Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
DISIPLIN KERJA PERAWAT SEBAGAI PREDIKTOR KUALITAS PELAYANAN STUDI KASUS DI RUMAH SAKIT TENTARA SAMARINDA
Maridi1, Suwito2 INTISARI Latar Belakang: Kinerja perawat selalu harus ditingkatkan sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Melalui kinerja perawat, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnyasecara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang dapat dibangun melalui disiplin kerja. Disiplin merupakan ciri instansi dibawah naungan militer seperti RS Tentara Samarinda.Namun masih perlu dibuktikan apakah disiplin kerja para peraswat di RST terkait dengan persepsi pasien tentang kualitas pelayanan keperawatan di RS tersebut. Metodologi: Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh perawat yang dirawat di RS Tentara Samarinda, dengan teknik sampling purposive sampling sampel ini berjumlah 65 orang. Uji statistic yang chi Square. Hasil penelitian: Hasil penelitian enunjukan bahwa separuh responden dari penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan (50,8%), lebih dari separuhnya berumur < 33 tahun (53,8%). Sebagian besar berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA) sebanyak 60,0%, dan sebagian besar pekerjaan Responden (TNI dan Keluarganya), dan penghasilan rata-rata sebagian besar diats Rp. 2.700.000,0 (60,0%).Lebih dari separuh responden menilai disiplin kerja perawat baik 56,9) dan hampir separuhnya lagi menilai masih kurang baik.separuh responden mempunyai persepsi kualitas pelayanan keperawatan kurang baik baik (50,8). Namun ada separuhnya lagi berpersepsi sudah baik.Ada hubungan bermakna disiplin kerja dengan kualitas pelayanan keperawatan (p value 0,000, OR: 55,71; alfa: 0,05). Kesimpulan: Displin kerja merupakan merupakan prediktor persepsi kualitas pelayanan keperawatan di Institusi tentara, termasuk instusi pelayanan kesehatannya. Saran: Manajemen disaranakan untuk melakukan pengawasan tentang disiplin kerja perawat dan melakukan evaluasi terhadap disiplin kerja perawat dengan menerapkan reward and punishment terhadap disiplin kerja. Disamping itu, penting melakukan need assessment tentang pelatihan yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas pelayanan keperawatan. Kata Kunci: Disiplin Kerja, Kualitas Pelayanan Keperawatan, Rumah Sakit Tentara.
1 2
Dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda Preawat Rumah Sakit Tentara Samarinda
22
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
NURSES’S WORKING DISCIPLINE AS PREDICTOR NURSING CARE QUALITY CASE STUDY IN ARMY HOSPITAL SAMARINDA Maridi1, Suwito2 ABSTRACT Background: nurse performance must be improved as a consequence of public demand for excellent service or the need for high quality service. Through the performance of nurses, is expected to show a real professional contribution in improving the quality of nursing services that can be built through the work discipline. Discipline is an agency under the auspices of the military characteristics such as the RS Army Samarinda. However remains to be seen whether the discipline of the nurses working in the RST related to the patient's perception of the quality of nursing care in the hospital . Methodology: The design used in this study was a descriptive cross-sectional correlational approach denganpen. The population of this study were all patients treated at the Army Hospital Samarinda, with purposive sampling technique sampling sample numbering 65 peopl . Statistical test Chi Square . Results: The results showed that half of the respondents of this study were female (50.8 %), more than half are aged < 33 years (53.8%). Most of secondary education (junior and senior) as much as 60.0%, and the majority of respondents work (militar, civil and family), and the average income of most of the above Rp. 2.700.000,- (60.0%). More than half of respondents rate the discipline of nurses both 56.9) and nearly half were still less baik.separuh assess respondents perceive the quality of nursing care are less well (50.8). But there is the other half berpersepsi already good. There is a significant correlation with the quality of work discipline of nursing care (p value = 0.000, OR : 55.71 ; alpha : 0.05) . Conclusion: The Discipline of work is a predictor of perceived quality of nursing care in the military institutions, including health care institutions . Suggestions: Management disaran right to conduct surveillance on labor discipline nurses and evaluate the nursing work discipline by applying reward and punishment to discipline labor. Beside, important do need assessment of training necessary to improve the quality of nursing care . Keyword : Working Discipline, Nursing Care Quality, Army Hospital
1
Lecture STIKES Muhammadiyah Samarinda Nurse in Army Hospital Samarinda
2
23
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatanyang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dan kesehatan rujukan atau upaya kesehatan penunjang, didalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Dep.Kes. RI, 2005). Rumah sakit merupakan subsistem pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi penyediaan pelayanan kesehatan yang paripurna sekaligus sebagai pusat latihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian. Rumah sakit sebagai organisasi sistem terbukapada hakekatnya akan terkena dampak dari perubahan supra sistem yang lebih besar. Imbas tersebut berdampak pada keinginan Rumah Sakit untuk memenangkan persaingan melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berorientasi pada kepuasan klien.Pelayanan yang berkualitas merupakan jaminan rasa aman dan nyaman bagi klien. Kualitas pelayanan kesehatan yang dihasilkan oleh Rumah Sakit sangat dipengaruhi oleh kinerja pemberi pelayanan kesehatan. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan kontribusi pada ekonomi. Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi dan kepentingan (Wibowo,2007). Kinerja perawat sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Melalui kinerja perawat, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnyasecara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja, dan dampak akhir bermuara pada
kualitas hidup dankesejahteraan masyarakat (Usmara, 2003). Penurunan kinerja perawat akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan. Studi yang di lakukan oleh Direktorat Keperawatan dan Keteknisian Medik Depkes RI bekerjasama dengan WHO tahun 2000 di 4 provinsi di Indonesia, yaitu DKIJakarta, Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur, menemukan 47,4persen perawat belum memiliki uraian tugas secara tertulis, 70,9 persen perawattidak pernah mengikuti pelatihan dalam 3 tahun terakhir, 39,8 persen perawatmasih melaksanakan tugas non keperawatan, serta belum dikembangkan sistem monitoring dan evaluasi kinerja perawat (Hasanbasri, 2007). Pada tahun 2005 ditemukan kinerja perawat baik 50 %, sedang 34,37 %, dan kurang 15,63 %.Kinerja keperawatan di rumah sakit dikatakan baik bila kinerja perawat > 75 % (Maryadi, 2006). Hasil survei di RSU Swadana Tarutung, terhadap 152 pasienrawat inap berkaitan dengan kinerja perawat pelaksana menunjukkan bahwasebanyak 65% menyatakan perawat kurang perhatian, 53% mengatakan perawat sering tidak di ruangan, 42% menyatakan perawat bekerja tidak disiplin (Siregar, 2008). Rumah Sakit Kesehatan Daerah Militer (R.S. KESDAM) Mulawarman Samarinda merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat(TNI-AD). Dimana fungsi utama dari faslitas ini adalah sebagai penunjang dalam upaya menjaga dan mempertahankan status kesehatan prajurit dan anggota keluarga TNIAD di wilayah teritorial Korem 091/ASN di Samarinda. Rumah Sakit Kesdam /VI Mulawarman Samarinda berdiri sejak tgl.20 nopember 1981. dimana awal berdirinya adalah hanya merupakan poliklinik tentara, dan siring dengan perkembangan zaman dan kebutuhan sehingga dari poliklinik berubah menjadi Rumah Sakit. Dari segi pelayanan Rumah sakit 24
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
ini memiliki 3 orang dokter spesialis, 11 orang dokter umum, 1 orang dr.Gigi. dan 62 tenaga keparawata.Dari 62 orang tenaga keperawatan 12 orang berpendidikan SPK, 44 orang berpendidikan Diploma III Keperawatan, dan 2 orang berpendidikan SPRG, 6 orang berpendidikan SI Keperawatan. Dengan jumlah tenaga tersebut di harapkan Rumah Sakit Kesdam/VI Mulawarman memiliki kualitas pelayanan keperawatan yang baik. Dari data observasi terhadap data kehadiran dan tingkat kedisiplinan perawat dimana di dapatkan data bahwa terdapat penurunan produktivitas kinerja pada beberapa orang tenaga keperawatan hal ini nantinya dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitasi pelayanan di Rumah Sakit Kesdam/VI Mulawarman. Instalasi milik TNI-AD adalah merupakan instalisasi yang mengedepankan disiplin dan kualitas kerja yang baik sehingga dengan kedisiplinan tersebut akan tercipta kinerja yang baik. Dari data dan temuan diatas hal inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk mencoba meneliti tentanghubungan antara kedisiplinan kerja perawat dengan kualitas pelayanan perawat di Rumah Sakit Tentara Samarinda. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah descriptive correlational dengan metode pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien dirawat di Rumah Sakit Tentara Samarinda dengan tekhnik sampling adalah total samping yaitu 65 orang. Adapun kriteria sampel pada penelitian ini meliputi kriteria inklusi: (1) Bersedia menjadi responden, (2) dirawat inap di RST Samarinda, (3) bisa baca dan tulis. Sementara kriteria eksklusi meliputi: (1) pasien rawat jalan, (2) pasien gangguan kesadaran atau pertimbangan, dan (3) gangguan jiwa. Penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 1 September sampai dengan 30 September 2014. Tempat atau lokasi penelitian akan di
laksanakan di Rumah Sakit Tentara Samarinda. Pertimbangan mengambil termpat tersebut karena merupakan Rumah Sakit Tentara yang menjalankan disiplin militer, perawatnya meliputi PNS dan TNI, pasiennya umumnya dari kalangan TNI dan keluarganya. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah disiplin kerja perawat dan kualitas pelayanan keperawatan. Kedua variabel tersebut diukur dengan kuesioner yang menggunakan skala Likert.Hasil uji validitas dengan menggunakan Pearson Product moment semua item valid karena lebih dari 0,374.Kedua kuesioner reliable karena alfa chronbach sebesar 0,958 dan 0,986. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden Karakteristik demografi responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Gambaran karakteristik pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 1 Distribusi Responden berdasarkan di RST Samarinda 2014 (n=65) Variabel Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur < 33 tahun ≥ 33 tahun Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA Diploma Sarjana Pasca Sarjana Pekerjaan Tidak bekerja/ IRT/ Pensiunan Swasta TNI
F
(%)
32 33
49.2 50.8
35 30
53,8 46,2
2 15 24 13 10 1
3,1 23,1 36,9 15,4 1,5
18 11 22 14
27,7 16.9 33,8 25
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
PNS Penghasil < Rp. 2.700.000,≥ Rp. 2.700.000,Jumlah
21,5 26 39
40 60
65
100
Tabel 1 diatas menunjukan bahwa separuh responden dari penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan (50,8%), lebih dari separuhnya berumur < 33 tahun (53,8%). Sebagian besar berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA (60,0%), dan sebagian besar pekerjaan Responden (TNI dan Keluarganya), dan penghasilan rata-rata sebagian besar diats Rp. 2.700.000,0 (60,0%). B. Univariat Hasil tabulasi kuesioner secara univariat dapat dilihat pada tabel-tabel sebagai berikut: 1. Disiplin Kerja Perawat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Disiplion Kerja Perawat di RST Samarinda (n=65) Disiplin Kerja Perawat Kurang disiplin Disiplin Jumlah
F
%
28 37 65
43.1 56.9 100
Dari tabel 2 diatas menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menilai disiplin kerja perawat baik 56,9) dan hampir separuhnya lagi menilai masih kurang baik. 2. Kualitas Pelayanan Keperawatan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Tentang Persepsi Kualitas
Pelayanan Keperawatan di RST Samarinda (n=65)
Kualitas Pelayanan Keperawatan Kurang baik Baik Jumlah
F
%
33 32 65
50.8 49.2 100
Tabel 3 diatas menunjukkan bahwa separuh responden mempunyai persepsi kualitas pelayanan keperawatan kurang baik baik (50,8). Namun adaseparuhnya lagi berpersepsi sudah baik. C. Bivariat Hasil analisis bivariat tentang hubungan kerja disiplin kerja dengan kualitas pelayanan keperawatan adalah sebagai berikut: Tabel 4. Hubungan kualitas pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien di RST Samarinda (n=65).
Variab el Disipli n kerja Kuran g Baik
Kualitas Pelayanan Keperawatan Kuran Baik g baik
Total
n
%
n
%
n
%
2 6
9 2, 9 1 8, 9 5 0, 8
2
7, 1
2 8
3 0
8 1, 1 4 9, 2
3 7
1 0 0 1 0 0 1 0 0
Baik
7
Jumla h
3 3
3 2
6 5
OR 95 % CI
55, 714 10, 63 – 292 ,1
P
0.0 00
Hasil analisis hubungan antara disiplin kerja dengan kualitas pelayanan keperawatan yang 26
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
menunjukkan bahwa sebanyak 30 dari 37 (81,1%) responden yang mempersepsikan disiplin kerja yang sudah baik maka persepsi kualitas pelayanan keperawatan juga baik. Namun ada 26 dari 28 (92,9%) responden yang menilai disiplin kerja masih kurang baik sehingga mempersepsikan pelayanan keperawatan masih kurang baik. Sementara itu didapati pula ada 7 dari 37(18,9%) responden yang menilaidisiplin kerja telah baik tetapi persepsi tentang kualitas pelayanan keperawatan kurang baik. Ditemukan pula ada 2 dari 28 (7,1%) responden yang menilai disiplin kerja perawat kurang baik tetapi justri berpersepsi pelayanan keperawatan sudah baik. Hasil uji statistik menunjukkan diperoleh nilai p=0,000, yang lebih kecil dari alfa (0,05) sehingga Ho ditolak. Kesimpulannya ada hubungan bermakna disiplin kerja dengan kualitas pelayanan keperawatan di RST Samarinda. Dari hasil analisis diatas diperoleh pula nilai Odds Ratio (OR) = 55,71, artinya responden yang menilai disiplin kerja perawat kurang baik akan berpeluang 55,71 kali untuk berpersepsi pelayanan keperawatan yang masih kurang baik jika dibandingkan yang menilai disiplin kerja perawat telah baik. PEMBAHASAN 1. Karakteritik responden a. Jenis kelamin Hasil penelitian ini menemukan separuh responden dari penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan (50,8).Hasil penelitian ini hamper sama dengan penelitian Abdillah dan Ramdan (2009), dimana dalam penelitian mereka, separuhnya perempuan (50%) dan separuhnya lagi laki-laki (50%). Hal ini menurut analisis peneliti karena factor kebetulan semata. Namun demikian, dalam suatu keluarga di Indonesia, seorang pria yang menjadi kepala keluarga cenderung melindungi atau intervensi, dan memberikan rasa aman bagi
keluarganya.Pria juga cenderung lebih mempengaruhi wanita dalam memberikan pendapat atau pertimbangan untuk melakukan sesuatu (Notoatmojo, dalam Abdillah dan Ramdhan, 2009).Sementara Menurut Lumenta (dalam Abdillah dan Ramdhan, 2009) pria lebih banyak menuntut dan berharap terhadap kemampuan pelayanan kesehatan dasar dan cenderung mengkritik daripada wanita.Oleh sebab itu, perawat harus lebih perhatian tentang disiplin kerjanya dan berisahan untuk memenuhi kebutuhan pasiennya agar persepsi pelayanan keperawatan berkualitas dapat dicapai. b. Umur Penelitian ini menemukan bahwa lebih dari separuhnya berumur < 33 tahun (53,8%). Responden pada usia ini masuk dalam kategori dewasa, tepatnya di usia dewasa mudah yang masih banyak keinginan dan tuntutan. Jika keinginan dan tuntutan tersebut tidak terpenuhi akan tidak puas dengan pelayanan yang diterima dan ujung-ujungnya akan menilai kualitas pelayanan yang diterima tidak baik. Hal ini wajar karena menurut pendapat pakar mutu Crosby (dalam Wiyono, 1999) mengatakan benda atau pelayanan yang memuaskan itulah kualitas. Hasil ini berbeda dengan penelitian Suciningrum (2004). Suciningrum dalam penelitiannya menemukan responden berada pada kategori usia dewasa (30-65) dan menyatakan cukup puas dengan pelayanan perawat. Menurut penelitian Suciningrum, usia ini cenderung puas dengan pelayanan keperawatan. Namun dalam kesimpulan Suciningrum menyatakan tidak ada hubungan umur dengan kepuasan pasien.Untuk itu, perawat harus tetap memberikan pelayanan terbaik dengan tanpa melihat umur pasien yang dilayani dan tetap menunjukkan kedisiplinan kerja yang baik. c. Pendidikan 27
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
Hasil penelitian ini menemukan Sebagian besar berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA (60%). Responden dengan pendidikan menengah ini, menurut analisis peneliti mulai bersifat kritis terhadap pelayanan keperawatan yang diterimanya.Hal ini karena didukung oleh pengetahuan yang semakin baik. Apalagi didunia modern seperti ini semua informasi tentang pelayanan berkualitas selalu mudah didapat baik melalui media cetak, media elektronik dan internet serta media sosial. Hasil ini berbeda dengan hasil pen elitian yang didapati oleh Suciningrum (2004).Ia menemukan dalam penelitiannya bahwa 57,14% responden berpendidikan SD menyatakan cukup puas dengan pelayanan perawat.Hal ini sesuai teori yang menyatakan seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah cenderung dapat menerima yang diberikan kepadaya.seseorang dengan tingkat pendidikan yang rendah, ia cenderung lebih banyak menerima karena tidak tahu apa yang dibutuhkannya, asal sembuh saja itu sudah cukup baginya (Lumenta, dalam Abdillah dan Ramdhan, 2009). Sementara seseorang yang pendidikannya lebih tinggi cenderung banyak menuntut atau mengkritik terhadap pelayanan yang diterimanya jika memang menurutnya kurang puas. Namun pada kesimpulannya Suciningrum (2004) maupun Abdillah dan Ramdhan, (2009) menyatakan tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kepuasan pasien.Karena ukuran kepuasan pasien adalah sejauhmana keinginan kebutuhannya sebagai pasien bisa dipenuhi oleh perawat. Jika kebutuhannya atau keiginannya dapat dipenuhi maka mereka akan merasa puas. Jika mereka merasa puas maka persepsi tenyang kualitas pelayanan keperawatan juga baik.Untuk itu, perawat harus tetap memberikan pelayanan secara holistic dengan tanpa melihat pendidikan pasien yang dilayani. d. Pekerjaan
Sebagian besar pekerjaan Responden (TNI dan Keluarganya) sebesar 61,5%.Hal ini sesuai dengan jenis rumah sakit ini.Rumah sakit ini adalah rumah sakit tentara.Tujuan utamanya untuk melayani kesehatan prajurit TNI dan keluarga serta para pensiunan tentara. Namun, RST juga telah membuka diri untuk menerima pasien umum.Terbukti responden ini sebagian lagi (sekitar 40%) adalah masyarakat umum.Untuk itu, menurut analisis peneliti, walaupun di RST ini masih mengedepankan disiplin militer, namun dalam melayani pasien harus disesuikan dengan tuntutan pasien umum. Hal ini penting agar persepsi terhadap kualitas pelayanan keperawatan membaik dan akhirnya akan meningkatkan loyalitas pelanggan untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di RST ini. e. Penghasilan Penelitian menemukan bahwa penghasilan rata-rata responden sebagian besar diatas Rp. 2.700.000,- (60,0%). Data ini menunjukkan lebih besar dari Upah Minimal Propinsi yaitu sebesar Rp. 1.700.000,-. Implikasi bagi perawat adalah agar terus berupaya memperbaiki kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan, termasuk tetap mempertahankan disiplin kerja. Seseorang yang tingkat pedapatnya semakin besar maka semakin besar juga tuntutan akan kebutuhan hidupnya. Termasuk tuntutan terhadap pelayanan kesehatan pada umumnya dan pelayanan keperawatan pada khususnya. 2. Univariate a. Disiplin kerja perawat Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden menilai disiplin kerja perawat baik 56,9%) dan hampir separuhnya lagi menilai masih kurang baik. Hasil ini perlu dipertahankan dan di tingkatkan lagi. Apalagi institusi yang ada dibawah naungan militer akan mengedepankan faktor disiplin ini. Untuk itu, peneliti menyarankan agar kepada bidang 28
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
keperawatan dan kepala Rumkit Tentara Samarinda melakukan evaluasi ulang terhadap disiplin kerja perawat. Disiplin kerja menjadi sangat penting untuk menentukan kualitas pelayanan yang diberikan sebuah institusi, termasuk institusi pelayanan kesehatan. Hasil penelitian diinstitusi non kesehatan telah menunjukkan disiplin kerja menjadi prediktor (penentu) yang besar. Penelitian Agung (2013) menemukan bahwa variabel kualitas pelayanan dapat dijelaskan variabel disiplin kerja sebesar 75%, sedangkan sisanya dapat dijelaskan pada variabel lain. Cara yang dapat dilakukan oleh para manajer di RST Samarinda ini adalah dengan cara mengecek apakah perawat telah mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan dan apakah perawat taat aturan-aturannya RS dengan kesadaran. Misalnya dengan SOP atau instruksi kerja yang telah dibuat.Para menajer juga memastikan masalah yang sering timbul dalam kedisiplinan pegawai seperti yang disinyalir oleh Robbins. Robbins (2001) mengemukakan tipe permasalahan dalam kedisiplinan, antara lain kehadiran, perilaku dalam bekerja (dalam lingkungan kerja), ketidakjujuran, dan aktivitas di luar lingkungan kerja. Ini semua demi mempertahankan dan memperbaiki citra kedisiplinan di RST Samarinda. Pada akhirnya akan memperbaiki citra kualitas RST secara keseluruhan. b. Kualitas Pelayanan keperawatan Penelitian ini juga menemukan bahwa separuh responden mempunyai persepsi kualitas pelayanan keperawatan kurang baik baik (50,8), namun ada separuhnya lagi berpersepsi sudah baik. Hasil ini jauh lebih baik daripada hasil penelitian yang dilakukan Mawarni (2013) yang menemukan 36.4% tidak puas atas kualitas pelayanan perawat dan 21 pasien (63.6%) puas atas kualitas pelayanan perawat. Implikasinya dari kedua hasil penelitian diatas bahwa harapan/ tuntutan pasien
jauh lebih tinggi dari pada pelayanan yang didapatkan saat ini.Walaupun separuh tindakan keperawatan telah memenuhi memenuhi keinginan/ harapan para pasiennya.Namun demikain, masih banyak pula yang masih belum puas kualitas pelayanan keperawatan yang mereka terima, untuk itu masih perlu perbaikan pelayanan keparawatan dari sisi manajemen pelayanan keperawatan ataupun dari sisi manajemen asuhan keperawatan.Untuk itu, para manajer keperawatan RST Samarinda untuk melakukan evaluasi kinerja pelayanan keperawatan dari aspek manajemen pelayanan dan aspek asuhan keperawatan. Disamping itu, perlu dilakukan need assessmet tentang kebutuhan pelatihan bagi perawat agar dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan terutama untuk manajemen pelayanan keperawatan dan manajeme asuhan keperawatan. 3. Bivariate: Hubungan Disiplin Kerja Perawat Kualitas dengan Kualitas Pelayanan keperawatan Hasil penelitian ini menemukan ada hubungan bermakna disiplin kerja perawat dengan Kualitas Pelayanan keperawatan (p value 0,000).Hasil ini sejalan dengan penelitian Agung yang menyimpulkan ada hubungan bermakna dan kuat antara disiplin kerja dengan Kualitas Pelayanan.Penelitian Agung tersebut dilakukan disebuah Hotel.Menurut analisis peneliti, walaupun ditempat yang berbeda ternyata hasilnya tetap konsisten bahwa disiplin kerja menjadi predictor (penentu) kualitas pelayanan jasa baik hotel maupun kesehatan.Untuk itu, peneliti menyarankan kepada para perawat RST untuk tetap menjaga disiplin kerja.Bagi para pimpinan keperawatan untuk terus mengawasi disiplin kerja tersebut. Disiplin kerja yang dimaksud adalah ketaatan pada lembaga beserta aturanaturannya dengan kesadaran bahwa dengan ketaatan semacam itu maka tujuan perusahan akan dicapai. Pengertian ketaatan dalam disiplin ini adalah pengendalian diri yang sifatnya sadar dan rasional, sama sekali tidak 29
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
ada emosi di dalamnya (Atmosudirjo, dalam Farida, 2002). Untuk perawat penting untuk menjaga sikap, tingkah laku atau perbuatannya untuk melakukan aktifitasaktifitas kerja yang sesuai dengan pola-pola yang berlaku di RST, keputusan-keputusan peraturan dan norma-norma yang telah ditetapkan serta disetujui bersama, baik secara lisan maupun tertulis antara karyawan dengan perusahaan tempat kerjanya, serta sanggupmenerima sanksi-sanksi bila melanggar aturan, tugas dan wewenang yang diberikan. Disiplin kerja yang dijalankan secara baik oleh para perawat akan meningkatkan persepsi tentang kualitas pelayanan keperawatan. Sementara kualitas pelayanan sendiri akan meningkatkan kepuasan pasien. Hasil Toto (2010) yang meneliti tentang Analisis Pengaruh tingkat kualitas Pelayanan jasa Puskesmas Terhadap Kepuasan Pasien.Toto menyimpulkan ada pengaruh kualitas pelayanan puskesmas dengan kepuasan kerja.Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya pelayanan berkualitas. Pelayanan yang berkualitas menurut American Society of Quality Control (dikutip Wijono, 1999) merupakan gambaran total sifat dari suatu produk atau jasa pelayanan berhubungan dengan kemampuannya untuk memberikan kepuasan. Sehingga pelayanan yang dapat memuaskan pasien adalah pelayanan berkualitas (Marr dan Giebing, 2001: 2). Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian Mahanani (2010:) yang berkesimpulan bahwa kualitas pelayanan pelanggan berpengaruh positif terhadap kepuasan pelanggan, tidak terkecuali pelayanan keperawatan. Hasil-hasil diatas menurut analisis peneliti telah membuktikan bahwa kualitas pelayanan perawat merupakan salah satu predictor dari kepuasan pasien. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Suryawati, Dharminto dan Shalusiyah (2006) bahwa kepuasan pasien ditentukan 68,6% sampai 76,24% ditentukan oleh pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan,
fasilitas kamar dan rumah sakit umumnya serta pelayanan menjelang keluar. Berdasarkan hasil penelitian Suryawati dkk (2006), pelayanan keperawatan memiliki peranan penting, untuk itu peneliti menyarakan agar perawat meningkatkan kinerja terutama kinerja asuhan keperawatan. Kinerja inilah yang akan meningkatkan asuhan keperawatan, terutama di Ruang Tulip RST Samarinda. Hasil penelitian Mahareni (2011) yang menunjukkan bahwa ada pengaruh kinerja karyawan terhadap kualitas pelayanan. Menurut analisis peneliti, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja baik dari pegawai akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Kinerja pelayanan keperawatan yang baik yang dilakukan melalui pengkajian pasien yang lengkap, penetapan diagnosis keperawatan yang tepat, perencanaan keperawatan pasien yang komprehensif, pelaksanaan tindakan keperawatan yang sesuai kebutuhan pasien dan evaluasi yang tepat dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan pada pasien. Pada akhirnya akan meningkatkan kepuasan pasien. Agar kepuasan pasien tetap terjaga, peneliti menyarankan agar para manajer keperawatan baik kepala bidang, kepala seksi dan kepala ruangan melakukan system penjaminan mutu, terutama pejaminan mutu pelayanan keperawatan. Sementara itu, Kozier, Erb, Berman dan Snyder (2004) mendefinisikan program jaminan mutu adalah “suatu proses berkelanjutan dan sistematik yang didesain untuk mengevaluasi dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang excellence pada pasien. Schmadl (dikutip oleh Jernigan dan Young, 1983) menyatakan kata excellence adalah suatu rentang yang akan dipersepsikan berbeda dari satu institusi dengan institusi lain, dari seseorang dengan yang lainnya. Ia memberi batasan bahwa excellence adalah suatu keputusan nilai yang dibuat oleh pemberi pelayanan kesehatan yang mempertimbangkan tipe institusi dan konsumen. 30
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
Agar pelayanan keperawatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, syarat yang harus dipenuhi oleh organiasi/ institusi pemberi pelayanan kesehatan adalah bahwa pelayanan kesehatan harus (1) tersedia (available), (2) wajar atau tepat (appropriate), (4) berkesinam-bungan (continues), (4) dapat diterima (acceptable), (5) dapat dicapai (accessible), (6) dapat dijangkau (affordable), (7) efisien (efficient), (8) bermutu (quality) (Azwar, 1996). Manfaat yang dapat dicapai dengan program jaminan mutu pada pelayanan keperawatan adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan keperawatan dan menentukan bagaimana sebaiknya keperawatan menggunakan metode yang telah ditentukan (Lindberg, Hunter dan Kruzewski, 1994). Penjaminan kualitas yang dilakukan oleh perawat merupakan proses interpersonal antara perawat sebagai pemberi pelayanan dengan pasien sebagai penerima pelayanan. Proses interpersonal merupakan komponen sentral dari teori Peplau ini. Proses hubungan interpersonal ini oleh Peplau dibagi menjadi empat fase yaitu orientasi (orientation), identifikasi (identification), eksploitasi (exploitation) dan Resolusi (resolution) (Marriner-Tomey, 1994; George, 1995; Aggleton dan Chalmers, 2000). Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut diatas, dapat digunakan sebagai petunjuk aplikasi teori Hildegard Peplau pada proses penjaminan kualitas dalam keperawatan melalui fase orientasi, identifikasi, eksploitasi dan resolusi sebagai berikut: a. Pada fase orientasi dipilih jenis/tempat pelayanan yang akan dilakukan evaluasi terhadap penjaminan kualitas, misalkan dipilih ruang perawatan bedah. Area yang dipilih biasanya area yang memerlukan perbaikan. Pemilihan ini berguna untuk membuat/ memilih standar yang sesuai untuk ruang tersebut. Pengidentifikasian kelompok keperawatan dimaksudkan juga sama dengan yang pertama yaitu memilih standar yang akan dipakai dalam evaluasi penjaminan kualitas. Sebagai
contoh perencanaan pulang untuk pasien lanjut usia berbeda standarnya untuk kelompok perawatan anak-anak. Tahap ketiga adalah perimusan standard an criteria. Standar adalah bentuk pernyataan yang menentukan tingkat kualitas yang diinginkan dan criteria adalah variable yang dipilih sebagai indicatoruntuk menentukan apakah standar sudah tercapai apa belum (Marr dan Giebing, 2001). Mar dan Giebing (2001) juga menyebutkan criteria seharusnya memiliki sifat: (1) relevan, (2) dapat dimengerti, (3) dapat diukur, (4), dapat diterapkan dalam perilaku dan (5) dapat dicapai. Dalam penjaminan kualitas, kriteria ini juga dibagi menjadi tiga yaitu criteria struktur, proses dan hasil akhir. Tahap selanjutnya adalah menerapkan standar yang telah ditetapkan bersama antara perawat pelaksana dan manajer keperawatan. Tetapi jika standar ini belum bisa mengevaluasi penjaminan kualitas yang dinginkan maka perlu dilakukan perbaikan criteria. Setelah criteria standar diperbaiki mulai pengumpulan data, dilanjutkan penghintungan dan penentuan masalah. b. Fase identifikasi meliputi penentuan tujuan kualitas. Setelah masalah diidentifikasi, tujuan yang ingin dicapai dari masalah tersebut harus ditentukan. Perencanaan disusun dalam rangka mengatasi masalah kualitas pelayanan keperawatan yang terjadi Penyusunan ini melibatkan perawat di area yang akan dilakukan perbaikan kualitas. c. Fase eksploitasi adalah melaksanakan rencana tindakan yang sudah disepakati dan diterapkan pada area keperawatan yang memiliki masalah penjaminan kualitas. Langkah ini tidak perlu didiskusikan lagi, karena hanya merupakan penerapan rencana yang sudah disepakati. d. Pada fase resolusi, auditor memberikan tenggang waktu untuk penerapan tindakan. Audit dilakukan ulang untuk melihat apakah tindakan yang rencanakan 31
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
efektif. Jika hasilnya menunjukan nilai yang sesuai standar yang telah disepakati bersama maka rencana tindakan tersebut berhasil diterapkan. Jika kita menginginkan kualitas yang lebih tinggi dari yang sudah ada, lakukan perbaikan standar dan lakukan mulai dari tahap awal lagi. Jika hal ini dilakukan maka sistem manajemen mutu berkalanjutan dapat diterapkan di pelayanan keperawatan Rumah Sakit TentaraSamarinda. Disamping itu, perlu juga bidang keperawatan mengidentifikasi indikator mutu pelayanan keperawatan yang terkait dengan kepuasan pasien. Peneltian Suryawati dkk (2006) telah mengidentikasi 9 indikator terkaitan kepuasan pasien yang dirawatnya.Kesembilan indikator tersebut adalah (1) Keteraturan pelayanan perawat setiap hari (pemeriksaan nadi, suhu tubuh, dan sejenisnya); (2) Tanggapan perawat terhadap keluhan responden; (3).Kesungguhan perawat melayani kebutuhan pasien; (4).Keterampilan perawat dalam melayani (menyuntik, mengukur tensi, dan lain-lain); (5).Pertolongan sifatnya pribadi (mandi, menyuapi makanan, dan sebagainya); (6).Sikap perawat terhadap keluarga pasien dan pengunjung/ tamu pasien; (7).Pemberian obat dan penjelasan cara meminumnya; (8). Penjelasan perawat atas tindakan yang akan dilakukannya; dan (9). Pertolongan perawat untuk duduk, berdiri, dan berjalan.Jika indikator ini sesuai maka standar tersebut harus dibuat dalam bentuk SOP kualitas pelayanan pasien di semua ruangan di RST Samarinda Paser Utara. Para manajer dan pemimpin keperawatan di RST disamping tetap meningkatkan disiplin kerja perawat, hal yang tidak kalah pentingnya adalah menumbuhkan profesionalisme pada perawat.Keyakinan peneliti ini didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Tarigan.Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara
parsial maupun bersama-sama profesionalisme dan disiplin kerja mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kualitas pelayanan (Tarigan, 2005).Untuk itu, perlu dikembangkan lagi profesionalisme pada perawat-perawat di RST Samarinda. Dalam menjalankan praktik keperawatan, perawat diminta untuk bekerja bertanggung gugat terhadap praktik profesional, melaksanakan praktik keperawatan etis dan peka budaya.Disamping itu, perawat harus melaksanakan praktik secara legal.Praktik keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat dengan memberikan asuhan dan manajemen keperawatan dengan menerapkan prinsipprinsip pokok dalam pemberiandan manajemen asuhan keperawatan.Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan, melakukan pengkajian keperawatan, menyusun rencana keperawatan, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana, mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan.Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan.Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman.Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ pelayanan kesehatan dan menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan (PPNI, 2005). Para perawat meningkatkan komunikasi terapetik, sebagai sikap professional. Kerkomunikasi harus terapetik yang ditunjukkan dengan sikap yang hangat, tulus, dan penuh perhatian, dapat menimbulkan saling percaya, saling menghargai dan saling menghormati sehingga pasien dapat menerima tingkat mutu pelayanan kesehatan dengan penuh pengertian. Cara-cara tersebut merupakan salah satu pendekatan pelayanan keperawatan yang berkualitas.Beberapa ahli dibidang 32
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
keperawatan telah banyak memberi petunjukkan pendekatan untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas, dengan memperbaiki hubungan interpersonal antara perawat dengan pasien. Kiranya tidak berlebihan jika Peplau sebagai seorang ahli keperawatan terkemukan memandang keperawatan sebagai suatu proses terapeutik interpersonal yang sinifikans dengan fungsi koperatif dengan proses manusia lain yang membuat seseorang menjadi sehat (Aggleton dan Chalmers, 2000). Berdasarkan fakta tersebut diatas, peneliti menyarankan agar kemampuan komunikasi terapetik pera perawat dipertahankan dan ditingkatkan. Pihak manajemen rumah sakit dan bidang keperawatan dapat melakukan need asessment untuk memastikan kebutuhan pelatihan yang diperlukan. Ketrampilan komunikasi terapetik perawat dapat ditingkatkan melalui pelatihan komukiasi terapeutik, pelatihan pelayanan prima, dan pelatihan perilaku caring bagi para perawat. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dan pembahasan pada bab IV, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Gambaran karakteristik responden: separuh responden dari penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan (50,8%), lebih dari separuhnya berumur < 33 tahun (53,8%). Sebagian besar berpendidikan menengah (SLTP dan SLTA (60,0%), dan sebagian besar pekerjaan Responden (TNI dan Keluarganya) dan penghasilan rata-rata sebagian besar diats Rp. 2.700.000,0 (60,0%). 2. Lebih dari separuh responden menilai disiplin kerja perawat baik 56,9) dan hampir separuhnya lagi menilai masih kurang baik. 3. separuh responden mempunyai persepsi kualitas pelayanan keperawatan kurang
baik baik (50,8). Namun ada separuhnya lagi berpersepsi sudah baik. 4. Ada hubungan bermakna disiplin kerja dengan kualitas pelayanan keperawatan (p value 0,000, OR: 55,71; alfa: 0,05). B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti memberi saran sebagai berikut: 1. Kepada Manajemen Rumah Sakit Kepala rumah sakit melakukan evaluasi terhadap disiplin kerja perawat dengan menerapkan reward and punishment terhadap disiplin kerja.Penting juga untuk membuat sarana untuk penegakan disiplin terutama disiplin waktu dengan pengadaan finger print. Disarankan pula melakukan kajian untuk menentukan indikator kualitas pelayanan keperawatan dan membuat SOP pelayanan keperawatan berkualitas.Komite keperawatan disarankan untuk membuat SOP disiplin kerja perawat dan pengembangan professional kerja. 2. Bidang Keperawatan dan Kasi Keperawatan Untuk melakukan pengawasan tentang disiplin kerja perawat. Disamping itu, penting melakukan need assessment tentang pelatihan yang diperlukan untuk memperbaiki kualitas pelayanan keperawatan. Peneliti menyarakan agar kualitas asuhan keperawatan dan komunikasi terapeutik perawat semakin baik perlu dilakukan pelatihan komunikasi terapeutik, pelatihan pelayanan prima dan pelatihan perilaku caring untuk semua perawat.Kasi mutu dan etika untuk mengawasi pelaksanaan manajemen keperawatan dan pelaksanaan komunikasi terapetik yang dilakukan perawat. 3. Bagi peneliti selanjutnya Untuk melakukan penelitian dengan analisis lain tentang disiplin kerja perawatan terhadap pengaruh pelayanan keperawatan mengguna-kan. Disamping itu, regeli linier.Teknik sampling yang digunakan adalah probability sampling degan jumlah responden banyak serta 33
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
tempat penelitian yang menyeluruh di Rumah Sakit. Bisa juga menggunakan desain komparatif antara rumah sakit umum atau rumah sakit khusus seperti RST ini DAFTAR PUSTAKA Aggleton, P., & Chalmers, H., (2000). Nursing model and nursing practice, (2nd ed), New York: Palgrave Agung, P.B. (2013). Hubungan Antara Disiplin Kerja Dengan Kualitas Pelayanan Concierge Pada Hotel Sahid Jaya Solo, Talenta Psikologi, 2(1): 6 – 17 Arikunto, S. (2006).Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses, Jakarta, Rineka Cipta. Aritonang, L R. (2005). Kepuasan Pelanggan. Pengukuran dan Penganalisisan Dengan SPSS. Jakarta.: PT. Gramedia Pustaka Utama Azwar, A., (1996).Menjaga mutu pelayanan kesehatan, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Azwar, S. (2011).Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, (Edisi ke 2), Yogyakarta, Pustaka Pelajar Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Dienemann, J.A., (1998). Nursing administration, Managing patient care, (2nd ed.), Stamford: Appleton & Lange Farida. (2002). Hubungan Antara Tingkah Laku Asertif dengan Disiplin Kerja. Skripsi Sarjana (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS. George, J.B., (1995). Nursing theories: The base for professional nursing practice, (4th ed), Norwalk: Appleton & Lange
Gibson, J.L. 2000. Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses. Edisi ke-5. Cetakan ke-3. Jakarta: Penerbit Erlangga Handoko, T.Hani. 2001. Manajemen Personalia dan sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE. Hasanbasri. (2007). Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan Evaluasi Pelatihan di Kulon Progo. Diambil pada tanggal 10 Juni 2015 dari http://www.kinerjaklinikperawatbidan.or. id/home/index.php. Hastono, S.P. & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan, Jakarta, Rajawali Pers. Heidjrachman dan Husnan. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta: BPFE Huber, D., (2000).Leaderships and nursing care management, (2nd ed.), Philadelphia: W.B. Saunders Company Jernigan, D.K., & Young, A.P., (1983). Standard, job descriptions and performance evaluation for nursing practice, Norwalk: Appleton-CenturyCrofts Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., (2004). Fundamental of nursing, Concepts, process and practice, (7th ed), Upper Saddle River: Pearson Prentice Hall Lindberg, J.B, Hunter, M.L. & Kruszewski, A.Z., (1994).Introduction to nursing, Concepts, issues, and opportunities, (2nd ed.). Philadelphia: J.B. Lippincott Company. Marr, H., & Giebing, H., (2001). Penjaminan kualitas dalam keperawatan, Konsep, metode dan studi kasus, Jakarta: EGC Manullang. (2004). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: Gunung Agung. 34
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No. 2, Desember 2016
____________. 2002. Manajemen Personalia. Jakarta : Ghalia Indonesia
Remaja : Membangun Perubahan yang Bermakna, Washington, PATH.
Notoatmodjo, S. (2010).Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Silalahi, G.A. (2003). Metodologi Penelitian dan Studi Kasus, Sidoarjo, Citra Media.
_____________ (2003).Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta.
Siregar., 2008. M, Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Swadana Tarutung Tapanuli Utara, (Tesis) Medan, Sekolah Pascasarjana USU.
Nursalam (2011).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika Nursalam & Siti Pariani (2001).Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, Jakarta: Sagung seto, hal:68 Rakhmat, J. (2001). Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Bandung, Remaja Rosdakarya. Riyanto, Agus (2011) Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika
Sugiyono, (2003). Statistik non parametris untuk penelitian, Bandung, AlfaBeta. Tarigan, K. (2005). Pengaruh Profesionalisme dan Disiplin Kerja Terhadap Kualitas Pelayanan Pada Poltabes Palembang, Thesis: Palembang: Universitas Sriwijaya, diperoleh dari http://mm.unsri. ac.id/thesis/index.php?p=show_detail&id =136, diakses 3 November 2016 Usmara, A., &Dwiantara, L. (2004), Strategi Organisasi: Amara Books. Jogjakarta
Robbins, S.P. (2001). Psikologi Organisasi, (Edisi ke-8). Jakarta: Prenhallindo.
Wawan, A & Dewi M. (2010).Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia, Yogyakarta, Nuha Medika
Sherris, J. (2000). Out Look Volume 16 Versi Bahasa Indonesia :Kesehatan reproduksi
Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
35