Ingin Melahirkan Tanpa Stres? Ikutlah Senam Hamil
Refina Juanda (11/01/2005 - 09:09 WIB)
Jurnalnet.com Jurnalnet.com (Solo): Stres menjelang kelahiran adalah kondisi yang banyak dihadapi ibu hamil. Namun berdasarkan penelitian, senam hamil yang dilakukan secara rutin sejak usia kehamilan 26 minggu dapat mengurangi risiko stres dan nyeri saat melahirkan.
"Dari penelitian yang kita lakukan sejak 2000 terhadap 68 ibu hamil, senam hamil ini terbukti memberikan kontribusi yang besar untuk melancarkan proses persalinan. Terutama untuk mengurangi perasaan stres dan nyeri saat melahirkan," kata Dr Stephanus Mulyata di Solo, kemarin.
Mulyata menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukannya untuk untuk mengambil gelar doktor (S3) itu didorong atas keprihatinan terhadap tingginya kasus kematian ibu saat melahirkan di Indonesia.
"Kita masih menempati urutan kedua tertinggi di dunia setelah Bangladesh, dalam kasus kematian ibu saat melahirkan. Dan untuk kawasan Asia Tenggara, kita masih berada pada urutan pertama. Ini sungguh memprihatinkan," jelasnya.
Tingginya kasus kematian ibu saat melahirkan bayinya ini, menurut Mulyata, disebabkan beberapa faktor. Yakni, faktor sosial ekonomi dan pendidikan masyarakat yang masih rendah. Penyebaran dokter yang mampu di bidang tersebut belum merata. Terutama di luar pulau Jawa seperti di Kalimantan dan Sulawesi.
Akibatnya, penanganan sering kali menjadi sangat terlambat. Rumah sakit yang mampu menangani komplikasi kehamilan dan kelahiran prenatal (sebelum dan setelah proses persalinan) masih jarang sehingga sering kali terjadi pendarahan yang berujung pada kematian.
Karena itu, lanjut Mulyata, perlu dicari sebuah metode yang murah, mudah dilakukan, dan
mengandung unsur pendidikan, serta dapat dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah dengan senam hamil.
"Tetapi, senam hamil yang kita terapkan, bukan senam yang berorientasi sebatas pada kebugaran tubuh semata. Melainkan untuk memperkuat otot, melenturkan persendian. Dan utamanya melatih konsentrasi agar bisa mengalihkan pikiran sehingga bisa melupakan rasa sakit saat melahirkan. Serta menguatkan napas," paparnya.
Metode ini, jelas Mulyata, terbukti cukup berhasil untuk membantu meringankan proses persalinan. Karena, peserta yang menjadi objek penelitian ini ternyata lebih menjadi percaya diri dan dapat bekerja sama dengan baik bersama orang yang menolong kelahirannya.
Di samping itu, rasa nyeri saat proses persalinan berlangsung juga dapat diminimalisasi. Dengan jalan mengatur pernafasan, berkonsentrasi, dan mengalihkan pikiran sehingga dengan sendirinya, stres saat melahirkan bisa dikurangi. Maka proses persalinan dapat berjalan lebih mulus dan singkat.
"Untuk orang yang pertama kali melahirkan, prosesnya biasanya berlangsung 14 jam hingga 15 jam. Tapi dengan melakukan senam ini, waktu tersebut ternyata dapat dipersingkat. Rata-rata hanya 10 jam saja," tutur Mulyata.
Senam hamil ini, lanjutnya, dapat dilakukan satu kali seminggu. Atau, maksimal hingga tiga kali seminggu, dalam waktu sekitar 45 menit sekali senam. Dapat dilakukan secara berkelompok, maupun sendirian di rumah.
Namun untuk pemula, kata Mulyata, sangat disarankan untuk meminta bimbingan pada bidan yang memahami metode ini. Karena, selain senam juga akan diberikan sisi-sisi psikologis yang terkandung dalam metode tersebut.*** http://www.jurnalnet.com/konten.php?nama=BeritaUtama&topik=7&id=19
Pengalaman melahirkan, termasuk kadar rasa sakit yang dialami, sangat bervariasi untuk setiap ibu. Ada beragam teknik mengurangi rasa sakit ketika persalinan. Berikut adalah pilihan-pilihan pereda sakit melahirkan tanpa obat kimia. Silakan Anda pilih yang paling nyaman dan cocok untuk Anda.
Atur pernapasan dan relaksasi. Cara ini dapat dipelajari di kelas prenatal. Teorinya: napas yang panjang dan pelan akan membantu Anda. Oksigen akan memudahkan bayi “berjuang” melewati jalan lahir. Kenyataannya: teknik napas ini seringkali sulit dilakukan dan terlupakan ketika Anda sedang menghadapi „serangan‟ kontraksi yang kuat secara berturut-turut dan berlangsung lama.
Bergerak (bersalin secara aktif). Ini adalah cara persalinan yang memberi kesempatan kepada Anda untuk leluasa bergerak dengan aktif agar „menemukan‟ posisi yang paling nyaman selama proses persalinan. Teorinya: karena berhasil menemukan posisi-posisi paling nyaman, maka Anda juga menemukan posisi yang paling minimal terasa sakitnya selama persalinan dan persalinan pun lancar. Kenyataannya: bisa saja Anda akan mengalami kesulitan untuk bergerak di tengah proses persalinan, serta mungkin sudah kelelahan dan kehabisan tenaga untuk aktif bergerak. Air hangat. Dengan memanfaatkan air hangat bersuhu 36 – 37 ºC tubuh Anda akan nyaman menjelang persalinan. Teorinya: tubuh akan terasa rileks berkat kehangatan air yang membantu pembuluh darah untuk melebar sehingga aliran darah menjadi lebih lancar. Kenyataannya: tidak semua rumah sakit bersalin menyediakan fasilitas bath tub di kamar mandinya atau water birth.
Aromaterapi dan pijat. Sensasi pijatan pada titik-titik tertentu akan memberikan rasa nyaman dan menghambat impuls rasa sakit ke otak. Ditambah aromaterapi untuk rileks dan akan membuat Anda nyaris tak merasakan sakit selama proses persalinan. Teorinya: pijatan yang dilakukan oleh suami juga merupakan dukungan mental yang membuat Anda lebih berani dan percaya diri menghadapi proses persalinan. Pijat juga mengurangi rasa sakit pada bagian
belakang tubuh, terutama daerah panggul. Kenyataannya: tidak sedikit ibu yang sedang „berjuang‟ menghadapi kontraksi dan bersiap untuk mengejan bersikap tidak mau disentuh dan enggan berdekatan dengan orang lain.
Akupuntur atau shiatsu. Akupunktur memberikan tekanan pada titik-titik tertentu dengan jarum kecil, sedangkan pada shiatsu dilakukan tanpa alat bantu. Teorinya: teknik ini cukup aman dan tidak memiliki efek samping pada bayi. Kenyataannya: reaksi tiap ibu bisa berbeda, ada yang menjadi rileks dan nyaman, tapi ada juga yang justru merasakan kelelahan karena merasa menjadi lebih bertenaga. Cara ini juga harus dilakukan oleh terapis yang benar-benar ahli dan terpercaya, karena bila penempatan jarum tidak tepat malah akan menambah rasa sakit.
Sebagai bahan petimbangan Anda memilih teknik yang paling tepat, berkonsultasilah juga dengan dokter kandungan Anda yang mengerti kondisi kehamilan Anda.
Melahirkan dan rasa sakit ibarat satu paket yang tak terpisah. Terutama, persalinan secara normal. Tak heran, semakin mendekati hari H, bayang-bayang rasa itu membuat sebagian ibu takut menghadapi persalinan. "Bisa tidak ya Melahirkan normal tanpa rasa sakit," ujar Nur Farida, 25, yang kandungannya sudah menginjak trimester akhir.
Keinginan Nur tersebut, tampaknya, bisa saja terwujud. Dengan teknik anestesi regional, nyeri yang dirasakan saat persalinan normal mampu berkurang. Menurut dr Hamzah SpAn, konsultan Intensive Care Unit RS PHC Surabaya, rasa sakit muncul akibat adanya kontraksi otot-otot kandungan. Itu terjadi karena di sebagian otot-otot rahim bercokol saraf-saraf sensoris yang peka terhadap rangsangan. Saraf-saraf tersebut ikut tertarik dan menegang ketika rahim berkontraksi. Efeknya, muncul rasa nyeri luar biasa.
Nah, untuk menghilangkan rasa sakit itu, pusat nyeri harus diblok. Terutama otot-otot sensoris yang bisa menimbulkan rasa sakit. "Yang diberi injeksi analgesik hanya otot sensoris. Otot motorik tidak ikut diblok supaya ibu tetap bisa mengejan," ujar dokter kelahiran Makassar, 23
Juli 1956, tersebut.
Prosesnya, begitu pembukaan 4 atau 5, dokter akan memasukkan kateter halus di tulang belakang atau punggung ibu. Mengapa punggung? Sebab, di area tersebut banyak bercokol saraf yang sebagian besar bermuara di rahim.
Setelah itu, cairan analgesik (antinyeri) dengan dosis rendah dimasukkan melalui kateter. "Dosis yang tinggi bisa mematirasakan otot motorik dan membuat ibu tak bisa bergerak sama sekali," ungkapnya. Efek analgesik akan terasa 15-20 menit kemudian. Berikutnya, tekanan darah, denyut nadi, dan tingkat oksigen darah pasien diperiksa terus-menerus.
Kontraksi uterus dan denyut jantung janin dimonitor secara ketat. Analgesik itu bisa bekerja sekitar sejam dan bisa diinjeksikan ulang jika memang diperlukan untuk persalinan.
Teknik itu, kata Hamzah, memang bisa menghilangkan rasa nyeri hingga 100 persen. Namun, nyeri sejatinya merupakan rasa subjektivitas. Bila ibu sudah mempunyai konsep nyeri dan terus tertanam hingga waktu melahirkan, nyeri tersebut bisa dirasakan, meski menggunakan intervensi obat. "Karena itu, ada baiknya ibu tidak panik sebelum melahirkan. Berlatih tenang," ujar bapak tiga anak tersebut.
Berbeda dari operasi caesar, setelah melahirkan dan ketika efek analgesik menghilang, si ibu tak akan merasakan rasa sakit sama sekali. "Bila caesar, setelah operasi selesai dan efek obat bius hilang, rasa sakit langsung menyerang," katanya.
Persalinan Tanpa Rasa Nyeri Tidak perlu khawatir jika anda tidak dapat menahan rasa nyeri selama persalinan. Karena, dengan teknik khusus, rasa nyeri yang muncul bisa diminimalkan. Rasa nyeri saat persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat, denyut jantung meningkat, dan konsentrasi si calon ibu selama persalinan menjadi terganggu, apalagi jika si ibu tidak dapt menahan rasa nyeri. Semua itu tentu bisa berefek buruk terhadap kelancaran persalinan. Nah, persalinan normal dengan
bantuan Intrathecal Labor Analgesia (ILA) membantu para wanita yang tidak sanggup menahan rasa nyeri saat melahirkan degan cara menyuntikkan obat pembunuh rasa sakit. Seperti apa caranya dan adakah efek sampingnya? Berikut penjelasan dr. Susilo, Sp. An, dokter spesialis anastesi dari Rumah Sakit Hermina Jatinegara, Jakarta, mengenai teknik ILA.
Cara dan Efek Samping Persalinan dengan bantuan ILA dilakukan dokter kandungan dengan dibantu dokter anastesi yang menyuntikkan obat ke dalam cairan di daerah saraf tulang belakang si ibu, yang kemudian bekerja untuk menghilangkan rasa sakit. Obat itu sendiri tidak akan mempengaruhi janin yang ada dalam kandungan. "Obat itu langsung bekerja haya di saraf itu, sehingga tidak terserap ke pembuluh darah dan masuk ke tubuh bayi", kata dokter Susilo. Obat tersebut disuntikkan ke punggung ke dalam rongga tulang belakang, dengan posisi si ibu duduk atau berbaring miring. Ini berbeda dengan teknik epidural yang menyuntukkan obat ke dalam rongga epidural.
Penyuntikkan obat dilakukan saat persalinan mulai masuk pada tahap bukaan 3, yang ditandai dengan timbulnya kontraksi berkali-kali disertai rasa nyeri. Setelah obat bekerja, biasanya si ibu akan marasa otot-otot tungkainya sedikit kesemutan dan lemas, namun tetap dalam keadaan sadar. Pada beberapa ibu, kontraksi rahim bisa melambat sementara, tapi sebagian besar umumnya mengalami perbaikan pola kontraksi. Selebihnya, proses persalinanpun berjalan seperti pesalinan normal lainnya.
Efek samping yang timbul dari pesalinan dengan ILA bisa dibilang amat ringan dan tidak mempengaruhi kondisi janin. Meski jarang, beberapa efek samping yang mungkin terjadi adalah mual, muntah, penurunan tekanan darah, serta gatal-gatal ringan yang mudah diatasi. "Semua itu bisa dicegah, misalnya, dengan memberikan obat antimual dan muntah sebelum pemberian cairan." kata dr. Susilo.
sumber: Majalah Lisa - Nomor 36/Tahun II/10 - 16 September 2001, halaman 14 tanggal entry: Jum´at, 19 Maret 2004
RASA SAKIT MELAHIRKAN Penulis : Tabloid Ibu & Anak “Menantang maut”, demikian ungkapan untuk menggambarkan perjuangan wanita saat bersalin. Meski bersifat alami, banyak calon ibu takut terhadap nyeri persalinan sehingga mulai mempertimbangakan penggunaan teknologi pereda nyeri secara medis, seperti ILA, anestesi epidural atau operasi caesar. Selain menggunakan teknologi pereda nyeri, rasa sakit persalinan sebenarnya dapat dikurangi ataupun sebaliknya kian menjadi-jadi dipengaruhi oleh faktor –faktor internal dalam diri ibu. Agar mampu mengontrol dirinya saat bersalin, sebaiknya ibu mengetahui faktor-faktor internal yang bisa mempengaruhi rasa nyeri persalinan. v. Mekanisme nyeri pada persalinan : · Membukanya mulut rahim. · Kontraksi rahim dan peregangan rahim. · Kontraksi mulut rahim. · Peregangan jalan lahir bagian bawah. v. Faktor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri pada persalinan : · Intensitas dan lamanya kontraksi. · Besarnya pembukaan mulut rahim. · Regangan jalan lahir bagian bawah. · Umur. · Banyaknya persalinan. · Besarnya janin. · Keadaan umum pasien. · Kelelahan dan kurang tidur. v. Akan berkurang oleh : · Ditemani dan didukung oleh orang yang Anda cintai, dan/atau petugas medis yang berpengalaman. · Cukup istirahat (coba untuk tidak terlalu banyak melakukan kegiatan pada bulan kesembilan),
coba untuk istirahat dan relaks di antara waktu kontraksi. · Tetap makan makanan kecil pada saat persalinan dini; terus menghisap serpihan es batu, atau menyedot air, bila diperbolehkan. · Mengalihkan pikiran pada hal lain dan tidak memusatkan perhatian (kecuali saat mengejan); lebih baik berpikir tentang kontraksi dari segi seberapa jauh yang sudah berhasil Anda lampaui daripada seberapa nyerinya, dan mengingat bahwa bagaimana pun tidak enaknya, kontraksi tidak akan berlangsung lama. · Menggunakan teknik relaksasi di antara waktu kontraksi; memusatkan perhatian pada pernafasan atau usaha mengejan selama kontraksi. · Jauh sebelumnya, belajar tentang kelahiran, menghadapi kontraksi satu per satu, dan tidak mengkhawatirkan tentang apa yang akan terjadi. · Berpikir tentang betapa beruntungnya Anda dan “hadiah” dari persalinan yang akan segera muncul. v. Nyeri akan meningkat secara Psikologis, apabila : · Sendirian · Keletihan · Haus dan lapar · Berpikir tentang Nyeri, atau mengharapkan Nyeri · Stres dan kecemasan, ditambah tegang selama kontraksi · Takut akan hal-hal yang tidak diketahui · Mengasihani diri sendiri.
Metode Penghilang Rasa Nyeri Melahirkan
Menjelang proses persalinan, calon ibu akan merasakan nyeri yang timbul secara perlahan. Rasa nyeri ini akan 'datang dan pergi' kemudian akan
semakin sering terasa dan mencapai klimaks pada saat persalinan hampir terjadi. Meskipun banyak ibu melahirkan yang merasa cukup kuat menahan rasa nyeri itu, namun ada sebagian ibu yang sejak awal tak sanggup mengalaminya. Hal ini disebabkan karena daya tahan setiap orang terhadap rasa sakit berbedabeda. Penyebab munculnya rasa nyeri Rasa nyeri pada ibu melahirkan berbeda dengan rasa nyeri yang biasa terjadi pada tubuh saat sakit. Rasa nyeri tak tertahankan menjelang persalinan menandakan bahwa tubuh sedang bekerja keras membuka mulut rahim agar bayi bergerak turun melewati jalan lahir. Sedangkan penyebab lain munculnya rasa nyeri ini adalah; 1. Kontraksi rahim sehingga otot-otot dinding rahim mengerut dan menjepit pembuluh darah. 2. Jalan lahir atau vagina serta jaringan lunak di sekitarnya meregang. 3. Rasa takut, cemas, dan tegang memicu produksi hormon prostaglandin sehingga timbul stres. Kondisi stres dapat mengurangi kemampuan tubuh menahan rasa nyeri.
Teknologi kedokteran telah menemukan cara untuk menyiasati rasa sakit persalinan ini. Memang agak sulit menentukan metode yang cocok untuk setiap ibu. Sebab kondisi setiap ibu berbeda. Metode pereda rasa nyeri sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter
yang menangani kehamilan, hal ini karena seringkali persalinan tak berjalan sesuai dengan yang direncanakan dan tidak semua rumah sakit menawarkan semua jenis obat pereda nyeri. Metode menghilangkan rasa nyeri Ada dua cara medis untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa nyeri, yaitu: 1. Analgetik (obat pereda nyeri tanpa hilangnya kesadaran secara total). Analgetik tidak menghilangkan seluruh rasa nyeri, namun hanya berfungsi meringankan rasa nyeri. 2. Anestesi (pembiusan). Ada dua cara anestesi, yaitu menyebabkan hilangnya kesadaran secara total serta pembiusan secara lokal, yaitu hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu, namun ibu tetap sadar. Tekni pembiusan yang lazim dilakukan dalam persalinan adalah sebagai berikut: Bius epidural Biasanya dilakukan oleh seorang dokter anestesi. Bius epidural bekerja secara lokal (setempat). Digunakan dalam persalinan alami maupun persalinan melalui bedah caesar. Cara kerja pembiusan ini adalah menyuntikkan obat pada syaraf tulang belakang. Obat bius ini akan menghambat rasa nyeri yang berasal dari rahim dan membuat perut 'mati rasa'. Efek obat segera bekerja 20 - 40 menit, setelah disuntikkan dan efekmya terasa terus hingga beberapa jam. Aman dan tidak akan mempengaruhi proses persalinan.
Gas dan oksiden (Entonox) Pembiusan gas dan oksigen diberikan melalui masker khusus. Masker ini harus dikenakan saat ibu yang akan bersalin merasakan kontraksi. Ibu akan diminta bernapas melalui masker secara perlahan. Efek entonox baru terasa pada saat kontraksi mencapai puncak. TENS (Transcutaneous Electric Nerve Stimulation) Tens adalah alat yang dioperasikan dengan baterai dan kabel-kabel yang dihubungkan ke tubuh. Tens menghasilkan getaran listrik yang sangat kecil, yang dialirkan melalui kulit, untuk memicu sinyal pereda nyeri ke otak dan secara bersaman merangsang produksi hormon endorfin. Sayangnya, alat ini hanya efektif digunakan pada awal persalinan saat rasa sakit yang timbul belum terlalu kuat.
Kamis, 27 November 2008 , 12:06:00 Kenali Penyebab Nyeri saat Persalinan
MENDEKATI proses persalinan berbagai perasaan akan campur aduk dalam hati para ibu hamil. Selain tak sabar ingin melihat buah hatinya lahir ke dunia, rasa takut dan cemas menghadapi proses persalinan pun berkecamuk dalam pikiran. Melahirkan dan rasa sakit memang sudah menjadi kesatuan. Ketika bersalin, sebagian besar wanita memang mengalami nyeri yang sangat hebat, bahkan terkadang melebihi dugaan mereka sebelumnya.
Menurut spesialis kebidanan dan kandungan Rumah Sakit Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa SpOG, secara garis besar proses persalinan diawali kontraksi atau tegangnya seluruh otot rahim. Pria yang akrab disapa dr Ahmad ini menjelaskan, kontraksi pada otot rahim membuat bayi akan terdorong keluar dari dalam rahim (uterus) secara bertahap, sedikit demi sedikit. Akibat daya dorong dari kontraksi ini, maka mulut rahim (cervix) secara bertahap akan mulai terbuka, meregang sedikit demi sedikit, untuk memberikan jalan bagi keluarnya bayi. “Umumnya pembukaan pintu rahim bertambah sekira 1-2 cm tiap jam, namun ada juga yang lebih lambat atau lebih cepat, tergantung dari faktor ibu maupun faktor bayi,” terangnya. Dalam keadaan normal, papar Ahmad, kontraksi ini muncul secara spontan dari tubuh si ibu yang mau melahirkan. Mekanisme kontraksi ini dikendalikan oleh sistem saraf otonom, sehingga muncul sendiri secara refleks atau tidak dapat dikendalikan oleh kehendak ibu. “Kontraksi dan pembukaan pintu rahim inilah yang menjadi salah satu sumber rasa nyeri di dalam persalinan,” sebut pria yang sehari-hari bertugas di rumah sakitdi Jl MT Haryono Balikpapan Selatan ini. Lebih lanjut dijelaskan, pada saat kontraksi rahim, terjadi juga peregangan segmen bawah rahim dan leher rahim. Di samping itu, peregangan otot-otot panggul maupun peregangan jaringan dasar panggul sekitar jalan lahir, juga merupakan sumber penyebab nyeri lainnya. Sensasi nyeri ini umumnya akan dirasakan sangat berat terutama oleh ibu yang baru menjalani persalinan anak pertama. “Kontraksi ini munculnya berirama secara teratur. Misalnya, mulamula kontraksi datang tiap 10 menit sekali, kemudian makin lama makin sering, tiap 9 menit, tiap 8 menit dan seterusnya makin sering hingga tiap 2 menit sekali ketika menjelang bayi lahir,” ujarnya. Dikatakan, sifat kontraksi ini adalah ritmis, artinya hilang muncul terus-menerus secara teratur selama berjam-jam. Semakin lama, kontraksi akan semakin sering dan semakin kuat, hingga akhirnya pintu rahim terbuka lengkap (10 cm).
Setelah rahim membuka, ibu harus mulai mengejan (mengedan) di setiap muncul kontraksi. Sesudah beberapa kali mengejan tiap kontraksi, biasanya bayi berhasil dilahirkan. Ahmad mengungkapkan, keluhan nyeri pada proses melahirkan tak dapat dikesampingkan begitu saja. Karena rasa nyeri tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis tubuh seperti tekanan darah menjadi naik, denyut jantung meningkat, laju pernapasan meningkat, terganggunya aliran darah ke organ-organ tubuh tertentu, kehilangan banyak cairan tubuh, dan kelelahan yang sangat berat. Di samping itu, tambahnya, keluhan nyeri secara psikis dapat memicu rasa cemas dan takut mencekam yang justru akan memperberat sensasi nyeri yang dirasakan. Keadaan ini akan sangat mengganggu konsentrasi ibu selama proses persalinan. “Nah, untuk mengatasinya, tentu saja diperlukan pengertian, bantuan dan dukungan semangat bagi ibu, baik dari suami maupun tenaga medis,” tandasnya.(dha)