Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
KORELASI PAPARAN BENZENA MELALUI PENGUKURAN KADAR TRANS-TRANS MUCONIC ACID (ttMA) DENGAN KADAR ENZIM TRANSAMINASE DAN TOTAL PROTEIN PADA PEKERJA SPBU PERTAMINA KOTA MEDAN Musthari, Eka Roina Megawati, Putri Eyanoer Jurusan Analis Kesehatan, Politeknik Kesehatan Medan, Kementerian Kesehatan ABSTRAK
Sejak ditemukan bukti gangguan kesehatan akibat paparan benzena, maka benzena merupakan salah satu bahan kimia yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia. Perkembangan industri migas di Indonesia tidak lepas keterkaitannya dari penggunaan beraneka ragam bahan kimia. Bensin merupakan salah satu produk migas yang mengandung senyawa benzena (C 6 H 6 ) yang berfungsi untuk meningkatkan nilai oktan. Dampak paparan benzena secara akut berupa gangguan pada sistem saraf, kurangnya suplai oksigen ke otak, kebingungan, denyut jantung cepat, sakit kepala, tremor, dan pingsan. Paparan benzena secara kronis menyebabkan penurunan produksi sel-sel darah di sumsum tulang. Paparan benzena dapat menyebabkan kerusakan hati karena hati merupakan organ utama untuk biotransformasi berbagai zat kimia yang masuk ke dalam tubuh dan juga merupakan organ utama dalam metabolism toksin dan obat. trans, trans-Muconic Acid (t,t-MA) merupakan metabolit benzena yang dapat digunakan sebagai indikator yang lebih sensitif dan spesifik untuk biomonitoring biologi, terutama untuk paparan benzena dengan konsentrasi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi paparan benzena melalui pengukuran kadar t,t-MA dengan kadar enzim transaminase dan total protein pada pekerja SPBU Pertamina kota Medan. Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional study. Subjek penelitian ini adalah karyawan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) PT. Pertamina Medan (n = 43) dengan masa ≥kerja 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 9 dari 43 subjek memiliki kadar t,t-MA lebih dari 500 µg/g creatinin. Korelasi kadar t,t-MA dengan kadar enzim ALT, AST dan Total Protein tidak signifikan (p>0,05), berkorelasi negatif dengan semua parameter yaitu ALT (r = -0,030), AST (r = 0,046), Total Protein (r = -0,147). Perbedaan rata-rata kadar t,t-MA pada masa kerja≤ 1 tahun dan masa kerja > 1 tahun tidak signifikan p = 0,054. Perbedaan rata-rata kadar t,t-MA pada subjek yang merokok dan tidak merokok tidak signifikan p = 0,559.
Kata Kunci : Benzena ,trans,trans-Muconic Acid, (t,t-MA) ALT, AST, Total Protein
Pendahuluan
Salah satu bahan kimia yang keberadaan dan penggunaannya tersebar luas adalah benzena. Benzena secara luas digunakan di beberapa negara termasuk di Indonesia, dan termasuk di dalam 20 bahan kimia yang diproduksi dalam jumlah besar. Sumber benzena di udara antara lain adalah asap rokok, pembakaran dan penguapan bensin yang mengandung benzena (lebih dari 5%), industri petrokimia, serta proses pembakaran. Konsentrasi lebih tinggi benzena di dalam dan luar ruangan akan ditemukan di sekitar sumber emisi seperti Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). (WHO-Europe,2000). (ATSDR, 2007). Paparan benzena dalam jumlah besar dapat menyebabkan kematian, sedangkan paparan tingkat rendah dapat menyebabkan mual, debar jantung cepat, sakit kepala, tremor, kebingungan, dan tidak fokus. Efek
paparan kronis benzena terhadap kesehatan terutama adalah terhadap darah (Young et al, 1999). Besarnya paparan benzena yang masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan penurunan fungsi berbagai organ tubuh, salah satu organ yang ikut mengalami penurunan fungsi adalah hati (Szymanska J, 1998) Kerusakan pada hati akibat paparan benzena dapat disebabkan karena hati merupakan organ utama untuk biotransformasi berbagai zat kimia yang masuk ke dalam tubuh dan juga merupakan organ utama dalam metabolisme toksin dan obat. (Hegazy & Kamel, 2014). Kerusakan pada hati akibat paparan benzena terutama disebabkan bila tidak terjadinya keseimbangan antara pembentukan radikal bebas dengan aktivitas enzim yang bersifat antioksidan di hati. (Abd Ellah et al, 2007). Bila paparan benzena menyebabkan kerusakan hati, maka
192
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016 akan terjadi peningkatan aktivitas enzim alanin aminotransferase (ALT), aspartat transaminase (AST) pada manusia (Liu, 2009). Beberapa biomarker paparan terhadap lingkungan dapat digunakan untuk mengestimasikan konsentrasi paparan benzena (IPCS, 2000). Trans,trans-Muconid Acid (t,t-MA) adalah metabolit minor dari benzena yang dapat digunakan sebagai indikator biologi untuk paparan benzena (Ducos et al. 1992; Rappaport et al.2010). t,tMA dalam urin dapat digunakan sebagai indikator yang sensitif dan spesifik untuk pemantauan biologi, terutama untuk paparan rendah benzena (Liu L et al. 1996). Bahan dan Metode
Sebanyak 43 orang pekerja SPBU Pertamina di Kota Medan yang memiliki masa kerja minimal 6 bulan dan telah menandatangani informed consent diikutsertakan dalam penelitian deskriptif cross sectional ini. Pekerja yang memiliki kelainan hati, kelainan ginjal dan konsumsi obat-obatan terus menerus dieksklusikan.
Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian Karakteristik Subyek Penelitian
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Pengambilan data dilakukan selama 5 bulan. Sampel yang diambil adalah urine dan darah vena, yang diambil setelah akhir waktu kerja. Penetapan kadar metabolit benzene (ttMA) dilakukan dengan menggunakan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC) pada urine subyek penelitian. Pemeriksaan kadar AST,ALT dan total protein dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer pada sampel darah subyek penelitian. Spektrofotometer dapat digunakan untuk hasil AST bila berada pada interval 25,3-40,5 U/L, untuk hasil ALT bila berada pada interval 17,628,2 U/L dan untuk total protein pada interval 17,6-28,2 U/L. Analisa data secara statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS.20. Korelasi antara AST, ALT, total protein dengan tt-MA dilakukan dengan menggunakan uji Spearman. Nilai p<0,05 menunjukkan adanya korelasi yang bermakna Hasil dan Pembahasan Karakteristik subyek penelitian berdasarkan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini
Kriteria
Jumlah
Persentase (%)
Umur
18-24
31
72,1
Jenis Kelamin
Laki-laki
25
58,14
> 1 tahun
30 32
69,8 74.4
Masa Kerja
Riwayat Merokok
9
25-31
3
32-38
7,0
18
Perempuan ≤ 1 tahun
41,86
13
Tidak
30,2
11
Ya
Tabel 2. Kadar t,t-MA, ALT, AST Dan Total Protein Variabel Mean Kadar ttMA dalam urin 586,88 Kadar ALT dalam darah 22,14 Kadar AST 18,79 7,61 Kadar total protein dalam darah
20,9
Med 75,00 15,00 18,00
193
7,56
SD 1,327 17,29 6,54 0,343
25,6 Min 32 8 12 7
Maks 6825 80 93 8
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Tabel 3. Korelasi kadar t,t-MA dengan kadar ALT, AST Dan Total protein pada pekerja SPBU PERTAMINA Variabel
Nilai r
p
Kadar ALT Kadar AST Kadar total protein
-0,030 -0,046 -0,147
0,847 0,768 0,379
Pada tabel 3 di atas, didapatkan nilai p > 0,05 yang menunjukkan tidak ada korelasi bermakna kadar t,t-MA dengan kadar ALT, AST dan total protein. Tabel 4. Perbedaan kadar t,t-MA pada pekerja SPBU berdasarkan masa kerja Masa Kerja
N
≤ 1 tahun
13
> 1 tahun
Mean ± SD
p
1177,31 ± 210,7
30
331,03 ± 69,7
Med
0,002
79 73
Tabel 5. Perbedaan kadar t,t-MA pada pekerja perokok dan tidak perokok Mean ± SD Variabel N Median (Min-Max) Kadar t,t-MA pada Perokok Kadar t,t-MA padaTidak Perokok
11 32
923,64 ± 21,09
471,12 ± 94,64
83 (45-6825)
Tabel 6. Perbedaan kadar t,t-MA berdasarkan Jenis Kelamin Variabel
Laki-laki
Perempuan
N
25 18
Pada penelitian ini, dapat dijumpai klasifikasi umur terbanyak adalah pada usia 1824 tahun, jenis kelamin terbanyak adalah lakilaki, hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Tunsaringkarn et al yang menunjukkan bahwa pekerja berjenis kelamin laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan perempuan. (Tunsaringkarn et al.2011). Pada penelitian ini diperoleh masa kerja terbanyak adalah > 1 tahun, mayoritas pekerja tidak memiliki riwayat merokok. Kadar ttMA dalam urine adalah 586,88 ± 1,326 µg/g kreatinin atau sekitar 0,586 mg/g kreatinin. Hal ini menunjukkan bahwa pada subyek penelitian ini, kadar t,t-MA dalam urine lebih tinggi sedikit dibandingkan konsentrasi terbatas dalam urin yaitu sebesar 0,5 mg/g kreatinin (500 µg/g kreatinin).(ACGIH BEI, 2007) Hal ini dapat disebabkan karena paparan benzena yang tinggi pada daerah perkotaan akibat lalu-lintas yang padat dan profesinya yang bekerja di SPBU .(Weisel et al.2010).
194
p
0,559
73 (32-4482)
rerata ± s.b
502.16 ± 14.42 704.56 ± 11.75
p
0,774
Pada penelitian ini, didapati beberapa subyek penelitian yang memiliki kadar t,t-MA cukup tinggi yaitu subyek laki-laki, 18 tahun dengan kadar t,t-MA sebesar 6825 µg/g, subyek laki-laki yang lain berumur 24 tahun dengan kadar t,t-MA sebesar 2687 µg/g. Berdasarkan data diketahui bahwa kedua subyek tersebut adalah perokok. Subyek laki-laki dengan kadar t,t-MA sebesar 6825 µg/g selain perokok juga memiliki riwayat pekerjaan di bengkel dan suka memakan makanan instan setiap hari. Subyek yang memiliki kadar tt-MA yang tinggi juga dijumpai pada beberapa wanita dan berdasarkan wawancara, diketahui mereka suka memakan makanan instan dan mengkonsumsi produk kecantikan untuk diet dan produk pemutih. Asap rokok merupakan sumber benzena di dalam ruangan. Kadar benzena dalam rokok bervariasi mulai dari 12- 48 mg per batang rokok. (Krewski et al, 2000). Konsumsi makanan tertentu dapat berkontribusi menyumbangkan nilai tt-MA. Makanan yang mengandung sorbitol antara lain roti, kue, keju, anggur, permen, makanan kaleng,
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
saus, produk daging seperti sosis, dan makanan lain yang mengandung pengawet (Renner et al., 1999). Sumber benzena lainnya juga bisa didapat pada produk kecantikan. (Krewski et al, 2000). Kerusakan hati yang diinduksi oleh berbagai macam zat yang bersifat toksik, salah satunya adalah benzena yang dapat diobservasi dengan menilai kadar ALT, AST dan total protein dalam darah. (Uzma et al, 2009). Adanya kondisi inflamasi yang terjadi di hati dapat menyebabkan peningkatan enzim ALT dan AST dalam darah dan penurunan kadar total protein dalam darah. Pada penelitian ini didapatkan kadar ALT dalam darah adalah masih dalam batas normal yaitu berkisar 22,14 ± 17,29 U/L, kadar AST adalah masih dalam batas normal 18,79 ± 6,54 U/L dan kadar total protein adalah masih dalam batas normal 7,61 ± 0,343 gr/dl. Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Shell (1992) yang menunjukkan tidak adanya efek pada hepar tikus yang diberikan air minum terkontaminasi benzena selama 30 hari. Hati memproduksi mayoritas protein plasma di dalam tubuh dan albumin merupakan protein yang secara spesifik diproduksi di hati. Total protein merupakan jumlah total albumin, globulin dan protein plasma lain. Albumin biasanya berkurang pada penyakit hati kronis, sindrom nefritis, malnutrisi berat. Kadar total protein yang masih dalam batas normal pada penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian tidak mengalami berbagai penyakit seperti disebut di atas yang menyebabkan jumlah albumin menurun secara bermakna. Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Uzma et al (2009) yang menunjukkan kadar total protein yang masih dalam batas normal pada 154 pekerja SPBU. Pada penelitian ini, Kadar ALT, AST dan total protein dalam batas normal berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Adeyemi et al (2009) yang menunjukkan air terkontaminasi yang mengandung benzene menyebabkan penurunan aktivitas ALT, AST di hati dan penurunan jumlah albumin dan globulin pada tikus dan pada manusia, berpotensi besar untuk menyebabkan kerusakan pada beberapa jaringan. Studi yang dilakukan oleh Adeyemi berbeda dengan hasil penelitian ini karena air terkontaminasi yang digunakan selain mengandung benzena juga mengandung timah dan phenol yang diketahui merupakan zat kimia yang bisa menimbulkan kerusakan di hati. Studi yang dilakukan oleh Dere et al (2003) juga menunjukkan bahwa paparan benzena akan menyebabkan terjadinya penurunan aktivitas
ALT dan AST pada hati tikus namun observasi yang dilakukan pada penelitian Dere adalah dengan mengambil serum darah tikus serial setelah 2,4,8,16,32 dan 64 jam setelah injeksi benzena dan pemberian benzena dilakukan secara injeksi intraperitonial. Adanya hasil yang berbeda antara penelitian ini dengan penelitian lainnya dapat disebabkan karena toksisitas benzena tergantung pada proses aktivasi metabolit dan proses detoksifikasi benzena di dalam tubuh manusia. (Juan et al.2010). Pada penelitian ini, dijumpai kadar ALT,AST dan total protein yang masih dalam batas normal, hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal yaitu toksisitas benzena terutama berasal dari produk metabolitnya yang dihasilkan melalui proses metabolisme di hati. Proses metabolisme di hati yang meliputi reaksi fase I dan reaksi fase II berhubungan dengan kerentanan seseorang untuk mengalami kerusakan organ termasuk hati. Pada reaksi fase I terjadi reaksi aktivasi dari benzena yang masuk ke hati dan pada reaksi fase II terjadi proses detoksifikasi, keseimbangan antara reaksi fase I dan fase II akan menentukan seberapa banyak benzena yang dieliminasi dari tubuh. Beberapa hal juga mempengaruhi keseimbangan fase I dan fase II ini yaitu status gizi, paparan dengan zat kimia lain termasuk polimorfisme CYP.(PineiroCarrero, 2004) Fungsi hati yang masih baik juga dapat disebabkan karena struktur hati yang unik untuk proses detoksifikasi. Proses detoksifikasi di hati terutama terjadi pada bagian struktur mikro hati yang terdiri dari bagian lobulus dengan vena sentralis dan cabang-cabang arteri hepatika dan vena portal. Darah meninggalkan cabang-cabang arteri hepatika dan vena portal mengalir melalui tepi-tepi lobulus melalui sinusoid dan membasahi sel-sel hepatosit, kontak yang sangat dekat antara sel-sel hepatosit dengan darah menyebabkan zatzat berbahaya termasuk benzena dan metabolitnya dapat dihilangkan melalui aliran darah yang mengalir melalui lobulus dan berkumpul pada cabang vena hepatika. Inilah salah satu hal yang menyebabkan hati dapat bertahan terhadap substansi yang bersifat toksik.(Ahmed et al, 2007) Pada proses detoksifikasi, diketahui bahwa benzena dalam proses eksresinya akan diekskresikan melalui urine dan feces dengan komposisi sebesar 77% melalui urin dan 15% melalui feces setelah 72 jam (Adams et al, 1996). Benzena dan metabolitnya dapat menyebabkan efek sementara (temporary effect) pada hati yaitu berupa peningkatan aktivitas enzim di hati lalu
195
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
kemudian menurun menjadi normal kembali. Hal tersebut berkaitan lagi dengan seberapa besar benzena yang masuk ke dalam tubuh, paparan terhadap jumlah besar benzene yang baru menyebabkan bahaya dan resiko kematian (Bratton et al, 2000). Efek sementara (temporary effect) yang terjadi di hati juga disebabkan karena ada keseimbangan antara reaksi pembentukan radikal bebas dan aktivitas enzim yang bersifat antioksidan di hati. Hati merupakan organ tubuh terbaik yang memiliki berbagai macam enzim yang bersifat antioksidan, hal ini terutama dibutuhkan karena fungsi hati utama adalah untuk biotransformasi dan metabolisme berbagai zat kimia, toksin dan obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh. Adanya aktivitas enzim yang bersifat antioksidan di hati yang baik akan menyebabkan reaksi pembentukan radikal bebas dapat ditekan sehingga kerusakan sel secara permanen tidak terjadi. Beberapa enzim yang bersifat antioksidan di hati yang dominan terutama adalah glutatione peroksidase (GSH-Px) dan glucose-6 phospate dehydrogenase ( G6PD).(Abd Ellah, 2007) Pada proses aktivasi metabolit, kerentanan terhadap toksisitas benzena diketahui berhubungan juga dengan adanya polimorfisme genetik. (Chilcott, 2007). Adanya polimorfisme genetik pada enzim Sitokrom P450 2E1 (CYP 2E1) diketahui menyebabkan level metabolit benzena yang rendah (Kim, 2007). CYP 2E1 merupakan salah satu enzim yang berguna dalam proses metabolisme benzena. Proses metabolisme yang berlangsung di hati secara umum akan mengubah bentuk suatu zat menjadi metabolitnya yang cenderung tidak aktif, namun pada proses metabolisme benzena, bentuk metabolit benzena cenderung bersifat lebih toksik dibandingkan zat asalnya. Perubahan benzena menjadi metabolitnya bersifat toksik yang salah satunya adalah t,t-MA dikatalisis oleh CYP 2E1, adanya penurunan aktivitas CYP2E1 diketahui berhubungan dengan penurunan toksisitas benzena dan polimorfisme genetik CYP2E1 menyebabkan penurunan aktivitas CYP2E1. (Juan, 2010) Studi yang dilakukan oleh Rappaport el al (2010) menunjukkan bahwa adanya polimorfisme genetik CYP2E1 menyebabkan terjadinya perbedaan metabolisme benzena pada manusia dan bentuk homozigot variant CYP2E1 menunjukkan level t,t-MA dalam urine lebih rendah dibandingkan bentuk normal dari polimorfisme CYP2E1. (Rappaport et al, 2010).
Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan bermakna kadar t,t-MA pada perokok dan tidak perokok. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Hoet et al (2008). Meskipun tidak bermakna, namun pada penelitian ini rerata kadar t,t-MA pada perokok hampir dua kali lipat dibandingkan tidak perokok yaitu 923,64 ± 21,09 pada perokok dan 471,12 ± 94,64. Hal ini menunjukkan bahwa pada asap rokok juga mengandung benzena namun untuk menimbulkan toksisitas juga tergantung lagi pada proses metabolisme benzena yang bergantung pada enzim CYP2E1. (Seaton, 1994; Juan, 2010). Dalam penelitian ini, dijumpai rerata kadar tt-MA pada pekerja SPBU yang bekerja dalam waktu ≤ 1 tahun lebih tinggi dibandingkan rerata kadar tt-MA pada pekerja SPBU yang bekerja dalam waktu > 1 tahun. Hal ini dapat disebabkan karena pada kelompok ≤ 1 tahun sebanyak 38,46% memiliki kadar tt-MA dalam urine > 500 µg/ gr sedangkan pada kelompok > 1 tahun hanya 13,33% yang memiliki kadar tt-MA dalam urine > 500 µg/ gr dan pada kelompok ≤ 1 tahun terdapat subyek penelitian yang memiliki kadar tt-MA tertinggi yaitu 6825 µg/g dan subyek penelitian ini merokok dan memiliki pola makan yang tidak sehat. Dalam penelitian ini, dapat dijumpai bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna kadar t,t-MA rata-rata tinggi pada wanita dibandingkan dengan pria. Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Avril (2009) yang menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara kadar tt-MA dengan gender. Pada penelitian ini terdapat 33,33% wanita yang memiliki kadar tt-MA > 500 µg/g sedangkan pada laki-laki hanya terdapat 12% yang memiliki kadar tt-MA > 500 µg/g. Pada wanita yang memiliki kadar tt-MA tinggi, selain suka makan makanan yang mengandung pengawet juga suka mengkonsumsi produk kecantikan yang diketahui mengandung sorbitol yang dapat dimetabolisme dalam tubuh menghasilkan tt-MA. (Renner et al, 1999) Daftar Pustaka Abd Ellah MR, Okada K, Yasuda J. (2007). Oxidative Stress and Bovine Liver Disease: Role of Gluthatione Peroxidase and Glucose 6- Phosphate degydrogenase. Jpn.J.Vet. Res.54(4): 163-173 Adeyemi O, Ajayi JO, Olayujin AM, et al(2009). Toxicological ealuation of the effect of water contaminated with lead, phenol and benzene
196
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
on liver, kidney and colon of Albino rats. Food and Chemical Toxicology 47, 885-7 Ahmed N, Dawson M, Smith C, Wood E.2007. Disorder of The Liver, Gall Bladder and Bile Duct: Biology of Disease. P.302. Taylor & Franics Group. UK American Conference of Governmental Industrial Hygienists (ACGIH) (2007). Threshold limit values and biological indices. Cincinnati, USA ATSDR. 2007. Toxicological Profile for Benzene. U.S. Department of Health and Human Service. Avril M. (2009). Determination of urinary trans,trans-muconic acid reference values in the general Tunisian population. Ann Biol Clin.67(2): 163-9 Bratton SB, Lau SS, and Monks, TJ. 2000. The putative benzene metabolites 2,3,5 tri(glutathion-S-y)hydroquinone deplets glutathione, stimulates sphingomyelin turnover, and induces apoptosis in HL-60 cells. Chem. Res. In Toxicol. 13(7):550–556. Chilcott RP(2007). Toxicological overview. Health Protection Agency, 1-14 Dere E, Ari F. 2009. Effect of benzene on liver functions in rats (rattus norvegius), Environ Monit Asess 154: 23-27 Ducos P. Gaudin R, Bel J, Maire C, Francin JM, Robert A, Wild P. 1992. trans,trans-Muconic acid, a Reliable Biological Indicator for the Detection of Individual Benzene Exposure Down to the PPM Level. Int. Arch. Occup. Environ. Health. 64(5):309-313. Hegazy, R. M., & Kamel, H. F. M. (2014). Oxidant Hepatic & / or Haem . Injury on Fuel-Station Workers Exposed to Benzene Vapor , Possible Protection of Antioxidants. American Journal of Medicine and Medical Sciences, 4(2), 35–46. doi:10.5923/j.ajmms.20140402.01 Hoet P, De Smedt E, Ferrari M, et al (2009). Evaluation of urinary biomarkers of exposure to benzene: correlation with blood benzene and influence of confounding factors.Int Arch Occup Environ Hlth, 82,985-95 International Programme for Chemical Safety (IPCS). 2000. Principles for Modelling Dose Response for the risk Asseeement of Chemical: Human Exposure Assesment. World Health Organization. Juan Z, LiHong Y, GeYu L, et al(2010). Detection of CYP2E1, a genetic biomarker of susceptibility to benzene metabolism toxicity in immortal human lymphocytes derived from the han chinese population. Biomed Environ Sci, 24(3),300-309
Kim S, Lan Q, Waidyanatha S, et al(2007). Genetic polymorphisms and benzene metabolism in humans exposed to a wide range of air concentration. Pharmacogenetics and genomics, 17, 789-799 Krewski, D.,Snyder, R.,Beatty, P.,Granville G.,Meek B.,Sonawane, B. (2000)Assesing the Health Risk Of Benzena.: A Report On The Benzene State-of The Science Workshop. Journal of Toxicology and Environmental Health, Part A: Current Issues, 61(5-6), 307-338.doi: Liu J, Drane W, Liu X, and Wu T. 2009. Examination of the Relationships between Environmental Exposures to Volatile Organic Compounds and Biochemical Liver Tests: Apllication of Canonical Correlation Analysis. Environ Res. 109(2):192-199 Li, G, Wang C, Xin W, Yin S. 1996. Tissue distribution of DNA adducts and their persistence in blood of mice exposed to benzene. Environ. Health. Perspect. 104(6):1337–1338. Rappaport SM, Kim S, Lan Q, Li G, Vermeulen R, Waidyanatha S, et al., 2010. Human Benzene Metabolism Following Occupational and Environmental Exposures. Chem Biol Interact. 184(1-2):189-195. Renner T, Baer-Kotzle M, Scherer G, Determination of sorbic acid in urine by gas chromatography-mass Spectrometry, Journal of Chromatography A, 1999;847: 127-133.
Seaton MJ, Schlosser PM, Bond JA, et al (1994). Benzene metabolism by human liver microsome in relation to cytochrome P450 2E1 activity. Carcinogenesis, 15(9), 17991806 Shell (1992). Immunosuppression of B6C3F1 female mice following subchronic exposure to benzene from drinking water. U.S Environmental Protection Agency under TSCA Section 8E Szymanska J, 1998, Hepatotoxicity of brominated benzenes : Relationship between Chemical Structure and Hepatotoxic Effects in Acute Intoxication of Mice, Arch Toxicol 72: 97-103 Uzma N, Kumar BS, Salar KM (2009). In vitro and in vivo evaluation of toxic effect of benzene on lymphocytes and hepatocytes. The Internet Journal of Toxicology, 6,21-25 Weisel CP (2010). Benzene exposure: an overview of monitoring methods and their findings. Chem Biol Interact, 184,58-66. World Health Organization (WHO). Biological Monitoring of Chemical Exposure in the
197
Jurnal Biosains Vol. 2 No. 3. Desember 2016
ISSN 2443-1230 (cetak) ISSN 2460-6804 (online)
Workplace Guidelines, Volume 2, Geneva, 1996. WHO Regional Office for Europe, Copenhagen, Denmark. 2000, Air Quality GuidelinesSecond Edition, Chapter 5.2 Benzene. Young NS & Kaufman DW, 2008, The Epidemiology of Acquired Aplastic Anemia. Haematologica. 93(4):489-492.
198