50 Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016
KARAKTERISTIK ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 12-59 BULAN Fitria Sunanti 1, Nurasih2 Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya Program Studi Kebidanan Cirebon e-mail:
[email protected]
ABSTRACT Toddlers are separate age group which needs special attention in development and growth. If there are any obstruction in this age period will certainly cause the nuisance to preparations in the establishment of child quality. The purpose of this study was to determine the relationship of the characteristics between the parents towards toddler development. This was an analytic research with a cross-sectional approach. The sample consisted of 78 mothers and children aged 12-59 months in Karayunan Village taken with accidental sampling. Analysis of the data comprised univariate and bivariate with chi-square test. The result showed that the majority of parents had a low education background of elementary-junior high school, unemployment, and have the lower income (less than 850.000) and parenting done by parents themselves. Statistical test results respectively revealed that was a relationship between education and income of parents impact the early childhood development. However, there was no relationship between employment and parenting and early childhood development. Therefore, the public health center in the village is expected to work harder in increasing the stimulation, detection and intervention activities for early childhood growth and development.
Keywords: education, employment, income, parenting ABSTRAK Anak balita merupakan kelompok tersendiri yang dalam perkembangan dan pertumbuhannya memerlukan perhatian yang lebih khusus. Apabila perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita ini mengalami gangguan, hal ini akan berakibat terganggunya persiapan terhadap pembentukan anak yang berkualitas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan anatara karakteristik orang tua dengan perkembangan balita.Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan pendekatan cross sectional. Sampel terdiri dari 78 orang ibu dan balita usia 12-59 bulan di Desa Karayunan dengan pengambilan sampel secara accidental sampling. Analisa data meliputi univariat dan bivariat dengan uji chi-square. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas orang tua berpendidikan rendah SD-SMP, tidak bekerja, pendapatan rendah < Rp850.000,00 dan pola pengasuhan banyak dilakukan oleh orang tua. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara pendidikan, pendapatan orang tua dengan perkembangan balita dan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan, pola pengasuhan dengan perkembangan balita.Diharapkan puskesmas lebih meningkatkan kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang balita. Kata kunci
: Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Pola Pengasuhan
51
PENDAHULUAN Perkembangan
tiga
adalah
bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi
tahun
(batita)
dan
anak
usia
prasekolah (Uripi, 2004 dalam Rahayu, 2013).
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
Balita sering disebut dengan istilah lain
sebagai hasil dari proses pematangan.
yaitu toddler. Pada masa ini tidak kurang
Disini
100 milyar sel otak siap untuk distimulasi,
menyangkut
adanya
proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
agar
tubuh, organ-organ, dan sistem organ
berkembang secara optimal di masa
yang
mendatang.
berkembang
sedemikian
rupa
kecerdasan
seseorang
Banyak
dapat
penelitian
sehingga masing-masing dapat memenuhi
menunjukkan
fungsinya. Termasuk juga perkembangan
0-4 tahun terbangun 50% dari total
emosi, intelektual dan tingkah laku
kecerdasan yang akan dicapai pada usia
sebagai
18 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil
interaksi
dalam
lingkungannya. (Bahiyatun, 2011)
kecerdasan
anak
usia
usia empat tahun pertama adalah masamasa
paling
menentukan
dalam
Anak di bawah lima tahun (Balita)
membangun kecerdasan anak dibanding
merupakan masa terbentuknya dasar
masa-masa sesudahnya. Apabila tidak
kepribadian penginderaan,
manusia,
kemampuan
mendapat rangsangan yang maksimal
berpikir,
keterampilan
pada usia tersebut, maka potensi tumbuh
berbahasa dan berbicara, bertingkah laku
kembang
sosial dan lain sebagainya. Anak balita
teraktualisasikan
merupakan kelompok tersendiri yang
mengalami
dalam
dan
emosi, sosial, mental, intelektual dan
pertumbuhannya memerlukan perhatian
moral (Yudhastawa, 2005, dalam Chika,
yang
2011).
perkembangan lebih
khusus.
Apabila
anak
tidak
secara
gangguan
akan
optimal
atau
perkembangan
perkembangan dan pertumbuhan pada masa balita ini mengalami gangguan, hal
Pertumbuhan dan perkembangan anak
ini akan berakibat terganggunya persiapan
berlangsung
terhadap
berkaitan dan berkesinambungan yang
pembentukan
anak
yang
berkualitas (Lubis, 2004). Balita terbagi
dimulai
dalam
(Kementrian
dua
kategori
berdasarkan
karakteristik, yaitu anak usia satu sampai
secara
konsepsi
teratur, sampai
Kesehatan
saling dewasa Republik
Indonesia, 2009). Peristiwa pertumbuhan
52
ditandai
dengan
perubahan
tentang
faktor ibu atau pengasuh tetap. Ibu atau
besarnya, jumlah, ukuran di dalam tingkat
pengasuh
sel, organ maupun individu. Sedangkan
berhasil
peristiwa perkembangan pada anak dapat
perkembangan
terjadi pada perubahan bentuk dan fungsi
Stimulasi tersebut dapat dilakukan oleh
pematangan organ mulai dari aspek sosial,
ibu dan ayah yang merupakan orang
emosional,
terdekat
dan
intelektual
(Hidayat,
tetap atau
turut hanya
anak
dengan
menentukan lewat
(Baraja,
anak,
saja 2007).
pengganti
2005). Aspek-aspek perkembangan yang
ibu/pengasuh anak, anggota keluarga lain
dapat dipantau antara lain motorik kasar,
dan kelompok masyarakat di lingkungan
motorik halus, kemampuan bicara dan
rumah tangga masing-masing dan dalam
bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian
kehidupan
(Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2009).
Kesehatan
Republik
sehari-hari
(Kementrian
Indonesia, 2009). Semakin tua umur ibu maka pola Perkembangan
memerlukan
pengasuhan dalam pemberian makan dan
rangsangan atau stimulasi khususnya
praktik kesehatan akan semakin baik. Hal
dalam keluarga, misalnya penyediaan alat
ini dapat dimengerti karena semakin tua
mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu
umur ibu maka dia akan belajar untuk
dan anggota keluarga lain terhadap
semakin bertanggung jawab terhadap
kegiatan anak (Kementrian Kesehatan
anak dan keluarganya juga semakin
Republik Indonesia, 2009). Apabila anak
banyak
mengalami kekurangan dalam stimulus
mengenai kesehatan dan gizi keluarga.
maka
deprivasi
Selain itu pendidikan ibu merupakan
perseptual, yaitu anak terhambat dalam
salah satu faktor yang penting dalam
perkembangannya, mengalami retardasi
tumbuh kembang anak. Karena dengan
(keterbelakangan)
gangguan-
pendidikan yang baik, maka ibu dapat
gangguan perkembangan. Misalnya, usia
menerima segala informasi dari luar
anak lima tahun, dengan kurangnya
terutama tentang tumbuh kembang anak
stimulus-stimulus tersebut maka dalam
yang baik (Sihombing, 2008 dalam Dewi,
perkembangannya terlihat seperti anak
2011).
akan
anak
mengalami
dan
pengalaman
dan
informasi
usia tiga tahun. Peranan stimulasi tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor,
Menurut penelitian Paradis dan rekan-
salah satu faktor yang terpenting adalah
rekan (2009), status pekerjaan orang tua
53
memberikan
dampak
terhadap
hari dengan salah satu orang tua dan
pertumbuhan dan perkembangan balita,
berkurangnya kontak dengan orang lain
hal ini berhubungan dengan kesempatan
tetapi juga sedih kehilangan rasa aman
orang tua dalam memberikan stimulasi
dan nyaman dengan keluarga yang utuh
terhadap perkembangan dan memenuhi
atau lengkap (Djiwandono, 2005 dalam
kebutuhan
Nugraha,S.A, 2010 dalam Dewi, 2011).
dasar
balita
untuk
pertumbuhan, dimana ibu yang bekerja mengurangi memberikan perkembangan
kesempatannya stimulasi Balita
untuk
Berdasarkan Badan Kependudukan dan
terhadap
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
(Susanti,
2009
dalam Dewi, 2011).
(2012) jumlah balita di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebanyak 13. 898. 951 jiwa dari 234. 292. 695 jiwa (5,93%)
Selain itu jumlah anak dalam keluarga
penduduk Indonesia. Setelah dilakukan
juga memberikan pengaruh terhadap
studi pendahuluan jumlah balita di Desa
tumbuh kembang anak. Keluarga atau ibu
Karayunan
yang mempunyai banyak anak akan
Berdasarkan uraian latar belakang diatas,
menimbulkan
bagi
peneliti tertarik melakukan penelitian
keluarga tersebut, jika penghasilan tidak
tentang hubungan antara karakteristik
mencukupi kebutuhan. Keluarga atau ibu
orang tua dengan perkembangan balita
yang mempunyai banyak anak juga
usia 12-59 bulan di di Desa Karayunan
menyebabkan terbaginya kasih sayang
Kabupaten Majalengka tahun 2014.
banyak
masalah
berjumlah
299
orang.
dan perhatian yang tidak merata pada setiap anak. Perkembangan anak akan
METODE PENELITIAN
optimal bila interaksi sosial berjalan sesuai
Desain penelitian yang digunakan dalam
dengan kebutuhan anak pada setiap tahap
penelitian ini adalah penelitian analitik
perkembangannya.
gangguan
dengan pendekatan cross sectional. Populasi
pertumbuhan dan perkembangan anak
dalam penelitian ini adalah seluruh orang
masih banyak dijumpai di masyarakat.
tua
Misalnya pada anak-anak yang dibesarkan
12-59
dengan keadaan orang tua yang tidak
Kabupaten Majalengka yang berjumlah
lengkap. Balita yang dibesarkan dalam
299 orang, dengan pengambilan sampel
keadaan orang tua tunggal tidak hanya
secara accidental sampling, yaitu dengan
sedih karena kehilangan kontak sehari-
mengambil kasus atau responden yang
Namun
yang
mempunyai
bulan
di
Desa
balita
usia
Karayunan
54
kebetulan ada atau tersedia, yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai
(Sugiyono,2005).
sampel
Didapatkan
sampel
sejumlah 78 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
untuk
mendapatkan
data
tentang karakteristik orang tua balita (pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan pola
pengasuhan),
sedangkan
untuk
mengukur perkembangan balita pada penelitian
ini
menggunakan
format
SDIDTK yang telah memenuhi Gold Standart berupa kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis
Tabel 2 .Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan di Desa Karayunan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pekerjaan Jumlah % Tidak Bekerja 46 59,0 Bekerja 32 41,0 Total 78 100 Berdasarkan Tabel 2 diketahui sebagian besar responden tidak bekerja, yaitu sebanyak 46 responden (59,0%). Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden BerdasarkanTingkat Pendapatan di Desa Karayunan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pendapatan Jumlah % <850.000 53 67,9 >850.000 25 32,1 Total 78 100
univariat dan bivariat dengan uji ChiBerdasarkan Tabel 3, diketahui sebagian
Square.
besar
memiliki
tingkat
pendapatan
HASIL
<850.000 yaitu sebanyak 53 responden
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa
(67,9%).
sebagian
besar
responden
memiliki
tingkat pendidikan rendah (SD-SMP), yaitu sebanyak 63 responden (80,8%). Tabel 1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di Desa Karayunan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pendidkan Jumlah % SD-SMP 63 80,8 SMA-PT 15 19,2 Total 78 100
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Pengasuhan di Desa Karayunan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pola Pengasuhan Jumlah % Orang Tua Orang Tua dan Pengasuh Total
51
65.4
27 78
34.6 100
Berdasarkan Tabel 4 diketahui sebagian besar pola pengasuhan oleh orang tua yaitu sebanyak 51 responden (65,4%).
55
Berdasarkan Tabel 5 diketahui sebagian
perkembangan balita usia 12-59 bulan di
besar perkembangan anak responden
Desa Karayunan Kabupaten Majalengka
dalam kategori meragukan yaitu 45 balita
tahun 2014.
(57.7 %),kategori perkembangan sesuai usia sebanyak 27% serta perkembangan menyimpang sebanyak 15,3%. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perkembangan Balita Usia 12-59 bulan di Desa Karayunan Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Perkembangan Jumlah % Balita Penyimpangan 12 15.3 Meragukan 45 57.7 Sesuai 21 27.0 Total 78 100
Berdasarkan
hasil
uji
Chi
Square¸
Hubungan Pendapatan Responden dengan Perkembangan Balita Berdasarkan didapatkan
hasil nilai
uji P
Chi
Square
sebesar
0,002.
Sehingga, Ho ditolak, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan perkembangan balita usia 12-59 bulan di Desa Karayunan Kabupaten Majalengka tahun 2014. Hubungan Pola Pengasuhan dengan Perkembangan Balita Berdasarkan
hasil
Square
sebesar
0,131.
didapatkan
Sehingga,
dapat
Sehingga, Ho diterima maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan antara
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan
pendidikan
antara
ditolak, orang
dan tua
dengan
pola
P
Chi
didapatkan nilai p value sebesar 0,000. Ho
nilai
uji
pengasuhan
dengan
perkembangan balita usia 12-59 bulan di
perkembangan balita usia 12-59 bulan di
Desa Karayunan Kabupaten Majalengka
Desa Karayunan Kabupaten Majalengka
tahun 2014.
tahun 2014.
Hubungan Pekerjaan Orang Tua Dengan perkembangan Balita
PEMBAHASAN
Berdasarkan didapatkan
hasil nilai
uji P
Chi
Square
sebesar
0,513.
Sehingga, Ho diterima maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan orang tua (ibu) dengan
Sebagian
besar
responden
memiliki
tingkat pendidikan yang rendah (SDSMP), yaitu sebanyak 63 responden (80,8%). Di Desa Karayunan banyak ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah dimungkinkan
karena
rendahnya
56
pengetahuan
tentang
pentingnya
waktu orang tua dalam mendampingi
pendidikan dan masih rendahnya hasil
anaknya.Ibu rumah tangga mempunyai
pendapatan
tinggi
waktu yang lebih banyak di rumah.
pendidikan seseorang, makin mudah
Tersedianya waktu interaksi antara orang
menerima
tua dengan anak yang cukup banyak
keluarga.Makin
informasi sehingga makin
banyak
pula
yang
memungkinkan untuk terjadi stimulasi
dimilikinya. Sebaliknya, pendidikan yang
juga semakin banyak. Stimulasi itu sendiri
kurang akan menghambat perkembangan
merupakan bagian dari kebutuhan dasar
sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang
anak yaitu asah. Dengan mengasah
baru diperkenalkan (Mubarak, 2006).
kemampuan anak secara terus-menerus,
Orang tua yang mempuyai latar belakang
kemampuan
pendidikan
meningkat. Pemberian stimulus dapat
yang
pengetahuan
tinggi
akan
lebih
anak
akan cara
semakin
memperhatikan segala perubahan dan
dilakukan
dengan
setiap perkembangan yang terjadi pada
bermain.
Anak
anaknya, serta umumnya mengetahui
stimulus yang terarah akan lebih cepat
bagaimana tingkat perkembangan anak
berkembang
dan bagaimana tingkat perkembangan
kurang mendapat stimulus. Kegiatan yang
pengasuhan orang tua terhadap anak yang
bisa dilakukan untuk stimulasi adalah
baik sesuai dengan perkembangan anak
dengan SDIDTK yang meliputi stimulasi
khususnya untuk pembentukan EQ yang
dini
baik bagi anak. (Achmad, 2010)
penyimpangan
yang
latihan
dan
memperoleh
dibandingkan anak yang
yang
memadai,
deteksi
pertumbuhan
dini dan
perkembangan, intervensi dini, rujukan Mayoritas
orang
tua
tidak
bekerja
dini.
sebanyak 46 orang (59.0 %). Di Desa Karayunan banyak ibu yang tidak bekerja
Sebagian
dimungkinkan karena pendidikan yang
pendapatan
rendah,
53 orang (67,9). Di Desa Karayunan
sulitnya
mencari
lapangan
besar
responden
rendah
orang
tua
yaitu
sebanyak
pekerjaan, dan di Desa Karayunan masih
banyak
menyakini bahwa pekerjaan ibu hanya
pendapatan rendah dikarenakan banyak
mengurusi rumah tangga dan suami
yang tidak bekerja.Dengan pendapatan
bertugas mencari nafkah. Perkembangan
yang rendah berarti akan terbatasi pula
balita agar berada dalam kategori sesuai,
kebutuhan
sangat dipengaruhi oleh ketersediaan
Sesuai dengan teori yang menyatakan
pokoknya
yang
memiliki
untuk
memiliki
belajar.
57
bahwa keadaan ekonomi keluarga erat
mayoritas oleh orang tua dikarenakan,
hubungannya dengan belajar anak. Anak
orang tua masih meyakini bahwa dengan
yang sedang belajar selain harus terpenuhi
diasuh
kebutuhan pokoknya, misalnya makan,
perkembangan anak akan diketahui oleh
minum, pakaian, perlindungan kesehatan,
orang tua, juga dimungkinkan karena
juga membutuhkan fasilitas belajar seperti
sebagian besar sebagai ibu rumah tangga
ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
dan juga karena pendapatan yang rendah.
alat tulis menulis, buku dan lain-lain.
Pemberdayaan keluarga memiliki makna
(Slameto, 2010: 63). Tingkat penghasilan
bagaimana keluarga memampukan dirinya
atau pendapatan adalah gambaran yang
sendiri dengan difasilitasi orang lain
lebih
untuk meningkatkan atau mengkontrol
jelas
keluarga
tentang dalam
posisi
ekonomi
masyarakat
yang
oleh
status
orang
tua
kesehatan
maka
keluarga
merupakan jumlah seluruh penghasilan.
(Nurhaeni,2011).
Pendapatan untuk mencukupi semua
penelitian Subagyo dan Wisnu (2010)
kebutuhan keluarga umumnya berasal
bahwa
dari penghasilan pekerjaan para anggota
perkembangan oleh orang tua pada aspek
keluarga. Pendapatan keluarga dapat
motorik kasar, motorik halus, bahasa dan
ditinjau
bicara,
dari
Senada
pemberian
pendapatan
akan
memberikan
kemandirian pada kelompok usia 18-24
dampak kearah yang baik atau kearah
bulan dan usia 36 sampai 48 bulan
yang
menghasilkan kriteria baik.
yang
buruk,
pendapatan
akan
personal
stimulasi
sumber
seseorang
dan
dengan
sosial
dan
berpengaruh terhadap penyediaan gizi yang
cukup,
dimana
kurangnya
pendapatan akan menghambat aktivitas
Hubungan antara Pendidikan Orang Tua dengan Perkembangan Balita Usia 12-59 bulan
baik yang bersifat materialistik maupun non materialistik (BKBN, 2004)
Menurut hasil perhitunagn uji statistik Chi Square didapatkan nilai P= 0,000 maka P
Sebagian
besar
responden
pola
value < α (0,05) sehingga Ha diterima dan
pengasuhan dilakukan oleh orang tua
dapat
disimpulkan
bahwa
yaitu sebanyak 51 orang (56.4%), dan
hubungan antara pendidikan orang tua
pola pengasuhan oleh orang tua dan
dengan
pengasuh sebanyak 27 orang (36.4%).
penelitian ini sesuai dengan penelitian
Pola pengasuhan di Desa Karayunan
yang dilakukan oleh Saadah (2004) pada
perkembangan
terdapat balita.Hasil
58
40 orang balita yang berusia 3 bulan
berkontribusi
sampai 18 bulan dilaporkan adanya
balita.
pengaruh
faktor
ibu
dalam
perkembangan
terhadap
perkembangan balita diantaranya yaitu pendidikan ibu (p=0.009). Hal ini jelas
Hubungan antara Pekerjaan Orang Tua (ibu) dengan Perkembangan Balita Usia 12-59 bulan
bahwa tingkat pendidikan yang rendah merupakan faktor penghambat dalam
Menurut hasil perhitunagn uji statistik Chi
mencari
Square didapatkan nilai P= 0, 513 maka
dan
menerima
informasi
terutama informasi kesehatan.
P value > α (0,05) sehingga Ha ditolak dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
Pendidikan merupakan salah satu faktor
hubungan antara pekerjaan orang tua
yang
dengan
mempengaruhi
terbentuknya
perkembangan
balita.
Hasil
perilaku. Perilaku atau tindakan yang
penlitian ini sesuai dengan penelitian yang
dihasilkan oleh pendidikan didasarkan
dilakukan oleh Handayani (2008) yang
pada pengetahuan dan kesadaran yang
mengatakan bahwa ibu yang bekerja maka
terbentuk melalui proses pembelajaran
waktu bersama dengan anak akan kurang,
dan perilaku.Penelitian yang dilakukan
akan tetapi harus mampu meluangkan
oleh tim riset kesehatan anak dan
waktu bersama dengan anak untuk
perkembangan anak (NICHD) (2000)
membimbingnya, menjalin komunikasi,
menunjukan
hasil
bercanda dan lain sebagainya. Hal ini juga
perkembangan balita antara lingkungan
dapat terjadi pada ibu yang tidak bekerja,
rumah
dan
harus bisa membagi waktu untuk bersama
kesempatan belajar dengan rumah yang
dengan anak. Artinya tidak mutlak ibu
penuh
dari
yang ada di rumah (tidak bekerja) akan
sumber
menjamin perkembangan balita sesuai
belajar dapat dikaitkan dengan kondisi
dengan umur. Ibu yang tidak bekerja,
sosial ekonomi (pendapatan orang tua,
yang
pendidikan
dimungkinkan
adanya
yang
perbedaan
terbatas
dengan
lingkungannya.
sumber
stimulasi
Keterbatasan
orang
tua,
dan
status
memiliki
banyak pula
waktu,
perkembangan
pekerjaan). Menurut Ball dan Bindler
balitanya kurang baik. Hal ini terjadi
sejumlah faktor yang berkaitan dengan
karena secara fisik ibu berada dan
perkembangan anak adalah terkait dengan
bersama anak namun ibu tidak terlibat
sosial ekonomi yang rendah. Berarti dapat
dalam proses stimulasi dengan balita.
di simpulkan karakteristik orang tua
Adanya cukup waktu berkualitas untuk
59
bersama dengan anak dalam bermain dan
anggota keluarga. Pendapatan keluarga
melakukan stimulus yang adekuat pada
dapat ditinjau dari sumber pendapatan
balita baik pada ibu yang berkerja
seseorang
maupun tidak bekerja (ibu rumah tangga)
dampak kearah yang baik atau kearah
menjadi salah satu penentu baik buruknya
yang
perkembangan anak.
berpengaruh terhadap penyediaan gizi yang
Hubungan antara Pendapatan Orang Tua dengan Perkembangan Balita Usia 12-59 bulan
yang
akan
buruk,
memberikan
pendapatan
cukup,
dimana
akan
kurangnya
pendapatan akan menghambat aktivitas baik yang bersifat materialistik maupun non materialistik (BKBN, 2004).Hal ini
Menurut hasil perhitungan uji statistik Chi
sesuai dengan teori menurut Ball dan
Square didapatkan nilai P = 0,002 maka
bindler (1995), bahwa salah satu yang
p value < α (0,05) sehingga Ha diterima
berkaitan dengan perkembangan adalah
dan dapat disimpulkan bahwa terdapat
terkait dengan sosial ekonomi yang
hubungan antara pendapatan orang tua
rendah. Jika pendapatan keluarga kurang
dengan perkembangan balita. Keadaan
maka
ekonomi keluarga erat hubungannya
stimulasi akan terabaikan.
penyediaan
terhadap
sarana
dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya,
misalnya
makan,
minum,
Hubungan antara Pola Pengasuhan dengan Perkembangan Balita Usia 12-59 bulan
pakaian, perlindungan kesehatan, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti
Menurut hasil perhitungan uji statistik Chi
ruang belajar, meja, kursi, penerangan,
Square didapatkan nilai P= 0.131 maka
alat tulis menulis, buku dan lain-lain.
p value > α (0,05) sehingga Ha di tolak
(Slameto, 2010: 63).
dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan
antara
pola
Tingkat penghasilan atau pendapatan
pengasuhan dengan perkembangan balita.
adalah gambaran yang lebih jelas tentang
Hal ini bertolak belakang dengan hasil
posisi
penelitian yang dilakukan oleh Handayani
ekonomi
masyarakat
yang
keluarga
dalam
merupakan
jumlah
dalam
(Agrina,
Sahar,
2012)
yang
seluruh penghasilan. Pendapatan yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara
mencukupi semua kebutuhan keluarga
pola pengasuhan dengan perkembangan
umumnya berasal dari pekerjaan para
anak. Ketidak sesuaian ini dimungkinkan
60
karena meskipun Balita diasuh penuh
Setiap keluarga memiliki pola asuh yang
oleh orang tuanya namun anak tidak
berbeda-beda
mendapatkan stimulasi penuh dari orang
mendidik anaknya. Di dalam pola asuh
tuanya,
tersebut,
bisa
jadi
disini
orang
tua
dalam
interaksi
mengasuh
(hubungan
dan timbal
membiarkan anak lebih banyak bermain
balik) antara anak dengan orang tua akan
sendiri. Sedangkan untuk anak yang
tertata
mendapatkan pola asuh yang tidak penuh
tersampainya keinginan anak kepada
dari orang tua langsung atau diasuh oleh
orang tua, interaksi yang kondusif juga
orang lain (pengasuh) selain dengan orang
akan membentuk akhlak dan moral sang
tuanya, mereka mendapatkan stimulasi
anak melalui didikan yang positif, seperti
penuh dari pengasuhnya atau orang
anjuran, larangan maupun pengendalian
tuanya ketika mereka bersama orang
aktivitas anak.
dengan
baik.
Disamping
tuanya, dan mereka bermain didukung dengan alat permaianan yang edukatif.
KESIMPULAN
Sesuai
1.
dengan
pendapat
yang
Mayoritas
responden
di
Desa
dikemukakan oleh (Agrina, Sahar, 2012)
Karayunan Kabupaten Majalengka
bahwa lingkungan yang kondusif juga
tahun
dibutuhkan untuk perkembangan Balita,
pendidikan rendah yaitu SD-SMP,
secara fisik dibutuhkan rumah yang
tidak bekerja, memiliki pendapatan
penuh sarana
dan prasarana bermain
rendah yaitu
sesuai dengan umur, keamanan perlu
pengasuhan oleh orang tua, dan
dijaga karena balita senang melakukan
perkembangan
eksplorasi
meragukan
terhadap
lingkungan,
dan
keterlibatan orang tua terhadap stimulasi.
2.
dalam
perkembangan anak
terutama
memiliki
balita
tua
(ibu)
3.
positif
perkembangan balita
dalam
membimbing tumbuh kembang anak agar sesuai dalam tahapan perkembangannya.
dengan
Tidak ada hubungan antara pekerjaan orang
diperlukan
kategori
perkembangan balita
dalam pola pengasuhan anak.Bersikap sangat
tingkat
Ada hubungan antara pendidikan orang
Orang tua merupakan tokoh sentral
2014
4.
tua
(ibu)
dengan
Ada hubungan antara pendapatan orang tua (ibu dan ayah) dengan perkembangan balita
61
5.
Tidak ada hubungan antara pola
Dasar.
pengasuhan dengan perkembangan
Kesehatan RI.
balita
Kementerian
Kusuma, R. (2012). Hubungan antara
REFERENSI Abu
Jakarta:
Bakar,
B.
(2008).
Psikologi
Perkembangan. Jakarta: Studio Press. Achmad, Ikah Fadhilah, Latifah, Lutfatul, Husadayanti,
D.
N.
(2010).
Tingkat
Pengetahuan
Ibu
tentang
Tumbuh
Kembang
Anak
dan
Perkembangan Motorik Halus balita di Wilayah Kerja Puskesmas Penumping Surakarta. Surakarta. Lubis, C. (2004). Usaha Pelayanan Kesehatan
Hubungan Tipe Pola Asuh Orang
Anak
dalam
Membina
Tua dengan Emotional Quotient
Sejahtera. Medan.
Keluarga
(EQ) pada Anak Usia Prasekolah (3-
Nurhaeni, N., Sutadi, H., Rustina, Y.,
5 tahun) di TK Islam Al-Fattah
Supriyatno, B. (2011). Pemberdayaan
Sumampir Purwokerto Utara. Jurnal
Keluarga Pada Anak Balita Penumonia
Keperawatan Soedirmian, 5(1), 47–57.
di Rumah Sakit: Persepsi Perawat dan
Agrina, Sahar, J. (2012). Karakteristik orangtua
dan
lingkungan
rumah
mempengaruhi perkembangan balita. Alimul Hidayat, A. (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Jakarta: EGC.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Remaja. Jakarta.
Metodologi
Penelitian
Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Keluarga Tahun 2011. Jakarta. Pembentukan RI.
Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Balita di Posyandu Sakura
Karakter
Melalui Keluarga. Kesehatan
Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Yulita, R. (2014). Hubungan Pola Asuh
BKKBN. (2012). Profil Hasil Pendataan (2011).
(2010).
Wahid, M. (2006). Buku Ajar Konsep Dasar
BKKBN. (2004). Siapa Peduli Terhadap
Kementerian
58–64.
Sugiono.
Bahiyatun. (2011). Psikologi Ibu dan Anak.
Chika.
Keluarga. Makara Kesehatan, 15(2),
(2013).
Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Ciputat Timur.