rr
rssN i4l2-6982
Volume 13 Nomor 1 Juni 2015
JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya
khusus berisi tulisan-tulisan Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember, serta edisi telaah artikel' il*iur, t nt-g ceografi dan Pengajarannya, baik berupa hasil penelitian maupun
Ketua PenYunting Nugroho Hari Pumomo
\ilatil
Ketua PenYunting
Sukma Perdana PrasetYa
Anggota PenYunting Ketut Prasetyo Lucianus Sudaryono
${urtedjo Rindawati
Pelaksana Tata Letak Sri
Murlini
Alarnat Penyunting : Jurusan Pend.Geogratl FIS Universitas Negeri Surabaya
pes' 402' Fax' (031) 8281466 Ketiritang iurabaya, Geduig 1.4. Telp. (031) 82S0009' Webi tte ; u,wv,. eiurnal.utes&ac -id E4nail : nuei x@emaii'cont
f.r"p"r lA*
oleh Jurusan Pendidikan Geografi JURNAL GEOGMFI, Geografi Dun Pengajararrrrya, diterbitkan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya'
7 I
Volume 13 Nomor
1
Juni 2015
ISSN 14l2-6982
JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya
DAFTAR ISI
Rosalina
Kumalawati
Evaluasi Kesiapsiagaan Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menghadapi Banjir Lahar Pascaeruixi Gunungapi Merapi 2010 Di Kali Putih Kabupaten Magelang
Sudarmadji,
Yasin
dkk.
Yusup
Siti Fadjarajani,
As'ari
Ita Aristia
Adnan
Sri
Ruli
Sa'ida
Sofran
Murtini
I
-
13.
Inisiasi Emergency Response System Di Lokasi Wisata Minat Khusus Kalisuci, Gunungkidul, l5 - 25.
Sensitivitas Penduduk KRB II Dan III Gunungapi Merapi Terhadap Bahaya Awan Panas Selama Abad tX Dan XX,26-39. Zonasi Kawasan Bukit Sepuluh Ribu Sebagai Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kota Tasikmalaya (Studi Kasus Di Kecamatan Indihiang Dan Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya), 40 - 50. Kehidupan Masyarakat Suku Samin Di Kabupaten Bojonegoro, 51 * 59. Erosi Marin Sebagai Penyebab Kerusakan Lahan Kebun Di Kelurahan Takofi Kota Ternate, 60 -65. Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Untuk Media Pembelajaran Melalui Pendekatan Berbasis Masyarakat,66 -77
-
I JURNAL GEOGRAFT Ceografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 Volynre 13 Nomor
I
Juni 2015
EVALUASI KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BANJIR LAHAR PASCAERUPSI GUNUNGAPI MERAPT 2OTO DI KALI PUTIH KABUPATEN MAGELANG Rosalin* Kumalawati Program Studi Pendidikan Ceografi FKIP LINLAM Banjarmasin J'. Brigicn Flasan Basri Banjarmasin
Abslrak : Penelitian bertujtnn untuk nrcngevaluasi kesiapsiagoan nmsyarakat dan pefiErintafl dalant ntenghadapi banjir lahar pascaerupsi Gunungapi lfierapi 2010. Penelitian dilakukan di tiga keccunatan yaitu Kecamatan Srumbung Salam dan Nghwar. Pengunrpulan data printer dilakukon dengan cara survei dan wawqncara mendalam (in-depth interview). Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (B?BD), kesbangpolinmas, don Badan Pwat Statistik (BPS). Analisis hasil dilakukan secara etaplanatif terhadap temuan-temuan lapangan berdasarkan teori-teori yang telah ada. Hasil penelitian menuniukkan bahwa secara keseluruhan pemerintah di daerah peneliiion sudah ntelakukan persiapan yang cuhry baik, namun masih perlu melokukan perbaikanperbaikan. Perbaikan yang perlu dilakukan meliputi mitigasi struktural dan non struktural. Kesiapsiagaan pada masyarakat dinilai .masih kurang ditihat dari mhtinmya informasi mengenai bahaya dari banjir lahar kepada masyarapat. Masyarakat banyak yang tidak mengindahkan anjuran dari pernerintah unruk melakukan pengungsian ketika Gunungapi Merapi statusnya siaga terhadap banjir lahar. Kat a kunc i : Evaluas i, Kes iaps iagaan, Idasyarakat, p emerint ah, Banj ir Lahar
PENDAHULUAi\
panas. Bahaya sekunder adalah bahaya yang
lndonesia merupakan kepulauan yang
negara
memiliki 129 buah gunung
ditirnbulkan oleh aliran rombakan material lepas gunungapi yang bercampur dengan air
yang telah punah. Gunungapi Merapi di Jawa Tengah merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesi4 sehingga perlu untuk memantau Gunungapi Merapi di
Salah satu sungai yang berhulu di puncak Gunungapi Merapi yaitu Kali putih
administratif Provinsi
dan mempunyai potensi terkena banjir lahar.
berapi (aktif) dan sekitar 500 gunungapi
beberapa wilayah
hujan yang turun
di
puncak
den€,an
konsentrasi tinggi yang disebut dengan aliran lahar (Wahyono, 2002).
Yogyakarta. Kali Putih merupakan daerah bahaya bahaya vulkanik gunungapi Gunungapi Merapi tipe I yang terjangkau
Jawa Tengah dan bagian-bagian
Potensi
yaitu
bahaya
debris
primer dan bahaya sekunder. Bahaya
prirner
akan lebih berbahaya jika terjadi di daerah
dapat dibedakan menjadi dua,
flow.
Ancaman bahaya banjir lahar
langsung yang datar dan padat pemukiman. Salah satu disertai hamburan contoh yang terjadi yaitu di Kali putih
adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan yang biasanya
piroklastik, aliran lava, dan luncuran Alamat korespondensi
email:
:
alvan
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Luapan
bangu*** dam ]xmla*t p*ngringsi sekitar hlnti Fu{ih tTahei 1}.
bar:jir lahar merusak pemukiman di sekitar
Kali Putih (Gambar 1). Daftar
juurlah
di
daerah
se*itr Lalrar Pasca Erupsi Tabel 1. Daftar Rumall dan Jumlah Pengungsi yar:g Terker:a i 2010 -
Gunu
20ll
Rumah
Rumah
Desa
Robolr/Hanyqt
Rusak
Ber{t-
R,*r*t &"**k
Rinsa*
&xmah &xsak Pengungsi
-
Sedaag
-
1
36
Jumoyo Gulon Seloboro
1005
4
u:
2
ll
Sirahan
--005
58
Blongkeng-6:'-
Jumlah Surnber: BNPB, 17 Januari 201I
Gambar 1. Kondisi Rurnah Terendam Pasir Aki&sr Laher (Foto: Kumalarvati, ?01 i) Dampak banjir lahar akan lebih terasa jika
merupaka* d*sadesa ]-ang berada di
mengenai tempat tinggal ataupun tempat
sepanjang
penduduk melakukan aktivitas. Pertumbuhan
aiir** Kali Futih dengan tingkat kepadatan pe*d*dr"lk kxrang lebih sama
penduduk yang cepat, dapat mengakibatkan
dengan ti*gkat kepadatan
kebutuhan tempat tinggal meningkat (Tabel
2 dur3).
Tabel 2. Perbandin
No 1 2 3
Kecamatan
juga
semakin
penduduk
kecamatan.
Daerah penelitian atan Penduduk di
Kecanl@
Kepadatan di Kecamatan
Kepadatm di *aerah Penelitian
Jiw#Ha
li*alHa
Srumbung
8.34
8.65
Salam
,,3.46
I
Ngluwar
IJ.JJ
14.0?
J.+J
Sumber: BPS,2012
JURNALGEOGMFT'l'lotL:t{€,lJ'j\'*}#S&}'J{1Nr2015:l-lj
l_
Tabel3. Laju Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Daerah penelitian Laju Pernrmbuhan Penduduk
Kecamatan
Tahun 2000 -2010
I 2 3
Srumbung
0.9
Salam
0.55
Ngluwar
0.32
Sumber : BPS,20l2; Hasil Pengolahan,2012
Terjadinya banjir lahar
di
daerah
risiko bencana,
(3)
bangunan pengendali
penelitian seiring dengan peningkatan status
sedimen yang terdapat
Gunungapi Merapi. Peningkatan
perlu dievaluasi, karena saat ini kondisinya
status
di
daerah penelitian
Gunungapi Merapi direspon dengan cepat
sudah rusak terkena banjir lahar,
oleh pemerintah di daerah
masyarakat
penelitian.
(4)
pelan
perlu ditingkatkan
untuk
Pemerintah berupaya untuk meningkatkan
menghadapi bencana, dan
kesiapsiagaan pemerintah daerah dan
koordinasi antara pemerintah dan masyarakat
jiwa
agar kebijakan mitigasi secara non struktural
dan kerugian halta benda saat banjir lahar
dapat berjalan. Hasil evaluasi kesipasiagaan
terjadi. Kesiapsiagaan merupakan salah satu
dapat digunakan untuk perencanaan jangka
masyarakat guna meminimalkan korban
(5) perlu
adanya
panjang dalarn menyusun rencana kontijensi
Upaya peningkatan kesiapsiagaan menjadi
(contingency
sangat penting agar pada saat terjadi
lahar dapat dirninirnalkan.
plan) aga: risiko dari banjir
bencana, manusia dapat merespons dengan
jiwa
METODE PENELITIAN
dapat diminimalkan (Carter, 1991 dalam
Sartohadi,
Komponen kesiapsiagaan memegang
peranan penting dalam
dkk,20l4).
Evaluasi mendalam
evaluasi
mengenai
kesiapsiagaan pemerintah dan masyarakat
pemerintah
untuk menghadapi banjir lahar Gunungapi
dalam menghadapi banjir lahar Gunungapi
Merapi. Komponen kesiapsiagaan memiliki
Merapi menjadi topik yang sangat menarik
delapan parameter antara lain (l) pengetahuan mengenai bencana, (Z) kesepakatan formal dan informal, (3)
kesiapsiagaan masyarakat
dan
untuk dikaji. Menarik unt,rk
dikaji
dikarenakan (1) secara administrasi banjir
di Kali Putih sudah
jalur
sumberdaya pendukung, (4) manajemen arah
penghubung utama Yogyakarta-Semarang,
dan koordinasi dari operasi keadaan darurat,
(2) upaya mitigasi secara struktural dan non
(5)
struktural juga diperlukan untuk rnengurangi
perlindungan harta benda, (7) penyesua;an
lahar
memutuskan
:i
.:
t,,
upaya yang dilakukan pada fase prabencana.
cepat dan tepat sehingga jatuhnya korban
,:
perlindungan keselarnatan hidup, (6)
Komalawui, E,-aluasi Kesiapsiagaan Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menghadapi Banjir...
,lli
T
dan pemulihan,dan (8) identifikasi cepat aktivitas pemulihan (Sutton&Tierney dalam Herwiyanti &
uraian deskriptif.
Sudaryono,20l3).
HASIL DAN PEMBAHASAN
keadaan darurat
Parameter
yang digunakan
Indonesia). Hasil evaluasi disajikan dal-.m
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
untuk
di
mengukur kesiapsiagaan di daerah penelitian
secara keseluruhan pemerintah
ada lirna yaitu (1) pengetahuan bencana, (2)
penelitian sudah melakukan persiapan yang
kesepakatan
formal dan infc,rmal,
daerah
(3)
cukup baik, namun masilr perlu melakukan
sumberdaya pencukung, (4) rnanajemen amh
perbaikan-perbaikan. Perbaikan yang perlu
dan koordinasi dari operasi keadaan darurat,
dilakukan meliputi mitigasi struktural dan
(5) perlindungan keselamatan hidup. Lima
non struktural.
parameter yang dipakai tersebut diambil dari
masyarakat dinilai masih kurang dilihat dari
komponen kesiapsiagaan menurut Sutton dan
minimnya informasi mengenai bahaya dari
Tierney. Hanya diambil lima karena fokus
banjir lahar kepada masyarakat. Masyarakat
penelitian adalah kesiapsiagaan sebelum
banyak yang tidak mengindahkan anjuran
terjadinya bencana.
dari
Kesiapsiagaan
pemerintah
untuk
pada
melakukan
sampel bertujuan Qturposive sampling] untuk
ketika Gunungapi Merapi statusnya siaga terhadap banjir lahar.
menggali kesiapsiagaan masyarakat
Penjelasan lebih lanjut dari hasil penelitian
Teknik pengambilan sampel
adalah
dan
pengungsian
pemerintah dalam menghadapi banjir lahar
adalah:
Gunungapi Merapi. Data primer diperoleh
Kesiapsiagaan Pemerintah
melalui survei lapangan dan wawancara
Menghadapi Banjir Lahar
mendalam (in-depth interview) kepada
masyarakat
dan
pemerintah.
dalam
Kesiapsiagaan pernerintah dalam
Survei
menghadapi banjir lahar di daerah penelit.an
dilakukan pada semua kecamatan yang
secara keseluruhan sudah cukup bailq namun
dilalui Kali Putih yaitu
masih perlu adanya beberapa
Kecamatan
perbaikan.
Srumbung Salam dan Ngluwar. Wawancara
Perbaikan yang perlu dilakukan meliputi
mendalam dilakukan pada instansi pemerintah yang berkaitan erat dengan bencana yaitu BPBD, Kesbargpolinmas,
mitigasi struktural dan non struktural. Perbaikan yang perlu dilakukan meliputi
Pemda, Kepala Kecamatan hingga Kepala Desa. Data sekunder yang dibutuhkan adalah
mitigasi struktural dan non struktural.
a. Bentuk Mitigasi Struktural BanjirLahar
Bencana
data kependudukan dari BPS, dan peta dasar
Bahaya akibat erupsi gunungapi dapat
yang bersumber dari peta RBI (Rupa Bumi
berupa bahaya primer dan bahaya sekunder. Penanggulangan akibat bahaya primer dapat
JURNALGEOGRAFI, VOLUME
;,3,
NOMOR I, JUNI 2015 :
I - 13
dilakukan dengan cara pengungsian penduduk sebelum terjadi letusan, sefta sosialisasi mengenai bencana
untuk menanggulangi bencana banjir lahar di daerah penelitian.
erupsi
Lokasi bangunan Sabo DAM yang ada
gunungapi. Penanggulanagn bencana akibat
di
bahaya sekunder yang berupa banjir lahar,
miring (8-13%), landai atau agak miring (3
salah satunya dapat dilakukan dengan pegendalian alirrn lahar dengan membuat bangunan Sabo pada alur sungai yang
1Yo\, datar atau hampir datar (2 *
terjadinya lahar yang terbagi menjadi tiga
berpotensi mengalirkan lahar. Pengendalian
zona (produksi, transportasi dan sedimentas i)
bencana sedimen dilakukan dengan dasar
maka seharusnya bangunan Sabo DAM
bahwa penanganan dalam satu wilayah
sudah sesuai dibangun pada ketiga
sur:gai, satu manajemen (one river
tersebut. Tetapi, kondisi yang terjadi di
management).
Selain itu
untuk
daerah penelitiarr dibangun pada lereng
-
7%)
(Kurnalawati, 2014). Jika dilihat dari proses
Iapangan
zc,na
justru sebaliknya. Karena kekuatan
sistem
aliran banjir lahar yang sangat besar, bangunan Sabo DAM justru jebol dan
untuk
semakin membuat aliran menjadi semakin
pengungsian penduduk (Djamal dkk dalarn
besar. Ditambah lagi dengan adanya material
Permatasari, ?012).
yang berupa bongkahan, maka
menyelamatkan penduduk dari bahaya banjir
lahar, maka juga dikembangkan perkiraan dan pemberitahuan
dini
Pembuatan bangunan Sabo seperti
Sabo
bangunan
DAM yang ikut terbawa aliran
lahar
bangunan pengendali sedimen (check dorn),
dan menghantam bangunan pemukiman yang
kantong lahar (sand pocket),bendung pengendali dasar sungai (ground si/|
di
laluinya. Diperlukan perbaikan
dan
kanalisasi, perkuatan tebing
ulang untuk memperbaiki kondisi bangunan sabo DAM di daerah
dan lain-lain telah dilaksanakan pada l0
penelitian. Kondisi ketinggian juga sudah
di Gunungapi Merapi, yaitu Kali Pabelan, Kali Lamat, Kali Blongkeng, Kali Putih di lereng Barat, Kali Krasak dan Kali Batang di lereng Barat Duyu" Kali Boyong dan Kali Kuning di
berubah.
Material lahar yang terjadi pasca erupsi
Iereng Selakn, :erta Kali Gendol dan Kali
gunungapi Merapi (2010) sudah termasuk ke
di lereng Tenggara (Puspani, 2008 dalam Permatasari, 2Al2). Bangunan
dalam VEI 4, maka bangunan Sabo DAM tidak mampu lagi menahan aliran lahar, yang
pengendali sedimen merupakan salah satu
akhirnya meluap dan menerjang lingkungan
upaya mitigasi struktural yang dilakukan
di sekitarnya, termasuk banguran
tanggul,
kib,
sungai yang berhulu
Woro
perencanaan
Hal ini
dilakukan
untuk
rnengantisipasi kemungkinan terburuk, jika banjir lahar akan tedadi dengan kekuatan dan intensitas yang lebih besar.
permukiman yang berada di sepanjang aliran
Komalawati, Evaluasi Kesiapsiagaan Masyarokat Dan Pemerintah Dalam Menghadapi Banjir...
Kali Putih.
di tepi
Pembangunan tanggul yang ada
sungai
juga belurn dilakukarr
maksimal. Saat
ini, hanya
saja yang sudah
di
secara
beberapa lokasi
buat tanggul
(brortjongJ. Tanggul
ini hanya merupalan
upalra sementara untuk rnencegah luapan
banjir lahar.
Kenl'ataannya,
bangunan
permanen. Sebagian besar tanggul masih
bronjong tersebut rusak terkena banjir susulan yang terjadi di sepanjang Kali putih
dibuat dari tumpukan batu yang ditata
(Canrbar 2).
secara
Garnbar. 2. Tanggul di Sepanjang
b.
atirir@
Bentuk Mitigasi Struktural Bencana
ada
Banjir Lahar
desa dipilih sebagai responden,
di
daerah penelitian. Aparat pemerintah karena
Mitigasi adalah sebuah upaya yang
mereka mernpunlai \.ve\r€nang dan kebijakan
dilaku*ari unfuk rneminimafkan/ mengurangi
untuk memberikan pengarahan kepada warga
darnpak yang ditimbulkan oleh bencana.
serta mempunyai berkoordinasi secara langsung dengan pemerintah daerah
Mitigasi non-struktural merupakan
upaya
mengurangi dampak bencana dalam lingkup
setempat.
upaya pembuatan kebijakan
Setiap desa mempunyai persepsi masing-
seperli
pembuatan suatu peraturan, kebijakan,
masing mengenai upaya mitigasi
kesadaran, pegembangan
struktural yang dilakukan
pengetahuan,
non
untuk
kornitmen masyarakat serta berbagai upaya
menanggulangi bahaya banjir lahar di daerah
Iain yang dapt mengurangi damp;:k bencana.
penelitian. Upaya mitigasi non struktural
Untuk mengrtahui upaya mitigasi nonstruktural yang dilakukan oleh masyarakat di daerah penelitian, maka
yang dilakukan oleh masyarakat
penelitian, dengan
junlah
di
daerah
responden
sebanyak 30 orang dapat lihat pada Tabel 4.
dilakukan wawancara kepada masyarakat,
dirvakili oleh aparat pemerintah desa yang
JURNAL GEOGRAFI, VOLUME t3, NOMOR t, JUNI 20r5 :
I - t3
J
xo' D
a €
s
z
o tlJ
s t5
v,
x \s (B.
v, Ut
s
oo
e $
$ €s a
sF U a
$fl EgE€ E* sEs;
et g- r,S :+g ei+t
EE gHsil
! ($
\
=:
s
s
tr N
s hS s
€$x
gr EgEjg r;r
gf Es r
G
Egg
5;' A)= F. O' @l
9>t iri F) 5q IJ!
gH(D -.!. oa>
E_* ts6 ss 38e ox C9 o
Bl .6E
E
6-
g 7t
A}
ra *H
o o b
tr=.
r$ ra$$ SSEEF
D)Eu A, 5 Erda 7(
cr't' Ert
r 9--H
a3
E --A
O'Y
cr r #r c
tH !g(D
g= p^^i!,
lfr cA rac ES =d
+ s
A) A' -' D) g.c 3(D 'ct A'
e)
o
cr
IP
f.
o o i
tu
o
l=
cr
e,
U'
o
F)
c,
I
-E
cLr
t, 0
-'4, o.
k=
I'E lo
qr
l< ID' lar
oc
=.P 5'e. f;3q' "o;
c(!-' =Dr+
*l
oa
eq
-
?,
A'
0q
= F-
o
!)J
-F) \
D,5A'
=
3< (t a, =Q- qL (r.
A'
o,
ox ed 6f
2.
g
0
=i'
F)
=(}
itrL
{;r q3
saQ oa R
{
A'
:t
ii&
cr,
I
s,
1
d
A)
=ir
o
w? rE 3'7X .-r<{ d$, a -l ar
5S Aeg'5+ 5J TgB*E @r-.XiD)
-'cr>rE ttr(!Fia
,(.*
C I
k
F)
!,
A l
c-l
0q
dl
aD
EI
{
it,
TD
!,
0,
5'L,aCt c)OE!J aro-5(ta IA)000e P){A'E
E.
=-!,
te a= e-
b.5 rF E E' E'5 i3 q
@
tBa f fl H'E* x : flfi. $ a E' S iE B RIb'
tr $
cr6|1<
frE I{ I
D'
*il
=:
$
-o'o (!(D(D6!:i
=o E Urr E €,$F =d E'B oi+
S Fx i 8E"f a;f s
EE *E
='u 59 p5 oa(! a!l
A, qt
tt
z
o,
ts
U7
o,
4.5
=q
=.
9= $B
E
E.
a-
F
o FI 5l A) at sl
=l r!l al EI
OI
5l
oo tJ
N) \O-SO\{
N)
l.J U)
N)
OO
N) oo
lJ
t.) oo
Or-OTTOOO<>O-.IUJ
u)
o.
t\)
t!l
r!
o
r!
oo o(r\)-6!'?SN)g^g]9tJtrN)5\o_ ocr-ro\ F bb bbLr-" Lr o.6ii
5La
0
G
o,ir
I;
q!,
\i"
ou)ooo\ X;XEI
oooo
5;EE
\U
I
o o
0,
(
l)
Kesediaan relokasi
jika terjadi banjir
rnenghadapi bencana yang terjadi di
lahar, hanya disetujui oleh 3 orang (10%), sedangkan
27 orang {90%) tidak setuju
daerah sekitar mereka.
3) Usaha yang dilakukan agar banjir
tidak berdampak buruk bagi warga yang
dengan upaya relokasi. Penduduk lebih
memilih tetap tinggal
di
tinggal di daerah bencana, sebagian be:;ar
daerah asal,
rneskipun berada pada daerah bahaya. Jika
masyarakat rnenginginkan
pembuatan
direlokasi, mereka khawatir tidak akan
tanggul sungai yang
diperkuat,
memperoleh kehidupan yang lebih baik.
normalisasi sungaio sefia memberikan
Penduduk cenderung mempertimbangkan
informasi kepada masyarakat
masalah ekonomi dan kenyamanan hidup.
prosedur tetap (protap)
Belum tentu jika pindah di
menanggulangi bencana banjir lahar.
lebih aman
lari
te
rnpat yang
bahaya, rnereka akan
4) Penierintah
di
tentang upaya
kabupaten/kota sudah
memperoleh kehidupan ekonomi yang
rnembentuk pusat pengendalian operasi
lebih baik. Perlu adaptasi cukup
penanggulangan bencana, tetapi sebagian
larna
untuk menyesuaikan dengan kondisi yang
besar warga belum
baru. Penduduk yang setuju direlokasi,
keberadaan dan kinerja nya. Sebag.an
,nereka beranggapan bahwa
bencana maka kerugian
2)
lahar
akan
jiwa dan harta
jika
mengetahui
besar warga kurang paharn dengan kinerja
terjadi
dari
mengakibatkan
lembaga
yang dibentuk
oleh
pemerintah tersebut.
benda.
Perlu wadah atau lembaga
yang
5)
Pemerintah kabupaten/kota
sudah
membantu masyarakat untuk mengatasi
melakukan sosialisasi mengenai sistem
banjir, secara keseluruharr
(100%)
peringatan bencana. Pemerintah selalu
responden setuju dengan adanya wadah membantu
bijak dalarn memberi penyuluhan peringatan juga tempat pos-pos
masyarakat dalam mengatasi banjir lahar
pengungsi, apabila tejadi banjir lahar
di
sudah dilakukan sosialisasi, dan infonnasi
atau lembaga yang dapat
daerah penelitian. Sebagian besar
responden menjawab sangat memerlukan pengarahan dan simulasi mengenai upaya
dengaa HT.
6) Upaya yang seharusnya dilakukan oleh
dan
menanggulangi bencana banjir lahar untuk
pemerintah kabupaten/kota
mengurangi risiko, mengurangi korban
masyarakat
jiwa dan harta benda serta siaga dalam
bence*a
menghadapi bencana. Masyarakat membutuhkan penyuluhan dan
a) Melakakan sosialisasi
pergarahan agar
tidak panik
saat
lembaga
xntuk mengurangi risiko
baljir
lahar diantaranya yaitu
:
pada
masyarakat mengenai bagaimana cara ille*c€gah j atuhnya korban.
JURNALGEOGMFI, VOLUME
13, ?TOE{OR
I, JUNI 2015 :
I.13
L
b)
c)
Mengadakan pelatihan dan sirnulasi
sekarang sudah rusak lagi, karena tanggul
tentang bagaimana
yang di bangun belurn pennanen. Tanggul
rnenghadapi
bencana alam khususnya beucana
hanya
banjir lahar.
batu yang ditata dan
Membuat jaringan informasi dini (early warn ing sys te nt) tentanggejala terjadinya bencana banjir lahar.
7) Bangunan tanggul sungai apakah sudah dapat mengurangi
risiko
banjir
lahar,
sebagian besar warga berpend:pat bahwa
di masukkan
dal.rm
kawat). Saat terjadi banjir, tanggul rusak ter
gerus aliran banjir.
Upaya rnitigasi norl stuktural yang dilakukan masyarakat dan pemerintah juga
dilakukan dengan memasang
poster
rnengenai bahaya banjir lahar dan cara untuk
yallg ada, dapat menanggulangi banjir lahar. Tetapi
rumah warga? huntara, serta lokasi yang
sebagian warga yang menganggap bahwa
strategis dan mudah
bangunan tanggul belurn berfungsi secara
orang (seperti tempat ibadah, pos karnpling
maksimal untuk mengurangi dampak banjir lahar, karena banjir lahar tetap
kantor kalurahan). Mitigasi non struktural dapat dilakukan secara bersama-sama antira
meluap ke pemukiman warga.
masyarakat
Pembangunan Sabo DAM yang telah ad4
dapat berperan dalam manajemen bencana
menurut sebagian masyarakat sudah dapat
yang bertujuan untuk memitigasi dampak
menanggulangi baniir lahar, karena dapat
bencana banjir lahar (lihat Gambar 3 dan 4).
bangunan tanggul
8)
di buat dari 'bronjong, (tumbukan
menghambat aliran lahar.
Ada
sebagian
mengatasinya. Poster
di
di
pasang
di
rumah_
akses oleh banyak
dan pemerintah.
Masyarakat
Upaya mitigasi non struktural lebih
yang tidak setuju atau kurang sependapat
efektif jika dilakukan dengan
dengan pema.rfaatan sabo
karena
memberikan pengarahan atau sosialisasi
material-material banjir masih meluap ke
pemukiman warga. Pemanfaatan sabo
terhadap warga rnasyarakat. Sebaiknya pemerintah setempat melakukan Focus
DAM memang harus di evaluasi kembali,
Group Diseussion (FGD) dengan masyarakat
karena bangunan sabo banyak
dan aparat pemerintah desa. Hal
DAM,
yang
ini
cara
al.an
lanyut terbawa arus lahar dan menerjang
sangat bermanfaat untuk berdiskusi serta
pemukiman.
menampung usulan
9) Pemerintah sudah melakukan perbaikan tanggul sungai
di
dari masyarakat. Agar masyarakat semakin tanggap terhadap bencana yang terjadi di sekitar merek4
Kali putih untuk mengurangi risiko banjir lahar. Menurut \l,arga, pemerintrh sudah
aliran Kali Putih. Pemasangan poster atau
melakukan perbaikan tanggul yang berada
spanduk, sebaiknya perlu ditambah dengan
di
penjelasan
sepanjang
sepanjang aliran
Kali putih.
Tetapi,
khususnya bencana banjir lahar
dari pemerintah
di sepanjang
setempat. Jika
Komalawail, Evaluasi Kesiapsiagaan lviasyarakat Dan Pemerintah Dalam Menghadapi Banjir...
r
hanya dipasang
di
beberaPa ternpat strategls.
seksantil- upilva ti;rsebtlt kLlrallg lllilksilllal
nanrun tidak dibaca se(a dipaliarni secara
G",nb"t 3. Upaya Mitigasi Non Struktural di Daeralt
(Peta Daerah Rawan banjir
Lahar di Desa Sirahan) (Kumalar'vati, 201 I)
l0
JURNALGEOGRAFI, YOL{J|'IE t3. NOtufAR l.
Juivl
2015 :
I - l3
I lil :.i:.
:i;
tii
Kesiapsiagaan Pemerintah dalam rnenghadapi banjir lahar di daerah penelitian
perlengkapan. Setnua desa yang rawall ba
secara keseluruhan sudah cukup baik dengan
arah
jir
Iahar di daerah penelitianjuga sudah terdapat
adanya perbaikan berupa mitigasi struktural
jalur evakuasi dan posko pengungsian. Tanda dapat dengan mudah dilihat oleh
dan non struktural seperti yang sudah dilakukan di atas. Komponen berupa
masyarakat sehingga akan lebih rnempermudah dan mernpercepat proses
fonnal dan
infonnal,
evakuasi. Logistik berupa dapur umuln,
sumberdaya pendukung, manajcmen arah dan koordinasi oari operasi keadaan darurat
MCK dan kebutuhan air bersih disalurkan ke posko-posko pengungsian atau Huntara (lihat
sudah sangat jelas yang didukung dengan
Gambar 5).
kesepakatan
ketersediaan data dasar yang cukup lengkap
di posko SATLAK PBP. Data yang dapat
Koordinasi dengan pemerintah pusat
dan pemerintah daerah sudah
terbentuk
lain peta daerah terdarnpak
dengart baik. Sistem penyebaran data oan
letusan dan banjir lahar Gunungapi Merapi,
infonnasi menggunakan sistem satu pintu'
diakses antara
kumpul pengungsi tiap kecamatan, peta lokasi dan jalur evakuasi, peta lokasi peralatan pemantauan di Gunungapi Merapi, jumlah kendaraan yang
Informasi terpusat di Posko SATLAK PBP,
tersedia dan nama pemilik kend:raan untuk
yang tidak sesuai dengan fakta dilapangan,
evakuasi, jumlah penduduk sesuai kriteria di
terkait dengan banyaknya isu yang beredar
wilayah pengungsian, kebutuhan sarana dan
mengenai banjir tahar di daemh penelitian.
peta lokasi
prasarana
titik
bila di
daerah maka Yang wajib
mengeluarkan adalah Camat. lnfornrasi satu
pintu bertujuan untuk meminimalkan berita
per lokasi evakuasi, data rekap
lokasi pengungsi dan
kebutuhan
(Kumalawati' 201 1) Gambar 5. Lokasi Huntara (Hunian Sementara) di Daerah Penelitian
Komalowati, Evaluasi Kesiapsiagaan Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menghadapi
Baniir.. I I
iil
L
Kesiapsiagaan Masyarakat
dalam
Menghadapi Banjir Lahar
pangkalnya (Abdul Wahid, 20t
I
dalam
Zamroni,20l l).
Banjir lahar berdampak pada berbagai
Masyarakat di daerah penelitian dinilai
segi kehidupan manusia. Besamya dampak
masih kurang siap dalam rnenghadapi banjir
banjir lahar tergantung dari kesiapsiagaan
lahar, Kesiapsiagaan pada masyarakat dinilai
pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan
masih kurang dilihat dari
dari hasil survey lapangan dapat diketahui
informasi mengenai baha1,,a dari banjir Iahar
di daerah pent.litian lebih
kepada masyarakat. Masyarakat banyak yang
tenang dan tidak panik. Masyar-akat masih
tidak rnengindahkan anjuran dari pemerintah
beraktivitas seperti biasa ketika
untuk melakukan
bahwa masyarakat
status
minimnya
pengungsian ketika
dinaikkan menjadi waspada. Masyarakat
Gunungapi Merapi statusnya siaga terhadap
mempunyai kepercayaan sendiri tentang
banjir lahar. Harapannya kesiapsiagaan
tanda-tanda erupsi Gunungapi Merapi yaitu
masyarakat akan lebih rneningkat den5an
dari rnitos (pengetahuan lokal)
rnasyarakat diberikan sosialisasi dan simulasi
yang
berkembang di sekitar masyarakat.
Pengetahuan
terkait banjir lahar Gunungapi Merapi oleh
lokal diproduksi
oleh
pemerintah daerah, dan dengan adanya tanda
kelompok dominan pada waktu lampau,
arah jalur evakuasi serta
sedangkan pengetahuan modem banyak
pengungsian yang sudah ditentukan agar
diterapkan oleh kelompok pad;r saat ini.
lebih memudahkan masyarakat saat evakuasi.
titik
lokasi
Pemaknaan atas fenomena alam dalam hal ini
Gunungapi Merapi terjadi bukan hanya
SIMPULAN
antara masyarakat lokal di sekitar Gunungapi
l. Salah satu aspek penting dalam menghadapi banjir lahar adalah
Merapi dengan pihak luar melainkan juga
antara sesama masyarakat Gunungapi Merapi
di
sekitar
itu sendiri. Seperti
yang
terjadi pada masyarakat lokal di Kecamatan Srumbung, terdapat kearifan lokal, ketika akan terjadi gunung meletus biasanya ada
kesiapsiagaan,
2. Kesiapsiagaan digunakan untuk meminimalkan jumlah korban jiwa dan kerugian,
3. Peningkatan kesiapsiagaan
harus
benang merah lurus yang mengarah pada
dilakukan bersama-sama oleh masyarakat
Gunungapi Merapi. Benang merah tersebut
dan pemerintah,
bukan
dari
layang-layang p,utus
dan
4. Kesiapsiagaan pemerintah
dalam
kemudian mernbentang, tetapi menjadi
menghadapi
pertanda akan ada letusan. Jika dirunut
penelitian secara keseluruhan sudah
benang tersebut
t2
tidak ditemukan
ujung
banjir lahar di
daerah
cukup baik,
JURNALGEOGMFI, VOLUME
Ii,
NOMOR t,
JUNI
20t5
: I - I3
I it'
5. Kesiapsiagaan masyarakat dinilai
masilr
kurang dilihat dari minirnnya informasi mengenai bahaya dari banjir lahar kepada
masyarakat. Masyarakat banyak yang
tidak
mengindahkan anjuran dari
pemerintah untuk melakukan pengungsian
Psikologi Kepribadian dan Vol.2 No. 0l 2013.
Sosial.
Kumalawati, R., 2014. Pengelolaan Daerah Rawan Bencana Lahar Pascaerupsi Gunungapi Merapi 2010 di Kali Putih Kabupaten Magelang. Disertasi. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
ketika Gunungapi Merapi statusnya siaga
Permatasari
terhadap banjir lahar.
6. Berbagai upeya untuk
meningkatkan
kesiapsiagaan di daerah penelitian dengan
adanya perbaikan-perbaikan
sudah
Evaluasi
di
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Iesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
dilakukan,
7.
A.L, ?AD.
Pengembangan Wilayah Pemukiman Berbasis Analisis Risiko Banjir t ahar Daerah Sepanjang Kali Putih,
lvtanajemen dan stok logistik pada daerah
penelitian yang terancam banjir lahar
Sartohadi, J., Pratiwi. E.S., 2014. Bunga
Rampai Penelitian.
Pengelolaan
Bencana Kegunungapian Kelud pada
harus dipersiapkan sebelum bencana
Periode Krisis Erupsi 2014. Pustaka
terjadi.
Pelajar. Yogyakarta
Wahyono, S.A., 2002. Ifujian Tingkat Risiko
DAFTAR PUSTAI(A
BMB.,
2011. Peta Lokasi Desa Terdampak
Banjir Lahar Dingin Gunung Merapi Di Wilaluh Propinsi Jawa Tengah.
http://bnpb.go.id/ird diakses Januari 201 l.
17
BNPB., 2011. Panduan Perencanaan Kantinjensi Menghadapi
Bencana,
Edisi-2.
BPS., 2012. Kecamatan Dalam Tahun 2010/2011. Magelang
Bahaya Vulkanik Melalui Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis Lokasi Kasus Lereng Selatan Gunungapi Merapi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa
Yogyakarta. Tesis. Mada.
Zamroni, M.I., 2011. Islam dan Kearifan Lokal dalam Menanggulangi Bencena
di
Angka
:
Program
Pascasarjana Universitas Gadjah
Jawa. Jurnal
Penanggulangen
Bencana. Volume 2 Nomor 1.
BPS
Kabupaten Magelang. ii:
:
BPS., 2012. Kabupaten Magelang Dalam Angk;a Tahun 2AI0/2011. Magelang :
::. :a',
BPS Kabupaten Magelang.
Herdwiyanti, Firna, Sudaryouo. 2013. Perbedaan Menghadapi Kesiapsiagaan Menghadapi Bencana Ditinjau dari Tingkat Self-Efficacy pada Anak Usia Sekolah Dasar di Daerah Dampak Bencana Gunung Kelud. Jurnal
Komalawati, Evaluosi Kesiapsiagaan Masyarakat Dan Pemerintah Dalam Menghadapi Banjir...
l3