Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225
ANALISIS FAKTOR YANG MEMENGARUHI PELANGGAN LISTRIK PASCABAYAR TIDAK BERALIH MENGGUNAKAN LISTRIK PRABAYAR Riska Aulia1, Nur Aidar2* 1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email :
[email protected] 2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, email :
[email protected]
Abstract The Purpose of this research is to determine factors that influence postpaid customers not switch using prepaid electricity. This research uses primary data with interview method using questionnaire. The sampel uses in this research is 84 respondents were taken using Random Sampling. The Analysis model used analytical factors using Confirmatory Factor Analysis (CFA) with processed by using SPSS. The result of analysis show that educational factors, the number of family members, income, electricity comsumption and electronic goods significantly affecting postpaid customers not switch using prepaid electricity in Banda Aceh. However, educational factors and number of family is dominant factor that affecting postpaid customers not switch using prepaid electricity in Banda Aceh. Based on this research, PT PLN should improve the dissemination of the advantages of prepaid electricity. Keywords : Postpaid, Prepaid, Education, Income, CFA. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pelanggan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar. Penelitian ini menggunakan data primer dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 84 responden yang diambil dengan teknik Random Sampling. Model dianalisis menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan diolah dengan menggunakan program SPSS. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pendidikan, pendapatan, pengeluaran konsumsi listrik dan jumlah barang elektronik mempengaruhi pelanggan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar secara disignifikan di Kota Banda Aceh. Akan tetapi, faktor pendidikan dan jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pelanggan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar di Kota Banda Aceh. Berdasarkan penelitian ini sebaiknya pihak PT PLN perlu meningkatkan sosialisasi mengenai keunggulan listrik prabayar. Kata kunci : Pascabayar, Prabayar, Pendidikan, Pendapatan, CFA. PENDAHULUAN Energi listrik merupakan produk penting dalam kehidupan masyarakat. Energi listrik merupakan sumber energi utama bagi industri, bisnis, dan rumah tangga yang dapat digunakan untuk menggerakkan operasi teknis, penerangan, dan kegiatan lainnya. Tersedianya tenaga listrik yang memadai akan memungkinkan masyarakat melakukan aktivitasnya sehari-hari. Sampai saat ini, distribusi energi listrik untuk masyarakat di Indonesia masih dimonopoli oleh PT. PLN 217
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 (Persero), untuk melayani kelompok konsumen sosial, publik, rumah tangga, bisnis, industri, dan multiguna (Lubis & Nababan, 2011). Meningkatnya permintaan di Indonesia listrik tidak diimbangi dengan persediaan listrik yang memadai dimana masih terjadi pemadaman listrik bergilir yang membuktikan masih terjadinya krisis ketenagalistrikan. Permasalahan kelistrikan lain yang dihadapi di Indonesia adalah kekurangan sumber daya maupun distribusinya yang tidak merata. Letak Indonesia yang merupakan kepulauan menjadi faktor yang menyulitkan bagi distribusi pemerataan energi listrik. Pemisah pulau berupa laut menyulitkan insfrastruktur distribusi listrik secara lebih luas (Iglesias, 2015). Rasio elektrifikasi 2014 memperlihatkan bahwa pemenuhan listrik hanya mencapai 84,35 persen. Rasio elektrifikasi yang paling besar berada di Jakarta yaitu sebesar 99,61 persen dan Papua memiliki rasio elektrifikasi yang paling rendah yaitu sebesar 43,46 persen. Tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan permintaan energi listrik ikut mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk meningkatkan tingkat permintaan energi listrik. Pada tahun 2014, meskipun pemadaman listrik masih dapat ditemui namun distribusi listrik telah menjangkau seluruh desa dan kecamatan di Kota Banda Aceh. Sebagai satu-satunya BUMN yang menangani seluruh aspek kelistrikan di Indonesia, PT. PLN (Persero) masih memiliki berbagai permasalahan dan kekurangan mulai dari masalah buruknya kualitas pelayanan, kurangnya efisiensi, terjadinya pencatatan meter yang salah, adanya daerah-daerah terpencil yang masih belum dapat merasakan fasilitas arus listrik secara memadai, serta permasalahan terkait tingginya jumlah tunggakan pembayaran pelanggan. Dengan masih banyaknya kekurangan yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) maka dilakukan upaya tindakan baik dari sisi manajemen maupun upaya inovasi untuk meningkatkan kapabilitas dan kualitas PT. PLN (Persero) dalam memberikan pelayanan publik. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, salah satu upaya inovasi yang dilakukan PT. PLN (Persero) adalah dengan meluncurkan produk layanan listrik prabayar (Aninnas, 2013). Sektor rumah tangga merupakan sektor yang paling banyak menggunakan energi listrik. Berdasarkan Gambar 1 Jumlah pelanggan rumah tangga PT PLN di Kota Banda Aceh yang berada di Rayon Merduati yang telah menggunakan listrik prabayar sampai dengan tahun 2015 yaitu sebanyak 29.771 dari total jumlah pelanggan PT PLN Rayon Merduati sebanyak 37.563, ini menunjukkan bahwa jumlah pelanggan yang menggunakan listrik prabayar terus mengalami peningkatan dari awal diterapkannya pada Tahun 2012 di oleh PT PLN Aceh. Jumlah pelanggan listrik prabayar dari sektor rumah tangga meningkat 8.041 pelanggan menjadi 29.771 pelanggan pada tahun 2015. Pelanggan yang menggunakan listrik pascabayar memperlihatkan tren penurunan dari 81.827 tahun 2012 menjadi 70.789 tahun 2015.
218
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225
J umla h P e la ngga n Ruma h Ta ngga Ra yo n M e r d ua ti 2013
2014
2015
P A S C A B A YA R
29.771
23.931
16.753
8.041
70.789
72.873
75.798
81.827
2012
P RABAYAR
Sumber: PT. PLN Banda Aceh, 2016
Gambar 1 . Jumlah Pelanggan Rumah Tangga Rayon Merduati Peningkatan pemakaian listrik prabayar disektor rumah tangga yang berada di Rayon Merduati menunjukkan adanya budaya baru untuk menghemat pemakaian listrik oleh pelanggan secara mandiri, agar penggunaan energi menjadi lebih efektif dan efisien. TINJAUAN PUSTAKA Teori Permintaan Teori permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas (barang dan jasa) dan juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta pembentukan kurva permintaan (H, Sudjana, & Kelana, 2005).
Gambar 2 . Pergeseran Kurva Permintaan Berdasarkan Gambar 2 perubahan apapun yang meningkatkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli pada harga berapapun menggeser kurva permintaan ke kanan, disebut sebagai peningkatan permintaan. Perubahan apapun yang menurunkan jumlah yang ingin dibeli oleh pembeli pada harga berapa pun menggeser kurva permintaan ke kiri, disebut sebagai penurunan permintaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergeseran permintaan seperti: 1. Pendapatan 2. Harga-harga barang terkait 3. Selera 4. Harapan 5. Jumlah pembeli 219
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 Permintaan pada energi listrik sama seperti permintaan pada bahan input lainnya, yang mana ditentukan oleh permintaan pada hasil produksi industri bersamaan dengan fungsi produksi yang berorientasi teknologi serta harga relatif faktor (Parahate, 2010). Pada sektor rumah tangga permintaan energi listrik dapat dipengaruhi dari pendapatan. Jika harga dasar listrik meningkat permintaan terhadap listrik pascabayar akan menurun. Tingkat selera dapat mempengaruhi penggunaan listrik pascabayar, kemudahan penggunaan dan akses listrik pascbayar mempengaruhi pelanggan yang masih menggunakan listrik pascbayar enggan beralih menggunakan listrik prabayar dan tingkat pendapatan yang tinggi ikut meningkatkan permintaan energi listrik. Elastisitas Permintaan Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang mempengaruhinya (cateris paribus). Elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang itu sendiri disebut elastisitas harga (price elasticity of demand). Sedangkan elastisitas yang dikaitkan dengan harga barang lain disebut elastisitas silang (cross elasticity), dan bila dikaitkan dengan pendapatan disebut elastisitas pendapatan (income elasticity) (Rahardja & Mandala, 2008). Listrik Pascabayar Listrik pascabayar adalah transaksi pemakaian tenaga listrik yang menggunakan meteran elektronik pascabayar dengan cara pembayaran di akhir. Pelanggan listrik pascabayar menggunakan sejumlah arus listrik yang diperlukan serta digunakan oleh pelanggan layanan listrik pasca bayar, di hitung dengan menggunakan meteran elektronik pascabayar (Sigalingging, 2014). Listrik Prabayar Mekanisme pengelolaan layanan listrik prabayar berbeda dengan listrik pascabayar/konvensional. Dalam layanan listrik pascabayar, mekanismenya adalah konsumen menggunakan energi listrik terlebih dahulu kemudian baru membayar pada bulan berikutnya, Layanan listrik prabayar mnegharuskan konsumen terlebih dahulu membayar/membeli energi listrik yang ingin digunakan. Dengan melakukan pembelian tersebut maka konsumen akan mendapatkan voucher atau 20 digit kode angka yang disebut dengan token pulsa atau stroom (Aninnas, 2013). Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan konsumen dalam pencarian akan pembelian, penggunaan, pengevaluasian, dan penggantian produk dan jasa yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya (Schiffman dan Kanuk, 2004:8). Terdapat banyak faktor yang mampu mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan sebuah pembelian. Faktor-faktor tersebut berawal dari dalam dan luar diri konsumen. Keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli. Sebagian besar adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh pemasar, tetapi harus benar-benar diperhitungkan (Ekasari & Edwar, 2014). Teori Monopoli Sebagai satu-satunya perusahaan yang menyediakan semua kebutuhan listrik di Indonesia, terjadi kompetisi yang tidak sempurna atau disebut dengan monopoli jika perusahaan itu menjadi 220
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 satu-satunya penjual suatu barang tanpa adanya barang subtitusi. Menurut intruksi presiden nomor 17,1979. Perusahaan Listrik Negara dikelompokkan dalam perusahaan perseroan sehingga berhak untuk medapatkan keuntungan. Industri listrik digolongkan sebagai industri dengan biaya produksi rata-rata yang selalu menurun dengan semakin banyaknya produk yang dihasilkan dan ditransmisikan. Menurut teori ekonomi, industri yang demikian mempunyai kurva biaya rata-rata. Sehingga jika dihasilkan produk listrik dalam volume yang kecil tidak akan memberikan keuntungan sama sekali dan akan merugi. Oleh karena itu produk yang dihasilkan harus dalam volume yang sangat besar, akibatnya industri listrik tidak dapat dihasilkan oleh banyak perusahaan kecil karena tidak akan menguntungkan dan sebaiknya disediakan oleh perusahaan besar bersifat monopoli (Yusgiantoro P, 2000). METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan terhadap masyarakat yang tinggal dikota Banda Aceh, dengan objek penelitian adalah masyarakat yang berada di 9 Kecamatan di Kota Banda Aceh. Jenis dan Sumber Data Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik (BPS) dan PT PLN (Perusahaan Listrik Negara) Aceh. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan listrik pascabayar yang berada di Kota Banda Aceh dengan menggunakan 84 responden. Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel menggunakan Random Sampling. Metode Random Sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara acak dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 84 responden yang dipilih secara acak atau random. Definisi Operasional Variabel 1. Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dimiliki kepala keluarga diukur dengan tingkat pendidikan formal. 2. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya jumlah anggota keluarga dari responden yang diteliti dengan satuan orang. 3. Pendapatan adalah jumlah yang diperoleh sebagai hasil dari pekerjaan dalam waktu 1 bulan yang dihitung dalam satuan rupiah. 4. Pengeluaran konsumsi listrik merupakan jumlah listrik yang digunakan selama satu bulan yang dibayar dalam satuan rupiah. 5. Jumlah barang eletronik adalah banyaknya barang elektronik yang menggunakan arus listrik diukur dalam satuan unit. Metode Analisis Data Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode analisis faktor dengan SPSS. Analisis faktor adalah analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set indikator saja, 221
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 tanpa kehilangan informasi yang berarti. Analisis faktor digunakan untuk penelitian awal dimana faktor-faktor yang memepengaruhi suatu variabel di identifikasi secara baik (explanatory research). Namun karena penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan ada atau tidak pengaruh pendidikan, pendapatan, pengeluaran konsumsi listrik, jumlah barang elektronik, dan jumlah anggota keluarga maka analisis faktor digunakan dengan pendekatan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Pendekatan Confirmatory Factor Analysis (CFA), dimana pengujian asumsi faktor analisis pertama dengan Kaiser Meyer Olkin (KMO) and Bartlett’s Test. Hasil uji KMO dan Bartlett’s Test dinyatakan signifikan jika koefisien antar variabel diatas 0,5 dengan nilai signifikan 0,000 sehingga variabel akan dinyatakan valid, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan Anti Image Matrices. Koefisien analisis yang digunakan berdasarkan Measure of Sampling Adequacy (MSA). Pengelompokan faktor merupakan langkah selanjutnya setelah pengujian asumsi faktor analisis. Tujuan dari pengelompokkan faktor ini guna menentukan apakah variabel independen bisa dikelompokkan ke dalam satu atau beberapa faktor. Pada Total Variance Explained dijelaskan seberapa banyak faktor yang terbentuk dan menjelaskan nilai persen dari varian yang mampu diterangkan oleh banyak faktor yang terbentuk didasarkan dari nilai eigenvalue. Secara umum banyaknya faktor yang terbentuk didasarkan dari nilai eigenvalue > 1. Faktor terbentuk bisa dilihat dari nilai Extraction Sums Of Squared Loading. Setelah mengetahui berapa faktor yang bisa terbentuk, maka selanjutnya dilakukan penentuan masing-masing variabel independen ke dalam dalam faktor bentukan. Component Matrix akan menunjukkan adanya korelasi variabel terhadap satu faktor bentukan (component) jika semua variabel diatas 0,5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Asumsi Faktor Analisis Dalam mengetahui faktor yang mempengaruhi pelanggan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar, maka digunakan lima faktor yang digunakan yaitu, Pendidikan, Jumlah Anggota Keluarga, Pendapatan, Pengeluaran Konsumsi Listrik dan Jumlah Barang Elektronik melalui pendekatan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Pengujian pertama dengan Kaiser Meyer Olkin (KMO) and Bartlett’s Test dapat dilihat pada Tabel 1 memperlihatkan hasil uji korelasi antar variabel. Tabel 1 . KMO and Bartlett’s Test Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. Bartlett's Test of Sphericity
Approx. Chi-Square Df Sig.
,753 165,950 10 ,000
Berdasarkan hasil uji Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy sebesar 0,753. Bartlett’s Test of Sphericity menujukkan nilai 165,950. Hasil ini didukung dengan nilai signifikan 0,000 sehingga variabel dinyatakan valid. Berdasarkan hasil tersebut, analisis dapat dilanjutkan dengan menggunakan Anti Image Matrices. Tabel 2 menjelaskan bahwa nilai MSA yang ditandai dengan huruf a, dimana hasilnya adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan : 0,913 > 0,5 2. Jumlah Anggota Keluarga : 0,285 < 0,5 3. Pendapatan : 0,772 > 0,5 4. Jumlah Barang Elektronik : 0,772 > 0,5 222
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 5. Pengeluaran Konsumsi Listrik : 0,723 > 0,5 Hasil perhitugan MSA secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2 Tabel 2 . Anti-Image Matrices Pendidikan Antiimage Covariance
Antiimage Correlation
Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan Jumlah Barang Elektronik Pengeluaran Konsumsi Listrik Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan Jumlah Barang Elektronik
Jumlah Anggota Keluarga
Pendapatan
Jumlah Barang Elektronik
Pengeluaran Konsumsi Listrik
,770
,059
-,071
-,079
-,046
,059
,878
-,186
-,032
,126
-,071
-,186
,401
-,109
-,145
-,079
-,032
-,109
,357
-,179
-,046
,126
-,145
-,179
,337
a
,071
-,128
-,151
-,090
,071
,285
a
-,313
-,058
,231
-,128
-,313
,772a
-,287
-,394
-,151
-,058
-,287
,772a
-,515
,231
-,394
-,515
,723a
,913
Pengeluaran -,090 Konsumsi Listrik a. Measures of Sampling Adequacy (MSA)
Berdasarkan hasil perhitungan MSA pada Tabel 2 hanya variabel jumlah anggota keluarga yang berada < 0,5 sedangkan variabel pendidikan, pendapatan, pengeluaran konsumsi listrik, jumlah barang elektronik > 0,5 sehingga semua valid sebagai faktor yang mempengaruhi pelanggan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar. Pengelompokkan Faktor Pengelompokkan faktor untuk melihat apakah kelima faktor independen dapat disederhanakan ke dalam satu atau beberapa faktor. Tabel 3 . Communalities Initial Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan Jumlah Barang Elektronik Pengeluaran Konsumsi Listrik Extraction Method: Principal Component Analysis.
1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Extraction ,462 ,960 ,788 ,796 ,805
Berdasarkan Tabel 3 menjelaskan hasil pengelompokkan faktor yaitu faktor yang mampu menjelaskan pendidikan sebesar 0,462. Jumlah Anggota Keluarga sebesar 0,960, Pendapatan sebesar 0,788, Jumlah barang elektronik sebesar 0,796 dan Pengeluaran konsumsi listrik sebesar 0,805. Karena beberapa variabel diatas 50 persen maka faktor tetap akan ditentukan. Faktor yang Mungkin Terbentuk Dalam menentukan seberapa banyak yang mungkin terbentuk dapat dilihat pada Tabel 4 Total Variance Explained 223
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 Tabel 4 . Total Variance Explained Initial Eigenvalues Component
% Of Variance
Cumulative %
1 2,767 55,337 2 1,044 20,882 3 ,672 13,436 4 ,295 5,896 5 ,222 4,448 Extraction Method: Principal Component Analysis.
55,337 76,219 89,655 95,552 100,000
Total
Extraction Sums of Squared Loadings % Cumulative Total of Variance % 2,767 1,044
55,337 20,882
55,337 76,219
Tabel 4 memperlihatkan besarnya varians yang mampu dijelaskan oleh faktor baru terbentuk adalah faktor satu yaitu Pendidikan sebesar 55,337 dan faktor dua yaitu Jumlah Anggota Keluarga sebesar 20,882 sedangkan Pendapatan, Jumlah barang elektronik dan Pengeluaran Konsumsi Listrik tidak terbentuk karena nilai eigenvalue < 1. Faktor pendidikan dan jumlah anggota keluarga merupakan faktor yang dominan mempengaruhi pelanggan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar. Faktor Loading Tabel 5 . Component Matrix Component Pendidikan Jumlah Anggota Keluarga Pendapatan Jumlah Barang Elektronik Pengeluaran Konsumsi Listrik Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 2 components extracted.
1
2
,640 ,154 ,869 ,892 ,885
-,228 ,968 ,179 -,029 -,150
Pada Tabel 5 menujukkan bahwa korelasi antar variabel independen dengan faktor 1 terbentuk adalah Pendidikan sebesar 0,640, Pendapatan sebesar 0,869, Pengeluaran Konsumsi Listrik sebesar 0,892 dan Jumlah barang elektronik sebesar 0,885. Sedangkan Jumlah Anggota Keluarga sebesar 0,154 tidak punya korelasi variabel yang kuat dengan faktor 1 terbentuk. Pada faktor 2 hanya jumlah anggota keluarga yang terbentuk sedangkan variabel lainnya berada dibawah 0,5 sehingga tidak mempunyai korelasi yang kuat terhadap faktor 2. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Faktor pendidikan, pendapatan, pengeluaran konsumsi listrik, jumlah anggota keluarga dan jumlah barang elektronik merupakan faktor berpengaruh terhadap keputusan pelangan listrik pascabayar tidak beralih menggunakan listrik prabayar. Sementara, faktor yang terjadi pembentukan yaitu, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga sedangkan pendapatan, pengeluaran konsumsi listrik, jumlah barang elektronik tidak terbentuk. Hal ini menujukkan bahwa pendidikan dan jumlah anggota keluarga menjadi faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pelanggan pascabayar yang tidak beralih menggunakan listrik prabayar. Profil masyarakat yang tidak mau beralih menggunakan listrik prabayar merupakan pelanggan dengan tingkat pendidikan terdidik yang berada dalam usia produktif, memiliki anggota keluarga 1 sampai 4 orang yang bekerja pada sektor formal berpenghasilan menengah keatas dengan menggunakan daya listrik menengah keatas antara 900 sampai 1300 Va. 224
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Volume 1 Nomor 1, Agustus 2016. Hal. 217-225 Saran PT PLN sebagai satu-satunya penyedia layanan energi listrik perlu meningkatkan sosialisasi mengenai keunggulan listrik prabayar. Diperlukan komunikasi yang baik antara pelanggan listrik yang masih menggunakan listrik pascabayar dengan pihak PT PLN karena kurangnya kepercayaan pelanggan mengenai manfaat dan kemudahan yang didapatkan dari penggunaan listrik prabayar menyebabkan rendahnya keinginan pelanggan listrik pascabayar untuk beralih menggunakan listrik prabayar. Sehingga dengan komunikasi yang baik diharapkan mampu mendorong pelanggan beralih menggunakan listrik prabayar maka perlu dilakukan sosialisasi mengenai keunggulan listrik prabayar oleh PT PLN khususnya yang berada di Kota Banda Aceh. PT PLN diharapkan dapat meningkatkan penyediaan listrik yang lebih baik karena permintaan listrik yang terus meningkat setiap tahunnya. Pelanggan sebagai pengguna energi listrik diharapkan dapat menggunakan energi listrik lebih efisien untuk membantu pemerintah mengatasi krisis ketenagalistrikan. DAFTAR PUSTAKA PT. PLN (Persero) Banda Aceh. (2016). Aninnas. (2013). Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku pelanggan Listrik Pascabayar Di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Provinsi DIY. Yogyakarta: Skripsi Program Sarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Ekasari, & Edwar. (2014). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Dalam Keputusan Menggunakan Listrik Prabayar. Jurnal Pendidikan Tata Niaga. H, S. T., Sudjana, B. R., & Kelana, S. (2005). Ekonomi Mikro : Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Iglesias, K. S. (2015). Analisis Konsumsi Listrik Rumah Tangga. Skripsi Program Sarjana Universitas Diponegoro. Lubis, & Nababan. (2011). Analysis of Factors Affecting Consumer Demand Electricity at Simple Household. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 2, 30-36. Rahardja, & Mandala. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi. Jakarta: FE Universitas Indonesia. Schiffman, L. G., & Leslie, L. K. (2004). Consumer Behavior, Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall Inc. Sigalingging, A. A. (2014). Perbedaan Tingkat Kepuasaan Pelayanan Listrik Pintar (Prabayar) Dengan Listrik Konvensional (Pascabayar) pada PT.PLN (Persero) Wilayah Sumatera Utara Ranting Medan Sunggul. Medan: Skripsi Program Sarjana Universitas Sumatera Utara. Yusgiantoro P. (2000). Ekonomi Energi : Teori dan Praktik. Jakarta: LP3ES.
225