Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 ANALISIS ANGKA PENGGANDA PADA PARIWISATA KOTA BANDA ACEH DAN KABUPATEN ACEH BESAR TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT: STUDI KASUS PANTAI ULEE LHEUE DAN LAMPUUK Afriwanda1*, Zulkifli2 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, e-mail:
[email protected]
Abstract This analysis aims to find out the tourism’s multiplier effect towards society income in Banda Aceh and Aceh Besar. The data used in this research is the primary data and also the secondary data. Endurance testing on tourism’s multiplier effect in Banda Aceh and Aceh Besar towards society income uses the descriptive analysis and economy’s impact analysis model which consist of two types, namely Keynesian Local Income Multiplier and Ratio Income Multiplier. The result of research is both in Lampuuk and Ulee Lheue beach are obtained the value is bigger than one (>1) that mean the tourism activity in both of two objects could increase the society income. This is caused by the nature panoramatic of Lampuuk is more beautiful than Ulee Lheue, it’s also with amenities and infrastructure of Lampuuk is more adequate than Ulee Lheue. Considering the major potency of the tourism both in Lampuuk, the government should maintain seriously the management of Lampuuk beach. Keywords : Tourism, Income, Multiplier Effect Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak angka pengganda pada pariwisata kota Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar terhadap pendapatan masyarakat. Data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan juga data sekunder. Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu model analisis deskriptif dan analisis dampak ekonomi dengan dua tipe pengganda yaitu Keynesian Local Income Multiplier dan Ratio Income Multiplier. Hasil dari penelitian pada objek wisata pantai Lampuuk dan Ulee Lheue adalah angka lebih besar dari satu (>1), yang menunjukkan aktivitas wisata di kedua objek wisata ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Angka pengganda di pantai Lampuuk lebih besar dari Ulee Lheue. Hal ini menunjukkan bahwa potensi pariwisata di pantai Lampuuk lebih besar daripada Ulee Lheue. Akibat faktor keindahan panorama alam yang ditawarkan pantai Lampuuk lebih memukau dibandingkan Ulee Lheue dan juga fasilitas penunjang wisata maupun infrasruktur yang ada di pantai Lampuuk lebih memadai daripada Ulee Lheue. Oleh karena itu, pemerintah Aceh sebaiknya memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pengembangan pariwisata di Lampuuk. Kata Kunci : Pariwisata, Pendapatan, Angka Pengganda.
19
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 PENDAHULUAN Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Sejak tahun 1960-an, banyak negara yang sedang berkembang mulai mencoba untuk meningkatkan penerimaan devisa negara dengan cara pembangunan di bidang industri pariwisata dengan harapan untuk menarik wisatawan dari mancanegara berkunjung dan membelanjakan uangnya selama berada di negara tujuannya. (Hajar, 2008). Sebagaimana diketahui, sektor pariwisata di Indonesia memiliki peranan yang esensial dalam menunjang pembangunan nasional sekaligus merupakan salah satu faktor yang sangat strategis untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beragam macam wisata yang salah satunya sangat berkembang adalah wisata bahari, hal ini ditunjukkan dengan keberadaan ribuan pulau besar dan kecil, seluruhnya mencakup 17.508 pulau dengan garis pantai lebih dari 81.000 km serta memiliki potensi sumberdaya pesisir dan lautan yang sangat besar (Bengen, 2002). Seyogyanya sebagai negara kepulauan terbesar di dunia serta menjadikan Indonesia memiliki sektor pariwisata yang sangat menjamin di seluruh daerah termasuk Aceh. Aceh merupakan salah satu provinsi yang terletak di ujung paling barat Indonesia, sebuah daerah yang kaya sumber daya alam dan potensi wisata yang menjanjikan di masa yang akan datang dikarenakan hampir setiap kabupaten dan kota di Aceh mempunyai potensi wisata. Pertumbuhan sektor pariwisata di Aceh saat ini terus meningkat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh tahun 2014 menunjukan bahwa tingkat kunjungan wisatawan domestik di Provinsi Aceh terus mengalami peningkatan dari tahun 2008-2014. Namun dibalik itu semua, jika dilirik pada pendapatan rumah tangga masyarakat Aceh masih tergolong dibawah standar. Pendapatan rumah tangga masyarakat Aceh berada di urutan paling rendah di Sumatera. Hal ini tentu tidak selaras dengan potensi wisata yang ada di Aceh. Untuk Aceh, nilai indeks pendapatan rumah tangga adalah 101,78. Sedangkan variabel pembentuk lainnya seperti inflasi dan konsumsi rumah tangga makanan dan non makanan pada triwulan II - 2014 tidak terlalu berdampak. (Aceh.tribunnews.com : 2014). Bertolak dari permasalahan di atas maka dapat dipahami bahwa sektor pariwisata ini membutuhkan suatu penanganan secara optimal oleh pemerintah mengingat sangat banyak objek wisata di Aceh yang belum mendapatkan dukungan dari pemerintah (Natasha : 2011). Khususnya Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar yang merupakan dua wilayah di Aceh yang memiliki nilai ekonomi dan potensi wisata yang tinggi untuk dikembangkan. Meningkatnya jumlah wisatawan yang datang setiap tahunnya mendorong masyarakat lokal yang berada di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar untuk terjun dalam kegiatan wisata. Wisatawan yang datang ke kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar sangat berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, karena wisatawan akan mengeluarkan sebagian uangnya untuk kegiatan wisata. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (Aceh dalam Angka tahun 2015) disebutkan bahwa pendapatan rata-rata pertahun masyarakat Aceh Besar adalah 26,016 juta rupiah atau 2,168 juta rupiah per bulan. Sedangkan pendapatan rata-rata masyarakat Banda Aceh pertahun adalah 41,355 juta rupiah atau 3,446 juta rupiah per bulan. Oleh karena itu, dengan adanya sumber daya alam pariwisata yang begitu menjanjikan di Kabupaten Aceh besar dan Kota Banda Aceh, penulis dalam penelitian ini ingin melihat sejauh mana dampak yang diberikan angka pengganda pariwisata baik di Kabupaten Aceh Besar maupun Kota Banda Aceh terhadap pendapatan masyarakat. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dritasto dan Anggraeni (2003) menjelaskan 20
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 bahwa secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah memberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak yang dirasakan terbilang cukup kecil. Dampak ekonomi ini terjadi karena adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja. Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pariwisata Menurut Faizun (2009) dalam Anisah dan Riswandi (2015) pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat sehingga dapat memberikan berbagai dampak terhadap masyarakat. Selain untuk meningkatkan penghasilan masyarakat pariwisata juga dapat meningkatkan kualitas hidup dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan lainnya seperti meningkatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang lebih baik, serta kehidupan sosial budaya masyarakat sekitar. Jenis Wisata a. Wisata Bahari b. Wisata Kesehatan c. Wisata Budaya d. Wisata Komersial e. Wisata Cagar Alam f. Wisata Bulan Madu Konsep Pendapatan Pendapatan pada dasarnya merupakan balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi atas pengorbanannya dalam proses produksi baik. Masing-masing faktor produksi seperti: tanah akan memperoleh balas jasa dalam bentuk sewa tanah, tenaga kerja akan memperoleh balas jasa berupa upah /gaji, modal akan memperoleh balas jasa dalam bentuk bunga modal, serta keahlian termasuk para enterprenuer akan memperoleh balas jasa dalam bentuk laba. (Sukirno, 2006) Industri Pariwisata Industri pariwisata merupakan salah satu sarana yang tepat dalam meningkatkan kemajuan ekonomi masyarakat baik lokal maupun global. Pariwisata memiliki dampak dan manfaat yang banyak, diantaranya selain dapat menghasilkan devisa negara dan memperluas lapangan kerja, sektor pariwisata juga dapat berperan untuk menjaga kelestarian alam dan mengembangkan budaya lokal. (Anisah & Riswandi, 2015) METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada responden dengan mengajukan pertanyaan tertulis dengan menggunakan kuisioner kepada pengunjung, masyarakat 21
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 yang memiliki unit usaha (pelaku usaha) dan tenaga kerja. Sedangkan data sekunder merupakan data pendukung yang akan diambil dari berbagai instansi, studi literatur, atau referensi lainnya (jurnal, buku, artikel hasil penelitian sebelumnya, dan penelusuran melalui internet) yang terkait dengan lingkup permasalahan penelitian. Model Analisis Data 1. Analisis Deskriptif Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. 2. Analisis Dampak Ekonomi Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari pengeluaran penunjung serta arus uang yang terjadi yang mengakibatkan dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak lanjutan bagi perekonomian lokal. Berdasarkan META (2001) dalam Anggraeni (2013), dalam mengukur dampak ekonomi suatu kegiatan wisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu (Vanhove, 2005): 1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal (berupa pemilik usaha dan tenaga kerja). 2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal (berupa pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja, serta pengeluaran komsumsi di tingkat lokal). Secara matematis dapat dirumuskan : Keynesian Income Multiplier = D+N+U E Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+U D Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U D Dimana : E : Total pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara lanjutan dari E (rupiah) Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe I, Ratio Income Multiplier Tipe II memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (= 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya. 2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (= 1), maka lokasi wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.
22
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder untuk mengalisa angka pengganda pada pariwisata Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar dengan studi kasus pantai Ulee Lheue dan Lampuuk, menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis dampak ekonomi menghasilkan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: Tabel 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Usia Lampuuk Ulee Lheue Usia Jumlah Persentase Jumlah Persentase 10- 20 tahun 3 15 3 15 21-30 tahun 14 70 17 85 31-40 tahun 3 15 ≥ 41 Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah).
Tabel 2. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Pendidikan Terakhir Lampuuk Ulee Lheue Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase Jumlah Persentase SD SMP SMA 9 45 11 55 D3 3 15 S1 6 30 9 45 S2 2 10 S3 Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah).
Tabel 3. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Pekerjaan Lampuuk Ulee Lheue Pekerjaan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Wiraswasta 3 15 7 35 PNS/TNI/ POLRI 6 30 Pelajar/ 7 35 13 65 Mahasiswa Lainnya 4 20 Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah). 23
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 Tabel 4. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Tempat Tinggal Lampuuk Ulee Lheue Tempat Tinggal Jumlah Persentase Jumlah Persentase Banda Aceh 11 55 12 60 Aceh Besar 7 35 6 30 Lainnya 2 10 2 10 Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah).
Tabel 5. Karakteristik Sosial Ekonomi Wisatawan Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Pendapatan per Bulan Lampuuk Ulee Lheue Pendapatan per Bulan Jumla Persentas Jumla h e h Persentase ≤ Rp. 1.000.000 6 30 6 30 Rp. 1.000.001 - Rp. 2.000.000 8 40 12 60 Rp. 2.000.001 - Rp. 3.000.000 5 25 2 10 Rp. 3.000.001 - Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.001 - Rp. 5.000.000 1 5 ≥ Rp. 5.000.001 Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah). Tabel 6. Karakteristik Sosial Ekonomi Pelaku Unit Usaha di Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Alamat Tempat Tinggal Lampuuk Ulee Lheue Alamat Jumlah Persentase Jumlah Persentase Banda Aceh 9 100 Aceh Besar 10 100 Lainnya Jumlah 10 100 9 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah). Tabel 7. Karakteristik Sosial Ekonomi Pelaku Unit Usaha Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Jenis Usaha Lampuuk Ulee Lheue Jenis Usaha Jumlah Persentase Jumlah Persentase Kuliner 8 80 9 90 Penyewaan alat penunjang wisata 1 10 1 10 Penginapan 1 10 Jumlah 10 100 9 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah). 24
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 Tabel 8. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Jenis Usaha Jenis Usaha
Lampuuk Jumlah
Ulee Lheue
Persentase
Jumlah
Persentase
Kuliner
6
60
7
70
Penyewaan alat penunjang wisata
1
10
1
10
Penginapan
2
20
-
-
Lainnya
1
10
2
20
100
10
100
Jumlah 10 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah).
Tabel 9. Karakteristik Sosial Ekonomi Tenaga Kerja Pantai Lampuuk Dan Pantai Ulee Lheue Berdasarkan Upah per Bulan Lampuuk Ulee Lheue Upah per Bulan Jumlah Persentase Jumlah Persentase ≤ Rp. 1.000.000 2 20 10 100 Rp. 1.000.001 - Rp. 2.000.000 8 80 Jumlah 10 100 10 100 Sumber : Data Lapangan, Agustus 2016 (diolah). Hubungan Pariwisata dan Pendapatan Pariwisata bukan saja sumber devisa, namun juga diharapkan mampu mendongkrak pendapatan masyarkat sekitar dan memajukan perekonomian di daerah-daerah yang kurang berkembang. Keberhasilan dalam pengembangan pariwisata pada suatu daerah sangat bergantung pada kemampuan perencana dalam mengintegrasikan sisi permintaan (demand side) dan sisi pasokan (supply side). Kelincahan dalam berusaha harus dilakukan agar pendapatan selama musim kedatangan wisatawan bisa menjadi penyeimbang di saat sepi wisatawan. Pengaruh yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap ekonomi ada dua ciri, pertama produk pariwisata tidak dapat disimpan, kedua permintaannya sangat tergantung pada musim, berarti pada musim tertentu ada aktivitas yang tinggi, sementara pada bulan-bulan yang lainnya hanya sedikit aktivitas (rendah). Oleh karena produk wisata wisata bahari yang ada di kota Banda Aceh dan kabupaten Aceh Besar yaitu pantai Lampuuk dan pantai Ulee Lheeu harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Kegiatan wisata di pantai Lampuuk dan Ulee Lheue mulai terlihat padat setelah tsunami pada 2004 silam. Berdasarkan informasi yang didapatkan di lapangan bahwa sebelum tsunami wilayah pesisir/ pimggir pantai masih sempit dikarenakan berbatasan dengan lahan/ kebun milik warga namun setelah tsunami wilayah pesisir pantai menjadi semakin luas karena pengikisan oleh gelombang tsunami. Dampak Ekonomi Dampak Ekonomi Langsung Dampak ekonomi langsung dari kegiatan di objek wisata pantai Lampuuk dan Ulee Lheue berasal dari aktifitas ekonomi yang terjadi antara pengunjung dengan masyarakat yang memiliki unit usaha di lokasi wisata atau dengan kata lain berasal dari pengeluaran pengunjung (Anggraeni, 2013). Dengan adanya unit usaha di lokasi wisata sangat membantu pengunjung 25
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 dalam memenuhi kebutuhan selama berada berada di objek wisata tersebut. Rata - rata pengeluaran pengunjung di objek wisata pantai Lampuuk adalah Rp. 168.000, sedangkan ratarata pengunjung di objek wisata pantai Ulee Lheue adalah Rp. 98.000. Pengeluaran pengunjung di lokasi wisata antara lain digunakan untuk konsumsi, transportasi dan penginapan. Selanjutnya pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran pengunjung ini akan digunakan untuk pembelian bahan baku, perbaikan alat penunjang wisata yang rusak dan pembayaran upah kepada tenaga kerja. Dampak Ekonomi Tidak Langsung Dampak ekonomi langsung dapat dilihat dari upah yang diterima oleh tenaga kerja di lokasi objek wisata pantai Lampuuk dan Ulee Lheue (Anggraeni, 2013). Keberadaan objek wisata secara tidak langsung akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi wisata yang pada akhirnya kan mengurangi pengangguran. Rata - rata dari upah yang diterima oleh tenaga kerja di objek wisata pantai Lampuuk adalah sebesar Rp. 1.090.000 per bulan, sedangkan rata-rata dari upah yang diterima oleh tenaga kerja di objek wisata pantai Ulee Lheue adalah Rp. 550.000 per bulan. Selanjutnya tenaga kerja akan akan melakukan pengeluaran untuk biaya sekolah anak, biaya listrik, biaya kesehatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari di unit usaha sekitar objek wisata. Dampak Ekonomi Lanjutan Dampak ekonomi lanjutan merupakan pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat yang berada di sekitar lokasi objek wisata berdasarkan pengeluaran yang oleh tenaga kerja yang bekerja di unit usaha yang ada di objek wisata pantai Lampuuk dan Ulee Lheue (Anggraeni, 2013). Pengeluaran dari tenaga kerja digunakan untuk biaya sekolah anak, biaya listrik, biaya kesehatan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari di unit usaha sekitar objek wisata. Rata-rata pengeluaran tenaga kerja yang bekerja di unit usaha pantai Lampuuk adalah sebesar Rp. 1.985.000 sedangkan yang bekerja di unit usaha pantai Ulee Lheue adalah sebesar Rp. 408.000 per bulannya. Sebagian besar pengeluaran tenaga kerja ini berputar di tingkat ekonomi lokal untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari. Maka, secara tidak langsung masyarakat di sekitar objek wisata juga mendapatkan dampak dari keberadaan objek wisata. Nilai Efek Pengganda (Multiplier effect) Nilai efek pengganda merupakan nilai yang menunjukkan sejauh mana pengeluaran pengunjung akan menstimulasi pengeluaran lebih lanjut, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan aktivitas ekonomi lokal (META:2001 dalam Anggraeni:2013). Terdapat dua nilai pengganda dalam mengukur dampak ekonomi kegiatan pariwisata di tingkat lokal yaitu (1) Keynesian Local Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal yang memiliki unit usaha di kawasdan objek wisata (META:2001 dalam Tohir:2014) dan (2) Ratio Income Multiplier yang menunjukkan seberapa besar dampak langsung yang diarsakan dari pengeluaran pengunjung berdampak pada keseluruhan ekonomi lokal. Nilai pengganda ini dapat dilihat dari jumlah pengeluaran pengunjung selama melakukan wisata. Nilai pengganda mengukur dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak secara lanjutan. Berikut hasil analisis nilai angka pengganda (multiplier) dari aktivitas wisata di objek wisata bahari pantai Lampuuk dan Ulee Lheue.
26
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 Angka Pengganda Pantai Lampuuk Keynesian Income Multiplier = D+N+U E = 5.030.000+1.090.000+1.985.000 3.365.000 = 2,4 Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+U D = 5.030.000+1.985.000 5.030.000 = 1,39 Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U D = 5.030.000+1.090.000+1.985.000 5.030.000 = 2,61 Dimana : E : Total pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara lanjutan dari E (rupiah) Angka Pengganda Pantai Ulee Lheue Keynesian Income Multiplier = D+N+U E = 2.030.000+550.000+408.000 1.967.000 = 1,51 Ratio Income Multiplier, Tipe I = D+U D = 2.030.000+408.000 2.030.000 = 1,2 Ratio Income Multiplier, Tipe II = D+N+U D = 2.030.000+550.000+408.000 2.030.000 = 1,47 Dimana : E : Total pengeluaran pengunjung (rupiah) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (rupiah) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara lanjutan dari E (rupiah)
27
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 Tabel 10. Nilai Angka Pengganda dari Aktivitas Wisata Di Pantai Lampuuk Dan Ulee Lheue Nilai Multiplier Kriteria Multiplier Lampuuk Ulee Lheue Keynesian Income Multiplier 2,4 1,51 Ratio Income Multiplier, Tipe I 1,39 1,2 Ratio Income Multiplier, Tipe II 1,61 1,47 Sumber : Hasil Analisis, 2016. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Wisatawan yang melakukan wisata bahari di pantai Lampuuk dan Ulee Lheue umumnya memiliki usia yang berkisar antara 21 – 30 tahun. Pelaku unit usaha yang berada di sekitar kawasan wisata bahari pantai Lampuuk dan Ulee Lheue umumnya memiliki jenis usaha di bidang kuliner, penyewaan peralatan penunjang wisata, dan penginapan/ homestay. Tenaga kerjanya merupakan tenaga kerja lokal yang bekerja rata-rata pada unit usaha kuliner dengan pendapatan berkisar antara Rp. 1.000.000-2.000.000 per bulan. 2. Dari hasil analisis angka pengganda kegiatan wisata bahari di pantai Lampuuk dan Ulee Lheue mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang selanjutnya dapat memberikan dampak bagi pertembuhan ekonomi.. Pada objek wisata pantai Lampuuk didapatkan angka pengganda Keynesian Income Multiplier sebesar 2,4, untuk nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,39, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,61. Sedangkan pada objek wisata pantai Ulee Lheue didapatkan angka pengganda Keynesian Income Multiplier sebesar 1,51, untuk nilai Ratio Income Multiplier Tipe I sebesar 1,2, dan nilai Ratio Income Multiplier Tipe II sebesar 1,47. Dari semua nilai efek pengganda di kedua objek wisata bahari menunjukkan angka lebih besar dari satu (>1) dan angka pengganda di pantai Lampuuk lebih besar dibandingkan Ulee Lheue yang menunjukkan bahwa potensi pariwisata pantai Lampuuk lebih menjanjikan untuk dikembangkan. Saran Demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi dan pariwisata yang berkelanjutan khususnya wisata bahari pantai Lampuuk dan Ulee Lheue maka diperlukan adanya dukungan dari pemerintah dalam menunjang infrastruktur di lokasi wisata seperti mushalla, kamar mandi, dan fasilitas pendukung lainnya, karena hingga penelitian ini dilakukan infrastruktur yang tersedia di kedua objek wisata tersebut masih sangat minim. Selain itu, diperlukan juga adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyrakat. Dalam hal ini pemerintah yang membuat regulasi dan masyarakat yang menjalani serta mengontrol regulasi tersebut sehingga baik infrasruktur maupun kelestarian alam pantai Lampuuk dan Ulee Lheue senantiasa terjaga.
28
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 DAFTAR PUSTAKA Anisah & Riswandi. (2015). Pantai Lampuuk Dan Dampaknya Terhadap Perekonomian Masyarakat. Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan Publik Vol. 2 No. 2. Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Besar. (2015). Aceh Besar Dalam Angka 2015. _________________. Kota Banda Aceh. (2015). Banda Aceh Dalam Angka 2015. _________________.(2015). Aceh Dalam Angka 2015. Bengen, D.G. (2002). Sinopsis Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan IPB. Dritasto, Achadiat & Anggraeni, Annisa A. (2013). Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Di Pulau Tidung. Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Vol. 20 No. 10. Famytyas, Kusumastuti, Sri Y. (2014). Peranan Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Indonesia: Analisis Input- Output. Jurnal Ekonomi Pembangunan Trisakti (e-Journal) Vol. 1 No. 2 Februari 2014. Firdausi, Iqbal. (1998). Perkembangan Industri Pariwisata Dan Perluasan Kesempatan Kerja Di Provinsi Kalimantan Selatan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Hajar, Siti. (2008). Pengembangan Sektor Pariwisata dan Kontribusinya Terhadap PDRB di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh. Ketut, Suwena I. & Widyatmaja, Ngurah G.I. (2013). Studi Tentang Arah Perubahan Subak Muwa Sebagai Akibat Perkembangan Sarana Kepariwisataan Di Kelurahan UbudGianyar. Jurnal Analisis Pariwisata Vol. 13 No. 1. Margono, S. (2005). Metodologi Penelitian Pendidikan. Semarang: Rineka Cipta. Marine Ecotourism for Atlantic Area (META-Project). (2001). Planning for Marine Ecotourism in The EU Atlantic Area . University of The West of England, Bristol. Natasha F. (2011). Potensi Wisata di Banda Aceh. http://repository.usu.ac.id (Diakses 5 Juni 2016) Nazir, Moh, (2003). Metode Penelitian . Ghalia Indonesia, Jakarta Pandit, Nyoman S. (1997). Ilmu Pariwisata: Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:PT. Pradnya Paramit. Renaldy Rakhman Luthfi. (2013). Peran Pariwisata Terhadap Kesejahteraan Masyarakat Di Sektor Lapangan Pekerjaan Dan Perekonomian Tahun 2009 – 2011. Skripsi. Program Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang. Serambi Indonesia. (2014). Pendapatan rumah tangga masyarakat Aceh berada di urutan paling rendah di Sumatera.Acehtribunnews.com. Spillane. James J. (1989).Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius. Surwiyanta, Ardi. (2003). “ Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Budaya dan Ekonomi” . Jurnal Media Wisata. vol. 2 No. 1, November 2003 29
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.2 No.1 Februari 2017: 19- 30 Vanhove, N. (2005). The Economics of Tourism Destinations . Elsevier Butterworth-Helnemann, Oxford University. United Kingdom Yudananto, Wisnu. dkk. (2011). Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Perekonomian Daerah Di Indonesia (Analisis Interregional Input-Output). Jurnal Analisis Pariwisata. Yoeti, Oka. (1985). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa. _________.(1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.
30