KAJIAN ALAT PENDADIH LATEKS SEDERHANA KASUS DESA PERDAMAIAN SINGKUT V KABUPATEN SAROLANGUN Kiki Suheiti dan Nur Asni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi Jl. Samarinda Paal Lima Kota Baru Jambi 30128 ABSTRACT Rubber plantations have played a large role in the life of the Indonesian economy. Many residents who live by relying on commodity producers of this sap. To increase the valueadded rubber one effort is through its product has a prospect, such as latex processing the curd (which is treated with concentrated curdying latex ). In this study tested a simple curdying latex tools assembled in Balit Sembawa with continuous processes and batch processing. The tool is designed based on the principle of a relatively cheap price, easy processing and allows applied to rubber development project. The experiment was conducted in the Village of Peace, District Singkut V, Sarolangun District, Jambi Province in May to December 2009. The results showed that the quality of latex curd produced with this simple tool has not met all the requirements of ISO 2004 quality latex, because the first time to perform the processing of latex curd. Except for pH measurements meet the quality standards, where the pH of the curd is best to latex ranges from 10.8 -11.8. Similarly, the color and smell of latex curd produced meets the quality standards of ISO 2004 which is white and odorless iron. The result is expected to be useful information for further research development. Key words: rubber, latex, curdying ABSTRAK Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditi penghasil getah ini. Untuk meningkatkan nilai tambah karet rakyat salah satu upaya adalah melalui hasil olahan yang mempunyai prospek, seperti pengolahan latek dadih (latek pekat yang diolah dengan pendadihan). Pada penelitian ini dicobakan sebuah alat pendadih lateks sederhana yang dirakit di Balit Sembawa dengan proses pengolahan secara kontinu dan batch. Alat ini dirancang berdasarkan prinsip harganya yang relatif murah, proses pengolahan mudah dilakukan dan memungkinkan diterapkan pada proyek pengembangan karet rakyat. Penelitian dilaksanakan di Desa Perdamaian, Kecamatan Singkut V, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi pada bulan Mei sampai Desember 2009. Hasil percobaan menunjukkan bahwa mutu lateks dadih yang dihasilkan dengan alat sederhana ini masih belum memenuhi semua persyaratan mutu lateks ISO 2004, karena baru pertama kali melakukan pengolahan lateks dadih. Kecuali untuk pengukuran pH sudah memenuhi standar mutu, dimana pH lateks dadih yang terbaik adalah berkisar 10.8 -11.8. Demikian juga warna dan bau lateks dadih yang dihasilkan sudah memenuhi standar mutu ISO 2004 yaitu berwarna putih dan tidak berbau besi. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berguna untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Kata kunci: karet, lateks, pendadihan
PENDAHULUAN Karet alam (natural rubber) diperoleh dari tanaman Hevea Braziliensis, merupakan komoditas tradisional sekaligus komoditas ekspor yang sangat penting peranannya sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor perkebunan dan menjadi tumpuan pencaharian bagi banyak keluarga petani. Hampir 80% dari total produksi karet Indonesia berasal dari perkebunan rakyat. Luas areal tanaman karet pada tahun 2001 sekitar 3,7 juta hektar, dengan produksi 1,7 juta ton atau 22% produksi karet alam dunia, menempatkan Indonesia sebagai produsen karet alam terbesar kedua setelah Thailand (IRSG, 2002). Provinsi Jambi merupakan daerah penanaman karet
rakyat terluas kedua di
Indonesia setelah Sumatera Selatan. Luas areal pertanamannya mencapai 636.907 ha, dengan total produksi 292.653 ton (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2007). Lateks pekat merupakan produk olahan lateks alam yang dipekatkan dengan proses sentrifusi atau pendadihan dari Kadar Karet Kering (KKK) 28-30% menjadi KKK 60-64%. Biasanya lateks pekat digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi (Zuhra, 2006). Namun pengolahan latek kebun menjadi latek pekat yang biasa digunakan oleh perusahaan besar membutuhkan modal investasi yang cukup besar, sehingga tidak mungkin dapat dilakukan oleh pekebun-pekebun kecil seperti pada proyekproyek pengembangan karet rakyat. Pada pengkajian ini dicobakan satu alat sederhana yang dirancang di Balit Karet Sembawa untuk mengolah lateks kebun menjadi lateks pekat dengan proses pengolahan secara kontinu dan batch. Alat ini dirancang berdasarkan prinsip harganya yang relatif murah, proses pengolahan yang mudah dilakukan dan memungkinkan diterapkan pada proyek-proyek pengembangan karet rakyat.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Lokasi Alat ini dirancang dan dirakit di bengkel Balit Karet Sembawa Sumatera Selatan. Alat sederhana ini diperkenalkan dan dioperasikan
di Desa Perdamaian, Kecamatan
Singkut V, Kabupaten Sarolangun, Propinsi Jambi pada bulan Mei sampai Desember 2009.
Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan adalah : drum thermoplastik berkapasitas 120 liter dilengkapi dengan dua (2) kran PVC ukuran 0,5 inci, 1,5 m pipa PVC berdiameter 1,5 inci, dua (2) buah soket drat PVC, empat (4) buah klem jok dari besi, pengaduk yang terbuat dari plat aluminium 2,2 mm yang telah dilobangi dan tutup drum. Tangki ini mempunyai beberapa saluran yang antara lain berfungsi sebagai saluran penuangan, saluran pengeluaran lateks pekat, dan saluran pengeluaran serum. Pengerjaan alat oleh staf workshop Balit Sembawa. Lateks kebun yang digunakan untuk percobaan ini berasal dari perkebunan karet rakyat di Kecamatan Singkut V Kabupaten Sarolangun.
Prosedur Penelitian Penelitian dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut: 1. Pembuatan alat pendadih latek Semua bahan dirangkai dan direkatkan dengan kuat menggunakan lem paralon. 2. Persiapan bahan baku a. Latek kebun dikumpulkan secepatnya, paling lambat 5 jam setelah penyadapan b. Latek kebun dituang melalui saringan 60 mesh ke dalam drum pengolahan melalui corong dibagian atas alat c. Kemudian ditambahkan bahan kimia berturut-turut yaitu; larutan 20% amonia dengan dosis 50ml/liter latek kebun, larutan 20% amonium laurat dosis 2,5 ml/liter latek kebun dan bahan pendadih larutan 2% ammonium alginat dengan dosis 0,20% atau larutan 2% Carboksil Metyl Cellulose (CMC) dengan dosis 0,25% berat kering bahan pendadih terhadap berat serum. Berat serum adalah berat basah latek kebun dikurangi berat karet kering latek kebun yang diolah. d. Setelah latek kebun dan bahan kimia tersebut dimasukkan ke dalam drum pengolahan, ujung pipa pemasukan bahan yang juga berfungsi sebagai tangki pengaduk ditutup untuk mengurangi kehilangan amonia selama pengadukan dan proses pendadihan e. Campuran latek kebun dan bahan kimia di dalam drum diaduk secara manual. 3. Pemanenan a. Serum dikeluarkan keesokan harinya dari keran di bagian bawah b. Proses tersebut diulang setiap hari sampai hari ke empat belas (14), volume latek yang dimasukkan rata-rata 20 liter per hari
c. Pada hari kelima belas (15) dan seterusnya akan dihasilkan dan dipanen latek pekat (dadih).
Gambar 1. Alat pendadih lateks sederhana HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kajian alat pendadih lateks sederhana di tingkat petani dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Lateks Dadih dan Serum dengan Menggunakan Alat Pendadih Lateks Sederhana No.
Pengamatan
Lateks dadih
Serum
1.
Bobot (liter)
33. 64
38. 22
2.
KKK (%)
55.45
6. 36
Lateks dadih yang dihasilkan setelah dilakukan pemisahan serum pada hari ke 15 (lima belas) berjumlah 33.64 liter dan mempunyai KKK 55.45% dengan bahan pendadih Carboksil Metyl Cellulose (CMC). Sedangkan serum berjumlah 38.22 liter dan mempunyai KKK 6.36%. Terdapatnya bahan pendadih menyebabkan terjadinya aglomerasi pada butirbutir karet yang memiliki diameter-diameter besar, perbedaan berat jenis butir karet dan serum juga terjadi, yang akan mempercepat gerakan partikel karet naik kepermukaan sehingga butir-butir karet akan mengelompok dipermukaan (Noble,1953). Demikian juga yang dikatakan Blackley (1966), lateks kebun yang telah diawetkan dengan amonia, dan ditambahkan bahan pendadih, kemudian diaduk selama ½ sampai 1 jam dan didiamkan selama 40 jam, selama waktu tersebut proses pendadihan sudah mulai berjalan sampai selesai, serum akan turun ke bawah dan lateks pekat akan naik keatas. Hasil analisa mutu lateks dadih dengan sistem batch yang dihasilkan dengan alat sederhana rakitan Balit Sembawa, setelah disimpan selama 14 hari di perkebunan karet rakyat Desa Perdamaian Singkut V Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil Pengujian Mutu Lateks Dadih yang Dihasilkan Petani Desa Perdamaian Singkut V Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun No
Komponen mutu
Hasil
ISO 2004
1.
Kadar Karet Kering (%)
55.45
64 (minimum)
2.
pH
10.80
10.8 -11.8
3.
Kadar non karet (%)
3.30
2.00 (maksimum)
4.
Kadar Jumlah Padatan (%)
58.76
66 (minimum)
5.
Warna
Putih
Tidak kebiru-biruan/abu-abu
6.
Bau
Tidak berbau besi
Tidak berbau besi
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa lateks dadih yang dihasilkan secara sistem batch dengan alat sederhana, belum mampu memenuhi standar mutu lateks dadih ISO 2004. Kadar Karet Kering (KKK) yang dihasilkan adalah 55.45%, jauh dibawah standar KKK ISO 2004 yaitu minimum 64%. Demikian juga halnya dengan Kadar Non Karet (KNK) yang dihasilkan masih terlalu tinggi yaitu 3.30%, sedangkan menurut standar mutu ISO 2004 KNK maksimum adalah 2.00%. Untuk Kadar Jumlah Padatan (KJP) ISO 2004 adalah minimum
66%, sedangkan hasil yang didapat hanya 58.76%. Kecuali untuk pengukuran pH sudah memenuhi standar mutu, dimana pH lateks dadih yang terbaik adalah berkisar 10.8 -11.8. Demikian juga warna dan bau lateks dadih yang dihasilkan sudah memenuhi standar mutu ISO 2004 yaitu berwarna putih dan tidak berbau besi Banyak faktor yang mempengaruhi mutu hasil pengolahan lateks dadih, menurut Noble (1953) faktor-faktor yang mempengaruhi proses pendadihan adalah jumlah dan jenis bahan pendadih, umur lateks, suhu, pH lateks, pengadukan, dan viskositas lateks. Jumlah bahan pendadih yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan anjuran penggunaan, dan jenis bahan pendadih yang digunakan adalah Carboksil Metyl Cellulosa (CMC). Dari hasil penelitian Ompusunggu, M dan Darussamin (1989) bahwa penggunaan bahan pendadih CMC menghasilkan KKK 58.25% yang lebih rendah dari bahan pendadih alginat yang menghasilkan KKK 60.42%. Penggunaan CMC pada pengkajian ini untuk pengganti alginat dimana pada saat penelitian sedang kosong di pasaran. Umur lateks juga sangat mempengaruhi hasil lateks dadih. Lateks kebun yang telah ditambahkan dengan amonia kemudian didiamkam, akan lebih baik karena akan mengurangi periode induksi, yang merupakan masa lateks sebelum mendadih setelah penambahan bahan pendadih, dalam proses pendadihan (Noble,1953). Menurut Noble (1953) pH lateks memberikan pengaruh pada tingkat keasaman lateks yang disebabkan adanya mikro organisme dalam lateks pekat. pH lateks yang dihasilkan pada penelitian ini yaitu 10.8, sesuai dengan standar mutu ISO 2004, dimana lateks pekat yang baik akan memiliki pH antara 10.8 – 11.8. Pengadukan yang sempurna merata pada lateks akan sangat diharapkan pada proses pendadihan. Hal ini dapat memperpendek periode induksi serta dapat meningkatkan kepekatan lateks dadih. Pada pengkajian ini pengadukan dilakukan secara manual dan bergantian antara petani sehingga kecepatan, kekuatan dan kesempurnaan pengadukan sangat tergantung pada petani yang mengaduknya.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan 1. Alat sederhana pengolahan lateks dadih rakitan Balit Sembawa dapat digunakan untuk memproduksi lateks dadih.
2. Mutu lateks dadih yang dihasilkan dengan alat sederhana ini masih belum memenuhi semua persyaratan mutu lateks ISO 2004, karena baru pertama kali melakukan pengolahan lateks dadih. 2. Saran Usaha peningkatan mutu lateks dadih yang dihasilkan dengan alat ini dapat dilakukan dengan uji coba penerapan pada petani dan pekebun karet, dengan perbaikan-perbaikan yang mempengaruhi faktor mutunya (modifikasi) UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada kepala laboratorium dan staf workshop Balit Karet Sembawa yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Balit Sembawa. 2006. Sapta Bina Usahatani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Blackley, D.C. 1966. High Polymer Latices. Palerton Publishing Co. Inc, New York. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2007. Profil Potensi Pengolahan Hasil Komoditas Unggulan Perkebunan Provinsi Jambi. IRSG. 2002. Rubber Statistical Bulletin. International Rubber Study Group, Wembley, UK Noble, R. J. 1953. Latex in Industry. Rubber age, New york. Ompusunggu, M dan Darussamin, A. 1989. Alat Sederhana Untuk Pembuatan Lateks dadih. Buletin Perkaretan, 1989, 7 (1). Zuhra, Cut Fatima. 2006. Karet. Karya Tulis Ilmiah. Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Medan