et. al.: Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Analisis Usahatani Introduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakarta Erna Puji Astuti, Chery Soraya Ammatillah, Yudi Sastro Balai Pengkajian Teknologi Pertanian DKI Jakarta Jl. Raya Ragunan No. 30 Pasar Minggu Jakarta Selatan e-mail :
[email protected] ABSTRAK Kebutuhan sayur mayur penduduk provinsi DKI Jakarta saat ini umumnya dipasok dari luar daerah, khususnya daerah di sekitar Jakarta, hanya sebagian kecil produk sayuran yang dihasilkan dari praktek budidaya oleh petani di DKI Jakarta. Kecilnya produksi sayuran yang dihasilkan di DKI Jakarta terutama disebabkan semakin sempitnya lahan usaha dan teknologi budidaya yang belum optimal. Diperlukan suatu strategi guna dapat mengoptimalkan produksi sayuran di wilayah DKI Jakarta, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat yang terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah melalui peningkatan teknik budidaya, yakni pengaturan pola tanam komoditas sayuran yang diusahakan petani. Penentuan pola tanam yang tepat, diharapkan dapat mengoptimalkan produksi dan meningkatkan pendapatan petani. Adapun tujuan kajian ini untuk menganalisis kelayakan usahatani budidaya sayuran di Jakarta antara pola tanam petani dan pola tanam introduksi BPTP dan mengetahui pola tanam yang lebih menguntungkan bagi petani. Adapun hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa kedua pola tanam layak diusahakan, akan tetapi pola tanam yang lebih menguntungkan petani adalah pola tanam introduksi BPTP, dengan kenaikan pendapatan petani setelah introduksi sebesar Rp. 6.385.400,- dan kenaikan keuntungan sebesar Rp.4.502.950,-. Kata Kunci: Pola Tanam, Pendapatan, Usahatani ABSTRACT The majority suppliers of vegetables in Jakarta Province mostly come from the satellite cities around Jakarta, Only a few of vegetable locally produced in Jakarta by small scale
18
scarce resource so the production of vegetable is low. In addition, the lag technology in cultivating of vegetables supported this minor production as well. Appropriate strategies is needed to optimize the vegetables production in Jakarta. At the same time, the welfare of the farmers were to be considered as part of the appropriate strategy proposed. One of the strategies proposed is the advancement of cultivating technology, the arrangement of cropping pattern made by the farmers. The determination of appropriate cropping patterns, is expected to optimize production and increase farmers’ income. The purposes of this studies were to determine the feasibility of vegetable farmers cropping pattern and BPTP cropping pattern, and to analyze which farmers. The results of this study both of cropping patterns were feasible to done, but with a revenue increase was Rp. 6,385,400, Keywords: Farming
Cropping
Pattern,
Income,
PENDAHULUAN Latar Belakang Dukungan dan kebijakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam mempertahankan dan mengembangkan sektor pertanian terus diupayakan baik melalui berbagai kegiatan produktif, perbaikan sarana dan prasarana maupun dukungan yang bersifat kebijakan yang lebih konseptual. Salah satu langkah nyata dalam pengembangan sektor pertanian adalah dengan diterbitkannya Perda No.6 tahun 2002 tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
et. al. : Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
13,94% (Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta,2004). Secara nominal ruang terbuka hijau yang harus dihijaukan seluas 9600 ha. Hal ini memberikan wacana bahwa usaha di sektor pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan di DKI Jakarta masih terbuka luas untuk dikembangkan. Untuk mempercepat penyebaran teknologi di tingkat pengguna dan stakeholder, implementasi konsep pengembangan yang dapat dilakukan di DKI Jakarta adalah berupa pembentukan unit percontohan kawasan agribisnis berbasis komoditas hortikultura dengan strategi optimalisasi lahan. Diantara berbagai komoditas hortikultura tersebut, tanaman sayuran merupakan komoditas yang sesuai dan sudah dikembangkan di wilayah DKI Jakarta, namun dengan produktivitas yang belum optimal. Jakarta sebagai kota metropolitan dan Ibukota Negara saat ini memiliki jumlah penduduk 12 juta jiwa merupakan kota dengan kebutuhan bahan pangan dan sayuran terbesar di Indonesia (BPS,2010). Salah satu produk pangan yang banyak dibutuhkan masyarakat Jakarta adalah sayur-mayur. Tercatat tidak kurang dari 275 ton sayur mayur dipasok ke Jakarta per hari untuk memenuhi kebutuhan penduduk Jakarta (Bian,2008). Kebutuhan sayuran tersebut umumnya dipasok dari luar daerah, khususnya daerah di sekitar Jakarta seperti Bogor, Lembang dan beberapa provinsi di Pulau Sumatera, seperti Lampung. Hanya sebagian kecil produk sayuran yang dihasilkan dari praktek budidaya oleh petani di DKI Jakarta. Kecilnya produksi sayuran yang dihasilkan di DKI Jakarta terutama disebabkan semakin sempitnya lahan usaha (Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta, 2006), dan teknologi budidaya pola monokultur dengan pengaturan pola tanam sangat monoton. Pelaksanaan pegiliran tanaman dilakukan tanpa terencana dan hanya disesuaikan dengan kecenderungan permintaan pasar. Begitupun dengan teknik budidayanya, petani setempat umumnya tidak melakukan pengaturan jarak tanam.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
Untuk melakukan budidaya sayuran dilahan sempit diperlukan suatu teknologi budidaya untuk merubah kebiasaan petani yang monoton, untuk BPTP Jakarta telah menghasilkan pengkajian yang cocok untuk lahan sempit yang umumnya ada di perkotaan. Beberapa hasil pengkajian untuk lahan sempit tersebut adalah bertanam sayuran dengan merubah pola tanam yang biasa dilakukan petani. Sebagian teknologi tersebut telah tersebar di tingkat pengguna dan stakeholder. Pengembangannya ke target area yang lebih luas perlu dipercepat. Merubah pola tanam yang biasa dilakukan petani bukan hal yang mudah karena kebiasaan petani merupakan suatu kebiasaan yang dilakukan secara monoton. Diperlukan suatu strategi guna dapat mengoptimalkan produksi sayuran di wilayah DKI Jakarta, sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat yang terlibat di dalamnya. Oleh sebab itu, pengelolaan usahatani yang baik dapat menghasilkan produk secara terus menerus dalam jumlah dan kualitas yang lebih bermutu. Adapun tujuan kajian ini untuk menganalisis kelayakan usahatani budidaya sayuran di Jakarta antara pola tanam petani dan pola tanam introduksi BPTP dan menentukan pola tanam yang lebih menguntungkan bagi petani.
METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Pengkajian Kajian dilakukan pada Mei–Desember 2011 di Gapoktan Pelangi Jaya Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung , Jakarta Timur, dengan menggunakan metode survey. Penentuan lokasi pengkajian dilakukan secara purposive berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kelautan dan Pertanian DKI Jakarta. Kajian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan petani. Responden adalah petani yang mengusahakan usahatani sayuran di lahan tidur tersebut. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber, antara lain
19
et. al.: Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Badan Pusat Statistik, Dinas Kelautan dan Pertanian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta kecamatan setempat. Kajian dilakukan dengan melakukan budidaya sayuran dengan pengaturan pola tanam tumpang gilir dan penggunaan komoditas yang berbeda dari kebiasaan yang dibudidayakan petani sehingga dapat menghasilkan produk secara terus menerus, dalam jumlah dan kualitas yang lebih bermutu sehingga dihasilkan suatu data produksi usahatani. Pengolahan dan Analisis Data Data dan informasi yang berhasil dikumpulkan diolah dan dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk memberikan gambaran (keragaan) kondisi umum daerah penelitian. Keragaan usahatani dilakukan untuk menggambarkan suatu perilaku, proses kegiatan usahatani (Herman, 2012). Analisis kuantitatif menggunakan analisis usahatani. Data kuantitatifnya ditabulasi dan dikonfersi dalam satuan yang sama. Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani sayuran diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:
Keterangan : TL = Pendapatan usahatani sayuran. Y = Produksi sayuran Py = Harga sayuran per unit X i = Penggunaan faktor ke-i Pi = Harga faktor ke-i per unit Beberapa kegunaan utama Analisis biaya dan pendapatan adalah untuk: 1) mendiagnosa kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam suatu usahatani, 2) mengevaluasi kelayakan suatu teknologi baru, dan 3) memberikan masukan untuk perbaikan usahatani agar produktivitasnya dapat ditingkatkan (Soekartawi et al, 2011).
20
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani sayuran dipergunakan analisis RC rasio, makin besar nilai RC rasio usahatani itu makin layak diusahakan. R/C merupakan perbandingan antara jumlah total penerimaan dengan jumlah total biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dinilai menguntungkan jika R/C>1. Perhitungan RC Rasio sebagai berikut: Pendapatan R/C =
……………….. (2) Total Biaya
Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani sayuran selain RC rasio juga dihitung analisis BC Rasio. B/C adalah perbandingan antara tingkat keuntungan yang diperoleh dengan total biaya yang dikeluarkan selama pemeliharaan. Suatu usaha dinilai layak bila nilai BC rasio>0 . Perhitungan B/C sebagai berikut : Keuntungan B/C =
………………. (3) Total Biaya
Analisis usahatani digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan usahatani pola tanam sayuran existing petani dan pola tanam setelah introduksi BPTP. Dengan adanya perhitungan analisis ini dapat diketahui perbandingan pendapatan dan keuntungan yang diperoleh petani jika petani menggunakan pola existing petani dan jika mereka menggunakan pola tanam introduksi BPTP.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Gapoktan Pelangi Jaya berada di wilayah Kelurahan Bambu Apus Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Komoditas utama yang diusahakan di lokasi pengkajian merupakan komoditas sayuran, antara lain kangkung, bayam, kenikir, kemangi, selada. Petani yang berusahatani sayuran tersebut berasal dari daerah Karawang yang tinggal menetap di lokasi kajian dengan status
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
et. al. : Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
lahan yang digunakan untuk usahatani pada hamparan yang sama dengan status lahan garapan atau lahan tidur yang tidak memiliki kepastian dalam pemanfaatannya. Petani dilokasi kajian memiliki penghasilan rata-rata sebesar Rp.1.000.000 / bulan. Pengolahan lahan di lokasi kajian masih bersifat konvensional. Petani mengolah lahan dengan pola tanam monokultur yang monoton. Pergiliran tanaman hanya berkisar kangkung, bayam, kemangi, dan selada jika memungkinkan. Jika musim penghujan tiba karena tidak mau mengambil resiko, petani hanya menanam komoditas kangkung. Hanya kangkung yang kuat dengan kondisi lahan yang tergenang air. Petani di lokasi kajian juga tidak mempunyai keinginan untuk menanam komoditas lain selain yang mereka tanam, karena mereka tidak mau menanggung resiko jika komoditas baru yang mereka usahakan mengalami kegagalan. Petani di lokasi kajian hanya memasarkan hasil produksinya ke bandar dan tukang sayur setempat. Keterbatasan waktu yang dimiliki petani membuat petani tidak mempunyai kesempatan untuk menjual langsung ke pasar yang jaraknya tidak jauh dari lahan dengan harga yang lebih tinggi.
rawa. Kesuburan tanah tergolong rendah hingga sedang dengan indicator bahan organik tanah yang tergolong rendah hingga sedang. (Kecamatan Cipayung, 2010)
Karakteristik Petani dan Penguasaan Lahan Mayoritas petani di gapoktan pelangi jaya adalah petani sayuran. Ada beberapa alasan kenapa petani menanam sayuran diantaranya adalah usia tanam (Darwis, 2013). Seluruh petani kooperator merupakan petani penggarap yang berasal dari luar DKI Jakarta, yaitu Kerawang. Jumlah keluarga pada setiap keluarga tani merupakan keluarga kecil 4-5 orang per keluarga. Petani kooperator merupakan petani miskin, dengan tingkat pendapatan per kapita tergolong rendah. Status lahan usahatani merupakan lahan bukan milik, yakni lahan tidur yang belum termanfaatkan oleh pemiliknya. Status lahan tersebut merupakan potensi permasalahan yang sangat besar dalam pengembangan usaha. Akses transportasi dari lokasi usaha atau pemukiman tergolong lancar. Jarak antara pemukiman/ lahan dengan jalur angkutan umum kurang lebih 500m, sementara itu, transportasi utama yang biasa digunakan adalah sepeda motor atau sepeda.
Kondisi Kesuburan Tanah Pola Tanam Petani dan Introduksi BPTP ketinggian tempat 2-5 mdpl. Status kesuburan tanah rendah hingga sedang. Sumber pengairan berupa pengairan terbuka yang berasal dari kolam-kolam penampungan air dan sumber air tertutup berupa sumur dangkal dan sumur bor. Intensitas matahari tergolong penuh dengan panjang hari berkisar 11-12 jam. Curah hujan terjadi sepanjang tahun dengan intensitas tergolong sedang hingga tinggi. Kelembaban nisbih harian tergolong tinggi dengan kisaran nilai 60-80%. Jenis tanah sebagian besar adalah tanah yang berkembang lanjut, ultisol, inceptisol dan sebagian kecil vertisol. Sebagian bentang lahan bukan merupakan tanah asli, melainkan tanah timbunan terutama di daerah cekungan
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
Pengkajian perbandingan pola tanam dilakukan selama lima bulan dan dalam luasan 300 m². Pola dan teknis budidaya sayuran yang diusahakan petani tergolong masih bersifat konvensional dengan mengandalkan pupuk kimia dan pupuk kandang ayam sebagai sumber hara dan kesuburan tanaman. Pengendalian hama belum mengikuti kaidah yang baik dan masih sangat tergantung kepada pestisida kimia. Pengendalian gulma dilakukan secara manual. Demikian juga halnya dengan teknologi pengairan, umumnya dilakukan menggunakan gembor atau pompa listrik yang berasal dari sumber air terbuka di selokan atau kolam galian.
21
et. al.: Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Pola tanam yang sering digunakan adalah pola tanam monokultur yang monoton. Petani hanya melakukan pergiliran tanaman dengan urutan kangkung – bayam – kemangi – kangkung – bayam, dengan masa tanam masing – masing komoditas 21 – 30 hari. Komoditas kangkung dan bayam yang diusahakan petani merupakan jenis kangkung dan bayam cabut sehingga dalam sekali sebar benih hanya 1 kali panen. Sedangkan pada komoditas kemangi, satu kali tanam bisa mencapai tiga kali panen. Pola tanam introduksi BPTP, menggunakan teknik tumpang gilir. Tumpang gilir merupakan salah satu bagian dari pola tanam bercocok tanam selama setahun atau lebih yang terdiri dari beberapa kali bertanam satu atau beberapa jenis tanaman secara bergiliran dan bersisipan atau secara bertumpangan dan bersisipan, dengan tujuan meningkatkan produksi pertanian dan meningkatkan pendapatan petani tiap satuan luas per satuan waktu (hasil per Ha per hari) (Thahir, 1974). Komoditas yang digunakan dalam menerapkan pola tanam introduksi antara lain kangkung (komoditas yang sudah biasa diusahakan petani), jagung dan kacang panjang (komoditas introduksi BPTP). Pemilihan jagung dan kacang panjang sebagai komoditas introduksi diharapkan batang dari pohon jagung dapat dijadikan tiang panjat kacang panjang, sehingga adanya efesiensi biaya dalam pembelian ajir untuk tiang panjat, selain itu kedua komoditas ini mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan komoditas yang biasa diusahakan petani, sehingga diharapkan introduksi kedua komoditas ini dapat meningkatkan pendapatan petani. Teknik tumpang gilir yang diintroduksikan pada petani setempat dijelaskan sebagai berikut, pada bulan pertama, bibit kangkung di tanam bersamaan dengan bibit jagung. Setelah umur ± 3 minggu kangkung siap panen, sedangkan jagung sudah muncul anak buah. Pada usia ± 3 bulan jagung siap panen. Sambil menunggu
22
dari panen kangkung ke jagung petani bisa mengolah lahannya yang lain. Setelah jagung panen, batang utama jagung dibersihkan dari daun dan kelobot karena batang utama jagung akan digunakan sebagai tiang rambat kacang panjang. Sisa daun dan kelobot jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak. Petani kooperator menjualnya ke peternak di sekitar lahan atau menukarnya dengan pupuk kandang. Mayoritas petani lebih banyak memilih untuk menukarnya dengan pupuk kandang untuk digunakan kembali dalam pengolahan lahan. Setelah batang utama bersih, benih kacang panjang siap ditanam. Sambil menunggu kacang panjang panen yang membutuhkan jangka waktu ± 2 bulan, petani bisa kembali menanam kangkung yang kurang lebih membutuhkan waktu 3 minggu sampai ke tahap panen. Siklus pola tanam introduksi BPTP dapat dilihat pada Gambar 1. Beberapa manfaat yang didapat petani dengan menerapkan pola tanam introduksi antara lain: (1) Dalam satuan waktu tertentu petani dapat menerima keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan menggunakan pola tanam yang biasa dilakukan (tabel 3.), (2) Sisa daun dan klobot jagung dapat digunakan sebagai pakan ternak (bisa dijual atau ditukar dengan pupuk kandang), (3) Efesiensi tiang panjat, ketika menanam kacang panjang petani tidak perlu membeli ajir sebagai tiang panjat yang memerlukan biaya yang cukup tinggi (ajir diganti batang jagung). Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Pola Tanam Petani Pendapatan dan kelayakan usahatani berdasarkan pola tanam petani, memiliki keuntungan yang berbeda berdasarkan komoditasnya. Analisis usahatani pada pola tanam petani untuk komoditas kangkung, bayam dan kemangi, dijelaskan pada Tabel 1. Pada Tabel 1, dapat dilihat nilai BC rasio kangkung adalah 0,46. Angka ini mengandung arti dari Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 0,46. Sedangkan RC rasio
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
et. al. : Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Gambar 1. Siklus Pola Tanam Introduksi BPTP
1,46 mengandung arti bahwa setiap modal sebesar Rp. 1,00 akan kembali sebanyak Rp. 1,46. Dari nilai BC dan RC rasio tabel di atas dapat diambil kesimpulan nilai BC rasio > 0, sedangkan nilai RC Rasio > 1, berarti usaha budidaya kangkung yang sudah diusahakan petani layak diusahakan. Nilai BC rasio bayam 1,09, angka ini mengandung arti dari Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 1,09. Sedangkan RC rasio yang 2,09 mengandung arti bahwa setiap modal
sebesar Rp. 1,00 akan kembali sebanyak Rp. 2,09. Dari nilai BC dan RC rasio dapat diambil kesimpulan nilai BC rasio > 0, sedangkan nilai RC Rasio > 1, berarti usaha budidaya bayam yang sudah diusahakan petani layak diusahakan. Pada komoditas kemangi nilai BC rasio kemangi adalah 4,8. Angka ini mengandung arti dari Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 4,8. Sedangkan RC rasio yang 5,8 mengandung arti bahwa setiap modal sebesar Rp. 1,00
Tabel 1. Analisis usahatani pola tanam pola petani Uraian
Komoditas Sayuran Kangkung
Bayam
Kemangi
Biaya Biaya Tenaga Kerja (Rp.) Biaya Saprodi (Rp.) Biaya Penyusutan Alat (Rp.) Total Biaya (Rp.)
20.000 104.800 11.850 136.650
20.000 87.800 11.850 119.650
60.000 157.400 11.850 229.250
Pendapatan (Rp.) Produksi (ikat) Harga / Ikat (Rp)
200.000 1000 200
250.000 1000 250
1.350.000 675 2000
Keuntungan (Rp.) BC rasio RC rasio
63.350 0,46 1,46
130.350 1,09 2,09
1.120.750 4,8 5,8
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
23
et. al.: Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Tabel 2. Analisis usahatani pola tanam introduksi BPTP Uraian
Kangkung
Biaya Biaya Tenaga Kerja (Rp.) Biaya Saprodi (Rp.) Biaya Penyusutan Alat Total Biaya (Rp.)
120.000 391.100 11.850 522.950
380.000 476.000 25.000 881.000
960.000 248.500 11.850 1.220.350
Pendapatan (Rp.) Produksi Harga / Ikat (Rp) Keuntungan (Rp.) BC rasio RC rasio
595.400 2977 ikat 200 72.450 0,14 1,14
2.880.000 576 Kg 5.000 1.999.000 2.27 3.27
5.160.000 516 Kg 10.000 3.939.650 3,23 4,23
akan kembali sebanyak Rp. 5,8. Dari nilai B/C dan RC rasio tabel di atas dapat diambil kesimpulan nilai BC rasio > 0, sedangkan nilai RC rasio > 1, berarti usaha budidaya kemangi yang sudah diusahakan petani juga layak diusahakan. Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Pola Tanam Introduksi BPTP Pada pola tanam introduksi BPTP, komoditas yang diusahakan sama dengan petani, yaitu kangkung, jagung dan kacang panjang. Analisis usahatani dari masingmasing komoditas introduksi, dijelaskan pada Tabel 2. Dapat dilihat nilai BC rasio kangkung introduksi BPTP 0,14 , angka ini mengandung arti dari Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 0,14. Sedangkan RC rasio yang 1,14 mengandung arti bahwa setiap modal sebesar Rp. 1,00 akan kembali sebanyak Rp. 1,14. Dari nilai B/C dan RC rasio tabel di atas dapat diambil kesimpulan nilai BC rasio > 0, sedangkan nilai RC rasio > 1, berarti usaha budidaya kangkung introduksi BPTP layak diusahakan. Perbedaan pendapatan dan keuntungan kangkung antara pola tanam petani dan introduksi BPTP dikarenakan pada pola tanam BPTP dilakukan 2 siklus penanaman kangkung, penanaman pertama dilakukan bersamaan dengan jagung, sedangkan yang
24
Komoditas Sayuran Jagung Kacang Panjang
kedua bersamaan dengan kacang panjang sehingga biaya tenaga kerja yang dibutuhkan juga berbeda. Perbedaan keuntungan juga dikarenakan perbedaan teknik budidaya, pada budidaya introduksi BPTP lebih memerlukan lebih banyak biaya saprodi. Sedangkan pada komoditas jagung dapat terlihat nilai BC rasio jagung introduksi BPTP 2,27 , angka ini mengandung arti dari Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 2,27. Sedangkan RC rasio nya sebesar 3,27 mengandung arti bahwa setiap modal sebesar Rp. 1,00 akan kembali sebanyak Rp. 3,27. Dari nilai B/C dan RC rasio tabel di atas dapat diambil kesimpulan nilai BC rasio > 0, sedangkan nilai RC rasio > 1, berarti usaha budidaya jagung introduksi BPTP layak diusahakan. Sedangkan pada komoditas kacang panjang dapat terlihat nilai BC rasio kacang panjang 3,23, angka ini mengandung arti dari Rp. 1,00 modal yang dikeluarkan akan diperoleh keuntungan sebanyak Rp. 3,23. Sedangkan RC rasio nya sebesar 4,23 mengandung arti bahwa setiap modal sebesar Rp. 1,00 akan kembali sebanyak Rp. 4,23. Dari nilai B/C dan RC rasio dapat diambil kesimpulan nilai BC rasio > 0, sedangkan nilai RC rasio > 1, berarti usaha budidaya kacang panjang introduksi BPTP layak diusahakan.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
et. al. : Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Tabel 3. Perbandingan Pendapatan dan Keuntungan Pola Tanam Introduksi BPTP dan Pola Tanam Petani Pola Tanam Petani Pendapatan
Kangkung Bayam Kemangi Kangkung Bayam Total Pendapatan Kenaikkan Pendapatan Keuntungan Kangkung Bayam Kemangi Kangkung Bayam Total Keuntungan Kenaikkan Keuntungan
Pola Tanam Introduksi BPTP 200.000 Kangkung 250.000 Jagung 1.350.000 Kacang Panjang 200.000 250.000 2.250.000 Total Pendapatan (Rp)
63.350 130.350 1120.750 63.350 130.350 1.508.150
Perbandingan Pendapatan Petani Antara Pola Tanam Petani Dan Pola Tanam Introduksi BPTP Dari hasil analisis masing-masing pola tanam di atas maka dapat dibandingkan pendapatan dan keuntungan yang didapat petani sebelum dan sesudah pola tanam introduksi diterapka. Dari hasil perbandingan pola tanam terlihat bahwa pola tanam introduksi BPTP lebih menguntungkan dibandingkan pola tanam petani. Dengan menggunakan pola tanam introduksi petani mengalami kenaikkan pendapatan sebesar Rp. 6.385.400,- dan mengalami kenaikkan keuntungan sebesar Rp. 4.502.950, penjelasan perbandingan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.
KESIMPULAN Dari hasil kajian yang dilakukan dapat disimpulkan, bahwa pola tanam petani dan pola tanam introduksi BPTP secara ekonomis layak diusahakan. Akan tetapi, meskipun kedua pola tanam layak diusahakan, pola
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015
Kangkung Jagung Kacang Panjang
Total Keuntungan
(Rp) 595.400 2.880.000 5.160.000
8.635.400 6.385.400 72.450 1.999.000 3.939.650
6.011.100 4.502.950
tanam introduksi BPTP lebih menguntungkan petani, dengan kenaikan pendapatan petani setelah introduksi sebesar Rp. 6.385.400,- dan kenaikkan keuntungan sebesar Rp.4.502.950,tanam introduksi BPTP memiliki beberapa keuntungan teknis lainnya, yaitu pemanfaatan sisa daun dan kelobot jagung sebagai pakan pada tanaman kacang panjang.
DAFTAR PUSTAKA BPS,
2010. Jakarta Dalam angka. Badan Pusat Statistik. Jakarta Bian, 2008. Stok sembako Jakarta aman, asosiasi diminta tidak menaikan harga. www.kabarindonesia.com., 24 Mei 2011 Cholid,M, 2005. Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Wijen Melalui Pengaturan Pola Tanam dan Waktu Tanam. Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat. Malang. Darwis,V. dan C.Muslim, 2013. Keragaman dan Titik Impas Usaha Tani Aneka Sayuran Pada Lahan S awah di
25
et. al.: Analisis Usahatani Int roduksi Teknologi Pola Tanam Sayuran di DKI Jakart a
Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 9(2): 155-162. Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2006. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian dan Kehutanan Jakarta. Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2004. Laporan Tahunan. Dinas Pertanian dan Kehutanan Jakarta Herman,dkk, 2012, Analisis Keragaan Usahatani dan Oppurtunity Cost Emisi CO2 Pertanian Lahan Gambut, Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat. Prosiding:121-138. Bogor: PSEKP. Karama, A.S. 1989. Padi dalam Pola Usahatani. Buku 2, (Ed. Ismunadji, M. et al.).
26
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor, p : 601-629. Jakarta Soekartawi, A. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta Soekartawi, A. Soeharjo, J.B. Hardaker dan J.L. Dillon. 2011. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta Thahir S. 1974. Tumpang Gilir. Yasaguna. Jakarta Willey, R.W. 1990. Resource use in intercropping system. Agriculture Water Management. 17:215 231.
Buletin Pertanian Perkotaan Volume 5 Nomor 2, 2015