8 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN TERHADAP KEMAMPUAN IBU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL OTONOMI
TODDLER
1)
Esti Widiani1, Ahsan2, Lilik Supriati3 Fak. Ilmu Kesehatan, Universitas Tribhuwana Tunggadewi 2) Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 3) Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Health problems especially psychosocial development become one of the issues that need attenttion, so that the efforts to improve health throughout the life span is necessary. The critical periods which require stimulation are the toddler or child. The purpose of this research is to obtain an overview about the Effect of Health Education towards Mother Ability in Stimulate the Toddler Autonomy Psychosocial Development. The study design used pre-experimental design with pre-post test approach. The technique used for sampling in this study is simple random sampling with 26 samples obtained. The results showed that there were no differences in maternal ability scores in stimulating psychosocial development of autonomy before and after health education with a p-value of 0.09 (p> 0.05). The mother's ability to stimulate the autonomy psychosocial development able to increase significantly with health education meetings conducted more than 1 (one) in sufficient time to be able to practice ways of direct stimulation that nurses taught. Keyword: Mother Ability, Health Education
ABSTRAK Masalah kesehatan khususnya perkembangan psikososial menjadi salah satu masalah yang perlu untuk diperhatikan, sehingga perlu upaya peningkatan kesehatan sepanjang rentang kehidupan. Masa kritis yang memerlukan stimulasi diantaranya yaitu usia toddler atau kanakkanak. Tujuan dalam penelitian ini adalah memperoleh gambaran tentang Pengaruh Penyuluhan Kesehatan terhadap Kemampuan Ibu dalam Menstimulasi Perkembangan Psikososial Otonomi Toddler. Desain penelitian yang digunakan adalah pre experimental design dengan pendekatan pre-post test.. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah simple random sampling dengan didapatkan 26 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan skor kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan psikososial otonomi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan dengan nilai p 0,09 (p>0,05). Kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan psikososial otonomi ini dapat meningkat secara signifikan dengan pertemuan penyuluhan kesehatan dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam waktu yang cukup untuk bisa mempraktikkan cara-cara stimulasi secara langsung yang diajarkan perawat. Kata kunci: Kemampuan Ibu, Penyuluhan Kesehatan
9 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
PENDAHULUAN
keluarga, keterbatasan pengetahuan orang
Toddler atau kanak-kanak merupakan
tua
tahapan perkembangan psikososial kedua
perkembangan, stres dan depresi orang
setelah infant dimana berada pada rentang
tua,
usia
tahun
mengasuh anak dimana juga dipengaruhi
(Keliat et al., 2011). Perkembangan
oleh jumlah dan urutan anak (Brown et
psikososial
al., 2009), dan perceraian orang tua (da
18
bulan pada
sampai tahap
3 ini
disebut
otonomi versus ragu-ragu dan malu
terutama
ibu
pengalaman
tentang orang
stimulasi
tua
dalam
Figueiredo, 2012).
(autonomy versus doubt and shame) (Sacco, 2013).
Tidak
mencapai
semua
mampu
Anak yang tidak mampu mencapai
psikososial
perkembangan psikososial otonomi akan
anak
perkembangan
mengalami doubt and shame atau ragu-ragu
otonomi ini dengan baik.
dan malu (Sacco, 2013; Osborne, 2009). Prevalensi masalah psikososial seperti
Malu
merupakan barometer emosional
gangguan emosional sebesar 10% dan
yang menjadi kunci dari orang merasa
gangguan tingkah laku pada anak sebesar
layak atau tidak di hadapan orang lain
19 % (Jellinek et al., 1999 dalam Polaha et
(Dickerson et al., 2004; Dickerson &
al., 2010). Studi lain mengatakan bahwa
Kemeny, 2004; H. B. Lewis, 1971; M.
prevalensi masalah psikososial pada anak
Lewis, 1992; Tangney & Fischer, 1995
usia 2-6 tahun sebesar 39,8% (Tarshis et
dalam Mills et al., 2010). Malu merupakan
al., 2006).
hal yang penting pada perkembangan normal
individu,
membantu
untuk
mempengaruhi
memotivasi perilaku yang dapat diterima
perkembangan psikososial otonomi pada
secara sosial (Mills et al., 2010). Pada anak
kanak-kanak
perkembanagan
ketika malu menjadi emosi yang dominan,
tersebut bisa tercapai dengan baik antara
hal tersebut bisa menjadikan perilaku
lain genetik dan lingkungan (Wang &
individu yang maladaptif (Barrett, 1998;
Saudino, 2012). Faktor lingkungan yang
M. Lewis, 1992; Schore, 1996 dalam Mills
berpengaruh
et al., 2010). Malu pada akhirnya bisa
Faktor
penting
yang agar
salah
satunya
adalah
keluarga. Faktor keluarga ini meliputi
menjadi
faktor
resiko
terjadinya
status ekonomi keuarga rendah (Kartner
kecemasan dalam interaksi sosial pada
et al., 2011), tingkat pendidikan orang tua
anak termasuk didalamnya kecemasan
terutama ibu, kesibukan orang tua dan
berpisah (separation anxiety) dengan orang
10 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
tua (Mills, 2005 dalam Michail &
anak dengan penolakan sekolah (Masi et
Birchwood, 2013).
al., 2001).
Prevalensi gangguan kecemasan pada anak-anak
menurut
Costello et al.,
Stuart
(2013),
mengenalkan
upaya
(2005); Velting et al., (2002) dalam Drake
pencegahan gangguan jiwa melalui tiga
&
10%.
level yaitu primer, sekunder dan tersier
Prevalensi separation anxiety pada anak
yang diuraikan dalam empat tingkat
pada studi yang lain ditemukan sebesar
tindakan psikatirik yaitu krisis, akut,
4 % dan 50-75 % anak dengan separation
pertahanan
anxiety disoders berasal dari status sosial
Upaya promosi dilakukan sebagai upaya
ekonomi yang rendah (Masi et al., 2001).
meningkatkan
Menurut Shear et al., (2006) bahwa
kualitas hidup dan kesejahteraan. Upaya
prevalensi anak- anak dengan separation
promosi dilakukan sepanjang hayat, sejak
anxiety disoders sebesar 4,1%.
masa konsepsi bahkan sebelum terjadinya
Ginsburg
(2012)
sebesar
dan
promosi
dan
kesehatan.
mempertahankan
pernikahan sampai pada usia lansia, Anak
yang
mengalami
kecemasan
dilakukan
sesuai
dengan
dan
tingkat
berpisah memiliki resiko besar akan
pertumbuhan
perkembangan
mengalami gangguan mental di tahap
manusia dari bayi sampai dengan lansia
perkembangan berikutnya (Biederman et al., 2005; Lewinsohn et al., 2008 dalam
Stimulasi
Santucci
mengoptimalkan
&
Ehrenreich-May,
2013).
yang
tepat
dapat
perkembangan
anak
Dalam penelitian lain dikatakan bahwa
(Depkes, 2005). Salah satu cara untuk
efek yang diakibatkan pada anak yang
upaya promosi kesehatan jiwa adalah
mengalami kecemasan berpisah adalah
dengan
gangguan tidur (Oxford et al., 2013).
menstimulasi perkembangan anak yaitu
Selain itu anak juga bisa mengalami
dengan penyuluhan kesehatan. (Hall et al.,
penolakan sekolah (school refusal) pada saat
2014; Townsend, 2014).
mengajarkan
ibu
agar
bisa
anak masuk usia sekolah. Penolakan sekolah dilaporkan pada sekitar 75 % dari
Penyuluhan kesehatan pada ibu-ibu yang
anak-anak dengan kecemasan berpisah,
diberikan
dapat
meningkatkan
dan
kemampuan
kognitif
ibu
perawatan
anak
kecemasan
berpisah
dilaporkan
terjadi sampai dengan 80 % dari anak-
usia
tentang toddler.
Bertambahnya kemampuan kognitif ibu
11 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
tentang bagaimana memberikan stimulasi
dilakukan satu kali pertemuan selama 60
perkembangan anak ini akan membuat
menit
ibu secara emosional menjadi lebih baik.
menjadi satu kelompok.
dengan
responden
dijadikan
Perbaikan pada emosional ibu ini akan membuat kondisi ibu secara fisik menjadi
Variabel
lebih baik. Sehingga pada akhirnya
penelitian
perilaku ibu dalam merawat anak menjadi
kesehatan. Variabel dependent (terikat) pada
lebih
memberikan
penelitian ini yaitu kemampuan ibu dalam
stimulasi perkembangan yang tepat pada
menstimulasi perkembangan psikososial
anak usia kanak-kanak (Hall et al., 2014).
otonomi. Tempat penelitian di Posyandu
baik.
Ibu
dapat
independent ini
(bebas)
adalah
dalam
penyuluhan
Melati RW II Tlogomas Malang. Populasi Penelitian
ini
bertujuan
untuk
dalam penelitian ini adalah ibu yang
memperoleh gambaran tentang Pengaruh
mempunyai anak usia toddler. Teknik yang
Penyuluhan
terhadap
digunakan untuk pengambilan sampel
Kemampuan Ibu dalam Menstimulasi
dalam penelitian ini adalah simple random
Perkembangan
sampling dengan didapatkan 26 responden.
Kesehatan Psikososial
Otonomi
Toddler.
METODE PENELITIAN
Instrumen
yang
digunakan
mengukur
kemampuan
ibu
untuk dalam
menstimulasi perkembangan psikososial
Penelitian ini menggunakan desain pre
otonomi dengan menggunakan kuesioner
eksperimental dengan pendekatan pre-post
yang merupakan modifikasi dari Infant-
test, dimana penelitian ini terdapat 1 (satu)
Toddler Child Care HOME Inventory yang
kelompok perlakuan. Pre test dilakukan
sebelumnya telah dilakukan uji validitas
sebelum intervensi , sedangkan post test
menggunakan Korelasi Product Moment
dilakukan
14 hari setelah pemberian
dengan nilai r lebih besar dari r tabel (r >
intervensi. Intervensi yang diberikan yaitu
0, 602) dan uji reliabilitas dengan nilai
penyuluhan
Alpha Cronbach sebesar 0,957.
kesehatan.
Penyuluhan
Analisis
kesehatan yang diberikan berupa stimulasi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
perkembangan dengan materi prinsip
dependent T Test untuk menguji perubahan
stimulasi,
kemampuan ibu baik sebelum maupun
stimulasi
aspek
motorik,
stimulasi aspek kognitif dan bahasa, stimulasi aspek psikososial otonomi ini
sesudah diberikan penyuluhan kesehatan.
12 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
pada anak secara baik. Urutan anak
HASIL Berdasarkan Tabel 1 diketahui sebagian besar pendidikan ibu
SMP sebanyak
10 orang (38,5%), SMA sebanyak 10 orang (38,5%) dimana sebagian besar pendidikan ibu merupakan pendidikan
sebagian besar
1 (satu) sebanyak 14
orang (53,8%). Tabel 1 Karakteristik Responden Ibu di Posyandu Melati RW II Tlogomas Malang
menengah. Pendidikan yang baik akan mendukung
kemampuan
ibu
dalam
menstimulasi anak.
14 orang (53,8%). Ibu tidak bekerja akan banyak
waktu
untuk
menstimulasi perkembangan anak. Pendapatan
keluarga
sebagian
besar
rendah sebanyak 16 orang (61,5%) dimana pendapatan keluarga yang rendah dikhawatirkan dapat berdampak pada pada pemenuhan nutrisi yang bergizi yang dapat
mempengaruhi
perkembangan
anak. Status
pernikahan
Kategori
Pendidikan
Sebagian besar ibu tidak bekerja sebanyak memiliki
Variabel
yaitu
menikah
sebanyak 26 orang (100%) dimana ibu yang mendapat dukungan suami secara
SD SMP SMA PT Total Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Total Pendapatan Rendah Tinggi Total Status Tidak Pernikahan Menikah/Cerai Menikah Total Jumlah Satu Anak Dua Tiga Empat Total Urutan Satu Anak Dua Tiga Empat Total
(N=26) N % 2 7,7 10 38,5 10 38,5 4 15,4 26 100 14 53,8 12 46,2 26 100 16 61,5 10 38,5 26 100 0 0 26 26 14 9 3 0 26 14 9 3 0 26
100 100 53,8 34,6 11,5 0 100 53,8 34,6 11,5 0 100
umum lebih baik dalam memberikan stimulasi pada anak. Jumlah anak yang dimiliki sebagian besar 1 (satu) anak sebanyak 14 orang (53,8%). Jumlah anak yang dimiliki cukup tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan ibu memberikan stimulasi perkembangan
Berdasarkan Tabel 2 rata-rata skor kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan
psikososial
otonomi
sebelum intervensi 52,92 (standar deviasi 5,56) dimana skor tersebut menunjukkan kemampuan ibu cukup mampu dengan
13 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
skor terendah 43 dan skor tertinggi 63.
menstimulasi perkembangan psikososial
Rata-rata skor kemampuan ibu dalam
otonomi sebelum dan sesudah diberikan
menstimulasi perkembangan psikososial
penyuluhan kesehatan dengan nilai p 0,09
otonomi sesudah intervensi mengalami
(p value >0,05) serta nilai t hitung > t
peningkatan
tabel (-1,766 > -2,055).
deviasi
menjadi
6,15)
dimana
53,46
(standar
skor
tersebut
menunjukkan kemampuan ibu cukup mampu dengan skor terendah 43 dan skor tertinggi 64.
(N=26) Pre Post 52,92 53,46 6,03 6,15 43-63 43-64
Mean St. Deviasi Min-max
Tabel 3. Analisa Data Perubahan skor kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan psikososial otonomi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan Di Posyandu Melati Rw II Kelurahan Tlogomas Kota Malang Uji Statistik Dependent T Test
Selisi 95% h CI -0,538 -0,09 s.d 1,16
Berdasarkan Tabel statistik
tidak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak
Tabel 2. Distribusi Kemampuan Ibu dalam Menstimulasi Perkembangan Psikososial Otonomi Sebelum dan Sesudah Intervensi di Posyandu Melati RW II Tlogomas Malang Hasil
PEMBAHASAN
terdapat
t 1,76 6
p value 0,09
3 secara perbedaan
bermakna skor kemampuan ibu dalam
terdapat
perbedaan
skor
kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan sebelum
dan
psikososial
otonomi
sesudah
diberikan
penyuluhan kesehatan dengan nilai p 0,09 (p>0,05). Penyuluhan kesehatan tentang pemberian stimulasi yang diberikan dengan 1 (satu) kali pertemuan selama 60 menit dilakukan dengan cara memberikan penjelasan pada ibu tentang stimulasi dan dilanjutkan dengan
tanya
jawab.
Penyuluhan
kesehatan ini dilaksanakan dengan peserta hanya diberikan penjelasan dan tanya jawab saja, tidak ada kesempatan ibu untuk
mencermati
stimulasi
yang
dilakukan di rumah sudah benar atau belum, tidak ada kesempatan untuk mempraktekkan langsung bagaimana cara memberikan stimulasi pada anak di depan perawat, dan waktu yang terbatas hanya satu kali pertemuan membuat ibu sulit untuk melakukan stimulasi yang benar
14 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
ketika berada di rumah. Kemampuan ibu
kesehatan hanya mendapatkan tambahan
dapat meningkat secara signifikan ketika
pengetahuan saja tanpa mempraktikkan
pertemuan dilakukan lebih dari 1 (satu)
secara langsung sehingga kurang bisa
kali dalam waktu yang cukup untuk bisa
meningkatkan kemampuan ibu dalam
mempraktikkan cara-cara stimulasi yang
menstimulasi perkembangan psikososial
diajarkan perawat.
otonomi.
Hal tersebut diatas sesuai dengan sebuah
Faktor lain selain hal yang sudah
hasil
disebutkan
penelitian
pendidikan
tentang
bagi
orang
program
faktor
lingkungan
tentang
keluarga sedikitnya juga berpengaruh
pengasuhan anak usia 6-24 bulan untuk
pada kemampuan ibu walaupun hasil
meningkatkan kesehatan, pertumbuhan,
secara statistik faktor-faktor lingkungan
dan
dilakukan
keluarga tidak bermakna. Pendapatan
sebanyak 14 sesi (Aboud et al., 2013).
keluarga kelompok penyuluhan kesehatan
Dalam studi lain dikatakan bahwa pada
sebagian besar rendah sebanyak 16 orang
pendidikan kesehatan yang dilakukan
(61,5%) dimana pendapatan keluarga
pada siswa sekolah untuk meningkatkan
yang
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
berdampak
seksual
memberikan pemenuhan nutrisi yang
perkembangan
dilakukan
tua
diatas
anak
sebanyak
7
sesi
(Sommart & Sota, 2013).
rendah
bergizi
dikhawatirkan keluarga
yang
tidak
dapat
dapat bisa
mempengaruhi
perkembangan anak. Jumlah anak yang Hal tersebut diatas juga sesuai dengan
dimiliki
ulasan
bahwa
kesehatan memiliki nilai median 1. Ibu
kemampuan
yang baru mempunyai 1 (satu) anak,
yang
menyatakan
kemampuan merupakan
pada
kelompok
bersikap, berfikir dan bertindak secara
belum
konsistensi
sebelumnya dalam memberikan stimulasi
sebagai
perwujudan
dari
banyak
memilki
penyuluhan
pengetahuan, sikap dan keterampilan
perkembangan
yang dimiliki (Jansen et al., 2009).
kelompok
Ketrampilan dapat diasah jika sering
sebanyak 12 orang (46,2%) ibu bekerja.
melakukannya. Perkembangan tersebut
Ibu yang bekerja memungkinkan tidak
dapat diukur sudut kecepatan, ketepatan,
memiliki
jarak, cara/teknik pelaksanaan (Rovai et
memberikan
al.,
anak dengan baik.
2009).
Kelompok
penyuluhan
pada
pengalaman anak.
penyuluhan
banyak stimulasi
Pada
kesehatan
waktu
untuk
perkembangan
15 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
Hal
tersebut
pendapat
diatas
yang
sesuai
dengan
mengeksplorasi
mengatakan
bahwa
lingkungannya (el Moussaoui & Braster,
lingkungan keluarga meliputi; pekerjaan orang
tua,
pendapatan
juga termasuk anak urutan ke berapa dalam keluarga, stabilitas rumah tangga, kepribadian dan tingkat stress atau depresi ayah ibu (Brown et al., 2009), dan perceraian keluarga (da Figueiredo, 2012). keluarga
terhadap
2011; Ota & Austin, 2013).
keluarga,
pendidikan ayah ibu, jumlah saudara yang
Lingkungan
diri
akan
sangat
berpengaruh pada kemampuan keluarga untuk memberikan stimulasi pada anak, motivasi belajar, ganjaran atau hukuman yang wajar, cinta dan kasih sayang serta mempengaruhi kualitas interaksi anak-
KESIMPULAN Berdasarkan menunjukkan
hasil tidak
ada
penelitian peningkatan
kemampuan ibu dalam menstimulasi perkembangan otonomi dimana sesuai dengan hasil analisa statistik yaitu tidak terdapat perbedaan skor kemampuan ibu dalam
menstimulasi
perkembangan
psikososial otonomi sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan kesehatan dengan nilai p 0,09 (p value >0,05).
orang tua ( Kartner et al., 2011). UCAPAN TERIMAKASIH Stimulasi memegang peranan penting
Dalam menyusun penelitian ini,
dalam menentukan perkembangan anak.
penulis mendapatkan banyak pengarahan
Stimulasi merupakan rangsangan yang
dan bantuan dari berbagai pihak, untuk
diberikan kepada anak oleh lingkungan,
itu dalam kesempatan ini penulis dengan
khususnya
dapat
rendah hati mengucapkan terima kasih
tumbuh dan berkembang secara optimal.
yang sebesar-besarnya kepada semua
Stimulasi adalah cara terbaik untuk
pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
mengembangkan
satu persatu yang telah membantu penulis
ibunya
agar
anak
kemampuan
anak.
Stimulasi dapat diberikan setiap ada kesempatan
bersama
anak
melalui
kegiatan rumah tangga ataupun di luar rumah tangga. Stimulasi ini juga dapat dilakukan secara langsung oleh orang tua atau membuat lingkungan yang baik sehingga
anak
merasa
dalam menyelesaikan jurnal ini.
nyaman
REFERENSI Aboud, F.E., Singla D.R., Nahil, M.I., & Borisova, I.(2013). Effectiveness of A Parenting Program In
16 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
Bangladesh to Address Early
Anxiety Disorders. Clinical Child
Childhood Health, Growth And
And Family Psychology Review,
Development. Social Science &
15(2): 144-162.
Medicine, 97: 250-258. El Moussaoui, N., & Braster, S.(2011). Brown, G. L., Mangelsdorf, S. C., Neff,
Perceptions and Practices of
C., Schoppe-Sullivan, S. J., &
Stimulating Children’s Cognitive
Frosch,
Young
Development Among Moroccan
Self-Concepts:
Immigrant Mothers. Journal Of
C.
A.(2009).
Children’s Associations
with
Child
Temperament,
Mothers’
Child & Family Studies, 20(3):
and
370-383.
Fathers’ Parenting, and Triadic Family Interaction. Merrill-Palmer Quarterly, 55(2): 184-216.
Hall,
K.,B.Nurs
R.G.N.H.V.Cert,
&
Grundy, S., R.M.N. (2014). An Analysis
Da Figueiredo, C.,Rodrigues Sequeira, &
of
Time
4u,
A
Therapeutic Group For Women
Dias, F. V.(2012). Families:
With
Influences
Community Practitioner, 87(9): 25-
in
Children’s
Development and Behaviour,
Postnatal
Depression.
28.
From Parents And Teachers’ Point of View. Psychology Research, 2(12): 693-705.
Jansen, B. J., Booth, D., & Smith, B. (2009). Using The Taxonomy of Cognitive Learning to Model
Depkes RI.(2005). Pedoman Deteksi Dini
Online
Searching.
Information
Tumbuh Kembang Balita. Dirjen
Processing & Management, 45(6):
Pembinaan
643-663.
Masyarakat.
Kesehatan Direktorat
Bina
Kesehatan Keluarga. Jakarta
Kärtner, J., Borke, J., Maasmeier, K., Keller, H., & Kleis, A.(2011).
Drake, K. L., & Ginsburg, G. S.(2012). Family
Factors
and
the
Sociocultural Influences on the Development
of
Self-
Development, Treatment, And
Recognition and Self-Regulation
Prevention
in Costa Rican and Mexican
of
Childhood
17 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
Toddlers. Journal Of Cognitive
Conversations With Children.
Education & Psychology, 10(1): 96-
Early Childhood Research Quarterly,
112.
28(4): 972-983.
Keliat, B.A., Helena, N., Farida, P.(2011).
Oxford, M. L., Fleming, C. B., Nelson, E.
Manajemen Keperawatan Psikososial
M., Kelly, J. F., & Spieker, S. J.
&
(2013). Randomized Trial of
Kader
Kesehatan
Jiwa
(CMHN).EGC. Jakarta
Promoting First Relationships: Effects on Maltreated Toddlers’
Masi, G., Mucci, M., & Millepiedi, S.(2001).
Separation
disorder
in
adolescents: diagnosis
anxiety
Regulation After Reunification.
and
Children & Youth Services Review,
children
epidemiology, and
Separation Distress and Sleep
35(12): 1988-1992.
management.
CNS Drugs, 15(2): 93-104.
Polaha, J., Dalton, W. T., & Allen, S.(2011). The Prevalence of
Michail, M., & Birchwood, M.(2013).
Emotional
and
Behavior
Social Anxiety Disorder and
Problems in Pediatric Primary
Shame Cognitions in Psychosis.
Care Serving Rural Children.
Psychological Medicine, 43(1): 133-
Journal Of Pediatric Psychology,
42.
36(6): 652-660.
Mills, R. L., Arbeau, K. A., Lall, D. K., &
Rovai, A. P., Wighting, M. J., Baker, J. D.,
de Jaeger, A. E.(2010). Parenting
&
Grooms,
and Child Characteristics in the
Development of An Instrument
Prediction of Shame in Early
to Measure Perceived Cognitive,
and Middle Childhood. Merrill-
Affective,
Palmer Quarterly, 56(4): 500-528.
Learning in Traditional and Virtual
Ota, C. L., & Austin, A. B. (2013). Training and Mentoring: Family Child Care Providers’ Use of Linguistic
Inputs
in
and
L.
D.(2009).
Psychomotor
Classroom
Higher
Education Settings. Internet & Higher Education, 12(1): 7-13.
18 Jurnal Care Vol. 4, No.1, Tahun 2016
Sacco, R. G.(2013). Re-Envisaging the
Low-Income Latino Children.
Eight Developmental Stages of
Journal Of Health Care For The
Erik Erikson: The Fibonacci
Poor And Underserved, 17(2): 342-
Life-Chart
357.
Journal
Method
of
Developmental
(Flcm).
Educational
and
Psychology,
3(1):
140-146.
Townsend,
M.C.(2014).
Essential
of
psychiatric mental health nursing: concepts of care in evidence-based
Shear, K., Jin, R., Ayelet, M. R., Walters, E. E., & Kessler, R. C.(2006).
practice.(6th ed). Davis Plus. Philadelphia.
Prevalence and Correlates of Estimated Dsm-Iv Child and Adult
Berpisah
Genetic
National
Contributions to Stability and
Comorbidity Survey Replication.
Change of Sleep Problems in
The American Journal of Psychiatry,
Toddlerhood. Journal Of Pediatric
163(6): 1074-83.
Psychology, 37(6): 697-706.
Disorder
Sommart,
J.&
Kecemasan
Wang, M., & Saudino, K. J.(2012).
in
the
Sota,
Effectiveness
C.(2013).The
of
A
School-
Based Sexual Health Education Program for Junior High School Students
in
Khon
Kaen,
Thailand. Social & Behavioral Sciences, 91: 208-214. Stuart, G. W.(2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. (10th ed). St. Louis: Mosby Year Book. Tarshis, T. P., Jutte, D. P., & Huffman, L. C.(2006). Provider Recognition of Psychosocial Problems in
and
Environmental