Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
Vol.2, No.1, Maret 2013
PENGARUH PELATIHAN HYGIENE DAN SANITASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN DI INSTALAASI GIZI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA BANDA ACEH Effect Of Training Hygiene And Sanitation The Knowledge And Behavior Food Handlers Instalaasi Nutrition In General Hospital District Meuraxa Banda Aceh Silvia Wagustina1 1
Tenaga Pengajar Poltekkes Kemenkes Aceh Email:
[email protected]
ABSTRAK Penyebab perilaku yang salah mengenai hygiene dan sanitasi disebabkan karena pengetahuan yang rendah atau ketidaktahuan tentang hal-hal yang seharusnya diketahui oleh tenaga penjamah makanan dalam upaya mendapatkan makanan yang sehat. Dengan demikian pengetahuan hygiene dan sanitasi penjamah makanan pada suatu penyelenggaraan makanan perlu ditingkatkan dalam pelaksanaannya. Untuk mengetahui pengaruh pelatihan hygiene dan sanitasi terhadap pengetahuan dan perilaku penjamah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperimen. Dengan desain Pretest Postest. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara total sampling sebanyak 11 orang. Data pengetahuan dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dan data perilaku dengan formulir chek list. Uji statistik yang digunakan yaitu uji T-Dependen, pada tingkat kepercayaan 95% dan batas kemaknaan P<0,05. Pengetahuan sampel sebelum mengikuti pelatihan adalah 38,64 standar deviasi 2,157 dan pengetahuan sesudah mengikuti pelatihan adalah 41,64 standar deviasi 2,803 nilai P=0,006 dan perilaku sampel sebelum mengikuti pelatihan adalah 29,27 standar deviasi 1,794 dan perilaku sesudah mengikuti pelatihan adalah 32,09 standar deviasi 1,300 nilai P<0,05 P=0,000 Ada perbedaan tingkat pengetahuan dan perilaku sampel tentang hygiene dan sanitasi sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan dengan nilai P<0,05. Kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan di instalasi gizi diharapkan agar dapat melaksanakan penyuluhan dan pelatihan, khususnya tentang hygiene dan sanitasi kepada penjamah makanan secara berkesinambungan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang hygiene dan sanitasi. Kata kunci: Pelatihan Hygiene dan Sanitasi, Pengetahuan dan Perilaku. ABSTRACT The cause of misbehavior on hygiene and sanitation due to the low knowledge or ignorance about the things that should be known by trained food handlers in an effort to get healthy food. Thus knowledge of hygiene and sanitation of food handlers in a food operation needs to be improved in implementation. To determine the effect of hygiene and sanitation training on knowledge and behavior of food handlers in the installation of nutrient Meuraxa General Hospital in Banda Aceh. This type of study is a Quasi Experiment. By design Pretest Postest. Sampling is done by sampling a total of as many as 11 people. Knowledge of data collected using a questionnaire and behavioral data with check-list form. The test statistic used is the T-Dependent test, the confidence level of 95% and the limit of significance P <0.05.
77
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
Vol.2, No.1, Maret 2013
Knowledge of samples before training was 38.64 standard deviation of 2.157 and knowledge after training was 41.64 standard deviation of 2.803 P value = 0.006 and behavior before the training sample is 29.27 standard deviation of 1.794 and behavior after training is 32 , 09 standard deviation of 1.300 P value <0.05 P = 0.000. There is a difference in the level of knowledge and attitudes about hygiene and sanitation samples before and after training with a P value <0.05. To health professionals, especially health personnel in the installation of nutrient expected to carry out extension and training, particularly concerning hygiene and sanitation to food handlers on an ongoing basis in order to further improve knowledge and attitudes about hygiene and sanitation. Key words: Hygiene and Sanitation Training, Knowledge and Behavior.
PENDAHULUAN Penyelengaraan makanan Rumah Sakit mempunyai kekhususan dimana konsumen dalam keadaan dirawat karena penyakitnya. Oleh karena itu makanan Rumah Sakit harus dapat menunjang bagi kesembuhannya. Rumah Sakit selain menyelenggarakan makanan untuk pasien, ada juga yang menyelenggarakan makanan untuk karyawan, dan dokter serta karyawan dengan beban kerja tertentu yang perlu mendapat makanan tambahan. Penyelengaraan makanan penyebab perilaku yang salah mengenai hygiene dan sanitasi disebabkan karena pengetahuan yang rendah atau ketidaktahuan tentang hal-hal yang seharusnya diketahui oleh tenaga penjamah makanan dalam upaya mendapatkan makanan yang sehat. Dengan demikian pengetahuan hygiene dan sanitasi pada suatu penyelenggaraan makanan perlu ditingkatkan dalam
pelaksanaannya (Mukrie, A 1990). Faktor sosial ekonomi merupakan faktor terpenting dalam penerapan hygiene dan sanitasi penyelenggaran makanan pada suatu institusi, tingkat kehidupan yang lebih baik juga akan memberikan kesehatan yang baik dibandingkan mereka yang melupakan hal sanitasi, dampak sosial ekonomi dinilai sangat berpengaruh terhadap perbaikan sanitasi yang diselenggarakan di suatu tempat khususnya di institusi yang menyelenggarakan makanan (Mukrie, 1998). Faktor sosial ekonomi merupakan faktor terpenting dalam penerapan hygiene dan sanitasi penyelenggaran makanan pada suatu institusi, tingkat kehidupan yang lebih baik juga akan memberikan kesehatan yang baik dibandingkan mereka yang melupakan hal sanitasi, dampak sosial ekonomi dinilai sangat berpengaruh terhadap perbaikan sanitasi yang diselenggarakan 78
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
di suatu tempat khususnya di institusi yang menyelenggarakan makanan (Mukrie, 1998). Disamping itu, faktor lingkungan juga sangat mempengaruhi pandangan hidup dan pengalaman interaksi sehingga penerapan hygiene dan sanitasi di suatu tempat ditentukan juga oleh lingkungan. Lingkungan ini bisa saja berubah dari waktu ke waktu dan ini disesuaikan dengan sosial ekonomi dan perilaku penjamah makanan yang ada di institusi (Mukrie, 1998). Dari hasil hasil penelitian awal diketahui bahwa perilaku tenaga penjamah makanan Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh masih tergolong kurang baik, karena tenaga penjamah makanan Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh jarang mengunakan celemek pada proses pengolahan. Tenaga penjamah juga menggunakan perhiasan dan ada yang kukunya panjang dan kadang-kadang penjamah makanan juga tidak memakai tutup kepala. Dengan adanya masalah ini ditakutkan akan terjadinya kontaminasi terhadap makanan yang diolah. Selain itu di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh pengelolaan sampah juga masih
Vol.2, No.1, Maret 2013
kurang bagus, karena sampah organik dan nonorganik belum dipisah-pisahkan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Novia pada tahun 2009 terhadap 4 orang tenaga penjamah makanan di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh didapatkan hasil bahwa tingkat pengetahuan tenaga penjamah makanan di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh berada pada tingkatan kurang dan sedang, dengan persentase masingmasing sebanyak 50%. Untuk sikap tenaga penjamah makanan persentasenya sebanyak 50% untuk kategori sedang dan 50% untuk kategori baik, dan untuk tindakan tenaga penjamah makanan persentasenya sebanyak 100% untuk kategori sedang.Oleh karena itu makanan yang disajikan kepada pasien harus dibuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan kesan yang menarik, rasa senang serta pasien mau mengkonsumsi dan menghabiskan makanan yang disajikan (Hartono, 2006). METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah Eksperimen (quasieksperimental research) dengan rancangan pre and post-test yaitu untuk melihat pengaruh pelatihan hygiene dan sanitasi
58
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
terhadap pengetahuan dan perilaku tenaga penjamah makanan di instalasi gizi Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh. Penelitian dilaksanakan pada Juli 2011. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh tenaga penjamah makanan yang ada di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh sebanyak 11 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data identitas responden atau sampel yang terdiri dari nama, umur, pendidikan, pengetahuan dan data tentang perilaku sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Data tentang identitas sampel dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner langsung dan diisi oleh penjamah makanan. Data pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan dikumpulkan dengan cara membagikan kuesioner pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan kepada penjamah makanan. Sedangkan data tentang perilaku hygiene dan sanitasi dikumpulkan dengan cara mengamati perilaku hygiene dan sanitasi penjamah makanan yang dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan. Data pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan hygiene dan sanitasi setelah diperoleh data diolah
Vol.2, No.1, Maret 2013
dengan memberikan bobot nilai pada setiap pertanyaan sebelum dan sesudah diberikan pelatihan. Dengan memberikan skor nilai 3 untuk jawaban yang benar, nilai 2 untuk jawaban yang mendekati benar dan nilai 1 untuk jawaban yang salah. Kemudian dihitung total skoring yang diperoleh dari masing-masing sampel. Data perilaku sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan hygiene dan sanitasi oleh penjamah makanan diolah dengan memberikan skor nilai pada setiap tahapan tindakan yang dilakukan dalam melakukan tindakan yaitu nilai 2 untuk jawaban dilakukan dan nilai1 untuk jawaban tidak dilakukan. Penilaian perilaku didasarkan pada nilai skoring yang diperoleh dari hasil pengamatan perilaku dengan menggunakan form chek list. Selanjutnya data dianalisa untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat pengetahuan dan sebelum perilaku penjamah makanan dan sesudah mengikuti pelatihan menggunakan SPSS dengan dependent t-test pada tingkat kepercayaan 95%. Apabila dengan dependent t-test terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan maka dilanjutkan dengan uji regresi
59
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
untuk melihat pengaruh terhadap pelatihan tersebut karena apabila terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan maka belum tentu ada pengaruh antara keduanya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Vol.2, No.1, Maret 2013
pendidikan menengah yaitu sebesar 72,7%. Sedangkan berdasarkan umur sebagian besar sampel berusia antara 4555 tahun yaitu sebesar 45,4%. 2. Rata-rata Pengetahuan Sampel Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data sebagai berikut: 1. Karakteristik subjek penelitian Tabel 1. Karakteristik Penjamah Makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh Karakteristik subjek penelitian Pendidikan Dasar Menengah Tinggi
n
1 8 2
%
9,1 72,7 18,2
Umur 25-34 Tahun
2
18,2
35-44 Tahun 45-55 Tahun
4 5
36,4 45,4
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar sampel memiliki tingkat
Tabel 2. Rata-rata Pengetahuan Sampel Sebelum dan Sesudah Pelatihan variab el Pengeta huan sebelu m Pengeta huan sesudah
Me an 38, 64
SD
41, 64
2,8 03
2,1 57
Mini mal 36
Maks imal 43
n
37
45
1 1
1 1
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan sebelum mengikuti pelatihan adalah 38,64 dengan standar deviasi 2,157. Nilai terendah adalah 36 dan nilai tertinggi adalah 43 sedangkan nilai rata-rata pengetahuan sesudah mengikuti pelatihan adalah 41,64 dengan
60
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
Vol.2, No.1, Maret 2013
standar deviasi 2,803. Nilai terendah adalah 37 dan tertinggi adalah 45 dari seluruh sampel yang berjumlah 11 orang. Apabila semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik dan benar maka skor yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah 45. 3. Rata-rata Perilaku Sampel Sebelum dan Sesudah Pelatihan
seluruh sampel yang berjumlah 11 orang. Apabila semua pertanyaan dapat dijawab dengan baik dan benar maka skor yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah 36. 4. Perbedaan Pengetahuan Sampel Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Tabel 3. Rata-rata Perilaku Sampel Sebelum dan Sesudah Pelatihan
Tabel 4 Perbedaan Pengetahuan Sampel Sebelum dan Sesudah Pelatihan variab Me SD SE p n el an Penget 38, 2,1 0.6 1 ahuan 64 57 50 1 sebelu m 0.0 Penget 41, 2,8 0.8 06 1 ahuan 1 64 03 45 sesuda h
Variabe l
Mea n
SD
Min
Mak
n
Perilaku Sebelu m
29,2 7
1,79 4
26
31
11
30
34
11
32,0 9
1,30 0
Perilaku Sesudah
Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata perilaku sebelum mengikuti pelatihan adalah 29,27 dengan standar deviasi 1,794. Nilai terendah adalah 26 dan nilai tertinggi adalah 31 sedangkan nilai rata-rata perilaku sesudah mengikuti pelatihan adalah 32,09 dengan standar deviasi 1,300. Nilai terendah adalah 30 dan tertinggi adalah 34 dari
Dari Tabel 5 diketahui bahwa nilai mean perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah pelatihan adalah 3,0 atau 3,3%. Hasil uji statistik didapat nilai P=0,006 pada derajat kepercayaan 95% dan =0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sampel sebelum
61
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
Vol.2, No.1, Maret 2013
dan sesudah mengikuti pelatihan tentang hygiene dan sanitasi pada pejamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. 5. Perbedaan Sebelum dan Pelatihan
Perilaku Sesudah
Tabel 5. Perbedaan Perilaku Sebelum dan Sesudah Pelatihan Var iabe l
Mea n
SD
SE
P
Peri lak u Seb elu m
29,2 7
1,79 4
0.54 1
0.000
32,0 9
1,30 0
0.39 2
n
11 11
Peri lak u Ses uda h
Dari Tabel 6 diketahui bahwa hasil nilai mean perbedaan antara perilaku sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan adalah 2,82 atau 3,1%. Hasil uji statistik didapatkan nilai P=0,000 pada
derajat kepercayaan 95% dan =0,05 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara perilaku sampel sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan tentang hygiene dan sanitasi pada pejamah makanan di Instalasi Gizi Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Banda Aceh. PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pengetahuan penjamah makanan sebelum mengikuti pelatihan adalah 38,64 sedangkan rata-rata pengetahuan penjamah makanan sesudah mengikuti pelatihan terjadi peningkatan menjadi 41,64. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan pengetahuan penjamah makanan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan, dimana nilai p=0,006 dengan derajat kepercayaan 95%. Peningkatan pengetahuan penjamah makanan adalah sebesar 3,3%, peningkatan pengetahuannya kecil, hal ini dikarenakan penjamah makanan sudah sering diberikan pelatihan atau penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi oleh kepala instalasi gizi sehingga penjamah makanan sudah mengetahui tentang
62
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
hygiene dan sanitasi. Akan tetapi dari hasil penelitian masih banyak yang belum mereka ketahui tentang hygienen dan sanitasi sehingga perlu dilakukan penyuluhan atau pelatihan secara berkesinambungan.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Setyaningsih (2004) yang menyebutkan bahwa rasa mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terdapat daya terima PMT pada balita di Puskesmas Bojong Gede, Bekasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata perilaku penjamah makanan sebelum mengikuti pelatihan adalah 29,27 sedangkan ratarata perilaku penjamah makanan sesudah mengikuti pelatihan terjadi peningkatan menjadi 32,09. Hasil analisis uji t menunjukkan bahwa ada perbedaan perilaku penjamah makanan sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan nilai p=0,000. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia seperti, genetika, sikap, norma sosial, dan kontrol perilaku pribadi sehingga hal itu juga yang dapat mempengaruhi penjamah makanan sehingga hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
Vol.2, No.1, Maret 2013
prilaku penjamah makanan sudah baik. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif, dan menguntungkan (Repository, 2011). Pelatihan adalah sebuah proses belajar, oleh karena itu pengaruh pelatihan dilihat pada dimensi kognitif, afektif, dan perilaku. Pengaruh terhadap dimensi kognitif dapat menimbulkan wawasan baru tentang sisi negative yang selama ini dilakukan, mengurangi sikap ragu-ragu dalam melakukan sesuatu karena sudah ada pedoman yang jelas dan mencoba bersikap tenang mencari penyelesaian. Pengaruh terhadap dimensi efektif meliputi menghilangkan rasa jengkel, cemas, dan pesimis dan menimbulkan perasaan enteng tanpa beban. Pengaruh terhadap dimensi perilaku meliputi perubahan perilaku
63
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
dari tidak baik menjadi baik, merubah perilaku emosional baik kata-kata maupun perilaku (Susetyo, 2009). KESIMPULAN 1. Rata-rata pengetahuan sampel sebelum pelatihan adalah 38,64 standar deviasi 2,157 dan sesudah pelatihan adalah 41,64 dengan standar deviasi 2,803. 2. Rata-rata perilaku sampel sebelum pelatihan adalah 29,27 standar deviasi 1,794 dan sesudah pelatihan adalah 32,09 dengan standar deviasi 1,300. 3. Ada perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan sampel sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. 4. Ada perbedaan yang signifikan antara perilaku sampel sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. SARAN 1. Kepada pihak rumah sakit khususnya poli gizi diharapkan agar dapat lebih memperhatikan masalah hygiene dan sanitasi para penjamah makanan agar makanan yang dihasilkan lebih terjamin keamanannya.
Vol.2, No.1, Maret 2013
2. Kepada tenaga kesehatan khususnya tenaga kesehatan di instalasi gizi diharapkan agar dapat melaksanakan penyuluhan dan pelatihan, khususnya tentang hygiene dan sanitasi kepada penjamah makanan secara berkesinambungan agar dapat lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku tentang hygiene dan sanitasi. 3. Kepada penjamah makanan diharapkan agar dapat berpartisipasi dalam setiap kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang diadakan agar lebih meningkatkan pengetahuan dan perilaku, khususnya tentang hygiene dan sanitasi. DAFTAR PUSTAKA Adibudiyan, 2009. elib.unikom.ac.id/downl oad.php?id=42422 Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan dan Praktik), Rieneka Cipta, Jakarta. Bakar, Abu, 2003. Sosiologi Pangan, Jurusan Gizi, Banda Aceh. Depkes RI., 1991. Buku Pedoman Pelayanan
64
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
Gizi Rumah Jakarta.
Sakit,
Depkes RI., 2006. Pedoman Pelatihan bagi Pengembangan Model Unit Diklat Kesehatan Kabupaten/Kota. Http://www.depkes.go.i d/mages Forbetterhealth, 2010. Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. http://forbetterhealth.wo rdpress.com/2009/04/19 / Moehyl,
S,
1992.
Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa
Boga,
Bharata,
Jakarta. Mukrie, Nursiah, dkk, 1998. Manajemen Sistem Penyelenggaraan Makanan Institusi, Jakarta. Notoatmodjo,S. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta.
Vol.2, No.1, Maret 2013
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, PT. Rineka Cipta, Cetakan I, Jakarta. Rapiasih, 2009. Pengaruh Pelatihan Hygiene Sanitasi terhadap Pengetahuan dan Perilaku Penjamah Makanan di Instalasi Gizi RSUP Sanglah Denpasar. http://etd.ugm.ac.id/inde x.php?mod=penelitian_d etail&sub=PenelitianDet ail&act=view&typ=html &buku_id=40951&obye k_id=4 Repository, 2011. http://repository.usu.ac.i d/bitstream/123456789/ 28145/4/Chapter%20II. pdf Sediaoetama, 2005. Ilmu Gizi Untuk Profesi dan Mahasiswa, dan Rakyat. Jakarta.
65
Jurnal Ilmiah STIKes U’Budiyah
Susetyo, 2009. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengembangan Perilaku. http://www.scribd.com/ doc/61792108/29/CPengaruh-pelatihanterhadapPengembangan-Perilaku Susilawati, 2008. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Petugas Penjamah Makanan dengan Praktek Hygienen dan Sanitasi Makanan di Unit Gizi RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Tahun 2008. http://digilib.unimus.ac.i d/gdl.php?mod=browse &op=read&id=jtptunim us-gdl-s1-2008susilawati972&PHPSESSID=1e67
Vol.2, No.1, Maret 2013
af6fa4bdd962b254ed31 1c991538 Utami, Siti, 2003. Laporan Disatering MSPMI/M I dan MSPMI/M II, Palangka Raya. Wikipedia, 2011. Manusia.
Perilaku
http://wapedia.mobi/id/P erilaku_manusia Wordpress., 2009. Pengetahuan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi http://forbetterhealth.wo rdpress.com/2009/04/19 /pengetahuan-danfaktor-faktor-yangmempengaruhi/
66