Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL KAUM BISEKSUAL DALAM KELUARGA Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan oleh kaum biseksual di dalam keluarganya. Kajian pustaka yang digunakan untuk penelitian ini adalah komunikasi interpersonal. Di mana pola komunikasi merupakan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, sumber data menggunakan informan atau narasumber. Subjek penelitian ini adalah dua orang yaitu Indra dengan status belum menikah dan Jojo dengan status sudah menikah. Teknik pengumpulan data dengan observasi dan wawancara. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data kualitatif dapat diperoleh dari wawancara maupun observasi kemudian akan memberikan gambaran proses komunikasi, dan kemudian diinterpretasikan. Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uraian rinci sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan secermat mungkin. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola komunikasi yang dilakukan oleh Indra dengan keluarganya yaitu pola komunikasi persamaan, dengan memiliki lima sikap positif yang mendukung komunikasi interpersonal serta mencakup tahap hubungan interpersonal yaitu kontak, keterlibatan, perusakan, dan pemutusan. Untuk tipe keluarga pada informan pertama yaitu Konsensual dan Pluralistis. Sedangkan untuk pola komunikasi yang dilakukan oleh Jojo adalah pola komunikasi tak seimbang terpisah dengan memiliki lima sikap positif yang mendukung komunikasi interpersonal serta mencakup tahap hubungan interpersonal yaitu kontak, keterlibatan, namun tidak terjadi perusakan dan pemutusan. Kata kunci : Pola Komunikasi, Komunikasi Interpersonal, Biseksual Abstract This study aims to determine the pattern of communications made by the bisexual in the family. Literature review were used for this study is the interpersonal communication. Where is the communication patterns as a form or pattern of the relationship of two people or more in the process of sending and receiving the proper way so that the message is understood. This type of research is descriptive qualitative data sources using the informant or informants. The subjects were two persons namely Indra with unmarried status and Jojo with a married status. The technique of collecting data through observation and interviews. The analysis technique used in this research is qualitative analysis of qualitative data can be obtained from interviews and observations will then provide an overview of communication process, and then interpreted. Validity of the data in this study is done by using a detailed description so that the description was done as accurately and carefully as possible. From the results of this study concluded that the pattern of communications made by Indra with his family, namely communication patterns equation, by having five positive attitude that supports interpersonal communication and interpersonal relationship stage that includes contact, engagement, destruction, and termination. For a family type in the first informant that Consensual and pluralistic. As for patterns of communications made by Jojo is not balanced pattern of communication has five separate with a positive attitude that supports interpersonal communication and interpersonal relationship stage that includes contacts, involvement, but no damages and disconnection. Keywords: Patterns of Communication, Interpersonal Communication, Bisexual Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014 34
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
Manusia merupakan makhluk individual dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki ketergantungan dengan yang lain. Ia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga kepribadian individu, kecakapan, dan ciri kegiatannya menjadi kepribadian individu yang sebenar-benarnya apabila keseluruhan tersebut berhubungan dengan lingkungannya. Seiring berkembangnya zaman, ada banyak hal yang berubah dari cara berpikir seseorang, cara berpakaian, cara berkomunikasi dan cara bersosialisasi dengan sekitarnya. Setiap masyarakat menginginkan perubahan ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapainya kehidupan yang maju dan berkembang. Keinginan akan adanya perubahan tersebut merupakan proses dari modernisasi. Dengan adanya proses modernisasi ini, manusia selalu diikuti oleh keberadaan status sosial yang dinamakan gaya hidup. Untuk menangkap gaya hidup, dapat kita lihat dari barang-barang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya bersifat modis, cara berperilaku (etiket), sampai bahasa yang digunakan tidak untuk tujuan berkomunikasi semata-mata, tetapi untuk simbol identitas. Fenomena gaya hidup yang berkembang di masyarakat sangat beragam di antaranya teknologi, gadget, fashion, pola makan, dan tidak terlepas juga dari gaya hidup bebas. Salah satunya adalah seks. Membahas mengenai seksualitas berarti kita perlu mengetahui terlebih dahulu dengan beberapa istilah-istilah di dalamnya. Kata “Seksualitas” berakar dari kata “Seks” yang diserap dari Bahasa Inggris, “SEX”, yang berarti jenis kelamin biologis (kata benda). Kata seks juga digunakan sebagai kata kerja untuk merujuk pada suatu aktivitas yaitu perilaku seks. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga tahun 2002, mendefinisikan seks sebagai berikut:
(1) jenis kelamin; (2) hal yang berhubungan dengan alat kelamin seperti senggama yang merupakan bagian hidup manusia; (3) birahinya timbul ketika menonton film percintaan. Seksualitas di sini diartikan tidak hanya persoalan mencari kenikmatan atau hal-hal terkait dengan erotisme dalam berhubungan seks semata, namun dalam lingkup yang lebih luas yaitu semua hal terkait dengan seks atau jenis kelamin manusia merupakan isu yang tidak bisa berdiri sendiri dan tidak lepas dari pengaruh sejarah, sosial, budaya, hukum, agama, etika, ekonomi dan politik. Michael Foucault menulis bahwa seksualitas sudah mulai dibicarakan sejak abad ke-17 meski dilarang dan dibungkam, namun secara sembunyisembunyi kerap dibahas di berbagai kelas sosial kala itu. Pada abad ke-19, seksualitas mulai dibahas oleh ahli demografi dan psikiater dengan diawali menggunakan kata-kata “maaf” karena akan menarik perhatian para pembacanya yang masih terkonstruksi persoalan tabu membahas seksualitas (Foucault, 1997). Menurut Freudian dalam wacana psikoanalisis di abad ke20, seksualitas banyak dibahas karena seks merupakan dorongan atau hasrat dan juga merupakan konflik yang mendorong perkembangan seorang anak, setta merupakan akar dari beragam permasalahan (sosial) yang muncul.(Foucault, 1997). Konflik atau permasalahan sosial terkait seksualitas terjadi karena persoalan seksualitas manusia kerap dipisahkan dari bagian Hak Asasi Manusia (HAM), bahwa sejak manusia lahir dengan
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
35
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
membawa jenis kelamin (seks) maka secara otomatis HAM sudah melekat pada diri manusia. HAM bersifat universal, saling bergantung, tidak dapat dipisahkan dan saling terkait. Salah satu persoalan HAM terkait seksualitas yang sampai saat ini masih belum selesai untuk diperjuangkan dan belum mendapatkan perhatian serius dari negara adalah SOGIE (Sexual Orientation & Gender Identity/Expression) atau di dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai orientasi seksual dan identitas/ekspresi gender. Di Indonesia secara umum istilah SOGIE lebih dikenal dengan sebutan homoseksual dan biseksual atau menyebut pelaku SOGIE sebagai lesbian, gay dan waria (LGBT). Fenomena kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) memang sudah tidak asing berada di lingkungan sekitar kita. Mereka bergaul dan juga bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada yang salah dalam fenomena ini, karena setiap individu memiliki hak untuk merepresentasikan dirinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Untuk kaum gay dan kaum lesbi masih lebih terlihat dari segi penampilan fisik mereka sebagai simbol dirinya. Lain halnya dengan kaum biseksual. Pada umumnya, kaum biseksual tidak ada ciri khusus secara fisik dari penampilan yang ditunjukkannya. Keberadaan kaum biseksual tidak mudah dikenali dengan mudah seperti halnya homoseksual dan transeksual. Kaum biseksual berpenampilan baik sesuai jenis kelaminnya layaknya heteroseksual. Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian lebih jauh terhadap biseksual. Peneliti juga mengalami beberapa kendala dalam mendapatkan informan dan buku-buku yang menunjang penelitian biseksual, sehingga membuat peneliti merasa tertantang untuk melakukan penelitian lebih dalam.
Biseksual terjadi apabila seorang wanita dan pria tertarik secara seksual kepada lawan jenis atau sesama jenis, dengan masa waktu yang bersamaan dalam hidup mereka. Seseorang menunjukkan kecenderungan biseksual, karena bingung menentukan orientasi seksualnya, apakah mengarah pada homoseksual atau heteroseksual. Sejauh ini, belum ada komunitas yang menampung khusus kaum biseksual saja di Surabaya. Di sisi lain, kaum biseksual belum dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Tak jauh dari masyarakat, dalam lingkungan terkecil yaitu keluarga, mereka belum tentu mau terbuka dengan kondisi yang dimilikinya. Tentunya butuh dukungan untuk mereka agar lebih percaya diri dalam menghadapi situasi yang sulit agar bisa diterima di dalam lingkungan keluarga. Entah itu mereka lebih terbuka dengan keadaan yang mereka miliki, atau mereka lebih memilih tertutup dengan kondisi status biseksualnya. Menghadapi situasi tersebut, diperlukan adanya komunikasi interpersonal yang baik dalam keluarga. Dengan melakukan komunikasi interpersonal yang baik, maka dapat menghasilkan umpan yang baik pula. Komunikasi interpersonal sangat penting bagi setiap manusia untuk menciptakan kebahagiaan hidup. Perkembangan fisik, intelektual dan sosial pada manusia sejak ia dilahirkan hingga dewasa, sangat tergantung pada komunikasi interpersonal yang tercipta dengan lingkungan sekitarnya. Penting adanya komunikasi interpersonal di dalam kehidupan sehari- hari sehingga dapat membentuk identitas, jati diri serta dapat memahami realitas yang ada di sekitar terutama pada keluarga.
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
36
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
Keluarga terdiri dari beberapa pribadi yakni ayah, ibu dan anak. MasingKesiapan mengelola masing Indonesia pribadidalam mengetahui wisata minat khusus “Mice” sebenarnya peranannya di dalam keluarga, tidak perludapat diragukan lagi. Berbagai sehingga menciptakan suasana event yang Keluarga kerap keluargainternasional yang cukup kuat. diselenggarakan di ibu kota telah merupakan suatu kesatuan yang saling berhasil mengangkat nama Jakarta berhubungan dan berinteraksi. dimata dunia. melalui Salah satu diantaranya Komunikasi interaksi yang adalah event Konferensi Asia Afrika ke dilakukan di dalam keluarga, masing60masing di Bandung yang berlangsung sejak memiliki pola komunikasi yang 18berbeda s/d 25 April . Dalamyang KAAlain. yang antara20115 satu dengan dihadiri oleh sejumlah kepala negara Komunikasi adalah suatu kegiatan dan delegasi dariterjadi 91 negara Asia Afrika , yang pasti dalam kehidupan terdiriberkeluarga. dari pemimpin negara Afrika Tanpa Asiaadanya , wakil pemimpin negara ( wakil komunikasi, tidak akan terjadinya presiden/ perdana menteri) dan 10 interaksi dalam kehidupan organisasi internasional yakni PBB, Uni keluarga di antaranya kegiatan Afrika,berbicara, ASEAN, Bank Pembangunan Asia berdialog, bertukar (ADB),pikiran Liga Arab South Center , juga dandan sebagainya. Akibatnya berhasil mengangkat nama Jakarta, kerawanan hubungan antara karenaanggota tidak hanya diselenggarakan di keluarga pun sukar untuk Bandung tetapi juga di Jakarta. Sehingga dihindari. Oleh karena itu, Jakartakomunikasi sebagai ibu kota negara citranya antara suami dan istri, meningkat melaluiantara side event Konferensi komunikasi ayah, ibu dan Asia Afrika diantaranya : Asia Afrika anak, komunikasi antara ayah dan Carnival, New AsiaYouth Conference anak, komunikasi antara ibu dan 2015, anak, Angklung for the Word komunikasi antara anakyang dan dimainkan oleh 20 ribu orang Bisnis anak, perlu dibangun ( secara Com.24/4). harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang baik dalam keluarga. Persoalannya adalah pola komunikasi bagaimana yang sering terjadi dalam kehidupan keluarga? Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua informan yang dapat dijadikan sebagai subjek penelitian. Dua informan ini bertempat tinggal di Surabaya. Keduanya laki-laki dan mengakui bahwa dirinya biseksual. Penggunaan dua informan yang sama-sama biseksual pria didasari oleh kondisi di lapangan. Peneliti sudah mendapatkan informan biseksual dari gender perempuan, namun tidak bersedia untuk diwawancara. Dengan pertimbangan keterbatasan, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan dua informan pria tersebut sebagai subjek penelitian.
Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji bagaimana Event-event merupakan pola komunikasitersebut interpersonal promosi pariwisata dan bisnis yang biseksual dalam keluarga. secara tidak langsung juga meraup Komunikasi menjadi salah satu unsur devisa dari sektordalam perhotelan, penentu keharmonisan restourant, transportasi, keluarga. Melalui komunikasi setiapjuga pariwisata dan perdagangan. Secara anggota keluarga dapat harfiah penyelengaraan Konferensi menyampaikan apa yang diinginkan Asia Afrika menunjukkan dan tidak diinginkan. Keluargafenomena dalam pengemasan event event khusus konteks penelitian ini merupakan telah merujuk kekinian bentuk “ definisi secara umumdalam dari sebuah MICE” . Karena client Mice hubungan sosial yang terdiri dari telah mengemas event-event peran ayah, ibu, dan anak-anak.penting sehingga para tamu yang hadir tidak hanya menghabiskan Rumusan Masalah waktunya untuk meetingBerdasarkan di satu tempat/ ruang yang konteks telah disediakan dalam penelitian tersebut,saja, makatetapi perumusan waktu yang bersamaan juga bisa masalah dari penelitian ini sebagai menikmati “suguhan” lain yang berikut: “Bagaimana pola komunikasi difasilitasi interpersonal Government, kaum biseksualCorporate dalam maupun Asosiation.Terlebih lagi keluarga?” kegiatan ini juga diliput oleh sekitar 300 - Pustaka 600 media. Bahkan melalui Kajian Media Centerdi Jl.Braga Bandung, Pola Komunikasi pemerintah menggelar instagram Pola adalah bentuk atau Bandung Photo Contest model (atau, lebih abstrak, suatu yang set diharapkan bisa bisa diikuti pula oleh peraturan) yang dipakai untuk sekitar 300 pegiat instagram dengan membuat atau untuk menghasilkan minimal follower untuk suatu atau bagian 10dariribu sesuatu, memotret yang berkaitan khususnya objek jika sesuatu yang dengan alam, arsitektur, budaya dan ditimbulkan cukup mempunyai suatu Konferensi Asia Afrika ke-60 ini telah yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Deteksi pola dasar disebut pengenalan pola. Pola yang paling sederhana didasarkan pada repetisi (suku kata): beberapa tiruan satu kerangka digabungkan tanpa modifikasi. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pola diartikan sebagai bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan pola komunikasi diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Menurut Joseph A.Devito mengungkapkan empat pola komunikasi:
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
37
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
(1) Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern); (2) Pola Komunikasi Seimbang Terpisah (Balance Split Pattern); (3) Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah (Unbalanced Split Pattern); (4) Pola Komunikasi Monopoli (Monopoly Pattern) Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal (Interpersonal Communication) adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka, seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace (1979) dalam (Hafied Cangara, 2010: 32) bahwa “interpersonal communication is comunication involving two or more people in a face to face setting”. Komunikasi interpersonal juga merupakan interaksi tatap muka antar dua atau beberapa orang, di mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung, dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung pula. Karakteristik Komunikasi Interpersonal Menurut pendapat Judy C. Pearson dalam (S. Djuarsa Senjaja, 2002: 2.1) menyebutkan enam karakteristik komunikasi interpersonal, yaitu1: 1. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self), bahwa segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain, berangkat dari diri sendiri. 2. Komunikasi interpersonal bersifat transaksional, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan. 3. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi, bahwa efektivitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan antarindividu.
4. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi, dengan kata lain komunikasi lebih efektif antara pihak-pihak yang berkomunikasi itu saling tatap muka. 5. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu dengan lainnya (interdependensi) yang melibatkan ranah emosi, sehingga terdapat saling ketergantungan emosional di antara pihak-pihak yang berkomunikasi. 6. Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang. Artinya ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain, maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah maupun diulang karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan. Sikap Positif yang Mendukung Komunikasi Interpersonal Ada lima sikap positif yang mendukung komunikasi interpersonal menurut Devito (1997: 259-264) dalam (Suranto AW, 2011:82)1: keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), kesetaraan (equality). Biseksual Biseksual (bisexual) adalah individu yang dapat menikmati hubungan emosional dan seksual dengan orang dari kedua jenis kelamin. Sedangkan biseksualitas adalah orientasi seks yang mempunyai ciri-ciri berupa ketertarikan estetis, cinta romantis dan hasrat seksual kepada pria dan wanita. Biseksualitas umumnya dikontraskan dengan homoseksualitas, heteroseksualitas, dan aseksualitas (orientasi seksual untuk menggambarkan orang-orang yang tidak mengalami ketertarikan seksual).
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
38
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism. Yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu spesies atau kejadian yang merupakan kebetulan dari karakteristik pria dan wanita dalam satu tubuh (Bowie dalam Storr, 1999). Ellis (dalam Storr, 1999) kemudian meninggalkan istilah psychosexual hermaphroditism dan memperluas makna dari biseksual sebagai hasrat seksual untuk pria maupun wanita yang dialami oleh individu. Menurut Freud (1905), biseksual merupakan kombinasi dari maskulinitas dan feminitas, sedangkan menurut Stekel (1920) dan Klein (1978), biseksual bukanlah merupakan kombinasi dari maskulinitas dan femininitas melainkan heteroseksualitas dan homoseksualitas (dalam Storr, 1999). Dari keseluruhan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa biseksual adalah istilah untuk orang dengan orientasi seksual yang memiliki ketertarikan estetis, psikologis, emosional dan seksual baik kepada laki-laki maupun perempuan. Komunikasi Keluarga Keluarga menentukan bagaimana bentuk komunikasi yang disepakati dan akhirnya membentuk suatu pola tertentu yang membedakan antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pola komunikasi keluarga menentukan tingkat kepuasan anggota keluarga di dalamnya. Keluarga adalah termasuk kelompok primer, di mana seseorang biasanya berada. Sebagai kelompok primer, komunikasi yang dilakukan para anggotanya berbeda dengan kelompok sekunder. Untuk memahami pola komunikasi keluarga, ada beberapa aspek yang terkait dengan keluarga seperti tipe keluarga dan pada tingkatan mana keluarga sebagai suatu kelompok masyarakat. Menurut Cooley, yang dikutip oleh Rohim (2009:95), sebagai kelompok primer, keluarga memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas, dalam arti menembus kepribadian yang paling dalam dan tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage.
Sedangkan meluas artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rintangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok primer, diungkapkan hal-hal yang bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang verbal maupun nonverbal. 2. Komunikasi yang berlangsung bersifat personal. Dalam komunikasi primer, yang penting buat seseorang adalah siapa dia, bukan apakah dia. Hubungan dengan kelompok primer sangat unik dan tidak dapat digantikan. Misalnya hubungan antara ibu dan anak. 3. Komunikasi lebih menekankan pada aspek hubungan daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan baik, dan isi komunikasi bukan sesuatu yang amat penting. Berbeda dengan kelompok sekunder yang lebih dipentingkan adalah aspek isinya bukan pada aspek hubungan. Ketiga, pada kelompok primer pesan yang disampaikan cenderung lebih bersifat ekspresif dan berlangsung secara informal. Fitzpark mengidentifikasi empat tipe keluarga yang ditentukan dari cara bagaimana mereka menggunakan uang, waktu dan energi serta derajat anggota keluarga dalam mengungkapkan perasaan. Empat tipe keluarga adalah konsensual, pluralistis, protektif, dan Laissez-Faire (Fitzpark dalam Morissan dan Wardhany, 2009:186). Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang. Pada penelitian kualitatif ini peneliti
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
39
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
menguraikan dan memfokuskan pada pola komunikasi kaum biseksual di dalam keluarganya. Pembahasan Informan Pertama (Indra) Dalam memelihara pola komunikasi interpersonal pada kaum biseksual dalam keluarga, ia menggunakan cara-cara di bawah berikut ini: 1. Yang pertama adalah pola komunikasi yang dijalankan yaitu Pola Komunikasi Persamaan. Dalam pola ini, tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang. Semua anggota keluarga Indra berhak untuk menyatakan pendapat masing-masing. Hal ini terjadi pada Indra dan adik tirinya. Indra dapat menentukan sikap dan pilihan di mana ia dapat menentukan pekerjaaan yang ia inginkan, pasangan hidup yang ia jalani, serta keuangan yang ia kelola sendiri. Sedangkan adik tirinya juga menentukan sikap dan pilihan di mana ia memutuskan untuk berkeluarga sebelum tamat SMA. Meski dalam situasi tertentu, kedua orang tua mereka tetap memberikan masukan, ide maupun opini yang selalu dikomunikasikan secara bersama-sama dengan anak-anaknya dalam pengambilan suatu keputusan. 2. Yang kedua ditemukan oleh peneliti mengenai kehidupan privasi Indra mengenai pasangan, Indra lebih memilih untuk meminimalisir komunikasi terhadap orang tua, hanya dijawab sewajarnya saja. Sedangkan mengenai kondisi status biseksual yang ia jalani, ia lebih memilih untuk tertutup kepada keluarga maupun pasangan wanitanya, hanya menceritakan kepada orang-orang tertentu yaitu beberapa teman dekatnya yang mengetahui kondisinya serta orang-orang di luar yang membuatnya merasa nyaman. 3. Yang ketiga adalah waktu untuk berkomunikasi. Informan Indra dengan keluarga hanya dilakukan di waktu-waktu tertentu, dikarenakan kedua orang tua yang sama-sama bekerja, sehingga intensitas bertemu dengan anaknya pada waktuwaktu tertentu untuk melakukan komunikasi. Meski di sela waktu tertentu, komunikasi yang mereka jalani tetap
berlangsung dengan baik. 4. Yang keempat mengenai konflik yang dialami oleh keluarga Indra. Konflik jarang terjadi di keluarganya. Hanya saja yang paling sering dibahas adalah masalah keuangan atau ekonomi keluarga. Konflik yang paling berat yang pernah terjadi di keluarganya hanya pada adik tirinya yang terpaksa meninggalkan jenjang pendidikannya SMA dan memutuskan untuk membangun keluarga sendiri. Dalam mengatasi sebuah konflik keluarga, bapak tirinya selaku kepala keluarga yang mengambil keputusan akhir sesuai dengan kesepakatan bersama dengan anggota lain. Meski terkadang ada beberapa anggota yang tidak setuju terhadap keputusan yang paling dominan, namun tetap dikomunikasikan secara bersama dan selalu menerima keputusan akhir dengan bijak. 5. Yang kelima, di dalam keluarga Indra orang yang paling mendominasi tetap kepada kepala rumah tangga yaitu bapak tirinya. Meski dominan, bapak tirinya selalu bertanya kepada anggota keluarga lain sebelum mengambil kebijakan keputusan akhir. Untuk yang paling sering memberikan ide, masukan, maupun opini ibu yang paling sering melakukannya. Untuk anak-anaknya yaitu Indra dan adik tirinya tetap menerima segala keputusan yang dikeluarkan oleh orang tuanya meski terkadang berbeda pendapat, namun itu semua tetap untuk dikomunikasikan. Hanya saja masing-masing pada Indra dan adik tirinya tetap berpegang teguh pada prinsip mereka ketika menyangkut permasalahan pribadi. 6. Yang keenam, jika ditinjau dari sikap positif yang mendukung komunikasi interpersonal, di antaranya sebagai berikut:
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
40
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
a. Keterbukaan: bahwa Indra cukup memiliki sikap keterbukaan kepada keluarganya. Hal ini dapat terlihat bahwa ia terbuka dengan ibu mengenai pekerjaan yang ia jalani dan keuangan. b. Empati: sikap ini juga dimiliki oleh Indra pada adik tirinya yang mengalami hamil duluan. Meski ia kecewa, namun ia bisa merasakan kondisi yang dialami adiknya, hingga ia tetap menerima apapun kondisinya meski hamil di luar nikah. c. Sikap mendukung: di keluarga Indra, antar anggota selalu mendukung satu sama lain terhadap suatu keputusan. Yang pertama, ketika Indra ingin resign dari pekerjaannya, ibunya menyuruhnya untuk mempertimbangkan terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan. Kedua, ketika Indra mengambil kartu kredit, ibu sempat melarang dan khawatir apabila Indra jadi menggunakan kartu kredit, namun meski Ibu tetap memberikan nasihat tapi Indra tetep berpegang teguh pada prinsipnya. Ketiga, konflik keluarga yang terjadi pada adik tirinya yang mengalami hamil duluan, satu keluarga seperti ayah, ibu, dan indra sepakat untuk mendukung adik tirinya menikah dengan kekasihnya, meski awalnya ibu menginginkan menggugurkan anak yang dikandungnya. d. Sikap positif : informan pertama ini memiliki sikap positif terutama dengan bapak dan adik tiri, ia tidak menganggap mereka seperti orang luar, melainkan seperti keluarga sendiri dengan menjalankan hubungan yang baik dengan mereka dan tidak menunjukkan kalau keluarganya ini broken home. Kemudian untuk bapak tirinya juga memiliki sikap yang positif dengan selalu mengambil keputusan yang bijak terhadap keluarga. e. Kesetaraan : di dalam keluarga Indra terdapat kesetaraan, meski ia mempunyai seorang bapak tiri dan adik tiri, namun ia tetap menganggap mereka seperti keluarganya sendiri.
Informan Kedua (Jojo) Dalam memelihara pola komunikasi interpersonal pada kaum biseksual dalam keluarganya, ia menggunakan cara-cara dibawah berikut ini: 3. Yang pertama ditemukan oleh peneliti kepada informan kedua (Jojo) adalah Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah yaitu pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Yang mendominasi dijalankan oleh satu orang sebagai kepala rumah tangga yaitu Jojo yang memegang kendali. Pihak yang mendominasi ini lebih mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lain seperti istrinya maupun anggota lain yang tinggal bersama di rumahnya mengenai apa yang harus dikerjakan, serta memberi opini, ide, masukan, dan memainkan kekuasaan untuk menjaga kontrol. Pihak yang mendominasi ini lebih perfeksionis dalam segala hal apapun, dan dapat dikatakan selalu benar di lingkungan keluarganya, karena ia sangat berhati-hati sebelum melakukan suatu tindakan sehingga cenderung tertata agar kesalahan dapat diminimalisir. Terkadang ia sesekali juga meminta saran kepada istri beserta anggota lain yang tinggal bersamanya. Tetapi ia lebih sering menentukan kebijakan keputusan dengan tegas. 4. Yang kedua, ditemukan oleh peneliti bahwa komunikasi yang terjalin dengan istrinya berlangsung secara baik. Mereka dapat berkomunikasi secara intens karena aktivitas mereka sama-sama di rumah. Istri sebagai ibu rumah tangga, dan Jojo sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah untuk keluarganya dapat dilakukan di rumah.
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
41
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
Komunikasi berlangsung secara terbuka dengan istrinya tentunya mengenai masalah keuangan, hal-hal lain yang berhubungan dengan kelangsungan hidup rumah tangganya, dan kondisinya sebagai kaum biseksual. Hanya saja, Jojo terkadang tidak terbuka dengan istrinya, ketika ia kembali menjalani hubungan backstreet dengan pria. 5. Yang ketiga adalah konflik yang terjadi di dalam rumah tangganya. Konflik dapat terjadi sewaktu-waktu dan sewajarnya tergantung dari situasi dan kondisi yang ada misalnya seperti keuangan atau ekonomi yang paling sering dibahas. Dalam menyikapi konflik yang terjadi, selalu diselesaikan dengan cara win-win solution yaitu dimana situasi kedua belah pihak memperoleh keuntungan yang seimbang untuk memutuskan suatu permasalahan atau konflik. Namun, ketika konflik tersebut terjadi, maka Jojo berusaha menyelesaikan konflik pada saat itu juga agar dapat segera terselesaikan dengan baik. Meski terkadang istri dan anggota lain berbeda pendapat dengan Jojo, namun tetap dikomunikasikan secara bersama-sama dengan mengambil suara terbanyak. Untuk masukan, ide, opini, dan keuangan adalah Jojo yang mengatur semuanya. Sedangkan istri hanya sebagai ibu rumah tangga. 6. Yang keempat, jika ditinjau dari sikap positif yang mendukung komunikasi interpersonal, di antaranya sebagai berikut: c. Keterbukaan: bahwa Jojo cukup memiliki sikap keterbukaan kepada istrinya. Hal ini dapat terlihat bahwa ia terbuka mengenai hal apapun permasalahan rumah tangganya seperti pekerjaan dan keuangan. Kondisi statusnya menjadi biseksual yang ia jalani juga sudah diketahui oleh istrinya sebelum mereka menikah. d. Empati: sikap ini juga dapat dimiliki oleh Jojo ketika sebelum memutuskan untuk menikah, calon istrinya sudah mengetahui kondisi
e. Jojo yang sebenarnya yaitu menjadi biseksual. Jojo memberikan pilihan terhadap calon istrinya untuk melanjutkan ke tahap lebih serius atau batal menikah. Ia tidak ingin menanggung kesalahan pada calon istrinya pada saat itu dan ia siap menanggung segala apapun resiko. f. Sikap mendukung: pada sikap mendukung ini terjadi di saat Jojo berbagi cerita dengan istrinya terkait konflik dengan customernya, namun istrinya tetap meresponnya dengan baik. Kemudian di antara keduanya juga saling memberikan masukan maupun saran. g. Sikap positif : pada informan kedua ini, terdapat sikap positif di antara keduanya, seperti halnya kebijakan yang diterapkan oleh Jojo kepada istrinya selalu di komunikasikan bersama-sama meski terkadang tidak semua kebijakan maupun keputusan tidak diterima sepenuhnya oleh istri. h. Kesetaraan : di dalam keluarga Jojo dengan istinya, di antara mereka saling membutuhkan satu sama lain terkait saran maupun masukan, namun hanya saja Jojo tetap lebih dominan untuk mengatur kehidupan rumah tangganya. Kesimpulan Dari pembahasan hasil penelitian yang di analisis, maka untuk perbedaan antara informan pertama (Indra) dan informan kedua (Jojo) terkait dengan pola komunikasi meliputi:
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
42
Suprihatin, S.Pd., M.Med.Kom dan Fina Marviani Putri, S.I.Kom
1. Pada informan pertama (Indra) memiliki Pola Komunikasi Persamaan (Equality Pattern), dimana pola komunikasi ini menjelaskan bahwa tiap individu membagi kesempatan komunikasi secara merata dan seimbang, peran yang dimainkan tiap orang dalam keluarga adalah sama. Hal ini terjadi pada masing-masing anggota di dalam keluarga Indra yang berhak untuk menyatakan pendapat masingmasing terutama pada Indra dan adik tirinya. Dimana yang telah dibahas bahwa Indra dapat menentukan sikap dan pilihan di mana ia dapat menentukan pekerjaaan yang ia inginkan, pasangan hidup yang ia jalani, serta keuangan yang ia kelola sendiri. Sedangkan adik tirinya juga menentukan sikap dan pilihan di mana ia memutuskan untuk berkeluarga sebelum tamat SMA. Meski dalam situasi tertentu, kedua orang tua mereka tetap memberikan masukan, ide maupun opini yang selalu dikomunikasikan secara bersama-sama dengan anak-anaknya dalam pengambilan suatu keputusan. Kemudian tiap anggota keluarga memiliki hak yang sama dalam pengambilan keputusan. Konflik yang terjadi tidak dianggap sebagai ancaman, diselesaikan sesuai kesepakatan bersama antar anggota keluarga. 2. Sedangkan pada informan kedua (Jojo) memiliki Pola Komunikasi Tak Seimbang Terpisah yaitu pola ini satu orang mendominasi, satu orang dianggap sebagai ahli lebih dari setengah wilayah komunikasi timbal balik. Satu orang yang mendominasi ini sering memegang kontrol. Yang mendominasi dijalankan oleh satu orang sebagai kepala rumah tangga yaitu Jojo yang memegang kendali. Pihak yang mendominasi ini lebih mengeluarkan pernyataan tegas, memberi tahu pihak lain seperti istrinya maupun anggota lain yang tinggal bersama di rumahnya mengenai apa yang harus dikerjakan, serta memberi opini, ide, masukan, dan memainkan kekuasaan untuk menjaga
kontrol. Pihak yang mendominasi ini lebih perfeksionis dalam segala hal apapun, dan dapat dikatakan selalu benar di lingkungan keluarganya, karena ia sangat berhati-hati sebelum melakukan suatu tindakan sehingga cenderung teratata agar kesalahan dapat diminimalisir. Terkadang ia sesekali juga meminta saran kepada istri beserta anggota lain yang tinggal bersamanya. Tetapi ia lebih sering menentukan kebijakan keputusan dengan tegas. Daftar Pustaka Agus M. Hardjana. 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal Yogyakarta: Kanisius. Galink, 2013, Seksualitas Rasa Rainbow Cake (Yogyakarta: Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Hafied Cangara. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Lexy J.Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suranto Aw. 2011. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu Syaiful Bahri Djamarah, 2004, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga – Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rineka Cipta Non Buku Definisi Biseksual, http://kamuskesehatan.com/arti/biseks ual/, diakses 27 Maret 2014, pukul 10.25 Definisi Biseksualitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Biseksualit as, diakses 27 Maret 2014, pukul 11.20 EH Sianturi, Definisi Biseksual, (http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23456789/29510/3/ChapterII.pdf, Universitas Sumatera Utara, 2011, diakses 1 April 2014, pukul 19.00) hlm 9
Jurnal Ilmu Komunikasi Vol. 2 No. 2 Desember 2014
43