Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
SIPUT PROSOBRANCHIA DI TERUMBU KARANG SELAT LEMBEH (BIODIVERSITY OF PROSOBRANCHIA IN LEMBE STRAITS CORAL REEFS) Yoris Pioto1 Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115. e-mail:
[email protected] Abstract Prosobranchia is one of gastropods group in the phylum Mollusca which associated with coral. Presence of Prosobranchia in Lembe Strait is not well documented. This study aimed to describe the community of Prosobranchia in Lembe Srait. Sampling was conducted in February 2012 in three regions, that are north of Lembe Strait, central and south, with eighteen stations. Activity sampling performed using free collection where each point of sampling is one dives with a maximum depth of 20m within ± 30 minutes. Samples were obtained inserted into a plastic bag according to the station and given a 5% formalin. Specimens taken to the Marine Biological Laboratory FPIK UNSRAT for identification and analysis. Results showed Prosobrachia identified 82 species, divided into 22 families. Diversity index (H ') is 1.04 to 2.64, meaning that the diversity prosobranchia in Lembeh Strait moderate. Evenness index (E) 0.9 to 1.0, which means a state of stable communities. Biota types Coraliophila neritoidea and Drupela cornus have a high frequency of occurrence value. Keyword : Prosobranchia, Coral reef, Lembeh Strait. Abstrak Prosobranchia merupakan kelompok gastropoda dalam filum Mollusca yang berasosiasi dengan karang. Keberadaan prosobranchia di Selat Lembe belum terdokumentasi dengan baik. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsi komunitas prosobranchia di Selat Lembe. Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di tiga kawasan yakni Selat Lembe kawasan utara, tengah dan selatan, dengan delapan belas stasiun. Kegiatan sampling dilakukan dengan menggunakan metode koleksi bebas dimana setiap titik sampling dilakukan satu kali penyelaman dengan kedalaman maksimum 20m dalam waktu ± 30 menit. Sampel yang didapat dimasukkan kedalam kantong plastik menurut stasiun dan diberi formalin 5%. Spesimen dibawa ke Laboratorium Biologi Kelautan FPIK UNSRAT untuk identifikasi dan dianalisis. Hasil menunjukan 82 spesies Prosobrachia teridentifikasi yang terbagi dalam 22 famili. Indeks keragaman (H') yaitu 1,04-2,64, artinya keanekaragaman prosobranchia di Selat Lembeh tergolong sedang. Indeks kemerataan (E) 0,9-1,0 yang artinya pola sebaran komunitas stabil. Biota jenis Coraliophila neritoidea dan Drupela cornus mempunyai nilai frekuensi kemunculan yang tinggi. Kata kunci : Prosobranchia, Terumbu karang, Selat Lembe
I.
PENDAHULUAN
Siput Prosobranchia merupakan sub kelas dari kelas Gastropoda dalam filum Mollusca. Prosobranchia memiliki sebuah cangkang tunggal dan tidak
1.1. Latar Belakang
37
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
simetri, terdapat sepasang tentakel pada bagian kepala, bernafas dengan insang, berjalan dengan kaki perut, bereproduksi secara seksual serta umumnya memiliki operkulum. Tubuh hewan ini lunak dan terbagi dalam empat bagian utama yaitu kepala, kaki, mantel dan massa viseral (Poutiers, 1998). Siput Prosobranchia hidup berasosiasi dengan terumbu karang yang berperan penting dalam jaringan makanan pada ekosistem ini. Prosobranchia juga menyumbangkan cukup banyak kapur pada ekosistem terumbu karang yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir di laut (Romimohtarto dan Juwana, 2007). Selain itu, keanekaragaman jenis, variasi bentuk dan corak warna cangkang yang beragam merupakan salah satu faktor pembentuk keindahan ekosistem terumbu karang (Boneka, 2011). Keragaman siput Prosobranchia di Selat Lembe belum banyak diungkap secara ilmiah. Prosobranchia memiliki peran penting bagi kehidupan manusia di antaranya dagingnya dijadikan bahan makanan yang mengandung protein yang tinggi. Beberapa jenis cangkang prosobranchia memiliki tekstur dan pola warna yang unik sehingga memiliki nilai ekonomi bagi para kolektor. Selain itu siput prosobranchia khususnya Conus (Conidae) memiliki zat berbisa namun bermanfaat bagi pengembangan bidang Farmakologi dan Toksikologi. Selain faktor-faktor di atas, diketahui juga bahwa Siput Prosobranchia merupakan bagian dari kumunitas makro bentos. Bentos digunakan
sebagai indikator dalam mendeskripsi kondisi lingkungan. Selat Lembe bagian tengah merupakan daerah pelabuhan Internasional. Puluhan bahkan ratusan kapal baik kecil maupun besar melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan ini. Selat Lembe merupakan bagian dari wilayah Kota Bitung yang terus berkembang aktifitas pembangunan demikian pula jumlah penduduknya. Aktifitas bongkar muat serta berbagai industri baik sengaja maupun tidak sengaja membuang limbah ke laut. Hal ini akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan perairan di wilayah tersebut dan dapat berdampak negatif terhadap kelestarian dan komposisi biota yang hidup di kawasan ini khususnya prosobranchia. Riset Tentang Prosobranchia di Selat Lembe masih tergolong minim. Untuk itu dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman Prosobranchia di terumbu karang Selat Lembe. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi rencana pengelolaan dan pengembangan suatu daerah khususnya dalam bidang kelautan dan perikanan.
II.
Lembe kawasan utara, tengah dan selatan. Pengambilan sampel dilakukan selama dua minggu. Masing-masing kawasan terdiri dari enam titik sampling. Kawasan Utara mencakup St. 1-6; Tengah St. 7-12; Selatan St. 13-18 (Tabel. 1). Sampling dilakukan pada siang hari dengan cara menyelam
1.2
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah : (a) Menginventarisasi jenis-jenis siput prosobranchia di terumbu karang Selat Lembe, Bitung (b) Mendeskripsikan komunitas siput Prosobranchia dengan menghitung Frekuensi Kemunculan, Indeks Kekayaan, Keragaman dan Kemerataan.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012 di Selat Lembe yang merupakan wilayah administrasi pemerintah kota Bitung Sulawesi Utara (Gambar 1). Tiga kawasan dipilih sebagai area sampling yaitu Selat
37
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
sebanyak satu kali pada tiap-tiap stasiun menggunakan peralatan selam hingga kedalaman 20 meter dalam waktu rata-rata 30 menit per stasiun. Sampling dimulai dengan langsung turun ke kedalaman 20 meter sebagai posisi awal (starting point), lalu
bergerak ke satu arah horisontal hingga batas daerah sampling (±50meter). Sampling dilanjutkan dengan berbalik kearah diagonal mengikuti kontur perairan naik ke kedalaman yang lebih dangkal.
Gambar 1. Lokasi Pengambilan Sampel di Perairan Selat Lembe Sulawesi Utara. Sumber : Diadopsi dari LPI BAKOSURTANAL 1995. Tabel 1. Kordinat Titik Sampling. Kawasan Stasiun Nama Lokasi
Utara
Tengah
Posisi Geografis
1
Tg. Batu Kapal
1° 32' LU dan 125° 17' BT
2
Pulau Putus
1° 31' LU dan 125° 16' BT
3
1° 30' LU dan 125° 14' BT
5
Batu Angus Teluk Makawidey Tg. Kunkunan
6
Tg. Nanas
1° 27' LU dan 125° 13' BT
7
Serena Kecil
1° 27' LU dan 125° 13' BT
8
Tg. Kusu-kusu Teluk Rarandam Kelapa Dua
1° 27' LU dan 125° 14' BT
4
9 10
37
1° 29' LU dan 125° 14' BT 1° 27' LU dan 125° 14' BT
1° 27' LU dan 125° 14' BT 1° 26' LU dan 125° 12' BT
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
11
1° 26' LU dan 125° 12' BT
16
Pulau Abadi Lobang Batu Besar Desa Pandean Utara Tg. Pandean Teluk Walemetodo Tg. Pandean
17
Tg. Kuning
1° 23' LU dan 125° 10' BT
18
Pulau Dua
1° 23' LU dan 125° 12' BT
12 13 14 Selatan
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
15
Selama penyelaman peneliti memeriksa, menghitung dan mencatat jumlah siput Prosobranchia yang ditemukan. Masing-masing spesies diambil satu individu sebagai sampel, dimasukan ke dalam kantong plastik dan diberi pengawet formalin 5%. Sampel pada tiap-tiap stasiun dipisahkan pada masing-masing kolector bag yang telah diberi label nama stasiun tempat ditemukannya sampel tersebut. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Biologi Kelautan FPIK UNSRAT untuk diidentifikasi, diukur panjang cangkang dan dianalisa. Identifikasi sampel merujuk pada Dharma (1988; 1992; 2005) serta Abbott & Dance (1990). Selanjutnya untuk mendeskripsikan kondisi komunitas Prosobranchia di lokasi ini maka data dianalisis dengan menggunakan Indeks Ekologi yang meliputi : a.
1° 25' LU dan 125° 11' BT 1° 25' LU dan 125° 10' BT 1° 24' LU dan 125° 10' BT 1° 24' LU dan 125° 10' BT 1° 23' LU dan 125° 09' BT
titik sampling terhadap total titik sampling. Untuk mengetahui frekuensi jenis biota akuatik dianalisis dengan menggunakan formula : F(%) = (Pi/∑P) x 100% Dimana : F
= Frekuensi Kemunculan Jenis (%) Pi = Jumlah titik sampling yang ditemukan jenis-i ∑P = Jumlah semua titik sampling Kriteria frekuensi kemunculan spesies dalam penelitian ini diberi penilaian sebagai berikut : Kriteria : A = Sangat umum, F > 50 % B = Umum, F = 25 – 50 % C = Cukup umum, F = 5 – 24 % D = Jarang, F < 5 % E = Sangat Jarang, F= hanya ditemukan cangkang mati
Frekuensi Kemunculan (F%)
Frekuensi Kemunculan dihitung untuk mengetahui persentase hadirnya suatu jenis biota pada suatu kawasan. Jika nilai F=100% hal ini berarti bahwa biota tersebut hadir atau ditemukan pada seluruh titik sampling yang ada. Begitupun sebaliknya, jika nilai F semakin kecil berarti semakin sedikit pula kehadiran biota tersebut pada
b.
Indeks Keanekaragaman (H')
Indeks keanekaragaman adalah ukuran kekayaan komunitas dilihat dari jumlah spesis dalam suatu kawasan, berikut jumlah
40
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
individu dalam tiap spesis. Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman biota yang diteliti. Apabila nilai indeks makin tinggi, berarti biota diperairan tersebut makin beragam dan tidak didominasi oleh satu atau dua jenis saja (Romimohtarto dan Juwana, 2007). Indeks keanekaragaman spesis dianalisis dengan menggunakan formula ShannonWiener dalam Ludwig dan Reynolds (1988).
E = H' / In S Dimana : E = Indeks kemerataan H' = Indeks Keragaman spesies S = Jumlah spesies Indeks kemerataan berkisar 1 0 yang menyatakan semakin kecil nilai kemerataan, artinya penyebaran jumlah individu tidak sama dan ada kecenderungan suatu jenis mendominasi (Krebs, 1989). Kriteria nilai indeks kemerataan (Radisho 1997 dalam Lantang, 2005) adalah sebagai berikut :
H' = - ∑ (ni/N ln ni/N) Dimana :
0<E≤0,5 : Komunitas tertekan 0,5 < E ≤ 0,75 : Komunitas labil 0,75< E ≤ 1 : Komunitas stabil
H' : Indeks keragaman jenis ln : Logaritma natural ni : Jumlah individu spesies i N : Jumlah total individu seluruh spesies Kriteria Indeks keragaman adalah sebagai berikut (Indriyanto, 2005) :
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1
Frekuensi Kemunculan
Frekuensi kemunculan menunjukan besar kecilnya persentase kehadiran suatu jenis biota. Semakin tinggi nilai kehadiran (%) berarti semakin sering biota tersebut dijumpai pada kawasan tersebut.
H'<:Keragaman rendah 1< H'< 3:Keragaman sedang H’ > 3:Keanekaragaman tinggi c.
III.
Indeks Kemerataan (E)
Indeks kemerataan menunjukan pola sebaran biota, merata atau tidak. Rumus yang digunakan adalah dari Pielow (Romimohtarto dan Juwana, 2007).
Siput Prosobranchia yang ditemukan di lokasi penelitian adalah sebanyak 82 spesies dari 22 famili. Frekuensi kemunculan tiap-tiap spesies ditampilkan dalam bentuk tabel (Tabel 2).
Tabel 2. Frekuensi Kemunculan Spesies Prosobranchia (F) No. I II III
TAXA
BUCCINIDAE 1 Cantharus undosus (Linnaeus, 1758) BURSIDAE 2 Tutufa rubeta (Linnaeus, 1758) CERITHIIDAE
41
F(%)
Kategori
22,22
C
5,56
C
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
3 4 5 6 IV 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 V 19 20 VI 21 22 23 VII 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 VIII 36 37
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
Cerithium echinatum Lamarck, 1822 Cerithium nodulosum (Bruguiere, 1792) Rhinoclavis aspera (Linnaeus, 1758) Rhinoclavis Vasciata (Bruguiere, 1792) CONIDAE Conus capitaneus Linnaeus, 1758 Conus ferrugineus Hwass in Bruguiere, 1792 Conus geographus Linnaeus, 1758 Conus glans Hwass in Bruguiere, 1792 Conus imperialis Linnaeus, 1758 Conus marmoreus Linnaeus, 1758 Conus miles Linnaeus, 1758 Conus mustelinus Hwass in Bruguiere, 1792 Conus planorbis Born, 1778 Conus textile Linnaeus, 1758 Conus triatellus Link, 1807 Conus vexillum Gmelin, 1791 CORALLIOPHILIDAE Coralliophila neritoidea (Lamarck, 1816) Coralliophila radula (A. Adams, 1855) CYMATIIDAE Cymatium labiosum (Wood, 1828) Cymatium rubeculum (Linnaeus, 1758) Cymatium sarcostomum (Reeve, 1844) CYPARAEIDAE Cypraea asellus Linnaeus, 1758 Cypraea annulus (Linnaeus, 1758) Cypraea geographica rewa Steadman & Cotton, 1943 Cypraea hervola helvola Linnaeus, 1758 Cypraea isabella isabella Linnaeus, 1758 Cypraea leviathan titan (Schilder & Schilder, 1962) Cypraea moneta Linnaeus, 1758 Cypraea nucleus Linnaeus, 1758 Cypraea pellucens pellucens Melvill, 1888 Cypraea talpa Linnaeus,1758 Cypraea testudinaria Linnaeus, 1758 Cypraea tigris Linnaeus, 1758 FASCIOLARIIDAE Latirus gibbulus (Gmelin,1791) Peristenia ustulata (Reeve, 1847)
42
11,11 11,11 38,89 5,56
C C B C
16,67 5,56 5,56 11,11 5,56 22,22 5,56 16,67 5,56 5,56 5,56 5,56
C C C C C C C C C C C C
55,56 5,56
A C
11,11 5,56 5,56
C C C
11,11 11,11
C C
5,56
C
5,56 5,56
C C
22,22
C
11,11 5,56 11,11 11,11 5,46 16,67
C C C C C C
5,56 5,56
C C
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
38 Pleuroploca filamentosa (Roding, 1798) 39 Pleuroploca trapezium (Linnaeus, 1758) IX HAMINOEIDAE 40 Alyculastrum cylindricus (Helbling, 1779) X HARPIDAE 41 Harpa harpa (Linnaeus, 1758) XI MITRIDAE 42 Mitra imperialis Roding, 1798 43 Mitra mitra (Linnaeus, 1758) XII MURICIDAE 44 Chicoreus aculeatus (Lamarck, 1822) 45 Chicoreus brunneus (Link, 1807) 46 Chicoreus ramosus (Linnaeus, 1758). 47 Chicoreus torrefactus (Sowerby, 1841) 48 Chicoreus trivialis (A. Adams ,1854) 49 Drupela cornus (Roding, 1798) 50 Drupa grossularia (Roding, 1798) 51 Drupa ricinus(Linnaeus, 1758) 52 Drupa rubusidaea Roding, 1798 Haustellum haustellum haustellum (Linnaeus, 53 1758) 54 Mancinella alouina (Roding, 1798) Thais eculeata (Deshayes & Milne55 Edwards,1844) XIII NATICIDAE 56 Polinices mammila (Linn, 1758) XIV OLIVIDAE 57 Oliva amethisna (Roding, 1798) 58 Oliva tigridella (Duclos, 1835) XV OVULIDAE 59 Ovula ovum (Linnaeus, 1758) XVI STROMBIDAE 60 Lambis milepeda (Linnaeus, 1758) 61 Strombus erythrinus (Dillwyn, 1817) 62 Strombus gibberulus gibberulus (Linnaeus, 1758) 63 Strombus lentiginosus (linnaeus, 1758) 64 Strombus luhuanus (Linnaeus,1758) 65 Strombus sinuatus (Humphrey, 1786) XVII TEREBRIDAE 66 Terebra argus (Hinds, 1844) 67 Terebra cingulifera (Lamarck, 1822) 68 Terebra jenningsi (R. D. Burch, 1965)
43
5,56 5,56
C C
11,11
E
5,56
E
11,11 5,56
C E
5,56 5,56 11,11 11,11 5,56 50,00 11,11 5,56 11,11
C C C C C B C C C
5,56
C
22,22
C
5,56
C
16,67
E
16,67 5,56
C C
5,56
C
5,56 11,11 16,67 5,56 33,33 5,56
C C C C B C
5,56 5,56 5,56
C C
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
XVIII 69 XIX 70 71 72 73 XX 74 75 76 77 78 XXI 79 80 XXII 81 82
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
TONNIDAE Tonna perdix (Linnaeus, 1758) TROCHIDAE Tectus fenestratus (Gmelin,1791) Tectus piramis (Born, 1778) Tectus triserialis (Lamarck, 1822) Trocus maculatus (Linnaeus,1758) TURBINIDAE Angaria javanica (K. & D. Monsecour, 1999) Astralium calcar (Linnaeus, 1758) Astralium rhodostomun (Lamarck, 1822) Astralium semicostatum (P. Fischer, 1875) Turbo tumidulus (Reeve 1848) VASIDAE Vasum ceramicum (Linnaeus, 1758) Vasum turbinellum (Linnaeus, 1758) VOLUTIDAE Cymbiola vespertilio (Linnaeus, 1758) Melo melo melo (Lightfoot, 1786)
Keterangan :
5,56
E
16,67 5,56 22,22 27,78
C C C B
5,56 5,56 5,56 5,56 11,11
C C C C C
5,56 16,67
C C
11,11 5,56
C E
A = Sangat umum B = Umum C = Cukup umum D = Jarang E = Sangat Jarang (hanya ditemukan cangkang mati)
Coralliophila neritoidea memiliki nilai frekuensi paling tinggi dibandingkan dengan spesies yang lain. Nilai frekuensi spesies ini 55,56% kehadiran pada delapan belas stasiun. Spesies ini tergolong sangat umum menurut kriteria nilai frekuensi kemunculan (F Sangat umum, F>50%). Spesies yang tergolong umum yaitu Drupela cornus, Rhinoclavis aspera, Strombus luhuanus dan Trocus maculatus karena nilai frekuensinya tergolong pada kriteria F=25-50%
(Umum) dan dapat diartikan bahwa biota-biota tersebut muncul tetapi hanya dibeberapa titik sampling. Sebagian besar biota lainya termasuk cukup umum ditemukan karena berdasarkan frekuensi kemunculannya 5-24%. Jenis ditemukan dalam bentuk cangkang mati pada subsrat berpasir seperti Melo melo melo, Tona perdix, Terebra argus, Polinices mammilla, Mitra mitra, Harpa harpa, dan Alyculastrum cylindricus.
3.2
di terumbu karang Selat Lembe ditunjukkan pada Tabel 3.
Keanekaragaman
Hasil analisis nilai indeks keragaman spesies Prosobranchia
44
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
Tabel 3. Nilai Indeks Keragaman (H') pada 18 Stasiun Penelitian. Kawasan Stasiun Utara 1. Tg. Batu Kapal 2. Pulau Putus 3. Batu Angus
Tengah
Selatan
H' 2,64 2,03 1,39
4. Teluk Makawidey 5. Tg. Kunkunan 6. Tg. Nanas 7. Serena Kecil 8. Tg. Kusu-kusu 9. Teluk Rarandam 10. Tg. Kelapa Dua 11. Pulau Abadi 12. Lobang Batu Besar 13. Desa Pandean 14. Utara Tg. Pandean
1,04
15. Teluk Walemetodo 16. Tg. Pandean 17. Tg. Kuning 18. Pulau Dua
1,10
Nilai indeks keragaman tertingi yakni 2,64 dan terendah 1,04. Nilai ini menunjukan bahwa Selat Lembe Kawasan Utara, Tengah dan Selatan Memiliki kesamaan Keragaman Prosobranchia yakni Sedang menurut kriteria Indeks ShanonWiener (Indrianto, 2005). Hal ini dapat dilihat dari jumlah spesies dan individu komunitas Prosobranchia pada masing-masing stasiun di kawasan Utara, Tengah dan Selatan yang tidak terlalu banyak sehingga berimbas pada nilai indeks. Umar (2013), mengatakan suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan
2,55 2,25 2,39 2,48 1,32 2,03 2,60 2,02 2,21 1,04 2,27 2,35 2,34
maka keanekaragaman jenisnya rendah. Nilai indeks pada penelitian ini berada pada kisaran 1,04 – 2,64. Bila dibandingkan dengan penelitian serupa oleh Bonde (2008) untuk pantai utara semenanjung Minahasa yakni 1,47 2,74 maka keanekaragaman siput Prosobranchia pada Dua lokasi yang berbeda ini relatif sama karana tergolong dalam kriteria 1
45
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
pemangsaan, stabilitas lingkungan dan produktivitas. Selama kurun waktu geologis akan terjadi perubahan keadaan lingkungan yang mengakibatkan banyak individu yang tidak dapat mempertahankan kehidupannya, tetapi ada juga kelompok-kelompok individu yang mampu bertahan hidup terus dalam waktu relatif lama sebagai hasil proses evolusi. Evolusi dapat diartikan sebagai proses yang menyebabkan terjadinya perubahan sifat populasi spesies dari waktu ke waktu berikutnya. Selat Lembe kawasan utara, tengah dan selatan merupakan jalur transportasi laut yang ramai dilalui kapal-kapal besar maupun kecil. Selain itu sebagian masyarakat yang bermukim di sekitar Selat Lembe mempunyai kebiasaan mengambil siput laut untuk dijadikan bahan makanan. Selat Lembe bagian 3.3
tengah terutama di daratan kota Bitung merupakan suatu kawasan yang padat penduduk dengan berbagai industri baik kecil maupun besar. Aktivitas industri yang tidak ramah lingkungan biasanya membuang limbah sembarangan dan akhirnya bermuara ke Laut. Kegiatan penjangkaran kapalkapal yang pada umumnya terfokus di Selat Lembeh kawasan tengah juga dapat merusak ekosistem yang ada di bawahnya. Hal-hal tersebut dapat memberikan tekanan yang berdampak negatif pada ekosistem perairan di Selat Lembe dan tidak menutup kemungkinan sebagai faktor yang menyebabkan rendahnya keanekaragaman Prosobranchia di Selat Lembe sehingga dalam penelitian ini nilai indeks keanekaragaman berada pada kategori sedang.
Kemerataan semakin tidak merata. Hasil perhitungan nilai indeks kemerataan pada penelitian ini ditunjukan pada Gambar 2.
Indeks kemerataan dihitung untuk mengetahui pola sebaran biota pada suatu kawasan. Nilai indeks ini berkisar antara 1 – 0. Semakin kecil nilai indeks berati pola sebaran biota
Gambar 2. Indeks Kemerataan di Terumbu karang Selat Lembe Nilai indeks kemerataan berada pada kisaran 0,9 – 1. Jika
dibandingkan dengan nilai indeks kemerataan (E) pada penelitian
46
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
serupa yang dilakukan oleh Umbo (2010) untuk Taman Nasional Bunaken Kawasan Utara yaitu pada kisaran 0,648-0,937, maka nilai indeks kemerataan (E) siput Prosobranchia di Selat Lembe dalam penelitian ini relatif lebih tinggi. Dari hasil perhitungan nilai indeks kemerataan diatas maka dapat dikatakan bahwa pola sebaran siput prosobranchia di terumbu karang Selat Lembe Sulawesi Utara tergolong dalam kriterian nilai indeks 0,75<E≤1. Hal ini berarti bahwa pola sebaran biota pada masing-masing stasiun tersebar secara merata dan umumnya tidak ditemukan suatu jenis mendominasi.Suatu komunitas akan memiliki pola sebaran yang merata apabila komunitas tersebut IV.
KESIMPULAN
Prosobranchia yang ditemukan dan berhasil teridentifikasi di terumbu karang Selat Lembe sebanyak 82 spesies dari 22 famili. Spesies yang mempunyai nilai frekuensi kemunculan tinggi yakni Coraliophila neritoidea dengan 55,56% kehadiran pada Delapan belas stasiun. Keanekaragaman jenis siput Prosobranchia pada penelitian ini tergolong dalam kriteria sedang dengan nilai indeks dikisaran 1,04 - 2,64. Nilai indeks kemerataan yaitu 0,9 - 1 dimana hal ini dapat diartikan bahwa pola penyebaran inidividu di rataan terumbu karang Selat Lembe merata dan tidak ada kecenderungan suatu jenis mendominasi. DAFTAR PUSTAKA Abbott, R.T., and P. Dance. 1990. Conpendium of Seashells. Crowford. House Press, Australia. Bonde, A. F., 2008. Komunitas Siput di Rataan Terumbu Karang Pantai Utara Semenanjung Minahasa. SKRIPSI. FPIK UNSRAT. Manado. 67 hal.
disusun oleh jumlah spesies dan individu masing-masing spesies adalah sama dan tidak ada salah satu spesies yang memiliki jumlah individu yang banyak atau biasa disebut mendominasi. Dalam penelitian ini setiap spesies pada masing-masing stasiun secara umum hanya diwakili oleh satu atau dua individu saja walaupun ada beberapa spesies yang diwakili hingga tiga sampai empat individu. Dengan demikian setelah dianalisis dengan indeks kemeratan maka disimpulkan bahwa Selat Lembe kawasan Utara, Tengah dan Seletan pada penelitian ini yang terdiri dari delapan belas staiun memiliki pola sebaran siput prosobranchia yang stabil atau merata. Boneka, F. B., 2011. Ekologi Laut. (Bahan Ajar). Program Studi Ilmu Kelautan. FPIK-UNSRAT. Manado. Dharma, B., 1988. Siput dan kerang Indonesia (Indonesian Shells I ). PT Sarana Graha. Jakarta. Dharma, B., 1992. Siput dan Kerang Indonesia (Indonesian Shells II). PT. Verlag Crista Hemmen, Wiesbaden, Germany. Dharma, B., 2005. Recent & Fosil Indonesia Shell. PT. Ikrar Madiri Abadi. Indonesia. Heddy, S., 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta. Indriyanto, 2005. Ekologi Hutan. PT Bumi Aksara. Jakarta. 210 hal. Krebbs C J., 1989. Ecologycal Methodology. University of British Columbia. Harper Collins Publishers. Lantang, R., 2005. Struktus Komunitas Karang Batu (Scleractinia) Pada Terumbu Buatan “Reef ball” di Semenanjung Totok, Minahasa Selatan. Skripsi. FPIK, UNSRAT. Manado. 75 hal. Ludwig, J.A dan Reynolds, J.V., 1988. Statistical ecology a primer in methods and computing. John Wiley dan Sons. New York.
47
Jurnal Pesisir dan Laut Tropis
Volume 1 Nomor 1 Tahun 2015
Poutiers, 1998. Gastropods. The Living Marine Resources Of The Western Central Pacific. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. Volume 1. Food and Agriculture Organization of The United Nation. Rome, 1998. Page 364. Romimohtarto, K. dan S. Juwana, 2007. Biologi Laut. suatu
pengetahuan tentang biota laut. Djambatan. Umar, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar. Umbo, D., 2010. Prosobranchia di Rataan Terumbu Karang Taman Nasional Bunaken Kawasan Utara. Skripsi. FPIK-UNSRAT. Manado.
48