1
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) YAYASAN UNILEVER INDONESIA (STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA)
Oleh ANGGA PRABOWO H24104129
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2 ABSTRAK ANGGA PRABOWO. H24104129. Kajian Efektivitas Program CSR (Corporate Social Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta). Dibawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto Selama tahun 2000 sampai tahun 2007 PT Unilever Indonesia melakukan perencanaan terhadap program CSR ke dalam rencana kerja (RK) perusahaan baik secara korporat maupun pada masing-masing bagian yang terkait. Perusahaan berusaha memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas hidup yang lebih baik. Misi perusahaan adalah menggali dan memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi masyarakat, memadukan kekuatan para mitra dan menjadi katalisator bagi pembentukan kemitraan. Dalam meningkatkan reputasi perusahaan, menekankan pentingnya kesinambungan dalam pelestarian lingkungan, kehidupan sosial, maupun pertumbuhan usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah: Mengetahui program CSR Yayasan Unilever Indonesia yang paling menonjol kemudian meneliti efektivitas program CSR yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia dan membandingkan Profit untuk program CSR dengan perusahaan sejenis. Dalam Yayasan Unilever terdapat 4 bagian Divisi yaitu Divisi Lingkungan, Divisi Public Health Education, Divisi Care for Area Surrounding dan Divisi Humanitarian AID. Informasi dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2008. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh responden, mewawancarai pihak Yayasan Unilever Indonesia dan pengamatan langsung di daerah Pasar Minggu Jakarta tepatnya di Jln Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah masyarakat pasar minggu. Data sekunder berupa studi literatur dan data-data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini diperoleh dari perpustakaan, data pemasaran perusahaan, laporan tahunan, maupun dari jurnal, buku, literatur dan internet. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis deskriptif, analisis korelasi Rank Spearman, dengan bantuan alat pengolah data Microsoft Excel dan Statictical Product and Service Solution (SPSS) 15.00 for windows. Berdasarkan hasil penelitian, didapat ada tiga program CSR yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia yaitu program lingkungan, daur ulang dan pendidikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah faktor pihak penerima bantuan, faktor organisasi dan faktor prioritas kebutuhan. Dari hasil analisis regresi untuk program daur ulang faktor yang mempengaruhi adalah faktor pihak penerima bantuan dan faktor organisasi. Program lingkungan, faktor yang mempengaruhi adalah faktor organisasi dan faktor prioritas kebutuhan, sedangkan program pendidikan faktor yang mempengaruhi adalah faktor prioritas kebutuhan. Berdasarkan hasil Analisis Korelasi Program daur ulang memiliki korelasi dengan Faktor prioritas kebutuhan tetapi tidak signifikan dan tidak ada hubungan. Program Lingkungan memiliki korelasi signifikan pada taraf nyata dan Kedua peubah mempunyai hubungan linier yang positif, sedangkan Program Pendidikan memiliki korelasi dengan Faktor Pihak Penerima Bantuan dan Faktor Organisasi ini tidak signifikan dan Kedua peubah tidak mempunyai hubungan. Outcome yang di harapkan yaitu Meningkatkan Brand Image Perusahaan dan loyalitas konsumen meningkat.
3
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) YAYASAN UNILEVER INDONESIA (STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA)
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANGGA PRABOWO H24104129
DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
4 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) YAYASAN UNILEVER INDONESIA (STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh ANGGA PRABOWO H24104129 Menyetujui, Bogor,
Mei 2009
Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. Ketua Departemen Manajemen Tanggal Ujian : 21 April 2009
Tanggal Lulus :
5 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Angga Prabowo di lahirkan di Surabaya pada tanggal 11 Agustus 1986 dari pasangan Ir. Bambang Subagio (Alm) dan Itje Erlina. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan TK di TK Etika Jakarta, kemudian SD di Cendrawasih Jakarta dari kelas 1 sampai kelas 5 kemudian pindah ke SDN Polisi IV Bogor dari kelas 5 hingga kelas 6, lalu melanjutkannya ke SLTP Negeri 2 Bogor dan kemudian lulus dari SMUN 2 Bogor pada tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada Fakultas Ekonomi dan manajemen, Program Studi Manajemen. Pada tahun 2008 penulis melakukan penelitian untuk tugas akhir pendidikan yang berjudul : Kajian Efektivitas Program CSR (Corporate Social Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta).
iii
6 KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas curahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Kajian Efektivitas Program CSR (Corporate Social Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta”. Penulis sadar bahwa pencapaian ini bukan karya yang luar biasa, namun melalui karya ini penulis berharap agar dalam proses penyusunan hingga hasil yang dicapai dapat dijadikan pembelajaran bagi penulis sendiri maupun pembaca. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.sc. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, masukan dan pembelajaran yang sangat berarti. 2. Dra. H. Siti Rahmawati, M.Pd. dan Farida Ratna Dewi SE, MM, selaku dosen penguji yang sangat meneladani. 3. Farida Ratna Dewi SE, MM selaku dosen komisi pendidikan yang telah banyak memberikan masukan tata cara penulisan. 4. Seluruh Dosen, Staf Pengajar dan staf Tata Usaha Departemen Manajemen atas segala pelayanan serta kemudahan dalam birokrasi 5. Ir. Bambang Subagio (Alm) sebagai inspirator terbesar. 6. Itje Erlina, Reza Nugraha, Nisa Devina Trusti, Githa Perwita Sari, Hida Tjahyono dan keponakan-ponakan saya Fabian, Aletha, Aqsal, Renata yang senantiasa menguatkan jiwa dan raga. 7. Yayasan Unilever Indonesia: Mas Husni, Bu Maya Tamimi, Bu Yolanda atas kebersamaan di Yayasan Unilever Indonesia. 8. Pihak Pasar Minggu Jln Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2 Jakarta yang terus membantu dan melancarkan skripsi saya. 9. Samantha Pauline Lanova untuk seluruh elemen-elemen kebahagiaan yang dicurahkan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. 10. Sahabat-sahabat terbaik (Oo, Kw, Sidik, Dase, Gala, Notie, Manda, Shierra) untuk kebersamaan dalam suka dan duka yang terus terkenang.
IV
7
11. Ozan, Openk, Bhemo, Sisko, Sosro, Bejat, Orthan, Athenk, Kiki, Nadhil, Ongol yang selalu menghadirkan keutuhan persahabatan. 12. Gitri, Dina, Merry, Nit-nit, Ikhwan, Hilman, Citra, Mitha, Icuk, Ajeng, Anggie atas partisipasi dan dukungan semangat bagi penulis. 13. Saudaraku sesama “Anak-anak-nya Pak Kohar”, Gitri Widiastuti dan Dase Purnama. “Ketika skripsi mulai meradang, Consider it’s done!” 14. Staf Tata Usaha Departemen Manajemen (Mas Hadi, Pak Cecep, Teh Eneng, Mas Yadi, Mumuh) kerja sama dalam kelancaran pelaksanaan seminar dan sidang. 15. Teman-teman Manajemen angkatan 41 dan SMU Negeri 2 Bogor angkatan 2004 atas kenangan dan kebahagiaan yang telah mewarnai hari-hari penulis.
Bogor,
v
Mei 2009
8 DAFTAR ISI ABSTRAK
HALAMAN
RIWAYAT HIDUP
iii
KATA PENGANTAR
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Manfaat Penelitian 1.5. Ruang Lingkup Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility 2.2. Program CSR 2.2.1. Pengertian CSR 2.2.2. Tujuan CSR Prinsip-prinsip CSR III.
1 3 4 4 5 6 10 10 10 11
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran 3.2. Metodelogi Penelitian 3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.2. Jenis dan Sumber Data 3.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Uji Validitas dan Realibilitas 3.3.2. Skala Likert 3.3.3. Analisis Deskriptif 3.3.4. Analisis Korelasi
13 14 14 15 16 14 16 17 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT. Unilever Indonesia Tbk 4.1.2. Misi Dan Tata Kelola PT. Unilever Indonesia Tbk 4.1.3. Struktur Organisasi 4.2. Konsep Corporate Social Responsibility 4.2.1. Gambaran Umum CSR 4.2.2. Program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk 4.3. Program CSR (Corporate Social Responsibility) 4.3.1. Komitmen Yayasan Unilever Indonesia 4.3.2. Rule Of Partner vi
20 20 21 23 32 32 34 38 39 40
9 4.4.
4.5. 4.6.
4.7.
4.8. 4.9
Kegiatan program CSR Yayasan Unilever Indonesia Program Lingkungan 4.4.1.1. Kesadaran Masyarakat Tentang Lingkungan 4.4.1.2. Kondisi Lingkungan di Pasar Minggu 4.4.1.3. Kebijakan yang Mendasari dan Terkait dengan Program 4.4.1.4. Koordinasi Antar Berbagai Pihak 4.4.1.5. Tahap Pengkajian Proses 4.4.2.1. Proses Pembentukan serta Proses Penyusunan Kegiatan yang Dilaksanakan dalam Program 4.4.2.2. Motivator 4.4.2.3. Mekanisme Proses Monitoring dan Evaluasi 4.4.2.4. Mekanisme dan Proses Terminasi 4.4.3. Produk 4.4.3.1. Hubungan antara Program dengan Harapan Masyarakat 4.4.3.2. Hubungan antara Program dengan Perubahan Perilaku 4.4.3.3. Hubungan antara Program dengan Tingkat Ekonomi Masyarakat 4.4.3.4. Manfaat CSR 4.4.3.5. Keberhasilan atau Kegagalan Program di Pasar Minggu dan yang Menjadi Penghambat dan Pendukungnya Program Daur Ulang 4.4.4.1. Awal Terjadinya Program Daur Ulang Proses 4.4.6. Produk 4.4.7. Program Pendidikan Proses Cara Pandang Masyarakat Terhadap PT. Unilever Indonesia Tbk Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Program CSR Yayasan Unilever Indonesia 4.6.1. Faktor Pihak Penerima Bantuan 4.6.2. Faktor Organisasi 4.6.3. Faktor Prioritas Kebutuhan Efektivitas Program CSR Yayasan Unilever Indonesia 4.7.1. Korelasi Pearson 4.7.2. Uji Signifikansi Korelasi Program Daur Ulang Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi 4.7.3. Uji Signifikasi Korelasi Program Lingkungan Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Uji Signifikasi Korelasi Program Pendidikan Terhadap Faktor Yang Mempengaruhi Regresi Untuk Program Daur Ulang 4.8.1. Analisis Varian Regresi Untuk Program Lingkungan 4.9.1. Analisis Varian vii
41 41 41 42 43 43 44 45 46 46 47 47 47 47 48 49 49
50 50 51 51 52 52 52 53 55 55 57 59 61 61 62 63 63 64 64 66 66
10 4.10. Regresi Untuk Program Pendidikan 4.10.1. Analisis Varian 4.11. Validitas 4.12. Reliabilitas 4.13. Nilai Penjualan Perusahaan 4.13.1. Hasil Keseluruhan 4.13.2. Standar CSR 4.13.3. Kasus Bisnis dari program CSR 4.13.4. Peraturan Perundang-undangan CSR KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 2. Saran
68 68 69 70 70 71 73 73 74
DAFTAR PUSTAKA
79
LAMPIRAN
80
viii
77 78
11 DAFTAR TABEL
No.
Halaman
1. CSR Berdasarkan Kegiatan dan Dana 2. Program Corporate Social responsibility PT Unilever Indonesia Tbk 3. Deskriptif Demografi responden 4. Sebaran Responden Terhadap Faktor Pihak Penerima Bantuan 5. Sebaran Responden Terhadap Faktor Organisasi 6. Sebaran Responden Terhadap Faktor Prioritas Kebutuhan 7. Sebaran Jawaban responden Terhadap Pengaruh Program CSR 8. Efektivitas Program CSR 9. Korelasi Program Daur Ulang 10. Korelasi Program Lingkungan 11. Korelasi Program Pendidikan 12. Realibility Statistics
ix
2 3 55 57 59 60 61 62 63 63 64 71
12 DAFTAR GAMBAR
No.
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Penelitian 2. Struktur Organisasi PT Unilever Indonesia 3. Struktur Organisasi Yayasan Unilever Indonesia 4. Rule Of Partner 5. Kegiatan CSR di Pasar Minggu 6. Sebelum CSR 7. Konsep Ideal Manajemen Sampah 8. Program Lingkungan Bersama Kader Lingkungan 9. Pengembangan Kader 10. Harapan Masyarakat 11. Keuntungan CSR 12. Manfaat CSR 13. Keluhan Terhadap Program CSR 14. Program CSR yang Efektif 15. Cara Pandang Masyarakat terhadap Unilever 16. Efektivitas Program CSR
x
14 23 39 40 41 42 43 45 46 47 49 49 50 52 53 53
13 DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Halaman Daftar Pertanyaan Wawancara. Quesioner Penelitian Uji Validitas dan Reliabilitas Proses Program Daur Ulang Program Pendidikan Sebelum dan Sesudah Program Lingkungan Tabel Rekapitulasi Implikasi Manajerial Alur Pikir
xi
80 81 86 91 93 94 95 96 97
14 I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa disebut triple bottom line. Sinergisitas dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) (Wibisono,2007). Seiring dengan hal tersebut berbagai kalangan swasta, pemerintah,
organisasi
masyarakat
dan
dunia
pendidikan
berupaya
merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan. Secara umum upaya-upaya tersebut disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Definisi CSR menurut Petkoski dan Twose (2003) yaitu sebagai komitmen bisnis untuk berperan dalam mendukung pembangunan ekonomi, bekerja sama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. Berdasarkan riset Swa (2006) atas 45 perusahaan di Indonesia menunjukkan bahwa CSR bermanfaat dalam memelihara dan meningkatkan citra perusahaan (37,38 persen ), hubungan baik dengan masyarakat (16,82 persen), dan mendukung operasional perusahaan (10,28 persen). Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat baik dalam kualitas maupun kuantitas. Selain keragaman kegiatan dan pengelolaannya semakin bervariasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya semakin besar. Penelitian mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11,5 juta dollar AS dari 180 perusahaan yang dibelanjakan untuk 279 kegiatan sosial yang terekam oleh media massa. Angka rata-rata perusahaan yang menyumbangkan dana bagi kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta rupiah atau sekitar 413 juta rupiah per kegiatan. Sebagai perbandingan, di AS porsi sumbangan dana CSR pada tahun 1998 mencapai 21,51 miliar dollar dan tahun 2000 mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun rupiah (Saidi dan Abidin,2004) penerapan CSR di Indonesia tertera pada Tabel 1.
15 Tabel 1. CSR Berdasarkan Jumlah Kegiatan dan Dana Untuk Seluruh Indonesia No
Model
Jumlah Kegiatan
Jumlah Dana(Rp)
1
Langsung
113 (40,5%)
14,2 miliar (12,2%)
2
Yayasan Perusahaan
20 (7,2%)
20,7 miliar (18%)
3
Bermitraan dengan lembaga social
144 (51,6%)
79,0 miliar (68,5%)
4
Konsorsium
2 (0,7%)
1,5 miliar (1,3%)
Jumlah
279 kegiatan
115,3 miliar
Sumber: Saidi dan Abidin (2004) dimodifikasi PT Unilever Indonesia Tbk, misalnya mengistilahkan dengan people and brand. Dua hal ini dianggap sebagai asset utama perusahaan yaitu orang menjadi unsur yang sangat penting, jika pabrik rusak mungkin kita bisa membangun lagi tetapi kalau orang yang rusak apa yang bisa kita lakukan. Unsur people yang di maksud dalam sebuah perusahaan adalah karyawan untuk itu. PT Unilever Indonesia Tbk benar-benar berusaha memperlakukan setiap karyawan secara adil seperti memberi kesempatan beribadah sesuai keyakinan,
kesempatan belajar
bagi
perkembangan
karyawan,
tidak
membedakan karyawan laki-laki maupun perempuan, dan menjunjung tinggi kesetaraan. Bagi perusahaan perdagangan kelas dunia seperti PT.Unilever Indonesia Tbk, perhatian terhadap perkembangan sosial perusahaan dengan penduduk lokal dan masyarakat setempat semakin penting. Timbulnya masalah-masalah sosial memiliki potensi terhentinya operasi dan tingginya biaya transaksi yang akan menjadi beban keuangan sekaligus reputasi dan citra buruk. PT.Unilever Indonesia Tbk memiliki tujuan perusahaan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan lingkungan di sekitar daerah operasinya serta bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat. Selama ini PT Unilever Indonesia Tbk telah memberikan perhatian dan kontribusinya yang cukup besar terhadap pemberdayaan masyarakat di sekitar daerah operasinya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), dengan beberapa programprogram khusus seperti yang terdapat pada Tabel 2.
16 Tabel 2. Program Corporate Social Responsibility PT Unilever Indonesia Tbk Ruang Lingkup
Masalah Sosial
Program CSR
Mencuci tangan secara benar, dengan sabun dan air bersih.
Misi Sosial Lifebuoy : Memberikan rasa aman dan nyaman kepada 220 juta penduduk Indonesia dengan memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebersihan mereka. Misi Sosial Pepsodent : Membebaskan anak Indonesia dari gigi berlubang demi masa depan yang lebih baik. Misi Sosial Rinso : Membantu anak-anak Indonesia belajar dan berkembang dengan memberikan kebebasan hidup tanpa takut kotor. Misi Sosial Close-up : Close Up menggerakan generasi muda Indonesia agar dapat melihat, merasakan, mendengar dan mengambil tindakan dalam upaya menyebarkan informasi untuk mencegah HIV/AIDS
90% penduduk Indonesia memiliki problem gigi seperti gigi berlubang, infeksi dan radang gusi. Kesehatan dan Kebersihan
Bermain di luar membantu anak-anak berteman, belajar bekerja sama dan mengakui kekalahan.
Kurangnya pemahaman tentang penyakit ini dan budaya yang memberi stigma kepada para penderitanya.
Sumber: Hubungan Pemerintah dan Masyarakat PT Unilever Indonesia Tbk Untuk setiap program CSR yang akan dilaksanakan oleh perusahaan, terdapat beberapa hal yang terlebih dahulu disepakati: (a) siapa kelompok sasarannya,
(b)
apa
indikator
keberhasilannya,
dan
(c)
bagaimana
tindaklanjutnya. Program CSR harus efisien, efektif, bermutu, dan bisa diandalkan sehingga harus dilakukan secara ekonomis dan rasional untuk dapat meningkatkan laba perusahaan. Agar dapat dilakukan secara efektif dan efisien, program CSR membutuhkan suatu alat atau teknik yang digunakan dalam perencanaan dan pengendalian fungsi-fungsi CSR tersebut. Selama ini dalam pelaksanaan program CSR pada PT Unilever Indonesia Tbk sangat menyadari pentingnya memberi dan berbagi, bukan semata untuk meningkatkan reputasi, tetapi membantu perusahaan terus tumbuh dan berkembang. Bagi perusahaan tanggung jawab sosial perusahaan tidak terpisahkan dari bisnis. Hal ini yang mendorong perlu adanya suatu kajian evaluasi bagaimana manfaat program CSR yang dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia Tbk bagi masyarakat luas dan bagi perusahaan itu sendiri. 1.2.
Rumusan Masalah Selama tahun 2000 sampai tahun 2007 PT
Unilever Indonesia
melakukan perencanaan terhadap program CSR ke dalam rencana kerja (RK)
17 perusahaan baik secara korporat maupun pada masing-masing bagian yang terkait. Perusahaan berusaha untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian kualitas hidup yang lebih baik. Misi perusahaan adalah menggali dan memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai tambah bagi masyarakat, memadukan kekuatan para mitra dan menjadi katalisator bagi pembentukan
kemitraan.
Dalam
meningkatkan
reputasi
perusahaan,
menekankan pentingnya berkesinambungan dalam pelestarian lingkungan, kehidupan sosial, maupun pertumbuhan usaha. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana tujuan dan sasaran program CSR Yayasan Unilever Indonesia saat ini? Apa saja kegiatan CSR yang paling menonjol? 2. Apakah program CSR Yayasan Unilever Indonesia sudah efektif dirasakan masyarakat? 3. Berapa persen (%) profit PT Unilever Indonesia Tbk untuk program CSR dibandingkan PT Indofood?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut : Tujuan penelitian antara lain adalah : 1. Menganalisa tujuan dan sasaran CSR Yayasan Unilever Indonesia yang paling menonjol. 2. Menganalisa efektivitas program CSR Yayasan Unilever Indonesia. 3. Menganalisa perbandingan profit program CSR
1.4. Manfaat Penelitian Hasil yang diperoleh melalui kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Perusahaan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbang saran yang positif bagi perusahaan untuk mengetahui kebaikan dan kelemahan yang mungkin terjadi dalam program CSR. Serta untuk mengadakan perbaikan-
18 perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan efektivitas program CSR pada perusahaan. 2. Umum Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebuah karya ilmiah yang layak dipercaya dan juga dapat juga dapat dijadikan langkah awal bagi penulisan karya ilmiah lain. 3. Penulis Diharapkan mampu mengaplikasikan
ilmu yang diproleh selama
perkulihan dan mencari solusi bagi permasalahan yang timbul di dunia nyata.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Analisis terutama ditujukan kepada bagian internal perusahaan dan masyarakat yang menjadi sasaran kegiatan CSR. Program CSR adalah program suatu perusahaan untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah di timbulkan atau efek dari perusahaan itu sendiri. Bagaimana perusahaan merespon tanggapan dari lingkungan luar dan kepada pihak eksternal perusahaan yaitu masyarakat sekitar, lingkungan, pemerintahan dan mitra binaan yang merupakan pihak penerima bantuan program CSR.
19 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Corporate Social Responsibility Definisi CSR menurut World Business Council on Sustainable Development adalah komitmen dari bisnis atau perusahaan untuk berperilaku etis dan berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (Wibisono, 2007). Tanggung jawab sosial perusahaan berarti bahwa perusahaan mampu bertanggung jawab terhadap semua kegiatannya yang mempengaruhi manusia, komunitas mereka dan lingkungan. Hal tersebut berdampak pada kesejahteraan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi tanggung jawab sosial yang digunakan Indonesia Business Links (IBL) adalah strategi bisnis yang melihat bahwa kepentingan bisnis jangka panjang dicapai dengan laba dan pertumbuhan, sejalan dengan kesejahteraan masyarakat, perlindungan lingkungan dan peningkatan hidup manusia. Sedangkan menurut Wibisono (2007), CSR merupakan tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dibedakan menjadi tiga jenis : 1. Ethical corporate social responsibility dalam pandangan Lantos seperti dikutip oleh Paryati (2006), yaitu bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menghindari terjadinya kerusakan lingkungan atau sosial masyarakat akibat kegiatan bisnis perusahaan. 2. Altoristik corporate social responsibility adalah aktivitas sosial perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat tanpa terkait langsung dengan keputusan perusahaan. 3. Strategic corporate social responsibility, yaitu aktivitas perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan citra perusahaan di target pasarnya meningkatkan pendapatan perusahaan.
20 Kotler dan Lee (2005) mengidentifikasikan enam pilihan program bagi perusahaan untuk melakukan inisiatif dan aktivitas yang berkaitan dengan berbagai masalah sosial sekaligus sebagai wujud komitmen dari tanggung jawab sosial perusahaan. Keenam inisiatif sosial yang bisa dieksekusi oleh perusahaan adalah : (1) Cause promotions, dalam bentuk memberikan kontribusi dana atau penggalangan dana untuk meningkatkan kesadaran akan masalah-masalah sosial tertentu, seperti bahaya narkoba; (2) Cause Related Marketing, yaitu bentuk kontribusi perusahaan dengan menyisihkan sepersekian persen dari pendapatan donasi bagi masalah sosial tertentu, untuk periode tertentu atau produk tertentu; (3) Corporate Social Marketing, dengan membantu pengembangan maupun implementasi dari kampanye dengan fokus untuk mengubah perilaku tertentu yang mempunyai pengaruh negatif, seperti misalnya, berupa inisiatif perusahaan dengan memberikan kontribusi langsung kepada suatu aktivitas amal, lebih sering dalam bentuk donasi atau sumbangan tunai; (4) Community Volunteering, yang memberikan bantuan dan mendorong karyawan serta mitra bisnisnya untuk secara sukarela terlibat dan membantu masyarakat setempat (5) Social Responsible Business Practices yang berupa inisiatif dimana perusahaan mengadopsi dan melakukan praktik bisnis tertentu serta investasi yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas komunitas dan melindungi lingkungan. Dalam perkembangan CSR di Indonesia khususnya, berkembang suatu pandangan tentang hubungan tujuan ekonomi dan sosial. Menurut Wibisono (2007) pandangan bahwa tujuan ekonomi dan sosial terpisah dan bertentangan merupakan pandangan yang keliru. Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari masyarakat sekitarnya. Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing sangat tergantung pada keadaan lokasi di mana perusahaan itu beroprasi. CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines, yaitu profit, people dan planet : a. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mecari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroprasi dan berkembang.
21 b. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendiri sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan ada yang merancang berbagai skema perlindungan social warga setempat. c. Planet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan saran air bersih, perbaikan pemukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme). Berbagai model CSR diterapkan oleh perusahaan di Indonesia. Ternyata terdapat empat model atau pola CSR yang umum di terapkan yaitu ( Saidi dan Abidin, 2004) : 1. Keterlibatan langsung Perusahaan
menjalankan
program
CSR
secara
langsung
dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation. 2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaanperusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. 3. Bermitra dengan pihak lain Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (Ornop). Instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatas sosialnya. 4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu
22 yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari lembaga operasional. Sedangkan menurut Wibisono (2007) ada dua pola yang umumnya digunakan perushaaan dalam melakukan kegiatan (CSR): 1. Self managing Pola keterlibatan secara langsung dan melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Kelebihannya adalah pelaksanaan kegiatan lebih sesuai dengan maksud dan tujuan perusahaan, lebih mudah di kontrol dan dimonitor, lebih efisien untuk kegiatan yang bersifat jangka pendek dan perusahaan dapat belajar langsung merancang program CSR. Kekurangan self managing diantaranya adalah keterampilan karyawan umumnya masih kurang, membutuhkan sumber daya khusus dengan jumlah yang cukup dan berpotensi untuk membengkaknya anggaran. 2. Outsourching Outsourching Memiliki dua pola, pertama bermitra dengan pihak lain, LSM, instansi pemerintah, universitas, media massa, dan lain sebagainya. Pola kedua dengan bergabung atau mendukung kegiatan bersama baik yang jangka pendek atau jangka panjang. Kelebihan pola outsourching adalah perusahaan bisa memilih mitra profesional yang sesuai dengan karakter program, tidak memerlukan SDM dengan kapasitas khusus dan kinerja program dapat dengan mudah dievaluasi. Sedangkan kekurangannya yaitu anggaran yang dikeluarkan perusahaan relatif lebih besar, seringkali perusahaan tidak dapat mengikuti perkembangan secara langsung dan diperlukan mekanisme kontrol yang baik. Dari segi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR (Susanto, 2007) : 1. Mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. 2. Perlindungan dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan suatu krisis. 3. Ketertiban dan kebanggaan karyawan. 4. Memperbaiki dan mempererat hubungan perusahaan. 5. Meningkatkan jumlah penjualan. 6. Insentif-insentif lainnya.
23 2.2.
Program CSR 2.2.1. Pengertian CSR CSR secara garis besar dilihat sebagai program berdampak positif yang berlandaskan
etika
dan
memajukan
perekonomian
bangsa
dengan
meningkatkan kesejahteraan karyawan beserta keluarga perusahaan itu. Selain itu CSR secara tidak langsung merupakan pertanggungjawaban perusahaan terhadap dampak lingkungan yang mereka hasilkan. Selama perusahaan itu berproduksi baik jasa maupun barang, pastilah mereka ikut memberikan dampak terhadap lingkungan. Tidak hanya kesadaran tentang menyisihkan persenan laba yang mereka dapat, tapi juga pada pentingnya penekanan yang signifikan diberikan pada kepentingan stakeholders perusahaan. Di sini perusahaan diharuskan memperhatikan kepentingan stakeholders perusahaan, menciptakan nilai tambah (value added) dari produk dan jasa bagi stakeholders perusahaan, dan memelihara kesinambungan nilai tambah yang diciptakannya. Stakeholders perusahaan' dapat didefinisikan sebagai pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Termasuk di dalamnya adalah karyawan, pelanggan, konsumen, pemasok, masyarakat, dan lingkungan sekitar, serta pemerintah selaku regulator. Dalam gagasan CSR, perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya, selain finansial adalah lingkungan dan sosial. Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. 2.2.2. Tujuan CSR 1. CSR dipraktekkan lebih karena faktor eksternal (external driven). 2. Upaya
untuk
memenuhi
kewajiban
(compliance).
CSR
diimplementasikan karena memang ada regulasi hukum, dan aturan yang memaksanya.
24 3. Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam(internal driver). 2.2.3. Prinsip-prinsip CSR 1. Prioritas korporat Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial. 2. Proses perbaikan Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakanm program dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara internasional. 3. Pendidikan Karyawan Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan. 4. Pengkajian Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. 5. Produk Dan Jasa Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial. 6. Informasi Publik Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distibutor dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpangan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa. 7. Fasilitas Dan Operasi Mengembangkan, merancang dan mengoprasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial.
25 8. Penelitian Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif. 9. Prinsip Pencegahan Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 10. Kontraktor dan Pemasok Mendorong penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 11. Memberi Sumbangan Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. 12. Keterbukaan Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potencial hazard, dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa. 13. Pencapaian dan Pelaporan Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pda dewan direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
26 III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Kerangka Pemikiran PT Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang mempunyai program corporate social responsibility (CSR) sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Dalam setiap kegiatan CSR perusahaan harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi evektifitas program CSR. Program CSR pada PT Unilever Indonesia Tbk dijalankan oleh bagian bagian Yayasan Unilever Indonesia yang masing-masing bagian memiliki beberapa program khusus. Selama pelaksanaan kegiatan CSR pada PT Unilever Indonesia Tbk terdapat program-program CSR yang paling menonjol kemudian Penelitian juga digunakan untuk mengetahui seberapa ke efektivitasan program CSR dalam batas pengendalian yang masih bisa ditoleransi perusahaan, sehingga dapat diketahui faktor-faktor terjadinya penyimpangan program CSR dengan realisasi. Efektivitas perencanaan dan pengendalian suatu kegiatan sangan dipengaruhi oleh adanya data-data program CSR dan data-data non-program CSR yang memungkinkan manjemen memperoleh informasi dan sebagai bahan analisa guna pengambilan keputusan selanjutnya dan menjadi ukuran untuk melihat sejauh mana kinerja perusahaan. Biaya yang di gunakan untuk program CSR rata - rata setiap perusahaan itu adalah sebesar 2% dari keuntungan bersih perusahaan. Makin tinggi tingkat keuntungan bersih sebuah perusahaan maka makin tinggi pula dana yang di keluarkan sebuah perusahaan untuk suatu program CSR (Corporate Social Responsibility). Secara lebih jelas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1.
27
PT Unilever Indonesia Tbk
Yayasan Unilever Indonesia Profit CSR Perusahaan Sejenis
Program CSR
Sasaran masyarakat
Analisis : -Korelasi : Ukuran yang menggambarkan hubungan linier antara dua peubah ( X dan Y) -Regresi : Salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variable -Analisis Varian : uji model regresi secara simultan
Perbandingan Analisis Deskriptif
Hasil
Hasil
Hasil Keseluruhan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Keterangan : Menunjukkan hubungan 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus - November 2008 dengan bertempat di PT Unilever Indonesia Tbk, Yayasan Unilever Indonesia dan Daerah Pasar Minggu tepatnya di Jln Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2 yang terdapat di kota Jakarta.
28 3.2.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan, magang dan wawancara dengan pihak perusahaan atau pihak- pihak lainnya yang berhubungan dengan masalah perusahaan (key informants), hasil pencatatan lapangan, dan kuesioner. Pengambilan sampel di lakukan dengan teknik purpose sampling, dimana pertimbangan terhadap responden yang diteliti adalah karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dan kuisioner. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data program CSR dan berbagai sumber kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian ini. 3.3. Pengolahan dan Analisis Data 3.3.1. Uji Validitas dan Realibilitas Sebelum kuesioner disebarkan, terlebih dahulu dilakukan suatu pengujian kuesioner yaitu uji validitas dan reliabilitas. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), uji validitas menunjukkan sejauh mana alat mengukur apa yang ingin diukur. Uji Validitas digunakan untuk mengetahui tingkat valid suatu butir pertanyaan dalam kuesioner. Perhitungan nilai korelasi antara data pada masing-masing pertanyaan dan skor total dengan memakai rumus teknik korelasi Product Moment, sebagai berikut :
r
Dimana : X Y n r
=
= = = =
n∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) [n∑ X 2 − (∑ X 2 )][n∑ Y 2 − (∑ Y 2 )]
................... (1)
skor masing-masing pertanyaan skor total jumlah responden angka korelasi
Setelah dilakukan uji validitas, maka langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas. Uji keterandalan kuesioner dilakukan dengan pendekatan internal yaitu pengambilan data dilakukan sekali pada responden yang karakteristiknya mirip dengan karakteristik responden yang akan diteliti dan jumlah responden yang dipilih tidak perlu terlalu besar. Adapun metode yang digunakan untuk mengukur koefisien kekonsistenan internal adalah dengan menggunakan Cronbach Alpha (α).
29 Rumus Cronbach’s Alpha adalah:
r11 Dimana: r11 k
∑σ ∑σ
2 b 2 t
2 k ∑ σ b = 1− σt2 k − 1
..................................................... (2)
= Keandalan instrumen = Jumlah butir pertanyaan = Jumlah ragam butir = Ragam total
Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel dan software Statictical Product and Service Solution (SPSS) 15.00 for windows. 3.3.2. Skala Likert Skala yang digunakan dalam pertanyaan kuesioner adalah skala Likert, dimana responden menyatakan tingkat setuju atau tidak setuju mengenai pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner (Rangkuti, 2003). Bobot dalam skala Likert dibuat ke dalam lima penilaian, yaitu : a. Jawaban sangat berpengaruh diberi bobot 5 b. Jawaban berpengaruh diberi bobot 4 c. Jawaban cukup berpengaruh diberi bobot 3 d. Jawaban tidak berpengaruh diberi bobot 2 e. Jawaban sangat tidak berpengaruh diberi bobot 1 Penggolongan kategori berdasarkan nilai yang diperoleh dilakukan dengan cara mengalikan besarnya bobot pada kategori tertentu yang telah ditetapkan dengan jumlah responden yang memasuki ke dalam kategori yang sama. Kemudian data yang diperoleh dicari rata-rata untuk mengetahui ukuran pemusatan dengan rumus : Rata-rata (x) =
∑ Xfi .................................................................. (3) n
Keterangan : X = nilai pengukuran fi = frekuensi kelas ke –i n = banyaknya pengamatan
30 Hasil dari nilai rata-rata tersebut kemudian dipetakan ke rentang skala yang mempertimbangkan informasi interval berikut : Interval = nilai tertinggi – nilai terendah
.................................... (4)
Banyaknya kelas
Setelah besarnya interval diketahui, kemudian dibuat rentang skala sehingga dapat diketahui dimana letak rata-rata penilaian responden terhadap setiap unsur diferensiasinya dan sejauh mana variasinya. Rentang skala tersebut adalah : 1,00 – 1,80 = sangat tidak berpengaruh 1,80 – 2,60 = tidak berpengaruh 2,60 – 3,40 = cukup berpengaruh 3,40 – 4,20 = berpengaruh 4,20 – 5,00 = sangat berpengaruh 3.3.3. Analisis Deskriptif Statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti rata-rata, median maupun variasi data. Kegiatan statistika deskriptif antara lain menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik. Sebuah tabel berguna untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel. 3.3.4. Analisis Korelasi Adapun
metode
statistika
yang
digunakan
adalah
dengan
menggunakan teknik korelasi Rank Spearman. Korelasi ini digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan lainnya. Khususnya data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran yang berjenjang. Rumus korelasi Rank Spearman (Siegel, 1992): n
6∑ di 2 rs = 1 -
i =1 3
N -N
(5)
31 Apabila dalam perhitungan ditemukan angka kembar, maka menggunakan rumus: ∑ X 2 + ∑ Y 2 − ∑ di 2 rs = 2 (∑ X 2 )(∑ Y 2 )
Keterangan:
(6)
rs = Koefisien korelasi N = Jumlah sampel penelitian di = Selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke-i
dimana: 3
n3 − n ∑ X = 12 − ∑ Tx
t − tx Tx = x 12
n3 − n ∑ Y = 12 − ∑ Ty
ty − ty
2
2
Keterangan:
T
3
Ty =
(7)
12
= Faktor koreksi
∑T = Jumlah berbagai harga T untuk semua
kelompok yang berlain-lainan yang memiliki observasi berangka sama. Melalui program SPSS 15.00 for Windows maka kita tidak perlu melakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus di atas. Komputer akan mengeluarkan output hasil pengolahan dan kita dapat langsung menganalisis serta mengambil keputusan dari output tersebut. Hal yang dapat kita analisis dari output tersebut dengan melihat nilai korelasi (nilai rs) dan nilai probabilitasnya. rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna positif (mendekati 1, hubungan kuat dan positif) rs = 1 Hubungan X dan Y sempurna negatif rs = 0 Hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan Mengetahui keeratan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel
lainnya,
koefisien
korelasi
yang
diperoleh
diinterprestasikan melalui pedoman yang tertera di bawah ini :
kemudian
32 Tabel 3. Interprestasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000 Sumber: Sugiyono (2004)
Sangat rendah Rendah Sedang Kuat Sangat kuat
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: H0 : Tidak ada hubungan yang nyata antara perubahan organisasi dan produktivitas kerja karyawan. H1 : Terdapat hubungan yang nyata antara perubahan organisasi dan produktivitas kerja karyawan. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji signifikansi adalah 5%. Sedangkan yang menjadi dasar pengambilan keputusan signifikan atau tidaknya hubungan kedua variabel adalah: Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak 3.3.5. Analisis Regresi
Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas, variabel X (karena seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis, atau sumbu X). Variabel yang kedua adalah variabel yang dipengaruhi, variabel dependen, variabel terikat, atau variabel Y. Kedua variabel ini dapat merupakan variabel acak (random), namun variabel yang dipengaruhi harus selalu variabel acak. Regresi berganda seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Model : Y = β0 + β1 X1+ β2X2 + β3 X3 + ε…………………………………….(8) Y= Peubah tak bebas yang dipengaruhi oleh peubah bebas X = Peubah bebas yang mempengaruhi peubah tak bebas ε = galat
33 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah PT. Unilever Indonesia Tbk
PT Unilever Indonesia TBK didirikan pada tahun 5 Desember 1993 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. Berawal tahun 1933 dengan pabrik sabun kecil Batavia, perusahaan telah tumbuh selama lebih dr 75 tahun bersama bangsa Indonesia. Kini, perusahaan menghasilkan 100 produk di pabrik Cikarang dan Rangkut, mulai dari shampo dan teh, sampai sabun cuci dan margarin. Produk Unilever dapat ditemukan diseluruh Nusantara, di berbagai outlet, mulai dari warung hingga jaringan supermarket besar. Karena itu, dampak operasi perusahaan terasa diseluruh nusantara. Dengan pengaruh besar ini, perusahaan memanggul tanggung jawab yang besar pula. Perusahaan telah memahami dinamika ekonomi, masyarakat dan lingkungan sehingga perusahaan yakin bahwa keberhasilan perusahaan saling berkaitan dengan kekuatan
Indonesia
penghematan meningkatkan
energi
setiap
hari,
untuk
mengurangi
kapasitas
pemasok
perusahaan
dan
emisi
berupaya dan
pelanggan
menciptakan
biaya
produksi,
perusahaan;
serta
membangun reputasi terbaik brand perusahaan dengan berbagai program sosial dan lingkungan untuk mengatasi permasalahan Indonesia dengan cara inovatif. Nilai-nilai yang Unilever budayakan seperti : fokus pada pelanggan, konsumen dan masyarakat, kerjasama, integritas, mewujudkan segalanya terjadi, berbagi kebahagiaan, kesempurnaan. Sejak didirikan di Indonesia pada 5 Desember 1933, PT Unilever Indonesia.TBK (Perseroan) telah tumbuh menjadi salah satu perusahaan terdepan untuk produksi kategori Foods dan Ice Cream, Home dan Personal Care rangkaian produknya mencakup brand-brand ternama dan disukai di dunia, seperti Pepsodent, Pond’s, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Surf, Molto, Sunlight, Wall’s Blue Band, Royco, Bango dan lain-lain. Di tahun 2008 perseroan memperingati 75 tahun keberadaannya di Indonesia.
34
Saham Perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 1981 dan tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak 11 Januari 1982. pada akhir 2007, saham Perseroan menempati peringkat ke sepuluh kapasitas pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Perseroan memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT Anugrah Lever dan PT Technopia Lever. PT Anugrah Lever bergerak di bidang produksi, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, sambal dan saus lainnya dengan merek Bango serta merek lainnya dibawah lisensi Perseroan. Sejak awal bulan Agustus 2007 Perseroan meningkatkan penyertaan modal pada PT Anugrah Lever menjadi 100%. PT Technopia Lever bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor produk dengan merek Domestos Nomos, dimana kepemilikan perseroan sebesar 51%. Bagi Perseroan, karyawan adalah pusat dari seluruh aktivitas Perseroan. Perseroan memberikan prioritas pada mereka dalam pengembangan profesionalisme, keseimbangan kehidupan dan kontribusi pada perusahaan dengan kesempatan yang sama. Perseroan saat ini memiliki lebih dari 3000 laryawan tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola dan mengembangkan bisnis dalam satu tatanan yang tanggung jawab dan berkesinambungan, nilai-nilai dan standar yang Unilever terapkan menjadi acuan, terangkum dalam Prinsip Bisnis Unilever. Perseroan juga membagi standar dan nilai-nilai tersebut dengan para mitra usaha, termasuk pemasok dan distibutor. Perseroan mempunyai delapan pabrik utama di Jababeka Cikarang. Jawa Barat dan Rungkut-Surabaya, Jawa Timur, dengan Kantor Pusat berlokasi di Jakarta. Produk-produk Unilever berjumlah sekitar 30 brand dan 800 SKU, yang dipasarkan melalui jaringan yang melibatkan sekitar 400 distributor yang menjangkau ratusan ribu toko dan warung yang tersebar di seluruh indonesia. Produk-produk tersebut didistribusikan melalui pusat distribusi, gudang, depot, dan fasilitas distribusi lainnya. 4.1.2. Misi dan Tata kelola PT Unilever Indonesia Tbk
Misi Unilever dalah menambah vitalitas dalam kehidupan. Unilever senantiasa memenuhi kebutuhan nutrisi, kebersihan dan perawatan pribadi
35 dengan berbagai brand yang membantu masyarakat merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati hidup. Kedekatan Unilever dengan budaya dan pasar lokal seluruh dunia, semakin memperkuat hubungan dengan para konsumen dan menjadi landasan pertumbuhan kami di masa datang. Dalam hubungan ini, Unilever saling berbagi pengetahuan dan pengalaman internasional Unilever yang luas dengan para pelanggan lokal sehingga menjadi perusahaan multinasional yang multi lokal. Keberhasilan jangka panjang Unilever menuntut komitmen penuh terhadap standar kinerja dan produktivitas yang sangat tinggi, kerja sama yang efektif, serta kemauan untuk memahami setiap gagasan baru dan keinginan untuk terus belajar. Unilever percaya bahwa untuk meraih sukses, perusahaan harus memiliki standar prilaku yang tinggi terhadap semua pihak yang bekerja dengan kami, terhadap lingkungan yang terkena dampak operasi serta terhadap masyarakat sekitar. Tata kelola perusahaan penting untuk mencapai berkelanjutan. Karena itu, Unilever berupaya menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dalam setiap kegiatan. Prinsip ini pun telah di integrasikan ke dalam Tujuan perusahaan dan Kode Etik Prinsip Bisnis Unilever. Beberapa elemen tata kelola perusahaan Unilever : •
Unilever bekerja sama dengan Safety and Environment Assurance Committee
(SEAC)
atau
Komisi
Jaminan
Keselamatan
dan
Lingkungan guna memastikan bahwa seluruh proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keselamatan dan lingkungan dari produk perusahaan dilakukan secara terpisah dari keputusan komersial. •
Central Safety, Health dan Environment Committee (CSHEC) atau Komisi
Pusat
Keselamatan,
Kesehatan,
dan
Lingkungan
mengembangkan kebijakan peraturan, prosedur dan standar tentang kesehatan, keselamatan dan lingkungan, serta menyebarluaskan prilaku yang aman dan penanganan investigasi kecelakaan. •
Tim Manajemen Krisis perusahaan tidak saja tanggap terhadap krisis yang melanda masyarakat Indonesia atau operasi, melainkan berbagai persoalan yang berpotensi merugikan.
36
4.1.3. Struktur Organisasi President direktur
Chief Financial Officer
Direktur Home & Personal Care
Direktur Foods
Direktur Ice Cream
• Business System & IT • Competitive & Corporate Strategy • Corporate Management Accounting • Finannce & Accounting • Internal Audit • Investor Relations • Legal Services • Merger & Acquisition
• Commercial HPC • Marketing HPC - Home Care - Personal Care
• Commercial Foods • Marketing Foods • Foodsolutions Business Unit
• Commercial Ice Cream • Marketing Ice Cream • Marketing Services - CMI - CCM - CAS
Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. Unilever Indoensia
Direktur Supply Chain
• Coporate Planning • Engineering • Manufacturing • Quality Assurance • Research & Development • Supply Management • Commercial Suplly Chain
Direktur Costumer Development
• Activation Implementatio n Management • Costumer Services & Logistics • Costumer Marketing & Category Trade Management • Costumer Management - General Trade - Modern Trade • Commercial Costumer Development • Sales Operations & Demand Planning
Direktur Human Resources & Corporate Relations
HUMAN RESOURCES
CORPORATE RELATIONS
• Expertise Team : - Talent - Learning • General Affairs • HR Business Partners • Medical Services • Service Delivery Centre
• Communicat ions - Internal - Eksternal • Corporate Affairs • Unilever Peduli Foundation
37 •
Divisi Home Care Menjadi tanggung jawab sosial pribadi Di tahun 2004, home care menghadapi tantangan pasar yang ketat, terutama di kategori deterjen dan sabun mandi. Kami merasa bangga bahwa akhir tahun 2004 produk-produk kami menguat dalam persaingan. Inovasi adalah kunci untuk pertumbuhan. Di tahun 2004, peluncuran dan peluncuran kembali semua produk dilaksanakan sesuai jadwal, target laba dapat juga tercapai, dengan bantuan kegiatan iklan dan promosi yang lebih efisien. Bisnis dan masyarakat harus hidup berdampingan. Menjalankan bisnis dan peduli terhadap masyarakat merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui program ”berbagi sehat” yang di sponsori oleh Lifebuoy membangun fasilitas yang lebih higienis, untuk meningkatkan kualitas sanitasi pada masyarakat. Salah satu program terbesar rinso tahun ini adalah memecahkan rekor jemuran pakaian terpanjang. Dalam program ini, berhasil mengumpulkan 22.000 potong pakaian, mencucinya dengan rinso dan membagikannya pada mereka yang membutuhkan. Pada akhirnya, tanggung jawab sosial bukan hanya sekedar tanggung jawab perusahaan, tetapi menjadi tanggung jawab sosial pribadi.
•
Divisi Personal Care Membantu sesama menjadi suatu kebutuhan Secara keseluruhan, personal care sekali lagi menikmati pertumbuhan pesat meskipun persaingan pasar sangat ketat. Keberhasilan ini didukung oleh inovasi luar biasa dari skin care, oral care, hair care dan deodorant. Peluncuran kembali rangkaian produk Pond’s secara sukses merupakan hasil dari pemahaman mendalam terhadap konsumen, promosi yang inovatif dan komunikasi merek yang efektif. Pasta gigi Pepsodent Complete Care diluncurkan ke pasar untuk mendukung pertumbuhan segmen premium dan memperkuat citra sebagai ahli perawatan mulut. Peluncuran Sunsilk Clean and Fresh sebagai sampo pertama bagi pengguna ”jilbab”, disambut baik oleh pasar. Hal ini memperkuat posisi Sunsilk sebagai merek yang memahami perempuan. Di deodorant, Axe Pulse diluncurkan dengan sukses dan menjadi
38 sangat populer di kalangan kaum muda, karena pendekatan uniknya dalam berbagai kegiatan dan hubungan masyarakat. Perusahaan menyadari bahwa karyawan memainkan peran penting dalam meraih pertumbuhan yang berkesinambungan. Karyawan memberikan yang terbaik, karena mereka sadar bahwa bekerja bukan semata-mata untuk mencapai terget bisnis, tetapi merupakan suatu kebanggaan dapat meningkatkan kualiatas hidup masyarakat melalui produk-produk Unilever. Perusahaan bekerja sama dengan lembaga pemerintah sejak 1994 lewat program sekolah Pepsodent. Sampai saat ini, sekitar 7.000 sekolah dasar telag diajarkan tentang pentingnya kesehatan mulut. Perusahaan menyediakan materi pendidikan bagi para guru untuk diajarkan kepada anak-anak SD di kelas. Pepsodent juga melaksanakan pemeriksaan gigi gratis untuk meningkatkan kesadaran pentingnya kunjungan berkala ke doketer gigi. Di divisi Personal Care, memilih satu grup program manajer usia muda sebagai tim ”Grow Beyond” untuk mengembangkan program-program yang memberikan motivasi kepada divisi. Salah satu programnya berkaitan dengan tanggung jawab sosial yang dilakukan dengan membantu renovasi sekolah di sebuah desa kurang mampu di Sukabumi. Sesungguhnya membantu perusahaan menjalankan bisnis secara berkesinambungan dengan memperkaya pengetahuan perusahaan tentang masalah kesehatan dan kebersihan pada masyarakat di sekitar perusahaan. Membantu sesama kini menjadi suatu kebutuhan, lebih daripada sekedar kewajiban •
Divisi Foods Memberdayakan perempuan Indonesia di rumah Perusahaan mencatat keberhasilan dengan meraih peningkatan dua digit di tahun 2004. Semua kategori memberi kontribusi yang kuat terhadap keberhasilan ini. Demikian juga dari kerjasama tim semangat dan komitmen sumber daya manusia. Perusahaan memastikan tercapainya target laba yang ditentukan, dan secara progresif meningkatkan marjin melalui efisiensi yang lebih tinggi, pengendalian pembelian dan rantai pasok yang lebih tinggi, terutama untuk kecap Bango.
39 Melalui proses inovasi dan aktivasi berkesinambungan, kategori teh mempertahankan momentum pertumbuhannya dengan mengubah pilihan konsumen dari teh seduh ke teh celup. Sariwangi saat ini memimpin di segmen pasar ini di Indonesia, jauh di depan pesaingnya. Salah satu kunci keberhasilan ini adalah proses interaktif yang melibatkan konsumen dalam mengembangkan resep untuk Sariwangi secara aktif. Ikatan yang lebih kuat dengan merek Sariwangi terjalin. Sariwangi bukan hanya sekedar salah satu merek teh, tetapi lebih penting lagi, merupakan sebuah merek yang menjadi perantara bagi konsumen untuk saling berhubungan. Perusahaan juga berperan dalam mempromosikan pemberian nutrisi, terutama bagi anak-anak, dengan memberi keyakinan bahwa produk-produk Unilever dapat membantu fisik dan mental mereka tumbuh sehat. Melalui produk penyedap makanan, seperti Royco rasa Terasi dan rasa Asam, perusahaan membantu pemeliharaan kelangsungan resep tradisional Indonesia dan memberdayakan perempuan Indonesia di rumah. Perusahaan terus memperkuat peranan dalam masyarakat dan menjadikannya karakter yang permanen. Perusahaan sangat yakin pada penciptaan pasar komoditi yang stabil untuk membantu petani bisa berkembang dan memberi perlindungan pada mereka dari fluktuasi harga. Sejalan dengan perkembangan bisnis, perusahaan akan membutuhkan pengadaan bahan baku lebih banyak. Karena itu, perusahaan akan terus mendorong terciptanya harga yang stabil dan mengembangkan mekanisme penghargaan bagi para petani rekanan perusahaan dengan semangat kerja sama yang saling menguntungkan. •
Divisi Ice Cream Membangun kerja sama berkesinambungan Tim ice cream sekali lagi menyumbangkan pertumbuhan kuat atas penjualan dan laba di tahun 2004, dengan serangkaian inovasi sehat bagi merek Walls, Paddle Pop dan Conello. Penjualan in-home, melalui anjungan penjualan modern/pasar swalayan, menunjukan pertumbuhan yang kuat. Hasil ini, perusahaan yakin adalah berkat hubungan erat perusahaan dengan konsumen, pelanggan dan masyarakat. Melalui bisnis perusahaan menciptakan lapangan pekerjaan sistem distribusi, mulai dari distributor melalui stock point sampai dengan hawker,
40 perusahaan mengantarkan produk kepada konsumen. Disepanjang jalur tersebut, perusahaan mempunyai kurang lebih dari 435 wiraswastawan sebagai rekan bisnis dan sekitar 4.700 pekerja yang berkarya bersama perusahaan untuk mengembangkan bisnis. Salah satu kunci sukses adalah penyediaan pelatihan yang memadai di bidang dasar-dasar penjualan, administrasi usaha dan penanganan produk secara higienis. Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial, perusahaan memegang komitmen untuk memanfaatkan sumber lokal jika memungkinkan, sebagai bahan baku, misalnya kerja sama dengan petani strawberi di Ciwidey, Jawa Barat. Untuk lebih menggali potensi bahan lokal, perusahaan juga mengajak Universitas Gajah Mada ikut serta dalam riset untuk mendapatkan cita rasa terbaik. Di bidang lain, perusahaan mengembangkan program ”IDE” (Inovasi dalam Edukasi). Perusahaan memfasilitasi proses belajar-mengajar interaktif di sekolah-sekolah. Program ini telah memasuki tahun ketiga dan memiliki 233.000 siswa dan 10.000 guru di 800 sekolah yang tersebar di empat kota. Kurikulum ini adalah model yang baik dalam penyeimbangan keuntungan bisnis dengan tanggung jawab sosial. Perusahaan menyediakan bantuan pengajaran yang mudah di mengerti serta perangkat belajar aktif untuk guru dalam menjalankan proses pengajaran interaktif yang menarik. Melalui kegiatan ”Community Connection”. Kami telah berbagi saatsaat bahagia dengan anak-anak, terutama mereka yang kurang beruntung. •
Divisi Supply Chain Memilih untuk melibatkan masyarakat dalam rantai pasok Peusahaan Kegiatan
Supply
Chain
pengembangan bisnis perseroan,
terus-menerus
menunjang
ambisi
dengan memastikan bahwa produk
direncanakan, dihasilkan dan diserahkan dalam jumlah yang benar, dengan kualitas yang sesuai dan pada waktu yang tepat, untuk memuaskan pelanggan. Meskipun mengahadapi
tantangan eksternal dan internal di tahun 2004,
bekerjasama dengan rekan-rekan dari Costumer Care, perusahaan melampaui batas 90%. Walaupun demikian, tingkat pengadaannya tetap minimal. Salah satu kegiatan penting di tahun 2004 adalah relokasi pabrik perawatan rambut dari Surabaya ke Cikarang, termasuk pemindahan pekerja, direncanakan dan dilaksanakan dengan sempurna. Pengadaan produk
41 perawatan rambut di pasar tetap terjamin sebelum, sewaktu dan setelah relokasi. Kepedulian agar mereka nyaman di lingkungan yang baru. Perusahaan bertekad untuk melibatkan masyarakat di sekitar pabrik dalam proses usaha dimana memungkinkan. Dengan demikian perusahaan dapat tumbuh bersama masyarakat secara berkesinambungan. Salah satu contoh adalah perusahaan membuka jalut ke pasar untuk petani dengan membeli sejumlah komoditi yang diperlukan dari koperasi petani. Perusahaan mendidik petani cara memperoleh hasil panen bermutu baik serta meningkatkan produktivitas dengan lingkungan harga bersaing. Kami juga mengembangkan Program SQMP (Stormwater Quality Management Plan), yang mendorong para pemasok/rekanan perusahaan untuk mematuhi peraturan perlindungan sumber daya manusia dan lingkungan. Perusahaan juga memasukkan kepedulian sebagai salah satu syarat agar masyarakat dapat diangkat sebagai pemasok pilihan. Perusahaan yakin bahwa kepedulian pada masyarakat merupakan salah astu aspek penting dalam pertumbuhan bisnis yang menguntungkan secara berkesinambungan, dan menjadi nilai yang diyakini oleh rekanan perusahaan apabila ingin berhasil. •
Divisi Development Peduli lingkungan adalah bagian dari tugas perusahaan Perusahaan senantiasa menunjang tercapainya tuijuan bisnis melalui kerjasama yang baik dengan bagian-bagian lain untuk menghasilkan inovasi yang memenuhi kebutuhan konsumen. Tahun ini perusahaan meningkatkan dukungan dengan menghasilkan inovasi tepat waktu. Untuk Home and Personal Care,
perusahaan telah membantu menggairahkan kembali
kepimpinan pada segmen Oral Crae dan Laundry. Untuk Foods dan Ice Cream, perusahaan telah memberikan kontribusi dengan membuka cakrawala baru bagi bisnis ini yang terus berkembang. Selain itu, perusahaan masih terus menghadapi tantangan untuk mengembangkan bahan alternatif yang lebih hemat biaya, serta menjamin konsistensi kualitas produk Unilever. Perusahaan bertanggung jawab terhadap lingkungan sebagaimana tercermin dalam komitmen perusahaan untuk menggunakan bahan yang ramah lingkungan dalam setiap produk dan kemasan. Perusahaan selalu berupaya menghasilkan kemasan yang lebih modern, namun perusahaan terlebih dahulu menunjukkan kepedulian pada lingkungan dengan mengukur dampak
42 lingkungan secara holistik, sebelum mengadopsi dan merancang kemasan yang baru. Bekerja sama dengan rekan-rekan dari Coporate Relations dalam daur ulang sampah, perusahaan mengundang para pemasok kemasan dan AIDUPI (Asosiasi Industir Daur Ulang Plastik Indonesia) bersama-sama memelopori dan memfasilitasi pengumpulan sampah plastik untuk diproses menjadi produk dengan nilai yang lebih tinggi. Mengikuti kesuksesan perusahaan dengan petani kedelai hitam, perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalam pengadaan ikan untuk Royco Cair. Perusahaan mendirikan unit produksi dengan kapasitas industri, bekerja sama dengan sejumlah pengusaha kecil dan menengah untuk menjalankannya. Dengan demikian, perusahaan memastikan pasokan ikan terjamin, sekaligus menciptakan lapangan kerja bagi petani ikan di sekitar pabrik Unilever. Hal penting lainnya dalam tim Development, perusahaan yakin telah mencapai tahap lanjut dari perjalanan budaya melayani dan akan terus memberikan yang terbaik bagi pelanggan perusahaan, konsumen dan masyarakat pada umumnya. •
Divisi Costumer Care Saat kenyataan mewarnai hubungan perusahaan dengan masyarakat Tahun pemilihan umum memberikan banyak tantangan bagi tim Costumer Care, dengan adanya proses kampanye dan liburan lebih panjangyang mengubah pola normal pengiriman dan penjualan produk kami. Walaupun demikian, perusahaan berhasil membantu mempersembahkan pertumbuhan dua digit, dengan fokus dengan penjualan dasar, pencapaian target penjualan sekunder dan pemantauan stabilitas harga. Saat kenyataan merupakan keadaan pada waktu karyawan perusahaan berinteraksi dengan konsumen yang akan menentukan terjadi atau tidaknya suatu transaksi penjualan. Tim Sales Push perusahaan mengalami saat-saat demikian setiap hari. Kami menyadari bahwa keberhasilan pada titik pembelian adalah saat kenyataan perusahaan. Itulah sebabnya tahun ini perusahaan dapat melihat pelaksanaan aktivasi beberapa produk yang luar biasa dalam menghadapi persaingan yang insentif.
43 Perusahaan yakin mempunyai peluang untuk memberikan dampak terhadap masyarakat melalui karya Unilever. Banyak inisiatif telah dijalankan untuk mencapai tujuan ini. Kantor-kantor penjualan lokal, misalnya, bekerja sama dengan sekolah dan masyarakat setempat mengatasi peningkatan demam berdarah pada saat epidem terjadi dan mengajari mereka tentang cara hidup sehat. Perusahaan juga menjalankan kegiatan bagi tim penjualan agar mereka bisa
meluangkan
waktu
dengan
anak-anak
kurang
mampu
untuk
membangkitkan inspirasi dan meningkatkan aspirasi mereka. Perusahaan juga megikutsertakan pelanggan dalam kegiatan sosial untuk masyarakat dengan mendorong pengembangan sekolah di daerah padat penduduk. Kegiatan lain bersama masyarakat adalah penghijauan kembali Gunung Walat sebagai cermin komitmen peduli perusahaan pada lingkungan yang hijau. Perusahaan yakin, bahwa kesuksesan bisnis harus dibangun atas dasar hubungan berharga. Komitmen perusahaan untuk memastikan bahwa hubungan tersebut mencerminkan kepercayaan timbal-balik, seperti yang terlihat pada saat perusahaan berhubungan dengan pelanggan, konsumen dan masyarakat. •
Divisi Corporate Relations Menjalin hubungan dengan masyarakat sebagai pihak yang penting Perusahaan berkeyakinan kuat bahwa kelangsungan bisnis perusahaan sangat tergantung pada hubungan dengan semua pihak. Corporate Relations memainkan peran penting dalam hubungan dengan tiga pihak utama Perseroan: masyarakat, pemerintah dan media. Perusahaan berkembang bersama masyarakat berlandaskan prinsip kesinambungan dan keuntungan bersama. Melakukan kewajiban untuk lingkungan, perusahaan berprakarsa mengurangi dampak lingkungan sampah plastik. Dengan belajar dari perusahaan daur ulang plastik lokal, perusahaan mencari cara-cara untuk menyederhanakan pengumpulan sampah plastik untuk proses daur ulang lebih lanjut. Perusahaan juga mulai sebuah program yaitu memasang perangkat kompos di rumah-rumah karyawan tertentu, yang akan menjadikan samaph organik rumah menjadi pupuk, sehungga mengurangi sampah rumah tangga secara keseluruhan.
44 Untuk mempererat ikatan antara karyawan dengan masyarakat perusahaan menyelenggarakan program ”Community Connection”, karyawan perusahaan dapat ambil bagian dalam aktivitas bersama masyarakat. Perusahaan yakin, hal ini akan membangun pemahaman dan menciptakan kesan positif pada masyarakat. Sebagai rekanan pemerintah dalam menciptakan pertumbuhan di Indonesia, perusahaan berupaya menjaga hubungan baik dengan pemerintah dan memberi kontribusi bagi penegakkan tata kelola korporasi yang baik. Kepatuhan terhadap peraturandan penerapan praktek tata kelola korporasi yang baik merupakan tugas perusahaan. Perusahaan terus meningkatkan komunikasi tepat sasaran dan memastikan bahwa secara berkala memberikan informasi yang benar dan konsisten mengenai perkembangan usaha kepada semua pihak. Fokus pada tiga C (Costumer/pelanggan, consumer/konsumen dan community/masyarakat)di tahun 2004, telah menghasilkan 47 penghargaan yang diberikan oleh instansi pemerintah, jurnal pemasaran dan investor. •
Divisi Human Resouces Mengembangkan manusia seutuhnya pikiran dan jiwa Perusahaan berkeyakinan bahwa karyawan yang tepat adalah aset paling berharga. Bila perusahaan mengembangkan karyawan, Perseroan pun akan berkembang. Transisi mulus telah terjadi di tahun 2004 pada kepemimpinan Perseroan. Hal ini dimungkinan karena perusahaan telah berhasil menyiapkan jajaran manajemen yang mampu untuk menghadapi tantangan serupa di masa yang akan datang. Perusahaan percaya pengembangan karyawan seutuhnya, meliputi pikiran dan jiwa mereka. Perusahaan berupaya untuk menyentuh jiwa mereka, lebih dari sekedar pelatihan keahlian dan kemampuan. Apabila perusahaan mampu meyakinkan karyawan untuk menuangkan pikiran dan jiwa mereka dalam pekerjaan mereka bisa terdorong sendiri dan siap melakukan hal-hal besar. Sepanjang bulan ramadhan, perushaan menyediakan fasilitas penitipan anak bagi karyawan agar mereka dapat membawa balita mereka ke tempat kerja. Inisiatif ini sangat dihargai oleh para karyawan, terutama keluarga
45 muda. Lewat program semacam ini, perusahaan berharap dapat menyentuh hati karyawan perusahaan dan meyakinkan mereka bahwa perusahaan peduli. Perusahaan memfokuskan program Community Connection di sekitar kantor/pabrik perusahaan. Sebagai contoh, karyawan divisi Sumber Daya Manusia bahu-membahu dengan masyarakat sekitar Pusat Pelatihan perusahaan untuk membangun jalan bata yang menghubungkan desa mereka dengan jalan utama. Perusahaan menyadari bahwa Indonesia kekurangan tenaga kerja terampil dan yakin bahwa perusahaan dapat memberikan sumbangsih. Melalui program ”berlatih sambil bekerja”, perusahaan merekrut lulusan sekolah kejuruan teknik untuk dilatih dalam lingkungan pabrik. Para siswa tersebut mendapat pengalaman kerja sekaligus memperoleh sertifikat keterampilan daro Perseroan. Mereka akan lebih siap mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka. Senang rasanya bila masyarakat menyadari bahwa masyarakat telah memberikan sumbangsih dan menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Hal ini merupakan motivasi besar bagi karyawan perusahaan untuk berkarya lebih baik. Perusahaan jadi lebih bersemangat lagi, ketika usaha perusahaan dihargai masyarakat, dalam penelitian terakhir yang dilakukan oleh salah satu majalah bisnis memberikan kepada perusahaan penghargaan sebagai ”Most Admired Employer” di tahun 2004. 4.2 Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) 4.2.1. Gambaran Umum CSR
Unilever memiliki tujuan perusahaan untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang harmonis dengan lingkungan di sekitar daerah operasinya serta bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan manfaat yang
besar
bagi
masyarakat.
Unilever
memiliki
komitmen
untuk
melaksanakan tanggung jawab perusahaan di bidang sosial serta lingkungan sesuai dengan prinsip pengembangan lingkungan yang berkelanjutan. Unilever melaksanakan semua kegiatan secara bertanggung jawab baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Bentuk tanggung jawab yang diberikan perusahaan terhadap lingkungan sosial sekitar dinyatakan dalam bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR). Dalam menjalankan CSR Unilever memiliki beberapa misi penting, yaitu :
46 1. Mengimplementasikan komitmen perusahaan terhadap CSR untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholders dalam upaya mendukung kemajuan perusahaan. 2. Mewujudkan kepedulian sosial PT Unilever Indonesia Tbk (Persero) dan kontribusi
perusahaan
terhadap
pengembangan
masyarakat
yang
berkelanjutan. Ada beberapa tujuan khusus yang hendak dicapai Unilever dalam menjalankan program CSR diantaranya : 1. Membangun hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. 2. Memberikan kontribusi dalam memecahkan permesalahaan sosial. 3. Meningkatkan nilai budaya perusahaan yang terintegritasi dengan strategi bisnis perusahaan. 4. Bagian dari upaya membangun citra dan reputasi perusahaan. Program CSR yang dijalankan harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya yaitu : 1. Kebutuhan masyarakat : Program disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih luas. 2. Inovasi dan spesifik : Program ditujukan sesuai dengan isu sosial yang spesifik dan di lakukan dengan pendekatan yang inofatif. 3. Potensial : Dalam jangka panjang, secara potensial akan dapat mengatasi isu-isu sosial. 4. Strategi : program secara strategis ditunjukan untuk mengantisipasi masalah sosial dan akan mempertegas pencapaian tujuan. 5. Kemitraan : Perencanaan program serta implementasinya dapat bermitra, LSM, dan perguruan tinggi. Perusahaan yakin, keberhasilan juga menuntut standar tertinggi perilaku perusahaan terhadap siapa pun yang bekerja dengan Unilever, masyarakat mana pun yang berinteraksi dengan Unilever dan lingkungan mana pun yang terkena dampak operasi Unilever. Pembangunan yang berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang
untuk
memenuhi
kebutuhan
mereka
sendiri.
Perusahaan
menyadari bahwa konsep ini bersifat umum yang mencakup faktor
47 lingkungan, sosial dan ekonomi. Karena itu, beroperasi secara berkelanjutan bagi perusahaan tidak cukup dengan mengadakan program pendampingan masyarakat semata-mata, melainkan juga memperbaiki dampak yang timbul baik oleh operasi maupun tata nilai. Karyawan Unilever memainkan peranan penting dalam peningkatan berkelanjutan operasi. Nilai-nilai menyatu dalam semangat berkelanjutan dan dengan nilai-nilai perusahaan berupaya menginspirasi staf agar bertanggung jawab secara pribadi untuk memperbaiki dampak operasi. Mereka dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui pekerjaan sehari-hari dengan mengembangkan sistem distribusi yang inovatif sehingga dapat menciptakan lapangan kerja, melalui perancangan program pemasaran yang mengkampanyekan
prilaku
hidup
yang
lebih
baik,
atau
dengan
penyempurnaan proses di dalam pabrik yang dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi. Karyawan pun secara langsung terlibat dalam berbagai program yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, berkaitan dengan inisiatif utama yang berkelanjutan dalam bidang lingkungan, kesehatan masyarakat
dan
pengembangan
usaha
kecil
menengah.
Singkatnya,
perusahaan mengandalkan komitmen dan kontribusi setiap insan Unilever dalam mencapai tujuan berkelanjutan perusahaan.
4.2.2. Program CSR PT. Unilever Indonesia Tbk
1. ”Lifebuoy Berbagi Sehat” Misi sosial lifebuoy memberikan rasa aman dan nyaman kepada 220 juta penduduk Indonesia dengan memenuhi kebutuhan kesehatan dan kebersihan mereka. Mencuci tangan merupakan kebiasaan yang sederhana, namun sangat berguna, salah satunya untuk mencegah diare. Namun, nampaknya kebiasaan ini belum membudaya di Indonesia, banyak orang belum terbiasa untuk mencuci tangan secara benar, dengan sabun dan air bersih. Pada tahun 2006 perusahaan
menggunakan mendekatkan yang menggabungkan pendidikan
kebersihan dengan upaya meningkatkan fasilitas sanitasi. Lifebuoy juga mengadakan seminar pendidikan untuk guru sekolah dasar dari seluruh Indonesia. Lifebuoy juga menggagas lomba penulisan bagi
48 wartawan media cetak tentang kampanye cuci tangan untuk mendorong masyarakat Indonesia hidup lebih. Dalam program yang berbeda, yaitu program nasional ”Terima=kasih”, perusahaan memberikan penghargaan kepada para pelanggan setia melalui promosi konsumen, dan meyisihkan jumlah uang yang sama. Upaya mendapatkan pengakuan ketika Lifebuoy terpilih sebagai ”top citizen brand” oleh pembaca majalah SWA pada Desember 2005. Penghargaan ini diberikan kepada brand yang dilihat memiliki misi spiritual dan sosial yang mengakar kuat. 2. Pepsodent Misi sosial Pepsodent membebaskan anak Indonesia dari gigi berlubang demi masa depan yang lebih baik. Berdasarkan profil Kesehatan Indonesia tahun 1999, 90% penduduk Indonesia memiliki problem gigi seperti gigi berlubang, infeksi dan radang gusi. Pepsodent merasa terpanggil untuk memberikan kontribusi bagi kesehatan gigi Indonesia.Karena itu, bersama-sama dengan para ibu, guru sekolah, perguruan tinggi, doketr gigi, dan instansi pemerintah, Pepsodent telah membentuk program pendidikan kesehatan gigi bagi anak-anak yang bernama Program Sekolah Pepsodent. Program ini berawal 1995 dan terus berjalan setiap tahun, sekitar 3,2 juta orang Indonesia telah memperoleh manfaat langsung dari program ini. Pada tahun 2006, Program Sekolah Pepsodent telah berkeliling ke 11 kota menjangkau 160.000 siswa di 400 sekolah. Dengan permainan dan cara belajar interaktif, program ini melengkapi Unit Kegiatan Gigi Sekolah (UKGS). Sikat dan pasta gigi gratis disediakan dengan harapan akan ikut membentuk kebiasaan kesehatan mulut siswa yang baik. 3. Rinso ”Berani Kotor itu Baik” Misi Sosial Rinso Membantu anak-anak Indonesia belajar dan berkembang dengan memberikan kebebasan hidup tanpa takut kotor. Bermain di luar membantu anak-anak berteman, belajar bekerja sama dan mengakui kekalahan.Namun, banyak orang tua di Indonesia, melarang anaknya bermain di luar, karena dianggap kotor dan tidak aman. Rinso menyadari nilai aktivitas kreatif dan bermain di luar, namun juga dapat memahami kekhawatiran orang tua ketika melepas anaknya bermain di luar.
49 Langkah awal kampanye ini adalah mengumpulkan informasi mengenai pendapat orang tua dan pakar anak-anak terhadap aktivitas di luar rumah. Rinso mengadakan penelitian mengenai kecerdasan fisik dan bermain atau Play and Physicial Quotient (PQ) di Asia Tenggara dan memperkenalkan program TV yang berjudul ”Test the Nation” dengan melibatkan sejumlah stakeholder termasuk para psikolog dan pakar anak. Hasilnya bahwa banyak orang tua Indonesia memiliki sikap negatif terhadap bermain, dan dalam banyak kasus, mainan dan tempat bermain aman tidaklah tersedia bagi anakanak Indonesia. Guna mengatasi persoalan ini, Rinso memperkenalkan sebuah seri empat buku permainan, ”Ayo Bermain Jangan Takut Kotor”, yang di kemas bersama produk Rinso tertentu. Rinso juga memberikan berbagai jenis perlengkapan permainan luar ruang, seperti tenda, sebagai bagian dari promo Rinso ”Ayo Bermain dan Meraih Hadiah”. Rinso juga mengadakan acara keluarga seperti Taman Bermain Rinso dan ”Dunia Bermain Anak Rinso” di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Salah satu acara Rinso yang terbesar dan terkini, ”dunia Bermain Anak Rinso”, menyediakan kesempatan bermain secara kreatif dan asyik, namun sekaligus juga aman bagi seluruh keluarga. 4. Kampanye HIV/AIDS Close-Up Misi Sosial Close-UP menggerakan generasi muda Indonesia agar dapat melihat, merasakan, mendengar dan mengambil tindakan dalam upaya menyebarkan informasi untuk mencegah HIV/AIDS Pada tahun 2006, Close-Up merencanakan kampanye pendidikan HIV/AIDS untuk kelompok masyarakat yang menjadi target pasarnya, yaitu generasi muda. Menggunakan slogan ”Brani Ngomong Brani Buktiin”, CloseUp bekerjasama dengan beberapa mitra untuk mendorong generasi muda berani mengekpresikan pendapatnya di muka umum dan bertindak untuk memberantas HIV dan AIDS. Sejalan dengan slogan tersebut, Close-Up memberikan sumbangan Rp300 bagi setiap pembelian Close-Up Milk Calcium kepada Yayasan Cinta Anak
Bangsa
(YCAB)
sebuah
nirlaba
yang
memerangi
persoalan
penyalahgunaan narkotika yang makin besar di Indonesia. Untuk para pengguna Close-Up, sebuah gelang atau kalung di berikan untuk menandai
50 dukungan mereka terhadap perang melawan HIV/AIDS dan mengingatkan mereka untuk berani berbicara. Antara bulan Juli dan Desember 2006, Unilever bekerja sama dengan Yayasan MTV Staying Alive, radio Prambors, YCAB, dan Badan Narkotika Nasional menyebar luaskan pesan tentang HIV/AIDS kepada generasi muda di Indonesia melalui kampanye yang dinamis. Momentum penting dalam program ini terlaksana antara bulan Juli dan Desember melalui road show interaktifdi Yogyakarta, Surabaya, Bandung, dan Jakarta, serta melalui talk show di radia Prambors yang memberikan informasi mengenai HIV/AIDS dan cara-cara pencegahannya. Lebih dari 18.000 muda-mudi mengikuti berbagai acara off-air dan menunjukkan komitmen mereka untuk memerangin HIV/AIDS. Puncak acara program ini untuk tahun 2006 diselenggarakan pada hari HIV/AIDS bulan Desember. Lebih dari 50.000 orang memperoleh informasi yang bermanfaat tentang HIV/AIDS sambil mendengarkan acara musik yang mengasyikan. 5. Kecap Bango Misi Sosial Kecap Bango melestarikan warisan kuliner nusantara dan meningkatkan perikehidupan para kedelai hitam Indonesia. Salah satu dampak signifikan dari globalisasi adalah semakin meningkatnya dominasi makanan Internasional, sehingga meminggirkan para penjual makanan tradisional. Bango berkepentingan untuk melestarikan warisan makanan tradisional Indonesia. Sejak tahun 2005, Bango mengadakan Festival Makanan Bango di Jakarta, Medan, Bandung, dan Surabaya penjaja makanan tradisional pun melengkapi acara dengan membangun suasana yg sarat dengan nilai buadayadan tradisi. Banyak manfaat lain yang justru dirasakan setelah festival tersebut. Setelah berpartisipasi dan menjadi ”terkemuka”, para penjaja makanan telah mengembangkan kalangan pelanggan yang lebih luas. Melanjutkan keberhasilan di tingkat festival, Bango menciptakan prigram acara kuliner di TV berjudul ”Bango Cita Rasa Nusantara”. Melalui prigram ini, Bango dapat mempromosikan makanan tradisional dari berbagai tempat di seluruh Nusantara kepada masyarakat Indonesia.
51 Kecap Bango memperoleh rasa uniknya dari kedelai hitam yang ditanam oleh petani pada musim jeda tanam padi di Pulau Jawa. Namun, banyak petani beralih ke kedelai kuning atau tanaman musim jeda tanaman padi yang lain. Makin sedikit petani yang menanam kedelai hitam, sehingga pasokan yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan produksi Kecap Bango berkurang. Banyak petani yang kekurangan modal dan pengetahuan teknis untuk kembali memproduksi kedelai hitam berkualitas tinggi. Sejak tahun 2000, Unilever bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang bertujuan untuk memperoleh kedelai hitam langsung dari petani setempat. Pogram ini mencakup akses ke bibit unggul, bantuan peralatan seperti mesin perontok, dan juga dukungan kepastian pemasaran bagi hasil panen. Pada tahun 2002, program ini berawal dengan sangat sederhana : hanya 10 petani dan 10 hektar laha tersedia. Akan tetapi, pada tahun 2006, jumlah peserta sudah mencapai 5.000 petani, dan Kecap Bango mampu memperoleh 21% dari kebutuhan kedelai hitamnya. 4.3. Misi dan Tujuan Yayasan Unilever Indonesia
Yayasan Unilever Indonesia berdiri pada tahun 2000 dengan tujuan ”menjadi perwujudan utama tanggung jawab perusahaan”. Pendirian yayasan ini adalah langkah nyata untuk menuju pertumbuhan bersama dengan masyarakat dan lingkungan secara berkelanjutan. Perusahaan berupaya untuk berbagi sumber daya dalam upaya pencapaian kualitas yang lebih baik. Misi perusahaan adalah memberdayakan potensi masyarakat, memberikan nilai tambah, memperkuat sinergi dan menjadi katalisator yang menginspirasi pengembangan kemitraan. Setiap inisiatif CSR perusahaan bangun dengan pemikiran dasar yang komprehensif. Perusahaan selalu berupaya dari hal yang kecil untuk menjaga efektifitas pengembangan inisiatif. Setelah itu perusahaan segera mereplikasikan atau mengembangkan keberhasilan yang telah dicapai, agar dampak sosial inisiatif yang bersangkutan menjadi lebih besar.
52 4.3.1. Komitmen Yayasan Unilever Indonesia
Keterlibatan Masyarakat
Public Health Education
Lingkungan
• HIV / AIDS • Integrated Health Promotion Program
Care For Area Surrounding
Community Services In Unilever Sites
•
Humanitarian Aid
• Can Do Nabire • Can Do Aceh • Can Do Yogya • Corporate
• Surabaya Environment Project (Surabaya Green & Clean) • Jakarta Environment Project (Jakarta Green & Clean) • Employee Awareness • Packaging Waste Project (Litterbug Program)
Gambar 4. Struktur Organisasi Yayasan Unilever Indonesia Visi Yayasan Unilever Indonesia : •
Menjadi Bagian dari Solusi Lingkungan.
•
Mengubah paradigma masyarakat dalam menjaga lingkungan termasuk cara mengelola sampah dengan cara pemisahan sampah organik dan anorganik
•
Meningkatkan kondisi sanitasi dan penghijauan di area sekitar
•
Mengembangkan model kaderisasi untuk pemberdayaan komunitas.
•
Memfasilitasi pembelajaran kesadaran dan keaktifan warga di masyarakat.
•
Menggerakkan komunitas menjadi agen perubahan untuk lingkungan.
•
Menciptakan kerjasama untuk mewujudkan jaringan pemberdayaan masyarakat.
53 4.3.2. Rule of Partner
Yayasan Unilever Indonesia Sebagai Fasilitator dalam menjalankan program Universitas Sumber informasi dalam melakukan pendidikan pada masyarakat Pemerintah Memberikan dukungan pada program baik secara internal dalam stuktur pemerintah maupun eksternal
Lain- lain : LSM, Pemulung, Industri daur ulang Partner dalam menjalankan program Pengembangan
Pe-komposan dan daur
Sanitasi dan
Kader
ulang sampah
penghijauan
Masyarakat percontohan sebagai daerah bersih, hijau dan sehat Media Menciptakan kesadaran masyarakat akan isu lingkungan lewat kampanye dan artikel-artikel edukasi masyarakat
Masyarakat Gambar 4. Rule Of Partner Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Yayasan Unilever Indonesia : 1. Integrasi, Membangun kepercayaan di komunitas dengan keterlibatan. Menemukan Fasilitator dan Kader lingkungan 2. Investigasi Sosial Analisa sosial-budaya komunitas untuk memahami karakter dan modal sosial komunitas setempat 3. Perencanaan,
sebuah
proses
untuk
mengidentifikasi
tujuan
dan
menterjemahkan tujuan ke dalam kegiatan yang nyata dan spesifik. Perencanaan akhir dan pengambilan keputusan akhir dilakukan oleh kelompok yang diorganisir. 4. Agenda Kerja, Melakukan agenda-agenda aksi bersama dalam kelompokkelompok kecil sesuai dengan hasil perencanaan
54 5.
Kampanye Publik, Membangun aliansi memperluas lingkaran pengaruh kesadaran di komunitas untuk memecahkan permasalahan bersama Motivator
Yayasan
Unilever
Indonesia
merupakan
Motivator
pemberdayaan komunitas yang berbasis pada gerakan nilai dengan karakter utama otonom, nirlaba, pluralis (melampaui batas-batas keagamaan, ras, kesukuan, golongan dan kedaerahan), egaliter (tidak mengabdi kepada kepentingan politik tertentu), cinta damai dan aktif menggalang gerakan masyarakat sipil. Perwujudan Motivator Yayasan Unilever Indonesia sebagai basis gerakan nilai tersebut dibingkai oleh Tata Nilai, Visi, Misi, Tujuan, Dimensi Pemberdayaan dan Dimensi Pendekatan
4.4. Kegiatan program CSR Yayasan Unilever Indonesia
2%
L ingkunga n S emua
31% 59% 8%
D aur ulang P endidikan
Gambar 5. Kegiatan CSR di Pasar Minggu 4.4.1. Program Lingkungan 4.4.1.1. Kesadaran Masyarakat Tentang Lingkungan
Beberapa daerah di Pasar Minggu pada tahun 2006 sudah mendapatkan Program PHBS (Program Hidup Bersih dan Sehat). PHBS sendiri sebenarnya sudah menekankan pentingnya pola hidup bersih dan sehat. Namun PHBS ini belum sampai menyentuh tentang penghijauan dan pengelolaan sampah. Jadi sebenarnya berbekal dari PHBS maka masyarakat sudah lebih mudah dibangun kesadarannya akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, sehingga Program JGC ini relatif lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat tersebut.
55 4.4.1.2. Kondisi lingkungan di Pasar Minggu
22% K urangnya lahan pekerjaan 78%
L ingkungan yang kotor
Gambar 6. Kondisi Lingkungan Pasar Minggu Secara umum, lingkungan pasar minggu jalan mesjid al-fallah pejaten indah 2 belum tertata dengan baik seperti yang ada sekarang ini. Tanaman hijau pun sangat sedikit, belum ada pemilahan sampah apalagi pembuatan kompos dan pemanfaatan sampah kering (Pengelolaan sampah plastik kemasan Multilayer) oleh anggota masyarakat. Jadi, jika dilihat perbedaannya antara sebelum JGC ini dilaksanakan dengan setelah dilaksanakan, maka sangat terlihat perbedaan yang mencolok. Dulu, sebelum ada program, hanya beberapa rumah yang memiliki tanaman hias di depan rumahnya, itu pun paling hanya sekitar 5 pot saja, sedangkan sekarang, setiap rumah paling sedikit memiliki 15 pot tanaman dan semua tertata dengan baik. Apalagi pembuatan kompos dan pengelolan sampah kering, dulu sebelum Program JGC dilaksanakan, kegiatan itu sama sekali tidak ada. Namun untuk RW 05 dimana kondisi ekonomi masyarakatnya relatif menengah ke atas, maka hampir setiap rumah sudah kelihatan asri, namun untuk pembuatan kompos dan pengelolaan sampah masih minim sekali.
56
KONSEP IDEAL MANAJEMEN SAMPAH di JAKARTA Sampah Sampah Domestik Domestik
√
Pemisahan Pemisahan Sampah Sampah
Sampah Sampah Organik Organik 70% 70%
TPA 80%
Lingkungan 20%
Sampah Sampah Non-organik Non-organik 30% 30%
Daur Daur ulang ulang 26% 26% DI DI proses proses menjadi menjadi kompos kompos
Tugas dari Kader Lingkungan
Tidak Tidak Daur Daur Ulang Ulang 4% 4%
jak arta MOTIVATOR
Gambar 7. Konsep Ideal Manajemen Sampah 4.4.1.3. Kebijakan yang mendasari dan terkait dengan Program
Program itu sendiri sebenarnya adalah Program dari MENLH (Menteri Lingkungan Hidup) yang tentunya wajib untuk dilaksanakan diseluruh wilayah di Indonesia, apalagi DKI Jakarta sebagai Ibu Kota Negara. Program ini tidak lain adalah cerminan dari Undang-Undang Lingkungan Hidup yang ada saat ini. Sebelumnya untuk wilayah Jawa Timur, Program ini telah dilaksanakan di Kota Surabaya dan dapat dikatakan berhasil. Disamping itu, kebijakan-kebijakan yang ada di dunia swasta juga harusnya memiliki keterkaitan dengan program yang dikeluarkan oleh MENLH ini. Pihak swasta dapat berperan melalui dana CSR yang mereka miliki, seperti yang dilaksanakan oleh pihak Unilever salah satunya Program JGC (Jakarta Green and Clean). 4.4.1.4. Koordinasi antar berbagai pihak
Berbagai pihak terlibat dalam pelaksanaan Program JGC ini, baik Pemerintah, Masyarakat dan Pihak Swasta. Ketiganya ini harus saling berkoordinasi secara terbuka dan lebih melihat apa yang dibutuhkan oleh masyarakat sehingga masyarakat benar-benar diberikan kesempatan untuk memperlihatkan kebutuhannya. Pemerintah dalam hal ini adalah BPLHD Kotamadya Jakarta Selatan, Kelurahan dan Kecamatan serta LSM ACT (Aksi Cepat Tanggap), Harian Republika dan Radio Delta FM sebagai media sosialisasi dan komunikasi yang dipergunakan .Dalam setiap kegiatan, seluruh pihak ini memberikan kontribusi.”
57 4.4.1.5. Tahap pengkajian
Pada awalnya perusahaan mengidentifikasi wilayah-wilayah yang mungkin dijadikan sasaran pelaksanaan Program JGC ini yang tentunya disana belum ditemukan lingkungan yang hijau dan juga aspek lainnya seperti belum ada pembuatan kompos. Dari identifikasi seluruh wilayah DKI Jakarta salah satunya yang ada di Jakarta Selatan. Dari hasil identifikasi tersebut kemudian dimintai agar setiap RW mengirimkan 2 (dua) orang fasilitator untuk diberikan pelatihan dan pembinaan terlebih dahulu. Keseluruhan Fasilitator se-DKI Jakarta yang telah mendaftar, kemudian perusahaan undang untuk mengikuti pelatihan dan pembinaan. Pelatihan dan pembinaan fasilitator ini dilakukan selama 3 (tiga) hari penuh. Materi tentang pentingnya pelestarian lingkungan, materi bagaimana memberikan pendampingan/memotivasi masyarakat, serta brainstorming diantara para peserta dan pelaksana. Juga banyak dilakukan diskusi-diskusi dan simulasi. Seluruh pelatihan ini dilaksanakan gratis kepada para peserta. Disamping fasilitator, perusahaan juga mengarahkan agar setiap RT membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari beberapa kepala keluarga yang masing-masing kelompok memiliki satu orang ketua kelompok yang disebut sebagai Kader Lingkungan. Sebelum melaksanakan tugasnya sebagai Kader Lingkungan, maka mereka yang telah terdaftar terlebih dahulu diberikan pelatihan juga selama 1 (satu) hari di tempat yang sama. Pelatihan diberikan kepada Kader Lingkungan ini lebih menitikberatkan tentang sharing atau berbagi pengalaman dari berbagai pihak yang terlibat.
58 4.4.2 Proses PROGRAM LINGKUNGAN BERSAMA KADER LINGKUNGAN “Memberdayakan Masyarakat sebagai Agen Perubahan” 10 - 20 Rumah Penghijauan
Tanaman TOGA
Program:
= 1 Kader
Pemisahan dan Pengolahan Sampah = MENGURANGI 96% Organik 70 % 1 - 2 KRT atau Diolah di composting communal
Non Organik yg dapat di Daur Ulang 26% Pengumpulan sampah NonOrganik
jak arta MOTIVATOR
Gambar 8. Program Lingkungan Bersama Kader Lingkungan Proses sosialisasi Program JGC (Jakarta Green and Clean) Program ini pertama sekali perusahaan sosialisasikan secara menyeluruh di wilayah DKI Jakarta melalui Harian Republika dan Radio Delta FM sekitar Bulan April 2007 dan untuk Pasar Minggu perusahaan masuk ke dalam lingkungan tersebut pada akhir April 2007. Seseorang Motivator, tugasnya dikatakan tidaklah mudah. Sebab untuk masuk kedalam anggota masyarakat untuk memperkenalkan program lingkungan seperti ini dengan karakteristik masyarakat yang sangat heterogen dan kondisi sosial ekonomi kelas bawah. Perusahaan mencoba masuk ke dalam masyarakat tersebut agar bisa menjelaskan lebih detil ke pada masyarakat dan bisa menentukan siapa yang menjadi kader lingkungan.
59
4.4.2.1. Proses pembentukan serta proses penyusunan kegiatan yang dilaksanakan dalam Program PENGEMBANGAN KADER “Memberdayakan Masyarakat sebagai Agen Perubahan”
Champion
Motivator jak arta MOTIVATOR
Gambar 9. Pengembangan Kader Pembentukan kader dilakukan oleh para fasilitator dan kader lingkungan bersama dengan pengurus RW mereka masing-masing. Dalam hal ini, perusahaan sebagai motivator mempercayakan sepenuhnya kepada mereka sebab mereka yang lebih memahami sesama anggotanya. Demikian juga untuk penyusunan kegiatan kelompok warga madani sepenuhnya adalah kesepakatan mereka juga. Yayasan Unilever sebagai motivator hanya memberikan arahan dan bimbingan saja, apabila ada kendala yang dihadapi kelompok. Namun, kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan adalah kegiatan-kegiatan yang memang telah mereka dapatkan pada saat pelatihan dan pembinaan. Karena pada dasarnya program ini adalah pemberdayaan masyarakat.” 4.4.2.2. Motivator
Penyuluhan atau pendampingan perusahaan laksanakan secara rutin dengan mengunjungi anggota masyarakat. Pada awal pelaksanaan program, Bulan Mei 2007, bersama-sama dengan masyarakat melakukan kegiatan pencarian tanaman serta media tanam, melakukan penanaman tanaman, melakukan kegiatan pemilahan sampah dan yang terakhir ini, baru dilaksanakan adalah kegiatan pengelolan sampah kering oleh masyarakat. Jadi tidak ada materi penyuluhan atau pembinaan khusus yang diberikan, namun yang dilakukan adalah berusaha memberikan semangat dan senantiasa hadir
60 dalam setiap kegiatan masyarakat dan memberikan saran-saran apabila diperlukan. 4.4.2.3. Mekanisme proses monitoring dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dalam program ini. Didalam Unilever ada tim sendiri yang bekerja melakukan monitoring dan evaluasi terhadap lokasi-lokasi yang merupakan tempat pelaksanaan CSR. Namun hasil monitoring dan evaluasi yang ada sepenuhnya dipergunakan untuk langkah-langkah perbaikan terhadap pelaksanaan program. Namun langkah-langkah yang diambil tidaklah bersifat mutlak sebab program ini adalah pemberdayaan masyarakat yang benar-benar membutuhkan kesadaran masyarakat. Sedangkan monitoring ditingkat masyarakat, setiap Kader Lingkungan harus membuat laporan pelaksanaan kegiatan yang telah mereka lakukan dan dibahas satu bulan sekali dalam pertemuan rutin mereka yang digabung dengan arisan warga yang ada disana. 4.4.2.4. Mekanisme dan proses terminasi
Dalam agenda perusahaan, program ini tidak memiliki batas waktu. PT. Unilever terus mendampingi masyarakat sepanjang masyarakat tersebut memiliki keinginan untuk mengembangkan diri mereka. Seperti yang diinginkan mereka untuk mendirikan usaha pembuatan tas, lalu perusahaan memberikan sofe skill dan hard skill. 4.4.3. Product 4.4.3.1. Hubungan antara Program dengan harapan masyarakat P eningkatan program s ecara kualitatif dan kuantitatif P T . Unilever Undones ia menjadi lebih baik
4% 8% 2% 37%
P erubahan yang lebih baik dalam mas yarakat K ontinuitas bantuan
31% 12%
6%
P erluas daerah s as aran P erus ahaan lain mengikuti langkah unilever K ehidupan mas yarakat dan ekonomi yang baik
Gambar 10. Harapan Masyarakat
61 Sikap para anggota masyarakat berubah bila dibandingkan dengan sebelum program ini dilaksanakan. Yang di maksudkan disini tentunya adalah sikap anggota masyarakat terhadap pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian
lingkungan.
Alhamdulillah,
seluruh
anggota
masyarakat
memahami betapa lingkungan sangat perlu untuk ditata dengan baik. Kondisi jalan masuk ke pemukiman adalah gang-gang yang ukurannya hanya bisa dilalui 2 (dua) sepeda motor. Apabila berpapasan dua gerobak, maka salah satu harus ada yang mengalah. Itu dulu sebelum dipinggiran gang-gang tersebut dibariskan pot-pot yang berisi kembang. ekarang setelah banyak sekali pot-pot mengisi pinggiran gang-gang tersebut, maka dapat dibayangkan jalan masuk ke tempat tinggal mereka akan semakin sulit. Tapi, ya itu tadi, perubahan sikap mereka ke arah yang lebih baik, sehingga hal tersebut tidak menjadi permasalahan bagi mereka dan jika dilihat saat ini mereka memiliki kesadaran untuk memarkirkan sepeda mereka di ujung gang, padahal dulu sebelum ada program ini, sepeda motor parkir di depan rumah mereka masingmasing. Belum lagi dengan seringnya kunjungan-kunjungan dari luar, sikap masyarakat sangat dapat menerima para tamu, bahkan ada yang dari luar negeri seperti Jepang dan Singapura, yang sengaja datang untuk melihat hasil kerja keras mereka dalam menata lingkungan. Sungguh suatu perubahan yang sangat luar biasa. 4.4.3.2. Hubungan antara Program dengan perubahan perilaku
Seiring dengan perubahan sikap tadi, maka perilaku masyarakat pun berubah menjadi lebih baik. Dengan sadar mereka senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, merawat tanaman, melakukan pemilahan sampah rumah tangga yang mereka hasilkan. Perubahan yang dapat menjadi suatu kebanggaan bagi anggota masyarakat.
62 4.4.3.3. Hubungan antara Program dengan tingkat ekonomi masyarakat Ilmu 2%2% E konomi mas yarakat meningkat
31%
K eles tarian dan kebers ihan lingkungan K eamanan
65%
Gambar 11. Keuntungan CSR Sebetulnya program ini tidak ada kaitannya dengan kondisi ekonomi masyarakat, program ini tidak bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Tetapi tujuannya adalah menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Apabila dalam program ini ada peningkatan ekonomi atau peningkatan pendapatan dari anggota masyarakat itu adalah hanya merupakan dampak positif dari program ini. Sebab dalam program ini, perusahaan juga melatih para fasilitator untuk memiliki jiwa enterpreneur, harapannya adalah agar para anggota masyarakat dapat mengembangkan diri mereka dengan menggali potensi lingkungan yang mereka miliki. 4.4.3.4. Kondisi lingkungan setelah Program Menambah lahan pekerjaan
6% 41%
L ingkungan bers ih
53%
D aerah terkenal
Gambar 12. Manfaat CSR Kondisi lingkungan sangat-sangat jauh berbeda, lebih asri, lebih bersih, lebih tertata dengan baik dan lebih nyaman. Serta disamping itu, lingkungan sosial juga terasa lebih akrab.
63 4.4.3.5. Keberhasilan atau kegagalan Program di Pasar Minggu dan yang menjadi penghambat dan pendukungnya 20% T idak ada
Ada 80%
Gambar 13. Keluhan terhadap Program CSR Program JGC ini sangat berhasil dan mencapai tujuannya. Berbagai penghargaan telah mereka terima, salah satunya adalah Juara ke-4 Lomba JGC se-DKI Jakarta yang dilaksanakan pada Bulan Agustus 2007 lalu. Disimpulkan bahwa sebenarnya pola hidup bermasyarakat sangatlah menjadi faktor penentu program ini dapat berhasil dilaksanakan atau tidak. Ternyata lebih mudah untuk melaksanakan program pemberdayaan masyarakat seperti Program JGC ini pada lokasi yang permukiman dengan pola hidup bermasyarakatnya masih terasa akrab dan tidak individualis, karena merasa senasib. Sebab ternyata lebih mudah untuk membangun kebersamaan diantara masyarakat yang seperti itu jika dibandingkan dengan kondisi masyarakat yang ekonominya sudah lebih tinggi. Bagi masyarakat yang kondisi ekonominya sudah lebih tinggi dan bangunan rumah mereka relatif luas maka kesibukan dan tingkat pendidikan yang tinggi menjadi penghalang bagi program pemberdayaan masyarakat untuk masuk kedalamnya. Disamping itu juga biasanya, anggota masyarakat yang sudah lebih mampu ekonominya lebih mengandalkan tukang kebun untuk mengurus halaman mereka dan lebih bersifat individualistis. Jadi, sebenarnya faktor pendukung dari pelaksanaan program ini adalah kesediaan masyarakat untuk mau menerima program ini, itu yang paling utama. 4.4.4. Program Daur Ulang
Di dalam program JGC selain program lingkungan PT Unilever Indonesia Tbk mengajarkan juga kepada masyarakat pasar minggu agar bisa menjadi seorang entepreunership yaitu mengajarkan kepada masyarakat cara
64 mengolah limbah dengan baik dan bisa berguna bagi masyarakat. Perusahaan bermaksud agar masyarakat bisa menjadi warga yang mandiri, tidak bergantung kepada perusahaan dan agar bisa terus menjalin hubungan dengan masyarakat. Yang di maksud program Daur ulang tersebut adalah program di mana mendaur ulang bahan-bahan yang sudah tidak bisa terpakai menjadi barang berguna bagi masyarakat. 4.4.4.1. Awal terjadinya program daur ulang
PT. Unilever Indonesia Tbk adalah salah satu penghasil limbah terbesar. Perusahaan harus bertanggung jawab atas limbah tersebut. Tanpa bergeraknya perusahaan, limbah akan semakin menumpuk dan bisa menyebabkan musibah. Pada tahun 2006 PT Unilever Indonesia Tbk mengadakan suatu perlombaan tentang program daur ulang se DKI Jakarta. Kemudian di pilih juara 1 dari Jakarta Selatan, Timur, Utara dan Barat. Pemenang diberikan dana stimulan sebesar Rp 750.000 dan 1 buah mesin jahit. Tidak itu saja pemenang juara 1 juga di berikan pelatihan agar kwalitas produk lebih baik. 4.4.5. Proces
Masyarakat pasar minggu membuat suatu penyimpanan yang di namakan Bank Sampah. Arti Bank Sampah tersebut yaitu setiap minggu masyarakat daerah pasar minggu tersebut mengumpulkan sampah untuk di timbang kemudian sampah-sampah tersebut dibeli oleh sekelompok yang mengerjakan proses daur ulang tersebut. Agar masyarakat bisa menghargai arti sebuah sampah, Maka di tetapkan harga /Kg sampah. Kelompok daur ulang juga bekerja sama dengan pemulung-pemulung agar mendapatkan bahan baku yang diinginkan. Harga-harga /Kg sampah : •
Botol Aqua : Rp 2500
•
Kardus
: Rp 800
•
Kemasan
: Rp 5.000
65 4.4.6. Product D aur ulang 4% 2%
12%
25%
D aur ulang dan L ingkungan P endidikan dan D aur Ulang
4% 53%
P endidikan, D aur Ulang dan L ingkungan L ingkungan P endidikan dan
Gambar 14. Program CSR yang Efektif Barang-barang yang di hasilkan cukup banyak seperti tas laptop, shopping bag, sendal, dompet, payung, shower curtain, back pack, lady bag, cosmetic bag, dan pencil box. Dari ukuran kecil hingga besar juga tersedia. Dari segi pemasaran masyarakat tersebut bisa meminta bantuan kepada PT Unilever Indonesia untuk memasarkan produk atau konsumen bisa langsung datang ke pabrik. Barang di buat sesuai dengan banyaknya pesanan. Sekarang produk tersebut sudah Go Internasional ke berbagai negara yaitu Belanda, Amerika, Singapur, Australia dan lain-lain. Usaha ini juga sudah bekerja sama dengan Hypermart agar masyarakat luas bisa lebih mengenal produk tersebut. 4.4.7 Program Pendidikan
PT Unilever Indonesia Tbk mengadakan suatu program mengenai pendidikan dan program
ini dinamakan Petualangan Taro. Program ini
dilaksanakan selama dua minggu. 4.4.8. Proces
PT Unilever Indonesia Tbk mempunyai fasilitator dengan tugas, mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di Jalan Mesjid Al-Fallah Pejaten Indah 2 Pasar Minggu. kemudian anak-anak diberi pengarahan dan pengetahuan. Perlombaan- perlombaan pun di adakan seperti cedas cermat, lomba menggambarkan, lomba puisi dan lain-lain. Program ini bertujuan agar anak-anak lebih kreatif, semangat dalam belajar, meningkatkan sosialisasi dengan teman-teman, dan membuat anak-anak terhibur.
66 4.5. Cara Pandang Masyarakat Terhadap PT.Unilever Indonesia Tbk
S angat membantu
8% 37%
P eduli 55% B aik
Gambar 15. Cara Pandang Masyarakat terhadap Unilever Perusahaan sudah sukses dalam mencanangkan program CSR. Sudah terlihat jelas, lingkungan tersebut kini menjadi indah, bersih, dan tidak kotor lagi kemudian masyarakat daerah pasar minggu sudah bisa hidup mandiri karena mereka sudah membuat suatu produk dari daur ulang. Masyarakat pasar minggu kini sudah lebih mengenal tentang PT Unilever Indonesia. TBK. Tujuan PT Unilever Indonesia hanya satu dan sudah jelas terlihat yaitu meningkatkan brand image perusahaan atau meningkatkan nama baik perusahaan. 0%
E fektif T idak 100%
Gambar 16. Efektivitas Program CSR
67 Tabel 3. Deskriptif Demografi Responden
J enis K elamin 33% perempuan laki-laki 67%
(a) Di daerah pasar minggu responden yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak sebesar 31 orang (67%) di bandingkan jumlah responden perempuan sebesar 15 orang(33%).
T ing kat P endidikan 18%
2% S MU 49%
S MP SD Mahas is wa
31%
(b) Tingkat Pendidikan responden di daerah pasar minggu yang SMU mendominasi sebesar 22 orang(49%) karena itu pengetahuan mereka masih sangat minim.
P endapatan P er 4% B ulan <= 1 juta > 1 juta
96% (c) Penghasilan yang mereka dapat itu sebesar kurang dari Rp 1 juta karena itu daerah pasar minggu masih banyak sekali kekurangan.
Us ia 14% 20-30 tahun 16%
45% 30-40 tahun >40 tahun < 20 tahun 25%
(d) Rata – rata usia daerah pasar minggu dari umur 20-30 sebesar 22 orang (45%) itu dimana mereka harus lebih produktif
68 4.6.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Program CSR Yayasan Unilever Indonesia Berdasarkan hasil kuisioner yang di lakukan kepada responden dapat
diketahui atribut-atribut yang mempengaruhi terjadinya program CSR Yayasan Unilever Indonesia : 1. Faktor Pihak Penerima Bantuan a. Latar belakang pendidikan. b. Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang. c. Partisipasi masyarakat atas program CSR. d. Latar belakang umur. e. Komunikasi dengan masyarakat sekitar. f. Pencarian informasi tentang perlombaan. g. Hubungan baik dengan perusahaan. h. Peran aktif organisasi masyarakat. 2. Faktor Organisasi a. Kinerja karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dalam melakukan program CSR. b. Informasi dari perusahaan ke masyarakat. c. Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat. d. Konsistensi perusahaan dalam program CSR terhadap masyarakat. 3. Faktor Prioritas kebutuhan a. Karakteristik daerah tersebut. b. Jumlah individu yang membutuhkan. c. Desa tertinggal. d. Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah. Dari setiap atribut-atribut program CSR di atas dapat di identifikasikan beberapa faktor uatama yang mempengaruhi terjadinya program CSR berdasarkan persepsi pelaksanaan program CSR tersebut, yaitu : 4.6.1. Faktor pihak penerima bantuan
Faktor pihak penerima bantuan merupakan faktor berhubungan dengan mitra binaan.faktor ini di bentuk oleh delapan atribut yaitu (1) Latar belakang pendidikan. (2) Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang. (3) Partisipasi masyarakat atas program CSR.
69 (4) Latar belakang umur. (5) Komunikasi dengan masyarakat sekitar. (6) Pencarian informasi tentang perlombaan. (7) Hubungan baik dengan perusahaan. (8) Peran aktif organisasi masyarakat. Sebaran hasil jawaban kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4. Sebaran Responden Terhadap Faktor Pihak Penerima Bantuan
Faktor Pihak Penerima Bantuan
Pertanyaan
Latar belakang pendidikian Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang Partisipasi masyarakat atas program CSR Latar belakang umur Komunikasi dengan masyarakat sekitar Pencarian informasi tetang perlombaan Hubungan baik dengan perusahaan Peran aktif organisasi masyarakat Kesimpulan
Jumlah Responden Skala Skala Skala 3 4 5
Ratarata
Keterangan
Skala 1
Skala 2
4
3
11
14
14
3,67
Berpengaruh
0
6
13
13
13
3,76
Berpengaruh
0
1
3
6
36
4,67
Sangat berpengaruh
2
4
11
18
11
3,69
Berpengaruh
0
0
6
5
35
4,63
Sangat berpengaruh
0
4
3
7
32
4,45
Sangat berpengaruh
0
1
4
8
33
4,58
Sangat berpengaruh
0
1
3
5
37
4,69
Sangat berpengaruh
6
20
43
76
191
4,27
Sangat berpengaruh
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap faktor latar belakang pendidikan diperoleh nilai untuk atribut latar belakang pendidikan sebesar 3,67 dengan penilaian berpengaruh, atribut kemampuan dalam mengerjakan
70 proses daur ulang sebesar 3,76 dengan penilaian berpengaruh. Untuk atribut partisipasi masyarakat atas program CSR sebesar 4,67 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut latar belakang umur sebesar 3,67 dengan penilaian berpengaruh. Untuk atribut komunikasi dengan masyarakat sekitar sebesar 4,63 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut pencarian informasi tentang perlomabaan sebesar 4,45 dengan penilaian sangat berpengaruh. Untuk atribut hubungan baik dengan perusahaan sebesar 4,58 dengan penilaian sangat berpengaruh dan atribut peran aktif organisasi masyarakat sebesar 4,69 dengan penilaian sangat berpengaruh. Sehingga diperoleh kesimpulan faktor Atribut partisipasi masyarakat atas program CSR, komunikasi dengan masyarakat sekitar, pencarian informasi tentang perlombaan, hubungan baik dengan perusahaan, dan peran aktif organisasi merupakan atribut yang sangat berpengaruh dalam menjalankan program CSR tanpa atribut tersebut masyarakat tidak akan mengetahui program CSR yang ada di PT Unilever Indonesia Tbk, dan masyarakat pasar minggu tidak akan memenangkan perlombaan juara 1 JGC yang di adakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk. 4.6.2. Faktor Organisasi
Faktor organisasi merupakan faktor yang berasal dari internal perusahaan PT Unilever Indonesia. faktor ini di bentuk oleh empat atribut yaitu : (1) Kinerja karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dalam melakukan program CSR. (2) Informasi dari perusahaan ke masyarakat. (3) Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat. (4) Konsistensi perusahaan dalam program CSR terhadap masyarakat. Sebaran hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut :
71 Tabel 5. Sebaran Jawaban Responden Terhadap Faktor Organisasi
Faktor Organisasi
Pertanyaan
Kinerja karyawan dalam melakukan program CSR Informasi dari perusahaan ke masyarakat Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat Konsistensi perusahaan dalam melakukan program CSR Kesimpulan
Skala 1
Jumlah Responden Skala Skala Skala Skala 2 3 4 5
Ratarata
Keterangan
Sangat berpengaruh
0
1
5
7
33
4,56
0
0
3
11
32
4,63
Sangat berpengaruh
Sangat berpengaruh
0
0
3
12
31
4,60
0
0
2
9
35
4,71
Sangat berpengaruh
0
1
13
39
131
4,63
Sangat berpengaruh
Berdasarkan hasil perhitugan terhadap Faktor Organisasi diperoleh nilai untuk atribut kinerja karyawan dalam melakukan program CSR sebesar 4,56 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut informasi dari perusahaan ke masyarakat sebesar 4,63 dengan penilaian sangat berpengaruh. Untuk atribut sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat sebesar 4,71 dengan penilaian sangat berpengaruh dan atribut konsistensi perusahaan dalam melakukan program CSR sebesar 4,63 dengan penilaian sangat berpengaruh. Secara keseluruhan faktor organisasi sangat berpengaruh dalam menjalankan program CSR. Semua atribut sangat berpengaruh dalam menjalankan program CSR. Konsistensi perusahaan sangat di butuhkan sebab masyarakat sangat membutuhkan pelatihan dan pengetahuan agar kualitas barang produk daur ulang bisa meningkat dan pemasaran produk bisa meluas.
72 4.6.3. Faktor Prioritas Kebutuhan
Faktor prioritas kebutuhan merupakan faktor yang menunjukan tingkat kepentingan dalam pemberian sebuah bantuan. Faktor ini dibentuk oleh beberapa atribut yaitu : (1) Karakteristik daerah tersebut. (2) Jumlah individu yang membutuhkan. (3) Desa tertinggal. (4) Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah. Sebaran hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut :
Faktor Prioritas Kebutuhan
Tabel 6. Sebaran Responden Terhadap Faktor Prioritas Kebutuhan Jumlah Responden Pertanyaan Skala Skala Skala Skala Skala Rata1 2 3 4 5 rata Karakteristik daerah 0 12 7 15 22 4,23 tersebut Jumlah individu yang 0 2 4 22 19 4,26 membutuhkan Desar 0 2 4 15 25 4,36 tertinggal Tingkat pengaruh bantuan 0 2 4 15 25 4,36 terhadap masalah Kesimpulan 0 18 19 67 101 4,31
Keterangan
Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh
Sangat berpengaruh
Sangat berpengaruh Berdasarkan hasil perhitungan terhadap faktor prioritas kebutuhan
diperoleh nilai untuk atribut karakteristik daerah tersebut sebesar 4,23 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut jumlah individu yang membutuhkan sebesar 4,26 dengan penilaian sangat berpengaruh. Untuk atribut desa tertinggal sebesar 4,36 dengan penilaian sangat berpengaruh, atribut tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah sebesar 4,36 dengan penilaian sangat berpengaruh.
Secara
keseluruhan
faktor
prioritas
kebutuhan
sangat
berpengaruh dalam menjalankan program CSR. Semua atribut sangat berpengaruh dalam menjalankan program CSR. Tanpa atribut tersebut perusahaan tidak akan bisa mengetahui daerah mana yang baik untuk menjalankan program CSR perusahaan.
73 Berdasarkan persepsi dari pelaksanaan program CSR yang di lakukan oleh PT. Unilever Indonesia Tbk dipengaruhi oleh beberapa faktor diataranya yaitu faktor pihak menerima bantuan, faktor organisasi, faktor prioritas kebutuhan. Sebaran hasil jawaban kuisioner dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 7. Sebaran Jawaban Responden Terhadap Pengaruh Program CSR
Pengaruh Program CSR
Pertanyaan
Faktor pihak penerima bantuan Faktor organisasi Faktor prioritas kebutuhan Kesimpulan
Skala 1
Jumlah Responden Skala Skala Skala Skala 2 3 4 5
0
3
0
12
31
0
0
2
8
36
Ratarata
Keterangan
4,27
Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh
4,63 0
2
3
12
29
4,31
0
5
5
32
96
4,40
Sangat berpengaruh Sangat berpengaruh
Berdasarkan hasil perhitungan diatas terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi program CSR diperoleh nilai yang terbesar diberikan oleh faktor organisasi yaitu sebesar 4,31 dengan penilaian sangat berpengaruh. Dari hasil sebaran jawaban responden untuk masing-masing faktor yang di bentuk oleh atribut-atribut pengaruh program CSR, faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengaruh program CSR adalah faktor Organisasi.
74 4.7. Efektivitas Program CSR Yayasan Unilever Indonesia
Tabel 8. Efektivitas program CSR Program CSR Daur Ulang Lingkungan Pendidikan
Rata-rata 4,55 4,59 3,89
Efektifitas Program Sangat Efektif Sangat Efektif Efektif
Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel independen, atau secara bebas, variabel X (karena seringkali digambarkan dalam grafik sebagai absis, atau sumbu X). Variabel yang kedua adalah variabel yang dipengaruhi, variabel dependen, variabel terikat, atau variabel Y. Kedua variabel ini dapat merupakan variabel acak (random), namun variabel yang dipengaruhi harus selalu variabel acak. Regresi berganda seringkali digunakan untuk mengatasi permasalahan analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Model : Y = β0 + β1 X1+ β2X2 + β3 X3 + ε Y= Peubah tak bebas yang dipengaruhi oleh peubah bebas X = Peubah bebas yang mempengaruhi peubah tak bebas ε = galat
4.7.1. Korelasi Pearson (Korelasi Product Moment)
Ukuran yang menggambarkan hubungan linear antara dua peubah ( X dan Y ). Nilai korelasi (r) berkisar pada -1 ≤ r ≤ 1. Nilai negatif menunjukkan hubungan yang berkebalikan. Nilai Positif menunjukkan hubungan searah. Semakin mendekati -1 atau 1, hubungan kedua peubah semakin erat. r=
JKxy JKx.JKy
…………………………………………….. (5)
75 Tabel 9. Korelasi Program Daur Ulang Daur Ulang vs Pihak Penerima Korelasi Bantuan Koefisien korelasi 0,602 Nilai-p 0,000 4.7.2.
Daur Ulang vs Organisasi
Daur Ulang vs Prioritas Kebutuhan
0,644 0,000
0,260 0,081
Uji signifikansi korelasi Program Daur Ulang terhadap faktor yang mempengaruhi
Ho : ρ = 0 (Tidak berhubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak bebas). H1 : ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak bebas). Tolak Ho ( korelasi signifikan atau ada hubungan atara kedua peubah ) jika nilai p< alpha. Dari output korelasi diatas dapat dilihat bahwa : -
Program daur ulang memiliki hubungan dengan pihak penerima bantuan dengan koefisien korelasi sebesar 0.602. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.000. Kedua peubah hubungan linier yang positif (jika penerima bertambah , daur juga naik)
-
Program daur ulang memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi sebesar 0.644. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.000. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (jika organisasi naik, daur juga naik).
-
Program daur ulang memiliki korelasi dengan prioritas kebutuhan dengan koefisien korelasi sebesar 0.260. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.081.
Tabel 10. Korelasi Program Lingkungan Lingkungan vs Pihak Penerima Lingkungan vs Korelasi Bantuan Organisasi Koefisien korelasi 0,484 0,539 Nilai-p 0,0007 0,0001
Lingkungan vs Prioritas Kebutuhan 0,509 0,0003
76 4.7.3. Uji signifikansi korelasi Lingkungan terhadap faktor yang mempengaruhi Ho : ρ = 0 (Tidak berhubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas). H1 : ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak bebas). Tolak Ho (korelasi signifikan atau ada hubungan atara kedua peubah) jika nilai p< alpha Dari output korelasi diatas dapat dilihat bahwa : -
lingkungan memiliki hubungan dengan pihak penerima bantuan dengan koefisien korelasi sebesar 0.484. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.0007. Kedua peubah hubungan linier yang positif (jika penerima bertambah , lingkungan juga naik)
-
lingkungan memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi sebesar 0.539. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.0001. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (jika organisasi naik, lingkungan juga naik).
-
lingkungan memiliki korelasi dengan prioritas kebutuhan dengan koefisien korelasi sebesar 0.509. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.0003. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif (jika prioritas naik, lingkungan juga naik)
Tabel 11. Korelasi Program Pendidikan Pendidikan vs Pihak Penerima Pendidikan vs Korelasi Bantuan Organisasi Koefisien korelasi 0,140 -0,1 Nilai-p 0,355 0,509
Pendidikan vs Prioritas Kebutuhan 0,497 0,001
4.7.4. Uji signifikansi korelasi Program Pendidikan terhadap faktor yang mempengaruhi Ho : ρ = 0 (Tidak berhubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak
bebas). H1 : ρ ≠ 0 (Ada hubungan linier antara peubah bebas dengan peubah tak bebas). Tolak Ho ( korelasi signifikan atau ada hubungan atara kedua peubah ) jika nilai p< alpha
77 Dari output korelasi diatas dapat dilihat bahwa : -
Pendidikan memiliki hubungan dengan pihak penerima bantuan dengan koefisien korelasi sebesar 0.140. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.355. Kedua peubah tidak ada hubungan
-
Pendidikan memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi sebesar -0.1. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.509. Kedua peubah tidak memiliki hubungan linier.
-
Pendidikan memiliki korelasi dengan prioritas kebutuhan dengan koefisien korelasi sebesar 0.497. korelasi ini signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.001. Kedua peubah memiliki hubungan linier yang positif .
4.8. Regresi untuk Program Daur Ulang Model Summaryb
Model 1
R .714a
R Square .509
Adjusted R Square .474
Std. Error of the Estimate .31204
DurbinWatson 2.518
a. Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerima b. Dependent Variable: Daur
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 4.243 4.090 8.333
df 3 42 45
Mean Square 1.414 .097
F 14.526
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerima b. Dependent Variable: Daur
Koefisien determinasi pada model ini sebesar 50.9%. Ini berarti keragaman Daur ulang yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor dalam model regresi (pihak penerima bantuan, organisasi dan prioritas kebutuhan) sebesar 50.9%. 4.8.1. Analisis Varian (Uji Simultan/Uji-F)
Dilakukan sebagai uji model regresi secara simultan. Uji ini untuk menguji apakah model regresi yang dibangun berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% terhadap Daur ulang. Prosedur ini menggunakan uji, dengan hipotesis
78 Ho: β0= β1= β2= β3=0 H1: Minimal ada satu βi dimana βi≠0 Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai-p sebesar 0.000. Sehingga nilai -p lebih besar daripada taraf nyata yang ditetapkan, dan simpulkan bahwa model regresi berpengaruh terhadap daur ulang. Persamaan regresinya : Daur Ulang = 1.660 + 0.216 Pihak Penerima Bantuan + 0.353 Organisasi + 0.069 Prioritas Kebutuhan. Coefficientsa
Model 1
(Constant) Penerima Organisasi Prioritas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 1.660 .458 .216 .092 .353 .104 .069 .064
Standardized Coefficients Beta .317 .446 .120
t 3.628 2.356 3.392 1.071
Sig. .001 .023 .002 .290
Collinearity Statistics Tolerance VIF .645 .674 .938
1.551 1.483 1.066
a. Dependent Variable: Daur
Uji di atas adalah uji T yang digunakan untuk melihat secara parsial (uji parsial). Artinya untuk melihat masing-masing variable penjelas apakah berpengaruh terhadap variable respon Y, ketika variable lainnya diasumsikan tetap. Dengan hipotesis Ho: Variabel penjelas tidak berpengaruh signifikan H1: Variabel penjelas berpengaruh signifikan Tolak Ho jika nilai p < alpha atau t hitung > t tabel.. Dari 3 uji T diatas, hanya variable atau peubah penerima bantuan dan organisasi yang berpengaruh terhadap daur ulang dengan nilai -p sebesar 0.023 dan 0.002. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program Daur ulang dari model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program daur ulang PT.Unilever Indonesia
Tbk yang
dilaksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima
79 bantuan. Sedangkan pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh terhadap proses daur ulang. Ini bisa dilihat dari koefisien standardize beta pada tabel. 4.9. Regresi untuk Program Lingkungan Model Summaryb Model 1
R R Square ,707a ,500
Adjusted R Square ,464
Std. Error of the Estimate ,22309
DurbinWatson 2,177
a. Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerima b. Dependent Variable: Lingkungan
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 2,087 2,090 4,177
df 3 42 45
Mean Square ,696 ,050
F 13,976
Sig. ,000a
a. Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerima b. Dependent Variable: Lingkungan
Koefisien determinasi pada model ini sebesar 50%. Ini berarti keragaman Lingkungan
yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor model
regresi (pihak penerima bantuan, organisasi dan prioritas kebutuhan) sebesar 50% sedangkan 50% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model. 4.9.1. Analisis Varian (Uji Simultan/Uji-F)
Dilakukan sebagai uji model regresi secara simultan. Uji ini untuk menguji apakah model regresi yang dibangun berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% terhadap Lingkungan. Prosedur ini menggunakan uji, dengan hipotesis Ho: Model regresi tidak berpengaruh signifikan H1: Model regresi berpengaruh signifikan Tolak Ho jika nilai-p lebih kecil dari alpha/taraf nyata atau F hitung > F tabel. Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai-p sebesar 0.000. Sehingga nilai-p lebih besar daripada taraf nyata yang ditetapkan, dan simpulkan bahwa model regresi berpengaruh terhadap Lingkungan.
80
Coefficientsa
Model 1 (Constant) Penerima Organisasi Prioritas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2,519 ,327 ,075 ,066 ,220 ,074 ,170 ,046
Standardized Coefficients Beta ,156 ,393 ,417
t 7,700 1,147 2,955 3,699
Sig. ,000 ,258 ,005 ,001
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,645 ,674 ,938
1,551 1,483 1,066
a. Dependent Variable: Lingkungan
Persamaan regresinya : Lingkungan = 2.519 + 0.075 Pihak Penerima Bantuan + 0.220 Organisasi +0.170 Prioritas Kebutuhan Uji di atas adalah uji T yang digunakan untuk melihat secara parsial (uji parsial). Artinya untuk melihat masing-masing variable penjelas apakah berpengaruh terhadap variable respon Y, ketika variable lainnya diasumsikan tetap. Dengan hipotesis Ho: Variabel penjelas tidak berpengaruh signifikan H1: Variabel penjelas berpengaruh signifikan Tolak Ho jika nilai p < alpha atau t hitung > t tabel. Dari 3 uji T diatas, hanya variable atau peubah organisasi dan prioritas yang berpengaruh terhadap lingkungan
dengan nilai-p sebesar 0.005 dan
0.001. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program lingkungan dari model di atas adalah faktor prioritas kebutuhan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program lingkungan PT.Unilever Indonesia Tbk yang di laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses lingkungan oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program lingkungan ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan pada faktor penerima bantuan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap proses pendidikan. Ini bisa dilihat dari koefisien standardize beta pada tabel.
81 4.10. Regresi untuk Program Pendidikan Model Summaryb
Model 1
R .542a
Adjusted R Square .244
R Square .294
Std. Error of the Estimate .61990
DurbinWatson 1.650
a. Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerima b. Dependent Variable: Pdidikan
ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 6.723 16.140 22.863
df 3 42 45
Mean Square 2.241 .384
F 5.832
Sig. .002a
a. Predictors: (Constant), Prioritas, Organisasi, Penerima b. Dependent Variable: Pdidikan
Koefisien determinasi pendidikan pada model ini sebesar 29.4%. Ini berarti keragaman pendidikan yang mampu dijelaskan oleh faktor-faktor dalam model regresi (pihak penerima bantuan, organisasi dan prioritas kebutuhan) sebesar 29.4%. Sedangkan sisanya 70.6% dijelaskan oleh faktor lain diluar model. 4.10.1. Analisis Varian (Uji Simultan/Uji-F)
Dilakukan sebagai uji model regresi secara simultan. Uji ini untuk menguji apakah model regresi yang dibangun berpengaruh signifikan pada taraf nyata 5% terhadap pendidikan. Prosedur ini menggunakan uji, dengan hipotesis Ho: Model regresi tidak berpengaruh signifikan H1: Model regresi berpengaruh signifikan Tolak Ho jika nilai-p lebih kecil dari alpha/taraf nyata atau F hitung > F tabel. Dari output diatas dapat dilihat bahwa nilai-p sebesar 0.007. Sehingga nilai-p lebih besar daripada taraf nyata yang ditetapkan, dan simpulkan bahwa model regresi berpengaruh terhadap pendidikan.
82 Coefficientsa
Model 1
(Constant) Penerima Organisasi Prioritas
Unstandardized Coefficients B Std. Error 2.626 .909 .189 .182 -.344 .207 .469 .128
Standardized Coefficients Beta .167 -.263 .492
t 2.889 1.037 -1.666 3.673
Sig. .006 .305 .103 .001
Collinearity Statistics Tolerance VIF .645 .674 .938
1.551 1.483 1.066
a. Dependent Variable: Pdidikan
Persamaan regresinya : Pendidikan = 2.626 + 0.189 Pihak Penerima Bantuan - 0.344 Organisasi + 0.469 Prioritas Kebutuhan. Uji di atas adalah uji T yang digunakan untuk melihat secara parsial (Uji Parsial). Artinya untuk melihat masing-masing variable penjelas apakah berpengaruh terhadap variable respon Y, ketika variable lainnya diasumsikan tetap. Dengan hipotesis Ho: Variabel penjelas tidak berpengaruh signifikan H1: Variabel penjelas berpengaruh signifikan Tolak Ho jika nilai p < alpha atau t hitung > t tabel.. Dari 3 uji T diatas, hanya variable prioritas yang berpengaruh terhadap Pendidikan dengan nilai-p sebesar 0.002. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program pendidikan dari model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program pendidikan PT.Unilever Indonesia Tbk yang di laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh terhadap proses pendidikan. Ini bisa dilihat dari koefisien standardize beta pada tabel. 4.11. Validitas
Dari hasil uji validitas untuk semua pertanyaan yang mewakili peubah Daur Ulang (Y1), Lingkungan (Y2), Pendidikan (Y3), Pihak Penerima
83 Bantuan (X1), Organisasi (X2) dan Prioritas Kebutuhan (X3). Bisa dilihat pada lampiran pertanyan ke- yang tidak valid yaitu pada faktor Daur Ulang (Y1) pertanyaan kedua dan pada faktor Pendidikan (Y3) pertanyaan keempat dan kesembilan 4.12. Reliabilitas
Tabel 12. Realibility Statistics Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .908
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .911
N of Items 44
Nilai r table untuk N=46 adalah 0.273. Sehingga dengan cronbach alpha sebesar 0.778, maka disimpulkan kuisioner reliabel pada taraf nyata 5%. 4.13. Nilai penjualan yang diperoleh PT Unilever Indonesia Tbk dan PT Indofood Tbk
Pada tahun 2002 – 2004 PT Unilever Indonesia •
Pada tahun 2002 sebesar 978 (Dalam Miliar Rupiah)
•
Pada tahun 2003 sebesar 1.297 (Dalam Miliar Rupiah)
•
Pada tahun 2004 sebesar 1.468 (Dalam Miliar Rupiah)
1.468
1.297
978 0 2002
2003
2004
84 ( Dalam Miliar Rupiah ) Pada tahun 2002 – 2004 PT Indofood Tbk
•
Pada tahun 2002 sebesar 802 (Dalam Miliar Rupiah)
•
Pada tahun 2003 sebesar 603 (Dalam Miliar Rupiah)
•
Pada tahun 2004 sebesar 378 (Dalam Miliar Rupiah)
802
603
378
2002
2003
2004
( Dalam Miliar Rupiah )
4.13.1. Hasil kesuluruhan
Biaya yang di gunakan untuk program CSR rata - rata setiap perusahaan itu adalah sebesar 2% dari laba bersih perusahaan. Semakin tinggi tingkat laba bersih sebuah perusahaan maka semakin tinggi pula dana yang di keluarkan sebuah perusahaan untuk suatu program CSR (Corporate Social Responsibility). Tanggung jawab sosial perusahaan adalah merupakan ambisi Unilever Indonesia untuk mengelola dan menumbuhkan bisnis berorientasi bertanggung jawab secara sosial dan berkelanjutan. Unilever Indonesia percaya bahwa menangani masalah lingkungan adalah bermanfaat bagi bisnis perusahaan. Semangat dan dedikasi yang luar biasa dari masyarakat ini telah mendorong berbagai perubahan besar. Dengan demikian program – program CSR terus di tingkatkan dan terus di perbaiki agar mendapatkan hasil yang maksimal. PT Unilever Indonesia Tbk memiliki 4 program CSR (Corporate Social Responsibility) yaitu (a) Lingkungan, (b) Public Healt Education, (c) Care For Area Surrounding, dan (d) Humanitarian Aid. Sedangkan Program CSR yang dimiliki oleh perusahaan sejenis yaitu (a) Building human capital,
85 (b) maintaining social cohesion, (c) protection the environment, (d) strengthening economic value, dan (e) encouraging good governance. Peran perusahaan dalam pendekatan kepada masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan dan cacat produksi yang mengakibatkan ketidak nyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah menjadi berita utama surat kabar. Banyak pendukung CSR dari sumbangan sosial dan perbuatan baik, namun sesungguhnya sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan di masa lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas, pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. perusahaan juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan dalam mengambil bagian pada proyek
komunitas
sehingga
menciptakan
reputasi
perusahaan
serta
memperkuat merek perusahaan Sebagian besar dari program-program CSR yang di realisasikan Yayasan Unilever Indonesia tidak jauh berbeda dengan program–program yang di miliki perusahaan sejenis dan bertujuan sama yaitu memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan. Perusahaan besar terus berlomba-lomba dalam melakukan program CSR. Program CSR lingkungan, pendidikan, olah raga, kemanusiaan dan lain-lain terus di ciptakan agar bisa meningkatkan brand image perusahaan. Semakin banyak program CSR di lakukan maka masyarakat akan lebih mengenal perusahaan dan akan terus tertanam di benak masyarakat. PT Unilever Indonesia percaya bahwa sukses jangka panjang bisnis Unilever berhubungan erat dengan vitalitas lingkungan dan masyarakat di mana perusahaan beroperasi. Hasil Survey “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Evironics Internasional (Toronto), Conference Board (New York) dan prince of Wales Business Leader Forum (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggung jawab social perusahaan (CSR) akan paling
86 berperan, sedangkan bagi 40% citra perusahaan dan bran image yang akan paling mempengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang mendasari opini atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan atau manajemen. Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang di nilai tidak melakukan program CSR adalah ingin menghukum 40% dan 60% tidak akan membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan atau bicara kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut. 4.13.2. Standar CSR
1. Akuntabilitas atas standar AA1000 berdasarkan laporan sesuai dtandar Jhon Elkion yaitu pelaporan yang menggunakan dasar triple bottom line (3BL). 2. Global Reporting Intiative, yang mungkin merupakan acuan laporan berkelanjutan yang paling banyak digunakan sebagai standar saat ini. 3. Vericute, acuan pemantuan 4. Laporan berdasarkan standar akuntabilitas social internasional SA8000 5. Standar manajemen lingkungan berdasrkan ISO 14000 4.13.3. Kasus bisnis dari program CSR
1. Sumber daya manusia Program CSR dapat dilihat sebagai suatu pertolongan dalam bentuk rekrutmen tenaga kerja dan memperjakan masyarakat sekitar, terutama sekali dengan adanya persaingan kerja diantara para lulusan sekolah. Akan tetapi terjadi pengingkatan kemungkinan untuk ditanyakan kebijakan CSR perusahaan pada rekrutmen tenaga kerja yang berpotensial maka dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif akan menjadi suatu nilai perusahaan. Program CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfir kerja yang nyaman diatara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan dalam penyisihan gaji dan aktifitas penggalangan dana ataupun suka relawan. 2. Manajemen Resiko Manajemen resiko adalah merupakan inti dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan suash payah selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti skandal korupsi atau sekandal lingkungan hidup. Kejadian ini dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan, pemerintah dan media massa. Membentuk suatu
87 budaya dari mengerjakan sesuatu dengan benar pada perusahaan dapat mengurangi resiko ini. 3. Membedakan merek Ditengah hiruk pikuk pasar maka perusahaan berupaya keras untuk membuat suatu cara penjualan yang unik dimana hal ini akan dapat membedakan produknya dari para pesaingnya di benak konsumen CSR dapat berperan untuk menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan. 4. Ijin Usaha Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam usahanya melalui perpajakan atau peraturan. Dengan melakukan sesuatu kebenaran secara sukarela maka mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghidari investasi. Perusahaan yang membuka usaha diluar negara asalnya dapat memastikan bahwa mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup, sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya yang sangat tinggi tidak dipersoalkan. 5. Motif perselisihan bisnis Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan di mana akhirnya bisnis perusahaan dipersalahkan. Kepercayaan bahwa program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan. 4.13.4. Peraturan perundang-undangan CSR
Di Indonesia program CSR semakin menguat setelah dinyatakan dengan tegas dalam UU perseroan terbatas No.40 tahun 2007, di mana dalam pasal 74 antara lain diatur bahwa : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan.atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana di maksud ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
88 sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundanguandangan. (4) Ketentuan lebih kanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa perseroan (mengacu pada UU No.40/2007 pasal 1 ayat 1 bahwa perseroan diartikan sebagai perseroan terbatas) yang menjalankan usaha di bidang atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan lingkungan, namun tidak dijelaskan apakah hal tanggung jawab yang sama juga diwajibkan bagi entitas usaha yang tidak berbentuk badan hukum perseroan terbatas. Sehingga, hal ini dapat menimbulkan penafsiran bahwa entitas usaha yang tidak berbentuk perseroan terbatas tidak diwajibkan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (mengacu pada UU No. 40/2007) pasal 1 ayat 3 definisi tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masayrakat pada umumnya). Selanjutnya pasal 74 ayat 1 tersebut menimbulkan pertanyaan lain yaitu apakah perseroan terbatas yang tidak menjalankan kegiatan usaha dibidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam dapat diartikan tidak diwajibkan melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR). Selain itu, UU PT tidak menyebutkan secara rinci berapa besaran biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk CSR serta sanksi bagi yang melanggar. Pada ayat 2, 3 dan 4 hanya disebutkan bahwa CSR dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. PT yang tidak melakukan CSR dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai CSR ini baru akan diataur oleh peraturan pemerintah (belum terbit). Peraturan lain yang menyinggung CSR adalaha UU No.25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Pasal 15 (b) menyatakan bahwa setiap penanaman
89 modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Meskipun UU ini telah mengatur sanksi-sanksi secara terperinci terhadap badan usaha atau usaha perseorangan yang mengabaikan CSR (pasal 34), UU ini batru mampu menjangkau investor asing dan belum mengatur secara perihal CSR bagi perusahaan nasional. Menurut Edi Suharto (2008), peraturan tentang CSR yang relatif lebih terperinci adalah UU no. 19 tahun 2003 tentang BUMN. UU ini kemudian dijabarkan lebih lanjut oleh peraturan menteri negara BUMN no: Per05/MBU/2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tata cara pelaksanaan CSR. Seperti diketahui, CSR milik BUMN adalah program kemitraan dan bina lingkungan (PKBL). Dalam UU BUMN dinyatakan bahwa selain mencari keuntungan, peran BUMN adalah juga memberikan bimbingan bantuan secara aktif kepada pengusaha golongan lemah, koperasi dan masyarakat. Selanjutnya, permeneg BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar maksimal 2 persen yang dapat digunakan untuk program kemitraan ataupun bina lingkungan.
90
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan wawancara KAJIAN EFEKTIVITAS PROGRAM CSR (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) YAYASAN UNILEVER INDONESIA (STUDI KASUS : PASAR MINGGU, JAKARTA)
Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, saya Angga Prabowo, mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, memohon kesediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara. Wawancara ini digunakan sebagai salah satu data primer untuk penelitian tugas akhir saya berjudul Kajian Efektivitas program CSR (Corporate Social Responsibility) Yayasan Unilever Indonesia (Studi Kasus : Pasar Minggu, Jakarta). a. Aspek Internal Perusahaan 1. Apa visi dan misi PT.Unilever Indonesia Tbk ?
2. Bagaimana struktur organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk ? 3. Bagaimana sejarah dan perkembangan PT.Unilever Indonesia Tbk ? b. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) 1. Bagaimana bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan
sekitar ? 2. Bagaimana perkembangan program CSR yang diterapkan Yayasan Unilever Indonesia ? 3. Bagaimana cara pemberian bantuan ? Siapa saja pihak perusahaan yang terkait, serta apa tugasnya ? 4. Pertimbangan atau dasar apa saja yang digunakan dalam pemberian bantuan dana ? 5. Tujuan apa yang dicapai melalui program CSR yang diterapkan ? 6. Manfaat apa saja yang diperoleh melalui penerapan program CSR ? 7. Program CSR apa saja yang sampai ke daerah pasar minggu ? 8. Berapa persen (%) profit yang diberikan untuk program CSR? Kenapa ? 9. Menurut perusahaan berpengaruh atau tidak mengadakan program CSR? Apa saja keuntungannya bagi perusahaan/masyarakat yang menjadi sasaran program CSR ? 10. Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap efektifitas program CSR ? Lampiran 2. Quesioner Penelitian
Quisioner untuk Masyarakat Pasar Minggu
91 Nama : Umur : Pekerjaan : Jenis Kelamin : Penghasilan anda perbulan : Pendidikan : No.Telephone : 1. Apa yang anda rasakan sebelum program CSR ini ada ? 2. Program CSR apa saja yang sampai ke masyarakat Pasar Minggu ? 3 Apa saja yang anda rasakan ? 4. Menurut anda CSR apa yang paling anda rasakan? Mengapa ? 5. Setelah anda mengenal/merasakan program CSR yang di lakukan Yayasan Unilever Indonesia. Bagaimana cara pandang anda terhadap PT Unilever Indonesia TBK ? 6. Keuntungan apa yang anda dapatkan ? 7. Apakah program CSR Yayasan Unilever Indonesia tersebut sudah efektif di rasakan masyarakat atau tidak? Mengapa ? 8. Apabila anda merasakan atau tidak merasakan, apa yang diharapkan kedepannya bagi anda ? 9. Apabila anda mempunyai keluhan, apa keluhan anda terhadap program tersebut ?
92 Lanjutan Lampiran 2.
Keterangan : 1 = STB = Sangat Tidak Berpengaruh
4 = PB= Berpengaruh
2 = TB = Tidak Berpengaruh
5 = SB = Sangat Berpengaruh
3 = CB = Cukup Berpengaruh
Keterangan
No
1
Program Daur Ulang
1
Membuat lapangan pekerjaan
2
Mengurangi limbah yang ada di masyarakat
3
Meningkatkan ekonomi masyarakat
4 5
Masyarakat akan lebih memahami tentang apa arti sampah Meningkatkan ekonomi indifidu/perorangan
6
Meningkatkan kreatifitas masyarakat
7
Meningkatkan nama baik masyarakat sekitar
8
Meningkatkan kualitas produk daur ulang yang di hasilkan oleh masyarakat Mengubah cara pandang masyarakat terhadap PT. Unilever Indonesia Tbk Masyarakat akan lebih mengenal PT. Unilever Indonesia Tbk Program Lingkungan
9 10
1 2 3 4
Program CSR perusahaan sebelum masuk kemasyarakat Program CSR perusahaan ketika sudah masuk kemasyarakat Menghindari wabah penyakit dan banjir
6
Membuat lingkungan sejuk, hijau, besih, rapih dan tidak bau Menanamkan dibenak masyarakat akan pentingnya arti kebersihan Meningkatkan nama baik masyarakat sekitar
7
Meningkatkan ekonomi masyarakat
8
Meningkatkan sekitar
5
sosialisasi
antara
masyarakat
2
3
4
5
93 9 10
Masyarakat akan lebih mengenal PT.Unilever Indonesia Tbk Mengubah cara pandang masyarakat terhadap PT.Unilever Indonesia Tbk Program Pendidikan
1
Membuat anak-anak kreatif
2 3
Membuat anak-anak yang tadinya tidak mengerti menjadi mengerti Memberi semangat belajar terhadap anak-anak
4
Menghibur anak-anak
5
Meningkatkan kecerdasan anak-anak
6
Meningkatkan nama baik masyarakat sekitar
7
Mengurangi tingkat berkumpulnya anak-anak / nongkrong Meningkatkan kesadaran anak-anak
8 9 10
Masyarakat akan lebih mengenal PT.Unilever Indonesia Tbk Mengubah cara pandang masyarakat terhadap PT.Unilever Indonesia Tbk
94 Lanjutan Lampiran 2.
Keterangan : 1 = STB = Sangat Tidak Berpengaruh 2 = TB = Tidak Berpengaruh
4 = PB= Berpengaruh 5=SB=SangatBerpengaruh
3 = CB = Cukup Berpengaruh No
Keterangan Faktor Pihak Penerima Bantuan
1
Latar Belakang Pendidikan
2 3
Kemampuan dalam mengerjakan proses Daur Ulang Partisipasi masyarakat atas program tersebut
4
Latar Belakang Umur
5
Komunikasi dengan masyarakat sekitar
6
Pencarian Informasi tentang perlombaan
7
Hubungan baik dengan perusahaan
8
Peran aktif organisasi masyarakat
2
Faktor Organisasi Kinerja karyawan Yayasan Unilever Indonesia peduli dalam melakukan program CSR Informasi dari perusahaan ke masyarakat
3
Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat
4
Konsistensi perusahaan dalam program CSR tehadap masyarakat Faktor Prioritas kebutuhan
1
Karakteristik daerah tersebut
2
Jumlah individu yang membutuhkan
3
Desa tertinggal
4
Tingkat pengaruh bantuan terhadap masalah
1
1
2
3
4
5
95 Lanjutan Lampiran 2. Quesioner Penelitian
Apakah atribut-atribut berikut dapat menjelaskan se efektifitas kah realisasi program CSR ? berikan tanda (√) pada jawaban yang sesuai pada tempatnya. Keterangan : 1 = STE = Sangat Tidak Efektif
4 = E = Efektif
2 = TE = Tidak Efektif
5 = SE = Sangat Efektif
3 = CE = Cukup Efektif No. 1. 2.
Keterangan Faktor Daur Ulang Faktor Lingkungan
3.
Faktor Pendidikan
1
2
3
4
5
Jadwal kegiatan :
Saya akan mengadakan kegiatan penelitian pada bulan agustus – oktober 2008 di PT Unilever Indonesia Tbk dan di Pasar Minggu, Jakarta. Kegiatan yang saya lakukan seperti mengadakan wawancara dengan pihak Internal, .mencari tau apa saja kegiatan program CSR yang dilakukan perusahaan di Pasar Minggu, membantu perusahaan tentang kegiatan program CSR, dan sebagainya. Rencana quesioner :
Dengan saya menyebarkan quesioner ini di harapkan saya bisa mendapatkan data yang saya harapkan untuk penelitian saya. Saya akan menyebarkan quesioner ini kepada beberapa masyarakat kemudian saya akan merangkum menjadi satu dengan persentase yang diharapkan. Biaya Penelitian : Kegiatan
Biaya
Foto copy
Rp 150.000,00
Print
Rp 250.000,00
Jilid
Rp 100.000,00
Transportasi
Rp 500.000,00
Total
Rp 1.000.000,00
96 Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Reliability Statistics
Cronbach's Alpha .908
Cronbach's Alpha Based on Standardized Items .911
N of Items 44
Validitas Program Daur Ulang A1 A11 A12
Pearson Correlation
0.330
Sig. (2-tailed)
0.025
Pearson Correlation
0.230
Sig. (2-tailed)
0.124
A13
Pearson Correlation
0.592
Sig. (2-tailed)
0.000
A14
Pearson Correlation
0.549
Sig. (2-tailed)
0.000
A15
Pearson Correlation
0.644
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.672
Sig. (2-tailed)
0.000
A17
Pearson Correlation
0.684
Sig. (2-tailed)
0.000
A18
Pearson Correlation
0.705
Sig. (2-tailed)
0.000
A16
A19 A110
Pearson Correlation
0.617
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.731
Sig. (2-tailed)
0.000
Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
97 Lanjutan Lampiran 3.
Validitas Program Lingkungan A2 A21
Pearson Correlation
0.386
Sig. (2-tailed)
0.008
A22
Pearson Correlation
0.331
Sig. (2-tailed)
0.025
A23
Pearson Correlation
0.460
Sig. (2-tailed)
0.001
A24 A25 A26 A27 A28
Pearson Correlation
0.648
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.729
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.493
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.450
Sig. (2-tailed)
0.002
Pearson Correlation
0.327
Sig. (2-tailed)
0.027
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Valid
98 Lanjutan Lampiran 3
Validitas Program Pendidikan A3 A31 A32 A33 A34 A35 A36 A37 A38 A39 A310
Pearson Correlation
0.752
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.501
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.787
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.196
Sig. (2-tailed)
0.192
Pearson Correlation
0.783
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.815
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.833
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.778
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.235
Sig. (2-tailed)
0.116
Pearson Correlation
0.335
Sig. (2-tailed)
0.023
Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
99 Lanjutan Lampiran 3.
Validitas Faktor Pihak Penerima Bantuan B1 B11
Pearson Correlation
0.888
Sig. (2-tailed)
0.000
B12
Pearson Correlation
0.741
Sig. (2-tailed)
0.000
B13
Pearson Correlation
0.737
Sig. (2-tailed)
0.000
B14 B15 B16 B17 B18
Pearson Correlation
0.535
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.692
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.625
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.643
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.768
Sig. (2-tailed)
0.000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Validitas Faktor Organisasi B2 B21
Pearson Correlation
0.896
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.751
Sig. (2-tailed)
0.000
B23
Pearson Correlation
0.887
Sig. (2-tailed)
0.000
B24
Pearson Correlation
0.877
Sig. (2-tailed)
0.000
B22
Valid Valid Valid Valid
100 Lanjutan Lampiran 3.
Validitas Faktor Prioritas Kebutuhan B3 B31
Pearson Correlation
0.905
Sig. (2-tailed)
0.000
B32
Pearson Correlation
0.896
Sig. (2-tailed)
0.000
B33
Pearson Correlation
0.881
Sig. (2-tailed)
0.000
Pearson Correlation
0.944
Sig. (2-tailed)
0.000
B34
Valid Valid Valid Valid
101
Lampiran 4 Foto Proses Daur Ulang
Foto 1 Pengguntingan
Foto 4 Penjahitan
Foto 2 Pembuatan Pola
Foto 5 Pola satu dengan pola lain disambungkan
Foto 3 Pola
Foto 6 Pola yang sudah jadi dijahitkan dengan produk
102
Foto 7 Proses Penjahitan pola dengan barang
Foto 8 Hasil
103
Lampiran 5. Foto Program Pendidikan
Foto 1
Foto 2
104
Lampiran 6. Sebelum Program Lingkungan
Foto 1
Foto 2
Sesudah Program Lingkungan
Foto 1
Foto 3
105 No
Deskriptif yang Diteliti / Diamati
Hasil Perkiraan / Pengamatan
1
Kualitas Pelaksanaan CSR
Program CSR PT Unilever Indonesia Tbk di laksanakan oleh Yayasan Unilever Indonesia pada tahun 2000. Budget yang di keluarkan oleh PT. Unilever Indonesia sebesar 2% dari laba bersih perusahaan. Semakin tinggi keuntungan PT Unilever Indonesia maka semakin tinggi pula dana yang dikeluarkan untuk program CSR. Ada 4 bagian dalam pelaksanaan CSR yaitu : (1) divisi Lingkungan, (2) divisi Kesehatan, (3) divisi Peduli area Unilever, dan (4) divisi Becanda alam. Tujuan dari pelaksanaan program CSR yaitu pengaruh peningkatan program CSR baik kualitas maupun kuantitas diharapkan bisa meningkatkan keunggulan kompetitif sehingga masyarakat bisa lebih mengenal produk, loyal terhadap produk, dan setia terhadap produk. Otomatis brand image PT Unilever Indonesia meningkat.
2
Faktor – faktor yang mempengaruhi
3
Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi program CSR yaitu (1) faktor prioritas kebutuhan, (2) faktor organisasi, dan (3) factor pihak penerima bantuan. Dari hasil sebaran jawaban responden untuk masing-masing faktor yang di bentuk oleh atribut-atribut pengaruh program CSR, faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengaruh program CSR adalah faktor Organisasi. 1. (a) Program Daur Ulang dengan faktor yang mempengaruhi yaitu hanya faktor prioritas kebutuhan dengan koefisien korelasi sebesar 0.260. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.081. (b) program Lingkungan dengan faktor yang mempengaruhi yaitu semua faktor yang mempengaruhi adalah signifikan pada taraf nyata 5%. (c) Program Pendidikan dengan faktor yang mempengaruhi yaitu program Pendidikan memiliki hubungan dengan Penerima dengan koefisien korelasi sebesar 0.140. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.355. Kedua peubah tidak ada hubungan, dan Program pendidikan memiliki korelasi dengan organisasi dengan koefisien korelasi sebesar -0.1. korelasi ini tidak signifikan pada taraf nyata 5%, dengan nilai-p 0.509. Kedua peubah tidak memiliki hubungan linier. 2.
Efektivitas Program CSR : Korelasi Regresi
(A) PROGRAM DAUR ULANG Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program Daur ulang dari model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masingmasing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program daur ulang PT.Unilever Indonesia Tbk yang dilaksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh terhadap proses daur ulang (B) PROGRAM LINGKUNGAN Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program lingkungan dari model di atas adalah faktor prioritas kebutuhan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masingmasing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program lingkungan PT.Unilever Indonesia Tbk yang di laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses lingkungan oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program lingkungan ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan pada faktor penerima bantuan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap proses pendidikan. (C) PROGRAM PENDIDIKAN Faktor yang berpengaruh nyata terhadap Program pendidikan dari model di atas adalah faktor penerima bantuan dan faktor organisasi. Ini bisa di lihat dari masing-masing nilai –p yang kurang dari (5%). Artinya faktor penerima bantuan dan faktor organisasi mempengaruhi dalam proses pelaksanaan program pendidikan PT.Unilever Indonesia Tbk yang di laksanakan oleh masyarakat pasar minggu. Dari semua faktor yang mempengaruhi proses daur ulang oleh masyarakat pasar minggu, faktor yang berpengaruh paling tinggi adalah faktor organisasi dan Faktor yang memliki pengaruh sedikit terhadap program daur ulang ini adalah faktor penerima bantuan. Sedangkan pada faktor prioritas kebutuhan ini adalah atribut yang tidak memiliki pengaruh terhadap proses pendidikan.
106
Tabel Rekapitulasi
PT. Unilever Indonesia Tbk
Yayasan Unilever Indonesia
Program-Program CSR
A. Program Daur Ulang
B. Program Lingkungan
•
•
• • • •
Daur ulang limbah Unilever Membuat masyarakat mandiri Menciptakan lapangan pekerjaan Membuat masyarakat kreatif Masyarakat bisa lebih menghargai sebuah sampah
• • •
Perlombaan seDKI Jakarta Pemilihan kader Pengumpulan sampah organik dan non organik Penanaman tanaman hias
C. Program Pendidikan
• • • •
Program petualangan taro Membuat anak-anak lebih kreatif Mengadakan perlombaan Memotifasi anak-anak agar rajin belajar
107
Tabel Rekapitulasi Fakto-faktor yang mempengaruhi Program CSR
Faktor Prioritas Kebutuhan
Faktor Pihak Penerima
Faktor Organisasi
a.
Latar belakang pendidikan.
a.
Karakteristik daerah tersebut.
b.
Kemampuan dalam mengerjakan proses daur ulang.
b.
Jumlah
c.
Partisipasi masyarakat atas program CSR.
d.
Latar belakang umur.
e.
Komuinikasi dengan masyarakat sekitar.
f.
Pencarian informasi tentang perlombaan.
g.
Hubungan baik dengan perusahaan.
h.
Peran aktif organisasi masyarakat.
•
individu
a.
yang
Kinerja karyawan PT Unilever Indonesia Tbk dalam melakukan program CSR.
membutuhkan.
b.
Informasi dari perusahaan ke masyarakat.
c.
Desa tertinggal.
c.
Sosialisasi dari perusahaan ke masyarakat.
d.
Tingkat
d. Konsistensi perusahaan dalam program
pengaruh bantuan
terhadap masalah. •
Secara
keseluruhan
CSR terhadap masyarakat. faktor
•
Secara
keseluruhan
faktor
organisasi
prioritas kebutuhan sangat
sangat berpengaruh dalam menjalankan
Atribut partisipasi masyarakat atas program
berpengaruh
program
CSR, komunikasi dengan masyarakat sekitar,
menjalankan program CSR
dalam
CSR.
Semua
atribut
sangat
berpengaruh dalam menjalankan program
pencarian informasi tentang perlombaan,
CSR. Konsistensi perusahaan sangat di
hubungan baik dengan perusahaan dan peran
butuhkan
aktif organisasi merupakan atribut yang
membutuhkan pelatihan dan pengetahuan
sangat
agar kualitas barang produk daur ulang
berpengaruh
dalam
menjalankan •
Dari hasil sebaran jawaban responden untuk masing-masing faktor yang di bentuk oleh atribut-atribut pengaruh program CSR, faktor yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pengaruh program CSR adalah faktor Organisasi.
sebab
masyarakat
sangat
bisa meningkat dan pemasaran produk bisa meluas