Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
PERANAN DOSEN IAIN RADEN INTAN LAPUNG DALAM PEMBERDAYAAN MELALUI PENGABDIAN MASYARAKAT DI KEC.SUKARAME BANDAR LAMPUNG Oleh : Subhan Arif e-mail:
[email protected] Abstract Sebagai intelaktual, dosen sudah seahrusnya berperan menjadi agen perubahan bagi masyarakat dimana mereka berada. Sebagai intelektual Islam dosen berkewajiban mentransformasikan ilmunya guna meningkatkan dan meluruskan pemahaman dan penghayatan masyarakat tentang agamanya. Sehingga ia dapat memainkan perannya dimasyarakat sehingga mampu melahirkan semangat keagmaan yang kondusif bagi kemajuan umat. Sebagai agen perubahan dosen IAIN Raden Intan berperan dalam memperbaiki tatanan sosial menuju masyarakat yang berdaya, sehingga ajaran Islam dapat melembaga dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah) Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana peran dosen IAIN Raden Intan Lampung dalam pemberdayaan masyarakat Islam di Kecamatan Sukarame Bandar Lampung, bagaimana proses pemberdayaan masyarakat islam di Kecamatan Sukarame bandar Lampung. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan, dimana data dihimpun dari lapangan yakni di kecamatan sukarame bandar Lampung. dalam penentuan sample dilakukan berdasarkan sampel wilayah, hala ini dilakukan karena ada perbedaan ciri antara wilayah yang satu dengan wilayah lainnya. Dari 6 kelurahan yang ada, maka diambil 3 kelurahan dimana terdapat jumlah dosen terbanyak tinggal diwilayah tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan pertama, peranan dosen IAIN Raden Intan Lapung di kecamatan Sukarame cenderung rendah. Kedua dilihat dari segi metode baik dan tepat dari segi materi beragam, sehingga dapat memberikan pengetahuan dan wawasan dalam meningkatkan pehaman dan pengamalan ibadah.ketiga model pemberdayaan yang dilakukan adalah model
VOL. 9, No.2 Juli 2014
245
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas pemberdayaan kemampuan manusia, human resource development yakni kemampuan dalam bidang pengetahuan, pemahaman dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun di masyarakat.
Kata Kunci : Peranan dosen, pemberdayaan, pengabdian masyarakat PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Menusia yang berkualitas merupakan faktor penting dan menentukan bagi kemejuan suatu bangsa. Bangsa yang mampu dan terhormat di tengah-tengah perjalanan dunia adalah mereka mempunyai sumberdaya manusia yang berkualitas sehingga dapat melebihi bangsa dan negara lain yang kaya sumberdaya alamnya. Manusia yang berkualitas menurut konsep pembangunan nasional adalah manusia seutuhnya hal ini berarti bahwa dalam pembangunan manusia tidak hanya menekankan kepadakualitas jasmani, melainkan juga kualitas rohani. Manusia yang berkualitas sacara Jasmani ialah manusia yang sehat, mampu bekerja secara aktif dan produktif. Manusia yang berkualitas secara rohani ialah manusia yang tangguh dan sanggup menghadapi setiap tantangan hidupnya yang secara sadar menyadari akan jatidirinya sebagai hamba Allah. Dalam segi rohani ini ada dua hal yang memerlukan perhatian: pertama, pembinaan pendidikan agar menjadi manusia yang cerdas dan berwawasan luas serta menguasai ilmu teknologi, kedua, pembinaan agamanya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa, beramal sholeh serta berbudi luhur dan berakhlak mulia. Pada dasarnya Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan islam pemberdayaan harus merupakan gerakan tanpa henti. Hal ini sejalan dengan paradigma islam sendiri sebagai agama gerakan atau perubahan. Suatu perubahan yang terarah, adalah perubahan yang ditimbulkan secara sengaja, yakni dilancarkan melalui proses pendidikan dalam makna yang lebihluas, selain itu membangun masyarakat dapat melalui bidang keagamaan dengan dakwah. Dakwah dalam konsepsi yang sebenarnya lebih merupakan proses humanisme. Dari trasdisi dan keyakinan bahwa dahwah justru berakar pada suatu praktek pengembangan kemanusiaan secara menyeluruh. Hal ini dapat dilihat pada gerakan dakwah yang dilakukan Rosulullah, sebagai suatu gerakan yang menuju transformasi VOL. 9, No.2 Juli 2014
246
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
sosial. Konsep dakwah tersebut selalu berubah hingga saat ini, terlebih jika kita melihat kondisi rill masyarakat islam saat ini dimana dakwah justru mempunyai kewajibanuntuk mengembalikan humanism masyarakat yang telah lama terkondisikan dalam suatu suasana fatalstik. Oleh sebab itu, tanggungjawab tidak sepatutnya dibebankan hanya pada para da’i tetapi juga dakwah merupakan tanggungjawab sesama umat Islam. Para intelektual muslim dalam berbagai profesi mempunyai tanggung jawab yang sama dengan da’i dalam mengembangkan dan membangun ummatnya. Salah satu diantaranya adalah dosen, mereka salah satu kelompok pendorong timbulnya daya fikir dan wawasan bagi masyarakat untuk memandang kehidupan yang lebih baik. Oleh karenanya, mereka dituntut untuk dapat memahami perkembangan masyarakat. Menurut Ali Syari’ati orang yang sadar akan keadaan kemanusiaan dan kemasyarakatan merupakan orang yang tercerahkan dan orang-orang yang tercerahkan adalah mereka yang peduli terhadap kondisi sosial yang ada disekelilingnya, yakni mereka yang siap untuk berjuang mengembangkan dan memberdayakan masyarakatnya. Salah satu bagian masyarakat yang memiliki basic, baik keilmuan maupun pengamalan yang cukup adalah seoarang dosen. Dosen Secara fungsional memiliki peranan dalam kehidupan sehari-hari, baik di lembaga pendidikan / akademik maupun dalam lingkungan mereka berada (dalam masyarakat ), artinya keberadaan dosen dalam masyarakat itu sangat lah dibutuhkan. Dalam dunia pendidikan seorang dosen merupakan unsur inti dalam pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan tinggi, disamping tenaga peneliti, tenaga adminitrasi, tenaga pustakawan, dan tenaga laboran yang menjadi penunjangnya. Mereka merupakan tenagapelaksana pendidikan yang tugas pokoknya mentransformasikan bahan pengajaran, yang digali dari kegiatan penelitian secara terus menerus dalam kegiatan belajar mengajar. Mereka juga menjadi pembimbing dalam kegiatan belajar mengajar mahasiswa bimbingannya dalam meraih prestasi pendidikan. Keberadaan dosen tidak bisa dilepaskan dari suatu institusi. Institusi atau lembaga yang dimaksud adalah IAIN ( Institut Agama Islam Negri ) merupakan lembaga pendidikan tinggi islam milik negara Republik Indonesia yang dikelola oleh Departemen Agama. IAIN merupakan institut yang memberikan pendidikan dan pengajaran VOL. 9, No.2 Juli 2014
247
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
agama islam tingkat universitas, dan pusat pengembangan dan pendalamani lmu pengetahuan islam. Dosen sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal perguruan tinggi, yang secara langsung dan tegas menerima kepercayaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan bertangung jawab pendidikan dari anak didik dari lembaga pendidikan formal Perguruang Tinggi tersebut, maka selain harus memiliki syaratsyarat sebagai manusia dewasa diatas sebagai syarat sebagai seorang dosen harus memenuhi pula persyaratan lainnya yang lebih berat dan banyak. Keberadaan dosen secara akademis harus sesuai dengan persyaratan yang telah digariskan, para dosen yang diangkat dari lembaga pendidikan Perguruan Tinggi baik bila ia memenuhi syaratsyarat yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Peraturan Perundang-undangan tentang pendidikan tinggi, bahawa syarat untuk menjadi dosen adalah, pertama, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kedua berwawasan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, ketiga, memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar, mempunyai moral dan integritas yang tinggi, keempat memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap masa depan bangsa dan negara. B. Peranan Dosen Keberadaan seorang dosen tidak bisa dilepaskan dari dunia pendidikan secara mikro dan makro. Secara mikro pendidikan di sini adalah pendidikan yang bersifat non formal seperti dalam keluarga maupun masyarakat, sedangkan secara makro pendidikan yang di maksud adalah pendidikan dalam sebuah institusi formal maupun non formal. Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan untuk memperoleh dan menyampaikan pengetahuan, sehingga memungkinkan transmisi kebudayaan kita dari generasi yang satu kepada yang berikutnya ( education is the getting and giving of knowledge so as to pass on our culture one generation on the next). Dalam melaksanakan pendidikan Islam, peran pendidik ( dosen) sangat dihargai dan dihormati oleh agama Islam. Hal inilah sebabnya Islam sangat menghargai dan menghormati orang-orang yang berilmu pengetahuan yang bertugas sebagai pendidik. Dosen mempunyai tugas yang mulia sehinga Islam memandang pendidik mempunyai derajat yang lebih tinggi dari pada orang-orang yang tidak berilmu dan orangorang bukan sebagai pendidik. Tetapi disamping itu orang-orang yang VOL. 9, No.2 Juli 2014
248
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
berilmu tidak boleh menyembunyikan atau menyimpan ilmu yang dimilikinya itu untuk dirinya sendiri, melainkan (hendaklah memberikan dan ditularkan kepada orang lain) yang tidak berilmu sehingga menjadi berilmu pula. Adapun bidang kegiatan seorang dosen adalah sebagai berikut: Pertama , bidang pendidikan dan pengajaran. Kedua, dalam bidang penelitian Ketiga, dalam bidang pengabdian masyarakat yang meliputi memberi latihan/penyuluhan/penataran pada masyarakat, memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, membuat / menulis karya pengabdian kepada masyarakat.. Adapun yang dimaksud pengabdian kepada masyarakat, yakni kegiatan yang menghubungkan hasil penelitian dan penguasaan disiplin ilmu dalam bidang pendidikan di satu sisi, dengan peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan masalah penelitian di sisi lain. Dengan demikian bahwa tolak ukur pengabdian pada masyarakat tidak hanya berkaitan dengan keilmuan saja, namun berkaitan secara kompleks dengan kelembagaan dan kemasyarakatan. Hal ini berarti menyangkut masalah pengadministrasian kegiatan warga kampus di luar kampus. Berbagai aspek pengukurannya adalah kegiatan atas nama perguruan tinggi, usaha bersama antara perguruan tinggi dengan masyarakat tempat kegiatan tersebut dilaksanakan seimbang dengan kegiatan pendidikan dan penelitian, atas inisiatif subyek pelaksanaan kegiatan, bermanfaat bagi masyarakat tempat kegiatan dilakukan, menunjang pembangunan di satu segi dan menunjang pengembanga ilmu pada sisi lain, merupakan pengamalan ilmiah dari ilmu yang dikaji, sehingga merupakan kegiatan yang efisien dan efektif. Program pengabdian kepada masyarakat dapat diklasifikasikan menurut bidang, bentuk dan sifat kegiatannya. Unsur klasifikasi tersebut tercermin dalam tahap penyusunan rencana progra, serta pelaksananya. Pertama, bidang kegiatan : pengabdian masyarakat meliputi jenis program/kegiatan dalam bidang : bidang sektoral, yaitu bidang pembinaan keagamaan yang meliputi tiga aspek pokok pembinaan : aspek pemahaman nilai-nilai keagamaan, aspek pengamalan nilai-nilai keagamaan dan aspek penataan dan pengembangan lembaga-lembaga keagamaan, kemudian bidang lintas sektoral yaitu bidang-bidang pembinaan pranata yang meliputi bidang-bidang sosial, ekonomi/kewirausahaan dan budaya. Kedua, bentuk-bentuk kegiatan yaitu, pendidikan kepada masyarakat, pelayanan kepada masyarakat, VOL. 9, No.2 Juli 2014
249
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
kaji tindak (action reseach). Pengembangan wilayah secara terpadu/desa binaan/desa mitra pembangunan, Kuliah Keija Nyata, dan pengembangan hasil penelitian. Ketiga, sifat kegiatan yang meliputi perintisan yakni kegiatan yang dilakukan untuk merintis hal- hal atau metode-metode baru. Pengembangan tersebut dapat bersifat komplementer maupun suplementer, artinya melengkapi kegiatan yang telah ada dan penambahan kegiatan atau tindak lanjut dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu peranan dosen adalah pengabdian kepada masyarakat dipahami sebagai salah satu wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Seorang dosen hendaknya mampu mengemban misi yang saling berkaitan yaitu misi mikro ( menyiapkan generasi muda untuk memasuki masyarakat dengan jalan mengembangkan potensi pribadi tiap mahasiswa ) dan misi makro memainkan peranan kepemimpinan atas kehidupan masyarakat setempat. Hal ini tentunya seorang dosen hendaknya memiliki peranan ganda baik pendidikan dalam lembaga akademik maupun pendidikan di dalam masyarakat. C. Tugas Dosen Keberadaan seorang dosen tidak bisa dilepaskan dari sebuah lembaga pendidikan yang ada seperti Perguruan Tinggi Agama maupun Umum. Dalam hal ini sebuah lembaga pendidikan tentunya memiliki tanggung jawab yang harus dijalankan. Untuk itu, Perguruan Tinggi Agama maupun Umum, hendaknya mempunyai fungsi pendidikan berdasarkan asas tanggung jawab, yakni Pertama, tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan fungsi dan tujuan yang ditetapkan menurut ketentuan D. Pemberdayaan Masyarakat Islam 1. Pengertian Pengembangan Masyarakat Islam Istilah pemberdayaan secara teknis disamaratakan dengan kata pengembangan. Istilah pemberdayaan adalah teijemahan dari istilah empowerment. Secara leksikal, pemberdayaan berarti penguatan. Pengembangan dalam pengertian yang lain yaitu suatu upaya memperluas horison pilihan bagi masyarakat, maka dalam hal ini masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan menggunakan logika ini, dapat dijelaskan bahwa masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan suatu VOL. 9, No.2 Juli 2014
250
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
filterisasi atau pilihan-pilihan tertentu terhadap suatu permasalahan untuk dapat dicarikan solusinya. Adapun kata masyarakat secara etimologi berasal dari kata Arab : syarikat. Kata ini terpakai dalam bahasa Indonesia / Malaysia, dalam bahasa Malaysia tetap ejaan aslinya syarikat, dalam bahasa Indonesia : serikat. Dalam kata ini tersimpul unsur-unsur pengertian, berhubungan dengan pembentukan suatu kelompok atau golongan atau kumpulan. Makna lain yang menunjukkan kepada pengertian masyarakat dalam bahasa Arab diartikan , al-ummah, al-mujtama alqam dan al-ahi. Begitu pula pengertian masyarakat dalam tinjauan sosiologis dan antropologis, dengan meminjam pendapat Koentjaraningrat yaitu kelompok terbesar dari makhluk-makhluk manusia dimana hidup teijaring suatu kebudayaan yang oleh manusia-manusia tadi dirasakan sebagai satu kebudayaan. Namun Linton memberikan rumusan lain, masyarakat adalah kelompok manusia yang tetap cukup lama hidup dan bekerja bersama, sehingga mereka itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir mengenai dirinya sebagai kesatuan sosial yang mempunyai batas-batas tertentu. Definisi Koentcaraningrat diatas lebih menitikberatkan kebudayaan dalamwujud masyarakat. Kehidupan warga-warga masyarakat terjalin dalam kebudayaan yang dirasakan oleh mereka sebagai kebudayaannya. Linton mementingkan hidup dan bekerja sama dalam waktu yang cukup lama akan tumbuh atau terbentuk dikalangan mereka cara berlaku dan berbuat dalam kehidupan atau dipendekkan saja cara hidup. Cara hidup itulah yang jadi hakikat Adapun yang dimaksud masyarakat dalam tulisan ini adalah masyarakat Islam, umat setidaknya menurut Yusuf Al-Qardawi ada lima yang bisa menjadi susunan masyarakat Islam yaitu akidah dan keimanan sebagai pilar inti dan unsur esensial yang menjadi landasan terbentuknya individu atau masyarakat yang berkualitas secara moral, mental, dan mengemban amanat dari Rabbnya, sebagai manifestasi dari unsur tauhid tadi adalah terlaksananya siar-siar Islam yang berbentuk ibadah, baik yang bersifat ritual maupun sosial, adanya perkawinan yang harmonis antara akal dan wahyu, antara ketetapan syariat dan tuntunan zaman, menyeimbangkan antara hal-hal yang konstan dan variabel, memadukan antara nilai- nilai salafi dan pembaruan, mengambil inspirasi aktual serta mengakui adanya keterbukaan dan kebebasan yang bertanggung jawab, terciptanya rasa dan seleraperdamaian, cinta dan kasih sayang yang bersifat lintas geografis, VOL. 9, No.2 Juli 2014
251
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
bangsa dan negara, dengan mewujudkan cita rasa Islam dalam kehidupan kongkrit dan mereduksi petunjuk-petunjuk normatif dalam menganalisis akhlak dan tata krama dalam Islam. Jadi menurut Yusuf Qardawi, esensi masyarakat Islam adalah kesamaan aqidah dan keimanan, adanya korelasi antara akal dan wahyu, menyeimbangkan antara yang konstan dan variabel, memadukan antara nilai-nilai salafi dan pembaharuan, mengambil inspirasi aktual serta mengakui adanya keterbukaan dan kebebeasan yang bertanggung jawab. Adapun menurut Muhammad Amin, bahwa masyarakat Islam itu berbeda dengan masyarakat yang lain. Letak perbedaannya yaitu peraturan-peraturannya khusus, undang-undangnya yang Qur’ani, anggota-anggotanya yang berakidah satu yaitu aqidah Islamiyah dan berkiblat satu. Masyarakat ini memiliki watak serta adat istiadat yang terpadu, walaupun terdiri dari berbagai warna kulit dan suku bangsa, namun memiliki dan menjalin suatu ikatan yang kuat berupa hubungan persaudaraan yang mengakar dari nilai-nilai Islamiyah. Jadi menurut Muhamad Amin masyarakat Islam masyarakat yang memiliki peraturan-peraturan khusus (IslamiO undang-undangnya Qur’an, anggota masyarakat yang beraqidah satu walaupun ada perbedaan warna kulit dan suku bangsanya. Dari penjelasan diatas, maka dapat dipahami bahwa output dari pengembangan atau pemberdayaan masyarakat Islam pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan dan mampu memilih dengan jelas adalah masyarakat yang mempunyai kualitas tertentu dan diharapkan mampu menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya. Adapun pengertian pengembangan atau pemberdayaan masyarakat secara terminologi berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jama'ah ) dan masyarakat(ummah). Mengutip pendapat Amrullah Ahmad bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sementara Imang Mansur Burhan mendefinisikan pengembangan umat atau masyarakat sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam kearah yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial, politik maupun dalam bidang ekonomi Dengan demikian dapat dipahami bahwa pengembangan masyarakat atau pemberdayaan masyarakat Islam merupakan model VOL. 9, No.2 Juli 2014
252
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat dan komitmen yang senantiasa dibina adalah untuk memperbaiki diri secara terus menerus ( commited to continous improvement). 2. Ruang Lingkup Pengembangan Masyarakat Islam Dalam pengembangan masyarakat, dengan mengutip pendapat Agus Efendi, setidaknya ada tiga kompleks pengembangan yang harus segera diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini, yakni pengembangan atau pemberdayaan dalam tataran ruhaniah, intelektual-dan ekonomi. Berdasarkan pandangan Agus Effendi, bahwa pengembangan masyarakat pada matra ruhaniah, didasarkan pada degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat Islam sangat mengguncang kesadaran Islam. Kepribadian kaum muslim terutama mayoritas generasi mudanya begitu bebasnya terkooptasi oleh budaya barat yang merupakan antitesa dari nilai-nilai Islam. Hal ini juga diperparah dengan gagalnya pendidikan agama dihampir semua line pendidikan. Bagi kaum tradisi umumnya dan kaum muslimin proses modernisasi tetap tak bisa dihindarkan. Namun, mereka sadar terhadap berbagai unsurnya yang dianggap negatif dalam modernitas. Karena itu modus yang ditempuh untuk menghadapi tiga dimensi budaya (tradisi, Islam dan modernitas) adalah membumikan atau mempribumisasikan ajaran Islam dalam arti memberikan warna budaya dalam pelaksanaan ajaran-ajaran Islam tanpa merusak esensinya, menyeleksi unsur-unsur modernitas yang dinggap bermanfaat dan meninggalkan yang negatif dan mengaktualisasikan dan memodernisasikan tadisi tersebut. Bila kita melihat betapa kondisi umat Islam di Indonesia, bahkan dimanapun sudah terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Untuk itu diperlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai sebuah alternatif perjuangan besar (jihad) . Oleh karena itu dalam konteks jurisprudensi tanggung jawab sosial Islam, menurut Agus Efendi bahwa masyarakat Islam harus berani mengedepankan jargon teologi sosial, seperti: pertama, bahwa malas belajar adalah dosa besar sosial Islam. Kedua, bahwa pemberdayaan intelektual harus merupakan gerakan semua lini keumatan. Ketiga,bahwa setiap dukungan terhadap gerakan pemberdayaan intelektual harus dipandang sebagai jihad besar yang harus diakselerasikan. Keempat, bahwa pada tataran manajemen VOL. 9, No.2 Juli 2014
253
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
operasional, masyarakat Islam, terutama mereka yang berkecimpung dalam wilayah manajemen korporasi keumatan, harus siap menghadapi gelombang reengineering yang berorientasi pada sistem manajemen keunggulan, yang boleh jadi harus meninggalkan pola-pola manajemen dan kepemimpinan yang tidak efektif, efisien, dan produktif untuk diganti dengan pola-pola manajemen kepemimpinan profesional dan strategis. Penolakan terhadap gerakan ini pemberdayaan intelektual masyarakat. Kelima, bahwa untuk menjalankan ideal-ideal diatas, diperlukan gerakan aksional penggalian dan penghimpunan kekuatan-kekuatan ekonomis secara by design, yang diupayakan oleh setiap komponen umat bersama-sama masyarakat Islam, dengan sistem manajemen yang transparan dan profesional. Kemudian pengembangan atau pemberdayaan dalam ekonomi. Ekonomi merupakan penjelmaan naluri mempertahankan hidup yang disusun oleh pikiran. Badan manusia yang material memerlukan materi pula untuk merawat dan mempertahankan kelangsungan hidupnya Ada empat kebutuhan pokok yaitu makanan, pakaian, perumahan dan obat-obatan. Disamping itu juga diperlukan pula pendidikan yang mempersiapkan diri seseorang unuk mengusahakan sendiri keempat kebutuhan pokok tersebut. Apabila suatu masyarakat cukup makanan dan pakaian, wajar perumahan, terawat kesehatan dikatakanlah masyarakat itu makmur. Kemakmuran inilah yang selalu merupakan usaha dan tujuan ekonomi. 3. Beberapa Model Pemberdayaan Masyarakat Islam Ada beberapa model pendekatan yang dapat dilakukan dalam pengembangan masyarakat Islam, menurut penuturan Jack Rothman dengan dikutip oleh Harry Hikmat bahwa pengembangan masyarakat itu ada beberapa modelnya dalam praktek pembangunan masyarakat, yaitu locality development, social planning, dan social action Ketiga model pemberdayaan masyarakat Islam tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Model Pengembanga Lokal ( Locality Development Model) Dalam model pengembangan masyarakat lokal menyaratkan bahwa perubahan dalam masyarakat dapat dilakukan secara optimal bila melibatkan partisipasi aktif yang luas disemua spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahapan penentuan tujuan maupun pelaksanaan tindakan perubahan. Seperti diketahui bahwa VOL. 9, No.2 Juli 2014
254
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
pengembangan masyarakat adalah proses yang dirancang untuk menciptakan kondisi sosial ekonomi yang lebih maju dan sehat bagi seluruh masyarakat melalui partispasi aktif mereka, serta berdasarkan kepercayaan yang penuh terhadap prakarsa mereka sendiri. Hal ini didukung oleh pendapat Mayor Polak yang menegaskan bahwa pengembangan masyarakat sebagai salah satu usaha gerakan perubahan sosial adalah suatu usaha yang terus menerus untuk mencoba meningkatkan mutu dan taraf kehidupan masyarakat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. Gagasan ini berpijak Pada hipotesa-hipotesa bahwa program pengembangan masyarakat (community development program) akan mencapai sasaran yang diharapkan bilamana: pertama, didukung oleh partisipasi aktif segenap warga masyarakat, kedua apabila digerakkan dan dilancarkan melalui pranata sosial yang telah hidup dalam masyarakat, ketiga dipersiapkan kader-kader dari pranata kemasyarakatan yang ada sebagai unsur pengubah ( agent of change) Tema-tema pokok dalam locallity development model mencakup penggunaan prosedur demokrasi dan kerja sama atas dasar sukarela, keswadayaan, pengembangan kepemimpinan setempat, dan tujuan yang bersifat pendidikan. Misalnya program ketetanggaan, dilingkungan pemukiman, program pendidikan orang dewasa dan aktivitas yang berkaitan dengan dinamika keompok secara profesional. Sedangkan teknik yang dapat dikembangkan dalam model pendekatan ini adalah antar lain dengan cara atau prosedur demokratif, seperti musyawarah, diskusi, komunikasi, pertemuan-pertemuan antar golongan dan juga mengembangkan cara-cara keijasama diantara lembaga - lembaga masyarakat setempat, latihan pendidikan bagi tenaga- tenaga yang berasal dari warga masyarakat setempat, dan pertemuan-pertemuan antar golongan dan lain sebagainya. 2. Model Perencanaan Sosial (Social Planning Model) Dalam model ini menekankan bahwa proses pemecahan masalah seperti teknis terhadap masalah sosial yang substantif, seperti kenakalan remaja, perumahan (pemukiman), kesehatan mental dan masalah sosial lainnya. Selain itu model ini menganggap bahwa betapa penting menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yang terkendali yakni untuk mencapai tujuan akhir secara rasional , dan dalam pelaksanaanya dilakukan pengawasan-pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi. Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan yang ada adalah dengan mengumpulkan data-data atau fakta-fakta VOL. 9, No.2 Juli 2014
255
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
mengenai sesuatu permasalahan. Kemudian mengambil tindakantindakan yang rasional dan feasible (mempunai kemungkinankemungkinan yang dapat dilaksanakan ), jadi strateginya adalah mengumpulkan dan menganilis fakta dan data tentang permasalahan, dilanjutkan dengan menetapkan cara terbaik dalam penyusunan program, dalam memberikan pelayanan atau dalam melakukan tindakan yang tepat untuk mengatasi permasalahan yang ada. Implementasi model ini dapat berupa program-program yang berhubungan dengan masalah penyalahgunaan narkotika, pemukiman kumuh, kenakalan remaja dan lain sebagainya. Teknik yang digunakan adalah mengerahkan keahlian perencanaan, pengumpulan data, serta analisis data dalam menyusun gagasan atau program dan menciptakan kessepakatan (konsensus) atau persetujuan. 3. Model Aksi Sosial (Social Action Model). Model ini menekankan tentang betapa pentingnya penanganan kelompok penduduk yang tidak beruntung secara terorganisasi, terarah dan sistematis, juga meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat yang lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dnegan keadilan sosial atau dmeokrasi. Model ini bertujuan mengadakan perubahan yang mendasar di dalam lembaga utama atau kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Model aksi sosial ( Social action) ini menekankan pada pemerataan kekuasaan dan sumber-sumbernya, atau dalam hai pembuatan keputusan masyarakat dan mengubah dasar kebijakan organisasi-organisasi formal. Ketiga model pemberdayaaan masyarakat Islam tersebut akan digunakan untuk menganalisis data lapangan yang berkaitan dengan model pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh Dosen IAIN Raden Intan Lampung. Adapun langkah yang akan ditempuh dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan itu adalah menggerakkan golongangolongan masyarakat tertentu guna terlibat aktif dalam mengadakan perubahan-perubahan. Mereka dimotivasi untuk bersikap kritis dan akomodatif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah seperti melalui Perundang-undangan atau peraturan-peraturan pemerintah. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung dalam rangka menanggulangi masalah yang mereka hadapi sendiri. Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah mengadakan usaha-usaha yang lebih terorganisir untuk VOL. 9, No.2 Juli 2014
256
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
mencapai tujuan- tujuan atau target-target tertentu. Maksudnya melalui tindakan-tindakan yang lebih terorganisir dan terarah, golongangolongan tersebut mampu memperoleh kekuatan dan tujuan yang diinginkan . tindakan-tindakan masyarakat yang terorganisir dan terarah ini dapat ditujukan untuk lembaga-lembaga tertentu, juga untuk seseorang atau sekelompok orang. Teknik-teknik yang kemudian digunakan adalah menggerakan kelompok masyarakat dalam kegiatan terorganisir, dan juga menggerakan masyarakat dalam tindakan langsung ( direct action) untuk memecahkan konflik konflik atau pertentangan - pertentangan, termasuk teknik- teknik pengajuan usulan atau saran-saran dengan menggunakan kekuatan massa Sementara menurut Mastuhu, bahwa model pengembangan masyarakat Islam dengan menyesuaikan dengan karakteristik Ilmuilmu yang diasuh di IAIN oleh para dosen, maka dalam kaitannya dengan penelitian dimungkinkan adanya pemakaian berbagai metode pengembangan yaitu induktif, deduktif dan verstehen. Ketiga model pemberdayaan masyarakat Islam dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Metode Induktif Metode induktif jika obyek formalnya berada dalam pengalaman manusia yang empiris atau sensual. Melengkapi pendekatan induktif ini, dalam kerja penelitian selanjutnya dapat digunakan dengan metode-metode observasi dan eksperimen lengkap dengan pemakaian olah statistik. Misalnya untuk obyek perilaku keagamaan yang bersifat empiris atau heremeneutis. 2. Metode Deduktif Deduktif, jika obyek formalnya memiliki karakteristik rasional aksiomatik, yang dalam kerja penelitian bisa menggunakan analisis logika pengetahuan, yakni menemukan perolehan kebenaran melalui penafsiran logis atau dapat diterima dan dijelaskan melalui logika, misalnya, untuk obyek formal yang menyangkut hubungan veritkal. Sebagai contoh adalah wacana keilmuan fiqh ibadah mengenai penjelasan antara terpenuhinya rukun wudhu dan pemborosan air. 3. Verstehen Verstehen, jika obyek formalnya memiliki karakteristik hermenuits, yaitu untuk menangkap makna yang lebih dalam sehingga diperoleh kesimpulan kasus Umpama mengenai studi teks ajaran yang sifatnya rasional akademik. Sementara menurut Conny R Semiawan pengembangan masyarakat secara umum tentunya sangat erat kaitannya dengan VOL. 9, No.2 Juli 2014
257
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
pengembangan kemampuan manusia (human capasity development), lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa dalam kaitan pengembangan manusia itu ada dua pendekatan yang saling melengkapi yaitu pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kemampuan manusia Pengembangan sumber daya manusia ( Human Resource Development) terutama terfokus pada keterampilan sikap dan kemampuan produktif ketenagakeijaan sehingga memperlakukan manusia sebagai sumber untuk dimanfaatkan ( sebagai obyek), dalam mencapai tujuan ekonomi terutama dalam jangka waktu pendek. Pengembangan tersebut tidak terjadi dalam, melainkan diatur dari atas ” sesuai kepentingan lingkungannya”. Seyogyanya pendidikan ini teralihkan fokusnya kepada perkembangan dan keterwujudan kemampuan manusia atau Human Capasity Development (HCD) sepanjang hayat yang berhak dan mampu memilih berbagai peranannya dalam meraih berbagai peluang partisipasi, sebagai anggota masyarakat, sebagai orang tua, maupun sebagai pekerja dan konsumen yaitu suatu perkembangan yang arah dan sasarannya terutama terjadi dalam, namun disulut untuk aktualisasinya. A.
Peranan Dosen Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Peranan sebagaimana menurut Hendropuspito adalah sebagai penggerak atau suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi dan tugas seseorang dan dibuat atas dasar tugas yang nyata yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya 1. Sementara itu menurut Soerjono Soekanto peranan merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Dengan kata lain apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban (tugas/fungsi) sesuai dengan kedudukannya berarti seseorang tersebut telah melaksanakan perannya2 Sejalan dengan penjelasan Hendropuspito, bahwa peranan menurut Paul B Horton & Chester L Hunt adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status. 3 Hal ini sejalan dengan pemikiran Gross, Mason, dan McEachern yang mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan- harapan yang dikenakan pada individu yang menempati 1
2
Hendropuspito, Sosiologi Sistematika, ( Yogyakarta : Kanisius, 1989), h. 182. Soeijono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta : Rajawali Press, 1990) hlm 268 3 Paul B Horton & Chester L Hunt, Sosiologi, ( Jakarta : Erlangga, 1991) h. 118
VOL. 9, No.2 Juli 2014
258
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
kedudukan sosial tertentu.4 Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 1999 tentang pendidikan tinggi bahwa yang dimaksud dengan dosen adalah tenaga pendidik atau kependidikan pada Perguruan Tinggi yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar dan memiliki tugas utama yang terdapat dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi.5 Dengan demikian dapat dipahami bahwa peranan dosen adalah tugas-tugas atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang diangkat yang harus membumikan nilai-nilai dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi. Pemberdayaan secara etimologis berarti membina dan meningkatkan kualitas, dan masyarakat Islam adalah kumpulan manusia yang beragama Islam. Secara terminologis pengembangan masyarakat Islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah),kelompok sosial (jamaah) dan masyarakat (ummah)6 Dengan demikian dapat dipahami bahwa peranan dosen dalam pemberdayaan masyarakat Islam adalah peranan atau tugas-tugas atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik yang harus mengejewantahkan tugasnya dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi ( pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat ) dan ditransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam baik dalam tingkatan keluarga, kelompok sosial maupun masyarakat. Dosen sebagai intelektual dan sekaligus sebagai da’i di tengahtengah masyarakat, mampu memainkan peranannya dalam mengembangkan kehidupan keberagaman pada masyarakat dimana ia tinggal sebagai wujud dari pengabdian kepada masyarakat. Peranan sebagai seorang seorang dosen adalah sesuatu yang melekat dalam diri yang seharusnya aplikasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi haik di lingkungan lembaga pendidikan (Institut) maupun di dalam masyarakat. Sebagai seorang dosen dalam melaksanakan perannya dalam pengembangan masyarakat terutama setidak-tidaknya melalui tahapan-tahapan yaitu, pengenalan, pemahaman / mendemonstrasikan 4
N.Grozz, W.S, Mason, and A.W. McEachern, Explorations in Role Analysis (New York : Wiley, 1958), bab 4, dan dapat pula di lihat dalam David Berry, Pokok-pkok Pikiran Dalam Sosiologi,(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada : 1995), h. 99 5Peraturan Perundang-undangan tentang Pendidikan Tinggi,Op. Cit, h. 11. 6 lbid,h. 29
VOL. 9, No.2 Juli 2014
259
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
dan melakukan pembinaan tentang ajaran-ajaran islam dalam bidang ibadah mahdah dan bidang sosial secara terus menerus. Dalam pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh seorang dosen yaitu meliputi memberi latihan / penyuluhan / penataran pada masyarakat, memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan, membuat / menulis karya pengabdian kepada masyarakat.7 Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dosen yakni kegiatan yang menghubungkan hasil penelitian dan penguasaan disiplin ilmu dalam bidang pendidikan di satu sisi, dengan peningkatan mutu pendidikan dan pengembangan masalah penelitian di sisi lain. Dengan demikian bahwa tolak ukur pemberdayaan masyarakat tidak hanya berkaitan dengan keilmuan saja, namun berkaitan secara kompleks dengan kelembagaan dan kemasyarakatan. Hal ini berarti menyangkut masalah pengadministrasian kegiatan warga kampus di luar kampus. Berbagai aspek pengukurannya adalah kegiatan atas nama perguruan tinggi, usaha bersama antara perguruan tinggi dengan masyarakat tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, seimbang dengan kegiatan pendidikan dan penelitian, atas inisiatif subyek pelaksanaan kegiatan, bermanfaat bagi masyarakat tempat kegiatan dilakukan, menunjang pembangunan di satu segi dan menunjang pengembangan ilmu pada sisi lain, merupakan pengamalan ilmiah dari ilmu yang dikaji, sehingga merupakan kegiatan yang efisien dan efektif. 8 atau dengan kata lain bahwa peranan dosen dalam pemberdayaan masyarakat itu dapat disederhanakan yaitu pertama, menduduki jabatan pimpinan dalam lembaga pemerintah/pejabat negara sehingga harus dibebaskan dari jabatan organiknya, kedua, melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian yang dimanfaatkan oleh masyarakat ; ketiga, memberi latihan / penyuluhan / penataran pada masyarakat ; keempat, memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pembangunan ; kelima, membuat / menulis karya pengabdian masyarakat.9 Program pemberdayaan masyarakat dapat diklasifikasikan menurut bidang, bentuk dan sifat kegiatannya yaitu pertama bidang 7
CST Kansilm, Loc.Cit Sanusi Uwes, Op.Cit. h.35 9 Departemen Agama RI, Buku Pedoman Tenaga Akademik Perguruan Tinggi Agama Islam dan PAI pada PTU, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam :2003), h.8 8
VOL. 9, No.2 Juli 2014
260
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas
kegiatan : pemberdayaan masyarakat meliputi jenis program/kegiatan dalam bidang : bidang sektoral, yaitu bidang pembinaan keagamaan yang meliputi tiga aspek pokok pembinaan ; aspek pemahaman nilainilai keagamaan, aspek pengamalan nilai-nilai keagamaan dan aspek penataan dan pengembangan lembaga-lembaga keagamaan, kemudian bidang lintas sektoral yaitu bidang-bidang pembinaan pranata yang meliputi bidang-bidang sosial, ekonomi/kewirausahaan dan budaya. Kedua,bentuk-bentuk kegiatan yaitu, pendidikan kepada masyarakat, pelayanan kepada masyarakat, kaji tindak ( action reseach), pengembangan wilayah secara terpadu/desa binaan/desa mitra pembangunan, Kuliah Kerja Nyata, dan pengembangan hasil penelitian. Ketiga, sifat kegiatan yang meliputi perintisan yakni kegiatan yang dilakukan untuk merintis hal- hal atau metode-metode baru. Pengembangan tersebut dapat bersifat komplementer maupun suplementer, artinya melengkapi kegiatan yang telah ada dan penambahan kegiatan atau tindak lanjut dari kegiatan yang telah dilaksanakan.10 Hai ini menunjukkan bahwa salah satu peranan dosen adalah pengabdian kepada masyarakat dipahami sebagai salah satu wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dosen harus mampu mengemban misi yang saling berkaitan yaitu misi mikro (menyiapkan generasi muda untuk memasuki masyarakat dengan jalan mengembangkan potensi pribadi tiap mahasiswa ) dan misi makro memainkan peranan kepemimpinan atas kehidupan masyarakat setempat.11 Untuk itu seorang dosen hendaknya memiliki peranan ganda baik pendidikan dalam lembaga akademik maupun pendidikan di dalam masyarakat. F.Model Pemberdayaan melalui pengabdian masyrakat Dosen IAIN Raden Intan Lampung sebagai intelektual islam yang menguasai ilmu-ilmu keagamaan secara lebih mendalam, senantiasa mempunyai tanggung jawab menyangkut masa depan masyarakat Islam dan selalu berusha untuk melakukan pembinaan agar masyarakat tetap berpijak pada jalan yang lurus. Upaya-upaya yang dilakukan dapat diartikan sebagai upaya pengembangan masyarakat dalam matra rohani yakni agar masyarakat memahami ajaran islam secara lebih mendalam dan ikhlas dalam melaksanakannya. 10
Pedoman Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Agama Islam, Op.Cit, h. 16 11 Taiiziduhu, Op.Cit, h. 48
VOL. 9, No.2 Juli 2014
261
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Sebagai insan akademisi yang berpijak pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, Dosen bertugas melaksanakan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.. sebagai salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yakni dilaksanakan secara langsung dimana ia bertempat tinggal, sehingga masyarakat dapat merasakan secara langsung manfaat dari ilmu yang dimiliki oleh para dosen. Sehingga para dosen sebagai intelektual tidak hanya menerapkan kelilmuan hanya pada tataran dunia intelektual kampus, tetapi mampu menerapkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat. Setidak-tidaknya dosen sebagai intelektual dan sekaligus sebagai da’i di tengah-tengah masyarakat, mampu memainkan peranannya dalam mengembangkan kehidupan keberagaman dalam masyarakat dimana ia tinggal sebagai wujud dari pengabdian kepada masyarakat. Peranan sebagai seorang dosen adalah sesuatu yang melekat dalam diri yang seharusnya aplikasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi baik di lingkungan lembaga pendidikan ( institut ) maupun didalam masyarakat. Peran Dosen, peran sebagai mana diungkapkan oleh Hendropuspito yakni sebagai penggerak atau suatu fungsional fungsi dan tugas seseorang atas dasar tugas yang nyata yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.12 Sedangkan menurut soerjono soekanto peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Dengan keta lain aplikasi seseorang melaksanakan hak dan kewajiban (tugas/fungsi) sesuai dengan kedudukannya berarti seseorang tersebut telah melaksanakannya.13 Adapun peran menurut Paul b horton & Chester L. Hunt adalah prilaku yang diharapkan dari seseirang yang memiliki status. Status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama dengan penjeasan bahwa status merupakan perangkat hak dan kewajiban.14 Hal ini sejalan dengan pemikiran Gross, masson, dan Mceachern yang mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapa-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu,15 maka dengan demikian yang dimaksud dengan peran dosen adalah tugas-tuga atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dosen dalam melaksanakan tugasnya sebagai mubalig / da’i ditengah-tengah
12
Hendropuspito, Sosiologi sistematika, ( Yogyakarta : kanisius, 1989 ), h. 182. Soerjino Soekanto, sosiologi suatu pengantar, ( jakarta : Rajawali Press, 1990 ) hlm 268 14 .Paul B harton &Chester L Hunt, sosiologi, ( Jakarta : Erlangga, 1991 ) h.118 15 .N.Gross, W.S, Masson, and A.W.McEachern, Explorations in Role Analysis ( New York : Sosiologi, ( Jakarta : PT Rajagrafindo Persada : 1995 ), h.99 13
VOL. 9, No.2 Juli 2014
262
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas masyarakat lingkungannya masing-masing yakni diwilayah Kecamatan sukarame. Dosen adalah tenaga pendidik atau kependidikan pada perguruan tinggi yang khusus diangkat dengan tugas utama mengajar.16 Adapun dosen yang dimaksud disini adalah Dosen IAIN Raden Intan Lampung sebagai seorang dosen dalam melaksanakan perannya dalam pegembangan masyarakatnya dibidang kerohanian melalui tahapan-tahapan sebagai berikut: setidaktidaknya melalui tiga tahapan penting, pertama, pengenalan, kedua pemahaman / mendemontrasikan dan ketiga yaitu melakukan pembinaan tentang ajaran-ajaran islam dalam bidang ibadah mahdah dan bidang sosial secara terus menerus. Secara tehnis istilah pengembangan dapat disamakan atau serupa dengan istilah pemberdayaan.17 Secara etimologis, pengembangan berarti membina dan meningkatkan kualitas, dan masyarakat islam adalah kumpulan manusia yang beragama islam. Secara terminologis pengembangan masyarakat islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran islam dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jamaah) dan masyarakat (aummh).18 Sedangkan Amrullah Ahmad menyebutkan bahwa pengembangan masyarakat islam adalah sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi dan lingkungan dalap perspektif islam.19 Dengan demikian pengembangan masyarakat islam merupakan model empiris pengembangan prilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal sholeh (karyaterbaik) dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Sasaran individu yaitu setiap individu muslim dengan orientasi sumber daya manusia, sedangkan sasaran komunal adalah kelompok atau komuniats muslim dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Hal itu berarti bahwa masyarakat di berdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan demikian maka masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang dapat memilih dan mendapatkan kesempatan untuk mengadakan pemilihan-pemilihan. Dengan 16
Peraturan Perundang-undangan Tentang pendidikan Tinggi, ( Bandar lampung : seksi Penerbit Fak Syari’ah iain Raden Intan Bandar Lampung, 2002), h. 11 17 Nahih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe’i, Pengembangan Masyarakat Islam, dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, ( Bandung : Rosdakarya, 2001 ), h.42 18 Ibid, h. 29 19 Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Di Tengah Era Reformasi Menuju Indonesia Baru, Makalah Seminar
VOL. 9, No.2 Juli 2014
263
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas demikian, maka proses pengembangan dan pemberdayaa akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan dan yang dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas. Kegiatan pengembangan masyarakat islam terdiri dari kegiatan pokok berupa transformasi dan pengembangan agama islam kedalam realita islam. Menurut Agus Efendi sebagaimana dikutip oleh Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Syafe’i menyatakan, setidaknya ada tiga komplek pemberdayaan yang mendesak untuk diperjuangkan dalam konteks keumatan masa kini, yakni pemberdayaan dan tataran ruhaniah, intelektua dan ekonomi.20 Pertama, pemberdayaan dalam mantra ruhaniah, dalam pendangan Agus efendi degradasi moral atau pergeseran nilai masyarakat islam saat ini sangat mengguncang kesadaran islam. Kepribadian kaum muslimin terutama mayoritas generasi mudanya begitu terkooptasi oleh budaya negatif barat yang merupakan antitesa dari nilai-nilai islam. Hal ini njuga diperparah dengan gegalnya pendidikan agama di hampir semua lembaga pendidikan. Untuk keluar dari belitan persoalan ini, masyarakat islam harus berjuang keras untuk melahirkan desain besar kurikulum pendidikan untuk setiap wilayah pendidikan, yang benar-benar berorientasi pada pemberdayaan total ruhaniah islamiah yang tidak bertentangan dengan perjuangan kebenaran ilmiah dan kemoderenan. Kedua, pemberdayaan intelektual. Secara rill dapat disaksikan betapa umat islam saat ini sudah terlalu jauh tertinggal dalam kemajuan dan penguasaan teknologi. Untuk itu di perlukan berbagai upaya pemberdayaan intelektual sebagai sebuah perjuangan besar (jiha). Ketiga, untuk bisa keluar dari himpitan situasi ekonomi seperti sekarang ini, disamping penguasaan terhadap life skill atau keahlian hidup. Keterampilan berwira usaha, dibutuhkan juga pengembangan dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan. G.KESIMPULAN Sebagai bagian dari pemberdayaan islam adalah pemberdayaan dalam bidang ruhani, dengan harapan akan terwujud masyarakat yang melaksanakan ajaran islam secara baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat yang memiliki pemahaman yang benar tentang ajaran agama islam dalam semua sendi kehidupan. Selanjutnya diharapkan akan terwujud masyarakat yang melaksanakan ajaan islam secara baik dan benar dalam kehidupan sehari-hai, masyarakat 20
Nanin Machendrawati dan agus Ahmad Syafe’i, Op. Cit, h 30
VOL. 9, No.2 Juli 2014
264
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas yang memiliki pemahaman yang benar tentang ajaran agama islam dan teraktualisasikannya ajaran islam dalam semua sendi kehidupan. Model pemberdayaan masyarakat yang dilakukan dosen IAIN Raden Intan Lampung dapat digolongkan kedalam jenis human resource development (pemberdayaan kemampuan manusia), karena yang dilakukan dosen lebih dititiktekankan pada pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan kemampuan manusia dalam bidang pengetahuan keagamaan, pemahaman dan pengamalan / pelaksanaan ibadah dalam kehidupan seharihari baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
VOL. 9, No.2 Juli 2014
265
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas DAFTAR PUSTAKA Agus Efendi, Pemberdayaan dalam Fitrah No .4 (Bandung : Alsina : Center For Methodological Transformation, Juni 1999). Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya: 2000) Ali Syari’ati, Membangun Masa Depan Islam, Terj.Rahmani Astuti, Bandung,Mizan, 1988.
Amrullah Ahmad, Strategi Dakwah Di Tengah Era Reformasi Menuju Masyarakat Indonesia Baru Dalam Memasuki Abad ke-2l M, (Bandung, 1999). Arkoun, Comment Lire le Coran , pengantar Arkoun dalam Le Coran, Terj Kasimirski (Paris : Gamier Fammerison, 1970). Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, ( Bandung: Logos Tiara Wacana Ilmu, 1998).
Conny R Semiawan, Pendidikan Tinggi Peningkatan Kemampuan Manusia Sepanjang Hayat Seoptimal Mungkin, ( Jakarta: Depdikbud, 1999) Departemen Agama RI, AL-qur ’an dan Terjemahnya, ( Jakarta : CV. Indah Press, 1995). Harry Hikmat, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, ( Bandung : Humaniora Utama Press, 2001)
Hendro Puspito, Sosiologi Sistematik ( Yogyakarta : Kanisius, 1989) Cet Ke I. Imang Mansur Burhan, Pokok-pokok Pikiran Tentang Zakat Dalam Pember dayaanUmat, dalam Jurnal Al-Tadzir : Transformasi Al-Islam Dalam Pranata dan Pembangunan , (Bandung : Pusat Pengkajian Islam dan Pranata IAIN Sunan Gunung Djati, 1998),
VOL. 9, No.2 Juli 2014
266
Jurnal Ilmu dakwah Dan Pengembangan Komunitas Koentaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakarta : Penerbit Universitas : 1959). Mansur Fakih, Dakwah Siapa Yang Diuntungkan, Pesantren No.4/Vol,IV, 1987. Marzuki, Metodologi Reseach, ( Yogyakarta : Fak.Fakultas Ekonomi UII, 1989).
Mastuhu, Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos : 1999) M.Rusli K ari m (Ed), Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, ( Jakarta : PT.Rajawali Press, 1986)
Muhammad Amin, Konsep Masyarakat Islam : Upaya Mencari Identitas Dalam Era Modernisasi, (Jakarta : Fikahati Aneska : 1992). Mukti Ali, Agama dalam Pergumulan Masyarakat Kontemporer, ( Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya : 1998). Nanih Machendiawati, Agus Ahmad S yafe; i Pengembangan Masyarakat Islam, dari Ideologi Strategi Sampai Tradisi, (Bandung ;Rosdakarya, 2001 ).
Pedoman Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Agama Islam, (Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, 2001).
VOL. 9, No.2 Juli 2014
267