39
Vol. X. No. 17, NOPEMBER 2012
ISSN No. 0216-2083
MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR Penasehat
: Direktur Politeknik Kementerian Kesehatan Makassar
Penanggung Jawab
: Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes Kementerian Kesehatan Makassar
Dewan Redaksi Ketua Anggota
: Drs. Jumain, M.Kes, Apt : Muhammad Saud, SH, S.Farm, M.Kes Drs. H. Tahir Ahmad, Apt Drs. Ismail Ibrahim, Apt Drs. Rusli, Sp.FRS.,Apt
Redaksi Pelaksana Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Anggota
: : : : :
Rusdiaman, S.Si., M.Si.,Apt Drs. H. Asyhari Asyikin, S. Farm, M.Kes Dra. Hj. Nurisyah, M.Si.,Apt Tajuddin Abdullah, ST, M.Kes Dra. Hiany Salim, M.MKes, Apt Dra. Hasnah Ibrahim, M.Mkes Djuniasti Kari, S.Si, M.Si, Apt Sesilia R. Pakadang, S.SI, M.Si, Apt Sultan, S.Farm, M.Mkes Harbiah, ST, M.Si
Humas
:
Mispari, SH, S.Farm, M.Kes Rusdiaman, S.SI, M.Si, Apt Raimundus Chaliks, S.Si Arisanty, S.Si, Apt
Sirkulasi
: Ahmad Murad, S.Sos Hendra Stevani, S.Si, Apt
Alamat Redaksi
: Jurusan Farmasi Politeknik Kementerian Kesehatan RI Makassar Jl. Baji Gau No. 10 Makassar Telp. 0411-854021 Fax. 0411-830883 e-mail :
[email protected] www.farmasi.poltekkes-mks.ac.id
Media Farmasi Vol X,. No 17 Nopember 2012
39
ii
DAFTAR ISI ________________________________________________________________________ MEDIA FARMASI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MAKASSAR ................
ii
EDITORIAL ...............................................................................................................................
iii
DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
iv
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENGOBAT AN FLU SECARA SWAMEDIKASI DI KELURAHAN JONGAYA KOTA MAKASSAR Oleh Asyhari Asikin, Nurisyah....................................................................
1
UJI CEMARAN Escherichia coli PADA BERBAGAI SEDIAAN LOMBOK TIDAK BERMEREK YANG DIGUNAKAN OLEH PEDAGANG BAKSO KELILING DI KOTA MAKASSAR Oleh Rusdiaman..............................................................................
10
UJI MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK YANG BEREDAR DI MAKASSAR Oleh Ariyani Buang...............................................................................
17
PENGARUH FORTIFIKASI VITAMIN A PADA MINYAK GORENG TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN Oleh Nadimin.................................................................
23
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT MERKURI (Hg) PADA UDANG WINDU (Penaeus monodon) DARI TAMBAK DI KELURAHAN LAKKANG KECA MATAN TALLO MAKASSAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Oleh Tajuddin Abdullah, Ratnasari Dewi..............................................................
29
PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK UBI JALAR (Ipomoea batatas L) SEBAGAI PENGIKAT TERHADAP KEAUSAN TABLET PARASETAMOL YANG DIBUAT SECARA GRANULASI BASAH Oleh Jumain, Rahmawati R, Hiany Salim.....................
35
IDENTIFIKASI HIDROKINON DALAM KRIM PEMUTIH TIDAK TERDAFTAR YANG BEREDARDI KOTA MAKASSAR DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Oleh Sisilia Tresia Rosmala Dewi.................................................................
41
PENGARUH KEPOLARAN EKSTRAK DAUN COCOR BEBEK (Kalanchoe pinnata (Lamk) Pers) TERHADAP PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus, Salmonella Thypi dan escherichia coli SECARA IN VITRO Oleh Sesilia R Pakadang.......................
47
Media Farmasi Vol X,. No 17 Nopember 2012
iv
39
UJI MUTU TABLET METRONIDAZOL GENERIK YANG BEREDAR DI MAKASSAR Ariyani Buang Program Studi Farmasi F.MIPA Univ.Pancasakti Makassar.
ABSTRAK Telah dilakukan penelitian uji mutu tablet Metronidazol generik yang beredar dipasaran berdasarkan profil disolusinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keragaman pelepasan zat aktif dari produk tablet metronidazol dari pabrik yang berbeda (A,B dan C). Penelitian ini dilakukan dengan cara uji kekerasan tablet, uji kerapuhan tablet dan uji disolusi digunakan media HCl 0,1 N sebanyak 900 ml pada tiap tabung disolusi dengan suhu 370C ± 0,50C dengan kecepatan putaran 100 rpm. Penetapan kadar metronidazole yang terlarut per satuan waktu diukur menggunakan alat spektrofotometer ultra-violet dengan panjang gelombang 276 nm. Jumlah zat terlarut dihitung setiap saat berturut-turut pada menit 5, 10, 20, 40 dan 60. Selanjutnya dihitung persen kadar yang terlarut dengan rumus Wurster. Hasil uji kekerasan tablet dari penelitian ini adalah 4,92 kg/cm2, 4 kg/cm2 dan 11 kg/cm2 untuk tablet A, B dan C. Hasil uji kerapuhannya adalah 0,9%, 0,6% dan 0,2% untuk tablet A, B dan C. Untuk hasil disolusinya dalam waktu 60 menit masing-masing untuk tablet A 24,891%, tablet B 26,312% dan tablet C 14,559% dari ketiga tablet tersebut menunjukan tidak memiliki kesetaraan disolusi yang sama. Hasil analisis Statistik Anova terhadap Efisiensi Disolusi (ED60) didapatkan terdapat perbedaan yang signifikan pada α 0,05. Kata Kunci : Metronidazole, generik
PENDAHULUAN Tablet merupakan bentuk sedian farmasi yang paling umum diresepkan dan yang paling banyak jenis dan jumlahnya daripada bentuk sediaan lainnya. Hal ini disebabkan karena sediaan tablet menyajikan bentuk pemberian obat yang menyenangkan, menyediakan keseragaman dosis dari satu tablet ke tablet lainnya, dapat diproduksi dengan peralatan kempa (kompresi), serta pemberian label dan pengemasannya dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Oleh sebab itu, teknologi produksi terus menerus mengalami perbaikan yang meningkatkan kemampuannya untuk memberikan bentuk sedian dengan ketelitian zat aktif yang dikehendaki dalam suatu bentuk sediaan yang dimaksudkan untuk efek terapi yang cepat (segera) atau efek yang diperpanjang. (Siregar,J.P Charles. 2007 Pemenuhan akan obat-obatan yang dibutuhkan oleh masyarakat belum sepenuhnya dapat terjangkau. Hal ini disebabkan harga obat yang mahal, sehingga pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan memproduksi obat generik. Obat generik menggunakan nama sesuai dengan zat khasiat yang dikandungnya walaupun diproses
Media Farmasi Vol X,. No 17 Nopember 2012
oleh pabrik yang berlainan, kemasannya sederhana dan tidak dipromosikan. Obat generik harus memiliki persyaratanetat mengenai identitas, kemurniaan dan potensinya. Obat generik harus memperlihatkan efek klinis yang besar dan profil efek samping yang kecil. Dua tablet dengan zat aktif dan dosis yang sama tetapi pabrik yang berlainan tidak selalu menghasilkan kadar darah dan efek yang sama pula. Maka dari itu farmakope mulai memuat syarat-syarat normal (standar) untuk pengujian tablet, tidak hanya mengenai kadar zat aktifnya dan kesamaan kadar, melainkan juga mengenai kecepatan pecahnya (dalam larutan getah lambung buatan) dan kecepatan larutnya dalam getah usus buatan (dissolution rate). Selain itu obat generik merupakan terapeutik ekivalen dengan produk patennya (brand drug product) dan mengandung zat aktif dalam kadar dan dalam sediaan yang sama (misalnya tablet, sirop,injeksi) tetapi yang mutlak adalah Kesetaraan terapeutis atau bioekivalensinya pun harus identik, yakni memiliki kecepatan dan kadar absorbsi yang sama oleh tubuh dengan tujuan memberikan respon klinis yang baik. Kesetaraan terapeutis (therapeutical equivalene) dapat didefenisikan sebagai kesetaraan pola kerjanya (kadar dan kecepatan absorbsinya) dari dua obat yang berisi zat aktif dengan dosis yang sama (4). Selain itu, mutu obat generik
39 17
lebih terjamin karena pengawasan mutu dilakukan oleh pemerintah dengan ketat pada industri farmasi yang memproduksinya, yaitu harus sepenuhnya menerapkan CPOB. Yang menjadi masalah ialah adanya kecenderungan masyarakat yang mengaggap bahwa obat yang bermutu adalah obat yang harganya mahal karena kemasan. Permasalahan yang timbul adalah apakah ada kesetaraan mutu obat generik tersebut jika dilihat dari profil disolusinya. Untuk membuktikan hal ini, maka akan dilakukan pengujian terhadap produk obat tersebut secara in vitro, yaitu dengan melakukan uji disolusi tablet. Adapun sediaan yang diuji adalah tablet Metronidasol. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pelepasan zat aktif tablet metronidazole generik, yang beredar di pasaran khususnya Makassar. Sedangkan tujuannya untuk mengetahui kesetaraan mutu tablet Metronidazol generik dari beberapa pabrik yang berbeda ditinjau dari aspek disolusinya. Alat – Alat yang digunakan Alat uji kekerasan tablet (Socheomar), Alat uji disolusi (Erweka), Erlemeyer 1000 ml, Gelas ukur 10 ml, 50 ml dan 1000 ml (Pyrex), Labu ukur 100 ml, 200 ml dan 500 ml (Pyrex), Neraca alanalitik (Sartorius), Roche friabilator (Erweka), Pipet volum 5 ml, 10 ml dan 15 ml, Stopwatch, Spektrofotometer ultra violet (Secoman 1000), spoit. Bahan – bahan yang digunakan Asam Hidroclorida (HCl) 0,1 N, Air suling, Tablet metronidazol generik I, Tablet metronidazol generik II, Tablet metronidazol generik III
selisih anatara angka pada saat pecahnya tablet dengan angka yang dianggap titik nol. Perlakuan yang sama dilakukan pada kelima tablet tersebut. Syarat untuk uji kekerasan tablet adalah 4-8 kg/cm2. Uji kerapuhan tablet Disiapkan tablet yang akan diuji sebanyak 10 tablet, terlebih dahulu ditimbang. Tablet tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam friabilator, dan diputar sebanyak 100 putaran (4 menit). Tablet tersebut selanjutnya ditimbang kembali, dan dihitung persentase kehilangan bobot sebelum dan sesudah perlakuan. Syarat untuk uji kerapuhan adalah 0,5%-1%. Pembuatan Larutan HCl 0,1 N Dipipet HCl pekat sebanyak 8,5 ml, kemudian ditambahkan dengan air suling secukupnya lalu kocok sampai homogen setelah itu cukupkan volumenya hingga 1000 ml. Pembuatan Larutan Baku Induk Ditimbang 200 mg metronidazol baku, kemudian dilarutkan dengan larutan HCl 0,1 N setelah larut cukupkan volumenya hingga 1000 ml. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Dipipet 15 ml larutan baku induk kemudian dicukupkan dengan larutan HCL 0,1 N hingga 100 ml, sehingga konsentrasi menjadi 30 bpj. Diukur serapannya pada panjang gelombang 200-300 nm, dengan menggunakan spektrofotometer ultra-violet. Pembuatan Kurva Baku
METODE PENELITIAN Pengambilan Sampel Pengambilan tablet dilakukan dengan cara memilih beberapa tablet generik dengan pabrik yang berbeda yang diperoleh dari beberapa apotik di Makassar. Uji kekerasan tablet Pengujian kekerasan tablet ini mengunakan alat ”Stokes hardness tester”. Disiapkan 6 buah tablet kemudian tablet diletakan pada posisi tegak dan tablet dijepit dengan penyetel alat penekan. Angka yang ditunjukan oleh jarum penunjuk pada skala penunjuk dinyatakan sebagai titik nol. Alat penekan diputar kembali sampai tablet retak atau pecah. Angka pada skala dicatat, maka kekerasan tablet adalah
18
Dipipet 5 ml, 10 ml, 15 ml, 20 ml, dan 30 ml larutan baku induk kemudian dicukupkan dengan larutan HCl 0,1 N hingga 200 ml sehingga konsentrasi menjadi 5 bpj, 10 bpj, 15 bpj, 20 bpj, dan 30 bpj. Diukur serapannya pada panjang gelombang 276 nm dengan mengunakan spektrofotometer ultra violet. Selanjutnya dibuat kurva baku antara serapan dengan konsentrasi. Uji disolusi Dimasukan larutan HCl 0,1 N sebanyak 900 ml kedalam labu disolusi kemudian dibiarkan media disolusi hingga suhu kurang lebih 370C ± 0,50C. Tablet metronidazol yang akan diuji dimasukan kedalam labu disolusi
39
kemudian alat dijalankan pada laju kecepatan 100 rpm. Diamblil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dengan bagian atas dari keranjang berputar, pada interval waktu 5 menit, 10 menit, 20 menit, 40 menit dan 60 menit sebanyak 5 ml. Cuplikan yang diambil dipipet kembali sebanyak 2 ml kemudian dimasukan kedalam labu ukur 20 ml. Setiap pengambilan cuplikan dari labu disolusi, ditambahkan kembali HCl 0,1 N sebanyak 5 ml kedalam labu disolusi untuk mengganti cuplikan yang telah diambil. Cuplikan yang diambil tiap satuan waktu ditetapkan kadarnya dengan mengukur serapannya pada panjang gelombang 276 nm. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data Data yang diperoleh adalah harga rata-rata kekerasan tablet, persen kadar dan juga kerapuhan tablet. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan persamaanWurster.
Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Hasil Pengukuran Serapan Larutan Baku Metronidazol dalam HCl 0,1 N pada Panjang gelombang 276 nm konsentrasi larutan baku Metronidazole (bpj)
Serapan (A)
5
0,23224
10
0,50652
15
0,71588
20
1,08620
30
1,75170
40
2,05370
Gambar I. Kurva Serapan Larutan Baku Metronidazol dalam HCl 0,1 N pada Panjang gelombang 276 nm
Keterangan : Cn
: kadar sebenarnya setelah koreksi (ppm) C’n : kadar terbaca (hasil perhitungan dari nilai serapan sampel yang terbaca pada spektrofotometri (ppm) Cs : kadar terbaca pada sampel sebelumnya (ppm) a : volume sampel yang diambil (ml) b : volume media (ml) Y = -0,035 + 0,054 X
r = 0,9928
Analisis Data Data dari perhitungan efisiensi disolusi (ED60) dianalisis secara statistic menggunakan ANOVA dan dilanjutkan dengan Uji HSD.
Media Farmasi Vol X,. No 17 Nopember 2012
19 39
Hasil pemeriksaan mutu fisik tablet Metronidazol Tabel 2. Hasil Uji Kekerasan Tablet Metronidazole Kekerasan Tablet (Kg) Pengukuran A
B
C
1
6,5
7
11
2
2
3
10
3
5
4
10
4
5
3
14
5
4,5
5
10
6
6,5
2
11
Eatarata±SD
4,92±1,654
4±1,788
11±1,549
Syarat 4-8 kg
+
+
-
Keterangan : +
= memenuhi syarat
-
= tidak memenuhi syarat
SD = standar deviasi
Tabel 3. Hasil uji kerapuhan Tablet Metronidazole
20
Tablet
Sebelum perlakuan (g)
Sesudah perlakuan (g)
Hasil perlakuan (%)
SD
Ket
A
6,478
6,417
0,932
0,043
+
B C
7,085
7,042
0,606
0,030
+
6,495
6,476
0,281
0,013
-
39
Tabel 4. Hasil pemeriksaan laju disolusi tablet Metronidazol generik
Tablet
A
B
Me nit
Persen Zat Terlarut (%) Rata-rata ± SD 1
2
3
4
5
6
5
4,177
4,666
2
2,565
4,600
4,168
3,696±1,128
10
5,168
6,892
6,372
6,894
6,358
5,197
6,146±0,783
20
11,258
12,095
9,675
10,064
11,677
11,304
11,010±0,941
40
16,980
19,218
16,578
17,122
18,537
16,992
17,571±1,047
60
24,159
26,619
23,854
24,626
25,796
24,297
24,891±1,080
5
6,230
6,105
6,164
6,034
6,266
6,551
6,225±0,180
10
6,278
6,265
6,64
6,600
6,681
6,591
6,584±0,164
20
12,966
12,918
12,886
12,936
12,996
13,268
12,978±0,152
40
19,677
19,161
19,502
19,096
19,666
19,862
19,494±0,305
Tabel605. Hasil Perhitungan Efisiensi Disolusi26,389 (% ED)26,574 tablet Metronidazole 26,419 26,023 26,206 26,389 26,312±0,191 5
1,190
10 2,340 Efisiensi disolusi C
1,128
1,280 Tablet
1,112
1,292
1,164
1,194±0,076
2,595
A
2,246
2,595
B
2,328
C2,055
2,359±0,208
5,528
5,385
5,538
5,915
5,621±0,244
20
5,941
5,421
40
9,521
10,107
9,797
10,096
9,897
9,203
9,770±0,352
60
14,952
14,517
14,344
14,500
14,431
14,615
14,559±0,212
13,384%
15,469%
6,200%
Keterangan : A
: Metronidazol Generik I
B
: Metronidazol Geberik II
C
: Metronidazol Generik III
Media Farmasi Vol X,. No 17 Nopember 2012
SD
: Standar Deviasi
21 39
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui profil disolusi tablet Metronidazol generik. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan mutu fisik tablet meliputi kekerasan dan kerapuhan. Setelah dilakukan uji kekerasan tablet diperoleh masing-masing hasil untuk tablet A 4, 92 kg/cm2 dan tablet B 4 kg/cm2 ini menunjukan bahwa kedua tablet tersebut memenuhi persyaratan uji kekerasan tablet yang baik adalah 4-8 kg/cm2. Untuk tablet C kekerasannya 11 kg/cm2, ini menunjukan bahwa tablet ini tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. Menurut lachman (dkk). (1994), perbedaan kekerasan tablet dapat terjadi karena beberapa faktor seperti perbedaan tekanan kompresi yang diberikan atau perbedaan massa granul yang mengisi die pada saat pencetakan tablet. Selain itu berbedanya nilai kekerasan juga dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan jumlah bahan tambahan yang digunakan pada formulasi .Pada uji kerapuhan diperoleh masing-masing hasil untuk tablet A 0,932%, tablet B 0,606% dan tablet C 0,2%, ini menunjukan bahwa tablet A dan B memenuhi syarat uji yang telah ditetapkan yaitu 0,5%-1% sedangkan, tablet C tidak memenuhi syarat uji tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat disimpulkan bahwa tablet generik : A,B dan C tidak memiliki kesetaraan mutu yang sama jika dilihat dari profil disolusinya
Dari hasil pemeriksaan disolusi pada tablet yang diuji dihasilkan pada tablet A yaitu 24,891%, tablet B yaitu 26,312% dan tablet C yaitu 14,559%. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa ketiga jenis tablet ini tidak memiliki kesetaraan disolusi yang sama. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu yang berkaitan dengan formulasi dari sediaan tersebut dan faktor fabrikasi. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa semakin keras sebuah tablet maka friabilitasnya juga akan semakin kecil dan kecepatan melarutnya sediaan akan semakin kecil pula begitupun sebaliknya. Bila kekerasan suatu tablet menurun maka friabilitasnya akan semakin tinggi dan kecepatan melarutnya semakin cepat. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan bahan-bahan tambahan dari setiap produk. Hasil analisis statistik terhadap Efisiensi disolusi selama 60 menit (ED60) menggunakan Anova dan dilanjutkan dengan uji HSD didapatkan hasil yang signifikan diantara ketiga tablet generik tersebut pada taraf kepercayaan 0,05.
DAFTAR PUSTAKA Siregar,J.P Charles. 2007. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar- Dasar Praktis. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan. 1989. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.Jakarta Tan Hoan Tjay dan Kirana Rahardja. 2008. Obat-obat Penting. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sumego. RA. 1996. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta Sulistia,dkk. 2007. Farmakologi dan terapi Edisi V. Departemen Farmakologi dan Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta. Ansel, H,C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia. Jakarta. Lachman, L. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Universitas Indonesia. Jakarta Charle, S. 2010. Teknologi Sediaan Farmasi Sediaan Tablet Dasar-Dasar Praktis. Penerbit buku kedokteran. Bandung Abdou, H.M. 1989. Dissolution Bioavailability and Bioequivalence. Mack Publishing Company Easton, Pennsylvania. Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Gadja Mada University press. Yogyakarta Mulja, K, syahrani. A. 1990. Aplikasi Analisis Spektrofotometri UV VIS. Mecphio Grafika. Surabaya.
22
39