Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
KORELASI JUMLAH PENGELUARAN KONSUMSI ROKOK DENGAN JUMLAH PENGELUARAN KONSUMSI MAKANAN PADA MASYARAKAT MISKIN (Studi Kasus Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar) Darma Satria1*, Taufiq C Dawood2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universtitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, e-mail:
[email protected]
Abstract This research aims to determine the correlation of cigarette consumption with total food consumption in poor househoulds Darul Imarah district of Aceh Besar. To determine the relationship between these two variables, this study uses Pearson correlation approach. Pearson's correlation is used because both these variables do not have clear well defined directional causal relationship by previous theory. The results showed that the relationship between the cigarette consumption, with total food consumption in poor household in Darul Imarah is negative. This can be interpreted when the consumption of cigarettes increases this will reduce the food consumption. However this their relationship is weak because may be there are other factors which can influence the cigarette consumption expenses beyond the consumption of food such as taste, age, behavior, health care, and education. Based on this research the government is expected to provide socialization on the impact of tobacco consumption, both from the aspect of economic or health. Keywords: Poverty, The Consumption Cigarettes, The Food Consumption. Abstrak Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui korelasi jumlah pengeluaran konsumsi rokok dengan jumlah pengeluaran konsumsi makanan pada masyarakat miskin di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi pearson, Korelasi Pearson digunakan karena kedua variabel tersebut belum jelas arah hubungannya dan tidak terdefinisi dengan baik berdasarkan teori sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara jumlah pengeluaran konsumsi rokok dengan jumlah pengeluaran konsumsi makanan pada masyarakat miskin di Kecamatan Darul Imarah adalah negatif, negatif artinya ketika jumlah pengeluaran konsumsi rokok meningkat akan mengurangi jumlah pengeluaran untuk konsumsi makanan, namun hubungan keduanya adalah lemah yang dikarenan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi rokok diluar jumlah pengeluaran konsumsi makanan seperti selera, usia, perilaku, biaya kesehatan, dan pendidikan.Berdasarkan penelitian ini pemerintah diharapkan mampu memberikan sosialisasi tentang dampak yang ditimbulkan dari konsumsi rokok, baik dari aspek ekonomi ataupun kesehatan. Kata Kunci : Kemiskinan, Jumlah Pengeluaran Konsumsi Rokok, Jumlah Pengeluaran Konsumsi Makanan
84
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang dihadapkan dengan masalah kemiskinan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidak mampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Di Negara Indonesiamasalah kemiskinan merupakan permasalahan utama dalam pembangunan ekonomi. Kemiskinan juga merupakan suatu permasalahan sosial yang harus segera diatasi dengan kebijakan yang tepat (Suharjo, 2003). Jumlah penduduk miskin di Indonesia relatif masih sangat besar. Berdasarkan data dariBPS yang dikeluarkan pada tahun 2014 menggambarkan bahwa penduduk miskin di Indonesia jumlahnya sangat besar. Tercatat pada tahun 2007 berjumlah 37,168.3juta penduduk miskin dan pada tahun 2008 turun menjadi 34,963.3 juta. Namun pada tahun 2009 hingga 2014 jumlah penduduk miskin di Indonesia cenderung mengalami penurunan yakni berjumlah 28,28 juta. Hasil tercapai karena adanya persen yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi kemiskinan yang ada di Indonesia (BPS, 2015). Tabel 1. Jumlah penduduk miskin Provinsi Aceh tahun 2000-2014 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Kota+Desa 758.60 1199.90 1254.20 1156.20 1166.40 1149.70 1083.50 959.70 892.87 861.85 894.80 909.04 842.42 881.27
Sumber : BPS(2015)
Aceh mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah atau negatif selama hampir tiga dekade trakhir, tertinggal dibelakang Indonesia dan Sumatera Utara hampir setiap tahun. Kemiskinan di Aceh sebagian besar merupakan fenomena pedesaan dengan lebih dari 30 persen tangga di pedesaan hidup di bawah kemiskinan. Hal ini dibandingkan dengan tingkat rumah tangga miskin di wilayah perkotaan yang kurang dari 15 persen (World Bank, 2008). Peranan komoditi makanan terhadap kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Sumbangan kemiskinan makanan terhadap kemiskinanpada september 2013 tercatat sebesar 73,43 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi maret 2013 yang sebesar 73,52 persen. Ada beberapa komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap kemiskinan di perkotaan relatif sama dengan di pedesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter, telur ayam ras, mie instan, gula pasir, tempe, dan bawang merah. Sedangkan untuk komoditi bukan makanan diantaranya adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan bensin (BPS, 2013). 85
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
Terkait warga miskin, ada temuan menarik dalam konsumsi rokok. Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik dalam beberapa tahun terakhir menangkap betapa tingginya pola pengeluaran rokok, baik filter maupun kretek pada warga miskin.Pendapatan warga miskin tidak hanya dihabiskan untuk pengeluaran pangan seperti membeli beras, tetapi juga dibakar dalam bentuk asap rokok.Kontribusi pengeluaran untuk konsumsi rokok cukup besar dalam perhitungan kemiskinan(Aditama, 2012). Kontribusi rokok terhadap kemiskinan menduduki posisi kedua setelah komoditi beras, baik di perkotaan maupun di perdesaan (BPS, 2013). Menurut Efroymson (2001) jumlah konsumsi rokok merupakan beban yang besar bagi masyarakat miskin di Negara Bangladesh, seseorang yang memiliki pendapatan rumah tangga kurang dari 24 dolar per bulan dua kali lebih mungkin mengeluarkan biaya mengkonsumsi rokok dari pada mengeluarkan biaya untuk pakaian, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan sehari-hari. Konsumsi rokok memberikan efek penurunan standar hidup yang sangat signifikan bagi masyarakat miskin di Bangladesh. TINJAUAN PUSTAKA Teori Kemiskinan Teori-teori kemiskinan pada umumnya bermuara pada dua paradigma besar yang juga berpengaruh pada pemahaman mengenai kemiskinan dan penanggulangan kemiskinan. Dua paradigma yang dimaksud adalah Neo-Liberal dan Demokrasi-sosial. Dua paradigma ini memiliki perbedaan yang sangat jelas terutama dalam melihat kemiskinan maupun dalam memberikan solusi penyelesaian masalah kemiskinan. Kemiskinan dapat dibagi atas tiga kategori kemiskinan yaitu kemiskinan relatif, kemiskinan absolut, kemiskinan struktural, dan kultural (Sudantoko, 2009). Indonesia menggunakan tolak ukur kemiskinan dengan Upah Minimum Regional (UMR). Tolak ukur kemiskinan pada dasarnya adalah pendapatan untuk memenuhi Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) berupa makan, sandang, rumah, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lain-lain. Setiap orang yang maksimal hanya mampu memenuhi KHM digolongkan orang miskin dan sebaliknya. Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan UMR sebagai tolak ukur kemiskinan sejak tahun 2005 dengan UMR untuk provinsi Aceh sebesar Rp. 620.000. Sejalan dengan kenaikan harga kebutuhan hidup sehari-hari maka UMR ikut terus naik dari tahun ke tahun, pada tahun 2015 UMR Aceh sebesar Rp.2.118.500. Badan Pusat Statistik menetapkan UMR sebagai tolak ukur dari kemiskinan (BPS, 2015). Teori Konsumsi a. Teori Konsumsi John Maynard Keynes Dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaandugaan tentang konsumsi berdasarkan introspeksi dan observasi casual. Pertama dan terpenting Keynes menduga bahwa, kecenderungan mengkonsumsi marginal (marginal propensity to consume) jumlah yang dikonsumsi dalam setiap tambahan pendapatan adalah antara nol dan satu. Kecenderungan mengkonsumsi marginal adalah krusial bagi rekomendasi kebijakan Keynes untuk menurunkan pengangguran yang kian meluas (Mankiw, 2003).
86
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
Kerangka pemikiran Jumlah pengeluaran konsumsi rokok
Berkurangnya pendapatan
Jumlah pengeluaran konsumsi makanan
Masyarakat miskin
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
METODOLOGI PENELITIAN Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah untuk melihat korelasi jumlah pengeluaran konsumsi rokok dengan jumlah pengeluaran konsumsi makanan pada masyarakat miskin. Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih dan juga untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi antara variabel yang diuji. Penelitian ini di fokuskan pada masyarakat miskin yang berada di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Sumber dan Jenis Data Data diperoleh dari hasil pengamatan yang dikumpulkan dalam sebuah informasi dengan memiliki keterangan-keterangan atau fakta-fakta, maka dalam penelitian ini digunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data. Pertanyaan kuisioner meliputi profil responden dan indikator terkait variable penelitian. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan cara mewawancarai responden secara langsung dengan menanyakan beberapa hal yaitu jumlah pendapatan, jumlah pengeluaran untuk konsumsi rokok, dan jumlah pengeluaran untuk konsumsi makanan dengan kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masyarakat miskin yang mengkonsumsi rokok yang berada di Kecamatan Darul Imarah, Kabupaten Aceh Besar. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode korelasi Pearson, metode korelasi digunakan karena kedua variabel tersebut yaitu jumlah pengeluaran konsumsi rokok dengan jumlah pengeluaran konsumsi makanan belum jelas arah hubungannya dan tidak terdefinisi dengan baik berdasarkan teori sebelumnya. Penggunaan metode dimaksudkan agar kebenaran yang diungkapkan benar-benar berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kemiskinan adalah tingkat pendapatan masyarakan yang berada di bawah pendapatan ratarata perkapita atau dibawah nilai UMR(Upah Minimum Regional). 87
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
b. c.
Jumlah konsumsi makanan merupakan kegiatan mengkonsumsi makanan sehari-hari guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Jumlah konsumsi rokok merupakan kegiatan mengkonsumsi rokok sehari-hari.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Wilayah dalam penelitian ini adalah Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar, Kecamatan Darul Imarah merupakan salah satu kecamatan yang memiliki penduduk dengan jumlah terbanyak di Kabupaten Aceh Besar yaitu berjumlah 51.017 jiwa.Luas wilayah administratif Kecamatan Darul Imarah sebesar 24,35 Km2. Berdasarkan letak geografis Kecamatan Darul Imarah sebelah utara berbatasan dengan Kota Banda Aceh dan Kecamatan Peukan Bada, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Darul Kamal, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Ingin Jaya dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Lhoknga dan Kecamatan Peukan Bada. Kecamatan Darul Imarah memiliki 32 desa dengan 4 mukim (Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar, 2015). Karakteristik Responden Usia Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden.Tabel 4.1 menjelaskan usia responden yang angat beravariasi mulai dari usia 20 tahun sampai dengan 80 tahun.Terdapat 11 responden yang mengkonsumsi rokok berada diatas usia 50 tahun sementara responden yang mengkonsumsi rokok paling banyak berusia 36 sampai 49 tahun yaitu sebanyak 16 responden. Responden yang mengkonsumsi rokok usia 20 sampai 35 tahun yaitu sebanyak 13 responden. Hal ini menujukkan bahwa respondenberusia 36 sampai 49 tahunyang paling banyak mengkonsumsi rokok. Tabel 2. Usia Responden No
Usia
Frekuensi
1. 2. 3.
20 – 35 36– 49 >50 Jumlah
13 16 11 40
Persentase (%) 32,5 40 27,5 100
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Jenis Kelamin Keseluruhan responden yang digunakan dalam penelitian ini semuanya berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan pada saat penelitian dilapangan menggunakan karakteristik responden yang mengkonsumsi rokok pada umumnya dan kepala keluarga adalah laki-laki. Status Perkawinan Berdasarkan Tabel 2 terdapat 31 responden sudah menikah dan 9 responden dengan status belum menikah. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang mengkonsumsi rokok ratarata sudah menikah.
88
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
Tabel 3. Status Perkawinan Responden No 1. 2.
Status Perkawinan Menikah Belum menikah Jumlah
31 9
Persentase (%) 77,5 22,5
40
100
Frekuensi
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Pendidikan Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa hanya 1 responden yang mengkonsumsi rokokdi Kecamatan Darul Imarah lulusan SMP. Sementara 27 responden yang mengkonsumsi rokok di Kecamatan Darul Imarah lulusan SD dan 12 responden yang mengkonsumsi rokok di Kecamatan Darul Imarah merupakan lulusan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat pendidikan responden yang paling banyak mengkonsumsi rokok di Kecamatan Darul Imarah adalah lulusan SD/Sederajat disusul responden dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajat sehingga tingkat pendidikan dapat mempengaruhi pola konsumsi rokok pada masyarakat miskin di Kecamatan Darul Imarah. Tabel 4. Pendidikan Responden No
Pendidikan
Frekuensi
1. 2. 3.
SD/Sederajat 27 SMP/Sederajat 1 SMA/Sederajat 12 Jumlah 40 Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Persentase (%) 67,5 2,5 30 100
Jumlah Anggota Keluarga Berdasarkan Tabel 4 jumlah anggota keluarga setiap responden berbeda-beda dalam satu rumah tangga. Terdapat 5 responden yang belum memiliki anggota keluarga, 26 responden memiliki jumlah anggota keluarga antara 1 sampai 2 anggota keluarga, 9responden memiliki jumlah anggota keluarga 3 sampai 4 anggota keluarga. Tabel 5. Jumlah Anggota Keluarga Responden No 1. 2. 3.
Jumlah Anggota Keluarga 0 1–2 3–4 Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
5 26 9 40
12,5 65 22,5 100
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Pekerjaan Berdasarkan Tabel 5 pekerjaan responden terdiri dari buruh, pedagang, petani, guru honorerdan wiraswasta. Responden terbanyak memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebesar 15 orang, sedangkan responden yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang, guru honorer, dan wiraswasta masing-masingnya berjumlah 5 0rang dan responden yang bekerja sebagai buruh berjumlah 10 orang. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini didominasi dengan pekerjaan sebagai petani.
89
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
Tabel 6. Pekerjaan Responden No
Pekerjaan
Frekuensi
Persentase (%)
1. 2. 3. 4.
Buruh Pedagang Petani Guru Honorer
10 5 15 5
25 12,5 37,5 12,5
5.
Wiraswasta
5
12,5
Jumlah
40
100
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Pendapatan Pendapatan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi jumlah konsumsi makanan dan jumlah konsumsi. Tabel 6 menujukkan bahwa responden dengan tingkat pendapatan Rp 500.000 sampai Rp 850.000 sebanyak 9 responden, responden dengan pendapatan Rp 851.000sampai Rp 1.200.000 sebanyak 21 responden, dan responden yang memiliki pendapatan Rp 1.201.000 sampai Rp. 1.500.000 sebanyak 14 responden. Tabel 7. Pendapatan Responden No
Pendapatan (Rp/Bulan)
Frekuensi
Persentase (%)
1. 2. 3.
500.000 - 850.000 851.000 - 1.200.000 1.201.000 - 1.500.000 Jumlah
5 21 14 40
12,5 52,5 35 100
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Jumlah Pengeluaran Konsumsi Makanan Jumlah pengeluaran konsumsi makanan yang dikonsumsi oleh reponden berkisar antara Rp. 0 sampai Rp. 150.000 sebanyak 4 responden, sedangkan responden yang mengeluarkan biaya untuk konsumsi makanan antara Rp. 151.000 sampai Rp.300.000 berjumlah 17 orang, dan responden yang jumlah pengeluaran konsumsi makanannya berkisar antara Rp. 301.000 sampai Rp. 500.000 sebanyak 19 orang. Tabel 8. Jumlah Pengeluaran Konsumsi Makanan No 1. 2. 3.
Pengeluaran Konsumsi Makanan (Rp/Bulan) 0 - 150.000 151.000 - 300.000 301.000 - 500.000 Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
4 17 19 40
10 42,5 47,5 100
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Jumlah Pengeluaran Konsumsi Rokok Jumlah pengeluaran konsumsi rokok yang dikonsumsi oleh reponden berkisar antara Rp. 0 sampai Rp. 200.000 sebanyak 9 responden, sedangkan responden yang mengeluarkan biaya untuk konsumsi rokok antara Rp. 201.000 sampai Rp.400.000 berjumlah 27 orang, dan responden yang jumlah pengeluaran konsumsi rokoknya berkisar antara Rp. 401.000 sampai Rp. 600.000 sebanyak 4 orang.
90
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
Tabel 9. Jumlah Pengeluaran Konsumsi Rokok No 1. 2. 3.
Pengeluaran Konsumsi Rokok (Rp/Bulan) 0 - 200.000 201.000 - 400.000 401.000 - 600.000 Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
9 27 4 40
22,5 67,5 10 100
Sumber : Hasil Penelitian Lapangan, 2016 (diolah).
Hasil Analisis Dalam pengolahan data responden pada masyarakat miskin di Kecamatan Darul Imarah penulis menggunakan diagram scatter untuk melihatkuat lemahnya antara jumlah pengeluaran konsumsi rokok dengan jumlah pengeluaran konsumsi makanan. 700000 600000
makanan
500000 400000 300000
rokok
200000
Linear (rokok)
100000 0 0
100000
200000
300000
400000
500000
rokok
Gambar 2. Diagram Scatter
Dari gambar diatas terlihat bahwa jumlah pengeluaran konsumsi makanan dengan jumlah pengeluaran konsumsi rokok memiliki hubungan yang negatif namun lemah. hal ini terlihat dari tersebarnya observasi dari garis linear yang menggambarkan hubungan antara kedua variabel tersebut. Hubungan Antara Jumlah Pengeluaran Konsumsi Rokok Dengan Jumlah Pengeluaran Konsumsi Makanan. Berdasarkan data yang didapatkan dari kuisioner dan bantuan software SPSS dengan terlebih dahulu menentukan variabel-variabel penelitian, dimana variabel yang di uji adalah jumlah pengeluaran konsumsi makanan dan jumlah pengeluaran konsumsi rokok. Langkah selanjutnya dengan bantuan software SPSS dilakukan analisis korelasi koefisien Pearson untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel yang di uji. Tabel 4.9 Hasil uji korelasi pearson Correlations Konsumsimakanan konsumsimakanan
konsumsirokok
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
Konsumsirokok 1
40 -,018 ,911 40
-,018 ,911 40 1 40
91
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
Berdasarkan hasil uji SPSS, nilai dari korelasi Pearson antara jumlah pengeluaran konsumsi makanan dengan jumlah pengeluaran konsumsi rokok menunjukkan hubungan yang negatif yaitu sebesar -0,018, ada hubungan negatif lemah antara jumlah pengeluaran konsumsi makanan dengan jumlah pengeluaran konsumsi rokok, hal ini dikarenakan responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk konsumsi rokok merupakan beban yang lebih banyak dikeluarkan dari pada jumlah pengeluaran untuk konsumsi makanan, masyarakat miskin yang mengkonsumsi rokok di Kecamatan Darul Imarah lebih memilih untuk mengurangi jumlah konsumsi makanan dari pada harus mengurangi jumlah konsumsi rokok mereka.Angka koefisien korelasi pearson menunjukkan nilai -0,018 yang artinya hubungan antara jumlah pengeluaran konsumsi makanan dengan jumlah pengeluaran konsumsi rokok adalah lemah. Hal ini dikarenakan ada banyak faktor lain yang dapat memengaruhi jumlah konsumsi rokok. KESIMPULAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, hubungan antara jumlah pengeluaran konsumsi makanan dengan jumlah pengeluaran konsumsi rokok pada masyarakat miskin di Kecamatan Darul Imarah adalahnegatif, negatif artinya ketika jumlah pengeluaran konsumsi rokok meningkat akan mengurangi jumlah pengeluaran untuk konsumsi makanan, dan masyarakat miskin di kecamatan tersebut lebih banyak mengeluarkan uangnya untuk konsumsi rokok dari pada pengeluaran untuk konsumsi makanan, namun hubungan antara jumlah pengeluaran konsumsi makanan dengan jumlah pengeluaran konsumsi rokok tersebut adalah lemah, lemah karena terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi rokok diluar jumlah pengeluaran konsumsi makanan. Misalnya selera, usia, biaya kesehatan, pendidikan atau bahkan perilaku. Demikian pula terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran konsumsi makanan diluar jumlah pengeluaran konsumsi untuk rokok. Hal ini dibuktikan berdasarkan fakta di lapangan bahwa masyarakat miskin di Kecamatan Darul Imarah yang mengkonsumsi rokok lebih memilih untuk tidak mengurangi jumlah konsumsi rokoknya, apabila jumlah pengeluaran konsumsi makananmasyarakat tersebut meningkat, mereka memilih untuk tidak mengurangi jumlah konsumsi rokoknya. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah diharapkan dapat memberikan sosialisasi tentang dampak yang dapat ditimbulkan dari konsumsi rokok, baik dari aspek ekonomi, kesehatan, dan lingkungan sekitar. 2. Bagi masyarakat miskin yang mengkonsumsi rokok diharapkan agar lebih mengutamakan asupan gizi makanan dibandingkan harus mengutamakan konsumsi rokok. 3. Bagi akademis fakultas ekonomi khususnya jurusan ekonomi pembangunan diharapkan dapat mengembangkan kajian studi ekonomi pada permasalahan kemiskinan. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti lebih jauh dalam hal melihat hubungan jumlah pengeluaran konsumsi rokok dengan aspek lainnya.
92
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 84-93
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. (2013). Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia. Jakarta : BPS. Badan Pusat Statistik. (2015). Indikator Kesejahteraan Rakyat di Indonesia. Jakarta : BPS. Bank Dunia. (2008). World Bank Development Report 2008, Washington DC, USA. Efroymson, D., Ahmed, S., & Townsend, J. (2001). Hungry For Tobacco: An Analysis Of The Economic Impact Of Tobacco Consumption On The Poor In Bangladesh. Tobacco Control, 212-217. Mankiw, G. N. (2003). Teori Makro Ekonomi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudantoko, D., & Hamdani, M. (2009). Dasar-Dasar Pengantar Ekonomi Pembangunan. Jakarta: PT. PP. Mardi Mulya. Suharjo. (2003). Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.Penjelasan Tentang Konsep, Istilah, Teori dan Indikator Serta Variabel. Jakarta: Bina Rena Pariwara.
93