IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA PADA PEMUDA DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta)
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
OKTARIA ANDANI A 220120054
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA PADA PEMUDA DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Yan g dipersiapkan dan disusun oleh: OKTARIA ANDANI A220120054
Naskah Publikasi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Tanggal: 4 Januari 2017 Pembimbing
Agus Prasetyo, S.Pd M.Pd DTT 1040
i
HALAMAN PENGESAHAN
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA PADA PEMUDA DI MASYARAKAT (Studi Kasus di Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
oleh OKTARIA ANDANI A 220120054 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari : Kamis Tanggal 19 Januari 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1.
Agus Prasetyo, S.Pd.,M.Pd
(
)
(
)
(
)
(Ketua Dewan Penguji) 2.
Dr. Ahmad Muhibbin, M.Si (Anggota I Dewan Penguji)
3.
Drs. Achmad Muthali’in, M.Si (Anggota II Dewan Penguji)
Dekan,
Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum NII.19650428 1993031 001
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 4 Januari 2017 Penulis
OKTARIA ANDANI A 220120054
iii
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BHINEKA TUNGGAL IKA PADA PEMUDA DI MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KELURAHAN SUDIROPRAJAN KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di masyarakat Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta meliputi pelaksanaan, kendala yang dihadapi, dan solusi yang diberikan. Penelitian ini berjenis kualitatif, dengan strategi studi kasus tunggal. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dengan triangulasi sumber data dan triangulasi teknik pengumpulan data. Analisis datanya menggunakan teknik analisis interaktif melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan beberapa hasil. Pertama implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di masyarakat diwujudkan dengan menghormati orang atau kelompok lain, menerima perbedaan pendapat orang atau kelompok lain; menghargai perbedaan agama orang lain; menciptakan kerukunan; saling tolong menolong, serta bermusyawarah dalam mengatasi permasalahan. Kedua, kendala yang dihadapi ketika pelaksanaan nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika yaitu pemuda dalam rapat menganggap pendapatnya lebih baik dari pendapat orang lain, pemuda tidak menerima perbedaan pendapat anggota lainnya, pemuda sebagian memiliki sikap fanatik terhadap agamanya masing-masing, pemuda tidak antusias mengikuti kegiatan yang ada di dalam masyarakat, pemuda disibukan dengan aktifitas pribadi dan pemuda tidak bisa mengontrol emosi ketika menemui perbedaan dalam bermusyawarah, pihak Kelurahan harus memberikan sanksi yang tegas bagi pemuda atau warga yang terindikasi melakukan kekerasan sehingga merusak kerukunan di Kelurahan Sudiroprajan, setiap keluarga perlu memberikan perhatian atau nasehat bagi anak-anaknya (pemuda) untuk berpartispasi di lingkungan masyarakat terkait tolong menolong, dan pemuda perlu terus melatih untuk berbicara di depan publik, sehingga memberikan saran-saran yang positif dalam mengatasi permasalahan di masyarakat Kata Kunci : implementasi, nilai-nilai, Bhinneka Tunggal Ika ABSTRACT
This study aims to describe the implementation of the values of Unity in Diversity on youth in the Village community Sudiroprajan Jebres District of Surakarta include implementation, obstacles encountered, and the solutions provided. This research was qualitative, with a single case study strategy. Data collection techniques in this study were interviews, observation, and documentation. Test the validity of the data by triangulation triangulation of data sources and data collection techniques. Analysis of the data using interactive analysis techniques through data collection, data reduction, presentation and conclusion.
1
This study shows some results. The first implementation of the values of unity in diversity in the youth in the community realized with respect realized by another person or group, accept differences of opinion another person or group; respect religious differences of others; creating harmony; helping each other, as well as deliberation in addressing the issue. Second, obstacles encountered when implementing the values of national unity which the youth in the meeting considers his opinion better than other people's opinions, youths do not accept dissent other members, youth portion has a fanatical attitude towards their religion, youth does not enthusiastically followed the activities that is in the community, youth preoccupied with the activities of the personal and the young man can not control their emotions when encountering differences in deliberation, the village must give strict sanctions for youth or residents who indicated to the violence that undermine harmony in Sub Sudiroprajan, every family needs to give attention or advice for children (youth) to participate in communities related to mutual help, and youth need to continue training for speaking in public, so as to give positive suggestions in overcoming the problems in society Keywords: implementation, values, Unity in Diversity 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang majemuk. Menurut Hardiman (2002:4), Indonesia dalam membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasional selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam satu wadah yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Guna menyatukan kemajemukan, Bangsa Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebut berasal dari Bahasa Jawa Kuno. Semboyan itu memiliki arti “berbeda-beda tapi tetap satu jua”. Semboyan ini sangat cocok untuk keadaan bangsa Indonesia yang dihuni oleh beragam suku, ras, agama, dan kebudayaan. Nilai kesatuan amat dijunjung tinggi oleh leluhur bangsa Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika rupanya juga terkait dengan filsafat, ideologi Pancasila, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Bhinneka Tunggal Ika juga memiliki keterkaitan dengan simbol pemersatu bangsa Indonesia seperti bendera nasional, lagu kebangsaan, dan bahasa. Keterkaitan yang dimaksud untuk memperkuat gagasan bahwa Bhinneka Tunggal Ika telah tertanam dalam kehidupan dan karakter bangsa Indonesia. Realitanya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika mulai luntur dari kehidupan masyarakat Indonesia. Tindakan yang dilakukan sebagian masyarakat, justru cenderung berlawanan dengan semboyan tersebut. Di beberapa daerah di Indonesia dapat ditemukan konflik antar suku, ras ataupun agama. Berita terkait konflik etnis pernah diinformasikan Oke Zone (2016), mengenai perang suku di Timika. Dampak perang suku yang terjadi di Iliale Kampung Tunas Matoa
2
Distrik Kwamki Narama Mimika pada 24 Juli 2016, sempat meluas hingga ratusan warga Jemaat GIDI mengungsi ke Sentani Kabupaten Jayapura. BBC (2016) juga pernah memberitakan serangan di salah satu gereja di Medan. Pria yang menyerang tersebut menyamar sebagai jemaat dan ikut misa di Gereja Santo Yosep Medan pada Minggu (28 Agustus 2016). Pria itu sebelum menyalakan benda mirip bom, sempat menyerang pastor Albert Pandiangan dengan pisau. Dua peristiwa di atas menjadi bukti bahwa permasalahan lunturnya nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, terjadi pada masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia yang berbudaya, memiliki sistem-sistem nilai yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika. Cara masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi sangat bergantung pada budaya, bahasa, aturan, dan norma masing-masing. Budaya memiliki tanggung jawab atas seluruh perbendaharaan perilaku komunikatif dan makna yang dimiliki setiap orang. Wrenn (1962) berpendapat bahwa kegagalan dalam menghargai perbedaan, berkaitan dengan latar belakang budaya. Menurut Hefner (1987) ide nasionalis pasca kolonial mencerminkan ikatan primordial kekerabatan, bahasa, etnis, dan agama secara bertahap sehingga memberikan arti lebih menyeluruh dari komunitas politik nasional. Mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika pada masyarakat Indonesia juga menemui tantangan. Problem utamanya adalah setiap individu memiliki kecenderungan menganggap bahwa budayanya sebagai suatu keharusan tanpa perlu dipersoalkan lagi (Mulyana dan Rakhmat, 2003:vii). Setiap orang akan menggunakan budayanya sebagai standarisasi untuk mengukur budaya-budaya lain. Salah satu bentuk aktivitas komunikasi antar budaya yang nyata di dalam Bhinneka Tunggal Ika terlihat dalam kehidupan keluarga perkawinan campuran, yang tidak mempermasalahkan perbedaan agama. Pemerintahan Indonesia yang berdaulat memiliki posisi yang sangat penting, baik sebagai penentu kebijakan maupun sebagai pelaksana dalam arti mengkoordinasikan kegiatan pertahanan dan pembelaan terhadap negara. Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika perlu diwujudkan di lingkungan masyarakat, tidak terkecuali oleh para pemuda. Pemuda harus berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam mengamalkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan kajian ilmiah mengenai implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di Kelurahan Sudiro Prajan Kecamatan Jebres Surakarta. Wilayah Kelurahan Sudiro Prajan Kecamatan Jebres Surakarta yang memiliki keragaman etnis, dianggap sebagai salah satu lokasi yang cocok untuk diteliti terkait Bhinneka Tunggal Ika. Tema penelitian ini memiliki keterkaitan dengan Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikian Universitas Muhammadiyah Surakarta. Keterkaitannya terletak pada visi Prodi PPKn FKIP UMS yang terdapat kata
3
“membentuk bangsa yang berkarakter kuat dan memiliki kesadaran konstitusi menuju masyarakat madani”. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Prodi PPKn FKIP UMS meletakkan perhatian pada permasalahan nilai atau karakter bangsa, yang selaras dengan tema penelitian ini. Keterkaitan yang lain dengan adanya mata kuliah Sosiologi Indonesia dan Pendidikan Multikultural di Prodi PPKn FKIP UMS. Tema penelitian ini dianggap selaras dengan cakupan mata kuliah Sosiologi Indonesia dan Pendidikan Multikultural, yang memfokuskan pada masalah-masalah sosial dan budaya di dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang penting dan bersifat abstrak, sekaligus dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam bertindak atau berbuat dalam kehidupan sosial. Maksud nilai yang bersifat abstrak seperti penilaian baik atau buruknya sesuatu, penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar. Hirearki nilai sangat tergantung dari sudut pandang subjek yang memberikan penilaian. Misalnya orang materialis, akan meletakkan nilai-nilai materi pada tingkat yang paling tinggi. Begitu juga sebaliknya pada orang religius, akan menempatkan nilai-nilai agama pada tingkatan yang paling tinggi. Indonesia yang dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dalam menyelenggarakan kehidupan nasional selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan dalam satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Hardiman, 2002:4). Penyelenggaraan tata kehidupan bangsa dan negara Indonesia disusun atas dasar hubungan timbal balik antara falsafah Pancasila, cita-cita, tujuan nasional, sosial budaya, dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran tentang kemajemukan serta ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya dengan mengutamakan persatuan nasional. Nilai-nilai yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika mempunyai fungsi sebagai motivasi dan rambu-rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, serta perbuatan dalam bermasyarakat. Bhinneka Tunggal Ika juga berfungsi untuk mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Pemahaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika harus dijadikan arahan, pedoman, acuan, dan tuntunan bagi setiap individu dalam bertindak serta memelihara tuntutan bangsa yang terintegrasi secara nasional demi keutuhan NKRI yang dikenal dengan masyarakat multikultural. Menurut Setyani (2009:18), semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis di pita berwarna dasar putih yang dicengkram oleh cakar Burung Garuda Pancasila adalah semboyan yang berasal bahasa Jawa Kuno. Perkataan Bhinneka itu adalah gabungan dua perkataan, yakni Bhinna dan Ika. Kalimat itu seluruhnya dapat disalin “Keragaman dalam
4
persatuan dan persatuan dalam keagaman”. Frase ini sangat dalam maknanya karena menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kalimat itu telah tua dan pernah dipakai oleh pujangga ternama Empu Tantular dalam buku Sutasoma dan negarawan Prabu Hayam Wuruk serta Patih Gajah Mada di zaman peradapan Majapahit pada abad XIV. Untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, baik warga maupun pemimpin harus dapat menjadikannya sebagai landasan visional yang terintegrasi dalam menyelenggarakan kehidupan nasional yang sinergis (Supardan, 2008:135). Dalam masyarakat Indonesia yang multikultural-integral, konsepsi aspirasinya terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Maknanya adalah menghubungkan daerah-daerah dan suku bangsa yang berbeda-beda dalam satu wadah yang disebut nusantara. Menurut Dempsey and all (2016), menyatakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah The textbooks’ explanations of Bhinneka Tunggal Ika are also associated with (1) philosophy, ideology and the foundation of the state, Pancasila (the Five Principles); (2) the Constitution of the Republic of Indonesia 1945; (3) Unifying symbols of the nation‐state of Indonesia such as the national flag, anthem, and language; (4) history of the struggle of Indonesia for independence; and (5) the Oath of Youth. The explanations are intended to reinforce the idea that Bhinneka Tunggal Ika has been embedded in the life and the character of the nation‐state of Indonesia. It represent its soul and its character. Dengan mewujudkan dan mengaktualisasikan pemahaman nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika, diharapkan segenap komponen bangsa dapat mengintegrasikan seluruh kehidupan berkebangsaan dengan menjunjung tinggi nasionalisme demi mempertahankan NKRI. Menurut Rosenthal and Levy (2012), menyatakan bahwa multikulturalisme adalah endorsement of multiculturalism may also take the form of learning to appreciate and value different groups’ positive contributions to a diverse society. Penelitian Fraenkel (1977) “A Value is an idea- a concept about- what some thinks is important in life (nilai adalah ide atau konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang atau dianggap penting oleh seseorang).
2. METODE PENELITIAN Tempat penelitian ini di wilayah Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Tahap–tahap pelaksanaan dalam penelitian ini dimulai dari persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitan. Secara keseluruhan semua kegiatan dilakukan selama kurang lebih 4 bulan, yaitu sejak bulan Agustus sampai November 2016. Menurut Sugiyono (2010:9-12), metode penelitian naturalistik atau kualitatif adalah metode yang digunakan untuk meneliti tempat yang alamiah dan peneliti tidak membuat perlakuan karena pengumpulan data bersifat
5
emic yaitu berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti. Menurut Nawawi dan Martini (1992: 49), Data kualitatif merupakan data yang menunjukan kualitas atau mutu dari suatu yang berupa keadaan, proses, dan kejadian yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, karena data penelitian ini berupa kata-kata tertulis atau lisan, perilaku dari orang-orang yang diamati, juga data tertulis dari dokumen. Kasus dalam penelitian ini adalah Implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di masyarakat, berikut kendala dan solusi implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika pada pemuda di masyarakat. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik analisis data model interaktif. Menurut Miles dan Huberman (1992:15-19), proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Proses pengimplementasian nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika banyak hal yang ditemukan peneliti yang berpatokan pada indikator-indikator yang telah ditentukan. Temuan tersebut secara rinci akan dipaparkan dalam tabel berikut ini. Tabel. Rangkuman Hasil Penelitian Rumusan Masalah Indikator Hasil Temuan 1. Implementasi 1. Menghormati Sikap pemuda yang menghormati orang nilai-nilai orang atau lain pada saat bertemu di jalan, Bhinneka kelompok lain. menghadiri acara silaturahmi atapun Tunggal Ika forum antar umat beragama di Kelurahan pada pemuda Sudiroprajan di Kelurahan 2. Menerima Sikap pemuda ketika menghadiri rapat Sudiro Prajan perbedaan saat bermusyawarah memutuskan sebuah Kecamatan pendapat orang persoalan. Jebres Kota atau kelompok Surakarta lain. 3. Menghargai Sikap kerjasama antara pemuda dalam perbedaan agama menyelenggarakan acara tertentu. orang lain 4. Menciptakan Partisipasi pemuda dalam kegiatankerukunan. kegiatan kemasyarakatan dan menjaga interaksi yang positif dengan orang lain. 5. Saling tolong Kepedulian pemuda membantu warga
6
menolong
lain yang terkena musibah dan berpartisipasi dalam acara keagamaan seperti Kurban Idul Adha. Partisipasi pemuda yang hadir dalam rapat untuk mengambil keputusan dalam suatu persoalan.
6. Bermusyawarah dalam mengatasi persoalan. 2. Kendala dan 1. Menghormati a. Kendala: solusi dalam orang atau 1) Pemuda terkadang me-nganggap implementasi kelompok lain. pendapatnya lebih baik dari pendapat nilai-nilai orang lain. Bhinneka 2) Pemuda dihadapkan pada Tunggal Ika keanekaragaman status sosial di pada pemuda di masyarakat Kelurahan b. Solusi: Sudiro Prajan 1) Sosialisasi/pemahaman kepada pemuda, Kecamatan terkait pentingnya sikap menghargai Jebres Kota orang lain. Surakarta 2) Mengadakan acara-acara secara berkala guna memupuk sikap saling menghormati pada pemuda. 3) Pemuda harus menimba ilmu pada jejang pendidikan formal setinggitingginya, agar memiliki pemahaman tentang nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika melalui pelajaran di sekolah. 2. Menerima a. Kendala: perbedaan 1) Pemuda dalam rapat terkadang tidak pendapat orang menerima perbedaan pendapat anggota atau kelompok lainnya. lain. 2) Pemuda terkadang apatis dalam memberikan pendapat, karena cukup mengikuti saran dari orang yang lebih tua. b. Solusi: 1) Sosialisasi serta pemahaman kepada pemuda, terkait pentingnya sikap menerima perbedaan pendapat orang lain. 2) Pemuda harus menempuh jenjang pendidikan formal setinggi-tingginya agar memiliki perkembangan kognitif yang baik. 3. Menghargai a. Kendala: perbedaan 1) Pemuda sebagian memiliki sikap fanatik agama orang lain terhadap agamanya masing-masing.
7
2) Pemuda terkadang tidak menghadiri acara keagamaan. b. Solusi: 1) Sosialisasi serta pemahaman kepada pemuda, terkait pentingnya sikap menghargai agama orang lain. 2) Pihak kelurahan harus memberikan sanksi yang tegas bagi pemuda atau warga yang terindikasi melakukan penistaan agama. 4. Menciptakan a. Kendala: kerukunan. 1) Pemuda sebagian tidak antusias mengikuti kegiatan yang bertujuan menjalin kerukunan antar masyarakat. 2) Pemuda mengalami perkembangan psikologis yang akhirnya mempengaruhi emosi. Pemuda bisa menciptakan konflik fisik apabila tersinggung. b. Solusi: 1) Sosialisasi serta pemahaman kepada pemuda, terkait pentingnya menjaga kerukunan. 2) Pihak Kelurahan harus memberikan sanksi yang tegas bagi pemuda atau warga yang terindikasi melakukan kekerasan sehingga merusak kerukunan di Kelurahan Sudiroprajan. 5. Saling tolong a. Kendala: menolong 1) Pemuda disibukkan dengan aktivitas pribadi seperti sekolah, kuliah, atau bekerja. 2) Pemuda kurang berpengalaman dalam melakukan pekerjaan seperti tukang atau buruh bangunan, sehingga tidak bisa memberikan bantuan yang optimal. b. Solusi: 1) Setiap keluarga perlu memberikan perhatian atau nasehat bagi anakanaknya (pemuda) untuk berpartisipasi di lingkungan masyarakat terkait tolong menolong. 2) Pemuda harus pintar-pintar mengatur waktu antara kesibukan pribadi dan masyarakat. 3) Pemuda semaksimal mungkin memberikan bantuan tenaga bagi warga
8
yang membutuhkan 6. Bermusyawarah a. Kendala: dalam mengatasi 1) Pemuda terkadang tidak bisa persoalan. mengontrol emosi ketika menemui perbedaan dalam bermusyawarah. 2) Pemuda pasif dalam kegiatan rapat, sehingga tidak banyak memberikan saran. b. Solusi: 1) Pemuda perlu terus melatih mengontrol emosi, khususnya ketika bermusyawarah di depan publik. 2) Pemuda perlu terus melatih untuk berbicara di depan publik, sehingga memberikan saran-saran yang positif dalam mengatasi permasalahan di masyarakat. Temuan di atas selaras dengan indikator yang diungkapkan Departenmen Pendidikan Nasional (2009:12) dan Soeprapto (2012) dalam implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Menurut Departemen Pendidikan Nasional, indikator nilai Bhinneka Tunggal Ika dijabarkan pada dua hal yaitu menghormati terhadap minoritas (kelompok kecil) dan menerima dan menghargai perbedaan. Sedangkan
menurut
Soeprapto
juga
memberikan
pendapatnya
mengenai
perwujudan Bhinneka Tuggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Indikator nilai-nilai Bhinneka Tuggal Ika adalah kehidupan bermasyarakat tercipta kerukunan seperti halnya dalam sebuah keluarga, antara warga masyarakat terdapat semangat tolong menolong, kerjasama untuk menyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dalam menyelesaikan urusan bersama selalu diusahakan dengan melalui musyawarah, terdapat kesadaran dan sikap yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. Berdasarkan kedua pendapat di atas disimpulkan bahwa indikator implementasi nilai-nilai Bhinneka Tungal Ika yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah menghormati orang atau kelompok lain, menerima perbedaan pendapat orang atau kelompok lain, menghargai perbedaan agama orang lain, menciptakan kerukunan, saling tolong menolong dan bermusyawarah dalam mengatasi persoalan.
9
4. SIMPULAN Implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dipandang cukup penting, karena memfokus-kan pada masalah-masalah sosial dan budaya di dalam masyarakat. Nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika perlu diwujudkan di lingkungan masyarakat, tidak terkecuali oleh para pemuda. Pemuda harus berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam mengamalkan nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Petugas yang memberikan sosialisasi terkait implementasi nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika dalah pihak Kelurahan dan tokoh masyarakat. Pihak Kelurahan dan tokoh masyarakat memberikan sosialisasi terkait saling menghormati orang atau kelompok lain, menerima perbedaan pendapat dan menghargai agama orang lain, menciptakan kerukunan, dan saling tolong menolong serta bermusyawarah dalam mengatasi permasalahan. Pihak kelurahan berserta tokoh masyarakat dalam memberikan sosialisai dan pemahaman mengenai hal-hal tersebut yang dipaparkan di atas sudah dilakukan dengan baik. Implementasi nilai-nilai Bhineka Tunggal Ika pada pemuda menemui kendala. Kendalanya antara lain terdapat beberapa kendala, diantaranya yaitu: pemuda menganggap pendapatnya lebih baik dan tidak menerima pendapat orang lain, pemuda dihadapkan pada keanekaragaman status sosial, pemuda memiliki sikap fanatik terhadap agamanya, pemuda tidak antusias dalam mengikuti kegiatan, pemuda tidak dapat mengontrol emosi, serta pemuda pasif dalam kegiatan karena disibukkan dengan aktivitas pribadi. Solusi untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah diadakannya sosialisasi dan pemahaman terkait pentingnya sikap saling menghargai orang/kelompok lain, menerima perbedaan pendapat dan agama orang lain, menciptakan kerukunan, dan saling tolong menolong, serta bermusyawarah dalam mengatasi permasalahan. Solusi yang lain yaitu kelurahan mengadakan acara-acara secara berkala, pemuda menempuh jenjang pendidikan formal, dan kelurahan memberikan sanksi tegas bagi pemuda atau warga yang melakukan penistaan agama.
DAFTAR PUSTAKA BBC. 2016. Terduga Pelaku Serangan di Gereja Medan Terinspirasi Teror Prancis. Dikutip dari http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/08/160828_indonesia_medan_penyelidikan diakses pada hari Minggu pukul 13.05 wib. Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hardiman. 2002. Kumpulan Handout: Tekstur Pangan. PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
10
Heffner, Robert W Ed). 2000. Budaya Pasar, Masyarakat dan Moralitas Dalam. Modalisme Asia Barat. Jakarta:LP3ES. Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif (Buku Sumbe tentang Metode-metode Baru). Jakarta: UIP. Mulyana, Deddy dan Jalaludin Rahmat. 2003. Komunikasi Antar Budaya. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya. Nawawi, Hadari dan Martini Hadari. 1992. Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Okezone. 2016. Dampak Perang Suku di Timika, Ratusan Warga Mengungsi ke Sentani Jayapura. Dikutip dari http://news.okezone.com/read/2016/07/28/340/1449371/dampak-perang-suku-di-timika-ratusan-warga-mengungsi-ke-sentanijayapura diakses pada hari Minggu pukul 13.32 wib. Setyani, Rita Jiwa.2009. Peningkatan keaktifan siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran matematika, Skripsi, UMS (tidak diterbitkan). Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supardan, Dadang 2008, Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajain Pendekatan Structural Jakarta: Bumi Aksara. Wren & Martin’s, 1979. High School English Grammar and Composition, revised and Adapted by Serkis S.J. Seventh Edition, New Delhi:S.Chand & Company LTD.
11