Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
GEOLOGI DAN KARAKTERISTIK BATUAN BEKU ULTRAMAFIK SEBAGAI BAHAN BAKU KONSTRUKSI DI DAERAH LEMBAH SUNYI KELURAHAN ANGKASAPURA, KOTA JAYAPURA PROVINSI PAPUA
Marinus Rino Kambu Mahasiwa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
SARI Pemetaan geologi dilaksanakan di daerah Lembah Sunyi, Kelurahan Angkasapura, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Provinsi Papua. Daerah penelitian memiliki satuan batuan ultramafik yang terdiri dari batuan peridotit dan batuan serpentinit hasil dari serpentinisasi batuan peridotit dengan struktur columnar joint yang memiliki penyebaran cukup luas, sehingga diharapkan dengan memanfaatkan struktur columnar joint yang ada maka pemanfaatan satuan batuan peridotit pada daerah Lembah Sunyi akan lebih efektif, potensial, dan lebih bernilai. Penelitian dilakukan dengan pemetaan geologi serta melakukan analisis keteknikan contoh batuan dan analisis petrografi pada sampel batuan peridotit dan serpentinit pada daerah Lembah Sunyi. Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 2 satuan, yaitu satuan perbukitan tersayat sangat tajam struktural dan satuan perbukitan tersayat tajam struktural. Pola penyaluran yang bekerja adalah pola penyaluran sub denritik. Stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda dibagi menjadi 2 satuan, yaitu satuan batuan ultramafik dan satuan batugamping. Hasil analisa keteknikan pada sampel batuan peridotit dan serpentinit yaitu 2 kuat tekan rata-rata sebesar 2446,898 kg/cm dan 68,036, berat jenis rata-rata 3 3 sebesar 2,8754 gr/cm dan 2,2442 gr/cm , serapan air rata-rata sebesar 0.0543 % dan 5,8113 % serta ketahanan aus rata-rata yaitu 0.0351 mm/menit dan 0,2436mm/menit. Dari hasil analisis maka peridotit daerah penelitian baik untuk dimanfaatkan sebagai batu dimensi (penutup lantai atau trotoir dan batu hias atau batu tempel) serta baik digunakan sebagai bahan bangunan konstruksi ringan, sedang dan berat.. Cara penambangan yang baik digunakan pada daerah penelitian yaitu dengan menggunakan “side hill system”.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
PENDAHULUAN Secara geologi, Papua mempunyai sumberdaya mineral, termasuk bahan galian konstruksi yang sangat besar. Bahan baku konstruksi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Batuan ultramafik merupakan salah satu material bahan baku konstruksi yang digunakan untuk kepentingan konstruksi jalan raya, pondasi rumah dan jalan raya. Keberadaan batuan ultamafik yang cukup melimpah di Kota Jayapura menjadi hal yang menarik untuk dikaji secara ilmiah untuk mengetahui kualitas dari batuan ultramafik. Kualitas tersebut diharapkan dapat menguntungkan bagi masyarakat setempat, pihak investor/calon investor untuk berusaha di bidang pertambangan, terutama dikaitkan dengan penyediaan bahan baku untuk industri pemakai di Kota Jayapura. Pada akhirnya dapat didayagunakan untuk menunjang pertumbuhan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dan pengembangan infrastruktur di kota Jayapura. FISIOGRAFI Berdasarkan data geologi Pemerintah Kota Jayapura tahun 2000, secara regional morfologi wilayah Jayapura dapat dibagi menjadi tiga satuan, yaitu morfologi perbukitan berelief kasar, morfologi perbukitan berelief sedang dan morfologi dataran. Morfologi perbukitan berelief kasar menempati 65%, berdasarkan penyebarannya umumnya terletak di bagian barat wilayah kota Jayapura, kemiringan lereng berkisar 30 – 60 %, disusun oleh batuan ultramafik, batuan metamorf dan batuan sedimen yang umumnya sudah lapuk. Morfologi perbukitan berelief sedang menempati 10 %, dari wilayah kota penyebarannya satuan ini hampir di seluruh wilayah dengan luas yang bervariasi, karakteristik kemiringan lereng 0 – 8 % dengan penyebarannya menempati 25 % wilayah kota Jayapura. Dataran ini terdiri dari dataran pantai, rawa dan dataran aluvial, satuan ini disusun oleh endapan pantai seperti kerakal, pasir dan lumpur. Batuan yang menyusun daerah Jayapura sangat kompleks terdiri dari batuan gunung api, batuan sedimen karbonat, batuan sedimen turbidit, batuan mafik dan batuan ultramafik. Batuan yang tersingkap pada daerah penelitian merupakan bagian dari 2 (dua) satuan yaitu batuan ultramafik serta Formasi Nubai Batuan ultramafik terbentuk pada masa pra Tersier. Selanjutnya satuan ini ditumpangi tidak selaras oleh Formasi Nubai yang berumur Oligosen–Miosen Tengah. Penyusun utama batuan ultramafik adalah hazburgit, serpentinit, piroksenit dan dunit. Formasi Nubai tersusun oleh batugamping bersisipan biomikrit, napal, batupasir halus, tuf, setempat bersisipan kelkarenit dan kalsipelit. Struktur geologi yang terdapat di Jayapura berupa kekar, sesar turun, dan sesar geser. Kekar lebih berkembang pada batuan metamorf, batuan beku dan sedimen klastika kasar. Kelurusan berarah umum hampir searah struktur regional, yakni barat laut-tenggara. Beberapa berarah utara selatan dan timur laut-barat daya. Sesar turun berarah barat - barat laut – timur - tenggara, timur laut- barat daya serta hampir utara-selatan, menyesarkan batuan ultramafik dan batugamping. Sesar geser berarah timur laut-barat daya, merupakan batas sentuhan batuan ultramafik dan batugamping.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Keterangan : Qa : Aluvium & endapan pantai Qf : Kipas alluvium Qcl : Batugamping koral Qpj : Formasi Jayapura Qmd : Endapan lumpur Qc : Batuan campuraduk QTu : Formasi Unk
Tmpa Tmpb Tmm Tomn Tema m um pTmc
: Formasi Aurimi : Formasi Benai : Formasi Makats : Formasi Nubai : Formasi Auwewa : Batuan mafik : Batuan ultramafik : Kelompok malihan cycloops
Gambar 1. Hubungan stratigrafi satuan batuan di Lembar Jayapura (Suwarna dan Noya, 1995)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Hasil Pengujian Analisa Keteknikan Batuan Ultramafik pada daerah Lembah Sunyi Peridotit merupakan salah satu jenis batuan beku dengan tekstur yang berukuran cukup besar 0,1 – 3 mm. Melalui hasil olahan, yaitu diukir dan dipoles, maka peridotit dapat menjadi salah satu bahan galian industri yang cukup ekonomis. Menurut Verhoef (1994; 115) sifat-sifat material batuan sangat berbedabeda, satu jenis batuan bisa memiliki sifat fisik yang bervariasi. Sifat batuan seperti porositas, permeabilitas, kerapatan, kekuatan, dan ketahanlamaan dapat memberikan informasi geoteknis. Dalam setiap klasifikasi yang berkaitan dengan bidang rekayasa, sifat-sifat tersebut biasanya diukur baik itu di laboratorium maupun di lapangan. Untuk melihat kualitas peridotit sebagai bahan galian, maka dilakukan percobaan terhadap sifat fisik batuan untuk mendapatkan harga kuat tekan, ketahanan aus, serapan air dan lain-lain sehingga dapat dibandingkan dengan standar yang ada untuk mengetahui apakah dapat digunakan sebagai batu dimensi ataupun untuk keperluan lainnya. Standar inilah yang nantinya digunakan untuk penulis sebagai acuan arah pemanfaatan bahan galian peridotit di daerah penelitian. Uji sifat fisik batuan dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Setelah melakukan pengujian didapatkan harga rata terhadap analisis tersebut : Tabel 1. Hasil pengujian sifat keteknikan ultramafik pada daerah Lembah Sunyi dibandingkan dengan standar yang diperlukan sebagai bahan industri
KESIMPULAN 2
1.
Berdasarkan nilai kuat tekan rata-rata peridotit sebesar 2446,898 kg/cm dan 2 nilai kuat tekan rata-rata serpentinit 68,036 kg/cm , nilai ketahanan ausan ratarata peridotit 0,0351 mm/menit dan nilai ketahanan ausan rata-rata serpentinit 0,2436 mm/menit dan nilai serapan air peridotit 0,0543%, nilai serapan air serpentinit 5,8113%. Secara garis besar batuan peridotit memiliki karakteristik keteknikan yang lebih baik dibandingkan dengan batuan serpentinit
2.
Berdasarkan harga kuat tekan dan dibandingkan dengan standar syarat mutu untuk bahan bangunan yang di keluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum,
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
1980 dan Departemen perindustrian, 1980, maka batuan peridotit dapat digunakan sebagai batu hias atau tempel dan penutup lantai atau trotoir, bahan konstruksi ringan, tonggak dan batu tepi jalan, batu pecah dan agregat beton untuk konstruksi ringan, serta batu pecah dan agregat beton untuk konstruksi sedang. 3.
Berdasarkan nilai porositas dan dibandingkan dengan standar syarat mutu untuk bahan bangunan yang di keluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, 1980 dan Standar Industri Indonesia (SII-80) dapat digunakan sebagai batu hias atau tempel, sebagai penutup lantai atau trotoir, sebagai bahan konstruksi ringan, bahan konstruksi sedang maupun bahan konstruksi berat.
4.
Berdasarkan nilai ketahanan aus dan dibandingkan dengan standar syarat mutu untuk bahan bangunan yang di keluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum, 1980 dan Standar Industri Indonesia (SII-80) memenuhi syarat sebagai bahan penutup lantai/trotoir dan batu hias/batu tempel sebagai bahan konstruksi ringan, bahan konstruksi sedang maupun bahan konstruksi berat.
SARAN 1. Apabila akan dikelola lebih lanjut sebaiknya dilakukan penelitian geologi yang lebih mendalam untuk mengetahui potensi batuan beku ultramafik pada daerah Lembah Sunyi dan untuk mengetahui mengenai dampak lingkungan akibat penambangan agar terjaga kelestarian lingkungannya. 2. Perlu dilakukan perhitungan cadangan untuk mengetahui jumlah keterdapatan batuan beku ultramafik pada daerah Lembah Sunyi, sehingga dapat dimanfaatkan secara efektif, efisien dan mempunyai nilai jual yang menguntungkan.
DAFTAR PUSTAKA Best, 1982, Igneous and Metamorphic Petrology, W.H. Freeman and Company, Sanfrancisco. Budiyanto, 2001, Studi Kualitas dan Perhitungan Potensi Bahan Galian Diorit Daerah Kebon Mrican, Desa Paweden, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. tidak dipublikasikan Carmichael, I.S.E., Turner, F.J., and Verghoogen, J., 1974, Igneous Petrology, McGraw-Hill Book Co., New York. Haluk, 2005, Geologi dan Karakteristik Batugamping Sebagai Bahan Galian Industri di Daerah Entrop, Kota Jayapura, Provinsi Papua, Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. tidak dipublikasikan Pemerintahan Kota Jayapura, 2000, Penyusunan Master Plan Drainase Kota Jayapura, BAPPEDA Jayapura. Rai, M. A., 1993, Analisis Kemantapan Lereng : Proyeksi Stereografis dan Metode Grafis, ITB, Bandung.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 7, No. 1, Januari 2014
Ringwood, A.E., 1975, Composition and Petrology of Earth’s Mantle, McGraw-Hill Bokk Company, New York. Sukandarrumidi, 1999, Bahan Galian Industri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, hal 151. Suwarna,N., dan Noya,Y., 1995, Peta Geologi Lembar Jayapura (Peg. Cycloops), Irian Jaya skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (PPPG), Bandung. Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan, 1982, Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982), cetakan kedua 1985, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemikiman, Bandung, hal 45. Verhoef., 1989, Geologi Untuk Teknik Sipil, cetakan ketiga 1994, Penerbit Erlangga, Jakarta.