Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT TERHADAP PEMBANGUNAN JARINGAN GAS BUMI UNTUK RUMAH TANGGA DI KOTA LHOKSEUMAWE Lia Lestari1*, Aliasuddin2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:
[email protected]
Abstract This study aims to determine the publi's willingness to pay ( WTP ) to thedevelopment of natural gas installation for Housholds in Lhokseumawe city.This study uses primary data with a sample size of 100 households conducted by purposive sampling. Multiple regression model is used in this study the results show that income and education have positive and significant effect on WTP of natural gas in the area. Total economic value of gas instalation is Rp26.140.880 and avarage economic value is Rp2.614,088. Based on the result, it is recommended to extent the gas intallation not only in lhokseumawe but also the other districs of Aceh. Keyword: willingness to pay, income, education, household gas. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesediaan masyarakat dalam membayar (WTP) terhadap pembangunan jaringan gas bumi di Kota Lhokseumawe. Penelitian ini menggunakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 100 rumah tangga yang dilakukan secara purposive sampling. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan dan pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap WTP gas alam di daerah ini. Nilai ekonomi rata-rata adalah Rp2.614,008. Berdasarkan hasil, dianjurkan untuk batas jaringan gas tidak hanya di Lhokseumawe tetapi juga di daerah Aceh lainnya. Kata Kunci: willingness to pay, pendapatan, pendidikan, gas rumah tangga.
409
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya dengan hasil alammya baik sumber daya alam hayati maupun non hayati, yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Su’ud (2004:1) menerangkan jika dipandang dari sifatnya ada dua jenis sumber daya alam (SDA) yaitu sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resource) dan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unreneweable resource). Sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang tidak akan habis digunakan karena selalu terbarukan. Fauzi (2006:6) menyebutkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable resource) sebagai “flow” (alur) dan untuk regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi (reproduksi) seperti ikan dan hutan dan ada yang tidak seperti energy surya, angin, udara, dan sebagainya. Tietenberg (2006:132) mengatakan untuk beberapa sumber daya terbarukan, keberlangsungan dan volume alirannya sangat bergantung pada manusia. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui adalah sumber daya alam yang yang jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat daripada proses pembentukkannya. Sumber daya jenis ini apabila tidak di kelola dengan baik maka suatu saat akan cepat habis, tetapi apabila dikelola dengan baik dan tepat dapat dihasilkan kembali dalam waktu jangka panjang,contoh: batu bara, logam, gas bumi, dan minyak bumi. Barrel 350,000,000 288,952,786 286,984,145 300,000,000 250,000,000 200,000,000 150,000,000 100,000,000 50,000,000 0 2010 2011
315,178,127 287,550,170
238,670,486
2012
2013
2014
Sumber: KESDM, data tahun 2014 s/d bulan agustus 2014.
Gambar 1. Produksi minyak bumi indonesia tahun 2010-2014 Produksi minyak bumi di Indonesia setiap tahunnya semakin berkurang. Pada tahun 2010 produksi minyak bumi Indonesia mencapai 288.952.786barrel. Pada tahun 2011 produksi minyak bumi Indonesia menurun menjadi 286.984.145barrel. Jumlah produksi minyak bumi ini terus mengalami penurunan disetiap tahun hingga pada tahun 2014 produksi minyak bumi Indonesia menjadi 238.670.486.63barrel (Gambar 1.1). Produksi ini jika dihitung dengan cadangan terbukti (proven reserve) minyak bumi tahun 2014 (Gambar1.3) sebesar 3,6 miliar barrel maka usia minyak bumi Indonesia sekitar 13 tahun lagi.Ketersediaan minyak bumi di Indonesia yang semakin hari semakin berkurang telah menyebabkan krisis energi (bahan bakar). Untuk itu pemerintah mengembangkan kebijakan baru untuk mengatasi krisis energi tersebut yaitu dengan mengkonversikan minyak bumi ke gas.
410
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
Kebijakan pemerintah ini didasari oleh ketersediaan cadangan gas yang lebih banyak dimana cadangan terbukti gas bumi tahun 2014 sebesar 100,3 TCF yang merupakan lebih besar dibandingkan dengan cadangan terbukti minyak bumi dan diperkirakan cadangan gas bumi ini akan bertahan selama 34 tahun kedepan. Cadangan gas bumi Indonesia lebih banyak apabila dibandingkan dengan cadangan minyak bumi seperti yang terlihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Sumber: KESDM, 2015.
Sumber: KESDM, 2015.
Gambar 2. Cadangan minyak bumi Indonesia tahun 2010-2014
Gambar 3. Cadangan gas bumi indonesia 2010-2014
Untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan energi bagi masyarakat, khususnya pada sektor rumah tangga, pemerintah mengoptimalkan pemanfaaatan gas bumi sebagai bahan bakar melalui program Jaringan Gas Bumi. Ini merupakan salah satu program prioritas nasional yang bertujuan untuk diversifikasi energi, pengurangan subsidi, penyediaan energi bersih dan murah serta program komplementer konversi minyak bumi. Program ini dibangun di daerah-daerah yang dekat dengan sumber gas bumi dan memiliki jaringan transmisi gas bumi (KESDM, 2011). Pemanfaatan gas bumi sebagai bahan bakar di sisi pemerintah dapat meghemat anggaran negara untuk BBM, dan bagi masyarakat mendapatkan bahan bakar yang lebih bersih, lebih sehat lebih murah, dan lebih aman. Gas bumi sebagai bahan bakar lebih bersih karena tidak mengeluarkan banyak asap dan tidak meninggalkan jelaga, murah karena langsung diambil dari perut bumi tanpa melalui prosedur yang panjang untuk menjangkau masyarakat dan gas bumi aman dipergunakan karena bertekanan rendah (Valentino, 2012). Menurut KESDM (2015), pada tahun 2014 jaringan gas bumi untuk rumah tangga telahdibangun sebanyak 16.949 SR di lima lokasi, yaitu Kota Semarang, Bulungan, Sidoardjo (lanjutan), Kab. Bekasi, dan Lhokseumawe.Pemilihan Kota Lhokseumawe ini dikarenakan Kota Lhokseumawe memiliki instalasi pengolahan gas bumi cair yang sebelumnya bernama PT.Arun. Pada tahun pertama, pengambilan lokasi pembangunan jaringan gas di Kota Lhokseumawe untuk 3997 rumah tangga dilakukan di Kecamatan Muara Satu. Berdasarkan penjelasan tersebut maka perlu diteliti berapa WTP yang akan dibayar oleh masyarakatdan apakah WTP tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlahpenjualan gas selama ini. Penetapan WTP ini sangat berguna dalam mengalokasikan gas serta kebijakan pengaturan harga gas yang disalurkan ke rumah penduduk.
411
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
TINJAUAN PUSTAKA Gas bumi pada umumnya dianggap sebagai bahan bakar fosil berbentuk gas yang dapat ditemukan di ladang minyak dan juga tambang batubara. Barus (2001) mengatakan bahwa gas bumi merupakan sumber energi yang akrab lingkungan dengan tingkat polusi yang kecil sehingga upaya pemanfaatannya terus dikembangkan. Seperti energi fosil yang lain, gas bumi merupakan sumber energi yang tidak terbarukan sehingga pemanfaatannya harus sebijaksana mungkin, agar permintaan konsumen dapat terpenuhi secara merata. Ritonga (2003:108) menyatakan bahwa permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Semakin tinggi harga, semakin sedikit permintaan. Sebaliknya semakin rendah harga, semakin banyak permintaan. Hukum permintaan ini digambarkan dalam kurva permintaan dengan slope negative. Kurva permintaan terhadap barang dan jasa secara tidak langsung menunjukkan keinginan membayar (WTP) dari individu pada barang dan jasa tersebut (Indramawan, 2014). Willinnes To Pay adalah ketersedian bayar masyarakat terhadap suatu barang/jasa atau sebagai penilaian konsumen terhadap kegunaan suatu barang/jasa dengan harga yang pantas ia bayar sesuai dengan kegunaan atau manfaat yang diperoleh akan barang/jasa tersebut. Zhao dan Kling (2005) menyatakan bahwa WTP adalah harga maksimum dari suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu tertentu. Untuk memahami konsep WTP konsumen terhadap suatu barang atau jasa harus dimulai dari konsep utilitas, yaitu manfaat atau kepuasan karena mengkonsumsi barang atau jasa pada waktu tertentu. Setiap individu ataupun rumah tangga selalu berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya dengan pendapatan tertentu, dan ini akan menentukan jumlah permintaan barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Para ekonom merumuskan model preferensi individu dengan menggunakan konsep utilitas/kepuasan (utility), yang didefinisikan sebagai kepuasan yang diterima seseorang akibat aktivitas yang dilakukannya (Walter, 2002:57). Dalam menentukan seberapa besar keinginan membayar responden terhadap jaringan gas bumi, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi willingness to pay tersebut yaitu pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Simajuntak (2009) tingkat pendapatan responden sangat berpengaruh terhadap besarnya nilai WTP yang ingin dibayarkan oleh masyarakat.Suryawati (tanpa tahun) mengatakan bahwa bila pendapatan konsumen naik, maka permintaan akan naik dan sebaliknya. Namun untuk barang inferior peningkatan pendapatan justru akan mengurangi permintaan suatu barang. Tinggi rendahnya pendapatan, dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dimiliki responden. Tingkat pendapatan akan tinggi apabila responden memiliki jenis pekerjaan yang baik, dan sebaliknya apabila pekerjaan responden hanya sebagai honorer, kuli atau sejenisnya maka pendapatan yang diterima responden juga akan rendah. Bagus atau tidak jenis pekerjaan tersebut juga turut difaktori oleh tingkat pendidikan yang dimiliki responden saat melamar pekerjaan. Pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir dan pemahaman seseorang dalam pengambilan keputusan. Pendidikan memberikan pengetahuan dan mendidik serta merubah pola berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka pemikiran wawasan serta pandanganya akan semakin luas sehingga dapat berfikir lebih cepat dan tepat, hal ini akan mempengaruhi keinginan seseorang dalam membayar. Tingkat Pendidikan kadangkala dapat mempengaruhi jumlah anak yang dimiliki. Umumnya, masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah lebih banyak memiliki anak dari pada masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Penyebabnya adalah rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki tidak mampu bersaing dalam mendapatkan pekerjaan yang bagus dengan pendapatan yang tinggi, oleh karena itu dengan pendapatan yang rendah tidak akan 412
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
mampu untuk melakukan program KB (Keluarga Berencana) dan juga waktu luang yang dimiliki lebih banyak karena jam kerja hanya sedikit, sehingga menyebabkan lebih banyak memiliki anak yang berarti anggota keluarga juga bertambah semakin banyak. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah tanggungan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, akan diikuti oleh banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi. Semakin besar ukuran rumah tangga berarti semakin banyak anggota rumah tangga yang pada akhirnya akan semakin berat beban rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya (Adiana, dan Karmini: 2013). Oleh karena itu, dalam hipotesis penelitian diduga bahwa variabel tingkat pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap WTP jaringan gas bumi. Jumlah Anggota Keluarga
Pendapatan
WTP Pembangunan Jaringan Gas bumi
Pendidikan
Gambar 4. Kerangka pemikiran METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian dilakukan di empat kecamatan kota Lhokseumawe yaitu Kecamatan Blang Mangat, Kecamatan Muara dua, Kecamatan Muara Satu, dan Kecamatan Banda Sakti. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan instansi terkait. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner dan wawancara langsung dengan responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel secara sengaja dari seluruh populasi yang ada. Untuk menentukan besarnya jumlah responden atau sampel penukis menggunakan rumus slovin (Prasetyo, 2005:136), yaitu: Keterangan:
n N e
= Sampel = Populasi = Tingkat Kesalahan penarikan sampel 10% dan tingkat kepercayaan 90%.
Berdasarkan rumus Slovin tersebut, maka jumlah sampel yaitu:
413
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
Agar penelitian ini lebih terarah, variabel yang digunakan dalam penelitian ini didefinisikan sebaai berikut: (1) Willingness to Pay (WTP) adalah keinginan membayar masyarakat untuk mendapatkan jaringan gas bumi di Kota Lhokseumawe yang dinyatakan dalam rupiah; (2) Pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang dimiliki responden yang akan mempengaruhi pemahaman dan ketersedian untuk membayar yang dinyatakan dalam tahun; (3) Pendapatan adalah jumlah penghasilan rata-rata perbulan dari pekerjaan utama responden di lokasi penelitian yang dinyatakan dalam rupiah; (4) Jumlah anggota keluarga adalah total dari anggota yang terdiri dari suami, istri, anak, orang tua, mertua dan lainnya yang tinggal satu rumah dalam satuan jiwa. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linier berganda. Model ini akan memperlihatkan pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel terikat adalah Willingness To Pay (WTP) dan variabel bebas adalah pendapatan, pendidikan, dan Jumlah Anggota Keluarga yang dinyatakan dalam persamaan OLS. WTP = Dimana: WTP
J
............................................................ (1)
= Willingness To Pay (WTP) terhadap jaringan gas bumi = Konstanta = Koefesien Regresi = Pendapatan = Pendidikan = Jumlah Anggota Keluarga = Error Term
Berdasarkan persamaan 3.1 maka dihitung juga Total Economic Value dan Avarage Economic Value. NET atau Total Economic Value (TEV) adalah nilai-nilai ekonomi yang terkandug dalam suatu sumber daya alam, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam meyusun kebijakan pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat ditentukan secara benar dan mengenai sasaran (Irmadi, 2010). Total Economic Value dinyatakan dalam persamaan 2 dan 3. ....................................................................................... (2) ................................................... (3) Dimana: TEV = Total Economic Value UV = Use Value NUV = Non Use Value DUV = Direct Use Value (nilai manfaat langsung) IUV = Indirect Use Value (nilai manfaat tidak langsung) OV = Option Value (nilai pilihan) XV = Existance Value (nilai keberadaan) BV = Bequest Value (nilai warisan)
414
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Validitas Uji validitas dalam studi ini digunakan untuk mengukur valid atau tidak valid suatu kuesioner. Kriteria pengambilan keputusan untuk validitas adalah ditentukan apabila nilai person correlation>r tabel pada df = n-2 dan α = 0,05 maka butir instrumen tersebut adalah valid. Hasil pengujian validitas menunjukkan bahwa semua variabel (willingness to pay, pendapatan, pendidikan, jumlah anggota keluarga) mempunyai nilai person correlation>dari pada nilai r tabel yaitu sebesar 0,197. Uji Reliabilitas Tabel 1. Uji Reliabilitas Cronbach's Alpha
N of Items
0,421
16
Sumber : Data Output SPSS. V.20, 2016.
Instrumen dalam penelitian ini dikatakan reliabel apabila nilai alpha lebih besar dari nilai ambang batas reliabilitas (Sugiyono:125). Tabel 1 menunjukkan uji realibilitas bahwa variabel pendapatan, pendidikan dan jumlah anggota keluarga memiliki nilai cronbach’s alpha based on standardiezed items sebesar 0,421 atau lebih besar dari nilai ambang batas reliabilitas 0,326 sehingga instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabilitas. Uji Multikolinearitas Tabel 2 menunjukkan nilai multikolinearitas, dapat dilihat bahwa nilai korelasi antar variable independen di dalam model < 0,8 sehingga tidak terdapat hubungan yang kuat antar variabel independen, dengan kata lain tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model penelitian ini karena telah memenuhi persyaratan ambang toleransi dan nilai VIF. Tabel 2. Nilai Multikolinearitas Y
1.0000
ED
0.55253
1.0000
JAK
-0.12985
-0.14214
1.0000
Y
ED
JAK
Sumber: Shazam V.10, 2016.
Uji Autokorelasi Hasil uji autokorelasi menunjukkan dengan melihat nilai p value, baik autokorelasi positif (0,05813) dan autokorelasi negatif (0,9418) nilainya > 0,05 sehingga tidak terjadi gejala autokorelasi negatif maupun positif dalm model penelitian ini. Tabel 3. Nilai Autokorelasi Durbin-Watson Statistic
1.69330
Durbin-Watson Positive Autocorrelation Test P-Value
0.058131
Negative Autocorrelation Test P-Value
0.941869
Sumber:Data Output Shazam V.10, 2016.
415
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
Uji Normalitas Tabel 4. Uji Normalitas Jarque-Bera Normality Test- Chi-Square(2 Df)
9.2409
P-Value
0.010
Sumber: Data Output Shazam V.10, 2016.
Tabel 4 menunjukkan tabel uji normalitas menggunakan Jarque Bera, didapat nilai p value = 0,010. Nilai ini jauh lebih kecil dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual data tidak terdistribusi secara normal. Uji Heteroskedastisitas Tabel 5. Uji Heteroskedastisitas E**2 ON X X**2 XX (WHITE) TEST KOENKER(R2)
19.925
9
0.01838
B-P-G (SSR)
23.823
9
0.00459
Sumber: Data Output Shazam V.10, 2016.
Tabel 5 menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan metode white. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa nilai p value BPG = 0,0459, nilai ini lebih kecil dari nilai 0,05 dan dapat menolak H0, sehingga dapat disimpulkan terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model. Hasil Regresi Hasil dari regresi model yang dilakukan dengan menggunakan shazam 10.0 diperlihatkan dalam Tabel 5. Diperoleh bahwa nilai konstanta ( sebesar 1231,1, artinya jika variabel Y, ED dan JAK, diasumsikan tetap maka variabel WTP akan meningkat sebesar Rp 1231,1 dengan asumsi ceteris paribus. Koefisien Y (β1) sebesar 0,0043934, artinya setiap kenaikan Pendatapan sebesar 1 persen maka akan mengakibatkan peningkatan WTP sebesar 0,0043934 persen secara signifikan (p-value 0,000 < 0,05) dengan asumsi ceteris paribus. Variabel pendapatan bernilai positif terhadap kesediaan membayar (WTP). Artinya, semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka responden akan bersedia membayar. Studi ini mendukung studi sebelumnya yang dilakukan oleh Wulandari (2014) yang menyatakan hubungan pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai willingness to pay. Semakin besar pendapatan, maka kemampuan membeli juga akan meningkat. Koefisien ED (β2) sebesar 79,498, artinya setiap kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 unit akan mengakibatkan peningkatan variabel WTP sebesar 79,498secara signifikan (p-value 0,054 < 0,05) dengan asumsi ceteris paribus. Variabel pendidikan berpengaruh positif terhadap kesediaan membayar (WTP) responden. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari (2015) yang menyebutkkan hubungan tingkat pendidikan yang lebih tinggi cenderung bersedia membayar semakin besar dibandingkan respodeng yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih rendah. Koefisien JAK (β3) sebesar -76.118, artinya setiap kenaikan jumlah anggota keluarga (JAK) sebesar 1 orang akan mengakibatkan penurunan variabel WTP sebesar 76,118 namun tidak signifikan (p-value 0,111 > 0,05) dengan asumsi ceteris paribus. Variabel JAK berpengaruh negatif terhadap nilai kesediaan membayar (WTP) responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2014) yang menjelaskan bahwa JAK berpengaruh negatif terhadap besarnya WTP yang mampu 416
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
dibayarkan oleh responden terhadap BBM. Pada setiap pertambahan JAK akan mengurangi jumlah WTP yang mampu dibayarkan. Tabel 6. Hasil Regresi Variable
Koefisien
P-Value
Partial
( 96 DF)
Correlation
4,307
0,000
0,402
0.0005828
7,538
0,000
0,610
79,498
40,76
1,951
0,054
0,195
-76,118
47,28
-1,610
0,111
-0,162
Std. Error
t-hitung
1232,1
286,1
0,0043934
ED JAK
Estimasi
Konstanta Y
R2
0,5529
Adj. R2
0,5390
Fhitung
39,577
Ftabel
2,70
Ttabel
1,66
Sumber: Data Output Shazam V.10, 2016.
Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi pengaruh dari masing-masing variabel independen (Y/pendapatan, ED/pendidikan dan JAK/jumlah anggota keluarga terhadap variabel dependen (WTP). Uji t dikatakan signifikan apabila Thitung > Ttabel.Dalam penelitian ini Ttabel=1,66 (pada df = n-k=100-4=96, dan probabilitas=0,05). Hasil uji t dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Thitung pada variabel pendapatan dan pendidikan lebih besar dari pada nilai Ttabel. Maka Ho ditolak, Ha diterima. Dengan demikian variabel pendapatan berpengaruh signifikan terhadap WTP jaringan gas bumi. Sedangkan variabel JAK menunjukkan nilai Thitung sebesar lebih kecil dari pada Ttabel. Maka Ho diterima, Ha ditolak. Dengan demikian variabel jumlah JAK berpengaruh tidak signifikan dengan nilai negatif terhadap WTP jaringan gas bumi. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil uji F dalam penelitian ini menunjukkan bahwa nilai Fhitung sebesar 39,577 atau lebih besar dari pada nilai FTabel sebesar 2,70 (pada level of significane 5%), dengan taraf sig=0,000 lebih kecil dari 0,05. Dengan Demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel WTP. Nilai koefisien determinasi (adj.R2) adalah sebesar 0.5390. Ini berarti variabel pendapatan, pendidikan, dan jumlah angggota keluarga mampu menjelaskan WTP jaringan Gas Bumi sebesar 53,90 persen. sedangkan 46,10 persen dijelaskan oleh variabel lain. Nilai Adj.Rsquare berada di atas 50 persen sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini layak untuk digunakan. Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur dengan menjumlahkan kehendak untuk membayar (willingness to pay / WTP) dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang dimaksud. (Fauzi, 2010). Dari hasil penelitian Nilai Total Ekonomi (Total Ekonomic Value) dan Nilai Rata-rata Nilai Ekonomi (Avarage Economic Value) didapat bahwa nilai total ekonomi dalam penelitian ini adalah sebesar Rp 26.1408.880 dan nilai rata-rata ekonominya adalah Rp 2.614,088. Nilai AEV pada penelitian ini hampir sama dengan harga WTP jaringan gas bumi yang sudah diumumkan kepada masyarakat yakni sebesar Rp 2.615. Ini berarti model dalam penelitian ini bagus untuk menjelaskan variabel independen 417
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
(pendapatan, pendidikan, JAK) terhadap WTP jaringan gas bumi yang merupakan variabel dependen. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil survei dari 100 orang responden, total willingness to pay terhadap pembangunan jaringan gas bumi adalah sebesar Rp26.1408.880 dengan nilai rata-rata Rp2.614,088. Artinya, rata-rata kesediaan membayar responden terhadap pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga adalah Rp 2.614/m3. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi willingness to pay terhadap pembangunan jaringan gas bumi adalah pendapatan dan pendidikan. Saran 1. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan ketika akan dilakukan kebijakan tarif jaringanga gas bumi. Kepada pemerintah diharapkan dapat menyedia fasilitas penunjang yang cukup kepada masyarakat kota Lhokseumawe agar semua rumah mendapatkan pembangunan jaringan gas bumi. 2. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti lebih baik lagi tentang pembangunan jaringan gas bumi dari aspek ekonomi sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Adiani, P. P. E. Karmini, Ni, Luh. (2013). Pengaruh Pendapatan, Jumlah Anggota Keluarga, dan Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Gianyar. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. BPS. (2015). Lhokseumawe dalam Angka 2015. Banda Aceh: BPS. Barus, Martinus. (2001). Implikasi Pembangunan Jaringan Transmisi Gas Jawa Bagi Pengembangan Daerah. Procceding Simposium Nasional IATM11. Indramawan, D. P. (2014). Analisis Willingness To Pay Pengelolaan Sampah Terpadu di Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Diponogoro. Irmadi, Nahib. (2010). Neraca dan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Hutan. KESDM. (2015). Pembangunan Jaringan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga. _______. (2015). Cadangan Gas Bumi Indonesia 2015 Meningkat. Fauzi, Akhmad. (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Prasetyo, Bambang. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Husada. Ritonga.(2003). PelajaranEkonomiJilid 1. Jakarta: Erlangga. Sari, Hardiyani Puspita. (2015). Willingness To Pay Perbaikan Kualitas Pelayanan Kereta Api. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Volume 16, Nomor 2. Simanjuntak, G. E. M. (2009). Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Peningkatan Pelayanan Sistem Penyediaan Air Bersih Dengan Wslic (Water Sanitation For Low Income Community) (Studi Kasus Desa Situdaun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor). Su’ud, M. H. (2004). Sumber Daya Alam Dalam Kancah Tindakan Ekonomi. Jakarta: Yayasan Cendekia Membangun Citra. Suryawati. (Tanpa Tahun). Teori Ekonomi Mikro. Yogyakarta: UPP AMP YICPN. 418
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016 : 409-419
Tietenberg, Tom. (2006). Environmental Natural Resource Economics. Canada: Pearson Education, Inc. Zhao, J. & Kling, C. L. (2004). Willingness To Pay, Compensating Variation, And The Cost Of Commitment. Economic Inquiry. 42 (3), 503-517. Valentino, Novio. (2012). PengembanganJaringanPipaDistribusi Gas BumiUntukRumahTangga di Kota Depok.Skripsi. Program StudiTeknik Kimia. Universitas Indonesia. Walter, Nicholson (2002). Mikroekonomi Intermediate dan Aplikasinya. Edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga. Wulandari, Arni. (2014). Faktor-faktor Permintaan Konsumen Terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi (Pertamax) Tahun 2013 (Studi Kasus: Kota Surakarta). Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
419