Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 ANALISIS PENGARUH INFLASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PEBATASAN TIMUR INDONESIA Rabiatul Adawiyah1*, Chenny Seftarita2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh e-mail:
[email protected] Abstrac This study aimed to determine the effect of inflation and economic growth on unemployment in the border area Eastern Indonesia precisely on the big island. This research was conducted using secondary data from 2001 to 2013 period were sourced from the Central Bureau of Statistics (BPS) using a data logl Pane model. The results of this study indicate that inflation has a positive but not significant effect on unemployment. This is similar to the research conducted by Muliani (2009) using an estimate of Ordinary Least Square (OLS) in 1986-2008 describing the effect of inflation has positive but not significant. Economic growth has a significant negative effect on open unemployment rate, and higher rate of economic growth, so the unemployment will decrease, and vice versa Keywords: Inflation, Economic Growth, Open Unemployment Rate
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran terbuka di daerah perbatasan Timur Indonesia tepatnya di pulau besar. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder periode 2001-2013 yang bersumber dari Badan Pusat Statistika (BPS) dengan menggunakan data Panel model log. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh positif tapi tidak signifikan terhadap pengangguran terbuka.Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliani (2009) menggunakan estimasi Ordinary Least Square (OLS) tahun 1986-2008 menjelaskan inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan. Dan pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif dn signifikan terhadap pengangguran terbuka, semakin tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi maka pengangguran akan berkurang, begitu pula sebaliknya. Kata kunci : Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat pengangguran Terbuka PENDAHULUAN Kawasan Timur Indonesia tepatnya di bagian pulau terbesar KTI merupakan daerah yang tertingal terutama di provinsi Maluku dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di KTI, daerah tersebut memiliki pendapatan per kapita hanya sekitar seperlima dari rata-rata Nasional, jurang kesenjangan ini terus memisahkan antara daerah kaya dengan daerah miskin tanpa menunjukkan tandatanda konvergensi. Selain itu potensi besar sumber daya alam maupun sumber daya ekonomi yang dimiliki di kawasan KTI berjumlah maksimal dikelola secara baik. “Jalan yang belum memadai dan alat 1 *
Correspondent Author 348
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 transportasi yang kurang handal, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi didaerah kawasan tersebut dan menurunnya tingkat daya beli masyarakat”. Pemerintah pusat malah lebih memfokuskan serta memprioritaskan program pembangunan di Kawasan Barat Indonesia dan di nomor duakan dalam aspek proses kebijakan pembangunan pemerintah yang tak lagi loyal untuk melihat KTI (Dachlan dan suhab, 2014). Berdasarkan data BI (Bank Indonesia, 2014) pada triwulan-2013 Perkembangan inflasi di wilayah perbatasan yaitu di wilayah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua (Sulampua) menurun, dibandingkan Triwulan sebelumnya yaitu 7,59 persenyear on year(yoy). Melambatnya laju inflasi diSulampua ini sangat dipengaruhi oleh laju inflasi dibeberapa provinsi, antara lain Sulawesi Selatan, Sulewesi Tenggara, Maluku, Papua Barat, dan Papua. Meredanya dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi serta kondisi pasokan bahan bakar pangan yang melimpah pada Oktober dan November 2013 menjadi faktor pendukung melemahnya tekanan kenaikan inflasi berbagai komoditas yang masuk dalam kelompok valatine food, seperti bahan-bahan kebutuhan pokok. Meski demikian, tekanan inflasi masih terlihat cukup besar pada kelompok komoditas core seperti emas dan bahan bangunan, serta administered price sebagai dampak dari kenaikan harga LPG dan penyesuaian tarif listrik tahap akhir. Pada akhir tahun 2014 inflasi di Sulampua diperkirakan berada pada kisaran 4,6 persen 5,1persen (yoy). Melambatnya laju inflasi tersebut dibandingkan inflasi yang tercatat pada akhir tahun 2013 sebesar 7,0 persen (yoy). Namun, beberapa faktor risiko yang dapat membuat tekanan inflasi terakselerasi lebih tinggi dari perkiraan adalah apabila terdapat anomali cuaca ekstrim yang berlanjut hingga awal triwulan II 2014. Sementara itu di Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 7,58 persen (yoy), meningkatnya tingkat inflasi di tahun 2013 terutama disebabkan faktor teknikal akibat tingginya inflasi pada tahun 2013 (Bank Indonesia, 2013). Tingkat pengangguran di wilayah Sulampua mengalami peningkatan menjadi sebesar 4,8 persen pada Agustus 2013 dibandingkan Februari 2013 yaitu sebesar 4,3 persen. Secara umum, tingkat pengangguran pada provinsi-provinsi diwilayah Sulampua mengalami kenaikan, kecuali Sulawesi Selatan, Maluku Utara, Gorontalo dan Sulawesi Utara. Sementara itu jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran (TPT) periode Agustus 2012 (5,0 persen). TPT diwilayah sulampua mengalami penurunan pada agustus 2013, (Bank Indonesia 2014). Berikut Gambar tingkat pengangguran terbuka di daerah Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur Tahun 2001-2013.
20.00
Sulawesi utara
15.00
Sulawesi Selatan
10.00
Maluku
5.00
Papua 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
0.00
Nusa Tengara Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS), diolah
Gambar 2. Tingkat Pengangguran terbuka di Daerah Sulampua 349
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 dan Nusa tenggara Timur Tahun 2001-2013
Berdasarkan gambar di atas, Perkembangan tingkat pengangguran terbuka di wilayah sulampua dan Nusa Tenggara Timur dari tahun 2001- 2013, Sulawesi utara pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 7,19 persen, dan pada tahun sebelumnya meningkat yaitu tahun 2006 sebesar 14,62 persen, Sulawesi Selatan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 5,83 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Maluku pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 6,73 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, Papua pada tahun 2013 juga mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 2,81. Dan Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 2,01 dibandingkan dengan tuhun sebelumnya. Beberapa penelitian telah banyak dilakukan mengenai pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran, namun penelitian ini tetap penting dilakukan karena pengangguran perlu diperhatikan mengigat dampaknya yang sangat luas bagi perekonomian suatu daerah. Penelitian dari Nando (2005) menyatakan bahwa hasil analisis yang menggunakan metode koefesien korelasi momen- hasil kali person atau disebut dengan koefesien korelasi menunjukan bahwa perhitungan antara laju inflasi dengan tingkat pengangguran pada masa sebelum krisis dan pada masa setelah krisis yaitu Zhitung lebih besar dari Ztabel maka H0 diterima artinya, tidak ada hubungan antara laju inflasi dengan tingkat pengangguran. Penelitian Indriani (2006) menyatakan dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial untuk menguji signifikansi pengaruh varibel pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran diperoleh hasil hubungan negatif. Artinya bahwa setiap peningkatan pertumbuhan ekonomi akan menurunkan tingkat pengangguran, ataupun sebaliknya. Maka dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti Daerah Kawasan Timur Indonesia. Dan adapun bagian provinsi yang ingin diteliti adalah bagian pulau besar di Kawasan Timur tersebut yaitu: Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara Timur. TINJAUAN PUSTAKA Pengangguran Menurut Nagsa (2001:253), pengangguran (unemployment) didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja (labor force) tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan. Arsyad (1997), menyatakan bahwa ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran dan kemiskinan. Bagi sebagian besar masyarakat, yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau hanya part-time selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Masyarakat yang bekerja dengan bayaran tetap di pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah keatas. Setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedangkan yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah mereka yang benar benar sedang tidak memiliki pekerjaan, baik secara sukarela (orang-orang yang sebenarnya bisa saja 350
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 memperoleh suatu pekerjaan permanen, namun karena alasan-alasan tertentu misalnya karena mereka sudah cukup makmur tanpa bekerja, mereka tidak mau memanfaatkan kesempatan kerja yang tersedia), maupun karena terpaksa (mereka yang sesungguhnya sangat ingin bekerja secara permanen namun tidak kunjung mendapatkan) (Nagsa 2001). sUntuk menghitung pengangguran terbuka terdapat rumus nya yaitu: TPT =(Pencari Kerja/Angka Kerja) x 100% Inflasi Secara sederhana inflasi merupakan fenomena dimana kenaikan harga terus menerus secara berkelanjutan. Hal ini dikarenakan jumlah uang yang beredar lebih banyak dari pada jumlah barang yang ditawarkan. Sehingga membuat harga barang menjadi lebih mahal.(Hanafiah dkk 2015). Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004:381) inflasi merupakan suatu kejadian naiknya tingkat harga secara umum. Inflasi merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam perekonomian yang tidak bisa diabaikan, karena bisa menimbulkan dampak yang tidak baik terhadap perekonomian maupun kesejahteraan masyarakat. Bagi perekonomian, inflasi yang tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan, menurunkan gairah menabung dan berinvestasi, menghambat usaha peningkatan ekspor, menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi, serta bisa berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran (Rizki, 2013). Menurut Amir (2007) didasarkan pada faktor-faktor penyebab inflasi maka ada tiga jenis inflasi yaitu: 1. Inflasi Tarikan permintaan(demand pull inflation) atau inflasi dari sisi permintaan (demand side inflation) adalah inflasi yang disebabkan karena adanya kenaikan permintaan agregat yang sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan. Karena jumlah barang yang diminta lebih besar dari pada barang yang ditawarkan maka terjadi kanaikan harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada saat perekonomian mencapai tingkat pengangguran tenaga kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi berjalan dengan pesat (full employment and full capacity). 2. Inflasi desakan biaya (cost pust Inflation) atau inflasi dari sisi penawaran (supply side inflation) adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efesiensi, sehingga perusahaan mengurangi supply barang dan jasa. Peningkatan biaya produksi akan mendorong perusahaan menaikan harga barang dan jasa, meskipun mereka harus menerima resiko akan menghadapi penurunan permintaan terhadap barang dan jasa yang mereka produksi. 3. Inflasi karena pengaruh impor (imported inflation) adalah inflasi yang terjadi karena tingginya harga barang di negara-negara asal barang itu, sehingga akan terjadi kenaikan harga umum didalam negeri. Pertumbuhan Ekonomi Menurut Arsyad (1999) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Pendapatan Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih 351
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakan suatu perubahan struktur ekonomi itu akan terjadi atau tidak. Menurut Tadaro (2003), ada tiga faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu: 1) Akumulasi modal, termasuk seluruh investasi baru yang berwujud tanah (lahan), peralatan fiskal, dan sumber daya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari pendapatan sekarang ditabung yang kemudian diinvestasikan kembali dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa mendatang. 2) Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja. Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labor force) secara tradisional telah dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. 3) Kemajuan Teknologi. Kemajuan teknologi disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan caracara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka landasan pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Inflasi (X1) Pengangguran Terbuka (X)
Pertumbuhan Ekonomi (X2)
Gambar 2. Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Penelitian ini mengunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari BPS Indonesia yang telah dipublikasikan. Jenis data yang digunakan adalah data panel, yaitu gabungan antara time series dan cross section dari tahun 2001-2013, untuk 5 Provinsi di daerah perbatasan Timur Indonesia, yaitu: Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua dan Nusa Tenggara Timur. Model dan Analisi Data Penelitian ini menggunakan model regresi linier data panel untuk menganalisis pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran terbuka dengan mengunakan data panel. Maka dapat dilihat persamaannya sebagai berikut: EMPit=α+β1INFit+β2PDRBit+µit .
(1) 352
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357
Keterangan: EMP INF PDB α β1-β2 Eit i t
= tingkat pengangguran terbuka di Provinsi = tingkat inflasi = pertumbuhan ekonomi = konstanta = koefesien regresi = error term = kotaprovinsi = periode waktu (2001-2013)
Definisi Operasional Variabel a. Pengangguran dalam pengertian ini mengunakan pengangguran terbuka, yaitu persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja berdasarkan persen. b. Inflasi adalah pertumbuhan Indeks Harga Konsumen (IHK) berdasarkan persen. c. Pertumbuhan Ekonomi adalah kenaikan PDRB harga konstan setiap tahun di masingmasing provinsi daerah perbatasan, dalam milyaran rupiah. HASIL PEMBAHASAN Uji chow test (F Test) Uji Chow test atau Uji F digunakan untuk membandingkan antara Common Effect dengan Fixed Effect Model sebagai model yang paling cocok untuk analisis data panel. Adapun hipotesis dalam pengujian F test adalah sebagai berikut: H0 :Common Effect atau Pool Effect Model H1 :Fixed Effect Model Tabel 1. Hasil Uji Chow Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic
d.f.
Prob.
60.196444 106.553450
(4,58) 4
0.0000 0.0000
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
Berdasarkan hasil Uji Chow Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai F test dengan df (4,58) dan Chi-square statistik (χ2) dengan df(4) sebesar 60.19644 dan 103.553450 dengan F-statistik lebih besar dari F-tabel (60.19644 > 2.53) atau prob. 0.000 < 0.05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya adalah pendekatan dengan Fixed Effect Model sebagai teknik analisis yang lebih sesuai dari pada Common Effect Model. Uji Hausman Uji Hausman digunakan untuk membandingkan antara Random Effect Model dengan Fixed Effect Model sebagai model yang paling cocok untuk analisis data panel. Adapun hipotesis 353
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 dalam pengujian χ2 adalah sebagai berikut: H0 :Random Effect Model HA :Fixed Effect Model Tabel 2. Hasil Uji Hausman Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
55.296620
2
0.0000
Random
Var(Diff.)
Prob.
0.076678 -2.053673
0.000278 1.000008
0.0002 0.0000
Test Summary Cross-section random
Cross-section random effects test comparisons: Variable
Fixed
INF LPDRB
0.014694 -7.107719
Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
Dapat disimpulkan bahwa nilai χ2 statistik pada cross-section random sebesar 55.296620. df(2) (prob. 0.000), artinya signifikan karena χ2 statistik lebih besar dari χ2 tabel (5.99147), sehingga H0 ditolak dan HA diterima. Kemudian berdasarkan cross-section random effects test comparisons menjelaskan tidak ada perbedaan Fixed Effect dan Random Effect pada variabel Inflasi (prob. 0.002 < 0.05) maupun pertumbuhan ekonomi (prob. 0.000 < 0.05) dan keduanya signifikan. Maka kesimpulannya adalah dengan tingkat keyakinan 95 persen, pendekatan dengan Fixed Effect Model sebagai teknik analisis yang lebih sesuai dibandingkan dengan Random Effect Model. Hasil Regresi Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di wilayah Timur Analisis regresi yang akan dilakukan adalah pengaruh inflasi dan pertumbuhan ekonomi terhadap tingkat pengangguran terbuka pada wilayah timur yakni Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, NTT dan Papua. Adapun hasil analisis tersebut yaitu pada tabel di bawah ini: Tabel 3. Hasil Estimasi Fixed effect model Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C INF LPDRB
75.91546 0.014694 -7.107719
11.32818 0.058594 1.170852
6.701468 0.250774 -6.070553
0.0000 0.8029 0.0000
1 2 3 4 5
WILAYAH SULUT SULSEL MALUKU PAPUA NTT
Effect 3.340756 10.47229 -7.181888 -0.380974 -6.250184 354
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews (2016)
Tabel 4.7 di atas menggunakan FEM menjelaskan tingkat pengangguran dari tahun 20012013 di wilayah timur mencapai 75.915 persen dengan asumsi inflasi dan pertumbuhan ekonomi konstan atau sama dengan nol (0). Kondisi wilayah timur ini antara inflasi (0.08029 > 0.05) positif namun tidak signifkan juga berlawanan dengan hipotesis awal dimana inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka pada teori Phillip. Hasil penelitian ini sama yang dilakukan oleh Muliani (2009) menggunakan estimasi Ordinary Least Square (OLS) tahun 19862008 menjelaskan inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan. Lanjutnya estimasi dengan pendekatan Granger Causality tidak memiliki hubungan kausalitas inflasi dan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan (0.000 < 0.05) negatif dan signfikan terhadap tingkat pengangguran terbuka. Hasil koefisien inflasi (INF) menjelaskan apabila terjadi kenaikan inflasi sebesar 1 persen maka tingkat pengangguran terbuka meningkat sebesar 0.0149 persen, sedangkan kenaikan pertumbuhan ekonomi (LPDRB) sebesar 1 persen memberi dampak penurunan tingkat pengangguran terbuka sebesar 7.1107 persen. Hasil Effect Specification pada cross-section fixed memberikan penjelasan 3 wilayah timur yaitu Maluku, Papua dan NTT memiliki nilai negatif dengan nilai effect masing-masing besar -7.181, -6.250 dan -0.380. 2 wilayah positif yakni Sulut (3,340) dan Sulsel (10,472). Pada hasil efek FEM dijelaskan nilai koefisien konstanta ditambah dengan nilai effect wilayah (β0 + Effect) sebagai bentuk perbedaan pada masing-masing wilayah. Tingkat pengangguran terbuka tertinggi di wilayah timur pada Sulsel dengan 86,38 persen, Sulut sebesar 79,52 persen, Papua sebesar 75,53 persen, NTT sebesat 69,66 persen dan terrendah tingkat pengangguran terbuka di wilayah Maluku sebesar 68,729 persen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pengaruh Tingkat Inflasi dan Pertumbuhan ekonomi terhadap pengangguran terbuka, pada wilayah kawasan timur Indonesia yakni: Sulawesi Utara, Sulwesi Selatan, Maluku, Papua, dan NTT. Pengaruh inflasi terhadap pengangguran terbuka menunjukkan positif namun tidak signifikan, juga berlawanan dengan hipotesis awal dimana inflasi berpengaruh negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka pada teori Philips. Sama yang dilakukan oleh hasil penelitian Muliani (2009) menggunakan estimasi Ordinary Least Square (OLS) tahun 1986-2008 menjelaskan inflasi berpengaruh positif namun tidak signifikan. Lanjutnya estimasi dengan pendekatan Granger Causality tidak memiliki hubungan kausalitas inflasi dan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia. Pertumbuhan Ekonomi memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran terbuka sesuai dengan hukum okun, di daerah perbatasan Timur Indonesia. Hasil Effect Specification pada cross-section fixed memberikan penjelasan bahwa 3 wilayah timur yaitu Maluku, Papua, dan NTT memiliki nilai negatif dan wilayah lagi Sulut dan Sulsel memiliki nilai positif.
355
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357
Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka saran yang dapat penulis kemukakan diantaranya sebagai berikut: 1. Melihat dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya bagi pemerintah daerah KTI yakni (Sulampua dan NTT) untuk mengstabilkan harga serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah KTI. 2. Pemerintah sebaiknya memperhatikan dan peduli terhadap perekonomian di daerah KTI serta menetapkan kebijakan makro dan mikro yang terpadu. 3. Pemerintah sebaiknya mendirikan dan meningkatkan pendidikan formal dan informal agar menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten di daerah perbatasan timur indonesia. Dengan cara mendirikan sekolah gratis serta pelatihan keterampilan bagi anak yang kurang mampu, sehingga lahan yang lapang bisa membuka lapangan pekerjaan yang baru dan mudah mendapatkan pekerjaan yang layak. DAFTAR PUSTAKA Amir, A. (2007). Pengaruh Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengangguran Terbuka di Indonesia. inflasi dan Penganggurn , 4-9. Arsyad, L. (1999). Pengantar Perencanaan dan Pembangunan ekonomi daerah. . Badan Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE). Bank Indonesia. (2014). Kajian Ekonomi dan Regional . Jakarta: Laporan Nusantara. Bank, I. (2013). Kajian Ekonomi Regional. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dachlan dan Suhab, D. d. (2014). pembangunan kawasan timur indonesia dalam konteks kekinian indonesia. makasar: puslitbang kebijakan dan menajemen lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat Universitas Hasanuddin. Hanafiah, M. S. (2015). Pengaruh Harga MInya dunia, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar, dan Tingkat Harga Inflasi Terhadap Saham ( Studi pada PT Bumi Resources Minerals Tbk Periode Januari 2008- Desember 2013). Jurnal Administrasi Bisnis 28(2) . Mulyati, S. (2009). Analisi hubungan inflasi dan pengangguran di Indonesia periode 1985-2008: Pendekatan Kurva Phillips. Skripsi , Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nagsa, M. (2001). Makro Ekonomi, Teori Masalah dan Kebijakan hal 124 Edisi Perdana. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Rizki, P. K. (2013). Analisi Kausalitas Pertubumbuhan Ekonomi, Tingkat Inflasi, dan Pengangguran Jawa Timur (Studi Kasus Kota Kabupaten Se-Jawa Timur tahun 20062010). Jurnal Ilmiah Mahasisiwa FEB 1(1) . Samuelson, P. A., dan Nordhaus, W. D. (2004). Ilmu Makroekonomi. Edisi Tujuh Belas. Jakarta: PT. Media Global Edukasi.
356
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016: 348-357
357