
20
100
1
25
0
0
21
80,8
4
Tamat PT
0
0
0
0
3
75
1
100
4
15,4
Jumlah
1
100
20
100
4
100
1
100
26
100
Sumber : Data Primer, 2008
Mahasiswa
Wiraswasta
PNS
Jumlah
Dari tabel diatas diketahui bahwa hubungan antara tingkat pendidikan dengan pekerjaan yang sekarang ditekuni oleh responden sangat erat, 20 orang atau 100% yang menamatkan pendidikan SLTA sekarang bekerja sebagai mahasiswa, 1 orang atau 100% yang menamatkan SLTP sebagai pelajar, 1 orang atau 25% yang menamatkan SLTA bekerja pada sektor wiraswasta dan 3 orang atau 75% yang menamatkan perguruan Tinggi bekerja sebagai wiraswasta serta 1 orang atau 100% orang yang menamatkan perguruan tinggi bekerja sebagai PNS. Tingginya angka responden yang menamatkan SLTA dan sekarang bekerja sebagai mahasiswa beralasan kuat bahwa para mahasiswa dituntut untuk selalu mencari informasi terbaru yang berkaitan dengan disiplin ilmunya, dan salah satu cara yang termudah dan yang tercepat adalah dengan mengakses internet yang menyediakan sebagian besar
informasi yang
dibutuhkan oleh para mahasiswa.
b. Umur Umur responden dinyatakan menurut pengakuan responden. Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuisioner dapat diketahui bahwa responden yang paling tua memiliki usia 29 tahun dan yang paling muda memiliki usia 17 tahun. Dalam penelitian ini responden dibagi menjadi tiga kategori didasarkan pada klasifikasi golongan umur antara yang produkti dan tidak produktif. Golongan yang tidak produktif terbagi menjadi dua kelompok umur yaitu 0-14 tahun dan > 65 tahun, sedangkan kelompok produktif yaitu yang mempunyai umur 16-64 tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 31.
Tabel 31. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok Umur Produktif di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Kelompok Umur
Jumlah Jiwa
Persentase (%)
1
0-14
0
0
2
15-64
26
100
3
> 64
0
0
26
100
Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa semua pengunjung warnet berusia antara 15-64 tahun. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa mayoritas pengunjung warnet termasuk dalam usia produktif (prime age). Jika lebih diperinci lagi, orang yang menggunakan warnet usianya mayoritas masih dalam usia sekolah, baik SLTA ataupun mahasiswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 32. Tabel 32. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Kelompok Umur
16 – 20 21 – 25 26 – 30 > 30 Jumlah Sumber : Data Primer, 2008 1 2 3 4
Jumlah Jiwa
Persentase (%)
17 8 1 0 26
65,4 30,8 3,8 0 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 17 orang atau 65,4% masih berusia 16-20 tahun, 8 orang atau 30,8% berusia 21-25 tahun, 1 orang atau 3,8% berusia 26-3- tahun dan tidak ada responden yang berusia lebih dari 30 tahun. Hal ini berkaitan dengan jam kunjung responden ke warnet
yang mayoritas adalah diluar jam sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tebel berikut ini : Tabel 33. Waktu Rata-rata Pengguna Warnet Menggunakan Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Jam Mengunjungi Warnet
Jumlah Jiwa
Persentase (%)
1
00.00 – 06.00
0
0
2
06.00 – 12.00
1
3,8
3
12.00 – 18.00
12
46,2
4
18.00 – 24.00
13
50
Jumlah
26
100
Sumber : Data Primer, 2008 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 13 reponden atau 50% dari responden mengunjungi warnet antara jam 18.00 – 24.00, 12 responden atau 46,2% responden mengunjungi warnet antara jam 12.00 – 18.00, dan 1 responden atau 3,8% mengunjungi warnet antara jamukul 06.00 – 12.00. Jam kunjung warnet yang dilakukan oleh responden mayoritas merupakan jam setelah kuliah atau jam sekolah telah usai, ini juga menjadi alasan dari para pengguna warnet yang mengungkapkan alasan mereka mengunjungi warnet mayoritas karena waktu luang, lalu ada potongan harga dan akses yang lebih cepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 34. Alasan Pengguna Warnet Mengunjungi Warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No
Alasan Jam Kunjung Warnet
Jumlah Jiwa
1
Lain-lain (waktu luang)
14
2
Ada Potongan Harga
8
3
Akses Lebih Cepat
7
4
Fasilitas Tambahan
1
Sumber : Data Primer, 2008
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa alasan utama responden memilih menggunakan warnet pada jam tertentu dipengaruhi oleh faktor waktu luang, ini jelas bahwa waktu luang yang dimiliki mahasiswa sebagai sebagian besar pengguna warnet adalah antara jam 12.00 – 24.00.
c. Jenis Kelamin Jenis kelamin merupakan penggambaran responden dengan membedakan kelamin laki-laki dan perempuan. Dengan mendasarkan pembagian
jenis
kelamin
laki-laki
dan
perempuan
bisa
dijadikan
perbandingan dari semua responden yang terkumpul, sehingga dapat diketahui apakah penggunaan warnet di Kecamatam Jebres Kota Surakarta hanya didominasi oleh jenis kelamin tertentu atau tidak. Penggambaran perbandingan jumlah pengguna warnet berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 35. Tabel 35. Karakteristik Pengguna Warnet Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Jebres Kota Surakarta Tahun 2008 No 1 2
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Jumlah Sumber : Data Primer, 2008
Jumlah Jiwa 12 14 26
Persen 46,2 53,8 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengguna warnet berdasarkan jenis kelamin relatif seimbang antara laki-laki dan perempuan. Dari total 26 responden diketahui bahwa 12 responden atau 46,2% berjenis kelamin laki-laki dan 53,8% responden berjenis kelamin perempuan. Dengan kata lain, tidak ada dominasi pengguna warnet berdasarkan jenis kelamin. Kebutuhan akan hiburan, informasi dan lain-lain yang dipermudah dengan adanya internet tidak membatasi penggunanya berdasarkan jenis kelamin. Baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk memanfaatkan teknologi ini guna memenuhi kebutuhannya.
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan secara rinci pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Persebaran warnet di Kecamatan Jebres Kota Surakarta tahun 2008 mayoritas berada di Kelurahan Jebres sebanyak 24 warnet atau 77,4% dari total warnet yang ada di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Persebaran warnet mayoritas terdapat di lingkungan pendidikan seperti UNS dan ISI. Persebaran warnet berdasarkan ISP-nya paling banyak adalah menggunakan speedy yaitu 70,9% atau sebanyak 22 warnet. Berdasarkan jumlah komputernya mayoritas adalah warnet dengan kelas komputer sedikit yaitu 64,5% atau berjumlah 20 warnet. 2. Pola persebaran warnet di Kecamatan Jebres adalah mengelompok dengan nilai T = 0,154. Warnet di Kecamatan Jebres mengelompok di sekitar Kampus UNS dan ISI. 3. Jangkauan pasar dari warnet yang ada di Kecamatan Jebres rata-rata mencapai 1000m. 10 responden memiliki tempat tinggal > 1500m dari warnet, 9 responden memiliki tempat tinggal < 500m dari warnet, 4 responden memiliki tempat tinggal berjarak antara 500-1000m dari warnet sedangkan 3 responden memiliki tempat tinggal berjarak antara 1000-1500m dari warnet. 4. Karakteristik pengunjung warnet mayoritas adalah tamatan SLTA dengan jumlah 80,8% (21 orang), tamat SLTP 3,8% (1 orang) dan sisanya atau 15,4% ( 4 orang) adalah lulusan perguruan tinggi. Umur pengunjung warnet paling banyak adalah 16-20 tahun yaitu 65,4% (17 orang), 21-25 tahun 30,8% (8 orang), 26-30 tahun 3,8% (1 orang). Jenis kelamin pengunjung warnet relatif berimbang antara laki-laki dan perempuan, yaitu 46,2% pengguna (12 orang) adalah laki-laki dan 53,8% pengguna (14 orang) adalah perempuan.
B. Implikasi Dari kesimpulan yang sudah diuraikan, maka dapat dijelaskan implikasinya sebagai berikut : 1. Dengan mengetahui persebaran, pola persebaran serta jangkauan pasar warnet, dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi usaha para pengusaha warnet. 2. Dengan mengetahui karakteristik pengguna warnet dapat dijadikan acuan bagi para pengusaha warnet agar mampu memenuhi keinginan dari para penggunanya sehingga dapat menarik minat dari para pengguna warnet. 3. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran geografi di sekolah, antara lain pembelajaran Geografi SMA kelas XII/IPS. Keterangan lebih lanjut dapat dilihat dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berikut : Kelas XII
Semester 1
Standar Kompetensi 1. Mempraktekkan
Kompetensi Dasar 1.1 Mendeskripsikan
Materi Pembelajaran - Komponen peta
ketrampilan dasar
prinsip-prinsip dasar
- Prinsip dasar peta dan
peta dan pemetaan
peta dan pemetaan 1.3 Menganalisis
pemetaan - Menentukan lokasi
lokasi industri dan
industri Warnet di
pertanian dengan
Kecamatan Jebres Kota
pemanfaatan peta
Surakarta
C. Saran Dengan hasil penelitian ini maka saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut : 1. Hendaknya pemerintah daerah memperhatikan masalah berdirinya usaha warnet ini, terlebih kaitannya dengan persaingan usaha agar tidak terjadi konflik antar pengusaha warnet. 2. Dalam pendirian usaha warnet perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan pendirian lokasi warnet tersebut. Untuk menganalisis pendirian warnet di daerah cakupan kecil seperti desa perlu digunakan skala yang lebih detail semisal 1 : 5.000 atau lebih besar.
3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai analisis spasial warnet dan karakteristik pengunjung warnet di kecamatan lain di Surakarta sehingga ada perbandingan dengan penelitian yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Aziz, Lukman dan Ridwan Rachman. 1997. Peta Tematik. Bandung : Departemen Geodesi, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Bandung. Azwini, Kartoyo. 1981. Dasar-Dasar Denografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Bintarto, R dan Hadisumarno, Surastopo. 1991. Metode Analisa Geografi. Jakarta : LP3ES. Djojodipuro, Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Hadi, Soedomo,dkk. 2003. Pengantar Pendidikan. Surakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RepublikIndonesia. Hasan, M. Igbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hasbullah. 1997. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Machfoedz, Irham. 2004. Statistik Deskriptif. Jogjakarta : Fitramaya. Mardalis. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Martono, Agus Dwi.1998. Kartografi Dasar. Surakarta : Fakultas Geografi Universitas Muhamadiyah Surakarta. Moleong, L.J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : P.T Remaja Rosclakarya. Mulyana, Deddy, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press. Nazir, Mohammad. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Nurekawati, Endah Evy. Pemetaan Tingkat Penggunaan Jalur Pelayanan Alat Kontrasepsi Dalam Keluarga Berencana (KB) Menurut Tingkat Pendidikan, Pendapatan dan Umur Pasangan Usia Subur (PUS) di
Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar Tahun 2005. Skripsi.: FKIP UNS. Surakarta. (tidak dipublikasikan). Sinaga, Maruli. 1995. Pengetahuan Peta. Jogjakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Subagio.2003. Pengetahuan peta. Bandung : ITB Sukoco, Mas. 1985. Kartografi dan Peranannya Dalam Proses Perencanaan Regional. Pidato Ilmiah pada Acara Wisuda Sarjana Muda dan Penerimaan Mahasiswa Baru. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Sumanto,Tri. 2004. Aplikasi SIG Untuk Pemetaan Angkatan Kerja Berdasarkan Data Sensus Penduduk Tahun 2000 di Kabupaten Klaten. Skripsi. . Fakultas Geografi UMS. Surakarta. (tidak dipublikasikan) Suparanto. 1995. Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta : Erlangga. Surachmad, Winarno. 1998. Pengantar Penelitian ilmiah Dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito. Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya dalam Penelitian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Suyono dan Masrubi. 1983. Teori Perpetaan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat pendidikan Menengah Kejuruan. Tika, Moch Pabundu. 1997. Metode Penelitian Geografi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Yousman,
Yeyep. 2004. Sistem Informasi Profesional.Yogyakarta : ANDI
Geografi
Dengan
Mapinfo
Yunus, Hadi Sabari. 2007. Subject Matter dan Metoda Penelitian Geografi Permukiman Kota. Yogyakarta : Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Wirosuhardjo, Kartomo. 2000. Dasar – Dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Wirosuharjo, Kartomo. 1981. Kebijaksanaan Kependudukan Ketenagakerjaan di Indonesia. Jakarta: LP3ES.
dan
http://id.wikipedia.org/wiki/Warnet http://id.wikipedia.org/wiki/Internet http://id.wikipedia.org/wiki/TCP http://en.wikipedia.org/wiki/Internet_service_provider http://www.indomedia.com/sripo/2008/07/12/1207H15.pdf http://direktif.web.id/blog/arc/2006/03/persiapan-mendirikan-sebuah-warnet-1 http://redsea.sct.gov.sa/reports/GIS%20&%20coastal%20ecosystems.pdf http://firstmonday.org/htbin/cgiwrap/bin/ojs/index.php/fm/article/view/1620/1535
Kode :
DAFTAR PERTANYAAN RESPONDEN
ANALISIS SPASIAL WARUNG INTERNET (WARNET) KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA TAHUN 2008
I.
Identitas 1. Nama Responden : 2. Alamat
:
3. Umur
:
4. Jenis kelamin
: Laki-laki / Perempuan *
5. Status Pekerjaan
: a. Pelajar b. Mahasiswa c.
PNS ( Sebutkan...........................)
d. Wiraswasta ( Sebutkan .............................) II.
Keadaan Sosial 1. Pendidikan a. Tamat SD b. Tamat SLTP c. Tamat SLTA d. Tamat Perguruan Tinggi 2. Berapakah jarak radius kost/rumah anda dari warnet? a. < 500 m b. > 500 m – 1 Km c. > 1 – 1,5 Km d. > 1,5 Km 3. Berapa kali anda mengunjungi warnet dalam satu minggu? a. 1-2 b. 3-4 c. 5-6 d. > 6 ( Sebutkan ..................)
4. Apa alasan utama anda memilih warnet yang anda gunakan? ( Boleh lebih dari satu jawaban )? a. Kecepatan akses b. Tarif yang murah c. Dekat dengan kost/rumah d. Lain-lain ......... 5. Jam berapa anda sering mengunungi warnet? a. 00.00 – 06.00 WIB b. 06.00 - 12.00 WIB c. 12.00 – 18.00 WIB d. 18.00 – 24.00 WIB 6. Apa alasan anda menggunakan internet pada jam tersebut? ( Boleh lebih dari satu jawaban )? a. Ada potongan harga b. Akses lebih cepat c. Ada fasilitas penunjang d. Lain-lain .......... Coret yang tidak perlu
III.
Alasan Pemilihan dan Kepuasan Pengguna Terhadap Fasilitas Warnet Berilah tanda (×) pada pilihan anda
NO
FASILITAS
Sangat Puas
Puas
Cukup
Tidak
Puas
Puas
1
Kecepatan Akses
2
Area Parkir
3
Pelayanan
Operator Kantin Kebersihan Kenyamanan Privasi Kondisi Ruangan
4
Komputer
Spesifikasi Jumlah Accesoris( Headset, Camera )
5
Tarif
6
Keamanan
TABEL HASIL WAWANCARA No
Nama
Alasan Pemilihan Warnet Akses Cepat
Tarif Murah
1
I Made Ratih R
*
*
2
M. Firman
*
*
3
Yulita H
*
*
4
Pertiwi Sakti R
5
Tri Wijayanti
6
Daru Sukma S
*
*
7
Twinike Sativa F
*
*
8
Suranto
*
9
Chandra P
*
Dekat
Alasan Jam Kunjung Warnet Lain-lain
Potongan Harga
Fasilitas Tambahan
Lain-lain
* * * *
*
Akses Cepat
*
*
* *
*
* *
*
* *
10 Biru Sukma D
*
*
11 Rita Setyowati
*
*
12 Dwi Aris S
*
*
*
13 Alpa Chandra W
*
*
*
14 Heri Nismanto
*
15 Agus Kusuma
*
16 Ika Fitriyani
*
*
*
*
17 Yetty Wihertanti
*
18 Anik Sri M
*
19 Mualwi W
*
*
* *
*
*
*
*
*
20 Dandy Andreas
*
21 Yiyis Zubaidah 22 Bagus Hartanto
*
*
*
* *
23 Marchella
*
*
*
*
24 Isnanto Sektio U
*
*
25 Sri Dwi Hastuti
*
*
26 Ratna K
*
* *
* *
* *
No
Nama
Akses
Parkir
Tarif
Keamanan
Pelayanan
Komputer
Operator
Kantin
Kebersihan
Kenyamanan
privasi
Ruangan
Spesifik
Jumlah
Aksesori
1
I Made Ratih R
P
CP
CP
CP
P
P
SP
CP
P
SP
SP
CP
P
2
M. Firman
SP
P
CP
P
CP
TP
P
P
CP
SP
P
P
P
3
Yulita H
P
P
CP
P
CP
CP
SP
SP
P
P
SP
P
P
4
Pertiwi Sakti R
TP
TP
TP
P
P
TP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
5
Tri Wijayanti
CP
TP
P
P
P
CP
P
CP
P
CP
CP
CP
CP
6
Daru Sukma S
P
TP
P
SP
SP
P
SP
SP
CP
P
SP
TP
SP
7
Twinike Sativa F
P
P
P
CP
CP
P
CP
P
CP
P
P
SP
CP
8
Suranto
P
TP
CP
CP
SP
TP
P
SP
P
SP
P
CP
CP
9
Chandra P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
10 Biru Sukma
P
CP
CP
CP
P
P
P
P
CP
P
P
P
CP
SP
P
CP
P
SP
TP
P
P
SP
SP
P
P
P
12 Dwi Aris S
P
TP
SP
P
SP
TP
P
SP
SP
SP
P
P
P
13 Alpa
P
P
CP
CP
SP
P
P
P
P
P
P
P
CP
CP
TP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
P
CP
CP
CP
CP
CP
CP
P
TP
CP
CP
CP
P
P
CP
TP
16 Ika Fitriyani
TP
CP
TP
TP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
TP
CP
17 Yetty
P
SP
CP
P
P
P
P
P
CP
P
CP
CP
P
18 Anik Sri M
P
CP
CP
CP
TP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
TP
19 Mualwi W
CP
P
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
CP
P
20 Dandy
CP
TP
TP
CP
CP
CP
P
P
SP
SP
CP
P
CP
D
11 Rita Setyowati
Chandra W
14 Heri Nismanto
15 Agus Kusuma
Wihertanti
Andreas
21 Yiyis
P
P
CP
P
CP
TP
P
P
CP
CP
P
CP
CP
P
CP
P
P
CP
CP
CP
CP
CP
P
P
SP
TP
23 Marchella
SP
CP
P
P
P
P
P
CP
CP
CP
P
P
P
24 Isnanto
P
CP
CP
P
P
CP
CP
P
P
CP
CP
P
CP
P
P
P
SP
P
CP
SP
SP
P
P
P
P
P
CP
CP
CP
P
P
CP
CP
P
P
CP
CP
CP
CP
Zubaidah
22 Bagus Hartanto
Sektio U
25 Sri Dwi Hastuti
26 Ratna K SP = Sangat Puas
P = Puas
CP = Cukup Puas
TP = Tidak Puas
TABEL RESPONDEN No
Nama
Alamat
Jenis Kelamin
Umur (tahun)
Pendidikan
Pekerjaan
Jarak Warnet (m)
Intensitas Kunjungan
Jam kunjungan
1
I Made Ratih R
Pawisman Gedangan, Kebakkramat
P
22
Tamat PT
Wiraswasta
> 1500
1-2
12.00-18.00
2
M. Firman
Masaran, Sragen
L
19
Tamat SLTA
Mahasiswa
> 1500
5-6
12.00-18.00
3
Yulita H
Ngoresan, Surakrta
P
22
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
1-2
12.00-18.00
4
Pertiwi Sakti R
Jl. Kartika 1, Ngoresan, Surakarta
P
19
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
1-2
18.00-24.00
5
Tri Wijayanti
Jl. Ki Hajar Dewantara no. 78 Jebres, Surakarta
P
18
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
3-4
18.00-24.00
6
Daru Sukma S
Jl. Sawo 3, Perumnas Palur, Karanganyar
L
21
Tamat SLTA
Mahasiswa
> 1500
1-2
12.00-18.00
7
Twinike Sativa F
Jl. Bintan No.7 3/II Grogolan, Surakarta
P
19
Tamat SLTA
Mahasiswa
> 1500
1-2
12.00-18.00
8
Suranto
Putat, Pondok, Kr.Anom,Klaten
L
23
Tamat PT
Wiraswasta
> 1500
1-2
18.00-24.00
9
Chandra P
Gulon, Surakarta
L
17
Tamat SLTP
Pelajar
1000-1500
3-4
12.00-18.00
10 Biru Sukma D
Mojosongo
P
19
Tamat SLTA
Wiraswasta
1000-1500
5-6
06.00-12.00
11 Rita Setyowati
Karanganyar
P
21
Tamat PT
Wiraswasta
> 1500
5-6
12.00-18.00
12 Dwi Aris S
Mojosongo, Rt 2 Rw 32 Jebres, Surakarta
L
29
Tamat PT
PNS
< 500
3-4
18.00-24.00
13 Alpa Chandra W Josroyo Indah, Jaten, Karanganyar
L
20
Tamat SLTA
Mahasiswa
1000-1500
1-2
18.00-24.00
14 Heri Nismanto
Jl. Halilintar no.117
L
22
Tamat SLTA
Mahasiswa
> 1500
1-2
18.00-24.00
15 Agus Kusuma
Tejo I Rt/Rw 1/XVI, Jebres, Surakarta
L
20
Tamat SLTA
Mahasiswa
>1500
1-2
18.00-24.00
16 Ika Fitriyani
Surakarta
P
22
Tamat SLTA
Mahasiswa
<500
1-2
18.00-24.00
17 Yetty Wihertanti Jl. Surya 1 Kec. Jebres Tengah, Surakarta
p
20
Tamat SLTA
Mahasiswa
500-1000
1-2
12.00-18.00
18 Anik Sri M
Jl. Ki Hajar Dewantara
p
18
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
1-2
18.00-24.00
19 Mualwi W
Rt 2 Rw 25 Jebres Tengah Surakarta
L
18
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
1-2
18.00-24.00
20 Dandy Andreas
Mantung, Rt 1 Rw 14 Sanggrahan, Grogol, SKH
L
18
Tamat SLTA
Mahasiswa
> 1500
1-2
12.00-18.00
21 Yiyis Zubaidah
Jl. Kartika, Ngoresan, Jebres, Surakarta
P
21
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
1-2
12.00-18.00
22 Bagus Hartanto
Sawah Karang Rt 3 Rw 23 Panggung Rejo
L
19
Tamat SLTA
Mahasiswa
500-1000
1-2
18.00-24.00
23 Marchella
Jl. Surya, Jebres Tengah, Surakarta
P
19
Tamat SLTA
Mahasiswa
500-1000
3-4
18.00-24.00
24 Isnanto Sektio U Jenggrik Rt 1/III Gayamdumpo, Karanganyar
L
18
Tamat SLTA
Mahasiswa
> 1500
1-2
12.00-18.00
25 Sri Dwi Hastuti
Sawah Karang, Panggungrejo, Jebres
P
18
Tamat SLTA
Mahasiswa
500-1000
1-2
18.00-24.00
26 Ratna K
Jl. Ki Hajar Dewantara, Jebres, Surakarta
P
19
Tamat SLTA
Mahasiswa
< 500
3-4
12.00-18.00
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Surya, Jebres, Jebres, Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Mojosongo, Jebres, Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Urip Sumoharjo, Jebres, Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir. Juanda, Jebres, Surakarta
Warnet yang menempati lokasi di Jalan Ir Sutami, Jebres, Jebres, Surakarta