KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN : NYERI POST LAPARATOMI DENGAN INDIKASI APENDIKSITIS HARI KE-1 DI RSUD Dr. MOEWARDI
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Akhir Dalam Rangka Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
Oleh : SEPTIANA WHINANDA PUTRI 2011.1441
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PKU MUHAMMADIYAHSURAKARTA 2014
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Kajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Kenyamanan: Nyeri Post Laparatomi Dengan Indikasi Apendiksitis Hari ke-1 Diruang Mawar II Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta”, telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus Program DIII Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh: SEPTIANA WHINANDA PUTRI NIM. 2011.1441
Pada: Hari
: Sabtu
Tanggal
: 05 Juli 2014
Mengetahui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Cemy Nur Fitria, S.Kep,Ns.,M.Kep NIDN. 0623087703
Nabhani, S.Pd, S.Kep., M.Kes NIDN. 0614055901
ii
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN : NYERI POST LAPARATOMI DENGAN INDIKASI APENDIKSITIS HARI KE-1 DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Disusun oleh SEPTIANA WHINANDA PUTRI NIM. 2011.1441
Studi Kasus ini telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal : 15 Juli 2014
Susunan Tim Penguji :
Penguji I
Penguji II
Siti Sarifah, S.Kep.,Ns.,M.Kep. NIDN. 0620047603
Penguji III
Nabhani, S.Pd.,S.Kep.,M.Kes. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep. NIDN. 0614055901 NIDN. 0623087703
Mengetahui, Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes. NIDN. 0618047704
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul :
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN: NYERI POST LAPARATOMIDENGAN INDIKASI APENDIKSITIS HARI KE-1 DI RSUD DR. MOEWARDI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya saya sendiri (ASLI). Dan isi tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2014
SEPTIANA WHINANDA PUTRI NIM. 2011.1441
iv
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan.
Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun,dan dari siapapun. Di sanalah nanti akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan.
Orang yang baik bukanlah orang yang selalu berbuat kebaikan, tetapi orang yang baik adalah orang yang mau mengakui kesalahanya dan mengubah dengan kebaikan.
Jangan takut pada masa depan dan jangan menangis untuk masa lalu.
Hidup itu tidak perlu ditakutii tetapi hidup hanya perlu dipahamii.
Jarak antara kita dan sukses harus dipupuk dengan jembatan pengembangan yaitu pembentangan kekuatan yang ada pada diri kita. Jangan dirusak secara sengaja oleh kemalasan, keminderan dan ketakutan menyeberang.
Ketahuilah bahwa sabar, jika dipandang dalam permasalahan seseorang adalah ibarat kepala dari suatu tubuh. Jika kepalanya hilang maka keseluruhan tubuh itu akan membusuk. Sama halnya, jika kesabaran hilang, maka seluruh permasalahan akan rusak.
v
PERSEMBAHAN
Karya Kecilku ini ku persembahan kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan, rezeki yang tak terduga, kelancaran dalam menempuh studi hingga selesai dengan lancar. 2. Bapak dan Ibukku yang telah memberikan semua kasih sayang, berjuang tanpa kenal lelah dan senantiasa memberikan dukung, doa yang tiada berakhir dan slelalu memberikan arahan dalam menjalani hidup ini. 3. Kakak
tersayang
dan
keluargaku
yang
selalu
memberikan motivasi, dorongan serta doa untuk keberhasilan aku. 4. Sahabat-sahabat ku yang selalu memberikan motivasi, semangat, semua kebersamaan kita ini akan abadi. 5. Para dosen dan staf STIKES PKU Muhammadiyah. 6. Almamaterku STIKES PKU Muhammadiyah.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, inayah, hidayahNya. Dialah yang sesungguhnya Maha Pemberi Petunjuk yang memberikan kekuatan, ketabahan, dan kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan karya studi kasus ini. Sholawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seluruh keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Sehingga penulis dapat menyusun Karya Studi Kasus ini dengan lancar. Penyusun Karya Studi Kasus ini mengambil judul “ Kajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kenyamanan: Nyeri Post Laparatomi Hari Ke-1 di RSUD Dr. Moewardi. Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Studi Kasus ini mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kerendahan hati, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada: 1. Drg. R. Basoeki Soetardjo, MMR selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan ijin melaksanakan studi kasus. 2. Kepala ruang Mawar II Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, yang telah memberikan ijin studi ilmiah guna penulisan Karya Studi Kasus. 3. Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan data keterangan dan bimbingan selama Studi Kasus.
vii
4. Weni Hastusi, S.Kep.,M.Kes, selaku Ketua STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan Studi Kasus. 5. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns,M.Kep., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Studi Kasus ini. 6. Nabhani, S.Pd., S.Kep., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Studi Kasus ini. 7. Ayah, Ibu, dan Kakak yang baik serta teman-teman seperjuangan, terima kasih telah memberikan doa dan dukungan selama menyusun Karya Studi Kasus ini. 8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Kary Studi Kasus ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan Studi Kasus ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Penulis mengharapkan semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan umumnya dan semua perawat khususnya.
Surakarta, Juni
viii
ABSTRAK
Kajian Asuhan Keperawatan Pada Ny. A Dengan Gangguan Kenyamanan:Nyeri Post Laporatomi Apendiksitis Hari Ke-1 Di RSUD DR. Moewardi Surakarta Septiana Whinanda Putri1, Nabhani2, Cemy Nur Fitria3 Latar Belakang : Laparatomi merupakan pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ perut dan membantu diagnosis masalah termasuk menyembuhkan penyakit-penyakit pada perut. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit mana pun. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh penulis di RSUD Dr. Moewardi pada bulan Agustus – November 2012 didapatkan pasien post operasi laparatomi 230 (60%), dengan kasus laparatomi dengan indikasi apendiksitis kronik sekitar kurang lebih 78 orang. Tujuan : Mendiskripsikan asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan kenyamanan:nyeri post laparatomi hari ke-1. Metode Penelitian : Rencana penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif observasional dengan menggunakan 5 proses keperawatan yaitu dengan pengkajian, menetapkan diagnosa, rencana asuhan keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. Hasil : Dari hasil pengkajian pada Ny. A mengatakan nyeri pada daerah operasi, Pemicu : nyeri saat bergerak, Quality : nyeri seperti ditusuk, Region : nyeri bekas operasi perut bawah umbilikus dikuadran 3 dan 4, Skala : skala nyeri 6, Time : durasi 30-50 detik. Diagnosa yang ditemukan yaitu nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah. Kesimpulan : Kajian asuhan keperawatan pada Ny. A dengan gangguan kenyamanan:nyeri post laparatomi hari ke-1 pasien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 3 setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3x24 jam.
Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Gangguan Kenyamanan:Nyeri, Post Laparatomi Hari Ke-1
1. Mahasiswa Program D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Dosen Pengampu D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Dosen Pengampu D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta
ix
ABSTRACT StudyNursingInNy.AImpairedComfort: PainPostLaporatomi Apendicitis Day 1InHospitalDR.MoewardiSurakarta SeptianaWhinandaPutri1, Nabhani2, CemyNurFitria3
Background: laparotomy is abdominal surgery, the stomach lining with open surgery done to examine abdominal organs and aid diagnosis of problems including curing diseases of the stomach. Pain is very annoying and troublesome more people than any disease. Based on studies conducted by the author in Hospital Dr. Moewardi in August - November 2012 obtained postoperative laparotomy patients 230 (60%), with cases of chronic appendicitis indication laparotomy with approximately less than 78 people. Objective: To describe the nursing care in Ny. A convenience disorders: postlaparotomy pain day 1. Methods:Plan study is a descriptive observational study using the nursing process, namely the 5 assessments, establish a diagnosis, nursing care plan, implementation and evaluation of nursing. Results: From the results of the assessment in Ny. A pain in the area of operations said, Trigger: pain when moving, Quality: stabbing pain, Region: abdominal scar pain below the umbilicus quadrant 3 and 4, Scale: pain scale 6, Time: 30-50 seconds duration. Diagnosis found that acute pain related to surgical incision. Conclusions: The study of nursing care in Ny. A convenience disorders: postlaparotomy pain day 1 patient said the pain was reduced by 3 pain scaleafter the act of nursing care for 3x24 hours.
Keywords: Care, Leisure Disorders: Pain,Post laparotomy Day 1
1. The Student Nursing Program D III PKU Muhammadiyah Surakarta 2. Lecturers Nursing Diploma PKU Muhammadiyah Surakarta 3. Lecturers Nursing Diploma PKU Muhammadiyah Surakarta
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ...........................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
ABSTRAK .......................................................................................................
ix
ABSTACT .......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ....................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Tujuan Studi Kasus ..................................................................
5
C. Manfaat Studi Kasus ................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis 1. Laparatomi ...........................................................................
8
a. Pengertian Laparatomi...................................................
8
b. Jenis Laparatomi ............................................................
8
c. Indikasi laparatomi ........................................................
9
d. Fase Penyembuhan Luka Post-Laparatomi ...................
9
e. Komplikasi Post laparatomi ..........................................
10
f. Perawatan Post laparatomi ............................................
11
2. Appendiksitis .......................................................................
11
a. Pengertian appendiksitis ................................................
11
xi
b. Klasifikasi appendiksitis ................................................
12
c. Etiologi appendiksitis ....................................................
12
d. Patofisiologi appendiksitis.............................................
13
e. Manifestasi klinis appendiksitis ....................................
14
f. Komplikasi appendiksitis ..............................................
15
g. Pemeriksaan diagnosis appendiksitis ............................
15
h. Penatalaksanaan appendiksitis.......................................
16
i. Pengkajian pra operasi appendiksitis.............................
16
j. Diagnosa keperawatan dan Intervensi rasionalisasi keperawatan appendiksitis ........................
18
B. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1. Nyeri ....................................................................................
22
a. Pengertian ......................................................................
22
b. Stimulus nyeri ................................................................
23
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri .......................
23
d. Klasifikasi nyeri.............................................................
27
e. Mekanisme neurofisiologi nyeri ....................................
29
f. Tanda dan gejala nyeri ..................................................
29
g. Penanganan nyeri ..........................................................
30
h. Skala pengukuran nyeri ................................................
33
C. Pathway ....................................................................................
37
BAB III METODE STUDI KASUS A. Desain Penelitian .......................................................................
38
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
38
C. Subyek Studi Kasus ..................................................................
38
D. Instrumen ..................................................................................
38
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................
39
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN A. Resum Harian ............................................................................
40
1. Pengkajian ...........................................................................
40
a. Identitas .........................................................................
40
xii
b. Riwayat Kesehatan .......................................................
41
c. Pengkajian Pola Fungsional ..........................................
42
d. Pemeriksaan Fisik..........................................................
44
e. Data Penunjang..............................................................
45
f. Program Terapi ..............................................................
46
g. Data Fokus .....................................................................
46
2. Analisa Data dan Prioritas Diagnosa Keperawatan .............
47
3. Diagnosa, Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi Keperawatan .........................................................
48
B. Pembahasan ...............................................................................
51
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah ......................
52
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake oral mual-muntah .......................
55
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi laparatomi ............................................................................
57
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................
60
B. Saran ..........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku ............................................
35
Tabel 4.1 Analisa Data dan Prioritas Diagnosa Keperawatan .........................
47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skala Diskripsi Intensitas Nyeri Sederhana .................................
33
Gambar 2.2 Skala Identitas Nyeri Numberik ...................................................
33
Gambar 2.3 Skala Analog Visual .....................................................................
34
Gambar 2.4 Pathway ........................................................................................
37
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Penelitian Lampiran 2 Permohonan Menjadi Responden Studi Kasus Lampiran 3 Pernyataan Kesediaan Menjadi Responden Lampiran 4 Format Asuhan Keperawatan Lampiran 5 Skala Pengukuran Assesment Nyeri Lampiran 6 Surat Ethical Clearance Lampiran 7 Surat Permohonan Studi Kasus Lampiran 8 Surat Balasan Penelitian Lampiran 9 Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 10 Lembar Konsultasi Lampiran 11 Surat Selesai Penelitian Lampiran 12 Asuhan Keperawatan Ny. A
xvi
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini pada umumnya menggunakan sayatan. Setelah bagian yang ditangani ditampilkan dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan (Sjamsuhidayat, 2005). Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter and Perry, 2006). Laparatomi merupakan pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi yang dilakukan untuk memeriksa organ-organ perut dan membantu diagnosis masalah termasuk menyembuhkan penyakit-penyakit pada perut (Mansjoer, 2007). Pembedahan itu memberikan efek nyeri pada pasien sehingga memerlukan penanganan khusus. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien,
1
2
karena nyeri bersifat subjektif antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri (Andarmoyo, 2013). Nyeri yang dialami pasien post operasi bersifat akut dan harus segera ditangani. Strategi penatalaksanaan nyeri mencakup baik pendekatan farmakologi maupun non-farmakologi. Pendekatan ini diseleksi berdasarkan pada kebutuhan dan tujuan pasien secara individu. Semua intervensi akan berhasil bila dilakukan sebelum nyeri menjadi lebih parah dan keberhasilan terbesar sering dicapai jika beberapa intervensi ditetapkan secara stimulan (Smeltzer dan Bare, 2005). Management nyeri farmakologi menggunakan terapi obat analgetik. Pemberian obat analgetik yang diberikan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgetiknya adalah narkotika dan nonnarkotika.Semua jenis analgetik dapat menimbulkan ketergantungan pada penderitanya (Andarmoyo,2013). Management nyeri non farmakologi untuk menghilangkan nyeri meliputi teknik distraksi, teknik pemijatan (massage), teknik nafas dalam, terapi musik, Guided imaginary, Meditasi, Imajinasi terbimbing. Teknik-teknik tersebut dapat mengurangi nyeri, mempercepat penyembuhan dan membantu dalam tubuh mengurangi berbagai macam penyakit seperti depresi, stress dll (Kozier: 2006). Nyeri menyebabkan pasien menderita, nyeri jika tidak ditangani akan berdampak negatif seperti pasien mengalami cemas, anoreksia, gangguan pola
3
tidur, gelisah, tidak mampu bergerak bebas, susah tidur, perasaan tidak tertolong, dan putus asa (Andarmoyo, 2013). Berdasarkan survey di RSUD Dr. Moewardi banyak terdapat pasien yang dilakukan pembedahan. Pembedahan atau operasi yang sering dilakukan selama bulan Agustus sampai November 2012 kasus laparotomi 230 (60%) kasus, pada bulan Januari sampai November 2012 pasien dengan kasus post operasi apendisitis sekitar kurang lebih 252 orang, dengan kasus laparatomi apendisitis 78 orang. Menurut WHO kesehatan adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial lengkap dan semata-mata bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan. Untuk mencapai kesehatan yang optimal maka diperlukan kerjasama antara komponen masyarakat dengan profesional kesehatan. Mereka menjadi bagian dari sistem pelayanan kesehatan. Penelitian multietnik yang dilakukan di Amerika Serikat (2007), dihasilkan data 4 dari 10000 anak usia dibawah 14tahun menderita apendiksitis di dunia tahun 2007 mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk dunia (Juliansyah dalam Taufiq, 2011) Berdasarkan wawancara terhadap salah satu perawat mengatakan bahwa, apabila pasien mengalami nyeri dengan skala lebih dari 4 khususnya post operasi laparatomi apendiksitis maka perawat memberikan analgetik untuk meredakan nyeri. Perawat mengatakan analgetik dapat memberikan efek yang lebih cepat dari pada menggunakan teknik relaksasi. Perawat menggunakan management nyeri non farmakologi dengan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien dengan skala nyeri kurang dari 4, sedangkan
4
menggunakan management nyeri farmakologi pada pasien dengan skala nyeri lebih dari 6 untuk mengatasi nyeri yang dialaminya. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan data Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Kenyamanan: Nyeri post laparatomi appendiksitis di RSUD Dr. Moewardi.
5
B. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Mengetahui
intensitas
nyeri
pada
pasien
post
laparatomi
appendiksitis di RSUD Dr. Moewardi dandapat melakukan asuhan keperawatan
pada
pasien
post
laparatomi
appendiksitis
dengan
menggunakan 5 proses keperawatan. 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian data secara lengkap dan sistematis pada pasien post laparatomi appendiksitis di RSUD Dr. Moewardi. b. Penulis
mampu
menengakkandiagnosa
keperawatanpasien
post
laparatomi appendiksitis diRSUD Dr. Moewardi. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada pasien post laparatomi appendiksitis diRSUD Dr. Moewardi. d. Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada pasien post laparatomi appendiksitis diRSUD Dr. Moewardi. e. Penulis mampu mengevaluasi efektifitas asuhan yang talah diberikan pada pasien post laparatomi appendiksitis diRSUD Dr. Moewardi.
6
C. Manfaat Studi Kasus 1. Manfaat teoritis a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai asuhan keperawatan pada pasien post laparatomi appendiksitis. b. Menambah masukan dan menambah bahan bacaan tentang pasien post laparatomi appendiksitis. 2. Manfaat praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan Asuhan Keperawatan ini dapat menjadi referensi bacaan ilmiah untuk penelitianberikutnya yang sejenis khususnya penggunaan pasien post laparatomi appendiksitis. b. Bagi rumah sakit Memberikan masukan bagi pihak rumah sakit untuk menambah pengetahuan khususnya tentang penanganan nyeri pada pasien post laparatomi appendiksitis. c. Bagi perawat RSUD Dr. Moewardi Meningkatkan pengetahuan perawat dan penerapan teknik non farmakologi terhadap pasien post operasi untuk mengatasi nyeri. d. Bagi pasien Diharapkan pasien dapat mempratekkan teknik-teknik non farmakologi yang sudah diajarkan.Sehingga jika sewaktu-waktu nyeri
7
muncul, pasien dapat melakukannya secara mandiri untuk mengurangi intensitas nyeri yang diderita. e. Bagi peneliti selanjutnya Mengevaluasi secara langsung asuhan keperawatan dalam mengelola pasien secara langsung.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Diagnosa Medis 1.
Laparatomi a. Pengertian Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput perut (Jitowiyono, 2010). Laparatomi adalah salah satu jenis operasi yang dilakukan pada daerah abdomen. Operasi laparatomi dilakukan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat pada area abdomen, misalnya trauma abdomen. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahaan perut (Lestari, 2012). b. Jenis Laparatomi Jenis-jenis laparatomi menurut Jitowiyono (2010) : 1) Midline incision, yaitu sayatan ke tepi dari garis tengah abdomen. 2) Paramedian, yaitu sayatan sedikit ke tepi dari garis tengah dengan jarak sekitar 2,5 cm dengan panjang 12,5 cm. 3) Transverse upper abdomen incision, yaitu insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan spelenektomy. 4) Transverse lower abdomen, yaitu insisi melintang dibagian bawah 4 cm di atas anterior spinl iliaka, misalnya pada operasi appendisitis.
8
9
c. Indikasi Laparatomi Indikasi Laparatomimenurut Mansjoer (2007) : 1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam) 2) Peritonitis 3) Perdarahan saluran pencernakan 4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar 5) Kasus appendiksitis 6) Masa pada abdomen 7) Obstetry-ginekology d. Fase Penyembuhan Luka Post-Laparatomi Fase
penyembuhan
luka
post-laparatomi
menurut
Jitowiyono(2010) : 1) Fase Pertama Berlangsung sampai hari ke-3. Batang leukosit banyak yang rusak atau rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuhan dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka. 2) Fase Kedua Dari hari ke-3 sampai hari ke-14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahaan.
10
3) Fase Ketiga Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus menerus ditimbun,timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali. 4) Fase Keempat Fase terakhir. Penyembuhaan akan menyusut dan mengkerut. e. Komplikasi Post-Laparatomi Komplikasi Post-Laparatomi menurut Jitowiyono (2010) adalah: 1) Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis, Tromboplebitis post operasi biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru, hati dan otak. 2) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau eviserasi Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui insisi. Faktor penyebab dehisensi dan eviserasi adalah infeksi luka, kesalahan menutupnya waktu pembedahaan, ketegangan yang berat pada dinding abdomen sebagai akibat dari batuk atau muntah. 3) Buruknya integritas kulit sehubungan dengan luka infeksi Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi
11
adalah
stapilokokus
aurens,
organisme,
gram
positif.
Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. f. Perawatan Post-Laparatomi Menurut Kozier (2006), perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan perawataan post laparatomiadalah : 1) Mengurangi komplikasi akibat pembedahaan. 2) Mempercepat penyembuhaan. 3) Mengembalikan fungsi abdomen pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi. 4) Mempertahankan konsep diri pasien. 5) Mempersiapkan pasien pulang. 2.
Appendiksitis a. Pengertian Appendiksiti Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panajng kirakira 10 cm (4 inci), melengkat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal (Bararah, 2013). Appendiksitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia antara 10 sampai 30 tahun (Bararah, 2013).
12
Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan segara mungkin untuk menurunkan resiko perforasi (Bararah, 2013). b. Klasifikasi Appendiksitis Menurut Jatiwiyono dan Krisyanasari (2010), Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2, yaitu : 1) Appendiksitis akut terdiri atas : appendiksitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul struktur local, apendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah. 2) Appendiksitis kronis, dibagi atas apenditis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul struktur local, appendiksitis kronis obliteritiva yaitu apendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua. c. Etiologi appendiksitis Terjadinya appendiksitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun terdapat banyak sekali faktor pencetus terjadinya penyakit ini, obstruksi pada lumen appendiks ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras, hyperplasia jaringan limfoid struktur, namun yang paling sering menyebabkan obstruksi adalah hyperplasia jaringan limfoid. Gejala appendiksitis ditegakkan dengan anamnesa ada hal yang penting, yaitu: nyeri mula di epigastrium (nyeri visceral)yang beberapa waktu kemudian menjalar
13
ke perut kanan bawah, muntah oleh karena nyeri visceral, panas karena kuman yang menetap di dinding usus. Gejala
lain
adalah
badan
lemah
dan
kurang
nafsu
makan,penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, diperut terasa nyeri. 1) Pemeriksaan yang lain lokalisasi Jika sudah terjadi perfosari, nyeri akan terjadi pada seluruh perut, tetapi pada daerah titik Mc. Burney. Jika sudah infiltrate, lokal infeksi juga terjadi jika orang dapat menahan sakit dan kita akan merasakan seperti ada tumor di titik Mc. Burney. 2) Test rectal Pada pemeriksaan rectal taucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi. Pemeriksaan laboratorium leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang. d. PatofisiologiAppendiksitis Appendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat tersumbat, kemungkinann oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal yang
akan
menghambat
aliran
limfe
yang
mengakibatkan
edema,diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa
14
jam terlokalisasi dikuadran kanan bawah abdomen. Akhrinya appendiks yang terinflamasi berisi pus. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan akan terus meningkat menyebabkan peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut appendiksitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri tergangu akan terjadi infark dinding appendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut appendiksitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi appendiksitis perforasi. Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah appendiks hingga timbul suatu massa loka yang disebut infiltrat apendikularis. Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang. Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan appendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Bararah: 2013). e. Manifestasi Klinis Appendiksitis Manifestasi Klinis Appendiksitis menurut Bararah (2013) : a. Nyeri kuadran bawah b. Demam ringan c. Mual muntah
15
d. Hilangnya nafsu makan e. Nyeri tekan loka pada titik Mc. Burney f. Nyeri tekan lepas (hasil atau intensitasi dari nyeri bila tekanandilepaskan) g. Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpoasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah h. Distensi abdomen akibat ileus paralitik i. Kondisi f. Komplikasi Appendiksitis Komplikasi appendiksitis menurut Bararah (2013) : 1) Komplikasi utama appendiksitis adalah perforasi appendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses 2) Abses subfrenikus 3) Fokal sepsis intraabdominal lain g. Pemeriksaan Diagnostik Appendiksitis Pemeriksaan diagnostik appendiksitis menurut Bararah (2013) : 1) Jumlah leukosit lebih tinggi dari 10.000/mm3. Normalnya 5.00010.000/mm3 2) Jumlah netrofil lebih tinggi dari 75% 3) Pemeriksaan urin rutin, urinalisis normal, tetapi eritrosit atau lekosit mungkin ada 4) Pemeriksaan foto sinar x tidak tampak kelainan yang spesifik
16
h. Penatalaksanan Appendiksitis Menurut Bararah dan Jauhar (2013), pembedahan diindikasikan bila diagnosa appendiksitis telah ditegakkan. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan, analgesi dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Appekdiktomi (pembedahan untuk mengangkat
appendiks)
dilakukan
sesegera
mungkin
untuk
menurunkan resiko perforasi. Appendiktomi dapat dilakukan di bawah anestesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi yang merupakan metode terbaru yang sangat efektif. i. Pengkajian pra operasi appendiksitis Menurut Bararah dan Jauhar (2013) Dasar data pengkajian pasien (pra operasi) 1) Aktivitas atau istirahat Gejala : Malaise 2) Sirkulasi Tanda : Takikardia 3) Eliminasi Gejala:
Konstipasi pada awitan awal Diare (kadang-kadang)
Tanda:
Distensi abdomen, nyeri tekan / nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus
4) Makanan/ cairan Gejala:
Anoreksia
17
Mual / muntah 5) Nyeri kenyamanan Gejala:
Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney (setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau nafas dalam (nyeri berhenti tiba-tiba di duga perforasi atau infark pada appendiks) keluhan berbagai rasa nyeri atau gejala tidak jelas (sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter)
Tanda :
Perilaku berhati-hati, berbaring ke samping atau telentang dengan lutut ditekuk, meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak Nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal
6) Keamanan Tanda :
Demam (biasanya rendah)
7) Pernafasan Tanda :
Takipnea, pernafasan dangkal
18
j. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Rasionalisasi Keperawatan Appendiksitis Menurut Bararah dan Jauhar (2013) 1) Gangguan rasa nyaman: nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah. Tujuan: Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama x jam di harapkan nyeri berkurang atau hilang. KH : Klien melaporkan nyeri berkurang / hilang, klien rileks. Intervensi : a) Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, beratnya (skala 0-10). Selidiki dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat. Rasional: Berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan terjadinya abses/peritonitis, memerlukan upaya evaluasi medik dan intervensi. b) Pertahankan istirahat dengan posisi semifowler. Rasional: Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tekanan abdomen yang bertambah dengan posisi telentang. c) Berikan aktivitas hiburan. Rasional: Fokus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
19
d) Pertahankan puasa Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan pada peristaltik usus dini dan iritasi gaster/ muntah. e) Berikan kantong es pada abdomen. Rasional: Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf. Catatan: jangan lakukan kompres panas karena dapat menyebabkan kompresi jaringan. f) Beritahukan penyebab nyeri. Rasional: Membantu klien dalam mekanisme koping g) Berikan analgesik sesuai indikasi. Rasional: Menghilangkan nyeri mempermudah kerjasama dengan intervensi terapi lain seperti ambulasi, batuk 2) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama, perforasi/ruptur pada appendiks, pembentukan abses, prosedur invasif insisi bedah. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam diharapkan infeksi berkurang. KH: Meningkatnya penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi/inflamasi, drainase purulen, eritema dan demam. Intervensi : a) Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
20
Rasional: Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis. b) Lihat insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka/ drein (bila dimasukkan), adanya eritema. Rasional: Memberikan deteksi dini terjadinya proses infeksi atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya. c) Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatan luka aseptik. Rasional: Menurunkan resiko penyebaran infeksi. d) Berikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada klien/ orang terdekat. Rasional: Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberi kandukungan emosi, membantu menurunkan ansietas. e) Berikan antibiotik sesuai indikasi. Rasional:
Mungkin
diberikan
secara
profilaktik
atau
menurunkan jumlah mikroorganisme (pada infeksi yang telah ada
sebelumnya)
untuk
menurunkan
penyebaran
dan
pertumbuhanya pada rongga abdomen. 3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake oral mual muntah. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x jam diharapkan dapat meningkatkan nafsu makan.
21
KH:Intake nutrisi adekuat, nafsu makan meningkat, albumin batas normal. Intervensi : a) Kaji status nutrisi atau pantau masukan makanan tiap hari. Rasional: Mengidenfikasi nutrisi. b) Berikan makanan yang disukai pasien. Rasional: Mengidentifikasi kebutuhan makan pasien. c) Dorong pasien makan sedikit tapi sering. Rasional: Memaksimalkan nutrisi masuk dalam tubuh. d) Jelaskan perlunya kabohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan cairan yang adekuat. Rasional: Membangun jaringan untuk proses metabolisme tubuh. e) Kolaborasi dengan ahli gisi untuk pemberian diet pada pasien. Rasional: Memberikan bantuan dalam perencanaan diit dengan nutrisi yang adekuat.
.
22
B. Tinjauan Teori Kebutuhan Dasar 1. Nyeri a. Pengertian Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari keursakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawat kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersaman dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibandingkan suatu penyakit mana pun(Judha, 2012). Menurut Potter dan Perry, nyeri adalah sesuatu yang sering membuat pasien merasa tidak nyaman. Nyeri sering dijelaskan oleh penderita dengan berbagai macam istilah, misalnya rasa tusuk, rasa tikam, rasa robek, rasa tersengat, rasa bakar, rasa sayat, rasa berdenyut. Pernyataan tersebut menunjukkan lamanya waktu terasa nyeri dan menyamakanya dengan hal-hal yang menyebabkan rasa tersebut pada waktu lampau yang pernah dialaminya. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif dan sangat individual stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik ataupun mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada jaringan aktual atau fungsi ego seseorang individu (Potter dan Perry,2006).
23
b. Stimulus nyeri Seseorang dapat mentoleransi, menahan nyeri (pain toleransi), atau dapat mengenali jumlah stimulus nyeri sebelum merasakan nyeri (pain threshold). Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri menurut Andarmoyo (2013) adalah: 1) Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung terhadap reseptor. 2) Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edama akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri. 3) Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri. 4) Iskemia pada jaringan, misalnya terjaadi blockade pada arteria koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat tertumpuknya asam laktat. 5) Spasme otot dapat menstimulasi mekanik. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinyeri menurut Potter and Perry (2006) adalah: 1) Usia Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia bereaksi terhadap nyeri.
24
2) Jenis Kelamin Secara umur pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam respon terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor dalam mengeksepreesikan nyeri. 3) Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri. Sejak dini pada masa kanak-kanak individu belajar dari sekitar mereka respon nyeri yang bagaimana yang dapat diterima atau tidak diterima. Harapan budaya tentang nyeri yang individu pelajar sepanjang hidupnya jarang dipengaruhi oleh pemajanan terhadap nilai-nilai yang berlawanan dengan budaya lainya. Akibatnya individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri adalah normal dan dapat diterima. 4) Makna Nyeri Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri, hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman dan tantangan.
25
Misalnya,
seseorang
wanita
yang
sedang
bersalin
akan
mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri akibat karena pukulan pasanganya. 5) Perhatian Perhatian yang mengikat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya selama waktu pengalihan. 6) Ansietas Ansietas sering kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Individu yang sehat secara emosional, biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional yang kurang labil. 7) Keletihan Keletihan
meningkatkan
persepsi
nyeri,
rasa
kelelahan
menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri
26
terasa lebih berat dan jika mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri berkurang. 8) Pengalaman sebelumnya Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan juga sebaliknya, Akibatnya klien akan lebih siap untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlakukan untuk menghilang nyeri. 9) Gaya koping Klien mengalami nyeri dikeadaan perawatan kesehatan, seperti di rumah sakit, klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi itu. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa yang terjadi. 10) Dukungan keluarga dan sosial Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri adalah kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien. Walaupun nyeri dirasakan kehadiran orang yang bermakna bagi klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau teman, sering kali pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan, sebaliknya tersedianya
27
seseorang yang memberikan dukungan sangatlah berguna karena akan membuat seseorang merasalebih nyaman. Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang mengalami nyeri. d. Klasifikasi nyeri Menurut Judha, dkk (2012), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Nyeri akut Nyeri akut biasanya awalanya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik.Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik untuk menjadi perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar-benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi yang serupa potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalanya dengan terjadi penyembuhan. Nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan defisini nyeri akut dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik sampai enam bulan. 2) Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera spesifik. Nyeri kronis tidak
28
mempunyai awalan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi sinyal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagai mana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya. Menurut Tamsuri (2006), klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi, dibagi menjadi enam yaitu : a) Nyeri super fisial adalah nyeri yang timbul akibat stimulus terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar. b) Nyeri somatik adalah nyeri yang terjadi pada otot dan tulang serta penyokong lainnya. c) Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh karena kerusakan organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan durasinya cukup lama. d) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal jaringan sekitar. e) Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh pasien yang mengalami amputasi. f) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain sehingga dirasakan menjalar ke organ lain.
29
e. Mekanisme neurofisiologik nyeri Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai non septic. Sensitifitas dari komponen dari sistem non septik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu lain. Nyeri akibat artritis kronis dan nyeri pasca operatif sering terasa lebih parah pada malam hari (Smeltzer dan Bare, 2004). f. Tanda dan gejala nyeri Menurut Potter dan Perrry (2006), tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku yang tercermin dari pasien, secara umum orang yang mengalami nyeri akan didapatkan respon psikologis berupa: 1) Suara yaitu menangis, merintih dan menarik atau menghembuskan nafas. 2) Efek wajah yaitu ditandai meringis, menggigit lidah, mengatupkan gigi, dahi berkerut, tutp rapat atau membuka mata atau mulut, menggigit bibir.
30
3) Pergerakan tubuh ditandai dengan kegelisahan, mondar-mondir, gerakan mengosok atau berirama, bergerak melindungi bagian tubuh, immbolisaso dan otot tegang. g. Penanganan nyeri 1) Management nyeri non farmakologi Dalam mengatasi nyeri dengan teknik non-farmakologi adalah menggunakan teknik relaksasi. Relaksasi adalah sebuah keadan diman seseorang terbebas dari tekanan dan kecemasan atau kembalinya
keseimbangan
(equilibirium)
setelah
terjadinya
gangguan. Perawat bertanggung jawab terhadap pemberian intervensi permasalahan nyeri dengan suatu teknik yang disebut relaksasi (Kusyati, 2006). Teknik relaksasi itu sendiri ada 7 cara menurut Kozier (2006) adalah: a) Teknik distraksi Teknik distraksi adalah pengalihan dari fokus perhatian terhadapnyeri ke stimulus lain. Teknik distraksi dapat menurangi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivitas retikuler menhambat stimulus nyeri. Jika seseorng menerima input sensori yang berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impils nyeri ke otak (nyeri berkurang atau tidak dirasakan oleh klien).
31
b) Teknik pemijatan (massage). Teknik pemijatan terdiri dari tindakan stroking, friction, preessure, petrissage, vibration and percussion. Tindakan massege ini, terutama yang dilakukan di punggung akan berpengaruh terhadap peningkatan sirkulasi kulit sehingga bisa menciptakan kondisi relaksasi. c) Teknik nafas dalam Teknik pernafasaan dalam merupakan teknik dasar dari perkembangan teknik relaksasi lainnya. Dasar konsep dari teknik pernafasaan yaitu, semakin banyak paru terpenuhi oleh oksigen maka semakin turun derajat ketegangan. Teknik relaksasi pernafasaan bermaanfaat karena efektif mereduksi kecemasaan, depresi, iritabilita (cepat tersinggung), ketegangan dan kelelahan. d) Teknik musik Suara yang dihasilkan dari perpaduan alat musik, sejatinya dapat digunakan sebagai sarana pengobataan, yang sering kali disebut terapi musik. e) Guided imaginary Guided imaginary merupakan training untuk mengubah relaksasi tubuh menjadi relaksasi pikiran, dimana individu diminta untuk membayangkan suatu pemandangan agar bisa merasakan rileks dan sebagainya.
32
f) Meditasi Meditasi yaitu penggunaan kekuatan pikiran yang dilakukan
dengan
keadaan
lingkungan
yang
sepi
dan
tenang.Meditasi membawa alam pikiran menuju ke efek posifit yang dapat dirasakan oleh seorang sehingga dengan keadaan yang tenang tersebut dapat membuat seseorang mengalihkan perhatian nyeri yang dialaminya, maka dapat terjadi penurunan nyeri. g) Imajinasi terbimbing Imajinasi terbimbing adalah menggunakan seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat terdiri atas gabungan nafas dalam derirama lambat dengan bayangan menthal relaksasi dan kenyamanan, sehingga tubuh diharapkan dapat rileks dan nyaman. 2) Management nyeri farmakologi Analgetik merupakan metode yang paling umum untuk mengatasi nyeri. Walaupun analgetik dapat mengatasi nyeri dengan efektif, perawat dan dokter msih cenderung tidak melakukan upaya analgetik dalam penanganan nyeri, karena informasi obat yang tidak benar, karena adanya kekhawatiranya klien akan mengalami ketagihan obat, cemas akan melakukan kesalahan jika melakukan
33
pengobatan analgetik narkotik, dan pemberian obat yang kurang dari yang diresepkan. Perawat harus mengetahui obat-obat yang bersedia untuk menghilangkan nyeri dan efek obat farmakologi tersebut (Potter and Perry, 2006). h. Skala pengukuran nyeri Skala nyeri dapat diukur dengan menggunakan cara sebagai berikut : Menurut Judha, dkk (2012), skala pengukuran nyeri adalah sebagai berikut : 1) Skala deskripsi intensitas nyeri sederahan (simple descriptive pain intensity scale)
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Hebat
Nyeri Sangat Hebat
Nyeri Tidak Terkontrol
Gambar 2.1 Skala Diskripsi Intensitas Nyeri Sederhana 2) Skala identitas nyeri numerik 0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri tidak nyeri tertahankan Gambar 2.2 Skala Nyeri Menurut (Potter and Perry: 2006) Keterangan : 0
= Tidak nyeri.
1 – 3 = Nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
34
4 – 6 = Nyeri sedang, secara objektif klien mendesis,menyeringai dapat menunjukan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik. 7 – 9 = Nyeri berat, secaa objektif kadang klien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan
lokasi
nyeri,
tidak
dapat
mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. 10
= Nyeri tidak tertahankan, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
3) Skala analog visual Visual analouge scale Choose a Number from 0-10 that best describe No Pain
0
Distressing Paint
1
2
3
4
5
6
Unbeareble Paint
7
8
9
10
ASK PATIENS ABOUT THEIR PAIN INTENSITY-LOCATION-ONSET-SURATION-CARIATION-QUALITY
Gambar 2.3 Skala Analog Visual Visual analouge scale tidak melabel subsidi. VAS merupakan suatu garis lurus, yang mewakili intesitas nyeri yang terus-menerus dan memiliki alat pendeskripsian verbal pada setiap ujungnya.Skala ini memberi klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi
keparahan
nyeri.
VAS
dapat
merupakan
pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat
35
mengidentifikasi setiap titik pada rangakaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka. Visual analouge scale (VAS) digunakan dengan garis harizontal 10 cm dengan menambahkan kata-kata pada garisnya seperti tidak ada nyeri, dan nyeri sangat berat. Pasien membuat sebuah tanda sepanjang garis untuk mengungkapkan intensitas nyeri, angka diperoleh dengan mengukur millimeter dari awal ampai akhri pengukuran dan pasien akan langsung menandainya. Skala visual analauge scale (VAS) tidak subdivisi. Visual analauge scale (VAS) adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus-menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.Skala ini memberikan klien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. Visual analauge scale (VAS) dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat mengdentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu angka (Potter and Perry, 2006). 4) Skala nyeri dengan observasi perilaku Tabel 2.1 Skala Nyeri dengan Observasi Perilaku Skor Kategori 0 1 2 Muka Tidak ada Wajah Sering dahi tidak ekspresi atau menyeringai,dahi konstan, rahang senyuman berkerut, memegang dagu tertentu, tidak menyendiri gemetar mencari perhatian Kaki Tidak ada posisi Gelisah, resah dan Memandang atau atau relaks memegang kaki disiapkan
36
Aktivitas
Berbarin, posisi normal, mudah bergerak
Menangis
Tidak menangis (saat bangun maupun saat tidur) Isi, relaks
Hiburan
Total skor
0
Menggeliat, menaikkan punggungdan maju, memegang Merintih, atau merengek, kadang mengeluh
Memeluk, kaku atau menghentak
Menangis keras, berpekik atau sedu sedan sering mengeluh Kadang-kadang Kesulitan untuk hati tenteram menghibur atau dengan sentuhan, kenyamanan memeluk, berbicara untuk mengalihkan perhatian 5 10
Dari berbagai macam methode skala nyeri diatas penulis menggunakan skala pengukuran nyeri identitas numerik untuk menentukan tingkat nyeri yang dirasakan pasien.
37
C. Pathway Appendiks Hiperplasi Folikel Limfoid
Benda Asing
Erosi Mukosa Appendiks
Fekalit
Striktur
Tumor
Obstruksi Mukosa Terbendung Appendiks teregang
Tekanan Intraluminal Nyeri Akut Aliran darah terganggu Ulserasi dan invasi bakteri Pada dinding appendiks
1. 2. 3.
Perforasi Abses Peritonitis
Peradangan Appendiksitis
Distensi Abdomen
Nyeri Menekan gaster
Appendiktomi
Pembatasan Intake cairan
Peningkatan produk HCL
Laparatomi Tekanan intera abdomen
Mual muntah Luka sayatan Resiko kekurangan nutrisi Terputusnya jaringan akibat insisi bedah
Tempat masuknya mikroorganisme
Sumber : nyeri
Resiko terjadinya infeksi
Gambar 2.4 Pathway
Bararah, 2013 Mansjoer, 2007 Price, 2006
38
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Desain Penulisan Karya studi kasus ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan mengggunakan proses keperawatan dengan 5 tahap yaitu dengan pengkajian, menetapkan diagnosa, rencana asuhan keperawatan, implementasi asuhan keperawatan dan evaluasi yang efektif untuk asuhan keperawatan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan selama 3x24 jam pada tanggal 09 Juni sampai 11 Juni di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
C. Subjek Studi Kasus Subjek studi kasus ini adalah pasien post laparatomi apendiksitis yang ada di RSUD Dr. Moerwadi Surakarta
D. Instrumen Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data berupa formulir pengkajian medikal bedah yang menggunakan 11 fungsional gordon(lampiran nomer 4 ) dan menggunakan assement nyeri (lampiran nomer 5 ) untuk mengetahui tingkat skala nyeri pada pasien post laparatomi appendiksitis kronis.
38
39
E. Teknik pengumpulan Data Pengumpulan data didapatkan, guna pembahasan lebih lanjut dalam hal ini penulis menggunakan beberapa metode, antara lain : 1. Observasi Partisipasi Penulis mengadakan pengamatan secara langsung pada keluarga dengan menggunakan panca indera. Teknik pengumpulan data secara observasi partisipasi digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan anggota keluarga, pola kebiasaan keluarga, keadaan lingkungan dan sebagainya. 2. Wawancara Penulis melakukan tanya jawab kepada anggota keluarganya serta pasien yang bersangkutan. 3. Pemeriksaan Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan catatan keperawatan pasien. Pemeriksaan fisik dilakukan secara head to toe. 4. Metode Pemecahan Masalah Pemecahaan masalah yang digunakan penulis menggunakan proses asuhan keperawat medikal bedah yang meliputi pengkajian,penegakkan diagnosa keperawatan, perencanan tindakan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.
40
BAB IV RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Resume Kasus 1. Pengkajian Bab IV ini merupakan pengelolaan kasus yang dilakukan selama 3 hari mulai tanggal 09 Juni - 11 Juni 2014 pada "Kaji Asuhan Keperawatan Pada Ny. A dengan Gangguan Kenyamanan:Nyeri Post Laparatomi Dengan Indikasi Appendiksitis di Ruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi Surakarta.” Pengkajian dilakukan pada tanggal 09 Juni 2014 pukul 08.00 WIB.Pengkajian ini dilakukan dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa serta dengan membaca catatan keperawatan. a. Identitas Dari hasil anamnesa pada pasien dan keluarga serta melihat catatan medik didapatkan data sebagai berikut: Pasien bernama Ny. A umur 25 tahun, jenis kelamin perempuan, alamat Surakarta, Suku Jawa, bahasa Indonesia, agama Islam, pendidikan sma, pekerjaan ibu rumah tangga, No.RM : 07247xxx, tanggal masuk 7 juni 2014, dengan diagnosa appendiksitis. Penanggung jawab bernama Tn. S, umur 26 tahun, jenis kelamin laki–laki, alamat Surakarta, agama Islam, pekerjaan swasta, hubungan dengan pasien sebagai suami.
40
41
b. Riwayat Kesehatan Pengkajian pada pasien post operasi laparatomi dengan indikasi appendiksitis kronik hari ke-1 yang dilaksanakan tanggal 09 juni 2014, didapat keluhan utama pasien mengatakan nyeri dirasakan meningkat saat bergerak (Pemicu), nyeri seperti tertusuk (Quality), nyeri dirasakan pada bekas jahitan pada perut bagian bawah umbilikus dan letaknya melintang (Region), skala nyeri 6 (0-10) (Skala), durasi nyeri antara 30 – 50 detik nyeri timbul tidak teratur paling terasa saat bergerak (Time). Riwayat penyakit pasien mengatakan ± 5 hari yang lalu pasien mengalami nyeri perut bagian kanan bawah, perut terasa mual, muntah, tidak nafsu makan, kemudian pasien pergi ke dokter dan diberi obat. Setelah minum obat nyeri perut hilang tetapi 3 hari kemudian setelah obat habis nyeri perut kambuh lagi, kemudian pasien kembali ke dokter dan oleh dokter dianjurkan periksa radiologi dan USG di laboratorium Budi Sehat Solo, kemudian pada tanggal 07 juni 2014 setelah hasil USG dan radiologi telah diketahui pasien di diagnosa appendiksitis
oleh dokter dirujuk ke RSUD Dokter
Moewardi,
pukul
dan
pada
22.00
WIB
dilakukan
operasi
appendiktomi. Pada hari minggu 08 juni 2014 pasien dipindah ke bangsal Mawar II. Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan belum pernah mondok di rumah sakit, dan tidak pernah mengalami kecelakaan.
42
Riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien, keluarga pasien juga tidak ada yang menderita penyakit keturunan dan menular. c. Pengkajian Pola Fungsional Dari pengkajian pola fungsional didapat data pola persepsi dan manajemen kesehatan pasien mengatakan jika sakit membeli obat di warung tetapi jika belum sembuh pasien berobat ke dokter atau klinik kesehatan. Pola nutrisi pasien mengatakan sebelum sakit makan 3x sehari habis 1 porsi tiap makan, dengan komposisi nasi, lauk dan sayuran, serta tidak ada pantangan makanan, pasien mengatakan minum air putih setiap harinya habis 6–7 gelas. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan makan hanya habis 3 sendok karena setiap makan terasa mual, porsi berupa bubur saring, serta minum 5-6 gelas/hari. pasien mengatakan perutnya mual sedangkan data obyektif yang didapatkan antropometricberat badan 54 kg, lingkar lengan atas 24 cm, tinggi badan 164 cm IMT 20,08 kg/m2.Biomedical Data HB 9,2g/dl (normal 12,0-15,6 g/dl), hematokrit 29% (normal 33-45%), Albumin 2,8 g/dl(normal 3,5-5,2 g/dl). Clinical Sign pasien tampak lemah, mengalami mual muntah. Dietary makan bubur TKTP 1700 kkal. Pola eliminasi pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x/hari dengan konsistensi lunak, BAK 5-6x/hari warna kuning jernih tidak ada
43
gangguan saat berkemih. Saat dilakukan pengkajian pasien terpasang DC, warna urin kuning pekat jumlah ±1200 cc/24 jam. Pola aktifitas dan latihan pasien mengatakan sebelum sakit dapat memenuhi kebutuhan aktifitas sehari–hari secara mandiri. Saat dilakukan pengkajian pasien hanya bisa terbaring di tempat tidur karena takut bergerak dan merasakan sakit diluka post operasi, aktifitasnya di bantu keluarga dan perawat.Pola istirahat dan tidur pasien mengatakan sebelum sakit tidur ±8 jam/hari, tidur siang 1-2 jam,namun selama sakit pasien mengatakan hanya tidur ± 6 jam karena sering terbangun akibat nyeri di bekas jahitan. Pola persepsi kognitif pasien saat berkomunikasi dapat merespon dengan baik, orientasi terhadap tempat dan waktu baik. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman dengan luka post operasinya dan merasakan nyeri dengan karakteristik: dirasakan meningkat saat bergerak (Pemicu), nyeri seperti tertusuk (Quality), nyeri dirasakan pada bagian bekas operasi di bagian perut dibawah umbilikus (Region), skala nyeri 6 (Skala), durasinya 30-50 detik paling terasa saat bergerak (Time).Pola persepsi konsep diri: body image pasien mengatakan tidak rendah diri dengan keadaanya sekarang dan mau menerimanya, ideal diri pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang, harga diri pasien mengatakan percaya bahwa dirinya akan senbuh dan keadaanya akan membaik, peran diri pasien mengatakan tidak bisa menjalankan peranya sebagai ibu rumah tangga,
44
identitas diri pasien mengatakan dirinya seorang perempuan yang telah berkeluarga dan memiliki anak. Pola peran dan hubungan pasien mengatakan sebelum sakit hubunganya dengan keluarga dan masyarakat baik, pasien berperan sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga yang telah memiliki 1 orang anak.Pola seksual dan reproduksi pasien mengatakan bahwa ia seorang perempuan yang sudah menikah dan memiliki 1 orang anak.Pola mekanisme koping pasien mengatakan jika mempunyai masalah akan berusaha menyelesaikanya dan sering meminta pendapat suaminya.Pola nilai dan keyakinan pasien mengatakan beragama Islam dan rajin menjalankan sholat 5 waktu, tetapi saat sakit pasien kesulitan menjalankan ibadahnya. d. Pemeriksaan Fisik Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran compos mentis, berat badan 54 kg, tinggi badan 164 cm, vital sign tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,7º C, pernapasan 24 x/menit. Pada pemeriksaan head to toe didapat hasil:Kepala bentuk messosepal, tidak ada benjolan. Rambut hitam bersih tidak ada ketombe. Mata simetris kanan dan kiri konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik. Hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret. Mulut bersihtidak ada sariawan, mukosa bibir kering. Telinga simetris, tidak terdapat serumen, pendengaran berfungsi baik. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
45
Pada pemeriksaan dada (paru-paru) saat inspeksi didapatkan pengembangan dada kanan sama dengan dada kiri, palpasi dada didapatkan hasil tidak ada nyeri tekan, perkusi dada di dapatkan hasil sonor, auskultasi paru didapatkan hasil tidak ada bunyi nafas tambahan (vesikuler). Pada pemeriksaan jantung saat inspeksi didapat hasil ictus cordis tidak tampak, palpasi jantung icus cordis tidak teraba, secara perkusi bunyi jantung pekak auskultasi jantung didapatkan hasil terdengar bunyi jantung I dan II normal. Pada pemeriksaan abdomen saat inspeksi didapat hasil bentuk abdomen simetris, tidak ada benjolan, terdapat luka post Laparatomi appendiktomi sepanjang ± 15 cm tertutup kasa pada bagian perut bawah umbilikus, jumlah jahitan ± 20, balutan bersih, dan terpasang drainage yang dialirkan dengan jumlah cairan sebanyak ± 150 cc warna merah, auskultasi usus didapatkan hasil bising usus 8x/menit, perkusi abdomen didapatkan hasil bunyi tympani, palpasi terdapat nyeri tekan. Pada pemeriksaan genetalia didapat hasil terpasang DC kondisi kotor dan bau.Pada ekstrimitas atas terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan, tangan kiri tidak ada masalah, dan ekstrimitas bawah tidak ada oedema ataupun luka. e. Data penunjang Dari hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 8 juni 2014 didapat hasil hemoglobin 9,2 g/dl (normal 12,0-15,6 g/dl), hematokrit
46
29% (normal 33-45%), leukosit 11,6 ribu/ul (normal 4,5-11,0), trombosit 287 ribu/ul (normal 150-450 ribu/ul), eritrosit 3,78 juta/ul 9normal 4,10-5,10 juta/ul), albumin 2,8 g/dl (normal 3,5-5,2 g/dl), natrium darah 135 mmol/l 9 (normal 136-145 mmol/l), kalium darah 3,2 mmol/l (normal 3,3-5,1 mmol/l), chlorida darah 104 mmol/l (normal 98-106 mmol/l). f. Program Terapi Program terapi tanggal 08 juni2014yang diberikan pada Ny. A antara lain infus RL 20-tpm, injeksi ranitidin 50 mg/12 jam, injeksi ketorolac 30 mg/8jam, injeksi ceftriaxon 1 gram/12jam. g. Data Fokus Dari pengkajian yang penulis lakukan didapat data subyektif Ny. A mengatakan nyeri dirasakan meningkat saat bergerak (Pemicu), nyeri seperti tertusuk (Quality), nyeri dirasakan pada bekas jahitan pada perut bagian bawah umbilikus dan letaknya melintang (Region), skala nyeri 6 (0-10) (Skala), durasi nyeri antara 30 – 50 detik nyeri timbul tidak teratur paling terasa saat bergerak (Time). pasien mengatakan tidak nyaman dengan kondisinya, pasien hanya bisa terbaring di tempat tidur karena takut bergerak dan merasakan sakit diluka post operasi, aktifitasnya di bantu keluarga dan perawat, pasien juga mengatakan perutnya terasa mual dan muntah saat makan. Data obyektif didapat antara lainpasien tampak merintih menahan sakit terutama saat bergerak, wajah pasien tampak tegang,
47
vital sign tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,7º C, pernapasan
24
x/menit,
konjungtiva
anemis,
mukosa
bibir
kering,hemoglobin 9,2 g/dl,hematokrit 29%, albumin 2,8 g/dl.Terdapat luka post laparatomi dengan apendiktomi sepanjang ± 15 cm tertutup kasa pada bagian perut kuadran 3 dan 4, jumlah jahitan ± 20, balutan bersih, dan terpasang drainage yang dialirkan dengan jumlah cairan sebanyak ± 150 cc, genetalia didapat hasil terpasang DC kondisi kotor dan bau. 2. Analisa Data dan Prioritas Diagnosa Keperawatan Dari pengkajian yang telah dilakukan, penulis dapat merumuskan ada beberapa masalah keperawatan yang terjadi pada Ny. A yaitu : Tabel 4.1 Analisa Data dan Prioritas Diagnosa Keperawatan No Data Fokus Etiologi Problem Paraf 1.
DS : Ny. A mengatakan Insisi bedah nyeri pada daerah operasi P : Nyeri saat bergerak Q : Nyeri seperti ditusuk R : Nyeri dirasakan pada bekas jahitan pada perut bagian bawah umbilikus dan letaknya melintang S : Skala nyeri 6 T : Durasi nyeri antara 30 – 50 detik nyeri timbul saat bergerak DO : pasien tampak merintih menahan sakit Wajah pasien tampak tegang Vital sign : TD : 130/80 mmHg Nadi : 84 x/menit Suhu : 36,7 º C Rr : 24 X/menit Terdapat luka
Nyeri akut
Putri
48
postAppendiktomi sepanjang ± 15 cm, jumlah jahitan ± 20. 2.
DS : Ny. A mengatakan nafsu makan berkurang, merasakan mual dan muntah saat makan DO : pasien hanya menghabiskan 3 sendok makan, antropometric berat badan 54 kg, lingkar lengan atas 24 cm, tinggi badan 164 cm. Biomedical data HB 9,2 g/dl (normal 12,015,6 g/dl), Albumin 2,8 g/dl (normal 3,5-5,2 g/dl). Clinical Sign Pasien tampak lemah dan mengalami mual-muntah. Dietary makan bubur TKTP 1700 kkal
Penurunan intake oral mual muntah
Perubahan Putri nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.
DS : Pasien mengatakan Luka post Resiko masih nyeri pada luka operasi tinggi DO : Terdapat luka post laparatomi infeksi laparatomi appendiktomi sepanjang ± 15 cm, jumlah jahitan ± 20, balutan bersih, terpasang drainage yang dialirkan dengan jumlah cairan sebanyak ± 150 cc, Leukosit 11,6 ribu/ul (normal 4,5-11,0)
Putri
3. Diagnosa, Intervensi, implementasi dan Evaluasi Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah Tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri dapat berkurang dengan
49
kriteria hasil pasien menyatakan nyeri berkurang, pasien tidak terlihat meringis kesakitan, skala nyeri (0-3), nadi 70-80 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg. Rencanaan tindakan keperawatan penulis adalah observasi tanda-tanda vitaldan kaji kualitas dan kuantitas nyeri (P-QR-S-T), berikan informasi kepada pasien tentang penyebab nyeri dan cara mengurangi nyeri, berikan lingkungan dan posisi yang nyaman, ajarkan teknik distraksi dan relaksasi saat nyeri terasa, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah melakukan kualitas dan kuantitas nyeri (PQRST), memonitor tanda-tanda vital, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi nafas, memberi posisi nyaman dan memberikan lingkungan yang tenang. Evaluasi dilakukan pada 11juni 2014 Data Subyektif pasien mengatakan nyeri post operasi sudah
berkurang, karakteristik
nyeri:mengatakan nyeri dirasakan meningkat saat bergerak (Pemicu), nyeri seperti tertusuk (Quality), nyeri dirasakan pada perut bagian bawah umbilikus dan letaknya melintang (Region), skala nyeri 3(0-10) (Skala), durasi nyeri antara 5 detik sampai 10 detik nyeri timbul kadang-kadang (Time). Data Obyektif wajah pasien tampak rileks, TD : 120/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,50C, keadaan pasien baik. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning intervensi pertahankan, observasitanda-tanda vital, anjurkan pasien untuk menggunakan teknik distraksi dan relaksasi ketika nyeri timbul.
50
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake oral mual muntah Tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan
selama 3x24 jam pasien dapat meningkatkan nafsu
makan, status nutrisi adekuat. Kriteria hasil intake nutrisi adekuat, nafsu makan meningkat, albumin batas normal. Rencana tindakan keperawatan penulis adalah observasi kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan sedikit tetapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah mengobservasi kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering. Evaluasi dilakukan pada 11 juni 2014 Data Subyektif pasien mengatakan rasa mualnya sudah berkurang, pasien sudah tidak muntah saat makan. Data obyektif pasien dapat menghabiskan makanan yang diberikan oleh rumah sakit, mukosa bibir lembab. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning intervensi dipertahankan, anjurkan pasien untuk menambah porsi makannya. c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi laparatomi Tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam infeksi tidak terjadi dengan kriteria hasil pasien terbebas dari tanda dan gejala infeksi yaitu rubor, calor, dolor, dan tumor, jumlah leukosit dalam batas normal (5000-10.000),
51
luka kering, suhu tubuh normal. Rencana tindakan keperawatan penulis adalah kaji tanda-tanda infeksi pada area insisi, monitor tandatanda vital, berikan perawatan luka dengan teknik aseptik, ajarkan personal hygine dan cara cuci tangan pada pasien dan keluarga, kolaborasi dalam pemberian antibiotik. Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memonitor tandatanda vital, memantau tanda dan gejala infeksi, menganjarkan keluarga untuk melakukan cara mencuci tangan dengan benar, dan membatasi jumlah pengunjung. Evaluasi dilakukan pada 11 juni 2014. Data Subyektif pasien mengatakan merasa nyaman. Data Obyektif terlihat luka bersih tidak ada nanah, tidak bengkak, tidak kemerahan, S: 36,50C. Analisa masalah teratasi sebagian. Planning intervensi dilanjutkan, observasi tanda-tanda vital motivasi pasien untuk menjaga kebersihan luka jahitan.
B. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses keperawatan yang dilakukan pada tanggal 09Junisampai 11Juni 2014 di Ruang Mawar II Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta. Pembahasan tentang proses asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa atau rumusan keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
52
1. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi bedah Nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan (association for the study of pain). Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan (NANDA, 2006). Sedangkan menurut Carpenito (2007) nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan adanya ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak menyenangkan selama 6 bulan atau kurang. Diagnosa ini muncul pada Ny. A setelah dilakukan pengkajian dan pemerikasaan fisik didapatkan data pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian bawah umbilikus dan letaknya melintang di kuadran 3 dan 4 dengan panjang ± 15 cm dan jumlah jahitan ± 20 karena pembedahanpasien mengatakan nyeri seperti ditusuk, skala nyeri 6, tergolong nyeri sedang. Nyeri dalam hal ini berkaitan dengan adanya pembedahan karena terputusnya suatu jaringan. Individu merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri (Potter and Perry, 2006),
53
Teori Gate Control dari Melzack dan menyusul bahwa implus nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.Mekanisme pertahanan dapat ditemukan di sel-sel gelantinosa subtansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, talamus dan sistem limbik.Dengan memahami hal-hal yang dapat mempengaruhi pertahanan ini, maka perawat dapat memperoleh konsep kerangka kerja yang bermanfaat untuk penanganan nyeri.Teori ini mengatakan bahwa implus nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan implus dihambat saat sebuah pertahanan tertutup.Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri (Potter and Perry, 2005). Penulis menjadikan diagnosa ini sebagai prioritas diagnosa utama karena menurut Hierarki Maslow kebutuhan aman nyaman (nyeri) menempati urutan yang kedua. Masalah nyeri bila tidak segera ditangani akan menimbulkan rasa tidak nyaman yang berkepanjangan sehingga mengganggu istirahat dan akan mengakibatkan syok neurogenik (syok karena nyeri berlebihan). Rencana tindakan yang ditetapkan oleh penulis untuk mengatasi masalah tersebut adalah kaji tanda-tanda vital karena respon autonomik meliputi perubahan pada tekanan darah, nadi dan pernafasan, yang berhubungan dengan keluhan nyeri, abnormalitas tanda vital terus menerus memerlukan evaluasi lanjut (Doenges, 2007).Kaji skala nyeri karena skala ini memberikan pengukuran subjektif dan kuantitatif tentang intensitas
54
nyeri (Wong, 2006).Berikan lingkungan dan posisi yang nyaman ini dilakukan untuk mengurangi sensasi nyeri.Ajarkan teknik relaksasi atau manajemen nyeri untuk meningkatkan atau memfokuskan perhatian pada sesuatu di samping diri sendiri atau ketidaknyamanan (Doenges, 2007).Kolaborasi dokter pemberian analgetik untuk menurunkan nyeri sedangkan nyeri bervariasi dari nyeri ringan, sedang dan berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan (Wong, 2006). Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu mengobservasi nyeri dan tanda-tanda vital, rasional pengkajian nyeri dapat menggunakan skala visual dan dari tanda-tanda vital, mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam ketika nyeri muncul, rasional teknik distraksi bertujuan memberikan manipulasi persepsi sehingga menurunkan nyeridan relaksasi otot rangka dapat menurunkan nyeri (Tamsuri, 2012), memberikan informasi kepada pasien tentang penyebab nyeri dan cara mengurangi nyeri,rasional bertujuan pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi nyeri dan mengembangkan kepatuhan pasien terhadap rencana terapeutik (Muttaqin, 2011), memberikan lingkungan dan posisi semi fowler,rasional bertujuan lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri, posisikan semi fowler mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen (Muttaqin, 2011). Melakukan tindakan keperawatan penulis tidak menemukan adanya suatu hambatan ataupun kendala yang berarti, hal tersebut dikarenakan
55
banyak yang mendukung penulis dalam pelaksanan tindakan seperti kerjasama pasien, keluarga dengan perawat baik, pasien kooperatif, kerja tim yang baik, kolaborasi dengan tim dokter dan tim medis lainnya berjalan dengan baik, fasilitas rumah sakit yang memadai. Hasil akhir yang dicapai setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah nyeri teratasi sebagian. Hal ini dapat dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri berkurangan, skala nyeri 3, ekspresi wajah tampak rileks, tanda vital dalam batas normal, sehingga tindakan keperawatan dilanjutkan dengan mengobservasi kembali nyeri dan menganjurkan pasien untuk menggunakan teknik distraksi dan relaksasi ketika timbul nyeri. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan intake oral mual-muntah Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan dimana seseorang individu yang tidak puas mengalami atau beresiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan makanan yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (NANDA, 2006). Diagnosa ini ditegakkakn karena pasien mengatakan nafsu makan berkurang, merasa mual-muntah saat makan terjadi karena efek dari obat anestesi, Hb 9,2 g/dl (normal 12,0-15,6 g/dl) jika tingkat hemoglobin rendah maka kandungan zat besi dalam tubuh berkurang, sehingga menyebabkan tubuh kurang energi serta suplay oksigen dalam paru-paru akan berkurang. Albumin 2,8 g/dl (normal 3,5-5,2 g/dl), Albumin
56
merupakan bagian dari protein yang sangat penting untuk tubuh, fungsi utama albumin protein adalah mengganti sel-sel tubuh yang rusak akibat luka dan menggantinya dengan sel-sel baru, bila kadar albumin rendah maka protein yang dikomsumsi akan dipecah, protein yang seharusnya dikirim untuk pertumbuhan sel menjadi tidak maksimal, kekurangan asupan gisi menyebabkan tubuh kekurangan albumin,zat gisi nutrisi yang dibawa dalam darah sangat kurang maka sel tidak akan menerima gisi tersebut dan kekebalan sistem tubuh juga berkurang atau menurun sehingga
mudah
terkena
serangan
penyakit.
Pemeriksaan
Antropometricberat badan 54 kg, lingkar lengan atas 24 cm, tinggi badan 164 cm IMT 20,08 kg/m2.Biomedical Data HB 9,2g/dl (normal 12,0-15,6 g/dl), hematokrit 29% (normal 33-45%), Albumin 2,8 g/dl(normal 3,5-5,2 g/dl).
Clinical
Sign
pasien
tampak
lemah,
mengalami
mual
muntah.Dietary makan bubur TKTP 1700 kkal. Diagnosa ini ditegakkan karena nutrisi yang adekuat berguna untuk pertumbuhan sesuai dengan tahap perkembangan dan pertumbuhan (Carpenito, 2007). Jika dilihat dari urgensi masalah kurang nutrisi akan mengancam kesehatan jika dilihat berdasarkan kebutuhan dasar menurut Maslow kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan psikologis tingkat dasar. Tujuan penulis harapkan adalah nutrisi terpenuhi setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dan dalam waktu 3x24 aktivitas pemberian makanan yang dilakukan perawat memberikan kalori yang tepat untuk menambah berat badan (Carpenito, 2007). Dengan kriteria
57
hasilnya yaitu nafsu makan pasien meningkat pasien makan habis 1 porsi, albumin batas normal. Rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan adalah observasi kemampuan pasien untuk memehuni kebutuhan nutrisi, anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makan sedikit tetapi sering (memenuhi kebutuhan nutrisi), berikan makan dalam keadaan hangat bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan pada pasien (Carpenito, 2007). Implementasi yang telah dilaksanakan yaitu mengobservasi kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.Faktor pendukung dari tindakan yang telah dilakukan adalah pasien dan keluarga kooperatif dalam setiap tindakan yang dianjurkan perawat. Tindakan yang belum dilaksanakan adalah beri makan dalam keadaan hangat karena ada tindakan-tindakan yang belum bisa dilakukan dan tindakan-tindakan tersebut didelegasikan pada petugas yang lain. Hasil akhir yang didapatkan adalah pasien mengatakan rasa mualmuntah berkurang, pasien dapat menghabiskan makan yang diberikan oleh rumah sakit dan penulis menyimpulkan masalah kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian dan planingnya intervensi dipertahankan, anjurkan pasien untuk menambah porsi makannya dan makan dalam keadaan hangat. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan luka post operasi laparatomi
58
Resiko tinggi infeksi adalah kondisi dimana individu beresiko terkena patogen (virus, jamur, bakteri protozoa atau parasit lain) dari berbagai sumber dalam atau luar (Carpenito. 2007). Sedangkan menurut Long (2006) pasien yang mendapatkan antibiotik, imunodefisiensi atau yang menjadi subjek untuk prosedur invasif akan menjadi sangat mudah terjangkit infeksi oleh mikroorganisme. Data yang mendukung ditegakkan diagnosa ini adalah terdapat luka post operasi laparatomi appendiktomi sepanjang ± 15 cm, tertutup kassa pada bagian perut bawah umbilikus dan letaknya melintang, jumlah jahitan ± 20, balutan bersih dan terpasang drainage yang dialirkan dengan jumlah cairan sebanyak ± 150 cc, leukosit 11,6 ribu/ul (normal 4,5-11,0). Karena trauma
jaringan
atau
kerusakan
kulit
prosedur-prosedur
invasif
menyebabkan infeksi. Tujuan dari diagnosa ini adalah infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 3x24 jam dengan kriteria hasil pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi yaitu rubor, calor, dolor, dan tumor, jumlah leukosit batas normal. Proses penyembuhan luka ada 3 tahap yaitu fase inflamasi terjadi pada hari pertama dan kedua, fase proliferasi terjadi pada hari ketiga dan keempat, fase maturasi terjadi pada hari ke 21 (Taylor, 2006). Pada Ny. A termasuk dalam fase inflamasi karena luka pasien berada pada hari per-1 post operasi laparatomi apendiktomi, jadi sangat beresiko terkena infeksi. Resiko tinggi infeksi bisa dilihat selama 10-12 hari setelah post operasi, jika dalam waktu 10-12 hari setelah post operasi
59
angka leukosit antara 21.000-25.000 mm3masih menandakan tidak terjadi tanda-tanda infeksi (Bobak, 2006). Intervensi yang ditetapkan antara lain kaji tanda-tanda infeksi pada area insisi untuk menentukan apakah tanda-tada kemerahan, edema, panas, rasa sakit yang menandakan adanya infeksi luka (Doenges, 2007). Observasi tanda-tanda vital terutama suhu untuk mencetuskan tanda-tanda infeksi adalah kalor atau panas (Doenges, 2007).Lakukan perawatan luka dengan aseptik untuk membantu mencegah atau membatasi penyebaran infeksi (Doenges, 2007).Ajarkan personal hygiene untuk menghilangkan media pertumbuhan bakteri (Doenges, 2007). Implementasi dari diagnosa ini sudah dilakukan yaitu mengkaji adanya tanda-tanda infeksi, sehingga infeksi dapat dicegah secara dini, jika tidak dilakukan
maka
tidak
bisa
mengetahui
adanya
tanda-tanda
infeksi.Memonitor tanda-tanda vital terutama suhu untuk mengetahui peningkatan suhu pasien jika tidak dilakukan maka tidak dapat mengetahui terjadinya perubahan peningkatan suhu sebagai salah satu tanda terjadi infeksi.Menganjarkan personal hygine untuk membunuh kuman penyakit. Hasil akhir dari diagnosa ketiga adalah pasien merasakan nyaman, luka terlihat bersih tidak ada nanah, tidak bengkak, tidak kemerahan dan penulis menyimpulkan masalah teratasi sebagian dengan rencana tidak lanjut observasi tanda-tanda vital dan motivasi pasien untuk menjaga kebersihan luka jahitannya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentukan Diagnosa, Perencanan, Tindakan Keperawatan, dan Evaluasi tentang Kajian Asuhan Keperawatan pada Ny. A Dengan Gangguan Kenyamanan:Nyeri Post Laparatomi Hari Ke-1 Di Ruang Mawar 2 Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta secara metode kasus, maka dapat ditarik kesimpulan : 1. Pengkajian perlu dilakukan pemeriksaan fisik head to toe secara fokus terutama pada organ abdomen dimana ada tiga tanda khas yang mendukung ditegakkannya diagnosa tersebut. 2. Diagnosa keperawatan yang muncul sebagai berikut : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah didukung dengan keluhan nyeri yang dirasakan klien, pengertian nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara acual dan potensial dengan intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diperediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan, analisa data nyeri pada Ny. A yaitu kajian PQRTS dengan hasil P : Nyeri saat bergerak, Q : Nyeri seperti ditusuk, R : Nyeri pada bekas jahitan pada perut dibawah umbilikus dan letaknya melintang di kuadran 3 dan 4, S : Skala nyeri 6, T : durasi 30-50 detik nyeri timbul saat bergerak.
60
61
3. Penyusunan intervensi keperawatan pada pasien tersebut sebagian besar sudah sesuai dengan teori, tetapi ada beberapa intervensi keperawatan yang tidak penulis masukkan karena kurang sesuai dengan kondisi pasien. 4. Evaluasi tersebut semua masalah keperawatan yang penulis temukan pada pasien setelah penulis melakukan tindakan keperawatan selama tiga hari dapat disimpulkan ketiga diagnosa tujuan tercapai sebagaian.
B. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dari kesimpulan, maka penulis memberikan saran yaitu : 1. Bagi Pasien dan keluarga Menjaga dan meningkatkan kesehatannya dengan melakukan pola hidup sehat. 2. Bagi Mahasiswa Meningkatkan wawasan tentang asuhan keperawatan pada pasien post operasi laparatomi dengan indikasi appendiksitis kronis hari ke-1. 3. Bagi Penulis Karya tulis ilmiah lainnya untuk lebih menggali lagi dan meningkatkan teori-teori serta penemuan yang mendukung kasus pasien post operasi laparatomi dengan indikasi appendiksitis kronik hari ke-1.
62
4. Bagi Institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara lain kesehatan maupun pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien post operasi laparatomi dengan indikasi appendiktomi hari ke-1 khususnya. Diharapkan rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien. 5. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien agar lebih maksimal, khususnya pada pasien post operasi laparatomi dengan indikasi appendiksitis kronis hari ke-1 khususnya perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif. 6. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kesehatan dalam memberikan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan pada mahasiswa sehingga nantinya menghasilkan perawat yang profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar-ruzz Media. Asmadi.Teknik Prosedural Keperawatan Konsep Aplikasi Kebutuhan dasar Klien.Jakarta: Salemba Medika. 2008. Bararah dan Jauhar. 2013.Asuhan keperawatan Panduan Lengkap menjadi Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustaka. Carpenito, L.J., 2007, Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa : Yasmin Asih. Edisi 6, EGC, Jakarta. Deswani, 2009. Proses Keperawtan dan Berpikir Kritis. Salemba Medika : Jakarta. Doenges, Marylin, E., 2007, Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Hidayat Alimul. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Jatiwiyono dan Kristiyanasari, 2010. Asuhan Keperawatan Operatif. Yogyakarta: Nuha Medika. Jitowiyono, S.dkk.2010.Asuhan Keperawatan Post Operasi.Yogyakarta: Nuha Medika. Judha, Mohammad dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri dan Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika. Kozier, B, and Erbs.Fundamental of Nursing.Philadelphia. Mosby. 2006. Kusyati Eni. 2006. Keterampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC Lestari, Novi. Laparatomi. http://perawatanprofesional1881.blogspot.com/2012/11diakses 20 Februari 2013. Long Barbara C, 2006, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Pajajaran bandung. Mansjoer Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Euculapcius UI. 2007.
Muttaqin A, 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika : Jakarta. NANDA, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan, Alih bahasa : Budi Santosa. Prima Medika. Jakarta. Potter and Perry.Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC. 2006. Potter, P.A., Perry, A.G., 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep Proses dan Pratik, Edisi 4, volume 2, EGC, Jakarta. Price, S,A., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarata: EGC. 2006. Sjamsuhidayat, M. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. Smeltzer dan Bare. 2005. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Sudoyono.Manajemen Nyeri. Jakarta: EGC. 2006. Sulistyo.Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri.Yogyakarta: 2013. Tamsuri, A, 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC. Taqiyyah dan Jauhar.Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat Profesional.Jilid 2. Jakarta: 2013. Wong, D.L., 2006, Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi4, EGC, Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran 1 KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN:NYERI POST LAPARATOMI DENGAN INDIKASIAPENDIKSITIS HARI KE-1 DIRUANG MAWAR 2 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA JADWAL STUDI KASUS Oleh: Septiana Whinanda Putri No
Kegiatan
1 2
Pengajuan Judul Pembuatan dan revisi proposal Ujian proposal Revisi proposal studi kasus dan pengurusan perijinan Pengambilan data studi kasus Penyusunan laporan hasil studi kasus Ujian laporan hasil studi kasus Revisi hasil studi kasus dan pengumpulan KTI
3 4
5 6
7 8
Oktober
November
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN STUDI KASUS
Kepada Yth. Bp/Ibu
Dengan hormat, Yang bertanda tangan dibawah ini saya : Nama
: Septiana Whinanda Putri
NIM
: 2011.1441
Akan mengadakan studi kasus dengan judul “Kajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kenyamanan: Nyeri Post Laparatomi Hari Ke-1 Diruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi”. Studi kasus ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Bp/Ibu sebagai responden.Oleh karena itu, penulis meminta ijin kepada Bp/Ibu agar bersedia menjadi responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan kami jaga dan hanya digunakan untuk kepentingan studi kasus. Apabila
Bp/Ibu
menyetujui,
saya
mohon
kesediaannya
untuk
menandatangani lembar persetujuan yang kami sertakan, dan menjawab semua pertanyaan yang telah disediakan. Demikian, atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima kasih.
Surakarta, Hormat saya,
Septiana Whinanda Putri
Lampiran 3
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Studi Kasus Tentang : Kajian Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kenyamanan:Nyeri Post Laparatomi Hari Ke-1 Diruang Mawar II RSUD Dr. Moewardi Surakarta Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat : Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden studi kasus yang dilakukan oleh Septiana Whinananda Putri Mahasiswa DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta Responden (………………………)
Lampiran 4
KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN KENYAMANAN : NYERI POST LAPARATOMI HARI KE1 DIRSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA
Format Pengkajian Keperawatan Medikal Bedah 1. Pengkajian a. Identitas 1) Nama 2) Umur 3) Jenis kelamin 4) Agama 5) Suku/ Bangsa b. Keluhan Utama c. RPS(Riwayat Penyakit Sekarang) d. RPD(Riwayat Penyakit Dahulu) e. RPK(Riwayat Penyakit Keluarga) f. Pola Fungsional,meliputi 1) Pola Persepsi Kesehatan 2) Pola Nutrisi 3) Pola Eliminasi 4) Pola Aktifitas 5) Pola Istirahat Tidur 6) Pola Kognitif-Persepsi 7) Pola Konsep Diri 8) Pola Hubungan Peran 9) Pola Seksualitas 10) Pola Mekanisme Koping 11) Pola Nilai Keyakinan g. Pemeriksaan Fisik meliputi : Head to toe
h. Pemeriksaan Penunjang : Lab, Radiologi, Biopsi dsb i. Terapi j. Data Fokus : (DS dan DO) 2. Analisa data dan diagnosa keperawatan Data
Kemungkinan
Kemungkinan
penyebab (Etiologi)
masalah yang muncul (problem)
3. Prioritas Diagnosa Keperawatan 4. Perencanaan Tujuan, criteria hasil dan intervensi, Rasional Per Diagnosa 5. Implementasi Disertai tanggal jam tanda tangan dan nama terang 6. Evaluasi Data
Masalah/
Jam/
Diagnosa
Tanggal
Perencanaan/ Implementasi Rasional
Evaluasi
Lampiran 5
Skala Pengukuran Assesment Nyeri Skala identitas nyeri numerik
0 Tidak nyeri
1 2 3 4 5 Nyeri ringan Nyeri sedang
6 7 8 9 10 Nyeri berat Nyeri tidak tertahankan
Gambar Skala Nyeri Menurut (Potter and Perry: 2006) Keterangan : 1
= Tidak nyeri.
1 – 3 = Nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik. 4 – 6 = Nyeri sedang, secara objektif klien mendesis,menyeringai dapat menunjukan
lokasi
nyeri,
dapat
mendiskripsikannya,
dapat
mengikuti perintah dengan baik. 7 – 9 = Nyeri berat, secaa objektif kadang klien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi. 10
= Nyeri
tidak
tertahankan,
berkomunikasi, memukul.
pasien
sudah
tidak
mampu
lagi
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12