Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
PERSEPSI PENGUNJUNG EKOWISATA PULAU REUSAM TERHADAP MASYARAKAT PENGELOLA KAWASANEKOWISATA DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA SECARA BERKELANJUTAN Izwar STKIP Bina Bangsa Meulaboh, Jl. Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong Kec. Meureubo Kab. Aceh Barat 23615, E-mail:
[email protected]
Abstrak : Ekowisata (ecotourism) merupakan jenis wisata yang mendukung upaya konservasi dan juga memberikan apresiasi yang tinggi terhadap lingkungan, sosial budaya dan partisipasi masyarakat lokal. Pengelolaan kawasan ekowisata di Pulau Reusam sangat dibutuhkan untuk mengetahui potensi dan kendala yang didapat oleh pengunjung Dalam Rangka Pengembangan Kawasan Ekowisata Secara Berkelanjutan. Penelitian tentang Persepsi Pengunjung kawasan Ekowisata Pulau reusam dilaksanakan pada bulan September 2016, tehnik penentuan sampel dengan cara Purposive sampling, sedangkan metode pengumpulan data yang dilakukan antara lain dengan studi pustaka, observasi lapangan, penyebaran koesioner, yang disajikan dalam bentuk closes ended sehingga jawaban responden lansung tertuju pada tujuan penelitian ini. Tehnik analisis data dalam penelitian ini dengan cara Analisis deskriptif. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa Persepsi pengujung terhadap fasilitas sarana dan prasarana berada pada tingkatan cukup dengan nilai rata-rata 3,28. tentu dalam hal fasilitas masih banyak yang harus di tingkatkan baik di pulau maupun di daratan. untuk aksebilitas persepsi pengunjung ada pada tingkatan baik dengan nilai rata-rata 4,00, ini dikarenakan untuk menuju pulau reusam tidak terlalu sulit walaupun harus menggunakan speed boat yang sudah stanby di dermaga pelabuhan rigaih. Dalam hal pengelolaan pengunjung berasumsi baik dikarenakan masyarakat sudah berperan aktif secara swadaya dalam mengelola kawasan ekowisata tersebut, sudah dalam katagori cukup dengan nilai rata-rata 3,75.. Sedangkan persepsi pengunjung terhadap masyarakata sekitar sudah pada taraf yang sangat terbuka untuk pengunjung, sehingga ikut mendukung berkembangnya kawasan ekowisata ini. Kata Kunci : Ekowisata, persepsi masyarakat. Pulau Reusam, Aceh Jaya.
increasingly rapid economic growth in the Asia
PENDAHULUAN Wisata pada awalnya digolongkan dalam
kategori
Industry).
industri
Namun
hijau
dengan
(green besarnya
Pasific region has opened opportunities for tourism development in Indonesia. The potentials
for
tourism
development
in
pengembangan wisata yang menitik beratkan
Indonesia are among others : (1) rich
pada
tanpa
cultural heritage; (2) scientific landscape;
mengindahkan potensi lingkungan dan tidak
(3) proximity to major growth markets of
memperhatikan daya dukung dan daya
Asia; (4) large and increasingly wealthy
tampung lingkungan, yang menimbulkan
population that will provide a strong
terjadinya penurunan kualitas lingkungan.
dosmetic market; (5) large, relatively low
Lingkungan di beberapa obyek wisata rusak
cost and work force (Faulkner dalam
akibat besarnya volume pengunjung dan
Judisseno, 2015).
kepentingan
ekonomi
besarnya tekanan terhadap lingkungan. Tourism industry
in
is the
a
vast
world
Salah satu kegiatan wisata yang
growing and
the
banyak dibicarakan akhir-akhir ini, bahkan telah menjadi isu global yaitu dengan 1
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
berkembangnya sebagai
ekowisata
kegiatan
ISSN: 2355-3790
(ecotourism)
wisata
alam
budaya.
yang
Sedangkan
menurut
berdampak ringan terhadap lingkungan.
(2014),
Ekowisata pada umumnya didefinisikann
diperhatikan dalam pengelolaan ekowisata
sebagai aktifitas wisata yang berhubungan
adalah : Jumlah pengunjung terbatas atau
dengan
trekking,camping,
diatur supaya sesuai dengan daya dukung
rafting, ataupun berlibur di resor alami yang
lingkungan dan sosial-budaya masyarakat;
berhubungan dengan alam. Kecenderungan
menerapkan pola wisata ramah lingkungan
aktifitas tersebut justru menimbulkan dampak
-Menerapkan pola wisata ramah budaya
negatif
dan adat setempat; memberikan dampak
alam,
seperti
terhadap
lingkungan
apabila
Beberapa
yang
terhadap
perlu
kesadaran pelaku wisata terhadap kelestarian
secara
lingkungan masih rendah.Namun kegiatan
perekonomian masyarakat setempat; dan
wisata yang ramah lingkungan pun tidak
tidak memerlukan modal yang besar untuk
otomatis dikategorikan sebagai ekowisata.
pembangunan infrastruktur pendukung.
Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan
langsung
aspek
Setiyono
Prinsip-prinsip
peningkatan
yang
diterapkan
wisata ke area alami yang dilakukan dengan
dalam pengembangan ekowisata antara
tujuan
lain:
mengkonservasi
lingkungan
dan
melestarikan kehidupan dan kesejahteraan
1. Keberlanjutan Ekowisata dari Aspek
penduduk setempat. Dari definisi tersebut
Ekonomi, Sosial dan Lingkungan
maka
lebih
Keberlanjutan ekowisata didukung oleh
kegiatan
ekowisata
mengutamakan
pada
usaha-usaha
dalam
tiga aspek yang saling berkaitan yaitu
skala
dan
menekankan
pada
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
dan
Sesuai dengan UU No. 10, 2009 tentang
kecil
kepentingan pelestarian lingkungan sosial masyarakat setempat. Menurut prinsip
Hadi
ekowisata
Kepariwisataan,
(2007),
pariwisata
seharusnya
pembangunan tidak
hanya
adalah
dievaluasi berdasarkan kontribusinya pada
menumbuhkan
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga atas
dan
budaya,
kontribusnya
terhadap
peningkatan
memberikan pengalaman positif pada turis
kesejahteraan
masyarakat,
pengurangan
(visitors)
pengangguran dan kemiskinan, pelestarian
meminimalisir kesadaran
(ecotourism)
prinsip-
kinerja
dampak,
lingkungan
maupun
penerima
(hosts),
memberikan manfaat dan pemberdayaan
sumberdaya
masyarakat lokal. Ekowisata dalam era
pengembangan budaya, perbaikan atas citra
pembangunan
bangsa, cinta tanah air, identitas nasional
merupakan
berwawasan
suatu
misi
lingkungan
pengembangan
dan
alam
kesatuan
wisata alternatif yang tidak menimbulkan
internasional.
banyak dampak negatif, baik terhadap
2. Pengembangan
lingkungan maupun terhadap kondisi sosial
dan
dan
institusi
lingkungan,
persahabatan
masyarakat
lokal dan kemitraan 2
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
Aspek organisasi dan kelembagaan
kawasan dari segi budaya, sejarah, alam,
masyarakat dalam pengelolaan ekowisata
dan menyaksikan pentas seni, kerajinan dan
juga
produk budaya lainnya.
menjadi
dukungan
isu
kunci:
yang
menguatkan
pentingnya
profesional
organisasi
dalam
lokal
secara
kontinyu, mendorong usaha yang mandiri
5. Pengembangan dan penerapan site plan dan pengelolaan lokasi ekowisata Daya dukung (carrying capacity) lokasi
dan menciptakan kemitraan yang adil
wisata
dalam pengembangan ekowisata.
perkembanganya
3. Ekonomi berbasis masyarakat
negative
Salah satu penerapan ekonomi berbasis masyarakat
adalah
sistem
akomodasi
perlu
diperhatikan
sebelum
ekowisata
terhadap
alam
berdampak dan
budaya
setempat. Aspek dari daya dukung yang perlu
dipertimbangkan
adalah:
jumlah
Homestay. Pemilik rumah dapat merasakan
turis/tahun; lamanya kunjungan turis dan
secara langsung manfaat ekonomi dari
berapa sering lokasi yang “rentan” secara
kunjungan turis, dan distribusi manfaat di
ekologis boleh dikunjungi. Zonasi kawasan
masyarakat
Sistem
wisata dan pengelolaannya adalah salah
homestay mempunyai nilai tinggi sebagai
satu pendekatan yang bisa menjaga nilai
produk ekowisata di mana seorang turis
konservasi
mendapatkan kesempatan untuk belajar
ekowisata.
lebih
terjamin.
mengenai alam, budaya masyarakat dan
dan
keberlanjutan
Kelima
prinsip
kawasan
pengembangan
kehidupan sehari-hari di lokasi tersebut.
ekowisata akan bisa diterapkan , apabila
Pihak turis dan pihak tuan rumah bisa
ada sinergi antar stake holder yang terlibat,
saling mengenal dan belajar satu sama lain,
baik
dan
pengelola
dengan
itu
dapat
menumbuhkan
dari
pihak
ekowisata,
toleransi dan pemahaman yang lebih baik.
tentunya
Homestay sesuai dengan tradisi keramahan
kawasan ekowisata.
orang Indonesia.
Edukasi
wisatawan
masyarakat
Pariwisata
4. Edukasi
pemerintah,
lokal
di
(tourism)
pihak dan sekitar
sering
diasosiasikan sebagai rangkaian perjalan dalam
kegiatan
ekowisata
seseorang
atau
kelompok
orang
dilakukan dengan memperkenalkan kepada
(wisatawan, turis) ke suatu tempat untuk
wisatawan
pentingnya
berlibur, menikmati keindahan alam dan
penghargaan
budaya (sightseeing), bisnis, mengunjungi
perlindungan
tentang alam
dan
terhadap kebudayaan lokal. Pusat Informasi wisata menjadi hal yang penting dan dapat juga
dijadikan pusat
kerabat dan tujuan lainnya (Ramly, 2007). Lebih
lanjut
Hadi
(2007)
kegiatan dengan
menyatakan bahwa, pariwisata dewasa ini
tujuan meningkatkan nilai dari pengalaman
cenderung memberikan manfaat kepada
seorang
memperoleh
perusahaan global (imperialisme baru) dan
informasi yang lengkap tentang lokasi atau
bersifat wisata masal (mass tourism), yang
turis
yang
bisa
3
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
berorientasi
hanya
sekedar
ISSN: 2355-3790
menikmati
masyarakat
perlu
dibedakan
dengan
keindahan alam (sea, sand and sun), tanpa
konsep pembangunan pada umumnya,
mempertimbangkan
karena titi k temu dari pembangunan
pengembangan
nilai
tambah untuk masyarakat lokal (local value
masyarakat
added), nilai sosial budaya dan dampak
pelayanan manusia berbasis pada masyarakat
lingkungan.
(community-based
Keraf bahwa
(2001),
terdapat
9
menyatakan Prinsip
Etika
Lingkungan yang meliputi:
mengacu
pada
human
upaya
services).
Pembangunan masyarakat pada hakekatnya menjadi antitesis dari pembangunan yang dibimbing
oleh
Negara
(state-led
Hormat terhadap alam (respect for
development) dan bukan pula pembangunan
nature).
yang digerakkan oleh pasar (market-driven
Bertangung
jawab
pada
alam
development) (Suparjan dan Suyatno, 2003). Pembangunan
(reponsibility for nature)
masyarakat
pada
Solidaritas kosmis
hakekatnya merupakan proses dinamis yang
Peduli kepada alam (caring for
berkelanjutan, dari masyarakat untuk
nature)
mewujudkan keinginan dan harapan hidup
Tidak merugikan (no harm)
yang
Hidup selaras dengan alam ( living
menghindar kan
harmony with nature)
tersudutnya
Keadilan
penangungung ekses dari pembangunan.
Demokrasi
Integritas
menggambarkan
etika
bahwa
di
atas,
pengembangan
melihat keindahan alam dan atraksi semata, namun jauh lebih penting dari itu, sehingga kawasan ekowisata saat ini juga harus berlangsung secara berkelanjutan, baik dalam maupun
pembangunan
infrastruktur termasuk peningkatan sumber daya manusia didaerah sekitar, bila hal ini tercapai maka fungsi kawasan ekowisata akan dinikmati oleh setiap kalangan bukan
dengan
strategi
kemungkinan masyar akat
(1998)
sebagai
menyatakan
bahwa
Konsep
makna, betapa pentingnya inisiatif lokal, partisipasi masyarakat sebagai bagian dari model-model
pembangunan
yang
dapat
mensejahterakan masyarakat. Sehingga pengembangan kawasan wisata merupakan alternatif yang diharapkan mampu mendorong baik potensi ekonomi maupun upaya pelestarian. Pengembangan kawasan wisata dilakukan dengan menata kembali berbagai potensi dan kekayaan alam dan hayati secara terpadu. Pada tahap berikutnya dikembangkan model pengelolaan kawasan wisata yang berorientasi pelestarian
hanya orang kaya saja. Dalam
sejahtera
pembangunan masyarakat mengandung
kawasan ekowisata bukan hanya sekedar
pengelolaan
lebih
Soelaiman
Berdasarkan
hal
ini
pembangunan
lingkungan (Ramly, 2007). Fandeli
dan
Nurdin
(2005) 4
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
menyatakan bahwa, pariwisata selama ini
dianggarkan dari penghasilan yang didapat
telah
beberapa
oleh kawasan. Biaya yang timbul dari
bentuk
pengembangan pariwisata ada tiga macam
yang
menghasilkan
yaitu : biaya finansial dan ekonomi, biaya
telah
menimbulkan
sosial
terbukti
keuntungan kawasan
menghasilkan
ekonomi.
ekowisata
wisatawan
massal
Namun
berbagai masalah, sehingga mengakibatkan
budaya
dan
biaya
lingkungan
(Fandeli dan Nurdin, 2005).
terjadinya dampak negative terhadap sosial,
Gunawan, dkk. (2000) menyatakan
budaya dan kerusakan lingkungan. Dengan
bahwa pengembangan industri pariwisata
demikian pariwisata massal ini tidak sesuai
berkelanjutan
dengan sebutan green industry. Green
pertimbangan ekonomi, sosial budaya dan
industry sangat sesuai dengan pariwisata
lingkungan ke dalam proses pengambilan
yang berbasis alam utamanya ekowisata.
keputusan pengelolaan / manajeman di
Pembangunan pariwisata hendaknya dilaksanakan
secara
bertahap/gradual,
berarti
mengitegrasikan
seluruh komponen industri pariwisata. Untuk itu perlu dilakukan program-program sebagai
disertai dengan pengukuran dampak ekonomi
berikut;
untuk menimbang sejauhmana pariwisata
manajemen pariwisata berkelanjutan, (2)
telah
dan
pengelolaan dan konservasi sumber daya
perbandingannnya dengan anggaran yang
alam, (3) minimisasi dan pengelolaan limbah
telah dikeluarkan. Pengukuran ekonomis lain
(4) perencanaan dan pengelolaan tata guna
yang
lahan (5) pelestarian sumberdaya alam dan
mampu
meningkatkan
diperlukan
pengeluaran
adalah
PAD
sejauhmana
masyarakat
terserap
lokal
(retention)
perekonomian
dalam dan
sejauhmana timgkat kebocoroan ekonomi
Pembangunan
pengembangan
system
warisan budaya serta (6) pengembangan sistem
dan
mekanisme
keamanan
dan
keselamatan.
(leakages) yang diakibatkan oleh sektor pariwisata (Gunawan, dkk. 2000).
(1)
Penguatan
pendapat
tentang
prospek kawasan ekowisata sebagai sumber telah
ekonomi juga dikuatkan oleh Ramly (2007)
dilokasi
menyatakan bahwa pariwisata merupakan
tertentu sehingga perlu dipantau dan diikuti
salah satu sektor ekonomi penting dan
perkembanganya, agar dampak negatif yang
strategis di masa datang. Identifikasi dan
mungkin terjadi dapat segera ditanggulangi
perencanaan
sebelumnya menjadi lebih parah dan semakin
pariwisata perlu dilakukan secara lebih
mahal penanganannya
terperinci dan matang. Aceh merupakan
mengubah
lingkungan
pariwisata alami
(Gunawan, dkk.
2000).
pengembangan
industri
salah satu Provinsi yang terletak di ujung Pengembangan
menimbulkan disebabkan
dampak oleh
pariwisata
dapat
paling barat wilayah Indonesia. Aceh terdiri
negatif
yang
dari
kunjungan
23
kabupaten/kota
dan
setiap
wisatawan.
kabupaten/kota memiliki potensi ekonomi
Untuk penanganan dampak negatif dapat
yang cocok untuk dikembangkan menjadi 5
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
daerah
ekowisata.
potensi
lembar kuesioner disajikan dalam bentuk
ekonomi yang ada yaitu kesuburan tanah
close ended sehingga jawaban responden
yang cocok untuk lahan pertanian.
langsung tertuju pada tujuan penelitian ini.
Salah
Salah
satu
satu
ISSN: 2355-3790
Kabupaten
yang
Teknik analisis data dalam penelitian
memiliki potensi Hutan dan keindahan
ini dilakukan dengan cara Analisis deskriptif,
lingkungan yang potensial dikembangkan
Analisis
sebagai kawasan ekowisata adalah di Pulau
menjabarkan
Resam Kabupaten Aceh Jaya tepatnya di
Lapangan
Kecamatan Setia Bakti.
Keindahan dan
didapat seperti persepsi pengunjung tentang
keanekaragaman hayati, serta lokasi yang
pengelolaan kawasan, masyarakat dan aspek
strategis menjadi alasan kawasan ini dapat
sediaan wisata termasuk dalah hal ini data
dijadikan pusat ekowisata di Propinsi Aceh.
masyarakat, pengunjung.
deskriptif
digunakan
dan
dalam
menguraikan
data
secara deskriptif, data yang
Melihat potensi alam dan geografis Daerah Pulau yang sangat strategis bagi
HASIL DAN PEMBAHASAN
masyarakat, maka peneliti tertarik melakukan
1. Kondisi Umum Pulau Reusam
penelitian
tentang
persepsi
pengunjung
Pulau reusam masuk dalam wilayah
terhadap Potensi Pengembangan kawasan
administrasi
Ekowisata
Kabupaten Aceh Jaya merupakan wilayah
(Ecotourism)
Pulau
Reusam
Kabupaten Aceh Jaya.
kabupaten
Aceh
Jaya.
pesisir yang terletak di kawasan barat pantai Sumatera yang memiliki panjang garis pantai mencapai sekitar 160 kilometer dengan luas
METODE PENELITIAN Jenis
penelitian
digunakan
wilayah mencapai 32.627 Km2 dengan posisi
dalam penelitian ini yaitu penelitian survey.
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten
Survey dilakukan kepada 10 orang wisatawan
Aceh Besar dan Kabupaten Pidie, sebelah
lokal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
selatan
September 2016 tepatnya di Pulau Reusam
Indonesia
Kabupaten Aceh Jaya. Teknik penentuan
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten
sampel
dengan
Aceh barat dan sebelah barat berbatasan
pengambilan
dengan Samudera Indonesia. Pulau Reusam
sampel yang bertujuan untuk memperoleh
terletak di kecamatan Setia Bakti kabupaten
informasi
para
Aceh jaya pada KM 141, untuk mencapai
Reusam.
pulau ini pengunjung melalui jalur laut dan
dalam
Purposive
wisatawan
penelitian
sampling,
terkait
yang
yaitu
dengan
terhadap
ini
persepsi
Pulau
berbatasan dan
menaiki
dengan
Kabupaten
boat
Samudera
Aceh
dan
Barat,
Sedangkan metode pengumpulan data yang
harus
dilakukan antara lain dengan studi pustaka,
masyarakat desa rigaih, kendaraan dapat
observasi lapangan, penyebaran koesioner,
dapat diparkir di dalam area pelabuhan. Di
Instrumen dalam penelitian ini antara lain
Kabupaten
Aceh
lembar observasi, pedoman wawancara dan
Kecamatan
Jaya
Jaya,
speed
khusunya
terdapat
boat
di
komunitas 6
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
berketurunan Eropa dengan postur kulit
terumbu karang yang indah dan berbagai
berwarna putih, bermata biru dan berambut
macam ikan hias yang berwarna-warni, juga
pirang. Komunitas ini merupakan keturunan
bisa memancing ikan-ikan karang sejenis
prajurit Portugis yang kapalnya pernah
garpu dan lainnya. Selain itu, pulau ini juga
terdampar di pantai Kerajaan Daya dan
menyompan bukti sejarah, yaitu meriam tua
ditawan oleh raja yang pernah berkuasa di
peninggalan masa penjajahan Belanda dan
kawasan itu pada abad ke-16. Para prajurit
Jepang sebagai benteng pertahanan dari
Portugis yang tertawan di kawasan tersebut
musuh-musuh negara.
akhirnya masuk Islam, menikah dengan penduduk setempat sekaligus mengadopsi tradisi Aceh dalam kehidupan mereka secara turun-temurun. Kabupaten
Aceh
Jaya
yang
merupakan Kabupaten yang terparah akibat terkena bencana Tsunami, pada tanggal 26 Desember 2004 memiliki berbagai keindahan alam dan pesona budaya yang telah menjadi daya
tarik
keindahan
wisatawan
nusantara
dan
pantai-pantai
dengan
pasir
putihnya. Reusam merupakan salah satu tempat
Gambar 1. Tampak Bentuk Pulau Reusam Dilihat dari udara
wisata di Aceh Jaya berupa pantai landai
2. Persepsi pengunjung terhadap terhadap
berpasir putih bersih, untuk berenang dan
kawasan ekowisata Pulau Reusam
snorkling, panorama alam indah, meriam tua
Persepsi
pengujung
terhadap
peninggalan Belanda dan Jepang, dicapai
kawasan pulau reusam dalam dilihat dalam
dengan kapal dari Desa Batee Tutong dan
beberapa Aspek, antara lain, Sarana dan
Desa Rigaih selama 15 menit. Reusam
Prasarana,
merupakan tempat rekreasi bagi masyarakat
aksesibilitas menuju ke pulau tersebut.
Aceh Jaya pada hari-hari libur, karena Pulau
Tingkat skor kuesioner adalah 1=Sangat
Reusam
dan
kurang. 2=Kurang. 3=Cukup. 4=baik dan
keadaan alam yang asri dengan pohon-pohon
5=sangat baik. Penilaian pengunjung tentang
cemara yang rindang, pantai pasir yang putih
sarana dan prasarana dapat dilihat pada tabel
bersih, laut yang landai sebagai tempat
1 berikut.
didukung
oleh
panorama
sistem
pengelolaan
dan
berenang dan bersnokeling, melihat terumbu-
7
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
Tabel 1. Penilaian Pengunjung Tentang Sarana dan Prasarana No 1 2 3 4 5 6 7
Sarana dan prasarana Kesehatan Tempat Ibadah Komunikasi
Nilai
Katagori
3 4 5
Kosumsi Listrik Pembuangan sampah Tranportasi Nilai rata-rata
2 2 3
Cukup Baik Sangat Baik Kurang Kurang Cukup
4 3,28
Baik Cukup
Untuk lebih jelas tingkat kategori sarana dan prasarana dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:
Nilai
Kesehatan Tempat Ibadah Komunikasi Kosumsi
Nilai; Komunikasi; 5
Listrik Nilai; Tranportasi; 4 Pembuangan sampah
Nilai; Tempat Ibadah; 4 Nilai; Kesehatan; 3
Nilai; Pembuangan Tranportasi sampah; 3 Nilai; Kosumsi; 2Nilai; Listrik; 2
Gambar 2. Grafik Tingkat Kategori Survey
8
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
Dari tabel dan grafik diatas dapat lihat antara
sudah baik, karena sudah adaboat dan speed
lain untuk (1.) Sarana Kesehatan, sarana
boat yang stanby di dermaga.
Kesehatan menurut penilaian pengunjung
Secara umum untuk sarana dan
sudah dalam katagori cukup waulupun perlu
prasarana pengunjung menilai cukup, dalah
ditingkatkan, hal ini karena ada fasilitas
hal ini dapat disimpulkan bahwa fasilitas
kesehatan didaerah res area dan pelabuhan,
masih perlu ditingkatkan sehingga penilaian
walaupun di pulau belum ada, namun tersedia
pengunjung lebih baik dan berdampak pada
speed boat yang siap sedia apabila terjadi hal
bertambahnya
tidak diinginkan di Pulau Reusam. (2) Sarana
mengunjungi pulai tersebut.
tempat ibadah, sarana tempat ibadah sudah
Sarana aksebilitas menuju Pulau Reusam
baik menurut penilaian respenden karena
dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini.
sudah terdapat tempat ibadah di Pulau. (3)
Tabel 2. Penilaian Pengunjung tentang Aksebilitas
Sarana komunikasi sudah sangat baik, karena walaupun berada di pulau masih terdapat jaringan Hp untuk melakukan komunikasi kedaratan. (4) Sarana untuk makanan dan (5) Sarana listrik di pulau masih sangat kurang,
No 1 2 3 4
jumlah
Aksebilitas Kondisi jalan Kemudahan lokasi Jarak dari pusat kota Biaya trasportasi Nilai rata-rata
wisatawan
Nilai 5 3 5 3 4.00
yang
Katagori Sangat Baik Cukup Sangat Baik Cukup Baik
hal ini karena belum ada penjual dan aliran listrik secara permanen di Pulau Reusam. (6)
Untuk lebih jelas tingkat penilian pengunjung
Sarana pembuangan sampah dipulau sudah
tentang
dirasa cukup oleh responden walaupun masih
ekowisata pulo reusam dapat dilihat pada
perlu
gambar 3 di bawah ini.
penambahan
dan
(7)
Sarana
aksebilitas
menuju
kawasan
Transportasi
Nilai; Kondisi jalan; 5
Nilai; Jarak dari pusat kota; 5
Nilai; Kemudahan lokasi; 3
Nilai; Nilai rataKondisirata; jalan4 Kemudahan lokasi
Nilai; Biaya trasportasi; 3 Jarak dari pusat kota Biaya trasportasi Nilai rata-rata
Gambar 3. Penilaian Pengunjung tentang Aksebilitas 9
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa
masyarakat setempat dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Persepsi pengunjung terhadap masyarakat setempat No Pernyataan Nilai 1 Keterbukaan msyarakat 6 kepada pengunjung 2 Sikap masyarakat pada 6 lingkungan 3 Keramahan Masyarakat 6 kepada pengunjung 4 Sikap tolong menolong 7 masyarakat
(1) sumber informasi masih sangat kurang, hal ini dikarenakan tidak ada papan nama penunjuk arah di area tempat wisata, (2) untuk sector keamanan sudah sangat baik karena penduduk desa sekitar menjadi tim keamanan di pulau resam tersebut. (3) Sedangkan
pelayanan
pengelola
dalam
katagori baik, seandainya ada petugas khusus selain dari masyarakat sekitar yang menjadi
Sumber: adaptasi dari penelitian Nahriya, 2015
pengelola maka akan lebih efektif lagi dalam
Keterangan:
kontek pelayanan dan yang terakhir (4)
1. Sangat tidak setuju
dalam hal Kenyamanan penilaian responden
2. Tidak setuju
sangat baik, karena panorama yang indah dan
3. Agak tidak setuju
didukung oleh pelayanan dari masyarakat
4. Biasa saja
sekitar. Secara umum penilaian tentang
5. Agak setuju
pengelolaan sudah pada katagori baik, tentu
6. Setuju
dalah hal ini ada beberapa hal yang perlu
7. Sangat setuju
ditingkatkan.
Untuk lebih jelas tingkat penilaian
3 Persepsi pengunjung terhadap masyarakat
pengunjung tentang persepsi pengunjung
sekitar Pulau Reusam
terhadap masyarakat kawasan ekowisata pulo
Untuk persepsi pengujung terhadap
reusam dapat dilihat pada grafik dibawah ini: Nilai
Nilai; Keterbukaan msyarakat kepada pengunjung; 6
Nilai; Sikap masyarakat pada lingkungan; 6
Nilai; Sikap tolong menolong masyarakat; 7
Nilai; Keramahan Masyarakat kepada pengunjung; 6
Gambar 4. Persepsi pengunjung terhadap masyarakat setempat
10
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
ISSN: 2355-3790
Dari tabel dan gambar di atas dapat dilihat
bahwa
keterbukaan
masyarakat
2. Perlunya disusun model pengelolaan kawasan
ekowisata
berwawasan
kepada pengunjung, sikap masyarakat pada
lingkungan berbasis syariat islam dan
lingkungan dan keramahan masyarakat pada
keakrifan lokal secara berkelanjutan, hal
pengunjung ada pada taraf setuju, sedangkan
ini perlu dilakukan agar pengembangan
sikap tolong menolng ada pada taraf sangat
dan pengeloaan kawasan ekowista pulau
setuju.
resam lebih terarah.
SIMPULAN Persepsi
DAFTAR RUJUKAN pengujung
terhadap
terhadap fasilitas sarana dan prasarana ada pada tingkatan cukup, tentu dalam hal fasilitas
masih
banyak
yang
harus
di
tingkatkan baik di pulau maupun di daratan. untuk aksebilitas persepsi pengunjung ada pada tingkatan baik, ini dikarenakan untuk menuju pulau reusam tidak terlalu sulit walaupun harus menggunakan speed boat yang sudah standby di dermaga pelabuhan rigaih. Dalam hal pengelolaan pengunjung berasumsi
baik
dikarenakan
kawasan
dan
Nurdin,M.
2005.
Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi
di
Taman
Nasional.
UGM. Yogyakarta. Gunawan M.P. dkk. 2000. Agenda 21 Sektoral : Agenda Pariwisata untuk Pengembangan Secara
Kualitas
Hidup
Berkelanjutan.
UNDP-
Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup. Jakarta.
masyarakat
sudah berperan aktif secara swadaya dalam mengelola
Fandeli,C.
ekowisata
tersebut.
Hadi, S. P. 2007. Pariwisata Berkelanjutan (Sustainable
Tourism).
Makalah
Sedangkan persepsi pengunjung terhadap
Seminar Sosialisasi Sadar Wisata
masyarakat sekitar sudah pada daerah yang
”Edukasi
sangat terbuka untuk pengunjung, sehingga
Masyarakat di Semarang.
Sadar
Wisata
bagi
ikut mendukung berkembangnya kawasan Judisseno, RK. 2015. Destination Strategies
ekowisata ini. Dalam
pengembangan
daerah
ekowisata pulau reusam, peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Perlunya perhatian lebih serius dari pemda kabupaten aceh jaya, sehingga pengembangan kawasan ekowisata ini dapat berkembang lebih maksimal.
in Tourist Development in Indonesia. (Online),
vuir.vu.edu.au/29726/1/
Rimsky%20K%20Judisseno.pdf. Diakses pada tanggal 28 Desember 2016. Keraf,A.S.,2001. Etika Lingkungan.Penerbit Buku kompas.Jakarta.
11
Jurnal Bionatural, Volume 4 No. 1,Maret 2017
Nahriya,D,A:
2015,
ISSN: 2355-3790
Pengembangan
ekowisata umbul songo di taman nasional
gunung merbabu
tengah,
Skripsi.
jawa
Dep
konservasi
Institut
Pertanian
sumberdaya hutan dan
ekowisata.
Bogor Ramly, N. 2007. Pariwisata Berwawasan Lingkungan.
Grafindo
Khazanah
Ilmu. Jakarta. Setiyono, Budi. 2014. Ekowisata Bukan Sekedar Wisata Alam. (Online), http://www.kompasiana.com/budise tiyono/ekowisata-bukan-sekedarwisata-alam_54f93522a33311f 8478b4cab. Diakses tanggal 28 Desember 2016. Suparjan
dan
Suyatno,
H.
2003.
Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta: Aditya Media.
12