Rencana Bisnis Madu KPHP Limau Unit VII – Hulu Kabupaten Sarolangun
PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN SAROLANGUN,
AGUSTUS 2015
RENCANA OPERASIONAL CORE BUSINESS MADU (Apis cerrana dan Apis trigona) DI KAWASAN KPHP LIMAU UNIT VII-HULU
Rencana Produksi Madu Apis cerrana dan Apis trigona a. Jenis Usaha/Kegiatan Jenis usaha/kegiatan yang dimaksud adalah budidaya lebah madu Apis cerrana dan Apis trigona. b. Produk yang Dihasilkan Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini adalah madu. c. Teknologi yang Digunakan Teknologi budidaya Apis cerrana dan Apis trigona menggunakan stup, dimana pakan lebah bersumber dari kawasan hutan sekitar. Selain pakan alami, juga diberikan pakan tambahan sesuai dengan kebutuhan. d. Kapasitas Terpasang/Produksi Satu diantara hasil hutan bukan kayu yang dijadikan core business oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu adalah madu. Ada dua jenis lebah yang potensial untuk dikembangkan yaitu Apis cerrana dan Apis trigona. Lebah madu Apis cerrana atau sering kali dikenal dengan lebah lokal. Lebah madu Apis cerrana biasanya dapat menghasilkan madu lebih kurang 10 kg per koloni per tahun. Tetapi hal tersebut sangat tergantung pakan lebah yang ada, maksudnya jika pakan lebah tidak memadai maka tidak akan menghasilkan madu yang bisa dipanen karena habis dikonsumsi oleh lebah sendiri. Lebah madu ini tidak menghasilkan royal jelly dan propolis. Apis trigona adalah lebah madu budidaya yang banyak dipelihara secara tradisional oleh masyarakat pedesaan sekitar kawasan hutan. Apis trigona harganya jauh lebih mahal. Setiap koloni lebah madu Apis trigona
menghsilkan 1-2 kg madu per tahun.
Pemanfaatannya dilakukan dengan mengambil sarangnya yang telah menghasilkan madu di hutan. Ada dua teknik ekstrak madu yang dilakukan oleh pengepul madu, yaitu tenik pemerasan menggunakan tangan, dan teknik penirisan. Teknik pemerasan yaitu sarang madu dibelah atau disobek dengan pisau selanjutnya diperas menggunakan tangan. Dengan cara ini pemerasan lebih cepat, namun mengakibatkan madu bercampur dengan telur lebah, lilin dan propolisnya. Tercampurannya madu dengan telur mengakibatkan madu mudah rusak atau rasa asam, sehingga kualitasnya tergolong rendah. Prosedur yang ditempuh pada teknik penirisan adalah: 1) sarang lebah dibelah melintang menggunakan pisau, 2) sarang lebah
yang telah terbuka digantung di atas bak atau baskom dan madu ditiriskan ke bak plastik atau baskom selama 8 sampai dengan 12 jam; 3) madu disaring atau dipisahkan dari kotoran, sehingga diperoleh madu murni. Madu yang telah diperoleh baik diperas maupun ditiriskan masih memerlukan proses lebih lanjut diantaranya adalah pengemasan dan labeling, serta pemasaran hasil. Lokasi yang potensial budidaya lebah Apis cerrana dan Apis trigona adalah di kawasan hutan KPHP Limau Unit VII-Hulu. Berkenaan dengan pengembangan usaha madu di KPHP Limau Unit VII-Hulu, bentuk usaha yang akan dikembangkan adalah budidaya Madu Apis cerrana dan Apis trigona dengan menggunakan stup; dimana jumlah stup untuk 1 (satu) set usaha dengan areal 1 (satu) hektar adalah sebanyak 20 stup. Selanjutnya berdasarkan hasil analisis, kapasitas produksi yang dianjurkan untuk usaha budidaya Madu Apis cerrana dan Apis trigona di KPHP Limau Unit VII-Hulu adalah sebanyak 100 set sehingga secara keseluruhan jumlah stup yang dibudidayakan adalah sebanyak 2.000 stup. e. Kebutuhan Biaya Investasi dan Biaya Operasional Investasi yang dibutuhkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu untuk pengembangan usaha budidaya madu Apis cerrana dan Apis trigona adalah sebagai berikut: pembuatan perizinan koperasi KPH (SIUP, SITU dan Izin Perindakop), Uji Lab dan Izin Depkes, Perizinan MUI (logo halal),biaya pembuatan/pengadaan kotak stup, sarang lebah, jegrak meja, masker penutup wajah, ekstraktor, evaporator vacum, rafractometer digital DNH-2, ember, botol kaca, botol plastik (125 ml), botol (jerigen 1 kg), pelebelan. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk pengadaan 1 (satu) set yang terdiri atas 20 (lima puluh) buah stup diperkirakan sebesar Rp 105.740.000,Biaya investasi pembuatan stup ini dikeluarkan/dibutuhkan hanya pada tahun pertama (tahun awal) kegiatan usaha, yaitu tahun 2016. Sementara itu untuk 4 (empat) tahun berikutnya (2017 - 2020) hanya membutuhkan biaya operasional dengan total biaya rata-rata setiap tahunnya untuk 1 (set) yang terdiri atas 20 stup diperkirakan sebesar Rp 129.719.000,. Biaya operasional ini meliputi biaya glukosa, insentif team, transportasi team, mendatangkan tenaga ahli, ATK. Jadi dengan demikian, jika kapasitas produksi yang akan dikembangkan adalah sebanyak 100 set, maka total kebutuhan biaya investasi pada tahun pertama (tahun awal) adalah sebanyak Rp 1.187.119.000,- yaitu biaya investasi sebesar Rp 1.057.400.000,- dan biaya operasional sebesar Rp 129.719.000,-.
Rencana Pemasaran Madu Trigona sp Peluang Pasar Madu Trigona sp Salah satu faktor penting yang menetukan keberhasilan usaha adalah tersedianya peluang pasar. Peluang pasar madu masih terbuka. Hal ini ditunjukkan masih besarnya impor madu dibandingkan dengan nilai ekspornya. Pada tahun 2000 s.d 2005 nilai ekspor sebesar US $ 3.180.910, dibandingkan dengan nilai impor madu sebesar US$ 14.336.000 . Nilai ekspor tertinggi pada periode tersebut terjadi pada tahun 2004 sebesar US$ 1.481.000. Sedangkan nilai impor tertinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar US$ 3.180.000 (Statistik Departemen Perindustrian dan Perdagangan Indonesia, 2006). Perbandingan nilai ekspor dan impor tersebut menjadi indikator masih besarnya permintaan madu dalam negeri dan cenderung terus meningkat di masa yang akan datang. Peningkatan jumlah permintaan tersebut belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sehingga pengembangan usaha perlebahan mempunyai prospek yang cerah dan berpluang untuk ditingkatkan pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Oleh karena itu menggalakkan pengembangan lebah madu oleh banyak pihak perlu disambut positif dan diapresiasi. Selain Trigona sp, lebah madu lain yang juga dibudidayakan adalah Apis millifera L. Jenis inilah yang banyak dikembangkan secara profesional dibandingkan jenis lainnya. Pengembangan lebah madu harus mempertimbangkan berbagai aspek diantaranya pembiyaan dari lembaga keuangan terkait, dukungan dari SPKD terkait seperti Kehutanan, Perindag, Koperasi, Lingkungan, dan BPDAS (Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2000). Analisis Pesaing (Competitor) Madu Apis cerrana dan Apis trigona Pesaing adalah pihak yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis. Mengingat bahwa KPHP Limau Unit VII-Hulu memiliki core business minyak kepayang, madu dan ekowisata, maka sebagai pesaingnya adalah pihak lain yang menghasilkan produk sejenis dan memasarkan produk tersebut di wilayah yang sama. Selain itu, pesaing juga berasal dari produk yang berbeda namun fungsinya dapat substitusi penggunaan produk tersebut. KPHP Limau Unit VII-Hulu berencana memproduksi madu jenis Apis cerrana dan Apis trigona, maka pesaingnya adalah madu hutan yang dikoordinasikan oleh masyarakat pengumpul madu di sekitar kawasan KPHP Limau Unit VII-Hulu. Persaingan itu meliputi persaingan harga dan persaingan produk. Dalam menghadapi persaingan harga maka disyaratkan proses produksi berlangsung efisien, dengan biaya produksi yang murah. Dilihat
dari harga tampaknya sulit menyaingi madu hutan, karena madu hutan tidak melalui proses budidaya. Menghadapi persaingan dengan madu hutan, pilihan akan jatuh pada persaingan produk, yaitu persaingan dalam kualitas. Madu hutan sulit dilakukan pengontrolan kualitas, terutama kadar air. Pemungutan pada musim hujan cenderung meningkatkan kadar air madu hutan mencapai 26%, sementara madu hasil budidaya dimungkinkan di bawah 22% dan proses ekstraksi dapat dikontrol agar hygienis. Cara lainnya adalah mengusahakan agar madu budidaya ini memiliki jaminan kualitas melalui pengusahaan sertifikat madu budidaya lestari, serta diintroduksi teknologi pengolahan agar khasiat madu dapat ditingkatkan. Persaingan mengharuskan pengusaha meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan dengan maksud agar dapat menarik minat pelanggan sebanyak-banyaknya, serta berupaya merebut pangsa pasar yang lebih besar. Pengamatan terhadap pesaing terus dilakukan dengan memonitor perubahan produk dan respon pelanggan terhadap produk pesaing dan produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Perubahan produk pun harus tetap dipantau yang meliputi perubahan bentuk, ukuran, harga, mutu, desain, serta bagaimana dampaknya terhadap permintaan pelanggan. Terhadap setiap perubahan harus direspon dengan cepat oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu, dan cara dan strategi bagaimana yang mesti ditempuh agar perkembangan usaha dapat berlanjut terus. Beberapa teknis mengidentifikasi pesaing antara lain: (1) memonitor volume penjualan produk secara berkala misalnya mingguan atau bulanan. Bila volume penjualan mengalami penurunan, harus diketahui penyebabnya, dan diupayakan untuk menanggungi penyebab tersebut; (2) mengevaluasi pangsa pasar produk sejenis dan seberapa besar dari pangsa pasar tersebut dapat dimanfaatkan; (3) memonitor apa ada pesaing baru yang masuk dan bagaimana dampaknya terhadap volume penjualan. Dalam hal ini bagian pemasaran atau penjualan dapat ditugaskan untuk selalu memonitor dan melaporkan kondisi pesaing dan dan dampak persaingan terhadap pangsa pasar produk yang dihasilkan oleh KPHP Limau Unit VII-Hulu. Strategi Pemasaran Madu Apis cerrana dan Apis trigona Madu merupakan minuman suplemen dengan konsumen tertentu, yaitu masyarakat berpenghasilan menengah ke atas. Sebagai minuman suplemen yang berkhasiat bagi peningkatan stamina, maka strategi yang dapat ditempuh disesuaikan dengan daya beli konsumen. 1) Ukuran kemasan madu dibuat bervariasi, yaitu ukuran kecil 150 gram, ukuran sedang 500 gram dan ukuran jumbo 1 kg. Dengan variasi ukuran kemasan memungkinkan segmen
pasar dapat diperluas tidak saja pada golongan masyarakat berpenghasilan menengah ke atas, tetapi juga masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah. 2) Madu sering kali dijadikan sebagai suvenir. Sebagai suvenir dibuat kemasan mewah dengan jumlah terbatas. Kemasan mewah ini diproduksi berdasarkan pesanan atau disediakan pada momentum tertentu, misalnya pertemuan atau konfrensi yang dihajatkan sebagai cindera mata. 3) Mengembangkan jaringan bisnis (Networking). Maksudnya adalah untuk memperluas wilayah pemasaran yang berskala nasional atau global. 4) Mengikutsertakan produk pada pameran atau expo. 5) Membuat merek dagang, mendapatkan sertifikat halal, sertifikat organik dan mencantumkannya pada merk (label). Saluran Pemasaran Madu Apis cerrana dan Apis trigona Saluran pemasaran madu Apis cerrana dan Apis trigona dimulai dari madu ini diambil oleh masyarakat desa di sekitar hutan wilayah KPHP Limau Unit VII-Hulu. KPHP Limau membantu masyarakat desa dalam melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran madu sebagai bentuk kemitraan dengan cara kolaborasi. Dengan ini diharapkan madu yang dihasilkan oleh masyarakat desa di sekitar wilayah KPHP dapat dipasarkan ke masyarakat luas. Rantai pemasaran madu yang ada saat ini sebagaimana digambarkan pada skema berikut:
Masyarakat desa di sekitar hutan (petani budidaya madu)
KPHP Limau Unit VII-Hulu (melakukan pengemasan dan pemberian label serta pemasaran madu)
Konsumen di Kabupaten Sarolangun (Pemasaran Madu di Toko Ole-ole dan Toko Bismillah Sarolangun)
Konsumen diluar Kabupaten Sarolangun
Gambar 5. Jaringan Pemasaran Madu Sialang Sarolangun
Rantai pasar yang ada merupakan aset yang berharga bagi KPHP Limau Unit VIIHulu untuk memasarkan hasil produk madu budidayanya. Rantai pemasaran yang bisa ditempuh adalah petani budidaya lebah madu menjual produknya secara langsung kepada KPHP Limau Unit VII-Hulu.
Kemitraan Usaha Madu Apis cerrana dan Apis trigona Kemitraan usaha yang bisa dikembangkan dalam kaitan dengan budidaya lebah madu meliputi tiga hal: kemitraan produksi madu, kemitraan pemasaran, dan kemitraan permodalan. Kemitraan produksi mencakup kegiatan mulai dari penyediaan stup, penyediaan bibit lebah, dan penguatan kapasitas petani dalam bentuk pelatihan dan pendampingan. Kemitraan pemasaran adalah terkait dengan kerjasama penjualan hasil budidaya lebah madu dengan toko-toko penjual madu. Kemitraan dalam aspek permodalan, terkait dengan bagaimana sistem penyediaan dana untuk investasi budidaya dan pembelian hasil madu. Pelaku kemitraan yang terlibat adalah KPHP Limau Unit VII-Hulu, kelompok tani, koperasi dan lembaga pendanaan. Bentuk kemitraan bisa berbeda tergantung pada setiap aspek yang mau dimitrakan (Tabel ). Tabel 2. Skema Kemitraan yang Bisa Ditempuh Dalam Kaitan Budidaya dan Pemasaran Madu Apis cerrana dan Apis trigona Aspek Pelaku Bentuk Kemitraan Legalitas Kemitraan 1. Budidaya Lebah Madu
KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan kelompok tani budidaya lebah
2. Pemasaran
KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan toko-toko penjual madu
o KPHP Limau Unit VIIo Surat Hulu menyediakan stup Perjanjian dan bibit lebah o KPHP Limau Unit VIIHulu mendukung pelatihan o KPHP Limau Unit VIIHulu menyediakan tenaga pendamping o Petani memberikan sebagian hasil keuntungan kepada KPHP Limau Unit VIIHulu o KPHP Limau Unit VIIo Surat Hulu dapat menyepakati Perjanjian penjualan hasil budidaya (Kontrak) lebah madu binaannya kepada toko-toko penjual madu o Toko-toko penjual madu mengambil setiap keuntungan yang menjadi hak KPHP Limau Unit VII-Hulu dari penjualan madu oleh petani dan menyerahkan kepada KPHP Limau Unit VII-
3. Permodalan KPHP Limau Unit VII-Hulu dengan Bank
Hulu o KPHP Limau Unit VIIHulu mengusulkan dana penyediaan stup dan pendampingan kepada petani o Bank menyediakan dana dengan skema hibah maupun pinjaman
o Surat Perjanjian (Kontrak)
Mengetahui, Kepala KPHP
Misriadi, SP. M.Sc NIP. 19790426 200312 1 003