Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 ANALISIS HUBUNGAN VARIABEL MAKRO DENGAN PENGHIMPUNAN DANA PIHAK KETIGA DI PERBANKAN UMUM Danil Maulana1*, Fakhruddin2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:
[email protected]
Abstract The purpose of this study is to determine how the relationship of inflation, exchange rates and interest rates on deposits with third-party funds (DPK) in commercial banking Indonesia. The data used is secondary data obtained from Bank Indonesia (BI) and Central Agency Statistics (Badan Pusat Statistik) in the period of January 2005 to December 2015. Model used in this study is Vector Autoregression (VAR). Research result using Granger Causality test show that, the variable of third-party fund does not have a casual relationship with the variables of inflation and exchange rate, while the variables of third-party fund with interest rate on deposits have a one-way relationship. Impulse Response Function (IRF) test indicates that the variables of third-party fund responds negatively to the shock variable inflation and it respond positively to the shock variable interest rate on deposits. As for the shock variable exchange rates, thirdparty funds respond fluctuatively (positive and negative) in the short term. Forecast Error Variance Decomposition test indicates that shock of variable interest rate on deposits, provide the greatest impact to variable third-party funds during the study period. Keyword: DPK, Inflation, Exchange Rate, Interest Rate on Deposit, VAR Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan inflasi, nilai tukar dan suku bunga deposito dengan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di perbankan umum Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS) pada periode Januari 2005 sampai Desember 2015. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah Vector Autoregression (VAR). Hasil penelitian menggunakan uji Granger Causality menunjukkan bahwa, variabel dana pihak ketiga tidak memiliki hubungan kausalitas dengan variabel inflasi dan nilai tukar, sedangkan antara variabel dana pihak ketiga dengan variabel suku bunga deposito terdapat hubungan satu arah. Uji Impulse Response Function (IRF) menunjukkan bahwa variabel dana pihak ketiga merespon secara negatif terhadap shock variabel inflasi dan merespon secara positif terhadap shock variabel suku bunga deposito. Sedangkan untuk shock variabel nilai tukar, dana pihak ketiga merespon secara fluktuatif (positif dan negatif) dalam jangka pendek. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) menunjukkan bahwa shock variabel suku bunga deposito memberikan pengaruh yang paling besar kepada variabel dana pihak ketiga dibanding variabel inflasi dan nilai tukar selama periode penelitian. Kata Kunci: DPK, Inflasi, Nilai Tukar, Suku Bunga Deposito, VAR
227
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 PENDAHULUAN Perbankan merupakan salah satu lembaga yang memiliki peran besar dalam menggerakkan roda perekonomian dan menfasilitasi pertumbuhan ekonomi suatu negara (Siringoringo, 2012). Sari (2013) menyatakan bahwa perkembangan dan pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Perbankan merupakan lembaga intermediasi yang menghimpun, menyalurkan dan mengedarkan uang didalam masyarakat. Perbankan menjadi perantara keuangan dalam mempertemukan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dana (Ayomi, 2013). Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur uang, bank harus terlebih dahulu memiliki dana agar fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik. Oleh karena itu bagi sebuah bank, dana merupakan faktor penting yang harus tersedia untuk dapat menjalankan kegiatan usaha. Ketika dana tidak tersedia maka fungsi bank sebagai lembaga keuangan tidak dapat berjalan. Menurut Dendawijaya (Damayanti, 2013) sumber dana bank tidak hanya berasal dari pihak bank itu sendiri, tetapi juga berasal dari pihak lain yang sewaktu-waktu dapat diambil kembali sekaligus, atau diambil secara berangsur-angsur sesuai kesepakatan bersama antara nasabah dan pihak perbankan. Salah satu dana tersebut adalah dana yang bersumber dari masyarakat atau lebih dikenal sebagai dana pihak ketiga yaitu berupa tabungan, giro, dan deposito. Untuk mendapatkan dana masyarakat tersebut perbankan harus memiliki kinerja yang baik, karena dengan kinerja yang baik bank akan mudah mendapakan kepercayaan dari para nasabah. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada perbankan umum Indonesia terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu berdampak dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita masyarakat yang terus membaik. Naiknya pertumbuhan ekonomi nasional salah satunya disebabkan oleh investasi yang juga terus meningkat didalam negeri. Investor yang melakukan investasi tentunya membutuhkan perbankan untuk menutupi kekurangan dana saat melakukan kegiatan investasi. Oleh karena itu, permintaan terhadap kredit juga akan meningkat seiring dengan pertumbuhan investasi. Peningkatan DPK menggambarkan kepercayaan masyarakat terhadap bank semakin baik, hal itu membuat kegiatan operasional perbankan menjadi lebih maksimal dan tentunya akan meningkatkan profit bank. Namun, perbankan harus berhati-hati dengan gejolak perekonomian yang sering berubah dan sulit di prediksi di dalam perekonomian. Variabel makroekonomi yang sulit ditebak seperti nilai tukar, inflasi, dan suku bunga menjadi tantangan tersendiri bagi bank untuk dapat bertahan menghadapi gejolak tersebut. Menurut Rosvitasari (2015) Stabilitas Makroekonomi akan meningkatkan minat masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menyebabkan kondisi makroekonomi terganggu. Suku bunga, Inflasi, Nilai tukar maupun pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan yang cukup tajam. Suku bunga saat itu meningkat hingga mencapai 68,76 persen pada tahun 1998, demikian pula inflasi yang juga naik mencapai kisaran 77 persen pada 1998, serta nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat terdepresiasi dari kisaran Rp. 2.500 rupiah pada awal tahun 1997 meningkat menjadi Rp. 17.000 rupiah per dollar pada awal Januari tahun 1998. Selain itu, krisis tersebut juga berpengaruh terhadap menurunnya pertumbuhan ekonomi nasional dari 4 persen menjadi -6 persen (Rosvitsari, 2015). Perubahan makro ekonomi yang ekstrim pada masa itu berdampak pada menurunnya kinerja keuangan lembaga perbankan, bahkan banyak bank yang tidak bisa dipertahankan pada masa itu. Imbasnya kondisi tersebut menimbulkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. 228
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 Akibat krisis kepercayaan tersebut terjadi penarikan secara besar-besaran oleh masyarakat sehingga banyak bank yang mengalami liquiditas yang sangat parah. Fenomena tersebut sangat mengkhawatirkan terutama bagi masyarakat yang mempercayakan bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan tabungan mereka. Ketika adanya variabel makroekonomi yang bergejolak, maka masyarakat akan mempertimbangkan untuk tidak melakukan tabungan pada perbankan karena mengangap akan mengurangi kenyamanan dan keuntungan mereka. Menurut Pohan (Muttaqiena, 2013) mengatakan bahwa fenoma inflasi yang terus menerus meningkat akan membuat investor tidak tertarik untuk menabung di bank karena tidak memberikan keuntungan. Pada masa inflasi harga-harga barang menjadi lebih mahal sehingga akan menurunkan nilai uang, maka investor akan beralih kepada investasi di bidang lain yang dianggap lebih menguntungkan. Fenomena nilai tukar rupiah juga menjadi pertimbangan tersendiri masyarakat didalam melakukan tabungan pada bank. Depresiasi nilai tukar dalam negeri membuat investasi di dalam negeri kurang menguntungkan dan akan mengurangi nilai rill uang masyarakat, sehingga masyarakat akan menarik uang mereka dan menginvestasikannya ke luar negeri (Muttaqiena, 2013). Berbeda halnya dengan nilai tukar, Muhklis (2012) mengatakan bahwa suku bunga tabungan yang tinggi akan menarik minat masyarakat untuk menabung dana di bank, sehingga DPK pada bank akan meningkat. Hal yang sama juga dikatakan oleh kaum klasik, bahwa suku bunga yang tinggi akan membuat masyarakat mengurangi konsumsinya dan memilih untuk menabung dananya di bank karena akan dianggap lebih menguntungkan untuk masa mendatang. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank Pengertian Bank menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan (Republik Indonesia, 1998) : a) Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. b) Bank Umum adalah bank yang melakukan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sumber Dana Bank (Dana Pihak Ketiga) Sumber dana bank merupakan usaha bank dalam memperoleh dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi bank tersebut. Bergerak dalam bidang keuangan, maka sumber dana bank juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Menurut Sinungan (Hanifeliza, 2004), dana-dana bank yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasional bank bersumber dari dana-dana berikut: a) Dana Pihak Kesatu, merupakan dana modal bank yang bersumber dari pemegang saham. b) Dana Pihak Kedua, merupakan dana modal bank yang bersumber dari pinjaman pihak luar. c) Dana Pihak Ketiga, merupakan dana modal bank yang bersumber dari tabungan masyarakat. Sumber dana bank (Dana Pihak Ketiga) merupakan dana yang dihimpun oleh lembaga keuangan yang berasal dari masyarakat dalam arti luas, meliputi masyarakat individu, maupun badan usaha (Saputra, 2014). Menurut Undang–Undang Perbankan RI Nomor. 10 Tahun 1998, 229
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 sumber dana pihak ketiga yang meliputi simpanan giro, tabungan dan deposito, memiliki pengertian sebagai berikut: a) Simpanan Giro (Demand Deposit) merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunaka cek, bilyet giro, dan sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. b) Tabungan (Saving) merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik menggunakan cek maupun bilyet giro. c) Simpanan Deposito (Time Deposit) merupakan simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah dengan bank. Teori Efek Fisher Salah satu ekonom terkenal yang menjelaskan pengaruh dari inflasi terhadap tabungan pada perbankan yaitu Irving Fisher. Menurut Fisher, terdapat hubungan erat antara inflasi, uang dan suku bunga. Suku bunga terbagi dalam dua kategori yaitu suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal merupakan suku bunga yang dibayar oleh bank kepada nasabahnya, sedangkan suku bunga rill yaitu perbedaan diantara suku bunga nominal dan inflasi. Fisher mengatakan bahwa tingkat bunga bisa berubah karena dua alasan yaitu karena tingkat suku bunga nominal atau tingkat inflasi yang berubah. Pada teori kuantitas uang menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan uang menentukan tingkat inflasi. Persamaan Fisher menambahkan tingkat suku bunga riil dan tingkat inflasi untuk menentukan tingkat suku bunga nominal. Menurut teori kuantitas uang, kenaikan dalam tingkat pertumbuhan uang sebesar satu persen menyebabkan kenaikan satu persen tingkat inflasi. Menurut persamaan Fisher, kenaikan satu persen dalam tingkat inflasi sebaliknya akan menyebabkan kenaikan satu persen dalam tingkat bunga nominal. Penyesuaian suku bunga nominal terhadap laju inflasi disebut efek Fisher (Mankiw, 2006). Persamaan Fisher, ì = r + π.................................................. ................................ (1) Berdasarkan pandangan Fisher tersebut, ketika inflasi (π) naik, maka bank harus menaikkan suku bunga nominal (ì) yang sesuai dengan perubahan inflasi. Sehingga suku bunga rill (r) akan terlihat, dan menjadi keuntungan bagi nasabah perbankan. Teori Paritas Daya Beli ( Purchasing Power Parity) Teori paritas daya beli adalah salah satu teori keuangan internasional yang menjelaskan bahwa perubahan pergerakan nilai tukar akan sebanding dengan perubahan selisih tingkat inflasi antara kedua negara. Teori paritas daya beli terdiri dari dua bentuk, yaitu absolut dan relatif. Versi absolut menyatakan bahwa nilai tukar harus sebanding dengan selisih tingkat inflasi domestik dan asing, sedangkan teori paritas daya beli versi relatif menyatakan bahwa perubahan nilai tukar mata uang antar dua negara akan sebanding dengan perubahan rasio tingkat inflasi di kedua negara tersebut (Kartikanigtiyas, 2014). Teori Suku Bunga Menurut teori klasik, suku bunga adalah premi yang akan diterima karena menunda konsumsi pada masa yang akan datang. Adapun tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari suku bunga, makin tinggi suku bunga maka makin besar keinginan masyarakat untuk menabung. artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, masyarakat akan terdorong untuk mengurangi pengeluaran berlebih untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi menurut teori klasik juga merupakan fungsi dari suku bunga. Makin tinggi suku bunga (suku bunga kredit), maka keinginan masyarakat untuk melakukan investasi semakin kecil. Investor hanya akan 230
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 berinvestasi apabila keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada bunga yang harus dibayar atas pinjaman investasi tersebut. Sedangkan menurut Keynes, teori suku bunga Keynes atau lebih dikenal dengan teori liquidity preference mengatakan bahwa suku bunga semata mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang. Menurut teori Keynes tentang tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima oleh seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya. Semakin besar liquidity preference seseorang, semakin besar pula keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar suku bunga yang diterima orang tersebut bilamana dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain (Damayanti, 2013). METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data time series dari bulan Januari tahun 2005 hingga bulan Desember tahun 2015. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Model Analisis Data Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Vector Autoregressive (VAR). Model tersebut digunakan dalam bentuk : "
"
"
"
DPKt = α1 + #$% 𝛽 1 DPKt-i + #$% 𝛽 2 INFt-i + #$% 𝛽 3 ERt-i + #$% 𝛽 4 SBDt-i + ........................................................................................................................................(2) " " " " INFt = α2 + #$% 𝛽 1 DPKt-i + #$% 𝛽 2 INFt-i + #$% 𝛽 3 ERt-i + #$% 𝛽 4 SBDt-i + ...............................................................................................................................................(3) " " " " ERt = α3 + #$% 𝛽 1 DPKt-i + #$% 𝛽 2 INFt-i + #$% 𝛽 3 ERt-i + #$% 𝛽 4 SBDt-i + .............................................................................................................................................. (4) " " " " SBDt = α4 + #$% 𝛽 1 DPKt-i + #$% 𝛽 2 INFt-i + #$% 𝛽 3 ERt-i + #$% 𝛽 4 SBDt-i + .............................................................................................................................................. (5) Keterangan : DPK = Dana Pihak Ketiga INF = Inflasi ER = Nilai Tukar SBD = Suku Bunga Deposito
et et et et
231
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Akar Unit (Unit Root Test) Tabel. 1 Uji Akar Unit Stasioner
Variabel
Level Tolak Tolak Tolak Diterima
Dana Pihak Ketiga (DPK) Inflasi (INF) Nilai Tukar (ER) Suku Bunga Deposito (SBD)
First Difference Diterima Diterima Diterima -
Sumber: Hasil Uji Menggunakan E-Views, 2016 (diolah)
Hasil uji menggunakan uji akar unit Phillips-Perron test menunjukkan bahwa INF stasioner pada tingkat level, sedangkan DPK, ER dan SBD stasioner pada tingkat first difference. Uji Kointegrasi Tabel. 2 Hasil Uji Kointegrasi Trace Statistic
0,05 Critical Value
Max-Eigen Statistic
0,05 Critical Value
96.55851
47.85613
40.75543
27.58434
Sumber: Hasil Uji Menggunakan EViews, 2016 (diolah)
Hasil uji kointegrasi yang dilakukan dengan menggunakan Johansen’s cointegration test menunjukkan bahwa, nilai trace statistic lebih besar dari pada nilai critical value, begitu juga dengan nilai maximum eigenvalue lebih besar dari nilai critical value. Hal ini berarti bahwa dalam jangka panjang terdapat kointegrasi di dalam model persamaan tersebut. maka analisis selanjutnya akan menggunakan model analisis VECM karena terdapat kointegrasi.
Uji Lag Optimal Tabel 3. Hasil Lag Information Criteria L ag 3
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
-2469.211
50.85831
5.39e+12*
40.66469*
41.84739
41.14513*
Sumber: Hasil Uji Menggunakan Eviews, 2016 (diolah)
Berdasarkan Tabel 3 uji Lag Information Criteria, didapatkan bahwa lag yang optimal adalah pemilihan lag yang terkecil dan paling banyak bintang (*). Pada hasil pengujian diperoleh lag sebesar 3. Pemilihan lag 3 dimaksudkan agar semua informasi dapat dimasukkan ke dalam model analisis. Jumlah sampel yang panjang memungkinkan untuk menggunakan lag 3 dalam pengujian ini. Uji Kausalitas Granger Pengujian kausalitas Granger digunakan untuk melihat hubungan kausalitas antara variabel dalam penelitian yaitu dana pihak ketiga, inflasi, nilai tukar, dan suku bunga deposito. Apabila hasil pengujian menunjukkan Ha diterima, maka terdapat hubungan kausalitas antara variabel dana pihak ketiga, inflasi, nilai tukar dan suku bunga deposito.
232
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 Tabel 4. Hasil Uji Kausalitas Granger SBD DPK
DPK SBD
4,35436 0,63888
Probabilitas 5% - 10% 0,0060 0,5914
SBD INF
INF SBD
4,91081 2,98224
0,0030 0,0341
SBD ER
ER SBD
5,87481 0,22811
0,0009 0,8767
Uji
F-statistik
Sumber: Hasil Uji Kausalitas Granger Menggunakan EViews, 2016 (diolah)
Hasil penelitian menggunakan uji kausalitas Granger diatas yaitu variabel Suku bunga Deposito (SBD) secara statistik signifikan mempengaruhi variabel dana pihak ketiga (DPK) dengan nilai probabilitas 0,0060 (menerima Ha). Sebaliknya, varaiabel dana pihak ketiga (DPK) secara statistik tidak signifikan mempengaruhi suku bunga deposito (SBD) dengan nilai probabilitas 0,5914 . Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat cenderung masih memperhatikan tingkat suku bunga dalam menentukan kegiatan menabung pada perbankan. Dengan demikian, tingkat suku bunga deposito dapat mempengaruhi kondisi jumlah dana pihak ketiga pada perbankan. Variabel suku bunga deposito (SBD) secara statistik signifikan mempengaruhi variabel inflasi (INF) dengan nilai probabilitas 0,0030 dan begitupun sebaliknya, variabel inflasi (INF) secara statistik signifikan mempengaruhi variabel suku bunga deposito (SBD) dengan nilai probabilitas 0,0341. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat suku bunga deposito dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam perekonomian yang akhirnya akan dapat mendorong terjadinya inflasi jika uang yang beredar terlalu banyak dalam perekonomian. Begitu juga dengan inflasi yang tinggi dapat menaikkan suku bunga deposito pada perbankan dalam jangka panjang untuk menarik minat masyarakat untuk melakukan tabungan. Variabel suku bunga deposito (SBD) secara statistik signifikan mempengaruhi variabel nilai tukar (ER) dengan nilai probabilitas 0,0009. Sebaliknya, variabel nilai tukar (ER) secara statistik tidak signifikan mempengaruhi variabel suku bunga deposito (SBD) dengan nilai probabilitas 0,8767. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat suku bunga deposito menjadi daya tarik masyarakat dalam melakukan tabungan, sehingga apabila tingkat suku bunga deposito meningkat maka permintaan terhadap mata uang rupiah menjadi meningkat dan akhirnya akan membuat rupiah terapresiasi. Uji Impulse Response Function a. Uji Impulse Response Function Dana Pihak Ketiga (DPK) Berdasarkan hasil uji Impulse Response Function (IRF) pada Gambar 1, menunjukkan respon dana pihak ketiga (DPK) terhadap variabel inflasi, nilai tukar dan suku bunga deposito. Garis merah menunjukkan DPK merespon secara negatif terhadap shock variabel inflasi pada periode kedua. Artinya dalam jangka pendek, DPK akan menurun pada saat terjadinya inflasi karena masyarakat harus memegang lebih banyak uang pada masa terjadinya inflasi. Garis hijau menunjukkan DPK merespon secara negatif terhadap shock variabel nilai tukar pada periode ketiga dan kembali merespon positif pada periode keempat. Artinya pada jangka pendek, apresiasi dan depresiasi nilai tukar dapat mempengaruhi minat masyarakat memegang mata uang rupiah, sehingga DPK pada perbankan akan berpengaruh. Garis hitam menunjukkan DPK merespon secara positif terhadap shock variabel suku bunga deposito pada periode ketiga. Artinya, dalam waktu yang singkat kenaikan tingkat suku bunga deposito dapat meningkatkan jumlah tabungan masyarakat pada perbankan sehingga DPK ikut meningkat. 233
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238
Sumber: Hasil Uji Menggunakan Eviews, 2016 (diolah)
Gambar 1. Hasil Uji Impulse Response Function Dana Pihak Ketiga b.
Uji Impulse Response Function (IRF) Inflasi Hasil uji Impulse Response Function (IRF) pada Gambar 2, menunjukkan respon variabel inflasi terhadap shock dana pihak ketiga, nilai tukar dan suku bunga deposito. Garis biru menunjukkan inflasi merespon negatif terhadap shock variabel DPK pada periode pertama. Artinya dalam jangka pendek, kenaikan jumlah tabungan masyarakat (DPK) pada perbankan dapat menurunkan laju inflasi. Garis hijau menunjukkan inflasi merespon negatif terhadap shock variabel nilai tukar, namun respon negatif tersebut cenderung kecil dan bergerak stabil selama periode penelitian, artinya depresiasi nilai tukar secara perlahan dapat menimbulkan inflasi dalam perekonomian terutama terhadap barang-barang impor yang harganya akan meningkat. Garis hitam menunjukkan inflasi merespon positif terhadap shock variabel suku bunga deposito pada periode kedua. Itu berarti dalam jangka pendek, tingkat suku bunga dapat memengaruhi laju inflasi. Tingkat suku bunga bunga yang rendah membuat masyarakat tidak tertarik untuk melakukan tabungan pada perbankan, sehingga jumlah uang yang beredar dalam perekonomian meningkat hingga akhirnya dapat membuat laju inflasi meningkat dan begitupun sebaliknya.
Sumber: Hasil Uji Menggunakan Eviews, 2016 (diolah)
Gambar 2. Hasil Uji Impulse Response Function Inflasi
c. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Nilai Tukar
234
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238
Sumber: Hasil Uji Menggunakan Eviews, 2016 (diolah)
Gambar 3. Hasil Uji Impulse Response Function Nilai Tukar Hasil uji Impulse Response Function (IRF) pada gambar diatas menunjukkan respon variabel nilai tukar terhadap shock variabel dana pihak ketiga, inflasi dan suku bunga deposito. Garis biru menunjukkan nilai tukar merespon secara positif terhadap shock variabel DPK pada periode pertama. Kenaikan jumlah DPK dalam jangka pendek membuat nilai tukar terapresiasi karena banyak masyarakat yang ingin memegang mata uang rupiah, sehingga mata uang menguat. Garis merah menunjukkan nilai tukar merespon secara negatif terhadap shock variabel inflasi pada periode keempat. Artinya, pada saat inflasi naik harga-harga barang dalam perekonomian mengalami kenaikan sehingga masyarakat membutuhkan lebih banyak uang untuk melakukan transaksi, inflasi membuat nilai rill mata uang rupiah menurun sehingga akan menurunkan kesejahteraan masyarakat. Garis hitam menunjukkan nilai tukar merespon secara positif terhadap shock variabel suku bunga deposito pada periode kedua dan ketiga. Itu berarti dalam jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga deposito membuat masyarakat tertarik melakukan tabungan pada perbankan, sehingga permintaan terhadap mata uang rupiah meningkat dan akhirnya dapat membuat nilai mata uang rupiah terapresiasi. d. Hasil Uji Impulse Response Function (IRF) Suku Bunga Deposito
Sumber: Hasil Uji Menggunakan Eviews, 2016 (diolah)
Gambar 4. Hasil Uji Impulse Response Function Suku Bunga Deposito Hasil uji Impulse Response Function (IRF) pada gambar diatas menunjukkan respon variabel suku bunga deposito terhadap shock variabel dana pihak ketiga, inflasi dan nilai tukar. Garis biru menunjukkan suku bunga deposito merespon secara negatif terhadap shock variabel DPK pada periode ketiga. Artinya dalam jangka pendek, tingkat suku bunga akan diturunkan oleh pihak perbankan pada saat masyarakat yang melakukan tabungan terus meningkat, hal tersebut dilakukan untuk mengurangi beban bunga yang harus dibayar oleh bank kepada nasabahnya. Garis merah menunjukkan suku bunga deposito merespon secara positif terhadap shock variabel inflasi pada periode pertama dan ketiga. Artinya pada saat terjadinya inflasi yang 235
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 terus menerus, jumlah uang yang beredar dalam perekonomian meningkat sehingga perbankan menaikkan suku bunganya untuk menarik minat masyarakat melakukan tabungan. Garis hijau menunjukkan suku bunga deposito merespon secara positif terhadap shock variabel nilai tukar dan cenderung stabil pada setiap periodenya. Artinya, guncangan nilai tukar tidak memberikan respon yang signifikan terhadap tingkat suku bunga deposito didalam perekonomian. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Forecast Error Variance Decomposition dalam model VAR bertujuan untuk menganalisis seberapa besar guncangan sebuah variabel dalam mempengaruhi variabel lain. Dengan kata lain, FEVD digunakan untuk mengetahui variabel mana yang berperan penting dalam menjelaskan shock suatu variabel. 1. Uji Forecast Error Variance Decomposition Dana Pihak Ketiga (DPK) Tabel 5. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition DPK Periode
DPK 100 79,7 83,7 84,6
1 9 50 132
Forecast Error Variance Decomposition INF ER 0 0 5,0 2,9 4,3 1,0 4,1 0,5
SBD 0 12,2 10,8 10,6
Sumber: Hasil Uji FEVD DPK menggunakan EViews, 2016 (diolah)
Berdasarkan Tabel 5 hasil uji FEVD dana pihak ketiga (DPK) menunjukkan bahwa, shock suku bunga deposito memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap DPK daripada shock inflasi dan nilai tukar deposito yaitu sebesar 10,6 persen. 2. Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Inflasi Pada Tabel 6 hasil uji FEVD inflasi (INF) menunjukkan bahwa shock suku bunga deposito memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap inflasi daripada shock DPK dan nilai tukar, yaitu sebesar 38 persen. Tabel 6. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition Inflasi Periode
DPK 3,8 17,6 29,1 30,4
1 20 100 132
Forecast Error Variance Decomposition INF ER 96,1 0 55,3 2,8 29,5 4,6 26,6 4,8
SBD 0,0 24,0 36,6 38,0
Sumber : Hasil Uji FEVD INF menggunakan EViews, 2016 (diolah)
3. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) Nilai Tukar Pada Tabel 7 hasil uji FEVD nilai tukar (ER) menunjukkan bahwa shock DPK memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai tukar daripada shock inflasi dan suku bunga deposito, yaitu sebesar 11,2 persen. Tabel 7. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition Nilai Tukar Periode
DPK 7,0 11,2 11,2 11,2
1 15 67 132
Forecast Error Variance Decomposition INF ER 0,6 92,3 2,3 75,8 2,4 75,3 2,4 75,2
SBD 0,0 10,4 11,0 11,0
Sumber : Hasil Uji FEVD ER menggunakan EViews, 2016 (diolah)
4. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition Suku Bunga Deposito Tabel 8. Hasil Uji Forecast Error Variance Decomposition SBD Periode
DPK
Forecast Error Variance Decomposition INF ER
SBD
236
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 1 30 100 132
0,6 1,4 1,3 1,3
27,0 8,3 6,9 6,8
1,0 4,9 5,1 5,1
71,2 85,2 86,5 86,9
Sumber : Hasil Uji FEVD SBD menggunakan EViews, 2016 (diolah)
Berdasarkan Tabel 8 hasil uji FEVD suku bunga deposito (SBD) menunjukkan bahwa, shock inflasi memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap suku bunga deposito daripada shock DPK dan nilai tukar yaitu sebesar 6,8 pesen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil uji kausalitas granger menunjukkan variabel inflasi dan suku bunga deposito memiliki hubungan kausalitas selama periode penelitian. Variabel DPK memiliki hubungan satu arah dengan variabel SBD, dan juga variabel nilai tukar memiliki hubungan satu arah dengan variabel SBD. Variabel DPK tidak memiliki hubungan kausalitas dengan variabel nilai tukar dan inflasi, begitu juga variabel inflasi dan nilai tukar tidak memiliki hubungan kausalitas. 2. Hasil uji Impulse Response Function (IRF) menunjukkan variabel DPK merespon secara negatif terhadap shock variabel inflasi dalam jangka pendek. Variabel DPK merespon secara positif terhadap shock variabel SBD dalam jangka pendek. Namun, variabel DPK terhadap shock variabel nilai tukar memiliki respon yang fluktuatif dalam jangka pendek. 3. Hasil uji FEVD DPK dan FEVD inflasi menunjukkan bahwa shock SBD memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap DPK dan inflasi dari pada shock variabel lain. Uji FEVD nilai tukar menunjukkan bahwa shock DPK memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap nilai tukar dibandingkan variabel lain dan uji FEVD SBD menunjukkan bahwa shock variabel inflasi memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap SBD dibandingkan variabel lain. Saran 1. Pemerintah harus menjaga inflasi pada posisi ideal (posisi/target yang telah ditetapkan) agar terbentuk jumlah DPK yang optimal. Dalam proses menjaga inflasi tersebut, pemerintah juga harus mempertimbangkan kondisi suku bunga deposito. 2. Pemerintah perlu menjaga tingkat suku bunga deposito karena perubahan suku bunga deposito dapat memengaruhi ketiga variabel lain secara bersamaan. Pada saat yang bersamaan suku bunga deposito merupakan instrumen kebijakan pemerintah yang efektif untuk memengaruhi ketiga variabel tersebut. DAFTAR PUSTAKA Ayomi, Sri dan Bambang Hermanto. (2013). Mengukur Risiko Sistemik dan Keterkaitan Finansial Perbankan di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan: Bank Indonesia. Damayanti, Ratna. (2013). Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Terhadap Suku Bunga Deposito dan Deposito Bank Umum Indonesia Tahun 2003-2012. Jurnal Ilmiah. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. 237
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 227-238 Hanifeliza, Rury.(2004). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Total Tabungan Masyarakat yang Dihimpun Perbankan Di Indonesia. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Kartikaningtiyas, N., Suhadak, dan Rustam Hidayat. (2014). Pengujian Teori Paritas Daya Beli Nilai Tukar Empat Mata Uang Utama Terhadap Rupiah Indonesia. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol.10. No.1. Malang: Universitas Brawijaya. Mankiw, N. Gregory. (2006). Pengantar Ekonomi Makro Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat. Mukhlis, M., dan Agus Irmanto. (2012). Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan PDRB Terhadap Deposito di Provinsi Aceh Berdasarkan Data Tahun 2005–2010. Jurnal Kebangsaan, Vol.1 No.1(ISSN : 2089-5917). Bireuen: Universitas Almuslim. Muttaqiena, Abida. (2013). Analisis Pengaruh PDB, Inflasi, Tingkat Bunga dan Nilai Tukar Terhadap Dana Pihak Ketiga Perbankan Syariah di Indonesia 2008- 2012. Econimics Development Analysis Journal. Vol 2 No.3 (ISSN 2252-6889). Semarang: Universitas Negeri Semarang. Republik Indonesia. (1998). Undang-Undang Tentang Perbankan, Jakarta: Sekretariat Negara. Rosvitasari, Dessy Widya. (2015). Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Dana Deposito pada Bank Umum Konvensional di Indonesia. Jurnal Ilmiah. Malang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Sari, Normala. (2013). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit Bank Umum di Indonesia (Periode 2008.1-2012.2). Jurnal EMBA. Vol.1 No.3 Hal.931-941 (ISSN: 23031174). Manado: Universitas Sam Ratulangi. Saputra, I. Putu Eka., Wayan, C., dan Ni, Nyoman Y. Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Penyaluran Kredit, dan Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas pada Lembaga Pengkreditan Desa (LPD). E-Journal Bisma. Universitas Pendidikan Ganesha. Siringoringo, Renniwaty. (2012). Karakteristik dan Fungsi Intermediasi Perbankan di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan: Bank Indonesia. Taufik, M., dan Bastia Sufa K. (2013). Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Kredit Pada Bank Perkreditan Rakyat di Indonesia. Jurnal Ekonomi-Manajemen- Akuntansi. No.35 (ISSN: 0853-8778). Semarang: STIE Dharmaputra. Widarjono, Agus. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia.
238