JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1 49
i
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 1 No. 1, Oktober 2012 – Maret 2013 Terbit 2 kali setahun pada bulan Oktober dan April. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analisis-kritis di bidang ilmu kesehatan. Susunan Redaksi Jurnal Kesehatan dr. Soebandi No. SK : 165/U.K/I/2012 Pelindung Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember Penasehat Ketua Lembaga Pengembangan, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Penyunting Ketua Trisna Pangestuning Tyas, S.ST Sekretaris Diana Octania, SH Bendahara Arum Dwi Ningsih, S.Kep., Ns Penelaah Ahli DR. Ah. Yusuf, S.Kp. M.Kes (PPNI Jawa Timur) Penyunting pelaksana Ns. Sutaryanto., S.Kep Andi Eka Pranata., S.ST Fitria Jannatul Laili, S.Keb., Bd Asisten penyunting Ns. Mahmud Ady Yuwanto, S.Kep Elfira Nurul Aini, S.ST Dana dan Usaha Senan Nasution, SE Mussia, S.ST Kustin, SKM Marketing Drs. H. M. Fanani Riza Umami, S.ST Ranita Puspasari, Amd. Keb
Alamat Penyunting : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dr. Soebandi Jember, JL. Dahlia No. 1 Jember. Telp (0331) 483536. Fax. (0331) 483536. Email :
[email protected]. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik sesuai dengan format seperti tercantum pada petunjuk dibagian belakang jurnal ini. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah dan tata cara lainnya. JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
ii
Jurnal Kesehatan dr. Soebandi Vol. 1 No. 1, Oktober 2012 – Maret 2013
DAFTAR ISI ( CONTENT) HALAMAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Gizi Pada Anak Toddler (1-3 Tahun) Di Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember. Trisna Pangestuning Tyas……………………………………………… Pengarauh Belajar Menggunakan Brain Game Terhadap Hasil Belajar Istilah-istilah Alat Reproduksi Pada Mahasiswa AKBID Dr Soebandi Jember. Mussia…….............................................................................................. Hubungan Pemberian Asi Ekskulsif Dengan Status Gizi Pada Bayi Baru 0-6 Bulan Di Puskesmas Tembokrejo. Elfira Nurul Aini……………………………………………………… Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Menggunakan Metode Ceramah Terhadap Sikap Ibu Tentang Pap Smear Di BPS Ny. Tyas Kholili Mlokorejo-Puger. Riza Umami…………………………………………………………… Hubungan Pelaksanaan Supervisi Dengan Kualitas Dokumentasi Asuhan Keperawatan Di IRNA RSD dr. Soebandi. Sutaryanto……………………………………………………………… Pengaruh Terapi Qur’an Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pasien Rawat Inap di RSUD Kalisat Trisna Vitaliati…………………………………………………………. Pengaruh Massage Plexus Sacralis Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Post Partum Normal Di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember. Mahmud Ady Yuwanto..………………………………………………
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
01-05
06-12
13-21
22-25
26-33
34-42
43-49
iii
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu…………………………………....Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI ANAK TODDLERS (1-3 TAHUN) DI DESA MUMBULSARI KECAMATAN MUMBULSARI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012 Trisna Pangestuning Tyas* *Staf Pengajar Prodi Kebidanan, STIKES Bhakti Negara Jember ABSTRACT Toddlers age is one of the stages in the grows five. In many community issues that emerged is the lack of knowledge about the mother's nutrition and how the provision of nutritious food for their children. This research aims to find out the level of maternal nutrition on children aged toddlers in the Village District Mumbulsari Jember Regency Mumbulsari. Design is the method used descriptive. Number of respondents population 253 people with some sample mothers who have children the age of toddlers in the Village District Mumbulsari Jember Regency Mumbulsari namely some 155 people. Collecting data is done using a questionnaire. Tabulated and then the data presented in the form of a frequency distribution table. Results of research shows that almost half the number of 68 respondents (43.87%) included in the criteria is quite knowledgeable.This is influenced by the work of the respondents some of all respondents as the mother of the household respondents and the level of education that is almost entirely a primary school. Keywords: knowledge, grow PENDAHULUAN Usia toddlers merupakan salah satu tahapan yag sangat penting dalam tumbuh kembang balita. Dimana pada tahap ini balita sangat membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan. Padahal untuk mendeteksi seorang anak kekurangan atau kelebihan zat gizi harus dilakukan dengan pemantauan secara menyeluruh. Walaupun tidak dipungkiri kebanyakan anak yang mengalami kekurangan gizi umumnya memiliki berat badan lebih ringan dan lebih pendek daripada yang kecukupan gizi. Oleh karena itu, orang tua harus memahami tentang gizi yang baik dan seimbang untuk tumbuh kembang balitanya. Dimasyarakat,banyak orang tua yang belum mengetahui kebutuhan gizi yang cukup untuk anak mereka. Data tahun 2007 memperlihatkan empat juta anak Indonesia kekurangan gizi, dan 700.000 diantaranya mengalami gizi buruk. Sedangkan yang mendapat JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
program makanan tambahan hanya 39.000 anak. Dari total 3,1 juta balita di Jawa Timur, sekitar 16,5% atau 511.500 jiwa di antaranya menderita gizi kurang. Rendahnya kesadaran orang tua untuk memberikan asupan terbaik kepada anak merupakan penyebab utama. (www.kompas.com). Data Puskesmas Mumbulsari pada tahun 2011 terdapat jumlah anak usia toddlers sebanyak 253 orang anak dengan angka kejadian BGM sejumlah 29 orang anak. Dari studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 januari 2012 sampai dengan 5 januari 2012 di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember, dari 20 ibu (100%) yang diwawancarai, 13 ibu (65%) mengatakan belum mengetahui kebutuhan gizi yang harus dicukupi oleh anaknya. Masalah gizi dan kesalahan pangan terutama terletak dalam ketidak seimbangan komposisi hidangan, seperti gizi kurang yang mencakup susunan hidangan yang tidak seimbang maupun 1
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
kondisi keseluruhan yang tidak mencukupi kebutuhan badan (Ahmad Joeni Soeditomo,2000). Diagnosis kurang gizi selain ditegakkan melalui pemeriksaan antropometri ( penghitungan berat badan menurut umur /panjang badan) dapat melalui temuan klinis dijumpainya keadaan klinis gizi buruk yang dapat dibagi menjadi kondisi marasmus, kwasiorkor dan bentuk campuran (marasmik kwasiorkor) ( Inovasi Online vol.5/XVI). Dampak dari masalah ini yaitu pertumbuhan dan perkembangan balita dapat terganggu. Untuk mengatasi masalah gizi dan perbaikan gizi pada kelompok balita dapat dilakukan melalui posyandu serta dilakukan kegiatan pelatihan para ibu dalam memilih,mengolah dan menyajikan makanan yang bergizi untuk balitanya. Selain itu juga dengan memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang pada balita. BAHAN DAN METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survey. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran / deskriptif tentang suatu kejadian secara objektif (Notoatmojo, 2003). Penelitian ini dilakukan pada 1 Januari-1 Maret 2012 di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember. Sampel dalam penelitian ini adalah Sebagian ibu yang mempunyai anak usia 1 - 3 tahun sebanyak 155 responden yang memiliki kriteria penelitian. Proses pengumpulan data dimulai dari pembuatan surat izin dari institusi STIKES Bhakti Negara untuk mengajukan Bankesbang Linmas dan Dinkes untuk penelitian, setelah mengambil surat izin penelitian diserahkan ke Kepala Puskesmas Mumbulsari dimana penelitian dilaksanakan. Proses pengumpulan data dengan responden menandatangani surat JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
persetujuan menjadi responden. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden tanpa diberi nama tetapi hanya diberi inisial. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner dengan bentuk tertutup (closed ended) dengan pertanyaan sejumlah 15 soal. HASIL Data yang dikumpulkan dianalisa dengan menggunakan Descriptive Statistic Type Frequensy Distribution digunakan untuk menjabarkan dan mensintesa data untuk mengorganisasi data secara sistemik dalam bentuk angka - angka mulai dari yang paling rendah ke yang paling tinggi. Bersamaan dengan penghitungan (persentage) dari angka yang muncul setiap saat (Nursalam & Siti Pariani, 2001). a. Data Umum Tabel 4.1 Distribusi frekwensi responden berdasarkan umur ibu-ibu yang memiliki anak toddlers (1-3 tahun) di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember No Umur Frekwensi Persentase 1 ≤25 tahun 72 46,45 2 26 – 30 42 27,1 tahun 3 31 – 35 24 15,48 tahun 4 36 – 40 17 10,96 tahun Jumlah 155 100 Berdasarkan table 4.1 diatas, menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden berumur ≤25 tahun sebanyak 72 responden (46,45%). Tabel 4.2 Distribusi frekwensi responden berdasarkan pendidikan ibuibu yang memiliki anak toddlers (1-3 tahun) di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember
2
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
No 1 2 3 4
Pendidikan Frekwensi Persentase SD 89 57,42 SMP 39 25,16 SMP 26 16,77 Perguruan 1 0,65 Tinggi/ Akademi Jumlah 155 100 Berdasarkan table 4.2 diatas, menunjukkan hampir seluruh dari responden berpendidikan SD sebanyak 89 responden (57,42%). Tabel 4.3 Distribusi frekwensi responden berdasarkan pekerjaan ibu-ibu yang memiliki anak toddlers (1-3 tahun) di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember No Pekerjaan Frekwensi Persentase 1 Ibu 140 90,32 Rumah Tangga 2 Swasta 12 7,75 3 PNS 3 1,93 Jumlah 155 100 Berdasarkan table 4.3 menunjukkan hampir seluruh dari responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 140 responden (90,32%). b. Data Khusus Tabel 4.4 Distribusi frekwensi pengetahuan ibu tentang gizi anak toddlers (1-3 tahun) di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember No 1 2 3
Kategori Frekwensi Persentase Baik 27 17,42 Cukup 68 43,87 Kurang 60 38,71 Jumlah 155 100
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden berpengetahuan cukup sejumlah 68 responden (43,87%).
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan ibu tentang gizi anak toddlers (1-3 tahun) hampir setengahnya berpengetahuan cukup yaitu sejumlah 68 responden (43,87%,). Dari penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden berumur ≤25 tahun sebanyak 72 responden (46,45%). Menurut Hucklok (1998) dikutip dalam buku Nursalam dan Siti Pariani (2001) bahwa semakin cukup umur tingkat kematangan seeorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dengan umur yang semakin muda memungkinkan responden kurang untuk menerima setiap informasi yang didapat. Berdasarkan hal diatas dapat dikatakan bahwa semakin muda umur responden maka kedewasaan, pengalaman dan kematangan responden semakin kurang. Sebaliknya semakin bertambahnya umur responden semakin banyak pengalaman yang dimilikinya sehingga pengetahuan juga bertambah. Selain itu data hasil kuesioner menunjukkan hampir seluruh dari responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga sebanyak 140 responden (90,32%). Menurut Markum yang dikutip Nursalam & Siti Pariani (2001) bahwa dengan bekerja ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarganya. Di desa Mumbulsari sebagian besar masyarakatnya adalah ibu rumah tangga / tidak bekerja sehingga mereka akan mempunyai banyak waktu untuk mendapatkan informasi karena tidak disibukkan oleh pekerjaan serta dari media informasi sebagian besar adalah dari pengalaman pribadi / pun orang lain. Dari uraian beberapa faktor diatas sehingga memungkinkan pengetahuan yang dimikilinya juga bisa bertambah. Dari penelitian didapat. menunjukkan hampir seluruh dari responden berpendidikan SD sebanyak 89 responden (57,42%). Seperti pernyataan Koentjoroningrat bahwa 3
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenankan (Nursalam dan Siti Pariani, 2001). bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan belum tentu tingkat pengetahuan seseorang juga akan bertambah. Sebaliknya makin rendah tingkat pendidikan masih memungkinkan untuk mereka bisa menerima informasi dengan baik, sehingga pengetahuan yang dimilikinya juga bisa bertambah. Kemungkinan ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, pekerjaan dan media informasi yang didapatkan. Disini banyaknya ibu yang berpendidikan hanya sampai SD dikarenakan oleh sosial ekonomi dan budaya sekitar yang beranggapan bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada akhirnya perempuan tetap akan mengurus rumah tangga juga. SIMPULAN DAN SARAN Tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang gizi anak toddlers (1-3 tahun) di Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember adalah hampir setengahnya (43,87%) memiliki pengetahuan cukup. Saran Untuk menambah pengetahuan dan wawasan ibu tentang gizi anak toddlers (1-3 tahun) sehingga diharapkan agar lebih intensif dalam melakukan aktifitas yang lebih banyak membaca / melihat informasi dari media cetak maupun elektronik, serta dari pengalaman pribadi / pun orang lain untuk merubah keadaan yang tidak tahu menjadi tahu. Sebagai tenaga kesehatan perlu meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yaitu dengan memberikan penyuluhan / informasi serta sarana dan fasilitas tentang pemenuhan gizi secara intensif kepada ibu-ibu sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang menjaga dan meningkatkan status gizi anak mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut faktor-faktor lain yang dapat JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi anak toddlers (1-3 tahun) maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu tentang gizi anak usia toddlers (1-3 tahun). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, dr. Prof. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Hidayat. Aziz Alimul. 2007. Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah edisi kedua. Jakarta: Salemba Medika Notoatmodjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Perencanaan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2008. Konsep dan Perencanaan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Nursalam. Pariani, Siti. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto. Supariasa. I Dewa Nyoman. 2001. Penelitian Status Gizi. Jakarta : EGC. Supartini. Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. Sediaoetama. Achmad Djaelani. 1999. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat Priyadi. Imam.2008. gizi Buruk Ancam 4 juta Anak Indonesia. (http://www.kompas.com) sitasi tanggal 11 Februari 2012)
4
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu……………………………………..Trisna Pangestuning Tyas, Hal. 01 - 05
Pratikno, Ananto.2006. Jeruk makan jeruk (http://sarikata.com sitasi tanggal 27 Februari 2012) Nency. Yetti. 2005. Gizi Buruk Ancam Generasi yang Hilang. (inovasi online vol.5/XVII sitasi tanggal 11 Februari 2012) http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/inde x.php sitasi tanggal 16 Februari 2012) http://www.gizi.net/busunglapar/RANOK.doc (sitasi tanggal 17 Februari 2012)
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 1 No. 1
5
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
PENGARUH BELAJAR MENGGUNAKAN BRAIN GAME TERHADAP HASIL BELAJAR ISTILAH–ISTILAH ALAT REPRODUKSI WANITA PADA MAHASISWA AKADEMI KEBIDANAN dr. SOEBANDI – JEMBER TAHUN 2012 Mussia* *Ketua Program Studi DIII Kebidanan, STIKES Bhakti Negara Jember ABSTRACT Lack of faculty creativity in using the media or the less precise method of learning will affect the interes and motivasi students in upper division courses, especially in anatomy courses considering this course is the subject of science and the number of memorization that must be mastered by student. And the anatomy lessonsare still many students who get the vallueof C and D. This is what should be a concern for a teacher, to menrubah and improve the method or medium of learning, which can attract students’ interest in learning, and change of learning environment that is too monotonous, one of which is the learning method, Brain Game. Is there any problem in this study Brain Game is to know the results of studying the terms female reproductive organs after administrations of learning methods using the Brain Game on students AKBID dr.jember Soebandi Academic Year 2010 – 2011. In this case study design using pre Eksperimental one group pretestpostest design. Samples taken using total sampling technique. Research result showed after the method of Brain Game in student level I. Keywords : Brain Game, The Learning PENDAHULUAN Perkembangan IPTEK menuntut lembaga Perguruan tinggi untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengembangkan inovasi – inovasi dalam pembelajaran. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan peserta didik sebagai manusia yang cerdas dan trampil, sebab tugas dari guru tidak hanya menyampaikan materi tetapi harus mampu menggali kemampuan berfikir kreatif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Hal utama yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana model dan metode yang dipilih akan dapat mengantarkan peserta didik menjadi inovatif dan kreatif. Salah satu untuk mencapai hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh mahasiswa dalam semua bidang mata kuliah, karena untuk menjadi tenaga bidan yang professional sangat dibutuhkan keuletan dalam berbagai hal termasuk ketrampilan yang dimiliki dan dapat menguasai seluruh mata kuliah yang telah diajarkan oleh dosen termasuk
mata kuliah anatomi yang merupakan dasar mata kuliah keilmuan dan ketrampilan yang merupakan pengetahuan yang melandasi pembentukan kemampuan dan ketrampilan dan juga sebagai bekal pada saat mahasiswa melaksanakkan praktikum dilapangan karena selain mahasiswa memiliki skil yang baik juga harus diimbangi dengan pengetahuan dasar pada bidangnya. Berdasarkan studi pendahuluan terhadap mahasiswa semester I mengenai penguasaan media dan pembelajaran yaitu sebanyak 44,5 % menyatakan cukup, 41 % menyatakan baik dan 14 % menyatakan sangat baik, dari sini dapat terlihat kurangnya kreativitas dosen dalam menggunakan media atau metode pembelajaran yang akan mempengaruhi minat serta mutivasi mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan, yang salah satunya adalah mata kuliah anatomi, mengingat mata kuliah ini merupakan mata kuliah keilmuan dan ketrampilan yang benar – benar harus dikuasai oleh 6
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
mahasiswa karena merupakan dasar dari mata kuliah selanjutnya. Ini bisa dillihat dari hasil evaluasi mahasiswa yang masih mendapat nilai C dan D, dimana hasil belajar dari mata kuliah anatomi angkatan 2009/2010 didapatkan sebagai berikut: mahasiswa yang mendapat nilai A ( 80 – 100 ) 27 %, nilai B ( 68 – 79 ) :27 %; C ( 58 – 67 ) 25 %; D ( 41 – 57 ) 48 % dan nilai E ( 0 – 40 ) 48 %. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan dosen diketahui bahwa mahasiswa tingkat I pengetahuan tentang istilah – istilah alat reproduksi wanita masih kurang karena mereka berasal dari berbagai sekollah menengah umum sehingga belum menguasai tentang istila – istilah alat reproduksi wanita, oleh sebab itu didalam penyampaian proses belajar mengajar menggunakan metode yang menarik yang mudah dimengerti dan dipahami oleh mahasiswa. Sebagai batasan penulisan hanya difokuskan pada pengaruh belajar menggunakan “ brain game “ terhadap hasil belajar istilah- istilah alat reproduksi wanita pada mahasiswa Akademi Kebidanan dr Soebandi tahun 2010. BAHAN DAN METODE Brain game merupakan suatu permainan atau senam otak yang penting untuk meningkatkan pengalaman belajar dengan keseluruhan otak. Aktivitas ini membuat keseluruhan sistem belajar lebih mudah dan efektif dengan kemampuan akademik. Tantangannya adalah bagaimana cara mengoptimalkan kemampuan belajar. Perlu diketahui bahwa otak kita dirancang untuk belajar karena makanan utama otak adalah ilmu pengetahuan. Brain game secara praktis bias digunakan dalam berbagai bentuk pelatihan atau kegiatan bersama anakanak sampai dewasa bersifat praktis karena secara cepat dan mudah langsung bias diterapkan dengan mengikuti uraian singkat teknis langkah-langkahnya. Sebelum melakukan perlakuan tentang Brain Game adalah memberikan
sistem peta pikiraan, setelah itu memberikan keterampilan mengigat dengan mengunakan kedua belah otak kita yaitu kiri dan kanan sekaligus. Kemampuan peserta didik akan menjadi luar bias. Teknik ini akan memungkinkan peserta didik untuk mengingat kata, kalimat dan istilah-istilah yang diberikan oleh pendidik, setelah itu diberikan keterampilan belajar teknik belajar ini dapat dioptimalkan secara luar biasa dengan manajemen otak. Dengan menerapkan langkahlangkah brain game tersebut, mahasiswa menjadi kooperatif dan bersemangat saat diberikan perlakuaan. dan juga mahasiswa menjadi antusias saat diberikan pembelajaran dengan bermain. Hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan buka hanya salah satu aspek potensi kemanusia saja melainkan secara komprehensif. Dapat dilihat dari tabel 4.3 hasil belajar yang diperoleh oleh mahasiswa AKBID dr. Soebandi Jember tahun 2012. dapat diketahui bahwa mahasiswa di AKBID dr. Soebandi tingkat I sebelum diberi perlakuan Brain Game mahasiswa yang memperoleh nilai A tidak ada, yang mendapat nilai B sebanyak 19,04% ( 8 mahasiswa), nilai C sebanyak 9,52% (4 mahasiswa), nilai D sebanyak 42,86% (18 mahasiswa), dan nilai E sebanyak 28,57% (12 mahasiswa). Setelah diberikan perlakuan Brain Game mahasiswa yang mendapat nilai A sebesar 90,48% (38 mahasiswa), yang mendapat nilai B sebesar 7,38% (3 mahasiswa), nilai C sebesar 2,38% (1 mahasiswa), dan yang mendapat nilai D serta E tidak ada. Dari paparan diatas dapat kita lihat bahwa ada perbedaan sekali dari hasil sebelum diberikan dan sesudah diberikan metode Brain Game ini. Dapat dilihat sebelum diberikan metode brain game mahasiswaq ada yang mendapatkan nilai D dan E sedangkan setelah diberikan metode brain game mahasiswa tidak ada yang memperoleh nilai D dan 7
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
E. ini membuktikan bahwa metode brain game ini dapat mempengaruhi hasil belajar. Terbukti dari mahasiswa yang antusias dan dangat bersemangat saat diberikan metode ini. Sekarang ini masih banyak pendidik atau pengajar yang tidak mengunakan metode-metode baru untuk memberikan stimulasi dan pengaetahuan pada mahasiswa sehingga mahasiswa tidak jenuh dan hanya menerima metode yang selalu sama, yaitu metode ceramah (40%),diskusi(30) dan presentasi(30%). Dan saat melakukan diskusi maupun presentasi mahasiswa banyak yang selalu mengantungkan pada temannya yang lebih pintar. Dan juga mahasiswa hanya diberikan metode ceramah yang dimana metode ini dapat membuat mahasiswa menjadi mahasiswa yang pasif saja. Meskipun pendidik memberikan reward bagi mahasiswa yang bertanya. Ini mungkin dapat mengaktifkan perkulihan didalam kelas. Tapi banyak juga hal ini dapat memberikan kegagalan dalam keaktifan dan hasil belajar mahasiswa. Untuk itu dengan penerapan metode yang beragam akan membuat mahasiswa menjadi senang dan mencintai pelajaran yang akan diberikan. Seperti yang diperlihatakan oleh mahasiswa yang telah diberikan metode Brain Game, dimana mahasiswa lebih antusias dalam menerima pelajaran. Setelah melakukan metode brain game dan juga melakukan tabulasi hasil belajar mahasiswa. Diperoleh hasil analisis dengan mengunakan T-Test dua sample berpasangan mengunakan SPSS dengan diperoleh hasil P value adalah 0,000 < α (0,05) sehingga Ho ditolak yang artinya ada pengaruh mengunakan metode Brain Game terhadap hasil belajar istilah-istilah alat reproduksi wanita pada mahasiswa akademik kebidanan dr. Soebandi Jember tahun 2012. Dari hasil analisis tersebut dapat dibuktikan bahwa dengan adanya metode ini dapat meningkatkan hasil belajar yang
diperlihatkan dari nilai pretest dan posttest yang dilakukan mahasiswa. Tujuan paling penting dari pembelajaran adalah untuk memberikan peserta didik pengetahuan, konsep, kemampuan dan pemahaman yang mereka butuhkan agar menjadi anggota kelompok yang bahagia dan memberikan kontribusi. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar dan pengembangan keteramplan sosial. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kerjasama antara peserta didik khususnya dalam hal akademik, untuk meningkatkan kemampuan yang positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktifitas kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif diantara peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang maksimal Penelitian ini menggunakan penelitian Eksperimen dalam bentuk pre Eksperimental yaitu penelitian eksperimen semu karena tidak terdapat kelompok kontrolnya. Bentuk desain yang digunakan adalah One Group Pretest – Posttest Desain. Pada desain ini hanya digunakan satu kelompok saja dan akan diberi perlakuan menggunakan metode pembellajaran “ Brain Game “ tapi sebelum diberi perlakuan mahasiswa dilakukan pretest ( tes awal ) kemudian kelompok tersebut diberi perlakuan dan setelah itu dilakukan post test, atau suatu pengukuran untuk mengetahui akibat dari perlakuan ( Masyud. 2010: 119 ). Populasi atau subyek penelitian adalah seluruh mahasiswa Akademi Kebidanan klas I C, sejumlah 49 mahasiswa Sampling. Tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling. Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti. Kriteria inklusi pada 8
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
penelitian ini adalah mahasiswa Akademi kebidanan dr. Subandi Jember tahun 2010/2011Semester I yang mengikuti pretest Variabel independen pada penelitian ini adalah metode “Brain Game “ . Variabel dependen atau variable terikat adalah variable yang nilainya ditentukan oleh variable lain. Variabel dependen pada penelitian ini adalah hasil belajar. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup dalam bentuk multiple choice yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa jawaban dan responden hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya ( Notoatmodjo. 2005: 125 ) Dimulai dengan pendekatan dengan Akademi Kebidanan dr. Subandi Jember untuk mendapatkan ijin penelitian. Waktu pengumpulan data dilakukan selama satu hari pada bulan januari 2011. Olahan Pengumpulan data dengan memberikan pretest pada mahasiswa, kemudian diberi perlakuan dengan menggunakan metode “ Brain Game “ . Setelah mendapat perlakuan mahasiswa diberi posttest dengan beberapa soal latian. Untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa peneliti membagikan beberapa soal test obyektif kepada seluruh mahasiswa,soal – soal test ini sebagai alat ukur penelitian yang telah dibuat sesuai kisi – kisi soal berdasarkan Taksonomi Bloom. Hasil jawaban mahasiswa mengisi soal – soal tes diserahkan pada peneliti untuk dilakukan pengolahan data. Kuesioner yang telah diisi responden dIberi kode sesuai kriteria yang telah ditentukan , scoring, tabulating dan dianalisa secara kuantitatif. Selanjutnya data diuji dngan analisa statistic T – Test karena penelitian ini menguji perbedaan nilai rata – rata dari dua variable baik dari sampel yang berhubungan maupun sampel yang bebas.
HASIL Hasil penelitian mengenai Pengaruh belajar menggunakan Brain Game terhadap hasil belajar responden dengan menggunakan alat ukur soal istilah – istilah alat reproduksi wanita dengan jumlah responden dengan menggunakan total sampling yaitu 49 responden. a. Data penunjang Karakteristik berdasarkan latar belakang pendidikan mahasiswa kelas IC di AKBID dr. Soebandi Jember No Latar Jumlah Persentase pendidikan 1 IPA 27 55,1 2 IPS 22 44,9 Berdasarkan tabel 4.1 menujukkan bahwa responden dengan latar belakang pendidikan yang berbedabeda adapun mahasiswa yang berlatar belakang sekolah mengambil jurusan IPA ada 47,62% (20 mahasiswa), sedangkan yang mengambil jurusan pendidikan IPS sebesar 52,38% (sebanyak 22 mahasiswa). b. Data utama Data khusus ini menyajikan tentang hasil tabulasi pemgaruh belajar menggunakan Brain Game terhadap hasil belajar istilah – istilah alat reproduksi wanita pada responden. Data hasil responden sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan menggunaakan Brain Game.5 Pretest Nilai Jml % A 0 0 (80100)
B (6978)
8
C (5867)
11
Postest Ket Nilai Jml % A 38 77,55 Adanya peningkatan dari 0% menjadi 77,55 % 16,33 B 10 20,41 Peningkatan dari 16,33 % menjadi 20,41 % 22,45 C 1 2 Penurunan dari 22,45 % menjadi 0,02 % 9
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12 D (4157) E (041) Total
18
36,73
D
0
0
12
24,49
E
0
0
49
100
49
100
Penurunan menjadi tidak ada Penurunan menjadi tidak ada
Dari tabel 4.3 ini dapat diketahui bahwa mahasiswa di AKBID dr. Soebandi tingkat I sebelum diberi perlakuan Brain Game mahasiswa yang memperoleh nilai A tidak ada, yang mendapat nilai B sebanyak 19,04% ( 8 mahasiswa), nilai C sebanyak 9,52% (4 mahasiswa), nilai D sebanyak 42,86% (18 mahasiswa), dan nilai E sebanyak 28,57% (12 mahasiswa). Setelah diberikan perlakuan Brain Game mahasiswa yang mendapat nilai A sebesar 90,48% (38 mahasiswa), yang mendapat nilai B sebesar 7,38% (3 mahasiswa), nilai C sebesar 2,38% (1 mahasiswa), dan yang mendapat nilai D serta E tidak ada. Hasil pengujian uji statistic menggunakan T–Test dua sample berpasangan dengan SPSS 14 type uji T. Hasil T- hitung -21,198 T-tabel 2,021 Df 41 Tingkat singnifikasi 0,00 Berdasarkan uji diatas maka didapatkan bahwa Nilai T hitunglebih besar dari T tabel pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya ada pengaruh belajar menggunakan Brain Game terhadap hasil belajar pada responden Pengujian Hipotesis dari analisis yang dihasilkan menunjukkan bahwa hasil perhitungan T–Test dua sampel berpasangan dengan menggunakan SPSS nilai T hitung lebih besar dari T tabel pada taraf signifikasi 0,05 yang artinya ada pengaruh belajar menggunakan brain Game terhadah hasil belajar istilah – istilah alat reproduksi wanita pada responden.
SIMPULAN DAN SARAN Model pemberlajaran Brain Game tentang istilah-istilah alat reproduksi wanita di AKBID dr. Soebandi Jember tahun 2012 ini telah warna yang berbeda dalam pembelajaran sehingga mahasiswa menjadi bersemangat dalam menerima pelajaran dikelas. Hasil belajar dengan mengunakan metode Brain Game pada mahasiswa AKBID dr. Soebandi Jember tahun 2012. Yang diperlihatakan pada hasil pretest dan posttest yang ada perbedaannya. Dimana pada saat pretest mahasiswa ada yang mempunyai nilai D dan E sedangkan saat diberi perlakuan dan mengikuti posttest dimana dapat diperlihatkan bahwa mahasiswa tidak ada yang mempunyai nilai D dan E. dan mayoritas banyak yang memiliki nilai A. Berdasarkan hasil analisis mengunakan T-Test 2 sampel berpasangan menunjukkan bahwa Ha diterima yang artinya ada pengaruh mengunakan metode Brain Game terhadap hasil belajar istilah-istilah alat reproduksi wanita pada mahasiswa akademik kebidanan dr. Soebandi Jember tahun 2012 Setelah mengetahui hasil dari penelitian ini, diharapkan mahasiswa dapat melakukan proses belajar dengan lebih sungguh-sungguh mengingat metode pembelajaran Brain Game ini dapat meningkatkan hasil belajar. Diharapkan bagi para dosen untuk menerapkan metode pembelajaran Brain Game ini untuk merangsang agar mahasiswanya menjadi kreatif tidak hanya menerapkan metode pembelajaran konvensional saja. Setelah mengetahui hasil penelitian ini, diharapkan institusi pendidikan dapat mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh para dosen dan memotivasi para dosen yang mengajar di sana untuk menerapkan metode pembelajaran Brain Game ini.
10
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
Bagi peneliti dapat mengaplikasikan dan mensosialisasikan metode pembelajaran Brain Game ini kepada rekan-rekan dosen yang lain pada institusi tempat bekerja sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar mahasiswa untuk meningkatkan mutu pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta, PT. Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi.(2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Buzan, Tony dan Barry Buzan, 1993. The Mind Map Book, London : BBC Wordwide Limited. Chayati Afifah Nur. 2010.122 Game. Jakarta Katahati. Cunningham Gary et al. 2010. Williams Obstretrics 23 RD Edition, United States of America; Mc Graw Hill Companies Inc. Darmawan, Deny. (2001) Kontribusi Diklat terhadap Kualitas Output. Bandung : Pasca Sarjana Unpad. Depkes. (2010) Buku Panduan Akademik . Akademi Kebidanan dr.Soebandi Djamarah, Syaiful Bahri. (2006) Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Elkhonon,Goldberg. 2008. Brain Game. China Publication International. Ltd. Gunawan, Adi W, 2003. Genius Learning Strategies. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama. Hidayat,Deddy.N. 2003. Metode Penelitian Komunikasi : Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Emprik Klasik. Jakarta : Universitas Indonesia. Indramunawar. (2009). hasil-belajarpengertian-dan-definisi.html
Jamil Sya’ban, 2009. 101 Game Cerdas dan Kreatif. Jakarta. Penebar Plus. Kamdi, Waras, dkk. (2007). ModelModel Pembelajaran Inovatif. Malang : Universitas Negeri Malang. Mashud, Sulthon. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Jember: LPMPK Masyhud Sulthon.2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jember LPMPK. Mulyana,Deddy. (2002) Metodologi Kualitatif. Bandung : Temaja Rosdakarya. Munadi, Yudhi. (2008) Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, Jakarta : Gaung Persada Press Murkof, Heidi, dkk. (2006). Kehamilan Apa Yang AndaRasakan Per Bulan. Jakarta : Arcan. Notoatmodjo, Soekidjo. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam dan Siti Pariani, 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: salemba medika. Nursalam. (2008) Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika. Prwirohardjo, Sarwono. (2009). Maternal Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Saifudin, Abdul Bari, Prof. dr. Sp.OG. MPH, et al, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo. Salmah. (2006). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Sudjana, Nana. (2009) Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya. 11
Pengaruh Belajar Menggunakan Brain Games………………………………………………….Mussia, Hal. 06 - 12
Sugiarto, Iwan, 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak dengan Berfikir Holistik Kreatif. Jakatra : Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2006) Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Susanto,Windura 2008. Be An Absolute Genius. Jakarta. PT. Elkemedia Computindo. Tarmizi, 2010 Pembelajaran kooperatif model make a match. http://tarmizi.wordpress.com: 20 Nopember 2010, 16 : 39. Tim Power Brain Indonesia, 2005. Latihan Otak : Optimalisasi Fungsi, 10 menit dalam sehari selama 30 hari dengan Metode Fritz’Barin. Bandung : Penerbit Nuansa. Winarno, Surakhmad. (1994) Pengantar Interaksi Mengajar Belajar. Bandung : Tarsito
12
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 BULAN DI PUSKESMAS TEMBOKREJO KECAMATAN GUMUKMAS KABUPATEN JEMBER Elfira Nurul Aini* *Staf Pengajar STIKES Bhakti Negara ABSTRACT Exclusive breastfeeding is breastfeeding without any additional food and drink in infants aged zero to six months. Success in infant nutrition is indicated by weight and height to reflect the nutritional status of infants. After a preliminary study in 23 infants in health centers known Tembokrejo 34.5% infants receive only breast milk with the details of the nutritional status of the nutritional status of more than 60%, 40% good nutritional status, malnutrition 0%, 0% BGM. The study was a descriptive cross sectional correlation method. Stratisfied sampling using random sampling, which of the 38 infants aged 6 months, 12 babies are not exclusively breast-fed and 26 exclusively breastfed infants. Measuring instruments used to collect data were questionnaires and systematic observation (KMS). The data obtained is then tabulated and analyzed with Sommes'd test that has an error rate of α = 5% (0.05). The results obtained in infants who are exclusively breast-fed babies have gi 50% more and 50% good nutrition, while in infants who are not exclusively breast-fed 33.3% and 58.3% more nutrient malnutrition. Having analyzed the resulting count equal to -0.077 Z is smaller than the critical value of 1.96. There was no association between exclusive breastfeeding and nutritional status of infants aged 6 months. However, given the benefits, the researchers recommend to stick exclusively breastfed infants. Keywords: breastfeeding, breastfeeding ekkslusif, infant nutrition status PENDAHULUAN ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan bagi bayi yang tidak tertandingi oleh apapun dalam menyediakan zat gizi ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan seorang bayi. Setelah 6 bulan, biasanya bayi membutuhkan lebih banyak zat besi dan seng daripada yang tersedia didalam ASI. Pertumbuhan bayi tidak dilihat hanya berdasarkan perubahan BB dan PB-nya saja. Namun juga, perlu diperhatikan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizinya. Jika keadaan gizi anak baik, barulah dapat dikatakan pertumbuhannya normal. Jika gizinya tak seimbang, pertumbuhan anak akan terganggu, seperti menjadi kurus, terlalu gemuk, atau pendek. Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 1997 menunjukkan bahwa rata-rata
lamanya pemberian ASI eksklusif hanya 1,7 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman selain ASI dan MP- ASI sudah mulai diberikan pada usia lebih dini. Prosentase bayi dengan status gizi baik menurun sejak bayi usia 6-10 bulan dan terus menurun hingga kira-kira separuh pada anak-anak berusia 48 - 59 bulan. Menurut data / laporan SPM Kab / Kota tahun 2004 Di Propinsi Jawa Timur bayi yang diberi ASI eksklusif sampai usia 6 bulan mencapai 40.59 % (274.896 dari 677.192 bayi), pencapaian pemberian ASI eksklusif pada tahun 2007 di Propinsi Jawa Timur meningkat yaitu sebanyak 40.77% (279.503 dari 685.642 bayi). Sedangkan Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di Kabupaten Jember pada tahun 2004 adalah 38.86% (16.071 dari 41.360 bayi) dan pada tahun 2007 mengalami kenaikan 13
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
yaitu 49,66% (19.818 bayi dari 39.909 bayi). (www.jatimprov.go.id) . WHO merekomendasikan pemberian ASI eksklusif bagi bayi sejak lahir, sesegera mungkin (setengah-1 jam sejak lahir) sampai setidaknya usia 4 bulan dan bila mungkin hingga usia 6 bulan. Rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan dan perkembangannya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit seperti diare dan pneumonia serta mempercepat pemulihan bila sakit. ASI eksklusif telah terbukti meningkatkan proteksi terhadap banyak penyakit dan meningkatkan kemungkinan melanjutkan menyusui sedikitnya sampai usia 1 tahun. Setelah usia 6 bulan terjadi karena kebutuhan gizi semakin meningkat, sementara produksi ASI semakin menurun dan pemberian MPASI belum sesuai dengan kecukupan gizi bayi. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan kekurangan energi protein (KEP) pada bayi. Dari keterangan diatas, dapat diketahui bahwa pemberian ASI merupakan
investasi penting dalam menunjang pertumbuhan bayi yang berkaitan erat dengan status gizi. Oleh karena itu penulis ingin mengadakan penelitian tentang pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 6 bulan yang berada di Puskesmas Tembokrejo yang mencakup Desa Tembokrejo, Desa Bagorejo, dan Desa Karangrejo. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan metode penelitian Cross sectional yaitu studi yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara Pemberian ASI Ekslusif dengan Status Gizi Bayi pada suatu waktu tertentu. Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tembokrejo dengan jumlah 38 bayi. Parameter yang diamati adalah bayi yang diberi ASI eksklusif dan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif yang diukur dengan kuesioner. Status Gizi yang diukur menggunakan KMS dan kemudian digolongkan menjadi Gizi lebih, Gizi baik, Gizi Kurang, Gizi buruk. Selanjutnya, dianalisis menggunakan Uji Sommers’d.
HASIL Data Umum Tabel Distribusi Responden berdasarkan usia reproduktif ibu di Puskesmas Tembokrejo bulan Agustus tahun 2011 Usia ibu (Tahun) 12-19 20-35 > 35 Σ
ASI Eksklusif Σ 0 22 4 26
% 0 84,6 15,4 100
Tidak ASI Eksklusif Σ % 0 0 12 100 0 0 12 100
Σ 0 34 4 38
Tabel Distribusi Responden berdasarkan pendidikan ibu di Puskesmas Tembokrejo bulan Agustus tahun 2011 Pendidikan ibu SD SMP SMA SMEA Akademi Perguruan Tinggi Σ
ASI Eksklusif Σ % 6 23.08 9 34.62 9 34.62 1 3,85 1 3,85 0 0 26 100
Tidak ASI Eksklusif Σ % 1 8.33 6 50 4 33.33 0 0 0 0 1 8.33 12 100
Σ 7 15 14 1 1 1 38 14
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Tabel Distribusi Responden berdasarkan pekerjaan ibu di Puskesmas Tembokrejo bulan Agustus tahun 2011 Pekerjaan ibu
ASI Eksklusif
IRT Buruh Tani Petani Wiraswasta Perawat Guru
Σ 17 2 2 4 1 0
% 65.38 7.69 7.69 15.38 3,85 0
Σ
26
100
Tidak ASI Eksklusif Σ % 9 75 0 0 1 8.33 1 8.33 0 0 1 8.33 12
100
Tabel Distribusi jenis kelamin dengan ASI ekslusif Jenis kelamin Laki-laki perempuan ∑
ASI eksklusif Σ 13 13 26
Tidak ASI eksklusif Σ % 5 42 7 58 12 100
% 50 50 100
Data Khusus Tabel Distribusi pemberian ASI eksklusif Pemberian ASI ekslusif Ya % Tidak 26 68,4 12
∑ % 31,6
38
Tabel Distribusi status gizi bayi usia 6 bulan Status gizi ASI ekslusif Jumlah Ya Tidak Gizi lebih 13 (50%) 5 (33.33%) 18 Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Jumlah
13 (50%) 0 0 26
7 (58.33%) 0 0 12
Tabel Tabel silang korelasi Sommers’d Status gizi ASI ekslusif Ya Tidak Gizi lebih 13 (50%) 5 (33.33%) Gizi baik Gizi kurang Gizi buruk Jumlah
20 0 0 38
Jumlah 18
13 (50%) 0
7 (58.33%) 0
20 0
0 26 (68.4%)
0 12 (31.6%)
0 38
PEMBAHASAN Dari data tersebut diketahui bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 68,4%, sedangkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif sebanyak 31,6%. Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas 15
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Tembokrejo adalah 65%, berarti pencapaian pemberian ASI eksklusif mampu memenuhi target yang ditentukan. Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui bayinya, beberapa peneliti yang telah dilakukan didaerah perkotaan dan perdesaan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, menunjukan bahwa faktor system dukungan, pengetahuan ibu terhadap ASI, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI. Pengaruhpengaruh tersebut dapat memberikan dampak negative maupun positif dalam memperlancar pemberian ASI eksklusif (Santosa, 2004). Adapun faktor lain yang mempengaruhi pemberian ASI adalah faktor sosial budaya ekonomi (pendidikan formal ibu, pendapatan keluarga dan status kerja ibu), faktor psikologis (takut kehilangan daya tarik sebagai wanita, tekanan batin), faktor fisik ibu (ibu yang sakit, misainya mastitis, dan sebagainya), faktor kurangnya petugas kesehatan sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif (Soetjiningsih, 1997). Sementara menurut Utami Roesli (2004), mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : pengetahuan ibu yang kurang memadai tentang ASI eksklusif, beredarnya mitos yang kurang baik, serta kesibukan ibu bekerja dan singkatnya cuti melahirkan, merupakan alasan yang diungkapkan oleh ibu yang tidak menyusui secara ekslusif. Menurut Lawrence Green (1980), pengetahuan dan sikap seseorang terhadap kesehatan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang, jadi jika seorang ibu hamil tidak pernah mendapatkan informasi atau penyuluhan mengenai pemberian ASI ekslusif dapat berpengaruh dalam memberikan ASI ekslusif pada bayinya di kemudian hari sehingga berpengaruh juga pada status gizi bayi.
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif jika dilihat dari pendidikan, kebanyakan ibu yang memberikan ASI eksklusif adalah tamat SMP dan SMA yaitu masing-masing 50%. Pendidikan yang lebih rendah dan tinggi berada dibawahnya. Sedangkan pada bayi yang tidak diberi ASI eksklusif menunjukkan kesamaan dengan ibu yang tamat SMP dan SMA berada di tingkat pertama dengan prosentase 50% dan 33,33%. Tingkat pendidikan ibu yang rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan ibu dalam menghadapi masalah, terutama dalam pemberian ASI eksklusif. Pengetahuan ini diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibuibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna pemeliharaan kesehatannya (Depkes RI, 1996). Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan (Azwar, 2000). Pendidikan diperkirakan ada kaitannya dengan pengetahuan ibu menyusui dalam memberikan ASI ekslusif hal ini dihubungkan dengan tingkat pengetahuan ibu bahwa seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang rendah (Notoatmodjo, 2003 ). Penggeseran paradigma itu dipicu oleh tingginya tingkat kebutuhan hidup dan meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri. Pendidikan dan kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih berani memasuki wilayah pekerjaan lain yang dapat memberdayakan kemampuan dirinya secara maksimal, sehingga ibu tidak dapat memberikan ASI ekslusif (Evi, 1992). Pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan jadi pengetahuan (Azwar, 2000).
16
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Dari hasil penelitian diketahui tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa pendidikan tinggi akan membuat seseorang bersikap mendukung terhadap hal-hal baru yang mempunyai aspek positif yang banyak. Karena tingginya tingkat kebutuhan hidup dan meningkatnya pemahaman kaum wanita tentang aktualisasi diri membuat wanita-wanita saat ini, dengan pendidikan tinggi wanita cenderung menjadi wanita pekerja sehingga tidak dapat memberikan ASI eksklusif. Tetapi sesuai dengan pernyataan diatas yang mengatakan seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula, karena pengetahuan tidak hanya didapat dari pendidikan formal tetapi juga pengalaman, mungkin responden dapat menerima dengan baik apa yang telah diinformasikan oleh tenaga kesehatan, dan berbagai media yang mendukung untuk memberikan ASI eksklusif. Dari segi pekerjaan, pekerjaan ibu yang bayinya diberi ASI eksklusif17 responden (65.38%) IRT, Buruh Tani 2 responden (7.69%), Petani 2 responden (7.69%), Wiraswasta 4 (15.38 %), Perawat 1 (3,85%). Sedangkan ibu yang bayinya tidak diberi ASI eksklusif 9 responden (75%) IRT, petani 1 responden (8.33%), wiraswasta 1 responden (8.33%), guru 1 responden (8.33%). Pekerjaan ibu juga diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan kesempatan ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Pengetahuan responden yang bekerja lebih baik bila dibandingkan dengan pengetahuan responden yang tidak bekerja. Semua ini disebabkan karena ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi, termasuk mendapatkan informasi tentang pemberian ASI eksklusif (Depkes RI 1999). Seorang ibu yang bekerja akan mempunyai tambahan pendapatan bagi keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya, apabila ia tidak bekerja maka tidak dapat memenuhi
kebutuhan pokok keluarganya, bekerja untuk perempuan sering kali bukan pilihan tetapi karena pendapatan suami tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya ( Novaria, 2000) Menurut Utami Roesli ( 2005 ), mengatakan bahwa bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI secara ekslusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan, meskipun cuti hamil hanya 3 bulan. Dengan pengetahuan yang benar tentang menyusui, adanya perlengkapan memerah ASI, dan dukungan lingkungan kerja, seorang ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI secara ekslusif. Pada ibu-ibu yang bayinya diberi ASI eksklusif kebanyakan adalah ibu rumah tangga yang mempunyai banyak waktu luang untuk mengurus bayinya sendiri. Tetapi pada bayi yang tidak diberi ASI kebanyakan juga ibu rumah tangga. Kemungkinan ada faktor-faktor selain pekerjaan yang dapat menghambat ibu memberikan ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan pengukuran antropometri umur dan berat badan yang menjadi patokannya adalah KMS (kartu menuju sehat). Hasil penelitian yang ada, menunjukkan bayi yang diberi ASI eksklusif status gizinya cenderung baik dan lebih dimana prosentasenya sama-sama 50%. Sedangkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif gizi baik sebesar 58.33% dan lebih 33.33%. Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorps, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,serta menghasilkan energi.(Supriasa, I Dewa Nyoman ,dkk, 2002) Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Contohnya gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan dan pengeluaran 17
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
yodium dalam tubuh. (Supriasa, I Dewa Nyoman ,dkk, 2002). Penelitian ini menggunakan antropometri untuk mengukur status gizi, dimana yang diteliti yaitu umur dan berat badan. Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan yang terjadi karena kesalahan ini akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran berat badan dan panjang tidak akan berarti kalau penentuan umur yang salah. Berdasarkan Puslitbang Gizi Bogor(1980), batasan umur yang digunakan adalah tahun penuh dan untuk anak 0-24 bulan digunakan bulan penuh. Faktor berat badan merupakan pengukuran yang terpenting pada bayi baru lahir. Dan hal ini digunakan untuk menentukan apakah bayi termasuk normal atau tidak (Supariasa,dkk, 2001). Pertumbuhan bekaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan fungsi tingkat sel, organ maupun individu, yang diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram). (2002 Supriasa). Sedangkan Berat badan merupakan hasil peningkatan / penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara tulang, otot, lemak, cairan tubuh. Parameter ini yang paling baik untuk melihat perubahan yang terjadi dalam waktu singkat karena konsumsi makanan dan kondisi kesehatan (Soetjiningsih 1998). Sehingga berat badan menjadi salah satu penilaian pertumbuhan. Perubahan berat badan dikarenakan adanya konsumsi makanan seperti bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI saja sudah mampu menunjang pertumbuhan bayi karena beberapa factor. Seperti, dari segi kandungan ASI, Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan. ASI adalah makanan sempurna dengan kadar nutrisi yang seimbang. Bila kebutuhan energi telah dapat dipenuhi oleh ASI maka dengan sendirinya kebutuhan akan nutrisi lain terpenuhi. Enzim-enzim terkandung di dalam ASI berguna untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut, membuat ASI bisa diterima oleh tubuh
bayi. ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. Zat-zat gizi berkualitas tinggi juga terdapat dalam ASI yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. Kandungan tinggi hormon protein yang dikenal sebagai adinopectin yang berhubungan dengan rendahnya resiko serangan jantung. Kadar adinopectin yang tinggi dijumpai pada orang yang kegemukan dan orang yang memiliki resiko besar terkena serangan jantung. Maka dengan adanya hormon ini, bayi yang diberi ASI akan terhindar dari resiko terjadinya kelebihan berat badan. Factor usia ibu, diketahui bahwa ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun untuk kelompok bayi yang diberi ASI eksklusif sebesar 84,6% dan usia ibu yang diatas 35 tahun sebesar 15, 4%. Sedangkan pada bayi yang tidak ASI eksklusif, ibu berusia 20 sampai 35 tahun 100%. Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Nursalam, 2001) Dalam kurun waktu reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan persalinan dan menyusui adalah 20-35 tahun oleh sebab itu yang sesuai dengan masa reproduksi sangat baik dan sangat mendukung dalam pemberian ASI ekslusif, sedangkan umur yang kurang dari 20 tahun dianggap masih belum matang secara fisik mental dan psikologi dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta pemberian ASI, sedangkan umur lebih dari 35 tahun dianggap juga berbahaya sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun selain itu bisa 18
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
terjadi resiko bawaan pada bayinya dan juga dapat meningkatkan penyulit pada kehamila, persalinan dan nifas (Martadisoebrata, 1992) Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. lbu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalam hal jasmani dan sosial dalam menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang dilahirkan (Depkes RI, 1994). Sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun, menurut Hurlock (1997) disebut sebagai "masa dewasa" dan disebut juga masa reproduksi, di mana pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nifas dan merawat bayinya nanti. Pada primipara dengan usia 35 tahun ke atas dimana produksi hormone relatif berkurang, mengakibatkan proses laktasi menurun, sedangkan pada usia remaja 1219 tahun harus dikaji pula secara teliti karena perkembangan fisik, psikologis maupun sosialnya belum siap yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis dan dapat mempengaruhi dalam produksi ASI. Tidak ada hambatan pada produksi ASI, mekanisme menyusui. Cara menyusui yang benar, akan mengantarkan zat gizi yang cukup untuk bayi. Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya produksi ASI (Packard, 1982). Kurve pertumbuhan berat badan memuaskan, yaitu menunjukkan berat badan pada triwulan I : 150-250 gr setiap minggu, triwulan II : 200-600 gr setiap bulan (www.lusa.wb.id). Hasil penelitian pada bayi yang diberi ASI eksklusif bergizi baik menunjukkan adanya kesesuaian dengan teori-teori yang ada. Tetapi pada bayi yang
diberi ASI eksklusif juga ditemukan adanya status gizi lebih yang tidak sesuai dengan teori yang, sangat mungkin dikarenakan factor lain, misalnya status gizi ibu pada waktu hamil, berat badan bayi pada waktu lahir atau adanya factor genetik. Perubahan berat badan dikarenakan adanya konsumsi makanan seperti bayi usia 0-6 bulan yang diberi ASI saja sudah mampu menunjang pertumbuhan bayi karena beberapa factor. Seperti, dari segi kandungan ASI, Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai enam bulan. ASI adalah makanan sempurna dengan kadar nutrisi yang seimbang. Bila kebutuhan energi telah dapat dipenuhi oleh ASI maka dengan sendirinya kebutuhan akan nutrisi lain terpenuhi. Enzim-enzim terkandung di dalam ASI berguna untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut, membuat ASI bisa diterima oleh tubuh bayi. ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi. Rasio Whey dengan Casein merupakan salah satu keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi. ASI mengandung whey lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi mempunyai perbandingan Whey :Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. Zat-zat gizi berkualitas tinggi juga terdapat dalam ASI yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. Kandungan tinggi hormon protein yang dikenal sebagai adinopectin yang berhubungan dengan rendahnya resiko serangan jantung. Kadar adinopectin yang tinggi dijumpai pada orang yang kegemukan dan orang yang memiliki resiko besar terkena serangan jantung. Maka dengan adanya hormon ini, bayi yang diberi ASI akan terhindar dari resiko terjadinya kelebihan berat badan. Tabulasi silang korelasi Sommers’d diketahui bahwa bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami gizi lebih sebanyak 50% dan gizi baik sebanyak 50%. Hal ini mungkin disebabkan pengetahuan akan perilaku sehat dalam masyarakat baik, 19
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
meskipun pendidikan kebanyakan tamat SMP dan SMA, karena pengetahuan bisa diperoleh darimana saja, bisa dari tenaga kesehatan, kader, maupun informasi dari media massa. Dengan menggunakan uji Sommers’d didapatkan harga Z hitung sebesar -0,077 dan nilai kritis ditetapkan 1,96 dengan tingkat kesalahan 0,05. Karena didapatkan nilai Z hitung lebih kecil dari nilai kritis, sehingga H0 gagal ditolak dan Ha ditolak, yang artinya tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 6 bulan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tembokrejo kecamatan Gumukmas Kabupaten Jember yaitu bayi usia 6 bulan yang diberi ASI eksklusif mengalami gizi lebih sebesar 50 % dan bayi yang mengalami gizi kurang sebanyak 50%, bayi yang mengalami gizi kurang 0%, dan bayi yang mengalami gizi buruk yaitu 0%. Sedangkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif didapatkan status gizi lebih sebesar 33.33%, gizi baik 58.33%, guzu kurang 0% dan gizi buruk 0%. Tidak ada hubungan pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi usia 6 bulan di Puskesmas Tembokrejo. Dengan adanya penelitian ini diharapkan orang tua lebih bijak dalam memberikan nutrisi bagi putra-putrinya karena nutrisi mempunyai peranan penting bagi pertumbuhannya serta lebih aktif dalam mencari informasi mengenai gizi bayi, dan hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan, agar pola asuh yang sehat didapatkan putra-putrinya sehingga dapat mengurangi faktor-faktor penghambat pertumbuhan. DAFTAR PUSTAKA Soetjiningsih, Asi : petunjuk untuk tenaga kesehatan, Jakarta : EGC, 1997 Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta : EGC, 1995
Nursalam, Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (untuk perawat dan bidan), Jakarta : EGC, 2005 Supriasa, I Dewa Nyoman, dkk, Penilaian Status Gizi, Jakarta : EGC, 2002 Depkes RI, Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita, Jakarta : 1995 Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (Mp-Asi) Lokal, Departemen Kesehatan RI, 2006 Novianti, Ratih, Menyusui Itu Indah, Yogyakarta : Oktopus, 2009 Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta : Depkes dan JICA, cetakan 2006 Notoatmodjo, Seokidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat,Cetakan Pertama,Jakarta : RinekaCipta, 2003 Notoatmodjo, Seokidjo, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan,Cetakan Kedua, Jakarta : Rineka Cipta ,2003 Nursalam, Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta : CV Infomedika, 2001 Depkes RI Dirjen Binkesmas Direktorat Gizi Masyarakat, Asi Eksklusif Untuk Ibu Bekerja, Jakarta, 2004 Hubertin, S, Konsep Penerapan ASI Eksklusif Cetakan I, Jakarta : EGC, 2004 Hurlock, Psikologi Perkembangan. Edisi 5. Jakarta : EGC, 2002 Ida Bagus G.M, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Bidan, Cetakan I, Jakarta : ECG, 1998 Perinasia, Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui Cetakan Ke-2, Jakarta : Bina Rupa Akasara, 1994 Pilliteri, Adele, Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak, Jakarta:EGC, 2002 Azwar Azrul, Manajemen Laktasi, Jakarta: Depkes RI, 2005 Purwanti, Konsep Penerapan ASI ekslusif Buku Kedokteran. Jakarta : EGC, 2004 Prawirohardjo Sarwono, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka, 2002
20
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif…………………………………………………….Elfira Nurul Aini, Hal. 13 - 21
Roesli, Utami, Mengenal ASI Eksklusif Seri I, Jakarta, 2004 Saifuddin, A.B,.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Matemal dan Neonatal.JMPKKF-POGI, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka., 2001 Notoatmodjo, Seokidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Dempsey, Patricia Ann & Arthur D. Dempsey, Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan, Jakarta : EGC, 2002 Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Budiman, Chandra, Metodologi Kesehatan, Jakarta : EGC, 2008 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : ALFABETA, 2002. Santoso, Singgih, Statistik Non Parametrik, Jakarta : PT Elex Media Kumputindo, 2004 www.perpustakaan-depkes.org:8180 /bitst ream/123456789/1259/1/KEPMENK ESNO.450-MENKES-SK-IV2004.pdf-, tanggal akses 05-03 -2011. Admin, bersumber dari : http://bayidananak.com/2008/11/19/a si-eksklusif-6-bulan/, tanggal akses 05-03-2011 http://enformasi.com/2008/11/pertumbuhan -bayi-sehat.html, tanggal akses 12-062011 www.gizi.net/kebijakangizi/download/stranas%20final.doc, tanggal akses 05-03-2011 owner bersumber dari : http://provisi.awardspace.com/cetak.p hp?id=54, tanggal akses 7-7-2011 http://infobunda.com/pages/new forum/posts.php?topic=9364, tanggal akses 12-06-2011 www.jatimprov.go.id, tanggal akses 06-072011 Tabloid Ibu Anak bersumber dari : http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprtl/C yberwoman/detail.aspx?x=Mother+A nd+Baby&y=Cyberwoman|0|0|8|833, tanggal akses 7-7-2011
Juliana, bersumber dari : http://www.mailarchive.com/
[email protected]/msg101669.html, tanggal akses 2-9-2011 HealthWoman bersumber dari : http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/com mon/ptofriend.aspx?x=HealthWoman &y=cybermed|0|0|14|641, tanggal akses 5-3-2011 Referensi kesehatan, bersumber dari : http://creasoft.wordpress.com/2008/0 5/08/produksi-asi-dan-faktor-yangmempengaruhinya/, tanggal akses 29-2011 Buku Panduan Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI,2001 bersumber dari : www.gizi.net/asi/download/KEUNG GULAN%20ASI%20DAN% http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkmarifin4.pdf, tanggal akses 12-06-2011 http://www.medicalnewstoday.com/articles/ 104940.php, tanggal akses 7-7-2011 Referensi Kesehatan bersumber dari : http://creasoft.wordpress.com/2008/0 5/01/status-gizi-versi-kms, tanggal akses 24-05-2011 Akhmadi, bersumber dari : http://www.rajawana.com/artikel/kese hatan/336-4-jenis-parameter-statusgizi.html, tanggal akses 12-06-2011 Hendra, bersumber dari : http://ajangberkarya.wordpress.com/2 008/05/20/konsep-status-gizi/, tanggang akses 10-06-2011 Lusa, bersumber dari : http://www.lusa.web.id/giziseimbang-bagi-bayi/, tanggal akses 12-08-2011
21
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH TERHADAP SIKAP IBU TENTANG PAP SMEAR PADA IBU – IBU DI BPS Ny. TIAS KHOLILI, A.Md., Keb MLOKOREJO – PUGER KABUPATEN JEMBER Riza Umami* *Staf Pengajar STIKES Bhakti Negara ABSTRACT Cervical cancer is a malignancy that occurs on the cervix (cervical) which is the lowest part of the uterus that protrudes into the top of hole intercourse (vaginal). The cause is not known for certain, but 95% of cases were HPV (Human Pappiloma Virus) positive. In 2007 the Chairman of the Central Executive III Indonesian Cancer Foundation (ICF), Sumaryati Aryoso said that each year there are 15,000 women who develop cervical cancer in Indonesia. Of this amount, 8,000 of whom died. The purpose of this study to determine the effect of health education lectures using maternal attitudes about the Pap smear. The study design used was the type of research Pre-Experiment. The population in this study were mother-tongue in the BPS Ny. Tias Kholili, A.Md., Keb Mlokorejo - Puger Jember district with a sample of 20 people and the sampling technique used is total sampling. From the research that has been conducted on February 7, 2012 showed that positive attitudes about the Pap smear before Mother's health education were 14 respondents (70%) while negative attitudes about the Pap smear before Mother's health education is 6 respondents (30%). Similarly, a positive attitude about the Pap smear after the mother of health education as much as 19 respondents (95%) while negative attitudes about the Pap smear after Mother's health education is still common although only one respondent (5%). Based on Chi-square statistical test with a significance level of 5% 6.705 obtained results, thus this study received H1 which means no influence of health education lectures using Mom's attitude about Pap smears. Keywords: Health Education, Attitude and Pap smear PENDAHULUAN Kanker Leher Rahim adalah keganasan yang terjadi pada leher rahim (serviks) yang merupakan bagian terendah dari rahim yang menonjol ke puncak liang senggama (vagina). Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi 95% kasus ditemukan HPV (Human Pappiloma Virus) positif. Gejala pada tahap pra kanker atau dini biasanya belum timbul. Setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual, memiliki pasangan seksual yang berganti-ganti atau multipartner, melakukan hubungan seksual pada saat masih sangat muda, mempunyai banyak anak dengan rentang yang pendek,
ditemukannya Human Papiloma Virus (HPV), wanita perokok merupakan faktor resiko terhadap kanker leher rahim. Pada tahun 2007 Ketua III Pimpinan Pusat Yayasan Kanker Indonesia (YKI), Sumaryati Aryoso mengatakan bahwa kondisi penyakit kanker yang terjadi di Indonesia sangat bertolak belakang dengan negara maju lainnya. Di negara berkembang, penyakit kanker rahim menjadi ranking pertama setelah kanker payudara. Menurutnya, diperkirakan setiap tahunnya terdapat 15.000 kaum perempuan yang terserang kanker rahim di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 8.000 di antaranya meninggal dunia. Menurut Departemen 22
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
Kesehatan, salah satu alasan semakin berkembangnya penyakit kanker tersebut adalah rendahnya cakupan deteksi dini pada kanker serviks. Untuk wanita di kota besar mungkin sudah cukup banyak yang melakukannya, namun beda perihalnya dengan wanita di pelosok yang kekurangan akses di bidang medis (www.kompas.com/read/xml/2008/04/21/0 9585380/ Dicanangkan, Program Nasional Deteksi Kanker Rahim dan Payudara ). Untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim, diantaranya dengan melakukan Papsmear. Pemeriksaan ini murah, cepat dan dapat dilakukan di pelayanan kesehatan terdekat seperti Puskesmas, Rumah Bersalin, Rumah Sakit, Bidan, Klinik, Praktek dokter, dll. Pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja, kecuali sedang haid atau sesuai dengan petunjuk dokter. Papsmear sebaiknya dilakukan 1 kali setahun oleh setiap wanita yang sudah melakukan hubungan seksual Meskipun Pap smear tidak dengan sendirinya mencegah kanker, pemeriksaan ini hanya untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan yang bersifat prakanker. Dengan papsmear, hasilnya mungkin saja termasuk kelompok normal, hanya ada peradangan atau kelompok lainnya . Apabila kelainan dapat diterapi, kanker biasanya tidak dapat berkembang. Menurut WHO (1954) tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan, maka dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan. (Ircham Mahfoedz; 2007: 7) Menurut Notoatmodjo (2003: 105), metode yang digunakan pada aplikasi pendidikan kesehatan adalah metode belajar mengajar. Salah satu metodenya adalah ceramah, yang sangat ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian secara lisan pada kelompok besar.
METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian Pre-Eksperimen yang seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh sebab itu, sering disebut juga dengan istilah “quasi eksperimen” dengan pendekatan Pre test and Post test Group. Menurut Arikunto (2006: 85) di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum (01) eksperimen yang disebut pre test dan observasi sesudah (02) eksperimen yang disebut post test. Populasi adalah Ibu-Ibu yang ada di BPS Ny. Tias Kholili, A.Md., Keb Mlokorejo-Puger kabupaten Jember sejumlah 40 orang, teknik sampling yang digunakan adalah total sampling dan analisa data menggunakan Chi Kuadrat. HASIL DAN BAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tanggal 07 Februari 2012 didapatkan hasil bahwa sikap positif Ibu tentang Pap smear sebelum pendidikan kesehatan adalah 14 responden (70 %) sedangkan sikap negatif Ibu tentang Pap smear sebelum pendidikan kesehatan adalah 6 responden (30 %). Begitu pula dengan sikap positif Ibu tentang Pap smear setelah pendidikan kesehatan sebanyak 19 responden (95 %) sedangkan sikap negatif Ibu tentang Pap smear setelah pendidikan kesehatan masih ditemukan meskipun hanya 1 responden (5 %). Berdasarkan uji statistik Chi square dengan taraf signifikansi 5 % diperoleh hasil 6,705, dengan demikian penelitian ini menerima H1 yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap sikap Ibu tentang Pap smear. Tabel 4.4 Sikap Ibu-ibu tentang Pap smear sebelum pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah No. Sikap Jumlah % 1. Positif 14 70 2. Negatif 6 30 Jumlah 20 100 23
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
Menurut Molyani R (2002: 8) yang disadur dari Kusmiati, tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain umur, pendidikan dan pengalaman pribadi. Tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya karena itu akan berbeda sikap klien yang berpendidikan tinggi dibandingkan yang berpendidikan rendah dalam menyikapi suatu proses. Mengingat penderita kanker serviks terbanyak ditemukan pada stadium lanjut maka informasi menyeluruh tentang Pap smear sebagai deteksi dini kanker serviks perlu di masyarakatkan agar selalu waspada terhadap kanker rahim. Hal tersebut dapat berupa penanaman pendidikan kesehatan secara dini tentang pentingnya pemeriksaan Pap smear dengan menggunakan metode yang dianggap tepat untuk mencapai suatu tujuan pendidikan kesehatan. Tabel 4.5 Sikap Ibu-ibu tentang Pap smear setelah pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah No. Sikap Jumlah % 1. Positif 19 95 2. Negatif 1 5 Jumlah 20 100 Notoatmodjo (2003 : 128) mengemukakan pendapatnya bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku telah melalui suatu proses yang di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.. Menurut New Comb yang diacu oleh Notoatmodjo (2003: 131) mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap ini dapat bersifat positif (+) yang kecenderungan tindakannya adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu sedangkan yang bersifat negatif (-) terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci menyukai obyek tertentu.
dan
tidak
Tabel 4.6 Pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap sikap ibu tentang Pap smear Skala Pre test Post ∑ Sikap test Positif 14 19 33 (70 %) (95 %) Negatif 6 (30 %) 1 (5 %) 7 Jumlah 20 20 40 Telah kita ketahui bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandang terhadap diri dan lingkungannya karena itu akan berbeda sikap klien yang berpendidikan tinggi dibandingkan yang berpendidikan rendah dalam menyikapi suatu proses. Menurut Azwar (2005: 28), hal ini disebabkan karena adanya faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap antara lain pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media yang digunakan, serta pengaruh factor emosional . Selain itu , sikap tidak berdiri sendiri tapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dan objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uji statistik Chi square dengan taraf signifikansi 5 % diperoleh hasil 6,705, dengan demikian penelitian ini menerima H1 yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap sikap Ibu tentang Pap smear. Angka kejadian kanker rahim cukup tinggi di Indonesia, maka dari itu lakukan Pap smear dengan segera. Dan harus mampu untuk menepiskan rasa malu, kecemasan dan ketakutan yang berlebihan, sehingga angka kejadian dan angka kematian penyebab kanker rahim ini dapat dikendalikan, dan untuk peneliti selanjutnya diharapkan mampu untuk memperbaiki questioner dan adanya kelompok control. 24
Pengaruh Pendidikan Kesehatan…………………………………..………………………….Riza Umami, Hal. 22 - 25
DAFTAR PUSTAKA Arikunto S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta Azwar Saifuddin. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar Evennet, Karen. 2003. Pap Smear. Jakarta: Arcan. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 2002 Budiman, Chandra, Metodologi Kesehatan, Jakarta : EGC, 2008 Hasibuan. 2008. Proses Belajar Mengajar.Bandung: Rosda Heri Purwanto, 1999. Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta: Mahfoedz, Ircham. 2005. Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan, Dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya. Mahfoedz, Ircham. 2007. Pendidikan Kesehatan bagian dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya.
www.mediaindonesia.com/cetak/berita.asp?ID= 2002073023515871/ Kanker mulut rahim www.kompas.com/read/xml/2008/04/21/09 585380/ Dicanangkan, Program Nasional Deteksi Kanker Rahim dan Payudara
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta. Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: EGC Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. www.jatimprov.go.id/v3/index.php?option= com_content&task=view&id=21&It emid=2 - 20k / Pap smear www.kompak.co.id/news/display.asp?bln= 11&thn=2005 - 22k / Info kompak November di Jember www.promosikesehatan.com/?act=tips&id= 363-13k/ Deteksi Dini Kanker Serviks
25
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
HUBUNGAN PELAKSANAAN SUPERVISI DENGAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN OLEH PERAWAT PELAKSANA DI RUANG RAWAT INAP RSD dr. SOEBANDI JEMBER Sutaryanto* *Staf Dosen STIKES Bhakti Negara Jember ABSTRACT
Supervision is directing activities, coaching, and evaluation of nurses in order to perform the task with different roles and functions. One function of nurses is to document the nursing process. The purpose of this research was to determine the relationship between the course of the supervision with nursing process documentation RSD Dr. Soebandi Jember. This study uses analytic survey research design with cross secional study. The number of samples in this study were 125 nurses who are members of 20 teams by using the technique of sampling purposive. Test results of Spearmen rho correlation showed the value of P <0,05, it is 0,0001, from these results can be known that there was a very significant relationship between the course of the supervision with nursing process documentation. Key Word: the Implementation of Supervise, Nursing Process Documentation, Associate Nurse PENDAHULUAN Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan (Hadi, 2006). Pelayanan keperawatan yang bermutu tentunya tidak terlepas dari adanya komitmen perawat dalam memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pasien. Hal ini disebabkan karena peran perawat yang cukup vital. Perawat pelaksana memiliki wewenang dan tugas untuk memberikan pelayanan perawatan
secara langsung kepada pasien selama 24 jam sehingga rentan terhadap kesalahan dan kelalaian yang menimbulkan tuntutan pertanggung jawaban dan tanggung gugat apabila pasien dan keluarganya tidak bisa menerima kegagagalan upaya pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada pasien. Setiap tindakan keperawatan harus dilakukan pendokumentasian sehingga dapat dipertanggung jawabkan baik dari aspek etik maupun aspek hukum. Dokumentasi keperawatan harus ditulis secara lengkap sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Kasus akibat gugatan pihak keluarga terhadap kekeliruan, ketidaklengkapan dan ketidakakuratan pencatatan sesuai dengan kondisi pasien pernah terjadi di Amerika dan mengakibatkan denda sebesar $1 juta (Iyer.,et al, 2005). Berbagai penelitian yang pernah dilakukan dibeberapa 26
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
Rumah Sakit Daerah tentang dokumentasi proses keperawatan sebagian besar menunjukkan hasil masih kurang lengkapnya dokumentasi keperawatan. Kelengkapan dokumentasi proses keperawatan, tentunya tidak terlepas dari peran manajerial bidang keperawatan yang ada di sebuah instansi layanan kesehatan. Bidang manajemen harus melakukan fungsinya secara berkesinambungan agar pelaksanaan asuhan keperawatan sesuai dengan visi dan misinya. Adapun salah satu fungsi dari manajemen adalah pengarahan. Pengarahan memiliki berbagai macam fungsi, dan salah satunya adalah supervisi. Soebandi menunjukkan hasil bahwa: pencapaian prosentase dokumentasi proses keperawatan pada tahun 2006 mencapai 70%, tahun 2007 mencapai 65%, tahun 2008 mencapai 67%. Berdasarkan data tersebut dapat terlihat adanya penurunan penerapan Standar Asuhan Keperawatan dari 3 tahun terakhir. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan Pelaksanaan Supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan perawat pelaksanaan di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik dengan menggunakan metode cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2010. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana yang tergabung dalam 20 tim dan bekerja di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember yaitu Paviliun Anggrek, Paviliun Bougenvil, Ruang Kelas 1, Ruang Interna Wanita,
Pelaksanaan supervisi dilaksanakan dibeberapa layanan kesehatan, salah satu layanan kesehatan di kota Jember adalah RSD dr. Soebandi. Pelaksanaan supervisi keperawatan di RSD dr. Soebandi Jember dilakukan oleh Supervisior. Namun pelaksanaan supervisi masih kurang maksimal, hal ini dikarenakan evaluasi dokumentasi tidak selalu dilakukan oleh supervisor dikarenakan tugas supervisior yang merangkap sebagai kepala ruangan. Data hasil evaluasi dokumentasi proses keperawatan berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) Depkes RI oleh Tim bidang perawatan RSD dr.
Ruang Interna Pria, Ruang KanakKanak, Ruang Bedah Wanita, Ruang Bedah Ortopedi, Ruang Bedah Umum, Ruang Bedah Khusus, Ruang Stroke, dan Ruang Perinatologi. Tenik pengambilan sampelnya adalah purposive sampling. Data mengenai pelaksanaan supervisi didapat dari data primer yaitu melalui kuisioner yang diisi langsung oleh responden (perawat pelaksana).Data mengenai dokumentasi proes keperawatan diambil dari hasil studi dokumentasi penerapan Standar Asuhan Keperawatan. Jumlah berkas dokumentasi proses keperawatan yang diniliai adalah 5 berkas untuk tiap tim, sehingga jumlah total berkas yang dinilai adalah 100 berkas. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisa menggunakan teknik statistik yaitu uji Korelasi Spearman dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai probabilitas hitung. Maka dapat ditentukan hipotesis (Ho) ditolak apabila p<0,05 atau Ho gagal ditolak apabila p>0,05.
27
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
HASIL Pelaksanaan Supervisi Tabel 1 Distribusi pelaksanaan supervisi berdasarkan persepsi responden di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember bulan Maret 2010 Pelaksanaan Supervisi
Baik Sedang Buruk Total
Dokumentasi Proses Keperawatan Baik Sedang Buruk Tim % Tim % Tim % 17 85 0 0 0 0 1 5 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Total
Tim 17 3 0 20
% 85 15 0 100
P value
0,0001
Dokumentasi Proses Keperawatan Tabel 2 Distribussi responden berdasarkan dokumentasi proses keperawatan di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember bulan Maret 2010 Frekuensi Persentase Dokumentasi Proses Keperawatan (Tim Perawat (%) Pelaksana) 18 90,0 Dokumentasi proses keperawatan baik Dokumentasi proses keperawatan sedang Dokumentasi proses keperawatan buruk
Total Tabel 3
2 0
10,0 0
20
100
Distribusi Pelaksanaan supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember
Beban Kerja
Frekuensi (Tim Perawat Pelaksana)
Persentase (%)
17 3 0
85,0 15.0 0
20
100
Pelaksanaan supervisi baik Pelaksanaan supervisi sedang Pelaksanaan supervisi buruk
Total
Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman rho dengan melihat nilai significancy didapatkan nilai p<α (α=0,05), yaitu 0,0001<0,05. Apabila nilai p<α (α=0,05) maka nilai ini menunjukkan hipotesis (H0) ditolak yaitu terdapat hubungan antara pelaksanaan supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Kabupaten Jember. PEMBAHASAN Pelaksanaan Supervisi Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh persepsi perawat pelaksana terhadap pelaksanaan supervisi adalah pelaksanaan supervisi baik yaitu
sebanyak 17 tim perawat pelaksana (85%), pelaksanaan supervisi sedang yaitu sebanyak 3 tim perawat pelaksana (15%). Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh supervisior adalah dalam kategori baik. Hal ini disebabkan oleh 28
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
karena pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan sasaran, pelaksana, prinsip-prinsip, cara memberikan pengarahan, dan frekuensi melakukan supervisi. Sasaran pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh bidang keperawatan yaitu agar supervisior dapat memberikan pengarahan dalam melaksanakan tugasnya sehingga mengerti dan menyadari terhadap peran dan fungsinya sebagai pelaksana layanan keperawatan. Salah satu fungsi dari pelaksana keperawatan adalah fungsi dokumentasi. Sehingga supervisior berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan dalam proses pendokumentasian proses keperawatan baik langsung maupun tidak langsung. Didukung oleh pernyataan Suyanto (2009) bahwa salah satu sasaran dalam supervisi adalah pelaksanaan tugas keperawatan, supervisior memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana keperawatan. Berdasarkan data tambahan yang diperoleh oleh peneliti dari bidang perawatan, bahwa supervisi keperawatan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi dilaksanakan oleh tim supervisior yang terdiri dari kepala Instalasi rawat inap, kepala instalai rawat jalan, wakil kepala ruang secara bergantian dan terpadu. Sedangkan supervisi dokumentasi proses keperawatan dilakukan oleh tim supervisior dan kepala ruang pada masing-masing ruang rawat inap. Sesuai dengan pernyataan Suyanto (2009) bahwa supervisi keperawatan dilaksanakan oleh personel atau orang yang bertanggung jawab, antara lain: kepala ruangan, pengawas perawatan dari bidang perawatan, dan kepala bidang perawatan. Pelaksana supervisi sebaiknya dilakukan oleh atasan langsung dari yang disupervisi, atau apabila tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batasbatas wewenang tertentu. Atasan langsung akan lebih mengerti dan
memahami tentang kondisi, dan karasteristik bawahannya yang disupervisi. Seorang supervisior dalam melakukan tugasnya sehari-hari harus memiliki kompetensi yang baik, sehingga pelaksanaan supervisi dapat berjalan dengan baik. Didukung oleh pernyataan Suyanto (2009) yaitu salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang supervisior adalah kemampuan untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada perawat pelaksana dengan petunjuk yang jelas, lengkap, dan mudah dipahami sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan. Menurut Suarli & Yanyan (2007) bahwa supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala, supervisi yang dilakukan 1 kali bukan supervisi yang baik, karena organisasi selalu berkembang. Namun tidak ada pedoman yang pasti berapa kali supervisi harus dilakukan. Oleh karena itu, agar organisasi selalu dapat mengikuti perkembangan dan perubahan perlu dilakukan berbagai penyesuaian, supervisi dapat membantu penyesuaian tersebut yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bawahan. Sebagai tambahan informasi bidang perawatan Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi telah membuat jadwal pelaksanaan supervisi, yaitu setiap hari dilakukan supervisi. Seorang supervisior harus memahami prinsip-prinsip supervisi dalam keperawatan sehingga tugas supervisi dapat dijalankan dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Suyanto (2009) bahwa supervisi didasarkan atas hubungan professional serta berifat edukatif, dan supportif. Supervisior juga harus memberikan perasaan yang aman kepada perawat pelaksana, bukan hanya mencari kesalahan perawat, tetapi juga memberikan reinforcement atas keberhasilan yang dilakukan bawahan.
29
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
Berdasarkan data yang didapatkan dari bidang perawatan bahwa bidang keperawatan membentuk tim supervisi secara khusus untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit. Pelaksanaan supervisi lebih menekankan pada proses pengarahan dan pembinaan kepada tenaga keperawatan agar dalam melaksanakan tugasnya dapat menyadari dan mengerti terhadap peran, dan fungsinya dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan. Dalam memantau jalannya pelaksanaan supervisi, bidang perawatan melihat dari buku laporan supervisior yang wajib diserahkan setiap harinya, dan absensi supervisi untuk mengevaluasi jalannya pelaksanaan supervisi. Selain itu, kepala bidang perawatan, beserta jajarannya dan tim supervisior mengadakan rapat bersama. Salah satu satu faktor yang dapat menyebabkan pelaksanaan supervisi berjalan baik, karena selalu mendapat feed back dari kepala bidang perawatan. Sesuai dengan pernyataan Nursalam (2007) bahwa penilaian kegiatan supervisi dilakukan untuk menilai tujuan, efektivitas, dan kecocokan sesuatu sesuai dengan kriteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dokumentasi proses keperawatan oleh perawat Hasil dari penilaian dokumentasi proses keperawatan adalah 18 tim perawat pelaksana (90%) memiliki dokumentasi proses keperawatan baik, dan 2 tim perawat pelaksana (10%) memiliki dokumentasi proses keperawatan sedang. Berdasarkan hasil pengukuran, dokumentasi proses keperawatan baik karena perawat selalu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien. Mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Format dokumentasi proses keperawatan telah diperbarui dan diatur
sedemikian rupa sehingga mempermudah perawat dalam mendokumentasikan asuhan keperawatan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wawancara kepada perawat pelaksana dan kepala ruang bahwa dokumentasi proses keperawatan dalam kategori baik disebabkan oleh adanya uraian tugas yang ditetapkan oleh Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi kepada perawat pelaksana untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Adanya tugas tersebut, maka sesuai dengan perannya sebagai pelaksana layanan keperawatan, perawat termotivasi untuk selalu mendokumentasikan asuhan keperawatan kepada pasien. Sesuai dengan pendapat Ismani (2001) bahwa salah satu kewajiban perawat adalah membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. Kewajiban merupakan tanggung jawab seseorang yang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan haknya. Selain itu, perawat juga menyadari bahwa dokumentasi proses keperawatan sangat penting sebagai Responsibilitas (tanggung jawab) dan Akuntantibilitas (tanggung gugat) bagi perawat. Berdasarkan informasi dari perawat pelaksana, kepala ruang, medical record, dan bidang perawatan bahwa selain memperbarui format dokumentasi asuhan keperawatan, kepala ruang dan tim supervisior selalu memberikan dorongan dan arahan kepada perawat pelaksana untuk segera melengkapi dokumentasi asuhan keperawatan, terutama jika pasien akan pulang. Hal ini sebabkan oleh aturan yang dibuat oleh medical record bahwa dokumentasi 30
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
pasien harus segera dikumpulkan ke medical record dalam batas waktu 2x24 jam pada saat pasien pulang. Apabila tidak tepat waktu, maka akan diketahui grafik kecepatan pengumpulan dokumentasi asuhan dan menjadi bahan evaluasi ketika diadakan rapat bersama bagi masing-masing ruang rawat. Berdasarkan informasi dari bidang perawatan bahwa dengan kelengkapan dokumentasi proses keperawatan juga menjadi bahan pertimbangan untuk akreditasi rumah sakit. Sesuai dengan Depkes RI (2002) bahwa untuk menilai mutu asuhan keperawatan, maka perlu dilakukan evaluasi dari dokumentasi asuhan keperawatan, intervensi keperawatan, serta kuisioner kepuasan pasien. Hubungan Pelaksanaan Supervisi dengan Dokumentasi Proses Keperawatan oleh Perawat Pelaksana Hubungan pelaksanaan supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana didapatkan hasil bahwa ada hubungan yang sangat significan antara pelaksanaan supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember. Melalui supervisi yang baik, perawat pelaksana akan mendapat dorongan positif sehingga mau belajar dan meningkatkan kemampuan profesionalnya. Sesuai dengan pernyataan Suyanto (2009) bahwa pelaksanaan supervisi pendokumetasian dapat meningkatkan ketrampilan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Didukung oleh pernyataan Korn (dalam Suyanto, 2009) yaitu supervisi merupakan kegiatan merencanakan,
mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,mendorong,memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus kepada perawat dengan sabar, adil, serta bijaksana sehingga diharapkan perawat dapat menyelesaikan tugas keperawatan dengan baik, terampil, aman, cepat dan tepat, serta menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan dari perawat yang bersangkutan. Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan salah satu bentuk laporan tertulis yang dapat dijadikan salah satu aspek yang harus disupervisi oleh seorang supervisior. Peran supervisior sangat penting dalam pengarahan, penilaian, bimbingan, dan dalam memberikan contoh secara langsung. Perawat pelaksana sebagai pihak yang akan disupervisi oleh supervisior adalah tenaga keperawatan yang berkewajiban melaksanakan tugasnya. Sesuai dengan pernyataan Ismani (2001) bahwa salah satu kewajiban perawat adalah membuat dokumentasi asuhan keperawatan secara akurat dan berkesinambungan. Kelengkapan dan kesesuaian standart adalah variabel yang perlu disupervisi. Sesuai dengan hasil penelitian yang tercantum pada tabel 5.4 yaitu terdapat 17 tim perawat pelaksana (100%) yang mempersepsikan pelaksanaan supervisi baik dengan dokumentasi baik, sedangkan 2 tim perawat pelaksana (66,7%) mempersepsikan pelaksanaan supervisi sedang dengan dokumentasi sedang. Berdasarkan data penelitian yang tercantum pada tabel 5.4 juga diperoleh hasil bahwa terdapat 1 tim perawat pelaksana yang mempersepsikan pelaksanaan supervisi sedang dengan dokumentasi baik (33,3%). Hal ini 31
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
mungkin disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Murhayati (2006), didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu faktor individu seperti karakteristik individu dan kemampuan intelektual, faktor organisasi seperti pelatihan, beban kerja, iklim kerja, dan penambahan insentif. Adapun keterbatasan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. peneliti tidak bisa mengetahui hubungan karakteristik individu dengan dokumentasi proses keperawatan disebakkan oleh pengambilan skor nilai adalah dalam bentuk kelompok; b. Alat untuk mengukur pelaksanaan supervisi menggunakan kuisioner memiliki beberapa keterbatasan, kemungkinan adanya hallo effect yaitu suatu kecenderungan untuk menilai lebih tinggi orang yang menjadi favorit; c. Beban kerja perawat pelaksana yang relatif tinggi menyebabkan responden kurang fokus dalam pengisian kuisioner; d. Peneliti tidak bisa membaca arah dan kuat hubungan, hal ini disebabkan data yang dianalisa di turunkan dari data numerik menjadi data kategorik sehingga derajat hubungan tidak bisa terbaca. SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian dari persepsi perawat pelaksana tentang pelaksanaan supervisi dokumentasi oleh Tim supervisior dan kepala ruang dalam kategori baik yaitu sebanyak 17 tim perawat pelaksana (85%). Penyebab pelaksanaan supervisi baik disebakkan oleh adanya kesesuaian pelaksanaan supervisi sesuai dengan sasaran,
pelaksana, prinsip-prinsip, cara memberikan pengarahan, dan frekuensi melakukan supervisi. Hasil penelitian dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana dalam kategori baik yaitu sebanyak 18 tim perawat pelaksana (90,0%). Penyebab dokumentasi proses keperawatan baik adalah adanya motivasi dari perawat maupun dari supervisior dan kepala ruangan kepada perawat pelaksana untuk selalu mendokumentasikan asuhan keperawatan secara lengkap. Berdasarkan uji korelasi spearmen rho didapatkan hasil diperoleh nilai p adalah 0,0001.Didapatkan nilai p<α (α=0,05), maka nilai ini menunjukkan hipotesis (H0) ditolak yaitu terdapat hubungan yang sangat significan antara pelaksanaan supervisi dengan dokumentasi proses keperawatan oleh perawat pelaksana di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember. Dokumentasi asuhan keperawatan harus dilakukan sesegera mungkin setelah memberikan asuhan keperawatan kepada pasien, hal ini ditujukan untuk menghindari kelalaian, dan ketidak akuratan. Dokumentasi bukan hanya sebagai syarat administrasi, tetapi sebagai bagian dari proses asuhan keperawatan; Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi dokumentasi proses keperawatan dan pelaksanaan supervisi di ruang rawat inap RSD dr. Soebandi Jember. Seperti faktor Individu yaitu karakterisitik individu dan kemampuan intelaktual serta faktor organisasi seperti beban kerja, iklim kerja, insentif dan pelatihan. Masyarakat yang mendapatkan ketidakpuasan atau merasa ada kejanggalan pelayanan kesehatan selama menjalani perawatan dan pengobatan di Rumah sakit, maka berhak untuk melakukan klafirikasi dan gugatan. Hal ini dapat disesuaikan dengan data rekam medik pasien.
32
Hubungan Pelaksanaan Supervisi…………………………………..………………………….Sutaryanto, Hal. 26 - 33
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya. Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Cetakan keempat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bidang Keperawatan RSD dr. Soebandi jember. 2009. Prosedur dan Uraian tugas Supervisi Keperawatan. Jember: Bidang Keperawatan RSD dr. Soebandi jember. Dahlan, Sopiyudin. 2006. Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Depkes RI. 2001. Instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Pelayanan Keperawatan. Depkes RI. 1999. Pedoman Uraian Tugas Tugas Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Dinarti, et al. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan.Jakarta: Widya Medika. Iyer, Patricia W., & Camp, Nancy H., 2005. Dokumentasi Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Simamora, H. Roymond. 2009. Dokumentasi Proses Keperawatan. Jember: Jember University Press
33
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
PENGARUH TERAPI QUR’AN TERHADAP PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KALISAT JEMBER Trisna Vitaliati* *Staf Dosen STIKES Bhakti Negara Jember ABSTRACT The effects of the disease on the body will cause pain. Pain experienced by hospitalized patients have pain intensity vary. Pain is the most common reason people seek medical care. Pain can be a major factor that hinders the ability and willingness of individuals to recover from an illness. Pain management with non-pharmacological means should be applied. But the ground reality of clients who complained of pain immediately given analgesics and ignore the non farmakolagi Qur'an as therapy. Yet what is important to note that in addition to drug delivery is mentally and emotionally clients. This study aims to find out is there any "Qur'an therapeutic effect to changes in pain intensity in hospitalized patients." This research is to design pre ekspeimental experiment (pre-experimental design) by using a one group pre-test and post-test took place in hospitals Kalisat Jember. The sampling method with a total sampling with 61 respondents. Test analysis in this study is the Wilcoxon matched pairs test and Friedman with SPSS version 12 mengngunakan. Research suggests that there are differences obtained pain scale before therapy after Qur'an therapy. Treatment Qur'an therapy in hospitalized patients between 1st day, 2nd day and 3rd day had a significant influence in the amount based on the value of significance 0.000 where sig <0.05. Keywords: Therapy Qur'an, Pain PENDAHULUAN Efek dari penyakit terhadap tubuh akan menimbulkan nyeri. Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. Nyeri merupakan alasan paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Ketidaknyamanan atau nyeri bagaimanapun keadaannya harus segera di atasi, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia sebagaimana dalam hierarki maslow. Seseorang yang mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahat serta tidurnya (potter & perri, 2006). Jika nyeri tidak ditangani secara adekuat, selain menimbulkan ketidakmampuan juga dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, imunologik dan stress serta
dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan (smeltzer dan bare, 2002). Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Nyeri bersifat subjektif, Perawat tidak bisa melihat atau merasakan nyeri yang dirasakan klien. Nyeri dapat merupakan faktor utama yang menghambat kemampuan dan keinginan individu untuk pulih dari suatu penyakit bahkan menyebabkan frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehatan. Pada tahun 1984 WHO memasukkan dimensi spiritual keagamaan sama pentingnya dengan dimensi fisik, psikologi, dan psikososial. Seiring dengan itu, terapi-terapi yang dilakukan pun mulai menggunakan dimensi spiritual keagamaan, terapi yang 34
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..………………………………….Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
demikian disebut dengan terapi holistik artinya terapi yang melibatkan fisik, psikologis, psikososial, dan spiritual. The American Psychiatric Association (APA) mengadopsi gabungan dari empat dimensi di atas dengan istilah paradigma pendekatan biopsikososiospiritual. Di ASEAN pentingnya terapi agama dalam psikoterapi mulai diperhatikan pada tahun 1995 (Purwanto, 2007). Hal lain yang penting untuk diperhatikan selain pemberian obat adalah segi mental serta emosi pasien. Selain obat-obat anti depresan yang dapat memberikan efek perubahan kimiawi otak dan mempengaruhi neurotransmitter baik pada depresi maupun sensasi nyeri, juga dapat dilakukan teknik konsultasi biofeedback (melatih otak untuk mengubah persepsinya akan rasa nyeri) dan teknik relaksasi (Andreas, 2002) Salah satu contoh manajemen nyeri non farmakologi adalah penggunaan terapi Qur’an, dimana kepada pasien diperdengarkan bacaan Al-Qur’an melalui headphone. Terapi dengan menggunakan media Al-Qur’an merupakan penemuan terapi terbaru dalam dunia kesehatan. Keuntungan dari penggunaan terapi Qur’an adalah klien dapat mengalihkan perhatian pada hal-hal lain dan akan lebih rileks, dengan demikian perhatian klien tidak lagi terpusat pada nyeri yang dialami (Mustamir, 2007). Sehingga akan mengurangi ketegangan yang dapat meningkatkan nyeri dan penurunan toleransi nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002). Terapi Qur’an adalah teknik untuk mengurangi nyeri menggunakan media Al-Qur’an. Terapi ini merupakan perpaduan antara teknik meditasi dan nafas ritmik. Yaitu didalamnya terdapat unsur-unsur relaksasi dan distraksi. Selain itu terapi Quran juga bisa membantu untuk dapat mengubah persepsi seseorang akan nyeri yang dialami dengan asumsi bahwa kata-kata yang penuh kebaikan sering memberikan
efek autosugesti positif dan akan menimbulkan ketenangan. Berdasarkan observasi yang dilakukan di RSUD Kalisat Jember, Dimana perawat dalam memberikan intervensi terhadap nyeri biasanya langsung berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik daripada menggunakan intervensi keperawatan mandiri. Selain itu berdasarkan wawancara dengan 7 pasien dan keluarganya, mengatakan bahwa aspek spiritual sangat penting untuk diterapkan di suatu Rumah Sakit dengan asumsi bahwa pasien dan keluarganya sedang menghadapi ujian dari Allah SWT dan hanya kepadaNya tempat meminta pertolongan. Bahkan ada keluarga pasien yang menganggap bahwa mendengarkan bacaan Al-Qur’an jauh lebih baik daripada mendengarkan musik. Berkaitan dengan latar belakang di atas dan penggunaan terapi Qur’an yang tidak atau belum diaplikasikan dalam penatalaksanaan nyeri, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien rawat inap RSUD Kalisat Jember. Yang mana pada akhirnya dapat diketahui apakah terapi Qur’an efektif untuk mengatasi nyeri. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Praeksperimen (Pre - eksperimen designs) yaitu menilai pengaruh terapi qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien rawat inap di RSUD Kalisat Jember, dengan menggunakan pendekatan one group pre-test and posttest (Notoatmodjo, 2005). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita nyeri yang sedang menjalani rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat, Jember. Yang memenuhi kriteria sebagai berikut : beragama islam, dalam keadaan komposmentis, mampu diajak 35
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..…………….…………………….Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
komunikasi, menjalani rawat inap minimal 3 hari perawatan dan tidak mengalami gangguan pendengaran. Dengan jumlah responden untuk kelas II berjumlah 19 subjek dan kelas III berjumlah 42 subjek. Sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 61 subjek. Dalam menentukan sampel penelitian dengan metode accidental sampling yaitu setiap pasien yang ditemui pada waktu penelitian dan memenuhi kriteria sebagai populasi dijadikan sebagai sampel. Sehingga didapatkan sampel berjumlah 61 subjek. Lokasi penelitian dilakukan di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat, Jember. Jalan MH. Thamrin 31 Kalisat, Jember. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2010. Pengumpulan data klien rawat inap yang mengalami nyeri dilakukan di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember dengan melakukan studi dokumentasi. Klien yang memenuhi kriteria sebagai subjek penelitian dan penanggung jawab klien diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dengan tehnik pengumpulan data dengan wawancara dan menggunakan lembar observasi. Observasi dilakukan sebelum perlakuan (pre-test) dan sesudah perlakuan (posttest). Secara umum lembar observasi berisi tentang biodata responden dan skala nyeri pada pasien dengan nyeri. Untuk mengukur skala nyeri pada responden digunakan instrument Verbal Deskriptor Scale (VDS) terdiri dari sebuah garis lurus yang berupa urutan angka 0 – 5 (Smeltzer & Bare, 2002), dengan kriteria sebagai berikut : 1. Tidak ada nyeri : skala 0 2. Nyeri ringan : skala 1 3. Nyeri sedang : skala 2 4. Nyeri berat : skala 3 5. Nyeri hebat : skala 4 6. Nyeri sangat hebat : skala 5 Verbal Deskriptor Scale (VDS) telah sering digunakan untuk mengukur skala
nyeri, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas. Setelah kegiatan pengumpulan data selanjutnya dilakukan pengeditan atau penyuntingan yang kemudian dilanjutkan dengan penabulasian dan pengelompokan data. Langkah selanjutnya yaitu analisa data dengan menganalisa menggunakan uji hipotesis yang telah ditetapkan. Data yang mendukung penelitian ini adalah data kuantitatif yang berskala nominal dan rasio. Atas dasar kenyataan tersebut maka data dalam penelitian ini akan dianalisis secara statistik dengan bantuan program SPSS for windows versi 12.0 (Rozzaid, 2006). Analisa dan penyajian data dilakukan sebagai berikut : 1. Untuk melihat pengaruh terapi qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri digunakan uji wilcoxon matched pairs. 2. Untuk melihat keefektifan terapi qur’an antara hari pertama, kedua dan ketiga digunakan uji friedman test. HASIL Deskripsi Karakteristik Responden Tabel 1 Distribusi jenis kelamin subjek penelitian di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember Tahun 2010. Jenis kelamin
Jumlah
Laki-laki Perempuan Jumlah
32 29 61
Persentase (%) 52,46 47,54 100
Tabel 2 Distribusi umur subjek penelitian di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember Tahun 2010. Umur subjek penelitian 13-19 tahun 20-54 tahun >55 tahun Jumlah
Jumlah 2 46 13 61
Persentase (%) 3,28 75,41 21,31 100
36
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………….….Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
Tabel 3 Distribusi Tingkat Pendidikan subjek penelitian di ruang rawat Inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember Tahun 2010. Tingkat Persentase Jumlah pendidikan (%) Tidak 5 8,2 sekolah SD 25 40,98 SLTP 11 18,03 SLTA 15 24,59 PT 5 8,2 Jumlah 61 100 Tabel 4 Distribusi Jenis Pekerjaan subjek penelitian di ruang rawat Inap kelas II dan kelas III RSUD kalisat Jember Tahun 2010. Jenis Persentase Jumlah Pekerjaan (%) Tani 13 21,31 Wiraswasta 12 19,67 Ibu Rumah 15 24,59 Tangga PNS 8 13,11 Pensiunan 3 4,92 Karyawan 6 9,84 Siswa 4 6,56 Jumlah 61 100
Infeksi Saluran kencing Gastro Enteritis Akut Thypoid Dispepsia Efusi Pleura Tbc Gastritis Hemoroid Batu Saluran Kemih Apendisitis Gagal Ginjal Akut Diabetes Melitus Cephalgia Disfagia Ulkus Peptikum Jumlah
5
8,20
5
8,20
3 2 1 2 3 1
4,92 3,27 1,64 3,27 4,92 1,64
1
1,64
1
1,64
1
1,64
2
3,27
1 1
1,64 1,64
2
3,27
61
100
Tabel 5 Distribusi Diagnosa Medis subjek penelitian di ruang rawat Inap kelas II dan kelas III RSUD kalisat Jember Tahun 2010. Diagnosa Medis Colic Abdomen Hernia Scrotalis Asma Bronchiale Decomp. Cordis Sirosis Hepatis Cedera Kepala Ringan Hipertensi
Jumlah
Persentase (%)
10
16,39
1
1,64
5
8,20
2
3,27
2
3,27
4
6,55
6
9,83
37
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
Distribusi frekuensi intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi Tabel 6 Distribusi frekuensi intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember tahun 2010. SKALA NYERI HARI 1 HARI 2 HARI 3 Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah n % n % n % n % n % n % Tidak ada nyeri 0 0 0 0 0 22 36,07 Nyeri ringan 0 8 13,11 0 23 37,70 24 39,34 28 45,90 Nyeri sedang 8 13,11 37 60.66 20 32,79 33 54,10 23 37,71 10 16,39 Nyeri berat 42 68,86 16 26,23 36 59,01 4 6,56 14 22,95 1 1,64 Nyeri hebat 11 18,03 0 5 8,20 1 1,64 0 0 Nyeri sangat hebat 0 0 0 0 0 0 Pengaruh penerapan terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri Tabel 7 Distribusi pengaruh terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember tahun 2010. Perubahan F % X Z P Intensitas Nyeri 1. Hari I a. Berkurang 48 78,69 0,93 -6,471 0,000 b. Menetap 13 21,31 c. Bertambah 2. Hari II a. Berkurang 54 88,52 1,34 -6,901 0,000 b. Menetap 7 11,48 c. Bertambah 3. Hari III a. Berkurang 54 88,52 2,23 -6,979 0,000 b. Menetap 7 11,48 c. Bertambah Efektifitas penerapan terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri Tabel 8 Distribusi efektifitas pemberian terapi Qur’an antara hari 1, hari 2 dan hari 3 terhadap perubahan intensitas nyeri di ruang rawat inap kelas II dan kelas III RSUD Kalisat jember tahun 2010. n Chi-Square Asymp. Sig. skala nyeri 61 78,148 0,000 PEMBAHASAN Intensitas nyeri pada pasien rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember sebelum dilakukan terapi Qur’an Pada hasil pretest dari responden sesuai dengan tabel 2 menunjukkan intensitas nyeri pada pasien rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember prevalensi terbesar pada hari
pertama dan kedua adalah nyeri berat Meskipun pada hari pertama terdapat responden dengan nyeri hebat (18,03%). Sedangkan pada hari ketiga prevalensi terbesar adalah nyeri ringan (39,34%). Keadaan nyeri pada pasien rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember ini, seperti yang telah diungkapkan peneliti dalam latar belakang bahwa efek dari penyakit 38
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..…………………………………..Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
terhadap tubuh akan menimbulkan nyeri. Nyeri merupakan alasan paling umum orang mencari perawatan kesehatan. Nyeri bisa terjadi karena proses penyakit. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri. Terjadinya nyeri pada pasien rawat inap dapat disebabkan oleh trauma, neoplasma, peradangan, gangguan sirkulasi darah dan trauma psikologis. Secara umum keperawatan mendefinisikan nyeri sebagai apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan oleh individu yang mengalaminya (Halimah, 2003). Intensitas nyeri pada pasien rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember setelah dilakukan terapi Qur’an Perlakuan terapi Qur’an dengan cara mendengarkan bacaan Al-Qur’an melalui headphone yang dilakukan 1 kali sehari selama 3 hari perawatan seperti yang tercantum dalam tabel 2 dapat diketahui adanya perubahan skala nyeri (penurunan intensitas nyeri). Pada hasil posttest dari responden menunjukkan intensitas nyeri pada pasien rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember prevalensi terbesar pada hari pertama dan hari kedua adalah nyeri sedang. Sedangkan pada hari ketiga prevalensi terbesar adalah nyeri ringan, tetapi masih ada responden yang mengalami nyeri berat(1,64%). Terapi dengan menggunakan media Al-Qur’an merupakan terapi terbaru dalam dunia kesehatan. Keuntungan dari penggunaan terapi Qur’an adalah klien dapat mengalihkan perhatiannya pada hal-hal lain dan akan lebih rileks, dengan demikian perhatian klien tidak lagi berpusat pada nyeri yang dialaminya. Sehingga akan mengurangi ketegangan yang dapat meningkatkan nyeri dan penurunan toleransi nyeri. Sejumlah penelitian telah melaporkan bahwa Al-Qur’an mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa manusia. Hal tersebut diungkapkan Dr.
Nurhayati dari Malaysia dalam seminar konseling dan psikoterapi islam di Malaysia pada tahun 1997. menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya diperdengarkan ayatayat Al-Qur’an lewat walkman mini menunjukkan respon tersenyum dan menjadi lebih tenang (Ramadhani, 2007). Dr. Al Qodhi melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat AlQur’an, seorang muslim dapat merasakan perubahan fisiologis yang besar. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam konferensi kedokteran islam AS pada tahun 1984, disebutkan Al-Qur’an terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya. Pengaruh terapi Qur’an terhadap perubahan intensitas nyeri pada pasien rawat inap di kelas II dan kelas III RSUD Kalisat Jember Penelitian ini menunjukkan bahwa 88,52 % responden pada hari ketiga perlakuan mengalami perubahan intensitas nyeri yang dalam hal ini adalah penurunan intensitas nyeri. Tetapi terdapat 11,48 % responden yang tidak mengalami perubahan intensitas nyeri (menetap). Hal ini dapat dikarenakan berbagai hal seperti responden yang tidak dapat berkonsentrasi saat mendengarkan bacaan Al-Qur’an sehingga responden tidak begitu merasakan efek yang ditimbulkan. Selain juga dapat dipengaruhi oleh sifat dari diagnosis penyakitnya. Terapi Qur’an memberi pengaruh paling baik untuk jangka waktu singkat, untuk mengatasi nyeri hanya berlangsung beberapa menit, misalnya saat menunggu kerja analgetik. Terapi Qur’an juga akan membawa pengaruh positif terhadap emosi sehingga menjadi tenang. Emosi yang tenang ini akan berpengaruh kepada system limbik (susunan saraf pusat yang menjadi pusat 39
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
program emosi). System limbic ini akan mengatur sekresi hormon-hormon tertentu (misalnya kortisol) dan kemudian hormon ini akan mengatur tubuh untuk meningkatkan kekebalan tubuh (Mustamir, 2007). Untuk responden yang tidak mengalami penurunan intensitas nyeri dapat dimungkinkan karena responden kurang renpon terhadap terapi yang dilakukan. Penerapan terapi Qur’an secara fisiologis dapat menurunkan intensitas nyeri. Hal ini sesuai dengan teori gate control yang menyatakan bahwa rangsangan-rangsangan rasa sakit dapat diatur atau bahkan dihalangi oleh pintu mekanisme sepanjang system pusat neuron. Pintu mekanisme dapat ditemukan di dalam sel-sel gelatinosa dengan tanduk tulang belakang pada urat syaraf tulang belakang, thalamus dan system limbic. Dengan memahami apakah dapat mempengaruhi pintu-pintu ini, maka perawat dapat memperoleh sebuah kerangka kerja konseptual yang berguna untuk menejemen nyeri. Teori ini menynatakan bahwa rangsangan akan dirintangi ketika sebuah pintu tertutup. Penutupan pintu ini adalah dasar terapi untuk pertolongan terhadap nyeri (Potter & Perry, 2006). Sebuah keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut-serabut kontrol yang menurun dari otak mengatur proses ini. A delta dan neuron C membebaskan zat P untuk mengirim rangsangan-rangsangan melalui mekanisme pintu. Sebagai tambahan disana juga terdapat mekanoreseptor threker, A beta neuron yang lebih cepat yang bebas menghambat neurotransmitter. Jika intinya dominan adalah serabut A beta, mekanisme pintu akan menutup (Potter & Perry, 2006). Aksi ini dapat ditunjukkan saat perawat menerapkan manajemen nyeri dalam hal ini terapi Qur’an. Terapi Qur’an ini memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa ketidaknyamanan atau nyeri, stress fisik
dan emosi yang disebabkan oleh nyeri. Al-Qur’an mengandung kualitas nada huruf yang bervariasi yang “diaduk” oleh Allah SWT, sehingga menghasilkan rentetan huruf yang harmonis, sehingga dapat memberikan efek sebagaimana terapi musik (Mustamir, 2006). Setiap bunyi-bunyian atau irama yang didengar oleh telinga jasmani manusia dapat mempengaruhi fungsi anatomi dan fisiologis dari tubuh itu sendiri (Widiyati, 2006). Penyembuhan melalui suara adalah penggunaan vibrasi frekuensi atau bentuk suara untuk meningkatkan kesembuhan. Titik beratnya adalah pada perubahan-perubahan fisiologis, seperti penurunan tekanan darah, detak jantung dan meredakan ketegangan otot. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Karakteristik intensitas nyeri pada pasien rawat inap sebelum diberikan perlakuan berkisar nyeri hebat, nyeri berat, dan nyeri sedang. Setelah diberi perlakuan terapi Qur’an karakteristik nyeri responden berkisar nyeri berat, nyeri sedang, nyeri ringan sampai tidak ada nyeri. 2. Perlakuan terapi Qur’an pada pasien rawat inap memberikan pengaruh terhadap perubahan intensitas nyeri (penurunan). Didapatkan rata-rata penurunan untuk hari ke 1 sebesar 0,93 dengan nilai Z hitung sebesar 6,471; untuk hari ke 2 sebesar 1,34 dengan nilai Z hitung sebesar -6,901; dan untuk hari ke 3 sebesar 2,23 dengan nilai Z hitung -6,979 dengan nilai signifikasi (P) 0,000 pada tingkat kepercayaan 95%. 3. Perlakuan terapi Qur’an pada pasien rawat inap antara hari ke 1, ke 2, dan ke 3 memberikan pengaruh yang signifikan berdasarkan nilai signifikasi yang besarnya 0,000 dimana sig < 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan diantara terapi Qur’an hari ke 1, 2
40
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..…………………………………..Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
dan 3 dengan perubahan intensitas nyeri. Saran Mengingat pentingnya peranan spiritual dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan maka penting bagi perawat untuk dapat memberikan asuhan spiritual dengan baik kepada semua klien. Dalam hal ini dengan memberikan terapi Qur’an kepada klien dengan masalah ketidaknyamanan atau nyeri. Diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya agar penelitian yang serupa dapat lebih sempurna. Peneliti berikutnya juga perlu menggunakan jumlah sampel yang lebih representatif dengan menggunakan tekhnik sampling yang lebih tepat. Pada pendidikan keperawatan agar lebih memperhatikan kebutuhan dasar manusia terutama kebutuhan akan mengatasi nyeri yang merupakan masalah utama dengan menggunakan manajement nyeri nonfarmakologi sebelum menggunakan obat-obatan, salah satunya dengan terapi Qur’an. Sehingga dapat meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sendiri selain bernilai ekonomis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka cipta. Darussalam, M. 2007. Pengaruh Teknik Nafas Ritmik Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post-Operasi Di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. STIKES Surya Global. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Djaafar, N. S. 2002. Pengaruh Musik Gamelan Terhadap Respon Kecemasan Bayi Pada Saat Imunisasi Di Klinik Tumbuh Kembang Anak RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Skripsi.
Program Studi Ilmu Keperawatan. Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta: tidak diterbitkan. Gaffar, L. O. J. 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Editor : Yasmin A. Jakarta. EGC Hidayat, A. A. A. 2005. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Machfoedz, Ircham. 2006. Statistik Deskriptif Dengan ContohContoh Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta. Fitramaya Mardhatillah. 2007. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Terhadap Nyeri Pada Post Partum Normal Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan. STIKES Surya Global. Yogyakarta: tidak diterbitkan Mustamir. 2007. Sembuh & Sehat dengan Mukjizat Al-qur’an : Penerapan Al-qur’an Sebagai Terapi Penyembuhan dengan Metode Religiopsikoneurologi. Yogyakarta. Lingkaran Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan , Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Potter, P. A. & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik, vol.2, ed.4. Alih bahasa : Yasmin A. Jakarta. EGC Ramadhani, Egha Zainur. 2007. Super Health : Gaya Hidup Sehat Rasulullah. Yogyakarta. Pro-U Media Riwidikdo, Handoko. 2006. Statistik Kesehatan : Belajar Mudah Teknik Analisa Data dalam Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Mitra Cendekia Press 41
Pengaruh Terapi Qur’an…………………………………..……………………………………Trisna Vitaliati, Hal. 34 - 42
Rozzaid, Yusron. 2006. SPSS Step By Step : Cara Mudah Belajar SPSS. Jember. Taman Kampus Presindo Setiyohadi, Bambang. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II edisi IV. Editor : Aru W Sudono,dkk. Jakarta. Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, vol.1 ed.8. Alih bahasa : Monica Ester, Ellen Panggabean. Jakarta. EGC Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta Syaifuddin. 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Jakarta. Widya Medika.
42
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
PENGARUH TERAPI MASSAGE PLEXUS SACRALIS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI PADA PASIEN POSTPARTUM NORMAL DI RUANG NIFAS RSD DR. SOEBANDI JEMBER Mahmud Ady Yuwanto* *Staf dosen STIKES Bhakti Negara Jember ABSTRACT Pain is an integral part of labor. Untolerable pain may change normal labor into pathological one. The use of Plexus Sacralis Massage technique can be an alternative of non-pharmacological method to control labor pain during postpartum/puerpurium. The objective of this study was to analyze the influence of Plexus Sacralis Massage technique in change level pain during normal postpartum in primipara and multipara. This study used quasi experiment with using interview and observation pretest and posttest design. The population was primipara and multipara patiens at normal postpartum who reported pain at Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Jember. Sample size was 34 responden of experimental group who met the inclusion criteria. Data were analyzed by using Wilcoxon Signed Rank with significance level <0,05. The result showed that before intervention, mother who perceived medium pain were 76,5% and low pain were 23,5%. After intervention, those who perceived low pain 73,5%, no pain pain were 26,5%. The result of statistical test had significance level of p=0,0001. in conclution, Plexus sacralis Massage technique is influence in helping the mother to decreasing of level pain during postpartum. Key words : Level pain, Postpartum Pain, Plexus Sacralis Massage PENDAHULUAN Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow dibagi menjadi lima kategori yang harus dipenuhi agar kestabilan fisiologis dan psikologis tubuh bisa seimbang, salah satu diantaranya adalah kebutuhan rasa nyaman. Kenyamanan sering terganggu akibat adanya nyeri. Nyeri merupakan masalah kesehatan dan ekonomi yang besar. Menurut Briston-Mayers (dalam Price dan Wilson, 2006) melakukan suatu studi besar pada tahun 1985 tentang prevalensi dan keparahan nyeri. Pada studi tersebut, yang diberi judul ”The Nuprin Pain Report”, mengisyaratkan bahwa nyeri telah menelan biaya 55 milyar dolar Amerika Serikat dan menyebabkan hilangnya 4 milyar hari kerja. Pada tanggal 1 Januari 2001 dilakukan pembahasan mengenai ”Decade of Pain Control and Research”. Dengan demikian, nyeri menjadi fokus dekade kesehatan kedua yang disahkan
oleh Conggres of the United States (yang pertama adalah Decade of Brain pada tahun 1990an). Setelah pain decade dideklarasikan, banyak masyarakat yang tertarik terhadap masalah nyeri. Hal ini menimbulkan banyak penelitian, pendidikan, dan penatalaksanaan klinis dalam penanganan nyeri. Salah satu penelitian dalam penanganan nyeri ini telah dilakukan oleh Aidin pada tahun 2004. Penelitian yang telah dilakukan oleh Aidin adalah tentang terapi teknik distraksi (pembayangan) terhadap penurunan tingkat nyeri persalinan kala satu fase laten nullipara yang merupakan penanganan nyeri secara nonfarmakologis. Berkaitan dengan pain decade tersebut, selayaknya dapat ditentukan lebih cermat tipe nyeri yang paling prevalen dan sangat mengganggu kenyamanan, salah satunya adalah nyeri postpartum (nyeri setelah ibu melahirkan). Nyeri postpartum ini bisa 43
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
terjadi pada ibu primipara maupun multipara. Primipara adalah wanita yang telah mengalami satu kali persalinan pada masa gestasi lebih dari minggu ke-20, mengesampingkan apakah bayi hidup atau mati, sedangkan multipara adalah wanita yang telah mengalami persalinan dua kali atau lebih dari minggu ke-20 (Olds, 1999). Ibu primipara dalam mengatasi nyeri postpartum kurang pengetahuan dan pengalaman, sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan kecemasan selama postpartum. Ibu multipara cenderung lebih sering terjadi nyeri postpartum dibanding primipara (Mansjoer, 2001). Hal ini disebabkan pada multipara, uterus sering mengalami relaksasi dan kontraksi secara periodik dan menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa postpartum. Adapun pada primipara, tonus uterus tetap meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang dan menimbulkan nyeri (Bobak, 2005). Nyeri postpartum ini sangat mengganggu selama dua sampai tiga hari setelah persalinan dan ditimbulkan akibat adanya kontraksi uterus (Mansjoer, 2001). Bobak (2005) menyatakan bahwa kontraksi uterus postpartum ini menimbulkan tekanan cukup kuat, tekanan ini jauh lebih besar dibanding intrapartum (persalinan) dan dapat mencapai 150 mmHg atau lebih. Tekanan ini timbul dikarenakan cavum uteri volumenya dalam keadaan berkurang, hal ini bertujuan untuk mengembalikan uterus seperti sebelum hamil. Kontraksi yang terjadi pada saat postpartum menyebabkan penekanan jaringan dan terjadinya vasokonstriksi (pengerutan pembuluh darah). Prawirohardjo (2008) menyatakan bahwa serabut saraf simpatis menimbulkan kontraksi uterus dan vasokonstriksi saat postpartum. Keadaan ini menyebabkan terjadinya ischemia. Menurut Laksman (2003) ischemia adalah keadaan kekurangan darah dalam
jaringan uterus, keadaan ini menimbulkan nyeri pada saat memasuki postpartum. Mengingat dampak nyeri postpartum yang mengganggu ibu setelah melahirkan berupa gangguan tidur, maka perlu upaya manajemen nyeri postpartum untuk menurunkan tingkat nyeri baik secara farmakologis maupun nonfarmakologis. Di Ruang Nifas Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Jember, manajemen nyeri postpartum yang digunakan selama ini berupa pemberian asam mefenamat yang merupakan metode farmakologis. Sedangkan metode nonfarmakologis masih belum pernah diteliti dan dilakukan sebagai tindakan keperawatan. Adapun intervensi keperawatan dalam upaya manajemen nyeri postpartum yang merupakan nyeri fisiologis mulai dari nyeri ringan hingga sedang, maka perlu upaya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman secara nonfarmakologis sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KepMenKes-RI) no 1239 tahun 2001 salah satunya adalah melakukan massage. Massage merupakan tindakan terarah dengan menggesek, mengusap, menepuk, memijat badan atau anggota badan (Laksman, 2003). Price dan Wilson (2006) menyatakan bahwa massage merupakan salah satu strategi stimulasi kulit dan paling sering digunakan sebagai terapi dan modalitas fisik untuk meredakan nyeri. Dasar dari stimulasi kulit ini adalah pengendalian gerbang pada transmisi nyeri. Stimulasi kulit juga dapat menyebabkan tubuh mensekresikan endorfin dan neurotransmiter lain yang menghambat atau meredakan nyeri. Tindakan terapi massage dalam meredakan nyeri postpartum ini berada pada daerah pinggang dan di fokuskan pada area sacralis untuk merangsang saraf parasimpatis. Prawirohardjo (2008) menyatakan bahwa sistem parasimpatis berasal dari nervus sacralis 2, 3, dan 4 44
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
sebagai plexus sacralis. Serabut parasimpatis mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah (menurunkan ischemia) seiring dengan peningkatan metabolisme sel sehingga nyeri dapat mereda atau menurun. Sedangkan pertimbangan peneliti mengapa terapi massage plexus sacralis yang diteliti untuk menurunkan tingkat nyeri postpartum, bahwasanya teknik massage ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai pengganti terapi farmakologis yang tidak menimbulkan efek samping yang merugikan, ekonomis, mudah, dan dapat dilakukan secara mandiri. Berdasarkan hasil studi pendahuluan oleh peneliti di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember, jumlah pasien selama awal tahun 2012 sebanyak 151 pasien postpartum normal (Januari 36 pasien, Februari 40 pasien, Maret 35 pasien dan April 40 pasien). 90% diantaranya pernah mengalami nyeri postpartum mulai dari yang ringan sampai berat dengan karakteristik respon nyeri yang bervariasi. Dari beberapa hal di atas, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan serangkaian penelitian tentang terapi modalitas fisik berupa terapi nonfarmakologis (massage plexus sacralis) pada pasien postpartum normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember. BAHAN DAN METODE Penelitian ini menggunakan model desain eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan menggunakan desain wawancara dan observasi validasi data sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Hal ini bertujuan untuk membandingkan keadaan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan pada objek sampel yang diteliti. Sedangkan untuk mem-bandingkan hasil sebelum perlakuan dan hasil sesudah perlakuan
menggunakan uji statistik berupa dependent t-test atau uji Wilcoxon. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien postpartum normal yang mempunyai kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebagai sampel oleh peneliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil selama penelitian, peneliti mendapatkan sampel sebanyak 34 responden atau Ibu postpartum yang ada di Ruang Nifas RSD. dr. Soebandi Jember. Ibu postpartum tersebut sebagian besar berumur 20-30 tahun yaitu 24 orang (70,6%), sedangkan usia <20 tahun yaitu 5 orang (14,7%), dan usia >30 tahun yaitu 5 orang (14,7%). Adapun paritas (banyaknya anak yang di lahirkan) yaitu sebagian besar pada Ibu primipara (satu kali persalinan) sebanyak 22 orang (64,7%), sedangkan untuk multipara (lebih dari 1 kali pesalinan) yaitu 12 orang (12%). Tingkat pendidikan Ibu postpartum tersebut yaitu sebanyak 13 orang (38,2%) adalah berpendidikan SMA, sedangkan untuk pendidikan SD, SMP, dan PT masing-masing 9 orang (26,5%), 8 orang (23,5%), dan 4 orang (11,8%). Adapun untuk Suku, Ibu postpartum sebanyak 24 orang (70,6%) yaitu bersuku Jawa, sedangkan Suku Madura yaitu 9 orang (26,5 %), dan lain-lain (Suku Palembang) yaitu 1 orang (2,9%). Untuk keyakinan Ibu postpartum sebanyak 34 orang (100%) adalah beragama Islam.
45
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
Tabel 1. Uji Normalitas Data Sebelum Perlakuan dan Data Sesudah Perlakuan Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. sebelum .265 34 .000 .843 34 .000 perlakuan sesudah .239 34 .000 .862 34 .001 perlakuan Sumber: Data primer, 2012 Tabel 1 menunjukkan hasil dari uji normalitas data untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak. Pada uji normalitas, karena jumlah sampel kecil (n<50) maka menggunakan hasil uji Shapiro-Wilk. Dengan melihat hasil test of Shapiro-Wilk, diperoleh hasil nilai kemaknaan untuk kedua kelompok data adalah <0,05. dengan demikian, data
dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kedua kelompok data tidak normal. Oleh karena syarat sebaran data harus normal tidak terpenuhi, maka uji hipotesis menggunakan dependent t-test (uji parametrik) tidak digunakan, namun menggunakan uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon (uji non parametrik).
Tabel 2. Wilcoxon Signed Ranks Test N Mean rank sesudah perlakuan sebelum perlakuan
Sum of ranks
Negative Ranks
34 (a)
17.50
595.00
Positive Ranks Ties Total
0 (b) 0 (c) 34
.00
.00
Sumber: Data primer, 2012 Keterangan: a sesudah perlakuan < sebelum perlakuan b sesudah perlakuan > sebelum perlakuan c sesudah perlakuan = sebelum perlakuan Tabel 5.7 menunjukkan perbandingan skala nyeri sebelum dan sesudah perlakuan, terdapat 34 orang dengan hasil sesudah perlakuan lebih rendah daripada sebelum perlakuan. Tabel 3. Test Statistics sesudah perlakuan - sebelum perlakuan Z Sig. (2-tailed)
-5.182(a) .0001
Tabel 3. menunjukkan bahwa hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai significancy 0,0001 (p <0,05), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh pelaksanaan terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien postpartum normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember. PEMBAHASAN Pada uji normalitas, karena jumlah sampel kecil (n<50) maka menggunakan hasil uji Shapiro-Wilk.
Dengan melihat hasil test of ShapiroWilk, diperoleh hasil nilai kemaknaan untuk kedua kelompok data adalah <0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas data 46
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
sebelum perlakuan dan data sesudah perlakuan tersebut digunakan untuk mengetahui sebaran data normal atau tidak, ternyata sebaran data hasil uji normalitas harus normal tidak terpenuhi. Dengan demikian, data dapat diambil kesimpulan bahwa distribusi kedua kelompok data tersebut tidak normal. Oleh karena syarat sebaran data tidak normal, maka uji hipotesis menggunakan dependent t-test (uji parametrik) tidak digunakan, namun dapat menggunakan uji alternatifnya yaitu uji Wilcoxon (uji non parametrik). Uji Wilcoxon didapatkan tingkat signifikansi (p-value) sebesar 0,0001<0,05 (alpha). Dengan demikian, dalam uji tersebut menunjukkan untuk hipotesa nol (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada pengaruh pelaksanaan terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien postpartum normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember tidak dapat diterima alias ditolak. Sebaliknya, hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa ada pengaruh pelaksanaan terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien postpartum normal di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember dapat diterima. Adapun tingkat kemaknaan pengaruh dari penelitian ini atas dasar harga nilai p-value yang dibandingkan dengan nilai kemaknaan. Nilai p-value = 0,0001 <0,001 (kemaknaan), maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang amat sangat bermakna. Hasil tersebut dibuktikan adanya skala nyeri yang dialami oleh Ibu postpartum. Dari penjelasan diatas, dengan adanya nyeri postpartum pada Ibu sesudah persalinan selama masa nifas berlangsung terdapat adanya pengaruh yang amat sangat signifikan dalam menurunkan tingkat nyeri dan skala nyeri baik sebelum dan sesudah terapi massage plexus sacralis, maka hal ini dapat memperjelas hasil penyajian dari
penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. ketika sebelum diberikan terapi massage plexus sacralis seluruhnya lebih tinggi dibandingkan dengan skala nyeri yang dialami sesudah diberikan massage plexus sacralis. Adapun keterbatasan peneliti dalam meneliti pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien postpartum normal ini, peneliti kurang terlalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri terhadap nyeri postpartum yang dirasakan Ibu sesudah persalinan seperti umur, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, serta dukungan keluarga dan sosial. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian mengenai pengaruh terapi massage plexus sacralis terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien postpartum normal di Ruang Nifas RSD. dr. Soebandi Jember, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tingkat nyeri pasien postpartum sebelum dan sesudah diberikan terapi massage plexus sacralis di Ruang Nifas RSD. dr. Soebandi Jember, hal ini ditunjukkan hasil uji Wilcoxon dengan p-value sebesar 0,0001<0,05 (alpha). Untuk tingkat kemaknaannya, dengan nilai pvalue=0,0001<0,001 (kemaknaan), maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh yang amat sangat bermakna. Saran Peneliti dalam penelitian ini masih ada keterbatasan-keterbatasan, sehingga dihara-pkan perlu adanya penelitian lanjutan tentang manajemen nyeri postpartum dengan variabel yang berbeda, sehingga mendapatkan intervensi keperawatan yang bervariasi guna meningkatkan mutu pelayanan
47
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
asuhan keperawatan berupa manajemen nyeri secara nonfarmakologis. DAFTAR PUSTAKA Aidin, Muhammad. 2004. Pengaruh Teknik Distraksi (Pembayangan) terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Persalinan Kala Satu Fase Laten Nulipara di Ruang Bersalin RSI Unisma 50 Malang. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Badan Penerbit Universitas Jember. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Kedua. Jember: Badan Penerbit Universitas Jember. Bobak., Lowdermilk., dan Jensen. 2005. Buka Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1. Edisi Kedelapan, Cetakan Pertama. Jakarta: EGC. Budiarto, E. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: EGC. Chandra, Budiman. 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: EGC. Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku saku Patofisiologi. Jakarta: EGC. Cunningham F. G. 2006. 1995. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Dahlan, Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi, Edisi 2. Jakarta: EGC. Guyton, Arthur C. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. honson, Marion. 2000. Nursing Outcomes Classification (NIC) linked to NANDA Diagnosis. Iowa City: Mosby (Medicated of Publishing Exellent).
Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Laksman, Hendra T. 2003. Kamus Kedokteran. Edisi Revisi, Cetakan Kedua Puluh Lima. Jakarta: Djambatan. Mansjoer, Arif et al. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. McCloskey, Joanne. C. et al. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) linked to NANDA Diagnosis. Iowa City: Mosby (Medicated of Publishing Exellent). Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid Kesatu, Edisi Kedua. Jakarta: EGC. NANDA International. 2005. Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006. Philadelphia: NANDA International. Olds, S. B., London, M. L., dan Ladewig, P. W. 1999. Maternal-Newborn Nursing: Familly-Centered approach (5th ed.). Redwood City, California: Cummings Publishing Company, Inc. Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi Keempat, Volume 2. Jakarta: EGC. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua, Cetakan Keenam. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Price, S. A., dan Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC. Putz, R. V., dan Pabst R. 2005. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Batang Badan, Panggul, dan Ekstremitas Bawah. Jakarta: EGC.
48
Pengaruh Terapi Massage Plexus Sacralis………………………………..Mahmud Ady Yuwanto, Hal. 43 - 49
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarata: Graha Ilmu. Supadi, Suharyanto et al. 2001.Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Syaifuddin et al. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wilkinson, Judith. M. 2002. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Jakarta: EGC
49
PANDUAN UNTUK MENULIS NASKAH Jurnal hanya menerima naskah asli yang belum diterbitkan di dalam maupun di luar negeri. Naskah dapat berupa hasil penelitian, konsep-konsep pemikiran inovatif hasil tinjauan pustaka yang bermanfaat untuk menunjang kemajuan ilmu, pendidikan dan praktik ilmu kesehatran secara profesional. Naskah ditulis dalam bahasa indonesia atau bahasa inggris dalam bentuk narasi dengan gaya bahasa yang efekfif dan akademis. Naskah hasil penelitian hendaknya disusun menurut sistematika sebagai berikut : 1. Judul, menggambarkan isi pokok tulisan secara ringkas dan jelas, ditulis dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris. Penulis diharapkan mencantumkan judul ringkas dengan susunan 40 karakter/ketukan beserta nama penulis utama yang akan dituliskan sebagai judul pelari (running title). 2. Nama penulis, tanpa gelar disertai catatan kaki tentang instansi tempat penulis bekerja. Jumlah penulis yang tertera dalam artikel minimal 2 orang, maksimal 4 orang. 3. Alamat, berupa instansi tempat penulis bekerja dilengkapi dengan alamat pos lengkap dan alamat email (untuk penulis korespondensi) 4. Abstrak, ditulis dalam bahasa inggris, minimal 100 kata dan merupakan intisari seluruh tulisan, meliputi : masalah, tujuan, metode, hasil dan simpulan (IMRAD: introduction, mMethod, Result, Analysis, Discussion). An=bstrak ditulis dengankalimat penuh. Dibawah abstrak disertakan 3-5 kata-kata kunci (key words). 5. Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah serta tujuan penelitian dan harapan untuk waktu yang akan datang. Panjang tidak akan lebih dari 2 halaman ketik. 6. Bahan dan metode, berisi penjelasan tentang bahan-bahan dan alat yang digunakan, waktu, tempat, tehnik dan rancangan percobaan. Metode harus dijelaskan selengkap mungkin agar peneliti lain dapat melakukan uji coba ulang. Acuan (kepustakaan) diberikan pada metode yang kurang jelas. 7. Hasil, dikemukakan dengan jelas dalam bentuk narasi dan data yang dimasukkan berkaitan dengan tujuan penelitian, bila perlu disertai dengan ilustrasi (lukisan, gambar, grafik, diagram), tabel atau foto yang mendukung data, sederhana dan tidak terlalu besar. Hasil yang telah dijelaskan dengan tabel atau ilustrasi tidak perlu dijelaskan panjang lebar dalam teks. 8. Pembahasan, minimal 800 kata yang menerangkan arti hasil penelitian yang meliputi : fakta, teori, dan opini. 9. Simpulan, berupa kesimpulan hasil penelitian dalam bentuk narasi yang mengacu pada tujuan penelitian. 10. Kepustakaan, referensi yang ditulis dalam teks harus diikuti nama penulis dan tahun penerbitan. Referensi yang digunakan 80% diantaranya diantaranya adalah artikelartikel ilmiah yang berasal dari jurnal. Kepustakaan disusun menurut Harvard System sebagai berikut : a. Jurnal : Nursalam, Haryanto, & I Ketut Dira, 2006, “The Effect Of Kegel Management Of Urine Elimination Problems For Elderly”. Folia Medika Indonesiana, Vol. 42 No. 2 Hal. : 102-106
50
b. Buku : Smelzer & Suzane C, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner And Suddart. Edisi 8. EGC; Jakarta c. Tesis/desertasi : Yuwanto. Mahmud Ady, 2009. Pengaruh Masasse Plexus Sacralis Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Pasien Posr Partum Normal Di Ruang Nifas RSD dr. Soebandi Jember. Skripsi tidak diterbitkan. Jember: Universitas Jember d. Website : snowdon, CT, 1997. Significance Of Animal Behaviour Research, http://www.csun.edu/~vcpsy00h/valueofa.htm., Diakses tanggal 15 desemder 2009, Jam 18.30 WIB 11. Persamaan matematis, dikemukakan dengan jelas. Angka desimal ditandai dengan koma untuk bahasa indonesia dan titik untuk bahasa inggris. 12. Tabel, diberi nomor dan diacu berurutan dalam teks, judul harap dijelaskan pada catatan kaki. Garis-garis vertikal maupun horisontal dalam tabel dibuat seminimal mungkin untuk memudahkan penglihatan (tanpa garis bantu). 13. Ilustrasi, dapat berupoa lukisan, gambar, grafik, atau diagram diberi nomor dan diacu berurutan pada teks. Keterangan diberikan dengan singkat dan jelas dibawah ilustrasi (tidak didalam ilustrasinya). Pada ilustrasi atau foto dibuat tanpa menggunakan border. 14. Foto hitam putih/berwarna, harus kontras, tajam, jelas dan sebaiknya diambil dalam format JPEG, atau format digital lain yang bisa diedit. Naskah yang dikirim ke redaksi hendaknya diketik dalam CD, disertai cetakan sebanyak 2 eksemplar pada kertas HVS dengan program microsoft office word, ukuran A4 (210x279 mm) dengan jarak 1 spasi, font 12 pts, jenis huruf Times New Roman, panjang tulisan berkisar antara 15-20 halaman (1 kolom) atau 5-8 halaman (2 kolom), batas kertas 3 cm dari tepi kiri, 2,5 cm dari tepi bawah, kanan dan atas. Pengiriman file juga dapat dilakukan sebagai attachment e-mail ke alamat :
[email protected]. Naskah akan diedit oleh dewan redaksi tanpa mengubah isinya unttuk disesuaikan dengan format penulisan yang telah ditetapkan oleh Jurnal dr. Soebandi. Naskah yang telah diterima beserta semua ilustrasi yang menyertainya menjadi milik sah penerbit. Semua data, pendapat atau pertanyaan yang terdapat pada naskah merupakan tanggung jawab dari penulis. Penerbit, dewan redaksi dan seluruh staf Jurnal dr. Soebandi tidak bertanggung jawab atau tidak bersedia menerima kesulitan maupun masalah apapun sehubungan dengan plagiatisme, konsekuensi dari ketidakakuratan, kesalahan data, pendapat maupun pertanyaan tersebut.
51
Contoh outline artikel (2 kolom) sebagai berikut JUDUL Nama Pengarang/Peneliti Alamat Pengarang/Peneliti ABSTRACT Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx PENDAHULUAN Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxx
PEMBAHASAN Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxx
BAHAN DAN METODE Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxx
KESIMPULAN DAN SARAN Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxx
HASIL Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxx (lihat tabel 1.1)
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1.1 xxxxxxxxxxxxxxxxx No. Pengetahuan Sikap Tindakan Resp (%) (%) (%) 1 25 30 45 2 40 25 70 dst Total
Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxx (lihat gambar 1.1) Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
Gambar 1.1 xxxxxxx
52
53