JST Kesehatan, Oktober 2011, Vol.1 No.3 : 281 – 295
ISSN 2252-5416
HASIL LUARAN MATERNAL IRON POLYMALTOSE COMPLEX DAN SULFAS FEROSUS PASIEN DENGAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA KEHAMILAN Outcome of Iron Polymaltose Complex and Sulfas Ferosus in Patient with Iron Deficiency Anemia During Pragnancy Farida Mansyur, IMS Murah Manoe, David Lotisna Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
ABSTRAK Mengetahui hasil luaran maternal IPC lebih baik daripada SF dalam pengobatan anemia defisiensi besi pada ibu hamil. Uji Klinis dengan sampel acak, paralel dan double blind. Penelitian dilakukan di BLU RS Wahidin Sudirohusodo, RSIA St Fatimah, RS Syekh Yusuf Gowa, dan beberapa RS pendidikan di kota Makassar. Penilitian telah dilakukan pada 98 ibu hamil dengan anemia defisiensi besi yang memenuhi kriteria inklusi. 28 orang sampel drop out karena berbagai alasan, dan 70 sampel mengikuti penelitian sampai 8 minggu. Sampel terbagi secara acak menjadi dua kelompok, yaitu 35 sampel untuk kelompok IPC dan SF. Masing-masing kelompok mendapat pengobatan yang sama, yakni 3 x 65 mg per oral setiap hari untuk masing-masing kelompok.Berdasarkan hasil uji homogenitas, karakteristik kedua kelompok secara statistik adalah homogen, sehingga dapat dilakukan uji lanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengobatan dengan IPC atau SF dapat menurunkan ADB pada ibu hamil dengan meningkatkan kadar HB dan feritin serum secara bermakna sesudah terapi. Uji komparasi (Mann-Whiteney) pengaruh IPC dan SF pada kedua kelompok sampel memberkan nilai P=0.092 (P>0.005), Sebaliknya untuk serum feritin diperoleh P=0.049 (P<0.005). Uji perbedaan variabel hasil luaran maternal ibu maternal (waktu persalinan, pendarahan post partum, & partus lama) pada kedua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna. Kedua jenis obat dapat menurunkan ADB pada ibu hamil dengan meningkatkan kadar HB dan feritin serum secara bermakna, juga pada luaran maternal ibu, meskipun tidak berbeda secara bermakna. Efek samping IPC lebih baik dibandingkan dengan SF. Kata Kunci : Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal ABSTRACT It is known that the maternal IPC outcome is better than SF in the iron deficiency anemia treatment on pregnant women. Clinical trials with a random sample, and a double-blind parallel. The study was conducted in BLU RS WahidinSudirohusodo, RSIA St Fatima, Sheikh Yusuf RS Gowa, and some teaching hospital in Makassar. The studies have been conducted on 98 pregnant women with iron deficiency anemia who met the inclusion criteria. 28 sample people was drop out for various reasons, meanwhile 70 samples completed 8 weeks study. Samples were randomly divided into two groups, i.e. 35 samples for the IPC and SF. Each group received same treatment, i.e. 3 x 65 mg orally each day for each group. Based on homogeneity test results, the characteristics of the two groups was statistically homogeneous, hence further testing can be done. The results showedthat treatment with IPC or SF can reduce ADB in pregnant women with increased serum ferritin levels and HB significantly after therapy. Based on comparison test (Mann-Whiteney), the IPC and SF effect towards both sample groups resulted P value = 0092 (P> 0.005), contrary to ferritin serum obtained P = 0.049 (P <0.005). Differentiationmaternal test(during pregnancy, postpartum hemorrhage, and prolonged pregnancy) in the two groups showed no significant difference. It can be conclueded that both of drugs can reduce the ADB in pregnant women by increasing HB levels and ferritin serum significantly, also on mother's maternal outcomes, although not significantly different. IPCside effects is better than SF. Keywords: Iron Polymaltose Complex, ferosus sulfas, Iron Deficiency Anemia, Maternal Outcomes Results
281
Farida Mansyur
ISSN 2252-5416
reproduksi, terutama saat kehamilan dan persalinan. Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan ibu dan janin. Karena asupan oksigen yang berkurang melalui plasenta ke janin, dapat terjadi persalinan prematur, pertumbuhan janin terhambat dan kematian perinatal (Hercberg G dkk, 2000). Anemia dikaitkan dengan peningkatan persalinan prematur (28,2%), preeklamsi (31,2%) dan infeksi pada ibu (Harvey P, 2004; Hercberg G dkk, 2000; Dusch E.dkk, 2002). Pada ibu hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum. Pada anemia berat dapat menimbulkan gejala palpitasi, takikardi, sesak nafas dan peningkatan cardiac output yang dapat berujung dengan gagal jantung. Anemia menyebabkan 40-60% kematian ibu di negara non industri (Cunningham FG dkk, 2001; Sharma JB, 2003). Selama ini pengobatan ADB menggunakan preparat garam ferro, salah satunya adalah sulfas ferosus (SF), diberikan per oral (Hercberg G dkk, 2000; Dusch E dkk, 2002). Preparat ini cukup efektif mengobati anemia. Karena garam ferro larut dalam pH asam dan sering berinteraksi dengan makanan, maka dianjurkan diminum sebelum makan untuk meningkatkan tingkat absorbsinya di dalam usus. Namun bila diminum sewaktu perut kosong, sering kali menimbulkan iritasi lambung dan gangguan gastrointestinal (25% individu) (Hercberg L dkk, 2000). Efek samping yang sering timbul adalah mual, muntah, diare, kolik dan nyeri lambung. Oleh karena preparat garam ferro bersifat ionik sehingga banyak menimbulkan reaksi stres oksidasi didalam tubuh karena pembentukan radikal bebas yang akan merusak sel-sel jaringan, terutama mukosa lumen usus (Dusch E dkk, 2000) Akhir-akhir ini diperkenalkan preparat Ferri complex, salah satunya adalah Iron-polymaltose complex (IPC), suatu kombinasi besi ferri (Fe3+) dengan malitol dikembangkan dengan beberapa
PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu negara. Kematian ibu dapat terjadi karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Penelitian Chi, dkk menunjukkan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia. Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya kesakitan ibu (Amiruddin R, 2007). Anemia karena defisiensi zat besi merupakan penyebab utama anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan defisiensi zat gizi lain. Oleh karena itu anemia gizi pada masa kehamilan sering diidentikkan dengan anemia gizi besi hal ini juga diungkapkan oleh Simanjuntak,1992 bahwa sekitar 70 % ibu hamil di Indonesia menderita anemia gizi. Anemia defisiensi zat besi merupakan masalah gizi yang paling lazim di dunia dan menjangkiti lebih dari 600 juta manusia. Dengan frekuensi yang masih cukup tinggi, berkisar antara 10% dan 20% (Prawirohardjo,2002). Kehamilan merupakan keadaan yang meningkatkan kebutuhan ibu terhadap besi untuk memenuhi kebutuhan fetal, plasenta dan penambahan massa eritrosit selama kehamilan. Simpanan besi yang tidak mencukupi sebelum kehamilan akibat asupan besi yang tidak adekuat dapat mengakibatkan terjadinya anemia defisiensi besi dalam kehamilan (Hercberg G dkk, 2000). Defisiensi besi adalah masalah defisiensi nutrisi yang terbanyak dan merupakan penyebab anemia terbesar di dalam kehamilan. Sebesar 20% populasi dunia diketahui menderita defisiensi besi dan 50 % dari individu yang menderita defisiensi besi ini berlanjut menjadi anemia defisiensi besi (ADB) (Hercberg G dkk, 2000). Populasi yang terbesar menderita ADB ini adalah wanita usia
282
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
kelebihan seperti larut pada pH netral dan tidak berikatan dengan elemen yang terkandung dalam bahan makanan. Kelebihan lainnya, IPC merupakan preparat non-ionik yang tidak menimbulkan reaksi stres oksidatif, sehingga lebih aman dan dapat ditoleransi oleh pasien (Jacobs P dkk, 1984). Efektivitas IPC dalam pengobatan anemia masih diperdebatkan. Beberapa penelitian menunjukkan hasil IPC seefektif SF (Hercberg G dkk, 2000),bahkan beberapa penelitian menunjukkan hasil IPC lebih efektif daripada SF (Hercberg G dkk, 2000; Dusch E dkk, 2002). Tetapi ada juga penelitian lain yang menunjukkan hasil sebaliknya (Hercberg G dkk, 2000; Dusch E dkk, 2002). Adanya kontroversi tentang efektivitas IPC terhadap pengobatan ADB maka pada penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh pemberian preparat tersebut terhadap hasil luaran maternal.
ISSN 2252-5416
Metode Populasi penelitian diperoleh dari beberapa RS pendidikan di Makassar yang telah menandatangani persetujuan mengikuti penelitian. Jumlah sampel seluruhnya adalah 70 orang ibu hamil yang dibagi menjadi 2 kelompok yang ditetapkan secara random, yaitu masingmasing 35 sampel, Grup SF dan grup IPC. Grup SF menerima tablet SF yang mengandung 65 mg elemen besi 3 kali sehari. Grup IPC menerima tablet IPC yang mengandung 65 mg elemen besi 3 kali sehari. Pasien diiukuti selama 8 minggu pengobatan, kemudian dinilai efektivitas obat dengan parameter kadar Hb, dan indeks eritrosit. Sementara hasil luaran maternal (delivery) dari perlakuan diperoleh setelah ibu melahirkan. Data yang telah dikumpulkan, kemudian diolah secara statistik sesuai skala ukur dan tujuan khusus penelitian. Uji statistik yang digunakan adalah: Untuk mengetahui jenis distribusi dari karakteristik sampel penelitian digunakan uji normalitas parametrik; Untuk mengetahui homogenitas kedua kelompok sample, maka digunakan uji pearson Chi-square (jika memenuhi syarat), jika tidak digunakan uji padanannnya yakni uji mann-whitenye ; Untuk mengetahui perbedaan efektivitas SF dan IPC terhadap nilai Hb, dan indeks eritrosit (Sebelum pengobatan dan 8 minggu terapi) digunakan uji t berpasangan (Jika memenuhi syarat statistik), jika tidak digunakan uji padanannya, yakni uji wilcoxon. Untuk mengetahui perbedaan hasil luaran maternal, digunakan uji pearson Chi-square (jika memenuhi syarat), jika tidak digunakan uji padanannnya yakni uji mannwhiteney atau uji Fisher.
BAHAN DAN METODE Sampel diambil dari populasi sampel secara random, yaitu populasi sampel yang memenuhi syarat inklusi dan eksklusi. Bahan Alat / bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Lembar kuesioner; Lembar permintaan pemeriksaan laboratorium; - Vacumtainer untuk sampel darah pasien; - Obat: Kapsul SF yang mempunyai bentuk dan warna yang sama dengan kapsul IPC; Cara Penelitian (Intervensi dan Pengukuran) Wawancara: menggunakan kuesioner yang telah ditentukan; Pemeriksaan fisik meliputi tanda vital dan pemeriksaan lainnya seperti pemeriksaan antenatal care.
Penilaian hasil uji hipotesis ditetapkan sebagai berikut; 1) Bila P > 0,05, dianggap tidak bermakna; 283
Farida Mansyur
2) 3)
ISSN 2252-5416
Bila P < 0,05, dianggap bermakna secara statistic; Bila P < 0,01, dianggap sangat bermakna
partus. Dari 70 orang yang dianalisis, 35 orang mendapat terapi IPC dan 35 orang mendapat SF (gambar 5). Karakteristik sampel yang dianalisis meliputi usia ibu, pendidikan ibu, Status Gizi Ibu mencakup Berat badan, Tinggi Badan, Indeks massa tubuh ibu, paritas, jarak kehamilan dengan anak terkecil, pekerjaan suami, pola/ kebiasaan makan buah- buahan, daging, ikan, pola minum teh kadar feritin, keluhan selama minum obat dan apakah mengkonsumsi antasida selama terapi. Karakteristik dasar subyek penelitian dapat dlihat dari nilai deksripsi statistik yang digambarkan melalui ratarata dan simpangan baku dari masingmasing variabel, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengumpulan data atau pengambilan sampel telah dilaksanakan, selama + 10 Bulan, yakni sejak 1 Oktober 2009 sampai dengan tanggal 31 Juli 2010, dibeberapa Rumah Sakit dan Puskesmas di Makassar. Sejak awal telah, penelitian melibatkan 98 orang ibu hamil yang memenuhi kriteria penelitian. Diantara 98 orang tersebut, terdapat 28 orang dikeluarkan dari penelitian karena beberapa sebab, antara lain : 16 orang menolak melanjutkan penelitian, 12 orang pindah tempat tinggal sebelum Tabel 1. Karakteristik Dasar Subjek Penelitian NO
VARIABEL
RERATA + SB
1 2
26.41 + 5.4
3 4 5 6 7 8
Umur Pendidikan (%) a. Sma b. S1 Paritas Jumlah anc Berat badan Tinggi badan Indeks massa tubuh Kadar hb
9
Kadar feritin
13.07 + 9.68
10
Efek preparat a. Ada b. Tidak ada Persalinan a. Preterm b. Aterm Komplikasi a. Ada b. Tidak ada Jenis persalinan a. Ppn b. Sc c. Ve Berat bayi
11
12
13
14
Frekuensi (%)
62 (88,6%) 8 (11,4%) 3.50 + 0.96 52.27 + 5.71 1.59 + 0.07 20.64 + 3.05 8.90 + 0.88
26 (37.1%) 44 (62.9%)
28 (40%) 42 (60%) 61(87,1%) 8 (11,4%) 1 (1,4%) 2898.57 + 614.96
Sumber : Data Primer Sampel dari kedua kelompok penelitian ini berasal dari individu yang berbeda, sehingga untuk menghindari kesalahan analisis, maka perlu dilakukan uji homogenitas antar kedua kelompok
sampel. Uji homogenitas yang digunakan adalah Mann-whiteny (untuk data kategorik-ordinal) dan/atau uji chi square/fisher untuk data nominal).
284
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
Uji homogenitas ini digunakan setelah dilakukan uji normalitas data yang menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal, sehingga dikategorikan sebagai sampel nonparameterik. Kriteria penerimaan dari uji ini adalah bila P hasil perhitungan lebih besar dari P> 0,05, maka Hipotesis null (H0) dapat diterima, dimana tidak ada
ISSN 2252-5416
perbedaan distribusi nilai pada kedua kelompok sampel. Berdasarkan hasil uji homegenitas, terlihat bahwa parameter-parameter Umur, tingkat pendidikan, paritas, status gizi ibu yang diwakili oleh faktor Berat badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan Indeks Massa Tubuh (IMT) kedua kelompok sampel adalah homogen (Tabel 2).
Tabel 2. Hasil Uji Homogenitas
Keterangan : P* : uji Homogenitas Mann-Whiteney 285
Farida Mansyur
ISSN 2252-5416
Parameter-parameter tersebut diatas telah dapat memberikan informasi tentang homogenitas karakteristik dari dua kelompok subjek penelitian. Meskipun demikian, untuk melihat pengaruh intervensi kedalam kelompok yang dianggap homogen, maka pengukuran efek langsung dari intervensi tersebut mutlak dilakukan. Dalam penelitian ini, efek langsung dari pemberian jenis obat yang berbeda pada terapi ADB pada ibu hamil adalah peningkatan jumlah komponen darah yang berpengaruh pada kejadian ADB. Untuk itu, komponen darah tersebut akan diuji homogenitasnya pada masingmasing kelompok sampel, sehingga efek intervensi atau pemberian obat yang berbeda dapat diketahui efisiensinya. Data komponen darah yang mencakup kadar Hemoglobin dan kadar feritin yang diperoleh, setelah uji normalitas tidak berdistribusi secara normal. Untuk itu uji homogenitas dengan menggunakan statistik parameterik tidak dapat dilakukan. Sebagai alternatifnya, digunakan uji homogenitas non-parametrik yang sepadan, yakni uji mann-whiteney. Tabel 3 adalah hasil uji homogenitas terhadap komponen darah dari kedua kelompok subjek pada kondisi sebelum pengobatan. Kadar hemoglobin, dan kadar feritin untuk kedua kelompok sampel terdistribusi homogen (p >0,05). Pada tabel 3, terlihat bahwa untuk HB nilai p =0.956 dan Feritin nilai p = 0.381. Hal ini berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan distribusi kadar HB dan Feritin untuk populasi yang diwakilkan oleh kelompok IPC dan SF. 1. Evaluasi Hasil Penelitian a) Pengaruh IPC dan SF pada Komponen darah (HB dan Feritin Serum) Pengaruh pemberian intervensi pada kelompok sampel diharapkan terlihat setelah terapi berlangsung. Dalam hal ini, pengaruh pengobatan ADB dengan IPC dan SF setelah pemberian selama 8 (delapan) minggu. Secara statistik terlihat adanya peningkatan pada HB, dan kadar feritin serum setelah terapi selama 8 (delapan) minggu pada kedua kelompok, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. Uji statistik yang digunakan untuk melihat tingkat signifikansi peningkatan komponen darah (HB dan Feritin serum) sesudah terapi adalah uji t-berpasangan, jika memenuhi syarat. Data dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat untuk uji t-berpasangan, sehingga digunakan uji padanannya yaitu Wilcoxon. Untuk Kelompok IPC, diperoleh nilai signifikansi 0.000 (p<0.005), baik variabel HB maupun Feritin Serum. Dengan demikian disimpulkan bahwa “terdapat perbedaan kadar HB dan Feritin Serum yang bermakna sebelum dan sesudah terapi”. Hal ini berarti bahwa pemberian IPC untuk terapi ADB ibu hamil dapat memberikan peningkatan kadar zat besi pada Ibu hamil dengan ADB.
Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Komponen Darah Sebelum Terapi pada Kelompok SF dan IPC HB BEFORE
FERITIN BEFORE
Preparat IPC SF Total IPC SF Total
N 35 35 70 35 35 70
286
Mean 35.63 35.37
Jumlah 1247.00 1238.00
37.59 33.41
1315.50 1169.50
P
0.956
0.381
ISSN 2252-5416
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
Tabel 4. Deskripsi Statistik Pengaruh Obat Sebelum Dan Sesudah Terapi
HB (Sebelum terapi)
HB (Sesudah terapi)
FERITIN (Sebelum terapi)
FERITIN (Sesudah terapi)
Preparat
N
IPC SF Total IPC SF Total IPC SF Total IPC SF Total
35 35 70 35 35 70 35 35 70 35 35 70
Mean Rank 35.63 35.37 38.36 32.64 37.59 33.41 38.84 32.16
Sumber : Hasil Analisis Pada kelompok ini juga menujukkan bahwa terdapat 27 Orang yang mengalami peningkatan kadar HB dan 8 orang tidak mengalami perubahan HB (tetap) setelah terapi. Untuk Feritin semua orang mengalami peningkatan kadar feritin (Tabel 5). Untuk Kelompok SF, juga diperoleh nilai signifikansi 0.000 (P<0.005), baik untuk variabel HB maupun Feritin Serum. Dengan demikian disimpulkan bahwa “terdapat perbedaan kadar HB dan Feritin Serum yang bermakna sebelum dan sesudah terapi SF”. Hal ini berarti bahwa pemberian SF untuk terapi ADB ibu hamil juga dapat memberikan peningkatan kadar zat besi pada Ibu hamil dengan ADB. Pada kelompok SF ini juga menunjukkan bahwa terdapat 19 Orang yang mengalami peningkatan kadar HB , 2 orang mengalami penurunan, dan 14 orang tidak mengalami perubahan HB
(tetap) setelah terapi. Untuk Feritin serum, 33 orang mengalami peningkatan kadar feritin dan 2 orang tidak mengalami perubahan setalah terapi (Tabel 6). Untuk menilai perlakuan mana yang paling efektif maka dilakukan uji komparasi antara kedua kelompok uji. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kedua kelompok tidak memiliki perbedaan dalam meningkatkan kadar HB (p =0.092), sedangkan didapatkan perbedaan peningkatan kadar feritin Serum dengan nilai p =0.049. Meskipun kedua kelompok tidak memiliki perbedaan dalam meningkatkan kadar HB, namun dari nilai z yang diperoleh (-1.683) menunjukkan bahwa peningkatan kadar HB dari kelompok IPC cenderung lebih tinggi dibanding kelompk SF. Demikian pula untuk feritin serum, kelompok IPC lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok SF.
Tabel 5. Perbandingan kadar HB dan feritin sebelum dan sesudah terapi IPC Meningkat Menurun Tetap Total Sumber : Hasil Analisis
HB 27 0 8 35
287
Feritin 35 0 0 35
Farida Mansyur
ISSN 2252-5416
Tabel 6. Perbandingan Kadar HB Dan Feritin Sebelum Dan Sesudah Terapi SF Meningkat Menurun Tetap Total Sumber : Hasil Analisis
HB 19 2 14 35
Feritin 33 0 2 35
2) Pendarahan Post Partum Jumlah pendarahan post partum antara kelompok IPC dan kelompok SF digambarkan pada Gambar 2. Jumlah pendarahan post partum pada kelompok IPC adalah 5 orang (14,3%) sedangkan pada kelompok SF adalah 7 orang (20,0 %). Untuk melihat adanya perbedaan hasil yang diperoleh antara kelompok IPC dan SF terhadap pendarahan post partum dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji fisher. Uji ini digunakan karena data tidak memenuhi kriteria untuk uji chi-square karena terdapat data yang expected count-nya kurang dari 5. Berdasarkan hasil uji diperoleh nilai signifikansi p>0.005, baik untuk 2-tail maupun 1-tail. Untuk 2-tail diperoleh p=0.614 dan 1-tail adalah 0,307. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa tidak ada perbedaan kejadian perdarahan post partum dengan pemberian baik IPC maupun SF. Hal tersebut terkait dengan trend perbaikan kadar HB ibu yang disebabkan oleh pemberian terapi IPC dan SF.
b) Pengaruh IPC dan SF terhadap Luaran Maternal Ibu Hamil Variabel yang diuji untuk melihat pengaruh pemberian kapsul IPC dan SF pada hasil luaran maternal (Maternal Delivery) ibu hamil yang sebelumnya menderita ADB adalah waktu persalinan (Preterm, aterm, posterm), pendarahan post partum, dan lama partus. Selain itu, juga dilihat pengaruhnya terhadap berat badan bayi yang dilahirkan. 1) Waktu Persalinan Pada Gambar 1 data hasil penelitian menunjukkan, bahwa setelah terapi selama 8 (delapan) minggu dan keseluruhan ibu hamil telah melahirkan, diperoleh data tentang waktu persalinan masing-masing sampel. Pada kelompok IPC jumlah sampel dengan persalinan Preterm adalah sebanyak 6 orang, dan kelompok SF adalah sebanyak 10 orang. Jumlah persalinan aterm pada kelompok IPC adalah 29 0rang dan kelompok SF adalah 25 Orang. Pengujian statistik telah dilakukan untuk melihat perbedaan antara kedua kelompk hasil terapi dengan IPC dan SF. Hasil pengujian dengan menggunakan Pearson Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pemberian SF dan IPC terhadap luaran maternal, dengan nilai p=0.303 (p>0,05). Kedua kelompok terapi, secara statistik tidak memiliki perbedaan dalam luaran maternal, namun hasil tersebut telah menunjukkan keberhasilan pengobatan IPC dan SF dalam meningkatkan kadar HB dan Feritin Serum. Dalam hal luaran maternal, persalinan dengan aterm yang lebih dominan adalah indikator tidak langsung dari hasil terapi.
3) Partus Lama Jumlah ibu yang mengalami partus lama setelah terapi, pada kelompok IPC hanya 1(satu) orang, sedangkan pada kelompok SF ada 3 (tiga) orang (Gambar 3). Uji perbedaan kedua hasil dilakukan menggunakan uji Fisher (terdapat data yang expected count-nya kurang dari 5. Hasilnya menunujukkan bahwa p >0,05 baik untuk 2-tail (0,614) maupun 1-tail (0,307). Jadi kesimpulannya tidak ada perbedaan efek pada pemberian SF 288
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
maupun IPC terhadap kejadian lama.
partus
yang mendapat terapi IPC saat hamil adalah sebanyak 6 (17,14%) orang, sedangkan pada kelompok sampel SF adalah sebanyak 10 orang (28,57%). Dari Gambar 5, didapatkan bahwa jumlah kelahiran BBLR pada kelompok yang mendapatkan terapi IPC lebih rendah dibandingkan kelompok terapi SF.
Count
4) Berat Bayi yang dilahirkan Gambar 4 menunjukkan Klasifikasi berat bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil pada kedua kelompok yang diteliti dapat dilihat pada grafik gambar 10. Jumlah Bayi kategori BBLR Pada sampel
30 20 10 0 PRETERM
IPC 6
SF 10
ATERM
29
25
Count
Gambar 1. karakteristik persalinan sampel dengan terapi IPC dan SF
30 25 20 15 10 5 0 IPC
YA 5
TIDAK 30
SF
7
28
Gambar 2. Pendarahan Post partum
Count
Partus Lama 50 0 IPC
YA 1
ISSN 2252-5416
TIDAK 34
Gambar 3. Partus lama
289
Farida Mansyur
Count
40
ISSN 2252-5416
BERAT BAYI YANG DILAHIRKAN
20 0 IPC
BBLR 6
NORMAL 29
SF
10
25
Gambar 5. Berat Badan Bayi Yang Dilahirkan
5) Evaluasi Sampel Drop-Out Evaluasi terhadap sampel yang menolak untuk melanjutkan penelitian menunjukkan bahwa 75% di antaranya disebabkan oleh efek samping obat. Keluhan efek samping dari kelompok SF 83,3%, sisanya (16,7%) dari kelompok IPC (Tabel 7). Tabel 8 menunjukkan korelasi efek samping yang ditimbulkan antara obat SF dan IPC. Dengan uji korelasi Chi-square (non-parameterik; kategorik),
didapatkan adanya korelasi yang cukup kuat antara obat dengan efek samping (p= 0,001). Untuk mengetahui adanya hubungan antara jenis obat dengan efek yang dialami responden dilakukan uji statistik dengan menggunakan Uji non-parametrik Kolmogorov-Smirnov. Nilai signifikasi yang diperoleh menunjukkan angka 0.007 (p < 0,05) yang berarti bahwa terdapat hubugan antara jenis obat dengan efek yang dialami responden.
Tabel 7. Sampel Drop Out dan Penyebabnya Alasan a) Menolak melanjutkan penelitian - Tidak diijinkan keluarga - Alasan Tidak jelas - Efek Samping Obat oMual oNyeri lambung oDiare oKonstipasi oMettallic Taste b) Pindah Domisili JUMLAH Sumber : Hasil Analisis
SF 11 1 10 2 4 1 2 1 6 17
290
IPC 5 3 2 2 6 11
N 16 4 12 4 4 1 2 1 12 28
ISSN 2252-5416
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
Tabel 8. Efek Samping Obat
PREPARAT
IPC SF
Total Sumber : Hasil Analisis
EFEK PREPARAT ADA TDK ADA 6 29 20 15 26 44
Total 35 35 70
dengan penentuan sampel secara acak, sehingga diharapkan faktor- faktor tersebut dapat terbagi secara merata dan seimbang pada masingmasing kelompok. Setelah dilakukan analisis (tabel 2), disimpulkan kedua kelompok homogen dari segi karakteristik (p>0,05). Parameter laboratorium terkait pada kedua kelompok sebelum perlakuan (HB dan Feritin serum) menunjukkan tidak adanya perbedaan bermakna (p>0,05) (tabel 3). Dengan demikian, dapat disimpulkan kelompok SF dan IPC sebelum perlakuan tersebar homogen, sehingga tidak mempengaruhi hasil penelitian.
PEMBAHASAN Karakteristik sampel dapat dilihat pada tabel 1 yang menunjukkan rata-rata sebaran sampel yang bersifat numerik, serta frekuensi sampel yang bersifat ordinal dan nominal. Sementara pada tabel 2 terlihat hasil analisis homogenitas kedua kelompok, yang menunjukkan bahwa karakteristik sampel pada kedua kelompok adalah homogen. Rentang usia kehamilan yang lebar, yaitu 20-32 minggu dapat mempengaruhi hasil penelitian, karena tingkat penyerapan dan kebutuhan besi yang berbeda pada trimester 1, 2 dan 3. Rentang jarak kehamilan dengan anak terkecil 0 - 72 bulan, rentang yang lebar ini juga dapat mempengaruhi hasil penelitian, karena kandungan HB terkuras pada kehamilan yang terlalu dekat akan menyebabkan tingkat penyerapan besi yang lebih tinggi dibandingkan pada jarak kehamilan yang lebih jauh. Pendidikan yang bervariasi dari sampel dapat juga mempengaruhi hasil penelitian. Hal ini akan menyebabkan tingkat pengetahuan akan pentingnya gizi dan mempengaruhi daya beli bahan makanan kaya heme. Bahan makanan dan minuman tertentu dapat mempengaruh hasil penelitian karena dapat menghambat atau meningkatkan penyerapan besi. Untungnya semua sampel bukan vegetarian, sehingga pengaruh konsumsi kaya/ kurang heme yang menganggu hasil penelitian dapat diminimalkan. Beberapa faktor di atas yang dapat menyebabkan hasil penelitian bias diatasi
Perbandingan Efektifitas SF dan IPC Kedua obat ini mempunyai efektivitas yang sama dalam meningkatkan kadar HB dan Feritin Serum. Meskipun demikian, hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa jumlah sampel dalam kelompok IPC, yang mengalami peningkatan kadar HB dan serum rata-rata lebih banyak dibanding sampel yang berasal dari kelompok SF. Salah satu faktor penentu yang tidak diperhitungkan dalam penelitian adalah Harga (cost) antara SF dan IPC. Literatur menunjukkan bahwa harga SF lebih murah daripada IPC, sehingga sering menjadi pilihan dalam program pengobatan anemia defisiensi besi di Negara miskin dan Negara berkembang. Harga IPC lebih mahal, namun compliance rate lebih baik, sehingga angka drop out lebih kecil dibandingkan dengan kelompok SF. Meskipun 291
Farida Mansyur
ISSN 2252-5416
demikian, ada tidaknya pengaruh efek samping obat ternyata hanya berkorelasi lemah dengan obat yang diberikan. Apapun preparat besi yang diberikan, kunci keberhasilan pengobatan anemia defisiensi besi adalah ketaatan pasien. Ketaatan ini sangat dipengaruhi oleh berat ringannya efek samping yang ditimbulkan preparat besi tersebut. (Cook 2005) Dalam skala perorangan di mana pengawasan obat relatif mudah dilakukan, mungkin obat yang diperlukan adalah obat yang baik penyerapannya dan murah harganya sehingga anemia defisiensi besi cepat tertangani. Kalaupun timbul efek samping obat, dosis obat dapat diturunkan. sehingga efek samping dapat diminimalkan. Dalam hal ini SF dapat dipertimbangkan. Namun untuk skala komunitas/ program diperlukan obat yang aman dan compliance rate yang tinggi sehingga relatif kurang diperlukan pengawasan yang ketat dalam mengkonsumsi obat. Dalam hal ini IPC bisa dipertimbangkan bila biaya bukan merupakan masalah.
sangat dominan dibandingkan dengan yang mengalami partus lama. Parameter-parameter hasil luaran maternal ibu tersebut, meskipun tidak menunjukkan adanya perbedaan antara kedua jenis terapi yang diberikan, tetapi telah menunjukkan efektifitas pengobatan, terutama dalam meningkatkan komponen HB dan feritin serum darah, yang merupakan faktor penyebab kejadian Anemia Defisiensi Besi (ADB) Ibu. Sementara Ibu dengan ADB diketahui sebagai pemicu masalah pada hasil luaran maternal. KESIMPULAN DAN SARAN Kedua jenis obat dapat menurunkan ADB pada ibu hamil dengan meningkatkan kadar HB dan feritin serum secara bermakna, juga pada luaran maternal ibu, meskipun tidak berbeda secara bermakna. Efek samping IPC lebih baik dibandingkan dengan SF. Beberapa keterbatasan penelitian yang disadari dapat menyebabkan bias dalam mengambil kesimpulan, antara lain adalah : 1). Penelitian tidak mengamati faktor sosial ekonomi, menyangkut harga obat, daya beli masyarakat terhadap jenis obat, dan keberadaan jenis obat di pasaran; 2). Pemantauan pada parameter hasil luaran maternal pada ibu dengan ADB sebagai data pembanding tidak dilakukan, karena dianggap dapat menggunakan data sekunder yang belum pasti memiliki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian. Juga didasarkan pada referensireferensi lainnya tentang dampak kondisi ADB pada ibu hamil terhadap luaran persalinan. 3). Berdasarkan keterbatasan penelitian tersebut, maka untuk pemasyarakat penggunaan IPC dan SF dalam pengobatan Ibu hamil yang menderita Anemia Defisensi Besi masih dibutuhkan penelitian lanjutan. Penelitian lanjutan diharapkan dapat mengakomodasi penyebab bias
Pengaruh Terhadap Hasil Luaran Maternal Hasil luaran maternal ibu-ibu yang telah mendapat terapi, baik pada kelompok IPC maupun pada kelompok SF tidak menunjukkan adanya perbedaan. Parameter hasil luaran maternal yang menjadi tolak ukur penilaian adalah waktu persalinan, pendarahan post partum, dan kejadian partus lama. Ketiga parameter tersebut, terkait erat dengan komponen darah, terutama HB dan Feritin serum pada ibu hamil. Jumlah ibu dengan persalinan aterm cukup dominan dibandingkan dengan jumlah dengan persalinan preterm, baik untuk kelompok IPC maupun SF. Ibu yang tidak mengalami pendarahan post partum pada kedua kelompok sangat sedikit dibandingkan yang mengalami pendarahan post partum. Demikian pula jumlah ibu dengan partus tidak lama
292
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
dalam penelitian ini, terutama terhadap faktor sosial ekonomi masyarakat dan kondisi peredaran obat di masyarakat.
ISSN 2252-5416
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI 2006:622-6. Bankowski BJ, Hearne AE, Lambrou NC. The John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 2 ed. Philladelphia: Lipincott Williams & Wilkins, 2002. Barker DJP. Bull AR. Osmond C. Fetal and placental size and risk of hypertension in adult life. BMJ 1990; 301:259 Bernard JB, Hakimi M, Pelletier D.An analysis of anemia and pregnancyrelated maternal mortality. American Society for nutritional sciences. 2001: 604-15) Centers for Disease Control. Recommendations to prevent and control iron deficiency in the United States. Centers for Disease Control and Prevention. MMWR 1998; 47(RR-3):1-29 Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gillstap III LC, Hauth JC, Wenstrom KD editors. Maternal Adaptation in Pregnancy. In: Williams Obstetrics 21 ed. New York: Mc Graw Hill 2001. p.178200. Cunningham FG, Gant NT, Leveno, KJ, et al,Williams Obstetrics 21 ed. New York: Mc Graw Hill 2005. p.178-200. Cook JD. Diagnosis and Management of Iron-Deficiency Anaemia. Best Practice & Research Clinical Haematology Vol. 18, No. 2, p. 319-32, 2005. Available online at: http://www.sciencedirect.com Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gillstap III LC, Hauth JC, Wenstrom KD editors. Hematological Disorders. In: Williams Obstetrics 21 ed. New York: Mc Graw Hill, 2001. p.130738. Dusch E, Elder L, Achadi E. Women’s perceptions of iron deficiency and anemia prevention and control in
DAFTAR PUSTAKA Acomb C. Anaemia. In: Walker R, Edwards C editors. Clinical Pharmacy and Therapeutics 3th ed. Spain: Churchill Livingstone, 2003. Adamson JW . Iron Deficiency and Other Hypoproliferative Anemias. In: Kasper DL, Fauci AS, Longo DL, et al. editors. Harrison’s Principles of Internal Medicine 16 ed. New York: McGraw-Hill, 2005. p. 586592. Alpers DH, Stenson WF, Bier DM. Manual of Nutritional Therapeutics 4 ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002. p. 5467. Amiruddin R, Syam E, Tolanda S, Anemia Defisiensi Besi pada Ibu Hamil di Indonesia, 8 oktober 2007, http://ridwanamiruddin.wordpress. com. Andrews NC . Iron deficiency and related disorders. In: Greer J, Rodgers G, Frixos P, et al. editors. Wintrobe’s Clinical Hematology 11 ed. Philadelphia: Lipincott Williams & Wilkins, 2004. p.960-1002. Andrews NC. Disorders of iron metabolism. N Engl J Med. 1999; 341:1986-94 Bakta IM, Suega K, Dharmayuda TG. Anemia Defisiensi Besi. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI 2006:63440. Bakta IM. Pendekatan terhadap Pasien Anemia. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 4 ed. 293
Farida Mansyur
ISSN 2252-5416
eight developing countries. Soc Sci Med. 2002;55:529-544. [Pubmed] Fairbanks VF, Bauttler E. Iron metabolism. In : Beutlter E et all, editors, Williams Hematology.6th ed, New York : Mc Graw-Hill inc; 1998: 295-304. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Gabbe: Obstetrics – Normal and Problem Pregnancies ed 4. New York: Churchill Livingstone, 2002. p. 1176-9. Guidozzi F, Patel R, Mc-Phail A. A prospective study of iron status in white and black pregnant women in an urban hospital. SAMJ 1995; 85:171-3. Harvey P. A strategic approach to anemia control. MOST, The USAID Micronutrient Program. March 2004. Hallberg L. Screening for iron deficiency: An analysis based on bone marrow examinations and serum ferritin determinations in a population sample of women. Br J Haematol. 1993; 85:787–98 HKI Indonesian ,Alarming rise of iron deficiency anemia may herald ‘lost generation’. crisis Bulletin. Yr 1, Iss 3, Oct 1998. Hellen Keller International Indonesia. Available from: http://hki.asiapasific.org. Hercberg G, Galan P, Preziosi P. Consequences of iron deficiency in pregnant women. Clin Drug Invest 2000; 19 Suppl. 1:1-7. Hillman RS, Ault KA, Rinder HM editors. Iron Deficiency Anemia. In: Hematology in Clinical Practice 4th ed. USA: McGraw-Hill, 2005. p.53-64. Jacobs P, Fransman D, Coghlan P. Comparative bioavailability of ferric polymaltose and ferrous sulphate in iron deficient blood donors. J Clin Apheresis. 1993;8:89–95. [PubMed] Jacobs P, Johnson G, Wood L. Oral iron therapy in human subjects, comparative absorption between
ferrous salts and iron polymaltose. J Med. 1984;15:367-377. [Pubmed] Jacobs P, Wormald LA, Gregory MC. Absorption of iron polymaltose and ferrous sulphate in rats and humans-a comparative study. S Afr Med J. 1979;26:1065-1072. [Pubmed] Kathleen R, Rebecca S. New Evidence that iron supplementation During Pregnancy Birth Wight, New Scientific Questions. 2003: 673-4 Klebanoff MA, Shiono PH, Selby JV. Anemia and spontaneous preterm birth. Am J Obstet Gynecol. 1991; 164:59-63 Lee GR. Iron deficiency and Iron deficiency anemia. In: Witrobe MM, Lee GR, Boggs DR, Bitthell TC, Atheus JW, editors. Clinical Hematology. 7th ed, Philadelphia : Lea Febiger; 1994: 621-70. Linker CA. Blood. In: Tierney LM, McPhee SJ, Papadakis MA Editors. Current medical diagnosis & treatment 45th ed. McGraw-Hill; 2006. p. 481-483 Lops VR, Hunter LP, Dixon LR. Anaemia in pregnancy. Am Fam Physician; 1995;94:277-280. Maxton DG, Thompson RP, Hinder MC. Absorption of iron from ferric hydroxypyranone complexes. Br J Nutr. 1994; 71:203-207. Abstract Milman N, Agger A, Nielsen O. Iron status markers and serum erythropoietin in 120 mothers and newborn infants, effect of iron supplementation in normal pregnancy. Acta Obstet Gynecol Scand 1994; 73:200-4.Mehta BC. Iron hydroxide polymaltose complex –cause of persistent anemia at delivery. Indian J Med Sci. 2001;55:616–620. [PubMed] Meningkatkan kesehatan ibu. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia. Available from : http://www.undp.or.id/pubs/imdg
294
Iron Polymaltose Complex, Sulfas Ferosus, Anemia Defisiensi Besi, Hasil Luaran Maternal
Muhilal, Sumarno I, Komari. Review of surveys and supplementation studies of anemia in Indonesia. Pen Gizi dan Makanan 2004; (24): 3439. Nielsen P, Gabbe EE, Fischer R, Heinrich HC. Bioavailability of iron from oral ferric polymaltose in humans. Arzneimittelforschung. 1990;40:754–760. [PubMed] Piercy CN, Williamson C. Medical disorders in pregnancy. In : Chamberlain G, Steer PJ, editors. Turnbull’ Obstetric. 3rd. London: Churchill Livingstone, 2001.p.27593. Poggemeyer H. Toxicologic Disorders. In: Brenner M, ed. Critical Care and Cardiac Medicine. USA: McGraw-Hill, 2006. P. 81-7. Prawiroharjo, Pelayanan Kesehatan dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 2002. Rajadhyaksha GC, Shahani S, Pawar D. Evaluation of efficacy and tolerability of iron polymaltose complex tablets in iron deficiency anaemia during pregnancy. JAMA India – the Physician's Update. 2000;3:53–55. Reddy PSN, Adsul BB, Gandewar K, Korde KM, Desai A. Evaluation of efficacy and safety of iron polymaltose complex and folic acid (Mumfer) vs iron formulation (ferrous fumarate) in female patients with anemia. J Indian Med Assoc. 2001;99:154–155. [PubMed]
ISSN 2252-5416
Saha L, Pandhi P, Gopalan S, Malhotra S, Saha PK. Comparison of efficacy, tolerability, and cost of iron polymaltose complex with ferrous sulphate in treatment of iron deficiency anemia in pregnant women. MedGenMed. 2007; 9(1): 1. Saifuddin AB, Adriaanz, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Anemia dalam kehamilan. In: Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002. p.281-289. Sharma JB. Nutritional anaemia during pregnancy in non-industrialised countries. In: Studd J, editor. Progress in Obstetrics and Gynaecology. New Delhi: Churchill Livingstone; 2003. p. 103-122. Sharma N. Iron absorption: IPC therapy is superior to conventional iron salts. Obstet Gynecol; 2001;51519. [Pubmed] Singer CR. Cellular disorders and Anaemias. In: Bennett PN, Brown MJ. Clinical Pharmacology, 10th edition. Churchill Livingstone Elsevier. 2008. Yip, Ray. Recommendations to Prevent and Control iron Deficiency in the United States. Centers For Disease Control and Prevention. Vol.47. 1998:1-25. World Health Organization. Preventing and controlling iron deficiency anemia through Primary Health Care. Gebneve : WHO; 1989.
295