Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Kajian Ekologi Tumbuhan Liana di Hutan Primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara Nira Wati dan Binari Manurung Program Studi Biologi, Universitas Negeri Medan,
[email protected] ABSTRAK Liana adalah salah satu jenis tumbuhan yang menjadi penciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis dan keberadaannya menambah keanekaragaman jenis tumbuhan pada ekosistem hutan tersebut. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman liana, indeks kemerataan, indeks kekayaan, indeks dominansi, Indeks Nilai Penting (INP%), dan indeks kesamaan liana antar transek di hutan primer resort sei betung Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2015 hingga Maret 2016. Metode yang digunakan adalah metode kuadrat dengan pengambilan sampel dilakukan pada satu stasiun terdiri dari 4 transek dan 40 plot pengamatan dengan ukuran setiap petak contoh 20 m x 20 m. Pengambilan sampel liana menggunakan intensitas sampling 0,6% dari 3000 Ha. Variabel yang diamati meliputi jenis dan jumlah individu liana serta keliling setiap individu liana. Hasil penelitian ditemukan 32 jenis liana dengan 677 jumlah total individu liana. Keanekaragaman liana sebesar 3,037 dengan kategori keanekaragaman tinggi, kemerataan liana termasuk kategori tinggi dengan nilai sebesar 0,876, kekayaan liana sebesar 4,756 termasuk kedalam kategori sedang, indeks dominansi liana termasuk kategori sedang dengan nilai 0,109, Indeks Nilai Penting liana tertinggi yaitu Uncaria glabra (Rubiaceae) dan Tetrasigma hookeri (Vitaceae) dan tipe vegetasi liana dihutan primer resort sei betung Taman nasional Gunung Lesuser (TNGL) yaitu Rubiaceae-Vitaceae serta indeks kesamaan liana antar transek memiliki nilai lebih dari 50% sehingga berdasarkan aturan 50% dari Kendeigh (1980) maka liana-liana yang terdapat pada transektransek yang diamati yang berada dalam hutan Primer Taman Nasional Gunung Leuser masih tetap termasuk dalam satu komunitas/vegetasi yang sama yaitu Rubiaceae-Vitaceae. Kata Kunci : Tumbuhan Liana, Keanekaragaman, Ekosistem Ecologycal Study of Liana Plant in Primary Forest of Gunung Leuser NationalParkResortSeiBetungBesitang SubdistrictLangkatDistrict, North Sumatera ABSTRACT Liana is one species that became a distinctive identifier of a tropical rain forest ecosystem and its presence adds to the diversity of plant species in the forest ecosystem. The purpose of this study is to know the liana diversity, evenness index, richness index, dominance index, Importance Value Index (INP%), and the similarity index between transects lianas in primary jungle resort Sei Betung Gunung Leuser National Park. This research was conducted in October 2015 until March 2016. The method used is the method of least squares with sampling done at the station consists of four transects and 40 plots each observation with the size of the sample plots of 20 m x 20 m. Liana sampling using sampling intensity of 0.6% of 3000 Ha. The observed variables include the type and number of individuals as well as the circumference of each individual liana. The research result there was 32 species of lianas and 677 the total number of individual climbers. Diversity liana of 3.037 categories of high diversity, evenness liana including high category with a score of 0.876, reachnes of liana of 4.756 included into the category of medium, dominance index liana is medium category with a value of 0.109, Importance Value Index liana highest Uncaria glabra (Rubiaceae) and Tetrasigma Hookeri (Vitaceae) vegetation types of liana in primary forest sei resort betung Gunung Leuser National Park was Rubiaceae-Vitaceae and liana similarity index between transect has a value of more than 50% so that by rule 50% of Kendeigh (1980) that liana- liana contained in transect-transects were observed that were in the Primary forest Gunung Leuser National Park is still included in the one community or vegetation namely Rubiaceae-Vitaceae. Keywords: Liana, Biodiversity, Ecosystem
32
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Pendahuluan
liana sebagai sumber pakan, orangutan juga menggunakan liana dalam aktivitas hariannya sebagai sarana pendukung sewaktu lokomosi pindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain. Berdasarkan informasi tersebut dapat dikatakan bahwa tumbuhan liana mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan satwa yang terdapat di dalam hutan primer serta kelestarian hutan tersebut namun data mengenai kajian ekologi tumbuhan liana di hutan primer resort sei betung masih relatif terbatas. Oleh sebab itu penelitian mengenai kajian ekologi tumbuhan liana dihutan primer resort sei betung Taman Nasional Gunung Leuser dilakukan untuk memperoleh dan melengkapi data mengenai kajian ekologi tumbuhan liana di hutan primer resort sei betung Taman Nasional Gunung Leuser yang akan dijadikan sumber informasi untuk pelestarian hutan sekaligus sebagai penunjang untuk kelestarian habitat satwa yang terdapat di dalamnya.
Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya serta memiliki sifat-sifat ekologis yang unik (Rangkuti dkk, 2012) . Hutan primer diresort sei betung Taman Nasional Gunung Leuser merupakan hutan hujan tropis dan memiliki keanekaragaman berbagai jenis tumbuhan seperti Meranti (Shorea sp), Bulung ayam (Hopea blangeran), Medang (Litsea sp), Kruing (Dipterocarpus sp) serta jenis tumbuhan liana seperti Tetrastigma sp., Calamus sp., suku Piperaceae, suku Leguminaceae, dll. Satwa liar yang terdapat dihutan alami yaitu Gajah (Elephas maximus), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca memestriana), Beruang (Helarctos malayanus), Rusa (Cervus unicolor), Orangutan Sumatera (Pongo abelii) dll. Hutan merupakan komponen terpenting bagi kehidupan hewan dan satwa liar yang terdapat didalamnya. Hubungan antara satwa liar dan tumbuh-tumbuhan bersifat dua arah. Sebagian besar satwa liar tergantung pada hutan terutama sebagai tempat tinggal , sumber pakan dan melakukan aktivitas lainnya. Siklus hidup tumbuhan hutan juga banyak bergantung pada satwa liar seperti penyerbukan bunga, penyebaran biji dan proses lainnya dilakukan oleh satwa liar salah satunya yaitu orangutan (Rangkuti dkk, 2012). Salah satu tumbuhan yang berada didalam hutan primer resort sei betung Taman Nasional Gunung Leuser adalah liana. Liana merupakan tumbuhan pemanjat, banyak ditemukan di hutan hujan tropis dan keberadaannya menambah keanekaragaman jenis pada struktur vertikal hutan serta merupakan salah satu ciri dari hutan hujan tropis (Setia, 2009). Liana juga mempunyai peranan penting bagi kehidupan satwa yang terdapat didalam hutan salah satunya bagi satwa liar yaitu orangutan. Orangutan (Pongo sp.) merupakan hewan yang mempunyai gaya hidup soliter dan mempunyai ukuran tubuh yang besar (Suhartono, 2007). Saat ini orangutan hanya ditemukan di hutan tropis di pulau Sumatera dan Kalimantan (Bismark, 2005). Hewan ini dalam melakukan aktivitas hariannya seperti makan, lokomosi dan istirahat lebih sering arboreal di pepohonan hutan dengan struktur vertikal hutan yang terdiri antara lain dalam bentuk pohon dan liana dari pada di permukaan tanah (Setia, 2009). Berdasarkan penelitian Setia (2009) orangutan mendapatkan sumber pakan yang diperoleh dari tumbuhan liana yaitu berupa buah, bunga, daun dan kuncup. Selain menggunakan
Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2015 hingga Maret 2016. Populasi dan Sampel. Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh tumbuhan liana yang terdapat dikawasan hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung. Pada penelitian ini sampel meliputi seluruh tumbuhan liana yang masuk kedalam plot sampel pengamatan. Jenis Penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif survey yaitu penelitian yang mengeksploitasi berbagai jenis liana yang dilakukan dengan mendata langsung dilapangan. Prosedur Penelitian. Penelitian ini diawali dengan persiapan yaitu meliputi persiapan lokasi dan penentuan kurva spesies area selanjutnya tahap pelaksanaan yaitu membuat garis transek sebagai wilayah yang akan dijadikan pengambilan sampel yaitu satu stasiun meliputi empat transek dan satu transek meliputi 10 plot dengan jarak antar transek 100 m dan jarak antar plot 10 m kemudian tahap pengamataan sampel dan identifikasi hingga menemukan jenis spesies liana serta mengambil data berupa keliling liana untuk perlengkapan pengolahan data. Teknik Analisis Data. Data yang diperoleh dari lapangan diolah secara manual, setelah data dikumpul, diolah, kemudian disajikan dalam
33
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
bentuk tabel dan dijabarkan secara deskriptif. Data yang diolah yaitu indeks keanekaragaman, indeks kemerataan, indeks kekayaan, indeks dominansi, indeks nilai penting, dan indeks kesamaan.
Nilai Indeks kekayaan liana total yaitu R = 4,756 dengan kategori sedang. Nilai Indeks dominansi liana total yaitu C = 0,109 dengan kategori rendah. Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi pada transek 1 yaitu Tetrastigma hookeri dengan nilai 54,628, INP tertinggi pada transek 2 yaitu Uncaria glabra dengan nilai INP 55,934, INP tertinggi pada transek 3 yaitu Uncaria glabra dengan nilai INP 51,184 dan INP tertinggi pada transek 4 yaitu Uncaria glabra dengan nilai 65,523. Indeks Nilai Penting Liana total yang tertinggi yaitu Uncaria glabra (Rubiaceae) dengan nilai INP 46,145% diikuti oleh Tetrastigma hookeri (Vitaceae) dengan nilai INP 43,277%. Indeks Kesamaan jenis liana transek 1 dengan transek 2, transek 1 dengan transek 3 dan transek 1 dengan transek 4 sebesar 98,413%. Indeks Kesamaan transek 2 dengan transek 3 sebesar 100% sedangkan indeks kesamaan transek 2 denga transek 4 dan transek 3 dengan transek 4 memiliki nilai indeks kesamaan 96,774%. Berdasarkan hasil penelitian Kajian Ekologi Tumbuhan Liana di Hutan Primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat Sumatera Utara dengan metode kuadrat dan berjumlah 40 plot dengan luas petak contoh 20 m x 20 m ditemukan 32 jenis liana dengan 677 individu. Adapun jenis tumbuhan liana yang paling banyak ditemukan dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kabupaten Besitang dari 40 plot yaitu Uncaria glabra dengan jumlah 110 individu diikuti oleh Macrolenes sp. 92 individu, Tinomiscium phytocrenoides 47 individu, Ziziphus sp. 44 individu dan Tetrastigma hookeri dengan jumlah 41 individu dengan faktor fisiko kimia hutan primer resort sei betung sebagai tempat pengamatan yaitu pH berkisar 4-5, kelembaban tanah berkisar 80-85%, kelembaban udara berkisar 95-97,5%, suhu udara berkisar 25-27°C dan intensitas cahaya matahari berkisar 600-800 Cd. Berdasarkan penelitian Restiani, dkk (2013) mengenai liana dengan judul “Keanekaragaman Tumbuhan Liana di Hutan Musim Blok Curah Taman Nasional Baluran” dengan jalur belt transek ditemukan 24 jenis liana dengan kondisi faktor fisiko-kimia lingkungan yaitu suhu 32,1 C, kelembaban udara 72,3% dan intensitas cahaya 1217,8 Cd. Dari kedua penelitian ini dapat dilihat bahwa liana dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan pada kelembaban >70% dibuktikan
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data fisiko-kimia dari keempat transek dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Sei Betung dimana nilai pH tanah rata-rata 4,65 yang artinya pH tanah di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung di bawah 7 sehingga termasuk kategori asam, kelembaban tanah dengan rata-rata 82,75% kelembaban tanah tersebut tergolong tinggi yang berarti sangat lembab. Kelembaban udara rata-rata 96% yang termasuk dalam kategori kelembaban yang cukup tinggi artinya kelembaban udara di hutan primer Resort Sei Betung tinggi atau kondisi lembab. Suhu udara rata-rata 25,75 yang artinya keadaan didalam hutan primer resort sei betung tidak terlalu panas. Intensitas cahaya dari keempat transek berkisar 600-800 Cd dengan rata-rata 700 Cd, nilai intensitas cahaya ini termasuk dalam kategori sedang. Tumbuhan liana yang ditemukan sebanyak 32 jenis liana dengan jumlah total individu sebanyak 677 individu. 21 spesies liana jenis perambat 7 spesies liana jenis bersulur 2 spesies liana jenis berduri dan 2 spesies liana jenis pembelit. Indeks keanekaragaman (H’) liana di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung pada transek 1 yaitu 3,017 dan transek 2 yaitu 3,021 termasuk dalam kategori keanekaragaman yang tinggi sedangkan indeks keanekaragaman liana pada transek 3 dan 4 yaitu 2,909 dan 2,997 yang termasuk kedalam kategori keanekaragaman yang rendah. Indeks kemerataan liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung pada transek 1 yaitu 0,871, pada transek 2 yaitu 0,88, pada transek 3 yaitu 0,847 dan pada transek 4 yaitu 0,873. Indeks kekayaan liana pada transek 1 yaitu 5,914, pada transek 2 yaitu 5,848, pada transek 3 yaitu 5,897 dan pada transek 4 yaitu 5,933. Indeks dominansi pada transek 1 yaitu 0,072 pada transek 2 yaitu 0,073 pada transek 3 yaitu 0,08 dan transek 4 yaitu 0,068. Nilai indeks keanekaragaman liana total dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu H’= 3,037 termasuk dalam kategori tinggi. Nilai Indeks kemerataan liana total yaitu R = 0,876 dengan kategori tinggi.
34
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
dengan banyaknya jenis liana yang ditemukan pada kedua penelitian ini dan semakin tinggi kelembaban udara semakin banyak potensi jenis liana yang dapat ditemukan dibuktikan pada penelitian dihutan primer resort sei betung dengan kondisi kelembaban udara berkisar 9597,5% ditemukan 32 jenis liana sedangkan pada kondisi kelembaban udara 72,3% pada penelitian Restiani ,dkk (2013) ditemukan 24 jenis liana. Berdasarkan penelitian ini keanekaragaman liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung memiliki kategori keanekaragaman yang tinggi dengan nilai H’= 3,037. Sedangkan berdasarkan penelitian Restiani, dkk (2013) “Keanekaragaman Tumbuhan Liana di Hutan Musim Blok Curah Taman Nasional Baluran” hasil perhitungan keanekaragaman liana dengan menggunakan perhitungan Shannon Wienner menunjukkan nilai sebesar 2,884 angka tersebut termasuk dalam kategori keanekaragaman yang sedang. Keanekaragaman jenis suatu komunitas tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak jenis. Sebaliknya suatu komunitas dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah jika komunitas itu disusun oleh sedikit jenis dan hanya sedikit jenis yang dominan (Restiani dkk, 2013). Pada penelitian ini yang dilakukan dihutan primer Taman Nasional Gunung leuser ditemukan 32 jenis liana dengan nilai H’= 3,037 dengan kategori tinggi sedangkan pada penelitian Restiani dkk (2013) memiliki jenis liana yang lebih sedikit yaitu 24 jenis liana sehingga nilai indeks keanekaragaman juga lebih rendah yaitu 2,884 dapat dilihat perbedaannya bahwa jenis liana pada hutan primer resort sei betung lebih banyak dibandingkan di hutan musim blok Taman Nasional Baluran sehingga keanekaragaman jenis liana nya juga lebih tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kenaekaragaman tumbuhan liana yaitu intensitas cahaya yang tinggi. Pasokan cahaya yang tinggi di hutan disebabkan rendahnya tutupan kanopi. Hutan yang sudah terganggu karena penutupan kanopi yang rendah dapat memberikan peluang yang baik untuk pertumbuhan liana daripada hutan yang belum terganggu. Selain itu, intensitas cahaya yang tinggi juga dipengaruhi oleh daerah/posisi liana tumbuh seperti pada puncak atau lereng gunung. Keanekaragaman jenis liana juga dipengaruhi oleh faktor abiotik dan faktor abiotik. Faktor biotik meliputi ketersediaan inang untuk pertumbuhan liana yang dianggap cukup penting untuk kelangsungan pertumbuhan liana dan faktor abiotik meliputi faktor fisiko-kimia daerah tersebut (Muhammad dkk, 2014).
Berdasarkan hasil perhitungan data, tingkat keanekaragaman tumbuhan liana di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung menunjukkan perbedaan jumlah spesies pada setiap transek. Perbedaan jumlah spesies dipengaruhi oleh faktor biotik seperti ketersediaan inang di beberapa areal pengamatan sehingga beberapa jenis liana sangat sedikit ditemukan karena ketersediaan inang yang sedikit pula. Adapun faktor abiotik, seperti faktor fisiko-kimia meliputi suhu udara yang memiliki rata-rata 25,8 °C, kelembaban udara rata-rata 96 %, kelembabatan tanah 82,75%, intensitas cahaya rata-rata 700 Cd, dan pH tanah rata-rata 4,7. Menurut Restiani dkk (2013) perbedaan komposisi iklim ini akan berpengaruh terhadap lingkungan serta mempengaruhi pertumbuhan liana. Faktor lingkungan yang mempengaruhi keanekaragaman jenis liana adalah kelembaban udara, intensitas cahaya dan suhu. Kelembaban udara di hutan primer TNGL Resort Sei Betung berkisar 95% - 97,5%. Pada kondisi ini tumbuhan liana masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Asriany dkk (2008), tumbuhan liana dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan parameter lingkungan khusus yaitu suhu dan kelembaban lebih dari 80%. Selain itu yang mempengaruhi indeks keanekaragaman liana adalah suhu, dimana hutan primer TNGL resot sei betung memiliki suhu lingkungan yang berkisar 25 °C – 27 °C. Suhu yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman bahkan akan dapat mengakibatkan kematian bagi tanaman, demikian pula sebaliknya suhu yang terlalu rendah. Jadi liana dihutan primer masih dapt tumbuh dengan baik karena memiliki suhu yang tidak terlalu tinggi dan rendah. Selain kelembaban dan suhu, intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap tingkat keanekaragaman tumbuhan liana. Cahaya matahari memberikan energi bagi ekosistem, yaitu mendukung proses fotosintesis berjalan dengan baik (Iji dkk, 2015). Intenistas matahari di hutan primer yaitu 700 Cd yang tergolong baik dan dapat memberikan cahaya matahari dengan baik namun beberapa liana dibagian bawah hutan yang tergolong kecil dan herba lebih sedikit ditemukan karena untuk mempertahankan hidupnya liana tersebut membutuhkan sinar matahari untuk hidup namun beberapa areal memiliki tutupan tajuk yang sangat rapat sehingga sangat sedikit sinar matahari yang mampu sampai kebawah sehingga beberapa jenis liana yang tergolong kecil dan herba tidak mampu beradaptasi dengan kondisi tersebut.
35
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Selain faktor lingkungan, faktor lain yang dapat mempengaruhi keanekaragaman suatu komunitas adalah pertahanan diri dari kepunahan. Misalnya kepunahan yang disebabkan oleh faktor alam berupa tumbangnya pohon sehingga menimpa tumbuhan lainnya. Semakin banyak liana yang merambat atau membelit pada pohon disekitarnya maka dapat mencegah tumbangnya pohon akibat dari angin kencang. Jenis liana yang tumbuh di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung juga berasosiasi dengan cara merambat atau membelit pada pohon disekitarnya. Tujuan liana merambat di pohon adalah untuk mendapatkan sinar matahari secara optimum sebagai sumber fotosintesis. Liana membelit dan memanjat pohon yang ada disekitarnya menggunakan bantuan sulur atau batang tumbuhan liana sendiri supaya bisa mencapai ketinggian tertentu, terkadang sampai membentuk kanopi-kanopi yang menyebabkan terjadinya persaingan dalam mendapatkan cahaya matahari. Nilai indeks kemeretaan (E) tumbuhan liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu E= 0,876 artinya nilai ini menunjukkan bahwa kemerataan tumbuhan liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung tergolong tinggi. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Restiani dkk (2013) memperoleh nilai indeks kemerataan 0,907 yang artinya nilai ini menunjukkan liana diwilayah blok curah Taman Nasional Baluran memiliki kemerataan yang tinggi juga. Nilai kemerataan suatu jenis ditentukan oleh distribusi setiap jenis pada masing-masing plot secara merata. Semakin merata suatu jenis dalam seluruh lokasi penelitian maka samakin tinggi nilai kemerataannya. Sebaliknya jika beberapa jenis tertentu dominan sementara jenis lainnya tidak dominan atau densitasnya lebih rendah, maka nilai kemerataan komunitas yang bersangkutan akan lebih rendah (Restiani dkk, 2013). Dapat dilihat pula bahwa berdasarkan hasil penelitian kajian ekologi liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung distribusi setiap jenis liana disemua plot sangat merata sehingga masing-masing transek memperoleh nilai indeks kemerataan >0,8 yang artinya kemerataan liana tinggi. Nilai indeks kemerataan jenis tumbuhan liana di hutan ini tergolong tinggi hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ketahanan hidup tumbuhan liana yang mampu bersaing dalam mendapatkan nutrisi selain itu juga faktor-faktor abiotik seperti suhu udara, kelembaban udara,
kelembaban tanah, pH tanah dan intensitas cahaya matahari yang diperoleh setiap transek tidak jauh berbeda. Sejalan dengan pernyataan Odum (1993) bahwa penyebaran jenis merupakan hasil atau akibat dari berbagai sebab, yaitu akibat dari pengumpulan individu-individu dalam suatu tempat yang ada untuk mendapatkan nutrisi dan ruang tempat. Besarnya nilai indeks kekayaan (R) total liana pada penelitian ini yaitu R= 4,756 yang artinya berdasarkan indeks Margallef nilai ini menunjukkan bahwa tumbuhan liana pada hutan primer resort sei betung memiliki kekayaan yang sedang nanum mendekati nilai 5 yang artinya kekayaan jenis liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser cukup banyak. Semakin rendah nilai indeks kekayaan jenis suatu kawasan menunjukkan semakin sedikit jenis tumbuhan yang menempati wilayah tersebut sebaliknya semakin tinggi nilai indeks kekayaan maka semakin banyak jenis tumbuhan yang menempati wilayah tersebut (Restiani dkk, 2013). Dengan demikina dapat dilihat bahwa hutan primer Taman Nasional Resort Sei Betung memiliki jenis tumbuhan liana yang cukup banyak yaitu 32 jenis liana. Sedangakan berdasarkan hasil penelitian Restiani dkk (2013) memperoleh nilai indeks kekayaan nilai sebesar 3, 623 yang menunjukkan bahwa kekayaan jenis liana tergolong sedang dapat dilihat pula bahwa jenis tumbuhan liana yang ditemukan hanya 24 jenis maka dengan membandingkan kedua penelitian ini dapat membuktikan bahwa semakin sedikit jenis tumbuhan yang ditemukan disuatu wilayah maka semakin kecil pula nilai indeks kekayaan. Pada penelitian ini tumbuhan liana pada hutan primer Taman Nasional Gunung Leusser Resort Sei Betung memiliki nilai indeks dominansi (C = 0,109) sehingga dominansi liana pada hutan primer resort sei betung termasuk dalam kategori rendah. Dalam penelitian ini hanya beberapa jenis liana yang banyak ditemukan dan yang paling banyak ditemukan dari keseluruhan areal pengamatan yaitu Uncaria glabra, Macrolenes sp., Tetrastigma hookeri dan Tinomiscium phytocrenoides sedangkan jumlah jenis liana lainnya yang ditemukan tidak terpaut jauh berbeda dan lebih sedikit dibandingkan keempat spesies tersebut .Hal tersebut dikarenakan faktor biotik dan abiotik yang telah dijelaskan diatas. Jenis liana yang memiliki Indeks Nilai Penting yang paling tinggi dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung yaitu Uncaria glabra dengan nilai INP 46,145% diikuti oleh Tetrastigma hookeri dengan nilai INP
36
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
43,277% dan jenis liana yang memiliki nilai INP terendah yaitu Ampellocissus sp. Pada penelitian Muhammad dkk (2014) dengan judul “Keanekaragaman Jenis Liana Berkayu di Hutan Dataran Rendah Taman Nasional Lore Lindu Sulawesi Tengah Indonesia” jenis liana yang memiliki nilai INP tertinggi yaitu Dinochloa scanden dan Piper decumanum dan jenis liana yang memiliki nilai INP terendah yaitu Capparis pubifera, Creochiton bobracteta, Ficus glonerata, Ficus auriculata, Ficus villosa. Berdasarkan perbandingan kedua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa masing-masing lokasi penelitian akan menghasilkan nilai INP yang berbeda begitu pula pada penelitian yang dilakukan dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Resort Sei Betung masing-masing individu pada masing-masing transek memiliki nilai INP yang berbeda pula hal ini dipengaruhi oleh penyebaran masing-masing jenis liana, frekuensi dan dominansi masingmasing spesies. Perbedaan masing-masing nilai INP liana dapat dilihat pada tabel 4.3. Indeks Nilai Penting (INP) adalah salah satu parameter yang digunakan untuk menggambarkan tingkat penguasaan suatu jenis terhadap komunitas, semakin besar nilai INP suatu jenis maka semakin besar tingkat penguasaan terhadap komunitas dan lingkungannya dan sebaliknya (Muhammad dkk, 2014). Adanya jenis yang mendominasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah persaingan antara tumbuhan yang ada, hal ini berkaitan dengan faktor abiotik seperti intensitas matahari dan mineral yang diperlukan tumbuhan. Jika intensitas matahari dan mineral yang dibutuhkan mendukung maka jenis tersebut akan lebih unggul dan lebih banyak ditemukan (Muhammad dkk, 2014). Uncaria glabara adalah jenis liana yang paling banyak ditemukan pada penelitian yang dilakukan dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser. Tinggi atau rendahnya jumlah individu pada setiap spesies liana di pengaruhi oleh arah lereng gunung. Pengaruh arah lereng terhadap tempat tumbuh berkaitan dengan intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan. Lereng yang menghadap Utara dan Timur cenderung memberikan kualitas tempat tumbuh yang lebih baik dibanding lereng yang menghadap ke Selatan dan Barat (Mohammad dkk, 2014). Pada penelitian ini transek I dan III dilakukan diareal yang menghadap ke Timur dan diperoleh juga bahwa jumlah tumbuhan liana yang ditemukan lebih banyak dibandingkan jumlah individu liana yang ditemukan di transek II dan IV yang berada diareal yang menghadap ke
Barat. Jumlah liana yang ditemukan ditransek I dan II yaitu 189 dan 162 individu sedangkan di transek II dan IV sebanyak 169 dan 157 individu. Hal ini membuktikan bahwa intensitas matahari berpengaruh terhadap pertumbuhan liana dimana semakin tinggi atau semakin banyak intensitas matahari disuatu areal maka semakin baik untuk pertumbuhan liana sehingga liana dapat tumbuh dengan baik dan potensi untuk ditemukan liana semakin banyak. Tutupan tajuk pada suatu area juga mempengaruhi pertumbuhan liana karena semakin rapat tutupan tajuk pada suatu hutan maka semakin rendah intensitas matahari sehingga liana terhambat untuk tumbuh. Liana menjalar atau merambat tumbuhan lain yang biasa disebut sebagai tamanan inang untuk mendapatkan sinar matahari. Suatu areal yang memiliki tutupan tajuk sangat rapat mengakibatkan jenis liana sedikit karena jenis liana yang mampu mencapai tajuk untuk mendapatkan sinar matahari yang mampu bertahan hidup sedangkan untuk liana yang kecil biasanya sedikit ditemukan karena hanya beberapa jenis tumbuhan liana yang mampu bertahan hidup diareal bawah dari hutan yang sangat rendah intensitas mataharinya. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa nilai indeks kesamaan antara T1&T2, T1&T3, T1&T4, T2&T3, T2&T4, T3&T4 memiliki indeks kesamaan yang sangat tinggi (IS% dapat dilihat pada tabel 4.5) hal tersebut disebabkan oleh kesamaan jenis liana yang ditemukan pada masing-masing transek sangat tinggi. Kesamaan jenis liana yang ditemukan pada masing-masing transek sangat tinggi disebabkan oleh kondisi lingkungan yang dimiliki masingmasing transek sangat tidak jauh berdeda seperti suhu, pH, kelembaban udara dan tanah serta intensitas cahaya matahari. Keenam nilai kondisi fisiko-kimia yang tidak jauh berbeda pada setiap transek ini menyebabkan setiap transek memiliki potensi ditumbuhi oleh jenis liana yang sama. Oleh sebab itu jenis liana pada masing-masing transek dari keempat transek dihutan primer resort sei betung memiliki kesamaan yang sangat tinggi. Hasil penelitian Setia (2009) mengatakan bahwa jenis liana berupa Tinomiscium phtytocrenoides merupakan jenis liana yang merupakan sumber pakan bagi Orangutan. Bagian yang menjadi sumber pakan bagi Orangutan dari liana jenis Tinomiscium phytocrenoides yaitu buahnya. Berdasarkan hasil penelitian kajian ekologi liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung juga menemukan liana jenis Tinomiscium phytocrenoides dengan demikan penelitian Setia
37
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 1 Maret 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
(2009) dapat menjadi referensi yang mendukung bahwa Tinomiscium phytocrenoides yang ada dihutan primer Resort Sei Betung juga berfungsi bagi Orangutan Sumatera (Pongo abelii) sebagai sumber pakan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Muhammad dkk (2014) jenis liana yang ditemukan adalah jenis liana yang bernilai ekonomis, dan medis seperti Khortalsia sp. dan Caparis sp. dan Dioscorea alata.
Kompleks Hutan Muara Lesan Berau, Kalimantan Timur, Jurnal Bulletin Plasma Nutfah, 11(2) : 74-80. Rangkuti, R., Pindi, P., Siti, L., (2012), Pola Aktivitas Orangutan Sumatera (Pongo abelii) Pada Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Taman Nasional Gunung Leuser (Activity pattern of Sumatran Orangutan (Pongo abelii) in the Structure and Composition of Forest Vegetation in Sumatran Orangutan Observation Center Gunung Leuser National Park), Jurnal Ekologi, (47-53). Restiani, R.A., Suhaidi., Hawa, T., (2013), Keanekaragaman Tumbuhan Liana di Hutan Musim Blok Curah Jarak Taman Nasional Baluran, Jurnal Sains, 4(6) : 313-319. Setia, T.M., (2009), Peran Liana Dalam Kehidupan Orangutan, Jurnal Vis Vitalis, 2(1) : 55-61. Suhartono, T., (2007), Stategi dan Rencana Aksi Konservasi Orangutan Indonesia 20072017, Departemen Kehutanan, Jakarta.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan yaitu jenis liana yang ditemukan dihutan primer Taman Nasional Gunung LeuseR Resort Sei Betung sebanyak 32 jenis dengan 677 individu. Indeks Keanekaragaman liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser (H’ = 3,037) dengan kategori keanekaragaman tinggi. Indeks kemerataan liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung (E = 0,876) dengan kategori tinggi.. Indeks kekayaan liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung (R = 4,756) termasuk memilik kategori kekayaan liana yang sedang.. Indeks dominansi liana dihutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung (C = 0,109) termasuk dalam kategori dominansi rendah. Jenis liana yang memiiliki Indeks Nilai Penting (INP) tertinggi yaitu Uncaria glabra (Rubiaceae) dengan nilai INP 46,145% dan Tetrastigma hookeri (Vitaceae) dengan nilai INP 43,28% sehingga tipe vegetasi liana dihutan Primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung adalah Rubiaceae-Vitaceae. Indeks kesamaan liana antar transek memiliki nilai >50% sehingga liana-liana yang terdapat pada transek-transek yang diamati di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung masih termasuk kedalam satu komunitas/vegetasi yang sama yaitu RubiaceaeVitaceae. Ucapan Terimakash Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Daftar Pustaka Bismark, M., (2005), Estimasi Populasi Orang Utan dan Model Perlindungannya di
38