Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI POSYANDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS LONG IRAM KECAMATAN LONG IRAM KABUPATEN KUTAI BARAT 1
Ni Wayan Wiwin A. , Hartini
2
Latar Belakang : Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia yang rendah disebabkan oleh faktor internal yaitu rendahnya pengetahuan dan sikap ibu, dan faktor eksternal yaitu kurangnya dukungan keluarga, masyarakat, petugas kesehatan maupun pemerintah, gencarnya promosi susu formula, faktor sosial budaya serta kurangnya ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram Kabupaten Kutai Barat Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel diambil sesuai kriteria inklusi yaitu 79 responden. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square. Hasil : Hasil analisis bivariat menggunakan Chi Square menunjukkan variabel pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemberian ASI yaitu (p= 0,039), pada variabel dukungan keluarga mempunyai hubungan dengan pemberian ASI eksklusif (p = 0,025). Kesimpulan : Hasil analisis variabel pengetahuan adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif, dan ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI eksklusif. Disarankan puskesmas menerapkan promosi kesehatan tentang manfaat ASI secara lebih maksimal terutama untuk ibu hamil dan menyusui agar dapat memberikan ASI secara eksklusif. Kata Kunci : Pengetahuan, Dukungan Keluarga, Pemberian ASI Eksklusif
1
Dosen STIKES Keperawatan Muhammadiyah Samarinda
2
Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Samarinda
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016 RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF MOTHER AND FAMILY SUPPORT WITH EXCLUSIVE BREASTFEEDING IN HALTH POS OF LONG IRAM PUBLIC HEALTH CENTERS WORKING AREA AT LONG IRAM THE DISTRICT OF WEST KUTAI Abstrac
2
2
Ni Wayan Wiwin A. , Hartini.
Background : The exclusive breastfeeding in Indonesia was still low because of internal factor that is the low level of mother attitude and knowledge, and eksternal factor that is lack support of family, society, officer health and also the goverment, intensively of formula milk promotion, socio-cultural factor and also the lack of the availibility of facility service of health of child and mother. Purpose : The purpose of this study was to determine the relationship knowledge of mother and family support with exclusive breastfeeding of Posyandu Working Are Long Iram PHC the District of West Kutai. Method : This research used a cross sectional method approach. Samples taken according to the inclusion criteria, namely 79 respondents. Analysis included univariate and bivariate analysis with using chi-square. Result : Results of the bivariate analysis using Chi Square shows have knowledge of the variables had a significant relationship with breastfeeding is (p = 0.039), on family support variables have a relationship with exclusive breastfeeding (p = 0.025). Conclusion : The results of the analysis of knowledge variable is have correlation between knowledge with exclusive breastfeeding, and no significant correlation between family support exclusive breastfeeding. Suggested puskesmas implement health promotion benefits of breastfeeding more leverage, especially for pregnant and nursing mothers to provide breast milk exclusively. Key Word : Knowledge, Family Support, Exclusive Breastfeeding.
1 2
Lecturer Muhammadiyah STIKES Samarinda Nursing Student STIKES Samarinda
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016
PENDAHULUAN Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) dimasa yang akan datang. Pembagunan manusia dimasa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkwalitas dimasa yang akan datang maka anak perlu dipersiapkan agar anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi ( Tanuwidjaya, 2012). ASI (Air susu ibu ) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein, dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. Asi membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi terhadap penyakit. Cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai umur 6 bulan dan meneruskan sampai anak usia 24 bulan (Kemenkes RI, 2013). Ironisnya, pemberian ASI Eksklusif masih belum seperti yang diharapkan. Rendahnya angka pemberian ASI Eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif adalah pengetahuan ibu yang kurang mengenai ASI (Irfan,2012). Sebagian besar penduduk Indonesia yang bertempat tinggal di desa hampir 50% memiliki pendidikan yang rendah. Sehingga pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI Eksklusif sangat kurang. Kurangnya pengetahuan ibu tersebut juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif, oleh karena itu pengetahuan ibu terhadap ASI Eksklusif perlu ditingkatkan (Widiyanto, 2012). Menurut data yang didapat dari World Breastfeeding Trends Initiative (WBTI) pada tahun 2012, hanya 27,5% ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI eksklusif, dari hasil tersebut membuat Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Pada tahun 2010, Indonesia
dalam hal tingkat ibu menyusui secara eksklusif masih menduduki peringkat 30 dari 33 negara di Asia . Pada 2010, prevalensi ASI eksklusif hanya 15,3%. Dengan rata-rata per tahun ada 4 juta kelahiran, tingkat pemberian ASI eksklusif di Indonesia tergolong sangat rendah (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia/SDKI). Tahun 2013 prevalensi menyusui hanya ASI saja dalam 24 jam terakhir pada bayi umur 6 bulan meningkat dari 15,3% (2010) menjadi 30,2% (2013), sedangkan pada tahun 2014 ini Indonesia mempunyai target 80%, dan prevalensi inisiasi menyusui dini <1 jam meningkat dari 29,3% (2010) menjadi 34,5% pada tahun 2013 (RISKESDAS, 2013). Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (2013) jumlah bayi 0-4 bulan yang diberi ASI eksklusif yaitu 68.527 orang atau 42,83% dari 159.987 orang. Sedangkan tahun 2010 jumlah bayi 0-6 bulan yang diberi ASI eksklusif sebesar 29,54%, pada tahun 2011 sebesar 34,53% dari 165.656 bayi. Berdasarkan hasil perhitungan data Suspenas tahun 2007 persentase bayi usia 0-4 bulan yang menerima ASI eksklusif di Propinsi Kalimantan Timur sebesar 55,48%. Pemberian ASI Eksklusif di provinsi Kalimantan Timur menunjukan penurunan dan masih rendah dari target cakupan ASI Eksklusif nasional karena target ASI Eksklusif nasional sebesar 80 persen. Capaian ASI eksklusif untuk Kabupaten Kutai Barat pada tahun 2011 hanya 4,3%, pada Tahun 2013 meningkat menjadi 48%, capaian untuk bulan Agustus tahun 2014 sebesar 12, 77%. Cakupan di wilayah kerja Puskesmas Long Iram tahun 2012 sangat rendah yakni 2,4% saja bayi yang diberi ASI eksklusif dan pada Tahun 2013 masih rendah juga yaitu 7,5% yang memberikan ASI secara eksklusif, berdasarkan data laporan untuk bulan Desember tahun 2014 Puskesmas Long Iram hanya mencapai 10,08 %. Hasil tersebut masih sangat jauh dari target yang diharapkan oleh pemerintah yakni 80% bayi harus mendapat ASI Eksklusif (Profil Dinkes Kabupaten Kutai Barat, 2012). Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif disebabkan karena berbagai kendala. Kurangnya pemahaman Ibu dan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016
dukungan keluarga mengenai manfaat ASI eksklusif memegang peranan yang sangat kuat dalam keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Prasetyono, 2009). Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan teknik wawancara yang telah dilakukan di Puskesmas Long Iram pada kegiatan Posyandu Balita, didapatkan data bahwa 25 ibu yang menyusui, 15 diantaranya menyatakan tidak tahu tentang manfaat ASI eksklusif dan ibu merasa bayi akan kekurangan nutrisi apabila hanya diberi ASI saja tanpa diberi makanan tambahan lain, 10 ibu sudah mengetahui tentang ASI ekslusif serta manfaat memberi ASI eksklusif. Selain itu juga didapatkan dari 25 ibu yang menyusui, 20 orang mengatakan tidak mendapatkan dukungan keluarga untuk menyusui karena keluarga kebanyakan menyarankan untuk memberi makanan tambahan. Menurut pengalaman dan pengamatan peneliti selama bekerja diwilayah Puskesmas Long Iram selama ± 12 tahun saya lihat pengaruh pengetahuan tentang ASI Eksklusif menjadi kendala dalam suksesnya pemberian ASI eksklusif,selain itu dukungan keluarga (orang tua dan mertua) dengan pemberian ASI Eksklusif sangat kurang ditandai dengan masih banyak bayi yang diberi susu formula dan makanan pendamping seperti air putih, madu, pisang, dan bubur sun. Walaupun petugas kesehatan telah menjelaskan pentingnya pemberian ASI Eksklusif, namun keluarga (orang tua dan mertua) tetap tidak menerapkannya, dengan alasan bayi yang diberi ASI saja tidak membuat bayi kenyang yang akan menyebabkan bayi jadi rewel karena kelaparan. Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan peneitian dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Ibu dan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram, Kabupaten Kutai Barat. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan pemberian ASI
Eksklusif di Posyandu wikayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram Kabupaten Kutai Barat”. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasigambaran karakteristik responden di Puskesmas Long Iram Kabupaten kutai Barat b. Mengidentifikasitingkat pengetahuan responden di Puskesmas Long Iram Kabupaten kutai Barat. c. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga responden di Puskesmas Long Iram Kabupaten kutai Barat. d. Mengidentifikasi pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Long Iram Kabupaten Kutai Barat. e. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Long Iram Kabupaten Kutai Barat. f. Menganalisis dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Long Iram kabupaten Kutai Barat METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional untuk mengetahui hubungan pengetahuan, dukungan keluarga dengandengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Long Iram kabupaten Kutai Barat. Populasi penelitian ini adalah adalahibu menyusui yang memiliki bayi usia 6-12 bulan dan terdaftar sebagai balita pada 12 Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Long Iram yang berjumlah 98 orang.Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Proportionate Stratified Random Samplingsehingga jumlah responden pada penelitian ini adalah 79 orang. Instrumen penelitian atau alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner.Dimana analisis data yang dilakukan terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016 HASIL PENELITIAN Analisa Univariat a. Karakteristik Responden 1) Usia Ibu Distribusi frekuensi responden berdasarkan usiadi Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram yang dapat dilihat dalam tabel 4.1 berikut ini : Tabel 4.1. Karakteristik responden berdasarkan Usia di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram tahun 2016 Usia <25
Frekuensi 9
(%) 11.4
26-35
43
54.4
36-45
27
34.2
Jumlah
79
100
SD dan 8 orang (10,1%) memiliki pendidikan perguruan tinggi. 3) Berdasarkan Pekerjaan Ibu Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan responden di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram yang dapat dilihat dalam tabel 4.3 berikut ini : Tabel 4.3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan Ibudi Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram tahun 2016 Pekerjaan IRT
Frekuensi 72
(%) 91,1
Honorer
6
7,6
PNS
1 79
1,3 100
Sumber: data primer diolah 2016
Sumber: data primerdiolah 2016
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil sebagian besar responden adalah kelompok usia 26- 35 tahun yaitu 43 orang (54,4%), sedangkan kelompok usia 36-45 tahun sebanyak 27 orang (34,2%), kelompok usia < 25 tahun sebanyak 9 orang (11,4%). 2) Berdasarkan Pendidikan Ibu Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan responden di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram yang dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram tahun 2016
Tabel 4.3 di atas menunjukkan sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 72 orang (91,1%), pada pekerjaan honorer ada 6 orang (7,6%) dan PNS ada 1 orang (1,3%). 4) Berdasarkan Usia Bayi Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia bayi responden di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram yang dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini : Tabel 4.4. Karakteristik responden berdasarkan usia bayi di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram tahun 2016 Usia Balita 7-8 bulan
Frekuensi 37
(%) 46,8
Pendidikan SD
Frekuensi 18
(%) 22,8
9-10 bulan
32
40,5
11-12 bulan
10
12,7
SMP/ SMA
53
67,1
Jumlah
79
100
PT
8
data primer diolah 2016 10,1 Sumber:
Jumlah
79
100
Sumber: data primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.2. diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan SMP/SMA sebanyak 53 orang (67,1%), 18 orang (22,8%) memiliki pendidikan
Berdasarkan tabel 4.4. diperoleh hasil sebagian besar responden memiliki bayi berusia 7-8 bulan sebanyak 37 orang (46,8%), sedangkan untuk usia bayi 9-10 bulan sebanyak 32 orang (40,5) dan
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.4 No.2, Desember 2016
yang memiliki bayi 11-12 tahun sebanyak 10 orang (12,7%).
Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram yang dapat dilihat dalam tabel 4.7 berikut ini:
b. Tingkat Pengetahuan Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan responden di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram yang dapat dilihat dalam tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram 2016
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan TingkatPengetahuandi Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram tahun 2016 Tingkat Pengetahuan Baik
Frekuensi
(%)
33
41.7
Cukup
44
55.8
Kurang
2
2.5
Jumlah
79
100
Sumber: data primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh hasil sebagian besar pengetahuan responden adalah cukup yaitu ada 44 orang (55.8%), pengetahuan baik ada 33 orang (41.7%), pengetahuan kurang ada 2 orang (2.5%). c. Dukungan Keluarga Distribusi frekuensi berdasarkan dukungan keluarga di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram dilihat pada tabel 4.6 berikut ini Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram tahun 2016 Dukungan Keluarga Baik
Frekuensi 23
(%) 29.1
Kurang Baik
56
70.9
Jumlah
79
100
Sumber: data primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh hasil sebagian besar dukungan keluarga adalah kurang baik yaitu ada 56 orang (70.9%) dan pada dukungan keluarga baik ada 23 orang (29.1%). d. Pemberian ASI Eksklusif Distribusi frekuensi responden berdasarkan pemberian ASI eksklusif responden di Posyandu wilayah kerja
Pemberian ASI Eksklusif
Frekuensi 9
(%) 11.4
Tidak Eksklusif
70
88.7
Jumlah
79
100
Sumber: data primer diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.7 diperoleh hasil sebagian besar pemberian ASI adalah tidak eksklusif yaitu ada 70 orang (88.7%) dan pada pemberian ASI secara eksklusif ada 9 orang (11.4%). Analisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram Kabupaten Kutai Barat Hasil uji statistik hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif menggunakan Uji Chi Square dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini : Tabel 4.8. Hubungan AntaraPengetahuan Ibu Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram 2016
Peng etahu an Baik Cukup Kurang Jumlah
Pemberian ASI Tidak Eksklusif eksklusif n % N % 6 18.2 27 81.8 2 4.5 42 95.5 1 50 1 50 9 11,4 70 88.6
Jumlah n 33 44 2 79
% 100 100 100 100
Berdasarkan tabel 4.8 di atas tentang hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram adalah pada pengetahuan baik dengan pemberian ASI secara eksklusif ada 6 responden (18.2%), tidak eksklusif ada 27 responden (81.8%). Pengetahuan cukup dengan pemberian ASI secara eksklusif ada 2 responden (4.5%) dan tidak eksklusif ada 42 responden (95.5%). Pengetahuan kurang dengan pemberian ASI eksklusif ada 1
P Value
0.039
responden (50%) dan tidak eksklusif ada 1 responden (50%). Hasil uji statistik menunjukkan harga Pearson Chi Square adalah P value 0,039 yang lebih besar dari nilai alfa yaitu 0,05 yang berarti menolak hipotesa alternatif (Ha), artinya terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian ASIdi Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram.
Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram.
PEMBAHASAN Analisa Univariat a) Karakteristik Responden 1) Usia Ibu Berdasarkan hasil analisa karakteristik usia responden, diperoleh bahwa adalah sebagian besar responden adalah kelompok usia 26-35 tahun yaitu 43 orang (54,4%), sedangkan kelompok usia b. Hubungan Dukungan Keluarga 36-45 tahun sebanyak 27 orang dengan Pemberian ASI Eksklusif di (34,2%), kelompok usia < 25 tahun Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas sebanyak 9 orang (11,4%). Hal ini Long Iram Kecamatan Long Iram sesuai dengan penelitian Handayani Kabupaten Kutai Barat (2015), tentang hubungan antara Hasil uji statistik pada hubungan tingkat pengetahuan dengan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Desa pemberian ASI eksklusif menggunakan Tanjungrejo menunjukkan bahwa Uji Chi Square dapat dilihat pada tabel mayoritas responden berada dalam 4.9berikut ini: kelompok usia 31-40 tahun yaitu Tabel 4.9. 78%. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Usia 26–35 tahun merupakan Dengan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Long masa dewasa awal (Depkes, 2009), Iram Kecamatan Long Iram 2016 dimana tugas perkembangannya adalah untuk saling ketergantungan Pemberian ASI dan tanggung jawab terhadap orang Jumlah P Dukungan Tidak Eksklusif lain serta menjadi pribadi yang lebih Keluarga eksklusif Value matang. Umur merupakan variabel n % n % n % yang digunakan sebagai ukuran 6 24.0 19 64.0 25 100 Baik Kurang 3 5.56 51 94.5 54 100 mutlak indikator fisiologis dengan 0.025 Baik 100 kata lain penggunaan fasilitas Jumlah 9 11.4 70 88.6 79 100 pelayanan kesehatan akan berhubungan dengan umur, dimana Berdasarkan tabel 4.9 di atas yang semakin tua mempunyai tentang hubungan antara dukungan karakteristik fisiologis dengan keluarga dengan pemberian ASI tanggung jawab sendiri eksklusifdi Puskesmas Long Iram (Notoatmodjo, 2007). Kecamatan Long Iram adalah pada Asumsi tersebut didukung dukungan keluarga baik dengan olehPotter dan Perry (2005) dalam pemberian ASI secara eksklusif ada 6 Handayani (2015), mengemukakan responden (26.0%), tidak eksklusif ada bahwa kelompok Usia 26-36 tahun 19 responden (64.0%). Dukungan termasuk dalam usia dewasa muda keluarga kurang baik dengan pemberian yang merupakan periode untuk ASI secara eksklusif ada 3 responden menetapkan tanggung jawab, (5.56%) dan tidak eksklusif ada 51 mencapai kestabilan dalam responden (94.5%). pekerjaan dan melakukan hubungan Hasil uji statistik menunjukkan harga yang erat. Orang yang dalam Continuity Correction adalah P value kelompok Usia tersebut biasanya 0,025 yang lebih kecil dari nilai alfa yaitu telah berkeluarga dan memiliki anak 0,05 yang berarti menolak hipotesa nol serta telah memasuki tahapan (H0), artinya terdapat hubungan yang kehidupan yang mapan dan mandiri bermakna antara dukungan untuk memutuskan permasalahankeluarga dengan pemberian ASI di
permasalahan yang menyangkut dirinya dan keluarganya, termasuk dalam memberikan perawatan pada lansia yang ada dalam keluarga. Berdasarkan hal tersebut diatas diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan dengan memberikanpenyuluhan kepada ibu mengenai manfaat dalam kandungan ASI agar ibu yang baru melahirkan memiliki antusias dan optimisme dalam pemberian ASI eksklusif. Menurut asumsi peneliti bahwa Usiaresponden dalam penelitian ini merupakan Usia yang produktif dalam hidup seseorang dan matang dalam mengambil keputusan dalam memberikan ASI eksklusif kepada anaknya. 2) Tingkat Pendidikan Berdasarkan tingkat pendidikan diperoleh hasil bahwa mayoritas responden berpendidikan menengah SMP/ SMA yaitu sebanyak 53 orang (67,1%), berpendidikan SD sebanyak 18 orang (22,8%), berpendidikan tinggi sebanyak 8 orang (110,1%). Hasil ini senada dengan hasil penelitian Kusumaningrum (2016), yang berjudul Gambaran Faktor-Faktor Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif DI Desa Cepokosawit Kabupaten Boyolali, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden ibu-ibu pada pemberian ASI Eksklusif memiliki pendidikan SMP/ SMA yaitu 68%. Notoatmodjo (2010), menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan hal tersebut diatas perawat diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan secara terus menerus dengan pendekatan pendidikan kesehatan (penyuluhan kesehatan). Penyuluhan kesehatan terus menerus akan memberikan aspek positif berupa perubahan sikap
khususnya untuk reponden yang kurang mengetahui tentang ASI Eksklusif. Menurut Asumsi peneliti Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan relatif tinggi sehingga akan mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram. 3) Pekerjaan Berdasarkan pekerjaan diperoleh hasil bahwa mayoritas responden memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 72 orang (91,1%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Handayani (2015), dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu adalah ibu rumah tangga dengan persentase sekitar 83%. Bentuk dukungan keluarga yang kurang baik dalam pemberian ASI Eksklusif ialah suami bersedia untuk membuatkan susu untuk bayinya dan bersedia pula untuk membelikan susu. kemudian ada pula nenek yang bersedia membuatkan susu bagi sang bayi. Kedua hal ini merupakan bentuk nyata bagi orang terdekat dalam mendukung pemberian susu formula bagi sang bayi. Penelian sebelumnya yang dilakukan oleh Permana diketahui bahwa kurangnya dukungan dari orang terdekat partisipan terutama suami akan penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif dilapangan sendiri harusnya pasangan atau keluarga menyadari makna sayang itu dengan memberikan ASI eksklusif bukan dengan susu formula walaupun dengan harga semahal apapun (Kusumaningrum, 2016). Menurut asumsi bahwa pekerjaan bukan lagi faktor utama dalam pemberian asi eksklusif, walaupun pekerjaan ibu rumah tangga selalu saja di rumah, namun karena tak ada dukungan keluarga dan tergiur susu formula untuk bayi bisa saja ibu berhenti untuk memberikan asi eksklusif pada bayi. Diharapkan kepada petugas
kesehatan selalu memberikan pendidikan kesehatan mengenai asi eksklusif kepada ibu karena akan memberikan aspek positif berupa perubahan sikap khususnya untuk reponden yang kurang mengetahui tentang ASI Eksklusif. b. Pengetahuan Berdasarkan hasil analisa pengetahuan diperoleh bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 33orang (41,7%).Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Oktaria (2012), yang meneliti tentang Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini, tempat persalinan dan Penolong Pesalinan Terhadap Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi 0-5 Bulan Di Wilayah Puskesmas Balai Agung Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012, dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga yaitu 62% memiliki pengetahuan tinggi tentang pemberian ASI Eksklusif. Hal itu sesuai dengan teori yangdikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu untuk terbentuknya tindakan seseorang yang mencakup kemampuankognitif, afektif dan psikomotorik. Notoatmodjo (2007), mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman rasa dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan posteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Semakin rendah tingkat
pendidikan seseorang semakin sukar menerima informasi sehingga semakin rendah pula pengetahuan yang dimiliki seseorang. Pengetahuan yang tinggi mengenai pemberian ASI Eksklusif akan memaksimalkan potensi yang dimiliki ibu sehingga lebih memotivasi dalam pemberian ASI Eksklusif. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunto (2009), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: Baik : Hasil persentase 76% 100%, Cukup : Hasil persentase 56% 75%, Kurang: Hasil persentase < 56%. Oleh karena itu, diharapkan bagi ibu untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya tentang ASI Eksklusif melalui sumber bacaan baik dari media elektronik ataupun media cetak, atau bisa juga bertanya langsung kepada petugas kesehatan atau mencari informasi ke puskesmas. Peran serta petugas kesehatan Puskesmas Long Iram juga penting berupa pemberian penyuluhan tentang pemberian ASI Eksklusif mengenai manfaat ASI bagi Ibu dan anak, penjelasan langsung kepada Ibu pada saat membawa anak ke puskesmas, maupun pemberian informasi langsung menggunakan leaflet. Terkait dengan hal tersebut, peneliti berasumsi bahwa karakteristik responden dimana mayoritas responden berpendidikan menengah SMP/SMA atau kategori pendidikan relatif tinggi sehingga mendukung tingginya pengetahuan yang dimiliki ibu tentang pemberian ASI Eksklusif.
c. Dukungan Keluarga Berdasarkan hasil analisa univariat variabel dukungan keluarga di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram diperoleh hasil bahwa mayoritas memberikan dukungan keluarga kurang baik sebanyak 56 orang (70,9%). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (2016), yang menyebutkan bahwa sebagian besar dukungan keluarga terhadap ibu kurang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif sebanyak 64%. Hasil analisa variabel dukungan keluarga di atas mendukung hasil survey awal yang dilakukan peneliti didapatkan dari 25 ibu yang menyusui, 20 orang mengatakan tidak mendapatkan dukungan keluarga untuk menyusui karena keluarga kebanyakan menyarankan untuk memberi makanan tambahan.Menurut pengalaman dan pengamatan peneliti selama bekerja diwilayah Puskesmas Long Iram selama ± 12 tahun pemberian ASI secaraeksklusif dipengaruhi oleh banyak faktor,selain itu dukungan keluarga (orang tua dan mertua) dengan pemberian ASI Eksklusif sangat kurang ditandai dengan masih banyak bayi yang diberi susu formula dan makanan pendamping seperti air putih, madu, pisang, dan bubur sun. Walaupun petugas kesehatan telah menjelaskan pentingnya pemberian ASI Eksklusif, namun keluarga (orang tua dan mertua) tetap tidak menerapkannya, dengan alasan bayi yang diberi ASI saja tidak membuat bayi kenyang yang akan menyebabkan bayi jadi rewel karena kelaparan. Pendapat Smet, (1994 dalam Lubis, 2009) bahwa dukungan keluarga sangat diperlukan terutama pada ibu yang memberikan ASI. Wijayanto, (2008) dalam Kusumaningrum (2016), menambahkan bahwa dukungan dari keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif yang
diberikan keluarga kepada ibu yang sedang memberikan ASI. Dukungan keluarga memegang peranan penting dalam menentukan bagaimana mekanisme koping yang akan ditunjukkan oleh ibu. Adanya dukungan dari keluarga dapat membantuibu menghadapi masalah agar semua kebutuhan ibu dalam memberikan ASI dapat terpenuhi dan ibu dapat terhindar dari depresi yang dapat mengurangi pengeluaran ASI. Menurut Friedman (2010), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan.Dukungan yaitu suatu usaha untuk menyokong sesuatu atau suatu daya upaya untuk membawa sesuatu.Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda-beda pada setiap tahap siklus kehidupan. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi ibu untuk menyusui apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau menemani ibu untuk berusaha membantu permasalahannya. Oleh karena itu, diharapkan kesadaran keluarga untuk meningkatkan pemberian dukungan kepada ibu. Bagi petugas kesehatan dan kader posyandu sebaiknya perlu meningkatkan peran dalam pemberian informasi bagi keluarga tentang pentingnya dukungan bagi ibu tersebut melalui penjelasan secara langsung maupun dengan pemberian leaflet. Terkait dengan hasil ini peneliti berasumsi bahwa pemberian dukunganoleh keluarga masih belum maksimal karena dukungan kelurga banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor baik itu faktor eksternal maupun internal seperti motivasi diri ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif dan pengaruh sosial budaya dari lingkungan tempat tinggalnya.
d. ASI Eksklusif Berdasarkan hasil analisa univariat ASI Eksklusif diperoleh hasil bahwa mayoritas responden tidak ASI Eksklusif yaitu sebanyak 70 orang (53,9%), sedangkan responden yang ASI Eksklusif yaitu sebanyak 9 orang (11,4%). Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Kusumaningrum (2016), didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusi rendah yaitu sebesar 10,3%. Indonesia mengatur Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif dalam Peraturan Pemerintah Repubkik Indonesia No. 33 Tahun 2012.Adapun pengertian ASI adalah “Cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Sedangkan untuk ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada Bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain (Depkes RI, 2013). Banyak mitos tentang menyusui membuat ibu menjadi kurang percaya diri untuk memberikan ASI kepada bayinya. Mitos tersebut tidak beralasan dan membuat ibu menjadi memilih berhenti untuk menyusui dan memilih memberi susu formula sebagai alternatif. Akibatnya terjadi kegagalan dalam melakukan pemberian ASI secara Eksklusif selama enam bulan kepada bayi (Wijayanto, 2008 dalam Kusumaningrum, 2016). Peran serta petugas kesehatan Puskesmas Long Iram juga penting berupa pemberian penyuluhan tentang pemberian ASI Eksklusif mengenai manfaat ASI bagi Ibu dan anak, penjelasan langsung kepada Ibu pada saat membawa anak ke puskesmas, maupun pemberian informasi langsung menggunakan leaflet. Peneliti berasumsi rendahnya ASI eksklusif pada ibu di sebabkan karena banyak hal, tidak hanya pengetahuan dan dukungan keluarga saja. Dari faktor internal ibu bisa saja terkena sindrom ASI kurang yaitu keadaan di mana ibu
merasa bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai alasan yang menurut ibu merupakan tanda tersebut, misalnya payudara kecil, ASI berubah kekentalannya, bayi lebih sering minta disusui, bayi minta disusui pada malam hari, dan bayi lebih cepat selesai menyusu dibanding sebelumnya. Ukuran payudara tidak menggambarkan kemampuan ibu untuk memproduksi ASI. Analisa Bivariat a. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil analisa hubungan pengetahuan dengan pemberian ASi Eksklusifdiperoleh hasil uji statistik nilai p=0,039 yang berart p<α (0,05)dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram.Hasil ini sejalan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Handayani (2015), bahwa ada hubungan antara pengetahuan tinggi dengan pemberian ASI Eksklusif. Pengetahuan subjek lebih luas dan mempunyai pengalaman tentang ASI Eksklusif baik yang dialami sendiri maupun dilihat dari teman, tetangga atau keluarga, maka subjek akan lebih terinspirasi untuk mempraktekkannya.Peneliti mengira bahwa kegagalan dari ASI eksklusif ini juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Seorang wanita yang dalam keluarga atau lingkungan sosialnya secara teratur mempunyai kebiasaan menyusui atau sering melihat wanita yang menyusui bayinya secara teratur, akan mempunyai pandangan yang positif tentang pemberian ASI. Di daerah yang mempunyai ”budaya susu formula/ botol, gadis dan wanita muda di daerah tersebut tidak mempunyai sikap positif terhadap menyusui, sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Tidak mengherankan bila wanita dewasa dalam lingkungan ini hanya memiliki
sedikit bahkan tidak memiliki sama sekali informasi, pengalaman cara menyusui, dan keyakinan akan kemampuannya menyusui (Perinasia, 2014). Keraf (2001) dalam Handayani (2015), mengatakan bahwa pengetahuan dibagi menjadi 3 macam, yaitu tahu bahwa, tahu bagaimana, dan tahu akan. ”Pengetahuan bahwa” adalah pengetahuan tentang informasi tertentu, tahu bahwa sesuatu terjadi, tahu bahwa ini atau itu memang demikian adanya, bahwa apa yang dikatakan memang benar. Jenis pengetahuan ini disebut juga pengetahuan teoritis, pengetahuan ilmiah, walaupun masih pada tingkat yang tidak begitu mendalam. Sedangkan ”tahu bagaimana” adalah menyangkut bagaimana seseorang melakukan sesuatu. Pengetahuan ini berkaitan dengan keterampilan atau lebih tepat keahlian dan kemahiran teknis dalam melakukan sesuatu. ”Tahu akan” adalah jenis pengetahuan yang sangat spesifik menyangkut pengetahuan akan sesuatu atau seseorang melalui pengalaman atau pengenalan pribadi. Notoatmodjo (2007), mendefinisikan pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, penciuman rasa dan raba. Pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional. Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan. Semakin rendah tingkat pendidikan seseorang semakin sukar menerima informasi sehingga
semakin rendah pula pengetahuan yang dimiliki seseorang. Menurut asumsi peneliti bahwa pengetahuan yang dimiliki responden tentang ASI Eksklusif hanya sebatas pada tingkat ”tahu bahwa” sehingga tidak begitu mendalam dan juga tidak memiliki suatu keterampilan untuk mempraktekkannya. Tenaga kesehatan memiliki peran disini untuk mendukung menyukseskan gerakan ASI Eksklusif tidak hanya berupa penyuluhan kesehatan saja, namun juga berupa pembentukan kader kesehatan yang memiliki suatu kemampuan untuk memberikan contoh bagaimana cara menyusui ASI yang benar, faktor pendorong keberhasilan ASI Eksklusif antara lain adalah petugas kesehatan. b. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan hasil analisa hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASi Eksklusifdiperoleh hasil uji statistik nilai p=0,025 yang berarti p<α (0,05)dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oelh Kusumaningrum (2016), dimana hasil penelitian menunjukkan bahwadukungan keluarga yang kurang baik berpengaruh terhadap pemberian ASI esklusif sehingga ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Wonokromo Surabaya. Beberapa responden diketahui bahwa terdapat seorang ibu yang keluarga mereka atau orang terdekatnya tidak mebolehkan untuk melakukan ASI Eksklusif. Hal ini dikarenakan kondisi putting susu ibu yang tidak keluar, jika hanya disebabkan hal tersebut bukan menjadi alasan bayi tidak diberikan susu, sehingga susu botol dijadikan alternatif pengganti ASI ibu.
Menurut asumsi peneliti Bentuk dukungan keluarga yang kegagalan pemberian ASI Eksklusif kurang baik dalam pemberian ASI adalah dukungan atau support yang Eksklusif ialah suami bersedia untuk di berikan oleh suami,orang tua membuatkan susu untuk bayinya maupun mertua dalam pemberian dan bersedia pula untuk membelikan susu botol kepada bayi mereka, susu. kemudian ada pula nenek walau dalam penelitian ini sebagian yang bersedia membuatkan susu besar ialah dukungan baik namun bagi sang bayi. Kedua hal ini tidak ASI Eksklusif. Bagi petugas merupakan bentuk nyata bagi orang kesehatan dan kader posyandu terdekat dalam mendukung sebaiknya perlu meningkatkan peran pemberian susu formula bagi sang dalam pemberian informasi bagi bayi. Penelian sebelumnya yang keluarga tentang pentingnya dilakukan oleh Permana diketahui dukungan bagi ibu tersebut melalui bahwa kurangnya dukungan dari penjelasan secara langsung maupun orang terdekat partisipan terutama dengan pemberian leaflet. suami akan penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif dilapangan sendiri harusnya keluarga menyadari KESIMPULAN DAN SARAN makna sayang itu dengan A. Kesimpulan 1. Karakteristik responden berdasarkan memberikan ASI eksklusif bukan umur dengan proporsi tertinggi dengan susu formula walaupun adalah responden yang berusia 26-35 dengan harga semahal apapun tahun yaitu 43 orang (54,4%), (Huliana, 2010). sedangkan kelompok usia 36-45 Peranan keluarga terhadap tahun sebanyak 27 orang (34,2%), berhasil tidaknya partisipan kelompok usia< 25 tahun sebanyak 9 memberikan ASI Eksklusif sangat orang (11,4%)., berdasarkan status besar.Hasil penelitian kualitatif pendidikan dengan proporsi tertinggi menunjukkan bahwa ada partisipan adalah pendidikan SMP/ SMA yaitu yang tinggal serumah dengan ibu sebanyak 53 orang (67,1%), (nenek) mempunyai peluang sangat berdasarkan status pekerjaan yang besar untuk memberikan MP-ASI paling banyak adalah IRT yaitu dini pada bayi. Bahkan ada sebanyak 72 orang (91,1%) danyang partisipan yang telah memberikan terakhir adalah berdasarkan usia bayi MP-ASI mulai bayi usia 11 hari atau mayoritas responden memiliki bayi setelah ’pothol puser’ (tali pusat pada kelompok usia 7-8 bulannya itu lepas) (Kusumaningrum, 2016). sebanyak 37 orang (46,8%). Menurut pengalaman dan 2. Pada pengetahuan responden pengamatan peneliti selama sebagian besar adalah cukup yaitu bekerja diwilayah Puskesmas Long ada 44 orang (55.8%) Iram selama ± 12 tahun saya lihat 3. Pada dukungan keluarga sebagian pengaruh pengetahuan tentang ASI besar adalah tidak baik yaitu ada 56 Eksklusif menjadi kendala dalam orang (70.9%). suksesnya pemberian ASI 4. Pada pemberian ASI sebagian besar eksklusif,selain itu dukungan responden tidak memberikannya keluarga (orang tua dan mertua) secara eksklusif yait usebanyak 70 dengan pemberian ASI Eksklusif orang (88,7%) sangat kurang ditandai dengan 5. Pada hasil uji statistik antara masih banyak bayi yang diberi pengetahuan dengan pemberian ASI susu formula dan makanan eksklusif adalah p value 0,039 pendamping seperti air putih, (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan madu, pisang, dan bubur sun. bahwa ada hubungan antara Walaupun petugas kesehatan telah pengetahuan dengan pemberian ASI menjelaskan namun keluarga Eksklusif di Posyandu wilayah kerja (orang tua dan mertua) tetap tidak Puskesmas Long Iram Kecamatan menerapkannya, dengan alasan Long Iram. bayi yang diberi ASI saja tidak 6. Pada hasil uji statistik antara membuat bayi kenyang yang akan dukungan keluarga dengan pemberian menyebabkan bayi jadi rewel ASI eksklusif adalah p value 0,025 karena kelaparan. (p<0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pemberian ASI Eksklusif di Posyandu wilayah
kerja Puskesmas Long Iram Kecamatan Long Iram. B. Saran-Saran 1. Bagi Keluarga Diharapkan untuk dapat mempertahankan dan meningkatkan pengetahuannya tentang pemberian ASI Eksklusif serta dapat meningkatkan dukungan kepada ibu dalam memperhatikan pemberian ASI Eksklusif sehingga ibu terbantu dalam menyukseskan pemberian ASI Eksklusif bagi anaknya. 2. Bagi Petugas Posyandu Diharapkan dapat memperhatikan faktor pengetahuan dan dukungan keluarga di lingkungan Posyandu yang dikelolanya agar dapat memahami manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi kesehatan bayi dan dampak pemberian makanan pendamping ASI jika diberikan sebelum usia yang cukup. 3. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan bahan bacaan serta sebagai bahan masukkan dalam kegiatan proses belajar. 4. Bagi peneliti selanjutnya Disarankan penelitian berikutnya melakukan penelitian dengan yang sejenis dengan variabel yang lebih banyak dan menggunakan metode multivariate serta sampel yang lebihbesar lagi.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.Jakarta : Rineka Cipta. Ati Nureni, (2008). Hubungan Karakteristik ibu,dukungan keluarga dan pendidikan kesehatan dengan perilaku pemberian ASI dan MP-ASI di desa Waru Jaya Kecamatan Parung Kabupaten Bogor. http:www.digilib.ui.edu. Azwar, A., 2008, Pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia. Jakarta: Warga Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI. 2007. Buku Panduan Manajemen Laktasi, edisi revisi. Jakarta : Depkes RI. Faisal, S. 2007. Dasar Dan Teknik Menyusun Angket, Surabaya : Penerbit Usaha Nasional. Handayani, 2015.Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Manajemen Laktasi Dengan Perilaku Dalam Pemberian ASI Di Desa Kenokorejo Polokarto Sukoharho. Skripsi.STIKES Kusuma Husada. Surakarta. Huliana, Mellyana. 2010. Perawatan Ibu
Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa Swara. Hurlock, 2012.Psikologi Perkembangan. Edisi 7. Jakarta. EGC Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kusmayati, 2005.Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang ASI Ekslusif di Ruang Nifas RS Sariningsih.Skripsi. Kusumaningrum, 2016.Gambaran Faktor- Faktor Ibu Yang Tidak Memberikan ASI Eksklusif DI Desa Cepokosawit Kabupaten Boyolali. Naskah Publikasi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Mantuli. 2012. Gambaran Pengetahuan Ibu Primigravida Yang Mempengaruhi Produksi ASI di Puskesmas Molingkapoto Kabupaten Gorontalo Utara provinsi Gorontalo. Universitas Negeri Gorontalo. Nugraheni.2012. Pengaruh Karakteristik Ibu dan Sosial Budaya Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Pekik Nyaring Kecamatan pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah.Univers itas Bengkulu. Oktaria, 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif, Inisiasi Menyusu Dini, tempat persalinan dan Penolong Pesalinan Terhadap Pemberian Makanan Prelakteal Pada Bayi 0-5 Bulan DI Wilayah Puskesmas Balai Agung Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2012. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.Depok. Stranas. 2009. Strategi Nasional PPASI www.gizi.net/kebijakangizi/ Diakses tanggal 20 Agustus 2016 Latif, 2011.Review Peningkatan Penggunaan ASI Eksklusif Menjelang Tahun 2011. Majalah Kedokteran Indonesia. 48 (9) : 329 – 331. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. -------------------2007. Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2012. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Perinasia, 2014, Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Cetakan ke 2, Program Manajemen Laktasi.Jakarta : Perinasia, Purwadarminta, 2004.Kamus Besar Bahas Indonesia.Jakarta :Balaipustaka Friedman, M .M. (2010). Keperawatan Keluarga :Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.