Volume 18, Nomor 1, Hal. 27-32 Januari – Juni 2016
ISSN:0852-8349
ANALISIS DAN REKAYASA KELEMBAGAAN PENUNJANG TEKNOLOGI USAHATANI SAYURAN DESA SENDANGSARI KECAMATAN SINGKUT KABUPATEN SAROLANGUN JAMBI (Studi kasus pengkajian Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Sendangsari Kecamatan Singkut) 1
Suharyon, 1Safriedi dan 2Pera Nurfathiyah
1
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi 2 Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo – Darat Jambi 36361 Email:
[email protected]
ABSTRAK Dalam upaya mengembangkan sistem usahatani di suatu wilayah diperlukan pendekatan hubungan antara kelompok tani dengan kelembagaan lain yang mendukung satu sama lain. Dengan terjalinnya kerja sama kelembagaan yang mantap, masalah yang dihadapi petani bisa diserahkan sekaligus diharapkan terjadi difusi teknologi melalui lembaga atau institusi terkait di daerah. Dengan memberdayakan kelembagaan yang mendukung adopsi teknologi yang diberikan kepada kelompok tani FSA (Farming system Analysis) dalam bentuk kerja sama akan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka perlu dilakukan kajian analisis rekayasa kelembagaan penunjang teknologi usahatani. Kegiatan ini merupakan studi kasus pada kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) pada bulan Mei 2015 dilaksanakan di desa Sendangsari, Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi dengan tujuan menemukan perlakuan/intervensi yang efektif dan meningkatkan pemberdayaan, serta kerja sama kelembagaan guna menjamin adopsi teknologi sistem usahatani tanaman sayuran lahan tadah hujan yang berkelanjutan. Pendekatan yang digunakan adalah SWOT ANALYSIS yaitu identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Metodologi pengkajian dalam kegiatan dengan menerapkan metode Participatory Research Appraisal (PRA), untuk menggali masalah yang dihadapi oleh petani. Alternatif intervensi yaitu dibentuknya kelompok wanita tani mawar , diskusi singkat tentang sistem usaha tani tanaman sayuran, meneliti kebutuhan mendesak kelompok tani, dan menghubungkannya dengan lembaga pendukung. Bedasarkan hasil PRA maka permasalahan yang diperioritaskan adalah (1) air untuk menyiram tanaman, (2) modal, (3), kekompakan anggota, (4) pemasaran hasil panen, (5) hama/penyakit kriting daun tanaman cabe, dan (6) pasca panen Kata kunci : kelembagaan, usahatani, tanaman sayuran PENDAHULUAN Suatu komunitas dapat dilihat sebagai sebuah komponen sistem sosial, dimana komponen-komponennya saling berhubungan secara fungsional. Antar kelompok tani dalam hamparan di lokasi
FSA (Farming System Analysis) juga memiliki keterkaitan kelompok. Di samping itu, juga terdapat hubungan eksternal atau hubungan antara unsurunsur internal dan eksternal. Dalam upaya pengembangan sistem usahatani di suatu wilayah, diperlukan pende27
Jurnal Penelitian Universitas jambi seri sains
katan hubungan antara kelompok dengan kelembagaan lain yang mendukung (Bambang. I. 2005, Norman.W. Simmonde. 1997, Shawk, B.C.Paul.S. 1999). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya kelembagaan yang diberdayakan adalah kelompok wanita tani ”Mawar”. Dari hasil survei diperoleh informasi bahwa hasil produksi tanaman sayuran dilahan pekarangan petani, kelihatan mulai menurun dibandingkan sebelumnya sekitar 40% karena petani sudah mulai turun kekebun menyadap tanaman karetnya, panen sawit dan juga kondisi iklim sekarang musim kemarau sehingga tanaman sering terlambat disiram. Selain permasalahan, disamping keterbatasan penyediaan pupuk subsidi. Untuk tanaman pangan lainnya masyarakat Desa Sendangsari, Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani baik petani kebun karet, sawit maupun tanaman pangan dan palawija lainnya. Masih banyaknya permasalahan yang dihadapi petani membutuhkan penanganan dan pembinaan agar usahatani yang dilakukan menjadi lebih baik. Dalam hal ini, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi berinisiatif melakukan upaya perbaikan melalui pengamatan pada kelompok tani saja dan penelusuran terhadap institusi sebagai pendukung proses adopsi teknologi dan pengembangan wilayah. Dengan terjalinnya kerja sama kelembagaan yang mantap, masalah yang dihadapi petani dapat diatasi sekaligus diharapkan terjadi proses difusi teknologi melalui lembaga tersebut. Dengan internalisasi teknologi petani, maka proses adopsi teknologi diharapkan bisa lebih cepat. Dengan memberdayakan kelembagaan yang mendukung adopsi teknologi kepada kelompok tani FSA khususnya dalam bentuk kerjasama, akan membantu
32
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi petani. Dengan demikian, tujuan pengkajian adalah menemukan intervensi efektif dan meningkatkan pemberdayaan, serta kerja sama kelembagaan guna menjamin adopsi teknologi sistem usahatani tanaman sayuran di lahan tadah hujan yang berkelanjutan melalui identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dengan pendekatan SWOT (Strenghs, Weaknesses, Opportunities, Threats) analisis (Anonim, 2000, Aima,HM. 2002). METODE PENELITIAN Pengertian dan Tahapan Kegiatan Kelembagaan yang dimaksud dalam pengkajian adalah mencakup kelembagaan aparat desa, kelompok tani, lembaga adat, dan instansi pemerintah. Sedangkan institusi meliputi normanorma dan perilaku petani yang berlaku di wilayah setempat, misalnya aturanaturan yang mengatur antara patron dan klien. Sesuai dengan tujuan pengkajian akan dilakukan tahapan-tahapan sebagai berikut (1) menerapkan metoda Participatory Research Appraisal (PRA) untuk menggali masalah yang dihadapi oleh petani, (2) setelah masalah disusun berdasarkan prioritas, maka dilakukan ujicoba bersama di petani sesuai dengan kemampuan petani, (3) mempelajari kebijakan yang dioperasionalkan oleh lembaga terkait, dan (4) menghubungi lembaga-lembaga terkait untuk mengemukakan masalah yang dihadapi petani. Kebutuhan Teknologi Petani Berdasarkan identifikasi, kebutuhan teknologi petani meliputi (1) penggunaan benih/varietas unggul, (2) teknologi sistem usahatani (SUT) tanaman sayuran, (3) alat dan mesin pertanian untuk tanaman sayuran dan
Suharyon., dkk: Analisis dan Rekayasa Kelembagaan Penunjang Teknologi Usahatani Sayuran Desa Sendangsari Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Jambi (Studi Kasus Pengkajian Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Sendangsari Kec. Singkut).
palawija lainnya, (4) sarana produksi, (5) bimbingan teknis, dan (6) penyuluhan. Peubah yang diamati adalah (1) masalah dan tantangan kelompok tani, (2) alternatif pemecahan masalah oleh kelompok tani, (3) frekuensi dan topik pertemuan antara kelompok tani dengan lembaga terkait, (4) bentuk kerja sama dengan lembaga terkait, (5) program aksi yang diterima dan ditolak, serta (6) keberhasilan program aksi. Diagram Kelembagaan (Venn) Diagram kelembagaan menunjuk kan pandangan anggota masyarakat tentang lembaga dan organisasi lokal termasuk bagaimana hubungan masing-masing kelemba gaan dan organisasi itu mempenga-ruhi kehidupan masyarakat di pedesaan. Diagram ditunjukkan dengan ukuran lingkaran berbeda-beda yang menunjukkan pentingnya suatu kelembagaan di pedesaan. Keterkaitan antar lembaga ditunjuk kan dengan ada tidaknya kontak atau kerja sama dalam pengambilan keputusan atau adanya keanggotaan ganda. Lingkaran bersentuhan menunjukkan ada hubungan atau informasi tersampaikan antara lembaga/organisasi, sedangkan bila terdapat tumpang tindih berarti ada kerja sama dan keterkaitan atau keanggotaan ganda dalam pengambilan keputusan. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Desa Sendangsari Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Pengkajian dilakukan di Desa Sendangsari, Kecamatan Singkut, Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi yang merupakan salah satu tempat pengembangan tanaman pangan, sayuran, perkebunan karet, sawit dan palawija lainnya. Wilayah ini sebagian besar dihuni oleh penduduk asli jawa, sunda, jawa (85%) dan sisanya 15%
adalah warga pendatang sekitar Provinsi Jambi. Desa Sendangsari terletak pada ketinggian ± 20 meter dari permukaan laut dengan luas wilayah adalah 1.210 ha. Mata pencaharian utama penduduk adalah (1) bercocok tanam karet, kelapa sawit, dan tanam duren, (3) sebagian ada yang memelihara ternak seperti ayam buras, sapi dan kambing, (2) bidang perikanan (ikan nila, patin dan lele), (4) bercocok tanam palawija seperti kacang-kacangan, dan jagung, dan (5) tanaman sayuran dilahan pekarangan (cabe, timun pak coi, col, pare, bayam, kangkung, saledri dan tanaman pangan lainnya (ubi jalar, keladi dan talas). Untuk komoditas perkebunan, umumnya tanaman karet, sawit yang ada di Desa Sendangsari yang merupakan salah satu komoditas unggulan disamping tanaman pangan kedele dengan kondisi tanaman cukup terawat bebas dari gangguan gulma lainnya (Anonim, 2014). Kelembagaan di Lokasi Pengkajian Kelompok tani sebagai kelembagaan petani di pedesaan pada dasarnya berfungsi sebagai wadah kerja sama, kelas belajar, sedangkan yang terkait dengan pengelolaan unit produksi belum berfungsi sebagaimana mestinya. Kelompok wanita tani Mawar di desa Sendangsari kemampuannya bervariasi meliputi kelas pemula, kelas madya, dan kelas lanjut. Kelompok tani yang telah terbentuk ini aktivitasnya masih kurang, karena frekuensi musyawarah/pertemuan kelompok tani masih rendah. Koperasi unit desa (KUD) sesuai fungsinya sebagai pelayan masyarakat petani dalam penyediaan saprodi dan tempat simpan pinjam tidak berada dalam lingkaran desa sama sekali. Keberadaan yang ada adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang berfungsi sebagai tempat diskusi kelompok dan tidak sama fungsinya 31
Jurnal Penelitian Universitas jambi seri sains
seperti KUD. Dengan demikian, LPM ini seharusnya dapat dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan masyarakat/petani sebagai wadah pembantu perekonomian di pedesaan. Belum adanya kios-kios saprodi yang menyediakan sarana produksi juga dirasakan masyarakat/petani sebagai suatu kendala untuk mendapatkan benih bermutu dan pupuk. Kendala lain yang dihadapi petani adalah belum berfungsinya kelembagaan bank sebagaimana mestinya, dan kondisi seperti ini merupakan kendala dalam mengatasi permodalan petani terutama fasilitas kredit usahatani. Kelembagaan pendidikan yang tersedia di Desa Sendangsari yang dirasakan sangat besar peranannya, seperti Sekolah Dasar (SD) 2 buah, mesjid 2 buah, musholla 4 buah. Tersedianya mesjid sebanyak 2 buah tersebut sangat besar peranannya menjalankan bagi umat muslim sebagai
PASAR
sarana dalam peribadatannya.
menjalankan
Rekayasa Kelembagaan Rekayasa kelembagaan adalah upaya yang harus dilakukan dalam rangka membentuk suatu organisasi yang sesuai dengan kebutuhan petani dalam melaksanakan sistem usahataninya. Hal yang penting adalah memfungsikan organisasi tersebut, sehingga keberadaan dan manfaatnya dapat dirasakan oleh setiap anggota petani sesuai dengan tujuan dan harapan anggotanya. Dengan demikian, rekayasa kelembagaan adalah membangun aspek fisik dan non fisik dari kelembagaan penunjang pembangu nan pertanian di pedesaan. Keterkaitan antar kelembagaan di Desa Karya Bakti digambarkan pada diagram Venn berikut.
LEMBAGA ADAT
OSM
BANK
MASYARAKAT KEL. L TANI
PM BP3K
POLSE K
PPL
LEMBAGA PENDIDIKAN
BBI KORAMIL
PKK
KARANG TARUNA
Gambar 1. Diagram Venn hubungan antara kelembagaan
Gambar 1. Umarjono,D.D. 1992, Jhon Dixon.A.G. David G. 2001. Masalah dan Strategi Pemecahan Dari hasil PRA yang dilakukan, diidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi masyarakat setempat yang sangat mempengaruhi sumber
32
pendapatannya. Sumber pendapatan dari masyarakat setempat adalah dari bertani, berkebun karet, sawit, tanaman sayur, palawija lainnya, dan tanaman padi sawah. Hasil yang diperoleh dari panen
Suharyon., dkk: Analisis dan Rekayasa Kelembagaan Penunjang Teknologi Usahatani Sayuran Desa Sendangsari Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Jambi (Studi Kasus Pengkajian Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Sendangsari Kec. Singkut).
karet masih rendah, karena petani tidak memakai bibit unggul dan tidak melakukan pemupukan. Masalah yang ditemu kan adalah: kekompakan anggota kelompok, saluran sekunder dan tersier, benih bermutu sering terlambat, pupuk subsidi, adanya hama dan penyakit akar
putih yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet, di samping kendala rantai pemasaran. Pada tanaman padi sawah, permasalahan yang dihadapi masyarakat/petani adalah serangan hama tikus dan keong mas, serta kekurangan modal (Tabel 1).
Tabel 1. Beberapa Masalah Usahatani Padi di Desa Sendangsari, Kabupaten Sarolangun Kelompok No Masalah Jumlah Prioritas I II III IV 1 Kekompakan anggota kelompok 2 3 3 3 11 III 2 Kekurangan air 2 2 2 2 8 I 3 Pemasaran hasil panen 2 2 3 2 9 II 4 Modal 2 2 3 3 10 IV 5 Hama dan penyakit kriting daun 2 2 3 2 9 V 6 Pasca panen 2 2 1 2 7 VI Keterangan : I = sangat penting, II = penting, III = cukup penting, IV = agak penting, V = kurang Dari enam permasalahan yang telah teridentifikasi, maka dapat diperioritaskan : (1) kekurangan air untuk penyiraman, (2) pemasaran hasil panen tanaman sayur, (3) kekompakan anggota kelompok, (4) modal, (5) hama dan penyakit kriting daun pada tanaman cabe, dan (6) pasca panen. Di samping itu, petani belum banyak melakukan pengendalian secara terpadu dan kimiawi. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil yang diperoleh. Oleh karena, itu disarankan kepada lembagalembaga penelitian yang relevan agar melakukan introduksi teknologi pengendalian hama tikus, baik secara bergotong royong, menggunakan musuh alami, dan secara kimiawi. Permasalahan kekurangan air untuk penyiraman tanaman sekarang petani sebagian besar membuat dan menggali sumur untuk mendapatkan air untuk penyiraman tanamannya. Melihat kondisi ini sebagai solusinya tentu aparat pemerintah ikut membantu dalam mengatasi permasalahan ini, tentu
dengan membantu alat pompa air, selang dan lain sebagainya demi lancarnya penyiraman sampai kelokasi penyiramannya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil PRA maka terdapat permasalahan yang dihadapi petani Desa Sendangsari, Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun berdasarkan prioritasnya, berturut-turut adalah : (1) kekurangan air untuk menyiram tanamannya, (2) pemasaran hasil panen tanaman sayuran, (3) kekompakan anggota kelompok masih kurang, (4) kekurangan modal, (5) adanya serangan hama dan penyakit kriting daun pada tanaman cabe, dan (6) pasca panen hasil produksi ubi jalar, kladi dan talas. Inovasi kelembagaan sangat diperlukan untuk membenahi semua kelembagaan dan seluruh komponen yang terlibat dalam kegiatan usahatani dan agribisnis agar dapat berfungsi dengan baik. Kelompok wanita tani Desa 31
Jurnal Penelitian Universitas jambi seri sains
Sendangsari, Kecamatan Singkut dalam pelaksanaan inovasi Farming System Analysis (FSA) sangat responsif terlihat dari pertemuan dan wawancara langsung yang dilaksanakan selama kegiatan PRA baik secara kelompok maupun individu. Keputusan petani menjalankan usahatani di lahan tadah hujan ini tidak saja dipengaruhi faktor eksternal seperti keberadaan pasar input/output dan dukungan kelembagaan serta kebijakan pemerintah namun juga kondisi biofisik lahan usahatani lainnya sehingga mempengaruhi terhadap produktivitas usahatanimya. DAFTAR PUSTAKA Aima, HM. 2002. Pengembangan Karet Rakyat di Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Univ. Batanghari Jambi. Vol. 2 No. 1 Pebruari, Hal 1 – 8. Anoniomous. 2000. Materi temu kemitraan peneliti-penyuluh organisasi petani dan swasta di Kabupaten Merangin. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 4 – 5 Desember 2007. Anonimous. 2009. Rencana Kegiatan Penyuluh Desa (RKPD). Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K). Desa Sungai Jering Kabupaten Merangin.
32
Anonimous, 2014. Monografi desa Sendangsari Kecamatan Singkut Kabupaten Sarolangun Provinsi Jambi. Bambang Irawan, 2005. Petunjuk Teknis PRA. Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Norman W. Simmonde. 1997. Farming system research a reviw. The Wold Bank Washington, D.C. U.S.A. Shawki,B,C, and Paul Siegel. 1999. Rural Diversification. Lessons from East Asia. The Wold Bank Washington,D.C. 1999. Jhon Dixon and A.G. David Gibbon. 2001. Farming systems and poverty. Improving Farmers Livelihoods INA Changing World. Fao and World Bank Rome and Washington D.C. 2001. Uamarjono, D.D. 1992. Penyempur naan pendekatan tipologi sistem kelompok tani untuk mengidentifikasi tingkat partisipasi petani. Dalam majalah Perusahaan Gula. P3GI. Pasuruan th XXVIII Juni 1992 (1-2) 3042.