PANTON Dua Thon Tsunami Oleh : YR. Risyad Assalamu’alaikum saleum long buka Seubago sapa diawai mula Adakna salah haba long rika Geutanyo syedara meu’ah sabena Haba tapeuphon ulee ceurita Soal bantuan ureung di luwa Katroh dua thon, tsunami jiteuka Pu na keuh beda, nyang taeu teuma Roh awai phon, nanggroe geutanggap Geutarek sikap peudong lembaga BRR geupeunan, nama geusingkat Dana geupeumat, bagi beurata Man saboh nanggroe, badannya diharap Bek sagai silap bak himpon data Hana le sulet, peungeut dum rakyat Bek tamah peularat, sosah sit kana Bantuan meuruwah, trok hana treb Beungoh ngon meugreb, keuno ka jiba Busana jikirem, makanan jipeuseb Bagi nyang saket, ubat jimita Palo ban lheuh nyan, peudeh ngon saket Rame nyang sulet, bak salur dana Bantuan hana troh, sabe jipalet Jadup cukop treb, meu buleuen hana Watee ta tanyong, diyue beusaba Bantuan tan teuka, sampo uronyoe Tasurak u kanto, tatungge kata Jidrop ureung ba, penggerak demo Takalon lom laen, di gampong ngon kota Saban ternyata, beda kahana Rumoh hana lheuh , mantong deuh bata Meunan keurija, tanggongjaweub hana
JR H
Email:
[email protected] website: www.ti.or.id
GRATIS
MEDIA MONITORING REKONSTRUKSI ACEH
>TERBIT
16 HALAMAN >
EDISI. 08 >1 - 15 FEBRUARI 2007
PESANTREN FIKTIF DAPAT BANTUAN Sebuah pesatren di Desa Kruen Seumayam, Darul Makmur, Nagan Raya yang diduga fiktif, telah mendapat bantuan ekonomi Departemen Pertanian. Anehnya Dinas Pertanian setempat baru tahu.
Nyang eh di barak, saboh lagee droe Tanoh katrok poe, kabeh lam sewa Jino ho geujak, rumoh tan seuleuso Katan meuho wo, tampongan hana
Sigli, 06 Januari 2007
salam redaksi Urgensi Transparansi Para pembaca yang budiman. SU pemerintahan yang bersih sering kali menjadi perdebatan dan wacana tanpa ada implementasi yang nyata. Hal ini ditengarai karena pemerintah tidak mau berubah dengan berbagai alasan. Meskipun begitu ternyata ada pemerintah daerah baik itu ditingkat propinsi maupuan Kota/ kabupaten yang telah melaksanakan berbagai program seperti pelayanan satu atap atau terpadu, serta mengeluarkan perda transparansi dan partisipasi. Bahkan ada daerah yang berhasil memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan secara gratis. Dengan adanya warna baru dan dampak positif dari tata kelola pemerintahan yang baik di beberapa daerah, telah mendorong semangat daerah lain termasuk Aceh. Perkembangan selama ini memang menunjukkan besarnya keinginan untuk mewujudkan Aceh baru. Semangat itu semakin menguat usai disahkannya UU No. 11/ 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA), dan setelah terpilihnya pemimpin baru hasil Pilkada langsung Desember 2006 lalu. Untuk itu, Transparency International (TI) Indonesia bekerjasama dengan GeRAK dan SORAK mengadakan seminar “Transparansi Pemerintahan Baru Aceh: Urgensi, Peluang dan Tantangannya” di Anjung Mon Mata Meuligo Gubernur NAD, Banda Aceh pada 31 Januari 2007. Tujuan dari seminar untuk mendapatkan pandangan dari berbagai pihak tentang pentingnya penerapan transparansi di dalam penyelenggaran pemerintahan di Prop. NAD. Juga belajar dari pengalaman daerah lain yang telah menyusun dan menerapkan kebijakan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan yaitu Pemkab Solok, Sumatera Barat.
I
Saleum jroh sebenar-benar jroh.
● FOTO/ISTIJAR
Oleh: M. Istijar/ Yayasan Papan
P
ASCA TSUNAMI
faatkan oleh oknum berinisial TSF,
ancang tempat itu menjadi sebuah
seorang warga di Naga Raya untuk
pesantren.
, sejumlah
mendapatkan bantuan dari pemerin-
Tidak disangka proposal pesant-
daerah di Aceh yang terke-
tah. Sebuah proposal kegiatan beru-
ren itu dianggap layak mendapat ban-
na dampak bencana itu
pa pengembangan bidang usaha
tuan dari Deptan pada akhir 2006
mendapatkan bantuan dari
ekonomi santri yakni penanaman
lalu, meski nilainya setengah dari
pemerintah, swasta dan
palawija serta pertenakan lembu (sapi)
dana yang diajukannya. Bantuan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
dan kambing, pun diajukan. Lembag-
sebesar lebih dari 230 juta itu sudah
dalam berbagai bentuk. Salah satun-
anya mengatasnamakan Istiqamatu-
dicairkan melalui sebuah bank. Be-
ya bantuan ekonomi. Bantuan dari
din Babul Muaruf (IBM) Darul Aman,
lakangan Dinas Pertanian setempat
pemerintah, selain disalurkan mela-
dengan alamat di desa Krueng Seu-
baru mengetahui adanya bantuan
lui BRR Aceh-Nias, juga didistribusi-
mayam, Darul Makmur.
ekonomi dari pusat kepada pesant-
kan oleh sejumlah departemen. Dirjen
Padahal berdasarkan informasi dari
ren di wilayah kerjanya. Lebih kaget
PPHP (Direktorat Jenderal Direktorat
warga, dia tidak memiliki sebuah pon-
lagi, pesantren tersebut diduga fik-
Pertahanan Pangan dan Holtikultura
dok pesantren dalam pengertian se-
tif, atau sekedar papan nama saja.
Pertanian) Departemen Pertanian mis-
bagai sebuah lembaga pendidikan
Dugaan bantuan tidak tepat sasaran
alnya, menyalurkan bantuan pengem-
yang diakui Departemen Agama. Dia
ini sedang ditangani oleh Komite
bangan usaha ekonomi berbasis aga-
hanya memiliki sebuah tempat untuk
Rakyat Pemantau Anggaran (KRPA)
ma. Sasarannya adalah beberapa lem-
mengumpulkan anak-anak di daerah
Nagan Raya, dan akan dilaporkan ke
baga pendidikan agama di Indonesia.
sekitarnya dan sesakili mengadakan
polisi setempat. ■
Peluang tersebut ternyata diman-
pengajian. Barangkali dia baru mer -
(Berita terkait hal 3)
HALAMAN
2
SURAT PEMBACA Bantuan tidak transparan
Saya merasa prihatin terhadap kondisi barak di Johan Pahlawan. Khususnya terhadap bantuan yang tidak transparan kepada masyarakat barak di sana. Yakni bantuan beras untuk anak yatim dan janda. Bantuan beras itu diberikan oleh sebuah. Pembagiannya tidak trasparan oleh kepala barak dan keucik. Bagaimana ini ya. Apalagi saya mendengar ada bantuan uang tunai dari BRR sebesar Rp 10 juta. Seharusnya bantuan yang diberikan oleh siapapun pendistribusiannya harus transparan. Terlebih itu jatah untuk anak yatim dan janda. Semoga saja yang makan jatah anak yatim dan janda dilaknat Tuhan. Sawaludin Warga Barak Johan Pahlawan, Aceh Barat
Bantuan Rumah Dialihkan
Pendataan bantuan rumah untuk warga walaupun telah diumumkan tetapi akibat banyak masyarakat yang tinggal di luar, banyak yang tidak mengetahui. Ada 10 rumah yang seharusnya untuk masyarakat desa Bitai yang dialihkan untuk Lampoh Daya tanpa adanya musyawarah. Sedangkan untuk masyarakat Bintai sendiri banyak yang belum mempunyai rumah. Dan, se-
harusnya rumah bantuan dari Turky Red Crescent yang jumlahnya 350 unit diperuntukan untuk desa Bitai dibagi untuk Lampo Daya dan Emperon. Masyarakat mencoba bertanya kepada pihak-pihak yang bersankutan tetapi jawabannya tidak ada yang memuaskan. Untuk itu kami minta adanya kejelasan tentang hal tersebut, dan kembali dilakukan pembangunan rumah tersebut. Joeswardi, Warga Lampo Daya, Jayabaru, Banda Aceh
Pungutan Liar
Setiap kali melewati jalan di Samatiga, Aceh Barat saya harus mengeluarkan uang hingga Rp 2000. Uang itu untuk membayar penjaga jalan. Karena kalau tidak, maka penjaga jalan itu tidak memberi kami jalan. Cukup memprihatinkan. seharusnya jalan umum itu milik masyarakat umum. Bukan milik segelintir orang. Tolong coba Pemda Aceh Barat turun ke sana. Tengok apa yang terjadi di lapangan. Jangan cuma mau makan gaji dari uang rakyat saja. Afrizal Warga Meulaboh, Aceh Barat
SEORANG warga Padang Rubek, Kuala, Nagan Raya, sedang serius membaca tabloid JROH disela-sela pelaksanaan pertemuan konsultasi public, 13 Januari lalu lalu. Dalam pertemuan itu turut hadir Fachrudin, Asisten Stakeholder Coordinator BRR Aceh Nias, Kepala Barak dan warga setempat. Warga menuntut agar BRR segera membangun rumah permanen untuk warga setempat. ■ istijar
REDAKSI Menerima Artikel Opini dari luar yang berkaitan dengan proses Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh atau tentang upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi di Aceh. Panjang tulisan maksimal 8.500 karakter. Tulisan yang dimuat akan mendapat honor yang memadai. Artikel bisa dikiram ke Alamat Redaksi Jroh: Jln T Iskandar Jl. T Iskandar Km.5 (M Nuri) Lam Ujong, Meunasah Baet, Aceh Besar Phone/Fax: +62(0) 651-22 780, atau email:
[email protected]
SUSUNAN TIM MEDIA: Penanggung Jawab/Pimpinan Umum: Rizal Malik Pimpinan Redaksi: Mochamad B Winoto Redaktur Pelaksana: Tony Alexander, Wakil Redaktur: Fadjar Pratikto Reporter: M Istijar, Aceh Jaya: Muhammad, Banda Aceh: Muhammad Purna. Nagan Raya/Meulaboh: Jaka Rasyid. Distribusi: Vera Deniza; Amir Yunus Sirkulasi: Masyarakat Partisipatif (Aceh Jaya) Paska Pidie (Pidie) Paska Bireuen (Bireuen) GeRAK (Banda Aceh) GeRAK (Aceh Barat), Papan - Meulaboh ALAMAT REDAKSI: Transparency International (TI) Indonesia Jl. T Iskandar Km.5 (M Nuri) Lam Ujong, Meunasah Baet, Aceh Besar Phone/Fax: +62(0) 651-22 780 Email:
[email protected] website: www.ti.or.id
HALAMAN
3
Mencari Bantuan Berbungkus Agama Bantuan ekonomi dari Departemen Pertanian ke Ponpes IBM Darul Aman di Nagan Raya dipertanyakan. Data dalam proposal yang diajukan pihak ponpes tidak sesuai dengan data di lapangan. Lokasi pesantren tak terlihat seperti lazimnya lembaga pendidikan Islam. Oleh: M. Istijar/ Yayasan Papan EKILAS
S
santren. Bentuk program kegiatannya berupa pe-
, kondisi Pondok
ngembangan bidang usaha
Pesantren Istiqamatudin
ekonomi santri/santriwati
Babul Muaruf (IBM) Darul
yakni penanaman palawija
Aman, tidak ada yang aneh.
serta pertenakan lembu
Plang nama sebesar papan tulis
(sapi) dan kambing. Lay-
setinggi 1 meter terpa-
aknya proposal bantuan,
jang jelas. Dari papan nama itu,
tertera profil Ponpes, jum-
tertulis jarak 50 meter lokasi ban-
lah santri mencapai 122
gunan ponpes itu dari jalan raya
siswa, jumlah guru, metode
Blang Piddie, Desa Krueng Seu-
belajar -mengajar serta pro-
m a y a m , D a r u l M a k m u r, N a g a n
fil usaha yang dimiliki pon-
Raya. Ketika didekati, terlihat ber -
pes IBM Darul Aman. Da-
diri tiga bangunan berbahan papan
lam proposal itu juga tert-
dan bambu berukuran sedang. Tidak
era areal lahan yang dimil-
ada kegiatan belajar -mengajar, dan
iki pihak ponpes yang bakal menja-
white board
pemondokan santri layaknya sebuah lembaga pendidikan. Tidak ada yang tahu bahwa Ponpes IBM Darul Aman merupakan
pes IBM Darul Aman.
● FOTO/ISTIJAR
nah mengeluarkan surat permohonan
di lahan usaha pertanian dan pe-
Sekonyong-konyong pihak Dinas
pencairan kepada Bank Britama un-
ternakan. Rinciannya, 25 hektar
Pertanian kaget. Kenapa bisa, ucap
tuk proses pencairan dana bantuan
untuk produksi palawija dan beber -
Banta Saidi, Kepala Dinas Pertanian
kepada ponpes Darul Aman. Ada ke-
apa hektar untuk kandang ternak.
Nagan Raya. Banta mempertanyakan
curigaan pihak Ponpes memalsukan
Karena dianggap sesuai adminis-
Dirjen PPHP Deptan, mengapa mere-
surat permohonan itu? Saat dikonfirmasi dugaan ini,
salah satu dari beberapa lembaga
trasi dan layak mendapatkan bantu-
ka tidak berkonsultasi terlebih dahu-
mendapatkan bantuan pengemban-
an, akhir tahun lalu, Departemen Per-
lu dalam menyalurkan bantuan terse-
pimpinan Ponpes membatah keras
gan usaha ekonomi berbasis agama
tanian menyetujui bantuan itu. Na-
but. Padahal saat diberitahukan se-
telah melakukan pemalsuan surat
mun jumlah nilai bantuan yang dis-
belumnya, pihak dinas setempat akan
permohonan Dinas Pertanian dan
etujui setengah dari total nilai per -
memberikan rekomendasi kepada
penyalahgunaan bantuan tersebut.
mohonan bantuan yang diajukan pi-
Dirjen PPHP Deptan sebelum menge-
Ini fitnah besar, tandas Tengku S
hak Ponpes. Proses pencairannya
luarkan keputusan untuk mencair -
Falaidin kepada JROH di kediaman-
langsung ke rekening Bank Britama
kan dana bantuan itu. Kami memi-
nya yang sekaligus dijadikan pon-
BRI Cabang Nagan Raya atas nama
liki data lembaga pendidikan agama
pes itu. Dengan wajah cemas dan
pemilik ponpes, Tengku S Falaidin,
(ponpes) di Nagan Raya. Jadi kami
kedua tangan bergetar, Falaidin
yang harus dilampiri surat pemberi-
tahu mana yang mereka benar-benar
mengungkapkan, dirinya tidak per -
tahuan dari dinas pertanian setem-
pesantren mana yang bukan, ujar
nah menerima bantuan apapun dari
pat. Beberapa hari setelah persetu-
Banta.
Departemen Pertanian. Saya tidak
pendidikan agama di Indonesia yang
dari Dirjen PPHP (Direktorat Jender al Direktorat Pertahanan Pangan dan Holtikultura Pertanian) Depar temen Pertanian. Nilai bantuannya cukup besar, mencapai Rp 244 juta dari nilai proposal yang diajukan yakni Rp 698 juta. Bantuan itu ber sifat langsung. Dimana pihak Ponpes mengajukan proposal ke Dirjen PPHP Departemen Pertanian yang beralamat di Jalan Raya Ragunan, Jakarta Selatan. Dalam proposal yang diajukan pihak Ponpes medio Agustus 2006 lalu, disebutkan sebagai permohonan bantuan permberdayaan pe-
juan, pemberi bantuan berkunjung ke
Lebih mengecewakan lagi, selama
pernah mendapatkan bantuan itu.
kantor Dinas Pertanian Nagan Raya.
proses pengajuan bantuan tersebut,
Apa urusan saudara menanyakan
Tujuannya, memberitahukan bahwa
Dinas Pertanian setempat tidak per -
kepada saya, ujarnya dengan nada
mereka telah mencairkan bantuan
nah dikonfirmasi terlebih dahulu
keras. Aneh. Ya itulah pengakuan
pengembangan usaha berbasis lem-
oleh pihak Ponpes. Terlebih mem-
Falaidin. Namun ketika disodorkan
baga pendidikan agama kepada pon-
inta surat rekomendasi dari mere-
bukti penarikan dari Britama BRI
ka. Namun saya masih sedikit lega,
serta proposal bantuan. Falaidin
karena proses pencairannya harus
sedikit mengakui bahwa dia menda-
menggunakan surat pemberitahuan
patkan bantuan itu. Memang be-
dari Dinas Pertanian Nagan Raya,
lum dibelikan apa-apa, akunya.
Saksi Bisu Tiga Bangunan Panggung… TIDAK
Teungku S Faladin (berpeci) di “Pondok Pesantrennya”.
ada yang tahu pasti bagaima-
na sosok dibalik berdirinya Pondok Pe-
sambung Banta.
Anehnya, meski mengatasnama-
Untuk memastikan kapan waktu
kan pondok pesantren dalam men-
pencairan dana bantuan dari Dep-
gajukan dana bantuan pengemban-
tan, Dinas Pertanian Nagan Raya
gan usaha. Namun sasaran bantu-
tersebut ada pengajian agama. Pesert-
memanggil Tengku S Falaidin. Su-
an tidak seperti Ponpes. Lazimnya
anya anak-anak usia sekolah dasar.
rat panggilan pertama dikirim.
sebuah ponpes yang dilengkapi ru-
santren Istiqamatudin Babul Muaruf
Warga sempat mendengar kiprah
Tengku S Falaidin tidak datang.
ang belajar -mengajar dan asrama
(IBM) Darul Aman. Warga yang tinggal
pendiri ponpes itu. Namun itu cuma
Beberapa minggu lalu surat panggi-
santri, tetapi dilokasi tersebut tidak
disekitar lahan Ponpes itu pun hanya
sekilas dan simpang siur. Yang kami
lan kedua kembali dikirim, juga
terlihat. Tidak ada sedikit pun pros-
tahu ketika beberapa orang memancang
tahu beliau (Tengku S Falaidin) per -
tidak datang. Untuk mengetahui
es belajar -mengajar. Anda datang
patok papan nama bertuliskan identi-
nah di Jakarta, kata Maimunah (32),
apakah dana itu benar -benar dic-
telat. Santri itu belajarnya pagi,
tas pesantren itu. Lokasinya 1 meter dari
salah seorang warga setempat. Ya seke-
airkan oleh pihak Ponpes, maka
kilah Falaidin. Terkait dengan jum-
jalan raya Blang Piddie, Desa Krueng Se-
dar itu. Selebihnya, tertutup.
Banta memerintahkan stafnya un-
lah santri yang tercatat mencapai
Menurut Maimunah, lahan tempat
tuk mendatangi Bank Britama BRI.
122 orang, Falaidin mengungkap-
berdirinya 3 bangunan panggung itu
Namun terlambat. Dana bantuan
kan, bahwa para santri tersebut
dahulunya hutan. Setelah mereka da-
tersebut sudah dicairkan. Anehnya,
tidak menetap di ponpes. Selesai
Dari plang nama itu, sekitar 50
tang, beberapa hektar lahan yang di-
dalam proses pencairan itu, turut
proses
meter berdiri tiga rumah panggung ber -
tumbuhi pepohonan didirikan ban-
dilampirkan surat permohononan
santri tersebut pulang ke rumah
bahan papan. Bangunannya tidak ter -
gunan pangung. Selebihnya, menjadi
pencairan dari Dinas Pertanian Na-
masing-masing. Untuk menindak-
lalu luas, masing-masing sekitar set-
lahan kosong tak beraktifitas. Rerum-
gan Raya.
lanjuti itu, Komite Rakyat Peman-
engah lapangan bulutangkis. Tidak ada
putan dan ilalang dibiarkan tumbuh
Dalam bukti penarikan itu, Tengku
tau Anggaran (KRPA) Nagan Raya
kegiatan belajar-mengajar layaknya se-
subur. Karena tertutupnya informasi
S Falaidin telah melakukan transak-
berencana akan melaporkan kasus
buah lembaga pendidikan. Jangankan
itu, warga setempat pun tidak menge-
si keuangan sebesar Rp 244 juta dari
ini ke pihak kepolisian setempat.
sosialisasi ke masyarakat, komunika-
tahui secara pasti mengenai bantuan
rekeningnya. Sehingga saldo yang ter-
Ini harus diproses secara hukum.
sipun jarang dilakukan. Masyarakatt
dana bantuan pengembangan usaha
tera tinggal Rp 6.000 saja. Tentu saja
Karena indikasinya sudah kuat,
hanya mengetahui bahwa di lokasi
santri itu. ***
ini membuat mereka lebih kaget. Kare-
ujar Muhamad Syam, koordinator
na Dinas Pertanian merasa tidak per-
KRPA. ■
umayam, Darul Makmur, Nagan Raya. Plang itu sebesar papan tulis
white board
setinggi 1 meter
b e l a j a r - m e n g a j a r,
para
HALAMAN
4
Buruk Proyek, Tanggul Ditambal Sebuah tanggul penahan air pasang laut di Kutaraja, Banda Aceh yang baru dibangun oleh BRR diketahui retak. Upaya penambalan sudah dilakukan untuk mengatasi keretakan tersebut. Oleh: Mohammad Purna/ Gerak Aceh
S
EORANG
pemuda tampak
mondar -mandir diatas bibir tanggul penahan air pasang di Gampong Pande Kecama-
tan Kutaraja, Banda Aceh. Sambil menggerutu matanya terus tertuju pada sisi tanggul yang kelihatan masih berbekas retak, tidak jelas apa yang diomelkan sang pemuda yang bernama Udin itu, wajahnya pun sangat tidak bersahabat melihat kondisi itu. Sesekali pandangannya tertuju kearah laut yang tidak jauh dengan tempatnya berdiri, entah apa
Tanggul di Gampong Pande yang retak, foto diambil sebelum ditambal.
● FOTO/ASKHAL
yang ditatapnya, sampai kepalanya menggeleng-geleng beberapa kali.
keretakan itu bukan pada plaster
Ada benarnya memang, apa yang
ini untuk sebuah tanggul yang
Perlahan pemuda itu duduk dibibir
bangunan, akan tetapi
berbentuk
dikatakan Mahdi dan Hamidah,
harus terjamin kekuatannya. Ka-
tanggul dan kembali matanya ter -
patahan pada badan tembok, seh-
Kp.Pande itu sendiri hanya berjarak
lau dengan menambal, sekali dia-
tuju pada bekas keretakan itu. Tam-
ingga bila diamati lebih dekat,
beberapa meter dari bibir pantai, pe-
yun gempa bekekuatan rendah saja
paknya ada yang tidak beres den-
dicelah patahan itu terlihat batu-
rumahan penduduk pun hanya pu-
akan kembali retak, apa lagi gem-
gan proyek tanggul yang telah sele-
batu gunung yang digunakan un-
luhan kilometer dari tepi tanggul.
pa berkekuatan tinggi. Konon lagi
sai dibangun hampir setahun lalu.
tuk bahan dasar bangunan terse-
Selidik punya selidik, ternyata
but. Padahal dalam perencanaan
temui
di kantor kelurahan,
diterjang ombak pasang, saya be-
pemuda yang satu ini tidak puas
tanggul tersebut diperkirakan akan
membenarkan adanya keretakan
rani menjamin akan retak lagi,
degan tanggul yang dibangun oleh
bertahan minimal 10 tahun.
pada tanggul yang dibangun BRR
ungkap laki-laki jebolan Universitas Syiah Kuala ini.
Keuchik Kp.Pande Ir.Irdus yang
jroh
tanggul ini hampir setiap purnama
Badan Rehabilitasi dan Rekon-
Sekarang keretakan itu sudak
tersebut, dia juga tidak menampik
struksi (BRR NAD Nias) perten-
tersumbat dengan semen, namun
adanya perbaikan yang tidak sem-
Ada dua kemungkinan, menga-
gahan tahun 2006 yang lalu. Tang-
masih terlihat bekasnya. Menurut
purna. Secara teknis saya tidak
pa tanggul sepanjang 2.600 meter
gul ini sudah retak, seharusnya un-
beberapa warga, tanggul itu satu-
mengerti, yang kami inginkan ad-
itu sudah retak. Pertama menurut
tuk memperbaikinya harus dirom-
satunya penahan air saat pasang
alah air laut tidak masuk ke perka-
Miswar, karena pengadukan semen
bak, tapi mereka hanya menyum-
laut naik. Kalau tidak ada tang-
mpungan, persoalan konstruksi
menggunakan air laut, dan kedua
batnya dengan semen, dan ini tidak
gul itu, air pasang akan masuk ke
saya tidak mengerti,jelas Irdus.
karena ulah kontraktor yang ingin
akan bertahan lama, ini jelas-jelas
perkampungan,jelas Mahdi salah
Terkait dengan persoalan terse-
mengeruk keuntungan yang bany-
menutupi kesalahan, kata pemu-
satu warga Kp.Pande. Penuturan
but, Miswar AB salah seorang ahli
ak dengan mengurangi kualitas
da itu sambil menunjukkan kesisi
senada juga diungkapkan Hamidah
konstruksi dari Lembaga Peman-
bangunan tanggul. Tapi saya lebih
bangunan yang retak.
(45) salah satu warga setempat.
tauan Rekonstruksi Aceh (LAPERA)
cenderung kepada alasan saya yang
Dari pantauan J roh beberapa
Kami sangat beruntung dengan
punya asumsi tersendiri. Sepan-
pertam,jelasnya.
waktu lalu, tanggul setinggi lebih
adanya tanggul ini, jika tidak, tiap
jang pengetahuan saya, keretakan
Saat masalah tanggul ini dikon-
kurang 3,5 meter ini, memang
hari kampung kami akan kemasu-
pada badan tembok tidak akan ter -
firmasikan, Juru Bicara BRR Tu-
sudah retak dan hampir patah,
kan air, jelas Hamidah.
jamin dengan tambalan, apa lagi
anku Mirza Keumala yang dihubungi melalui telepon selularnya mengakui belum menerima informasi tentang hal itu. Kami belum menerima informasi tentang itu, tapi
Disorot Anggota Dewan TANGGUL
retak bantuan BRR Aceh-
Nias di pinggir pantai kawasan Gam-
kami akan segera mengirim tim kelapangan untuk mengecek, apakah
struktur tanggul hingga ke ikatan batu
jalan inspeksi yang dibangun di sebelah
gunung.
tanggul akan dilewati kendaraan seh-
pong Pande, Kutaraja, ternyata menda-
Mukminan menilai, jika tidak seg-
ingga mempercepat ambruknya tang-
pat perhatian dari Wakil Ketua DPRD
era ditanggulangi, maka akan berpen-
gul tersebut. Patut dipertanyakan
Kota Banda Aceh dari PKS, Mukminan.
garuh pada struktur tanggul karena air
bagaimana fungsi pengawasan ter -
Ia bahkan sudah melayangkan surat
laut yang masuk ke sela-sela retakan
hadap proyek itu. Padahal pejabat yang
tanggul itu sudak diperbaiki dengan benar atau tidak, kami tetap tidak pernah mentolerir kontraktor yang tidak becus, jawabnya dengan nada yang tegas. Ditanyai tentang jumlah biaya
ke BRR meminta agar masalah terse-
(dan terjebak di dalam) akan memuai
diamanahkan untuk mengawasi diba-
yang dihabiskan untuk membangun
but ditindaklanjuti.
dan meninggalkan butiran garam dan
yar mahal dengan uang rakyat, imbu-
tanggul tersebut, dia mengakui tidak
Berdasarkan penglihatan langsung,
bereaksi dengan semen dan batu gu-
hnya.
tahu persis berapa jumlah anggaran
Mukminan mengatakan di beberapa
nung. Akan menyebabkan korosi yang
Diduga pihak-pihak yang terkait
keseluruhan, alasannya dia sedang
titik tanggul terjadi patah retak.
berdaya rusak besar terhadap struktur
dengan proyek tanggul itu sudah
tidak berada di kantor. Untuk me-
Setidaknya ada dua titik yang sangat
tanggul, ujarnya seperti dikutip Se-
mengetahui adanya masalah pada ban-
mastikan jumlah biaya itu harus di-
kontras terjadi patah retak sedangkan
rambi.
gunannya itu. Hal itu terindikasi dari
lihat dokumen lagi, akunya. Namun
Untuk sementara, sambungnya,
bekas-bekas tambalan semen di titik-
beberapa sumber mengatakan, biaya
tanggul terlihat kokoh, tetapi dalam
titik yang mengalami patah retak. Pole-
proyek tanggul itu sebesar Rp.4,8
Patahnya bukan pada lapisan atas
waktu tidak terlalu lama bisa ambruk
san semen itu diduga untuk menutupi
milayar. Tangul itu sendiri dibangun
fisik bangunan tetapi menggerogoti
karena di dalam keropos. Apalagi
borok proyek. ■
disepanjang pantai Kp.Jawa sampai
di beberapa titik lainnya juga berpotensi seperti itu.
ke Ulee Lhee Banda Aceh. ■
HALAMAN 5
Akhirnya IOM Mundur Dari Matang Teungoh Akhirnya IOM memastikan diri untuk tidak melanjutkan pembangunan rumah di Bireuen. Alasannya penerima tidak memenuhi standar korban. Padahal warga sudah lama menanti.
sekarang belum ada realisasi-
annya kepada Badan Rehabilitasi
nya,ungkap Muhammad Abbas
dan Rekonstruksi (BRR NAD-Nias).
kepala desa Matang Teungoh. Dari 72 unit rumah yang dijan-
minta pihak BRR dapat menindak
jikan hanya 11 unit yang dibangun,
lanjuti keluhan warga. Karena
itupun baru selesai 25 persen pem-
menurut mereka, ketidapastian dari
bangunannya, yang lain saya be-
IOM, membuat beberapa NGO lain
lum tahu bagaimana nasibnya,
yang mau masuk jadi terhenti.
kami sudah beberapa kali menyu-
Kepala Program Rehabilitasi dan
rati IOM, bahkan kami pernah men-
Pemulihan IOM untuk Aceh & Nias
jumpai langsung pihak IOM, mere-
Bruno Oudmayer, yang dikonfirmasi
ka berjanji akan meneruskan pem-
Jroh memastikan pihaknya tidak
bangunannya, tapi sampai seka-
akan melanjutkan kegiatan di Matang
rang belum terealisasi, ungkap
Teungoh. Kami sudah menghentikan
Fachruzzaman Abdullah, juru tu-
pembangunan rumah itu, karena
lis kelurahan Matang Teungoh.
tidak memenuhi standar penerimaan
Kerangka-kerangka rumah itu sep-
oleh penerima sendiri, dan kami
ertinya mulai mengundang masalah.
sudah membalas surat mereka, un-
Beberapa warga nyaris membongkar
tuk selanjutnya terserah kepada
rumah itu dengan palu godam, un-
masyarakat mau diapakan rumah itu,
tung saja kepala desa setempat sang-
dilanjutkan atau dibongkar itu terser-
gup menahan emosi warga. Kalau
ah kepada mereka, jelas Bruno.
saja Pak keuchik tidak cepat datang,
Namun, Burno tidak merinci
rumah-rumah ini sudah kami rata-
standar penerimaan yang dimak-
kan dengan tanah, kata
sud. Dia hanya mengatakan stan-
Basri dengan nada kesal.
Rumah Bantuan IOM di Matang Teungoh yang belum jadi.
NWAR
FOTO: BASRI/PASKA BIREUEN
Hanafiah (46)
yang terlibat dalam proses rehabili-
tampak termenung di
tasi dan rekonstruksi Aceh. Betapa
pintu sebuah gubuk,
tidak, Internasional Organizatiaon
matanya tertuju pada
for Migration (IOM) sebuah NGO ter -
sebuah kerangka ru-
nama, pernah menawarkan akan
mah yang belum siap dibangun.
membangun 72 unit rumah di desa
Kerangka rumah itu masih berben-
mereka.
A
tuk tiang segi empat ukuran 15 x
Mendengar kabar tersebut, pulu-
15 cm yang belum siap dicor. Diu-
han masyarakat Matang Teungoh
jung masing-masing tiang,terlihat
yang rumahnya hancur akibat tsu-
besi beher yang masih acak-aca-
nami 26 Desember 2004 silam
kan. Ini rumah saya yang diban-
mendadak gembira. Apalagi janji
gun oleh IOM, tapi sudah hampir
IOM itu tertuang dalam sebuah Nota
setahun belum selesai, kata An-
Kesepahaman yang ditandatangani
war dengan nada sedih.
oleh masyarakat, kepala desa dan
Bukan hanya Anwar, ternyata
pihak IOM pada 24 April 2006 lalu.
masih ada 71 warga lain di Matang
Dari pihak IOM, yang meneken ad-
Teungoh, Samalanga, Bireun.yang
alah Ms Nicky Rounce, Head of Com-
mengalami keluhan yang sama. Is-
munity Liaison & Land Units.
mail (58) misalnya, Bapak tiga
Tidak tanggung-tanggung isi surat
anak ini mengakui, sudah putus-
perjanjian itu. Disebutkan IOM akan
asa mengharap kapan rumahnya
membangun rumah permanent den-
selesai dibangun, nasib rumah Is-
gan ukuran 44 m . yang dilengkapi
mail tidak jauh berbeda dengan
dengan lantai keramik, jaringan pipa
yang dialami Anwar. Saya hanya
air bersih langsung dari PDAM, jarin-
bisa pasrah, untuk melanjutkan
gan kabel listrik dan perlengkapan ru-
pembangunan rumah ini saya tidak
mah tangga. Yang lebih menarik dalam
punya uang, sekarang saya hanya
perjanjian itu adalah masyarakat pen-
berharap agar IOM dapat menepati
erima rumah mendapat kesempatan
janjinya, pinta Ismail.
untuk menyetujui gambar rancangan
Hasil pantauan Jroh di lokasi,
2
rumah dan tata ruangnya. IOM juga
rumah yang diban-
bermaksud untuk menyediakan pro-
gun IOM hanya berupa kerangka
gram bantuan mata pencaharian bagi
dari tiang beton yang belum siap
seluruh penerima bantuan rumah
dicor. Pondasinya pun masih ber -
IOM yang ingin berpartisipasi setelah
bentok slop dari batu gunung yang
perumahan selesai.
sebanyak 11
diikat dengan semen dan pasir cor.
Akan tetapi, kegembiraan ma-
Tidak ada tanda-tanda rumah
syarakat itu sepertinya hanya mim-
itu akan dilanjutkan pembangu-
pi indah yang tidak pernah terwu-
nannya. Hal ini terbukti dengan
jud, rumah-rumah itu belum sele-
tidak terlihatnya tumpukan pasir
sai dibangun sampai sekarang. Ber -
atau semen di samping rumah sep-
macam cara sudah dilakukan un-
erti layaknya sebuah rumah yang
tuk mengubungi pihak IOM, mulai
sedang dalam proses dibangun.
dari pengajuan surat sampai ber -
Keluhan Ismail dan beberapa
temu langsung. Kami sudah be-
warga lain bukanlah mengharap
berapa kali melayangkan surat ke
bintang jatuh dari langit akan teta-
IOM, bahkan kami sudah bertemu
pi mengharap janji dari lembaga
langsung dengan IOM, tapi sampai
Dalam pengaduannya mereka me-
dar masyarakat korban yang ber -
Menurut warga setempat, akibat
hak menerima bantuan, tidak se-
janji IOM yang tidak direalisasikan,
suai dengan standar yang telah di
muncul
tetapkan oleh pemerintah dan BRR.
kecurigaan
di
antara
masyarakat. Masyarakat sudah
Juru bicara Badan Rehabilitasi
hidup terkotak-kotak dan saling
dan Rekonstruksi (BRR NAD-Nias)
menghasut antara satu sama lain,
Tuanku Mirza Keumala, berjanji
hasutan itu lebih tertuju kepada
akan menelusuri persolan rumah
perangkat desa. Mereka mulai
IOM di Matang Teungoh. Kami
menyalahkan perangkat desa,
akan segera menurunkan tim, men-
malah ada yang menuduh per -
gapa IOM menghentikan pemban-
angkat desa ada main mata den-
gunan rumah, dan apa standar pen-
gan pihak IOM, ini sangat berba-
erima yang mereka maksud, BRR
haya, jelas seorang warga Matang
tetap memegang komitmen akan
Teungoh yang enggan ditulis na-
menyelesaikan persoalan rumah
manya. Sejauh ini kepala desa juga
dalam tahun 2007, janji Mirza.
sudah melayangkan surat pengadu-
■
Muhammad Purna
HALAMAN
6
Lagi, Rumah Dibangun Asal-asalan dibelinya ukuran 6 mm. Saya lihat kontraktor itu beli plafon ukuran yang 4 mm, maka hasilnya hanya 3,5 mm. jadi tidak sesuai dengan spesifikasi, jelasnya. Penyerahan bantuan rumah tahap pertama antara BRR dengan 20 kontraktor di desa tersebut sebenarnya harus sudah dilakukan pada 15 Januari lalu. Yang dilanjutkan masa pemerliharaan selama 90 hari dari tanggal penyerahan. Bagi kontraktor nakal, kata Armansyah, BRR memberikan tenggang waktu selama tiga bulan. Sehingga tahap penyerahan bisa dilakukan pada April mendatang, yang akan dilanjutkan dengan masa pemeliharaan 90 hari. Bagaimanapun tindakan tegas perlu dilakukan kepada para kontraktor yang tidak mematuhi aturan kesepakatan. Jika tidak, masalah rehab-rekons di Aceh tidak akan per nah terselesaikan. Menurut
Rumah yang dibangun BRR di Desa Lancang yang ditelantarkan oleh kontraktor.
● FOTO/AGUS
Juru Bicara BRR, T Mirza Keumala, BRR tidak akan memberi ampun kepada para kontrak-
Akibat ulah kontraktor nakal, sejumlah waga Desa Lancang, Kecamatan Simpang Mamplam, Bireuen, belum bisa menikmati haknya mendapatkan rumah bantuan dari BRR Aceh-Nias.
R
Oleh: M. Istijar/ Paska Bireuen
tor nakal dalam proyek rehabBerdasarkan pengamatannya, bahan material yang digunakan kontraktor itu tidak sesuai dengan spesifikasi dari kliennya. Ketika saya cek kelapangan memang benar apa adanya,
traktor. Entah karena lemah-
melihat, kualitas rumah yang
ujar Ir. A r mansyah kepada
nya pengawasan, rumah bantu-
dibangun kontraktor lain ter -
JROH. Lebih lanjut dia menge-
Syamaun, salah
an yang diterima Rusli dan
bilang masih bagus. Hanya
mukakan, pihaknya sudah men-
satu penerima bantuan
Ruslan tidak sesuai dengan sp-
kontraktor yang satu ini kuali-
geluarkan teguran, baik secara
rumah di Desa Lancang,
esifikasi dari BRR.
tasnya lebih rendah, dan wak-
tidak resmi (lisan) maupun
tu pengerjaannya lebih cepat.
resmi (surat). Dalam teguran
USLAN
Simpang Mamplam, Bireuen,
Salah satu kontraktor BRR
hanya bisa mengelus dada.
itu adalah CV. Krueng Surin.
Rendahnya kualitas rumah
itu, sang kontraktor harus
Rumah pemberian Badan Re-
Kontraktor ini mengerjakan
yang dibangun kontraktor CV
memperbaiki rumah bantuan
habilitasi dan Rekonstruksi
sekitar 24 rumah, dengan tipe
Krueng Surin diakui Tim Lead-
yang dikerjakannya. Dan mere-
(BRR) Aceh-Nias yang sudah
36 dan nilai rumah sebesar Rp
er Infra Madya Konsulindo,
ka berjanji untuk memperbai-
lama diidam-idamkan dianggap
68 juta. Dari 24 rumah itu, 11
konsultan lapangan BRR di
ki, tambahnya. Menurutnya,
belum layak digunakan. Papan
rumah di tolak oleh warga. Ala-
Bireuen, Ir Armansyah. Dia
kesalahan yang diakui oleh
pintu depan rumahnya meng-
sannya, tidal layak huni. Kes-
mengemukakan bahwa benar
sang kontraktor dalam meng-
gantung setinggi 20 cm. Lantain-
impulan awal warga, terjadi
adanya laporan penolakan dari
gunakan bahan material ad-
ya bergelombang bak ombak lau-
indikasi pemotongan biaya
masyarakat penerima bantuan.
alah karena kesalahan mem-
tan, pondasinya rapuh. Karena
dalam pembelian material. In-
Menurutnya, kesalahan ini
belinya. Misalnya, Plafon yang
tidak ada tempat tinggal, ia ter-
dikasi ini terkuak ketika warga
mur ni dilakukan kontraktor.
berukuran 4 mm, seharusnya
paksa menerimannya.
rekon yang dilakukan mereka. Tindakan tegas itu mulai dari teguran hingga pencabutan
blacklist. Ya, dia mungkin menger daftar tender BRR alias
jakan rumah tidak sesuai dengan spesifikasi atau barang kali memang belum mengerjakan sama sekali, ini kita akan lihat dulu, ujarnya. Tindakan yang diambil oleh BRR untuk mencoret sejumlah kontraktor nakal dari daftar pelaksana proyek pembangunan rumah, sangat tepat. Tindakan tegas ini juga akan membuat para kontraktor bekerja lebih sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, sehingga para korban bencana gempa dan tsunami bisa mendapatkan haknya atas rumah yang layak. ■
Pengaduan sama terucap dari Rusli Hasan. Juga warga Desa Lancang. Rumah bantuan diterimanya itu tidak sesuai dengan spesifikasi pemberian
Kontraktor “Lari Malam”
BRR. Dimana rangka baja yang
Nasib yang sama juga dialami warga
nah datang kemari untuk melihat-lihat,
kecewa dan kami meminta agar rumah
seharusnya dipasang lima
desa Peulanggahan, Kutaraja, kota Ban-
tapi nyatanya sampai sekarang begini-
kami ini dibangun ulang. Tolonglah pak,
da Aceh. Akibat kontraktor nakal, ja-
begini saja, ujar Dedi geram sambil
kami ini korban tsunami, jangan dikor -
tah rumah bantuan BRR tahap perta-
menunjukkan beberapa rumah yang be-
bankan lagi dengan ulah kontraktor -
ma belum bisa ditempati. Selain diban-
lum selesai.
kontraktor yang hanya ingin meraup ke-
buah, hanya berjumlah tiga buah. Plafon yang seharusnya berukuran 4 milimeter (mm),
gun tidak sesuai dengan spesifikasi yang
Dia mengungkapkan rumah bantuan
direncanakan, kontraktor itu bahkan
BRR Aceh-Nias untuk warga Peulang-
sudah tidak bekerja lagi alias lari
gahan pada tahap pertama sebanyak 50
Selain Dedi, hal senada juga diutar -
Tidak hanya itu, material kayu
malam sejak delapan bulan lalu. Aki-
unit. Dari 50 unit itu, 15 unit rumah
akan pemilik rumah lainnya, Djafar
untuk penyangga plafon mudah
batnya, pembangunan rumah bantuan
diantaranya terbengkalai sedangkan
Isya yang juga imam masjid kelurahan
rapuh. Berdasarkan gambar
tersebut kini terbengkalai, warga pun
selebihnya selesai dikerjakan dengan
setempat. Menurutnya, rumah yang
yang saya lihat banyak tidak-se-
anya bisa gigit jari.
tingkat yang bervariasi. Ada diantaran-
dibangun jauh dari ketentuan yang se-
namun yang digunakan hanya berukuran 3 mm. Selisih 1 mm.
untungan saja setelah itu pergi, pinta pria itu.
suai, keluhnya. Berbeda dengan
Salah seorang pemilik rumah bantu-
ya yang sudah selesai tapi warga sangat
harusnya. Tombak layar tidak dibuat
sikap Ruslan, karena dianggap
an tersebut, Dedi Rahman (29) yang
kecewa dengan hasil pekerjaan pembo-
dan sengnya pun sudah hancur. Ini
mengungkapkan kekecewaannya ter -
rong itu. Pasalnya, pondasi rumah
ulah pemborong yang tidak benar dalam
hadap kontraktor dan kepada BRR
dibuat di atas pondasi rumah yang lama,
mengerjakan pembangunan rumah.
Aceh-Nias yang dinilai kurang serius
semua kayunya sudah lapuk, semennya
Mereka kabur sebelum tugasnya selesai,
dalam melakukan pengawasan. Anda
retak, seng dan atapnya copot, dan se-
tukang-tukangnya juga banyak yang
bisa lihat sendiri bagaimana rumah yang
bagian plaster dinding sudah terkelu-
mengeluh karena mereka tidak dibayar
sudah dibangun ini, rumah belum sele-
pas.
ongkosnya, cerita Djafar. Karena itu,
tidak sesuai spesifikasi, Rusli menolak menandatangani surat serah-terima bantuan. Di desa tersebut, bantuan rumah dari BRR diberikan kepada sekitar 100 KK. Pelaksan-
sai tapi pemborongnya sudah lari en-
Beginilah jadinya kalau rumah
aan pembangunan rumah ter -
tah kemana. Orang dari BRR sudah per -
dibangun asal-asalan. Kami sangat
sebut dikerjakan oleh 20 kon-
sekali lagi, BRR harus bertindak tegas terhadap kontraktor nakal.***
HALAMAN
7
Janji Bank Indonesia (YANG) Belum Ditepati Pembangunan pemukiman nelayan di Aceh Barat hingga kini tak jelas realisasinya. Padahal peletakan batu pertama sudah dilakukan Deputi Senior Bank Indonesia, Miranda Goeltom. Oleh: M. Istijar/ Aguswandi (Gerak Aceh Barat) I
Barak pengungsi para nelayan di Meurebo.
● FOTO/ISTIJAR
Miranda berkali-kali menyebutkan
yan terpadu itu. Sedangkan pihak
masih dibiarkan tidur hingga
angka Rp 25 miliar yang telah dise-
Kecamatan ditunjuk sebagai pen-
tidak ada kepastian. Padahal jika
diakan bank sentral ini kepada
gawas dalam pelaksanaan proyek
bijak, dana yang harus dikeluar -
pesisir sungai Meurebo
masyarakat Meurebo. Tentu saja
tersebut.
kan untuk pengurukan hanya se-
berdiri pemukiman terpadu
warga terkesima dan terharu. Ber -
Demi Allah, saya terharu keda-
kitar Rp 3 miliar. Jika dana yang
nelayan. Layaknya pemuki-
dasarkan informasi yang dihimpun
tangan Camat Meurebo ke kantor
akan dihibahkan BI sebesar Rp 25
man terpadu, terdapat fa-
JROH, dana sebesar itu merupa-
saya di Jakarta. Saya putuskan
miliar, bukankah masih tersisa Rp
silitas publik. Mulai dari
kan sisa dari Rp 300 miliar yang
untuk tetap membangun pemuki-
22 miliar. Cukup besar jika dana
sekolah, pusat kesehatan, tempat
dihibahkan BI untuk korban gem-
man, ujar Miranda ditengah-ten-
itu dibiarkan begitu saja.
pelelamngan ikan (TPI), sarana
pa dan tsunami Aceh-Nias.
gah nelayan pada saat itu. Dalam
Menurut Kepala Seksi Pemban-
D
olahraga, hingga sarana ibadah.
Ya namanya juga dana sisa,
kesepakatan antara BI, Unsyiah
gunan Kec. Meurebo M Yusuf,
Segala kebutuhan dan peralatan
maka jangan berharap lebih. Kare-
dan Pemda Aceh Barat, juga ditu-
dalam bulan Januari ini, pihak
nelayan juga terdapat disini. Ke-
na sudah peletakan batu pertama,
lis BI hanya menyediakan dana
Unsyiah sempat datang ke Meure-
hidupan nelayan kan bangkit dari
maka nelayan setempat berharap
untuk pembangunan, sedangkan
bo. Mereka pun menegaskan kem-
keterpurukan setelah dilanda tsu-
banyak mimpi tersebut terwujud.
urusan lahan diserahkan sepenu-
bali akan membangun pemukiman
nami.
Satu bulan, dua bulan hingga be-
hnya kepada Pemda setempat.
nelayan. Adapun rumah nelayan
Eh
Tunggu dulu. Itu baru
berapa bulan, pihak BI tidak me-
Menurut Djamiw, Pemda Aceh
yang bakal dibangun bertipe 46,
sekedar mimpi. Ya, mimpi Deputi
nampakkan batang hidungnya.
Barat telah menyediakan lahan
dengan nilai setiap rumahnya men-
Senior Bank Indonesia (BI) Miran-
Proses pembangunan pun tidak
seluas 15 hektar. Lokasinya di pe-
capai Rp 100 juta. Konsep pemban-
da Goeltom, janjinya kepada ne-
berjalan. Ya baru sekedar peleta-
sisir sungai Meurebo, 2 Km dari
gunannya adalah terima jadi.
layan Kecamatan Meurebo, Kabu-
kan batu pertama itu, ujar Mohd
tepi pantai. Lokasi tersebut diang-
Lebih lanjut Yusuf mengu-
paten Aceh Barat setahun lalu.
Djamiw G, mantan Camat Meure-
gap strategis. Tetapi sayang, lah-
ngkapkan, pada tahap pertama,
Namanya juga mimpi, maka jan-
bo. Djamiw sendiri pensiun men-
an
di-
rencananya akan dibangun 100
gan tanya mengapa hingga kini
jadi camat sejak bulan Oktober
gunakan, maka harus ditimbun.
rumah. Sedangkan tahap kedua
belum terwujud. Karena belum ter-
lalu.
Dari 15 hektar tersebut, baru se-
akan dibangun 100 rumah. Jadi
itu
berawa.
Agar
bisa
wujud itu, maka ratusan kepala
Karena merasa didesak oleh
kitar 1 hektar yang telah ditimbun
totalnya 200 rumah. Sayangnya
keluarga hingga kini tinggal di bar -
para nelayan, sekitar bulan Agus-
oleh Pemda. Pengurukan itu meng-
perwakilan BI itu tidak memasti-
ak pengungsi. Padahal kami
tus 2006 lalu, Camat Meurebo
habiskan biaya sekitar Rp 200 juta.
kan waktu pelaksanaan pemban-
sangat berharap bantuan itu,
mendatangi kantor Miranda Goul-
Di area itu masih berdiri puluhan
gunan itu.
ucap Mulyadi, salah satu nelayan.
tom di gedung BI, Jalan MH Tham-
bangunan semi permanen, yang
tang pak Zurkanain dari Unsyi-
Sebelumnya, Miranda Goeltom
rin, Jakarta Pusat. Kedatangan itu
hingga kini masih ditempati para
a h , u j a r n y a . Ya n g d i m a k s u d
sempat dua kali bertatap muka
juga berkaitan dengan rekomenda-
pengungsi. Kondisi ini dilaporkan
Yusuf adalah Zurkanaini M Yas-
dengan masyarakat Meurebo. Ter -
si dari rapat bersama yang digelar
kepada pihak BI, melalui perwak-
mi, Kepala Bagian Kerjasama Un-
lebih dalam tatap muka pertama,
Camat bersama para nelayan dan
ilan yang telah ditunjuknya, Un-
syiah, Banda Aceh. Sementara itu,
Miranda sempat meletakan batu
keucik. Di gedung ini, Camat
syiah.
pihak Unsyiah tidak bisa dikon-
pertama di lahan berawa yang
Meurebo meminta kejelasan men-
Namun sayang, pihak BI tetap
firmasi. Beberapa kali dihubungi
bakal disulap menjadi pemukiman
genai dana yang dijanjikan Miran-
pada kesepakatan awal bahwa
telepon selular Zurkanaini selalu
nelayan terpadu, pada Desember
da sebesar Rp 25 miliar itu. Saya
mereka tidak mau dibebani dengan
mailbox. Mimpi tinggal di pemuki-
2005 lalu. Dalam tatap muka itu,
ingin memastikan apakah dana itu
urusan penimbunan lahan. Aki-
man terpadu yang layak, masih
masih ada dan belum disalurkan
batknya, proses pembangunan
menemani tidur para nelayan di
ke wilayah lain, ujarnya.
tidak
Meurebo. ■
pernah
dimulai.
Lahan
Waktu itu yang da-
Di gedung BI, Camat diterima langsung oleh Miranda Goeltom.
● FOTO/ISTIJAR
Dalam pertemuan itu, Djamiw mengutarakan, bahwa Miranda Goeltom menegaskan dana itu masih ada dan belum disalurkan ke tempat lain. Tentu saja, Djawim
Lahan Dibiarkan Tidur LAHAN
yang direncanakan
gunkan lelapnya tidur di ma-
hibahkan masih tersimpan di bank
untuk pemukiman terpadu itu
lam hari. Namun mimpi indah
sentral. Laksana penyampai pesan,
luasnya mencapai 15 hektar.
pemberian Deputy senior Bank
setelah mendapatkan penjelasan,
Ilalang dibiarkan tumbuh sub-
Sentral Indonesia. Dalam mim-
beberapa hari kemudian Djamiw
ur di areal itu. Diantara ila-
pi itu, mereka akan diberikan
memberitahukan kepada nelayan
lang itu, terdapat lumpur ber -
tempat tinggal di pemukiman
tentang pernyataan Miranda Goel-
campur air dengan ketinggian
terpadu nelayan, yang di-
mencapai 2 meter. Lahan itu
lengkapi dengan beragam fasil-
juga ditepi jalan raya Meula-
itas publik yang memadai.
merasa lega, dana yang akan di-
tom. Selang beberapa pekan, Deputy Senior Bank Sentral Indonesia itu datang kembali ke Meure-
boh-Nagan Raya. Lahan yang
Karena mimpi itu belum
berdekatan dengan tepi jalan,
juga terwujud, pada kegiatan
sudah ditimbun. Luasnya men-
konsultasi publik yang digelar
capai 2 hektar. Di atas lahan
Transparency Internasional
itu kini masih berdiri rumah
(TI) Indonesia kantor Meulaboh
semi permanen, untuk tempat
dan Gerak Aceh Barat bebera-
tinggal sementara nelayan. Di
pa waktu lalu, para nelayan
lahan ini juga terdapat batu.
mempertanyakannya. Kapan
Pemda Aceh Barat ke kantor Ca-
Bukan sekedar batu, tapi tan-
rumah kami dibangun. Yang
mat Meurebo. Yang kemudian di-
da akan dimulainya pemban-
diketahui nelayan, Miranda
lanjutkan dengan penandatangan
gunan yang diletakan langsung
Goeltom telah meletakkan
surat
oleh pejabat BI, Miranda Goel-
batu pertama. Akibatnya mun-
tom.
cul kecurigaan di tengah ma-
bo. Tujuannya, masih sama yakni menegaskan bahwa BI tetap berkomitmen akan membangun pemukiman nelayan di Meurebo. Berbeda dalam pertemuan tatap muka pertama, kali ini, BI turut membawa tim Unsyiah (Universitas Syiah Kuala) Banda Aceh dan
(MoU).
kesepahaman
bersama
Dimana salah satu isi
butir MoU tersebut adalah, BI men-
Mereka terus dihantui mim-
syarakat bahwa proyek ini ha-
jadikan Unsyiah sebagai mitra ker -
pi. Mimpi mereka bukan mim-
nya menjadi janji yang tidak
ja, dan perwakilan mereka dalam
pi buruk yang bisa memban-
akan diwujudkan. ■
pembangunan pemukiman nela-
HALAMAN 8
Terpaksa BELAJAR di Tempat Darurat
S
● FOTO/ISTIJAR
EBANYAK 145 siswa SD Negeri
gajar tetap terlaksana. Menurut Nas-
Keub, Arongan Lambalek, Aceh
riyanto, para guru tidak ingin proses-
Barat terpaksa belajar di tempat
belajar mengajar terhenti lantaran tidak
darurat dan berlantai tanah. Kondisi ini
ada tempat. Kami para guru sudah
sudah berlangsung selama 8 bulan ter -
berkomitmen untuk terus mengajar,
akhir. Tempat belajar yang jaraknya se-
walaupun tempatnya memprihatinkan,
kitar 200 meter dari sekolah lama yang
ujarnya.
hancur akibat tsunami ini, merupakan balai
Beruntung, di atas bangunan sekolah
pertemuan warga setempat yang
lama itu kini sedang dalam proses pem-
disulap sebagai tempat belajar menga-
bangunan. Dana pembangunan gedung
jar.
sekolah itu berasal dari NGO dari negeri
Penyulapan atas kerja gotongroyong
kincir Angin, Belanda. Namanya TDH
warga setempat. Layaknya sebuah kelas,
Netherland. Seharusnya proses pem-
sekolah darurat ini diberi skat dan
bangunan gedung sekolah itu sudah se-
dibangun tenda tambahan menjadi 6
lesai bulan November tahun lalu. Na-
unit: setiap unit menampung 1 kelas.
mun entah karena apa, hingga kini ban-
Atapnya hanya berbahan jerami. Kare-
gunan tersebut belum kelar.
na mirip (maaf) kandang ayam, maka
Proses pembangunan sekolah itu baru
sering kali unggas ini mondar -mandir
berjalan 50 persen. Sudah ada dinding
ke tempat itu, seperti ingin bergabung
sebagai kerangka gedung itu. Luasnya
belajar.
mencapai 500 meter. Rencananya ban-
Jika hujan turun, proses belajar -
gunan itu ada enam kelas, dan juga ada
mengajar terpaksa dihentikan karena
ruang guru, kepala sekolah, dan ruang
bocor dan lantai tergenang air. Habis
perpustakaan, ujar Nasriyanto. TDH
bagaimana lagi, ujar Nasriyanto, salah
Netherland pernah berjanji akan menye-
satu guru kepada JROH. Hal ini terpak-
lesaikan gedung sekolah itu tiga bulan
sa dilakukan agar proses belajar -men-
ke depan.
■
m. istijar
● FOTO/ISTIJAR
● FOTO/ISTIJAR
HALAMAN
9
Menggagas Sistem Koordinasi, Menjawab Pengaduan dari Masyarakat
S
EBUAH pertemuan publik bertajuk Mekanisme Koordinasi dan Singkronisasi dalam Penanganan Pengaduan Rehab Rekons
Aceh digelar di gedung pertemuan Bappeda (Badan Perencana Pembangunan Daerah), Banda Aceh pada 29 Januari 2007 lalu. Kegiatan yang difasilitasi oleh Tranparency International (TI) Indonesia ini mencoba menggagas mekanisme pengaduan masyarakat atas proses rekonstruksi yang sedang berjalan, dan menyepakati sistem koordinasi diantara para pihak yang terlibat dalam pembangunan kembali Aceh. Bertindak sebagai pembuka dalam acara itu adalah: Ir. T. Dar mawan, Kepala Bappeda Kota Banda Aceh. Adapun para narasumber yang mensosialisasikan gagasannya adalah Florian Vernaz (Staf TI Indonesia di Aceh), dan Syalomi Natalia (UN-ORC). Selain para NGO yang bekerja di kecamatan Jaya Baru, Kutaraja, dan Meuraxa,
Pertemuan koordinasi dengan Instansi pemerintah Kota Banda Aceh, NGO dan warga yang difasilitasi TI Indonesia.
● FOTO/AGUS
kota Banda Aceh, para peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah para
pihak yang terlibat dalam proses re-
mekanisme penanganan pengadu-
an pengaduan. Selain itu, ditingkat
camat, keucik dan perwakilan tiga
konstruksi Aceh ini sangat lemah.
an telah dilaksanakan oleh sebagi-
kabupaten juga sudah ada upaya
kecamatan tersebut.
Wajar saja jika ada duplikasi ban-
an besar organisasi pelaksana, mis-
sekretariat bersama (joint secretariat)
Dalam sambutannya, Kepala
tuan dalam beberapa proyek, khu-
alnya
SDCM
yang dibangun oleh Bappeda, UN-
Bappeda menekankan pentingnya
susnya dalam pembangunan ru-
(Sub-Distric Consultation Meet-
ORC dan BRR yang diharapkan juga
koordinasi dalam upaya penanga-
mah. Selain itu, sebagian pihak
ing), atau Transparency Interna-
bisa melibatkan pihak lain.
nan penyelesaian pengaduan ma-
yang terlibat dalam kegiatan rekon-
tional (TI) Indonesia dengan PCM
Pertemuan ini dengan demikian
syarakat yang muncul dalam pros-
struksi juga terkesan meninggalkan
(Public Consultation Meeting).
dimaksudkan untuk memadukan
es rekonstruksi yang dijalankan
aparat kecamatan dan desa dalam
Tantangan terbesarnya adalah
mekanisme pengaduan masyarakat
oleh BRR dan NGO. Florian men-
pelaksanaan proyek. Padahal me-
menyangkut penyelesaian keluhan/
yang ada menjadi sistem penanga-
sosialisasikan sistem koordinasi
rekalah nantinya yang akan me-
pengaduan (complains) itu.
nan yang bersifat terpusat, baik dit-
dan mekanisme pengaduan dit-
nanggung berbagai masalah yang
Koordinasi para pihak ditingkat
ingkat kecamatan dan maupun
ingkat kecamatan. Sedang wakil
muncul dalam pelaksanaan proyek.
kecamatan dalam kegiatan rekon-
kabupaten. Sistem koordinasi dit-
UN-ORC mempresentasikan forum
Disinilah disadari pentingnya se-
struksi dimaksudkan untuk men-
ingkat kecamatan adalah akan men-
koordinasi SDCM (Sub-District
buah koordinasi.
jawab persoalan tersebut. Disini
gawali proses itu. Masukan yang
Dengan koordinasi ini diharap-
Camat sebagai pemeran utama dan
muncul dalam diskusi di pertemuan
kan berbagai persoalan yang mun-
penanggung jawab dalam meng-ini-
itu, akan diakomodir dalam surat
Para peserta menyadari banyak
cul dalam proses rekonstruksi,
siasi pertemuan koordinasi, meny-
kesepakatan yang rencananya akan
masalah yang muncul dalam pro-
khususnya terkait pengaduan
iapkan agenda- agenda dan mene-
ditandatangani sejumlah pihak
ses rehab rekons selama ini. Masa-
masyarakat, dapat dicari jalan ke
tapkan prioritas, serta bertanggung
dalam waktu dekat ini.
lahnya selama ini koordinasi para
luarnya secara cepat. Selama ini,
jawab untuk memantau penangan-
Consultation Meeting) yang dikembangkannya selama ini.
UN-ORS
dengan
ÿÿn
Fadjar
Dicapai Kesepakatan Bersama untuk Koordinasi dan Penanganan Pengaduan
Penandatangani MoU tentang sisitem koordinasi penanganan pengaduan ditingkat Kecamatan. ● FOTO/AGUS
“PADA hari ini Kamis Tanggal Dua Puluh Lima Bulan Januari Tahun 2007, kami yang bertanda tangan di bawah ini bersepakat untuk melaksanakan pasal – pasal yang tercantum dalam kesepakatan sistem koordinasi dan prosedur penanganan pengaduan di tingkat kecamatan dalam rangka rehabilitasi dan rekontruksi pasca tsunami di Kabupaten Bireuen”. Demikian kutipan Memorandum of Understanding (MoU) yang dibuat antara Bappeda Kabupaten Bireuen, BRR Aceh Nias Distrik Bireuen, Transparency International (TI) Indonesia, Office of the United Nations Recovery Coordinator for Aceh and Nias (UNORC), PASKA Bireuen pada 25 Januari 2007 kemarin. Nota kesepahaman ini mengatur sistem koordinasi dan prosedur penanganan pengaduan masyarakat di tingkat kecamatan. Kesepakatan ini juga turut ditandatangani oleh sejumlah Komite Pemantau di tiga kecamatan dampingan TI Indonesia yakni Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, dan Jeunieb. Tak ketinggalan beberapa lembaga International yang terlibat dalam rekonstruksi, seperti Muslim Aid, GAA dan Child Fund Indonesia, juga menandatangi kesepakatan tersebut. Gagasan kesepakatan tersebut pernah disosialisasi-
kan dalam acara Konsultasi Publik Kabupaten Bireuen yang dilaksanakan di Wisma Bireuen Jaya pada 17 Januari 2007 lalu, dan besoknya di Pidie. Kegiatan yang dihadiri sekitar100 orang, baik dari kalangan masyarakat penerima bantuan, International NGO, Camat dan Bappeda dan BRR ini, merekomendasikan perlunya kesepakatan tertulis untuk menuangkan gagasan sistem koordinasi ini. Sebelumnya, TI Indonesia setelah mengadakan pertemuan dengan beberapa lembaga seperti UN ORC, BRR dan Bappeda. Dengan mempelajarai mekanisme koordinasi dan penanganan pengaduan baik itu yang dikembangkan oleh TI Indonesia maupun lembaga lain, disusun konsep tentang kedua hal tersebut. Dari diskusi di dua kabupaten: Pidie dan Bireun, konsep tersebut mendapatkan respons yang cukup baik bahkan dari pihak kecamatan. Nota kesepahaman yang sudah dilangsungkan di Bireuen, dalam waktu dekat juga akan disusul di Pidie dan kota Banda Aceh. Sesuai dengan kesepakatan bersama, pada 14 Februari 2007 akan diadakan pertemuan koordinasi tingkat Kecamatan di Bireuen untuk pertama kalinya. ■ Agus Sarwono
HALAMAN
10
Boat Depsos Tidak Bisa Melaut Pembagian boat dari Departemen Sosial untuk nelayan di Johan Pahlawan, Aceh Barat masih bermasalah. Selain tidak bisa dipakai melaut, ada beberapa nelayan yang belum menerima boat. Oleh: M Istijar/ Gerak Aceh Barat AUT
unit. Namun mengapa ada yang belum mendapatkan bantuan
wajah Muhamad
boat? Tentu itu membuat tan-
Idris (38), warga Padang
da tanya, mereka pun curiga
Seurahet, Johan Pahla-
adanya ketidabersan dalam dis-
wan, Aceh Barat, terli-
tribusi boat. Indikasi itu diper -
hat cemas. Sebagai nelayan di-
kuat dengan keenganan sebagi-
rinya belum bisa melaut. Bu-
an nelayan untuk menanda-
kan masih trauma dengan tsu-
tangi bukti penyerahan boat
nami dua tahun silam, akan
yang disodorkan Panglima Laot.
tetapi hingga kini dia belum
Tak hanya itu, Dinas Sosial
memiliki perahu atau boat.
setempat sebagai perpanjangan
Untuk membelinya tidak mu-
tangan Depsos, sempat enggan
ngkin. Jangankan membeli
menandatangani berita acara
boat, untuk menutupi kebutu-
penyerahan boat meski akhirn-
han pokok saja masih kelim-
ya luluh
R
juga.
pungan. Keluarganya kini ma-
Hasil penelusuran JROH
sih tinggal di sebuah barak di
dan tim Gerak Aceh Barat
Johan Pahlawan, Aceh Barat.
menyebutkan, beberapa boat
Sebenarnya warga di desa tempat
tinggal
Idris
pemberian Depsos itu masih
telah
mangkrak di bibir sungai Meu-
mendapatkan bantuan boat
rebo. Kondisi boat sudah mem-
dari Departemen Sosial (Dep-
prihatinkan. Alat produksi ne-
sos). Bantuan itu berjumlah 13
layan ini tersembunyi di semak
perahu. Namun bukan untuk
blukar. Kayunya sudah kropos,
13 nelayan, melainkan 52 ne-
sehingga badan perahu ber -
layan. Masing-masing boat un-
lubang sana sini. Selain itu,
tuk 4 nelayan. T idak hanya
beberapa nelayan mengungkap-
desa tempat tinggal Idris. Di
kan mereka enggan meng-
Johan Pahlawan, departemen
gunakan boat pemberian Dep-
pimpinan Bachtiar Chamsyah
sos. Kami tidak mau ambil
ini juga memberikan
resiko. Takut tenggelam di ten-
bantuan
● FOTO/ISTIJAR untuk Desa Rundeng sebanyak
gah laut, ujar Ibrahim, salah
2 boat, Pasar Aceh 1 unit, Ujong
seorang nelayan yang mendap-
Baroh 2 unit, dan Desa Drien
atkan boat. Karena perasaan
Rampak 1 perahu. Jadi total
takut itu, Ibrahim dan bebera-
boat yang diberikan Depsos se-
pa nelayan tidak mau meneri-
banyak 35.
ma boat bantuan Depsos.
Teknis penyaluran bantuan
Menurut Ibrahim, kualitas
tersebut diberikan melalui ko-
boat Depsos sangat rendah.
perasi Al-Istiqamah, Meulaboh.
Papan yang digunakan sebagai
Namun pengerjaannya dilaku-
bahan
kan kontraktor yang dipimpin
lapuk. Sehingga ketika men-
oleh Sofian Sawang. Namanya,
genai batu karang akan bisa
tidak terlalu jelas. Penyerahan-
berlubang. Selain itu, Ibrahim
nya melalui lembaga adat Pan-
juga mengungkapkan, terdapat
glima Laot Johan Pahlawan.
beberapa boat yang karam aki-
Tanda penyerahannya telah di-
bat badan boat bocor. Makan-
lakukan sejak 15 Desember
ya saya tidak mau ambil resi-
2006 lalu. Sedangkan secara
ko. Dari pada tenggelam, lebih
keseluruhan di Aceh Barat,
baik
jumlah boat yang diberikan
ujarnya.
Depsos jumlahnya mencapai 70
utama
tidak
boat
mudah
dipergunakan,
Kualitas boat yang rendah
Boat bantuan Depsos yang rusak karena kualitas jelek.
dan lapuk juga diakui Pangli-
● FOTO/ISTIJAR
partai berlambang Kabah itu.
proyek, tidak pernah berkoor -
ma Laot Padang Seurahet M
Selain itu, dalam proyek pen-
dinasi dengan mereka. Yang
Yunus. Menurutnya, boat yang
gadaan boat bantuan tersebut
membuat kedua instansi ini
didistribusikan Depsos kepada
juga diduga terjadi penggelem-
kecewa adalah, ketika proyek
nelayan Johan Pahlawan tidak
bungan dana produksi. Karena
ini dianggap bermasalah, Sofi-
layak pakai. Kondisi ini mem-
menurut taksiran para nelayan
an Sawang baru memberitahu-
buat para nelayan enggan
dan tukang pembuat boat setem-
kan bahwa ada bantuan boat
menggunakan boat bantuan
pat yang ditemui menyebutkan,
dari Depsos. Sejak semula
Depsos tersebut. Agar boat ban-
pembuatan satu boat seperti itu
kami tidak pernah dikonfirma-
tuan itu bisa dirasakan man-
hanya menghabiskan sekitar Rp
si ada proyek bantuan, ujar
faatnya oleh nelayan, Panglima
40 juta. Sedangkan anggaran
Hasballah, Kepala Bidang So-
Laot Padang Seurahet pernah
yang dihabiskan tercatat menca-
sial, Dinsos Aceh Barat.
mengusulkan dana tambahan
pai Rp 50 juta per unit.
Meski kondisi boat bantu-
kepada pihak kontraktor untuk
T idak hanya itu, sebagian
an terbilang tidak layak, en-
memperbaikinya. Namun kon-
besar nelayan mengaku harus
tah kenapa pada medio No-
traktor menanggapi dingin. Ala-
merogoh koceknya agar boat
vember lalu, Pelaksana Jaba-
sannya, tidak ada anggaran
bantuan tersebut bisa digu-
tan (Pj) Aceh Barat Drs Nas-
untuk itu.
nakan. Nilai perbaikannya lu-
rudin Aceh Barat dan Pangli-
Pembuatan boat Depsos dik-
mayan besar yakni setiap boat
ma Laot Provinsi membuat
erjakan di pulau Siemeulue,
antara Rp 5-10 juta. Sedang-
surat penyerahan boat bantu-
oleh sebuah kontraktor diba-
kan mereka yang tidak mampu
an
wah Koperasi Perikanan Al-Is-
memperbaiki, terpaksa harus
NAD yang ditembuskan kepa-
tiqamah Meulaboh. Penunju-
menjualnya. Kejanggalan juga
da Mensos. Sayangnya hing-
kan kontraktor milik Sofian
terlihat di Desa Padang Seura-
ga pelaksanaan konsultasi
Sawang atas persetujuan Dep-
het. Di desa ini, terdapat dua
publik yang digelar T ranspar -
sos. Alasannya, tidak terlalu
dari enam boat bantuan yang
ency Internasional (TI) Indo-
jelas. Ada yang mencurigai bah-
diberikan Depsos, rahib. Para
nesia di Meulaboh beberapa
wa penunjukan Sofian sebagai
nelayan juga tidak mengetahui
waktu lalu, Sofian Sawang
kontraktor dikarenakan kede-
dimana boat itu.
tidak bisa memberikan klari-
Depsos
kepada
Dinsos
katan hubungannya dengan
Dinas Sosial serta Dinas
fikasi. Bahkan ketika report-
Menteri Sosial, Bachtiar Ham-
Kelautan dan Perikanan Aceh
er JROH mencoba mendatan-
syah. Kebetulan Sofian adalah
Barat sendiri menilai wajar
gi kediamannya di Meulaboh,
ketua DPC Partai Persatuan
buruknya proyek boat bantuan
Sofian Sawang tak bisa dite-
Pembangunan (PPP) setempat,
Depsos. Pasalnya, Depsos mau-
mui. Alasan si pemilik rumah
dan Bachtiar Chamsyah meru-
pun Panglima Laot serta Sofi-
sedang sakit dan tidak bisa
pakan salah satu pimpinan
an Sawang sebagai pelaksana
diganggu
.n
Dua Tersembunyi di Semak Blukar MALANG
betul nasib dua boat bantuan
bukan lagi di salah satu desa di Johan Pahl-
Depsos. Bagaimana tidak, boat itu tidak bisa
awan. Tetapi sudah di desa seberang: Desa
digunakan nelayan untuk mencari ikan di
Ranub Dong, Meurebo. Sekitar 10 kilometer
laut. Sekilas sih boat itu masih terlihat
dari Johan Pahlawan. Karena disemak
gagah. Sedikitpun terlihat tidak ada tanda-
blukar, sedikit nelayan yang mengetahuin-
tanda bermasalah. Namun kalau didekati,
ya.
boat bantuan ini kondisinya sudah mempri-
Belakangan baru diketahui ternyata boat
hatinkan. Badan boat dibiarkan dimakan
ini merupakan dua diantara 4 boat bantuan
rayap di semak-semak belukar. Masing-mas-
yang dinyatakan rahib oleh masyarakat
ing badan boat terdapat identitas: bantuan
Padang Seurahet. Dimana boat bantuan ini
Depsos 01 dan 02.
sebenarnya jatah untuk para nelayan men-
Lokasi persembunyian boat itu sekitar 10 meter dari bibir sungai Meurebo. Letaknya
cari nafkah. Maka jangan tanya lagi, mengapa sebagian tidak mendapatkannya.
***
HALAMAN
11
Berebut Jabatan, Berebut Bantuan Pembangunan rumah bantuan Rekompak di Desa Alue Bata, Kuala, Nagan Raya terpaksa dihentikan sementara. Terjadi perebutan proyek sesama kelompok pemukim hasil bentukan Rekompak. Oleh: M Istijar/ Yayasan Papan Meulaboh ISRUH
Koordinator Rekompak Nagan Raya, Rianto Subandiono, para anggota Pokja dibekali dengan training.
pembagian jatah rumah
Hasil pendataan tidak langsung dis-
bantuan dari Rekompak (Re-
etujui begitu saja oleh pihak Rekompak.
habilitas dan Rekontruksi Ma-
Namun dilakukan verifikasi data den-
syarakat dan Pemukiman Ber -
gan cara uji publik. Hasil uji publik itu
basis Kominutas) hingga pertengahan
maka ditetapkan sebanyak 96 rumah
Januari masih berlangsung. Karena itu,
yang mendapatkan bantuan rehabilita-
pihak pemberi bantuan menghentikan
si dan 26 rumah mendapatkan bantu-
sementara proses pembangunan rumah
an rekontruksi. Nilainya, untuk reha-
bantuan kepada 132 kepala keluarga di
bilitasi antara Rp 1 juta hingga 15 juta.
Desa Alue Bata. Alasannya, untuk mend-
Sedangkan rekontruksi sebesar Rp 53 juta.
inginkan situasi.
Rianto mengungkapkan, proses pengerjaan
K
Secara geografis, Desa Alue Bata,
pembangunan diserahkan sepenuhnya
Kuala, Nagan Raya memang bukan
kepada masyarakat. Segala sesuatu yang
daerah pesisir. Desa ini berada di per -
disalurkan ke masyarakat kami serahkan
bukitan. Gelombang tsunami yang
sepenuhnya kepada masyarakat, ujarn-
menghantam sebagian besar wilayah
ya. Baik itu pembuatan rumah, bentuk
Aceh tidak dirasakan oleh warga desa
rumah, atau bahan material rumah dis-
ini. Tetapi mereka turut merasakan keg-
erahkan kepada warga.
Contoh rumah bantuan Rekompak di Desa Alue Bata.
● FOTO/ISTIJAR
etiran dari gempa yang berkuatan men-
Namun entah mengapa setelah pros-
capai angka 8 skala richter yang meng-
es pengumuman penerima bantuan,
guncang Aceh-Nias dua tahun silam.
timbul persoalan. Tiga pokja bentukan
Rumah mereka rusak. Karena itu, mere-
Rekompak tidak berjalan maksimal.
ka termasuk daftar dari korban gempa
Sesama kelompok pemukim saling
dan tsunami. Alasan itulah yang mem-
bertengkar. Intrik-intrik politik ber -
buat Rekompak, instansi plat merah
munculan. Sesama kelompok pemukim
dibawah Departemen Pekerjaan Umum
saling mengeluarkan tudingan negatif.
ini berrencana memberikan bantuan
Akibatnya, proses pemberian bantuan
pada pertengahan tahun lalu. Salah
berjalan di tempat. Bahkan sempat ter -
satunya rumah. Sifatnya bukan beri
henti. Apakah masyarakat belum siap
kunci namun partisipatif. Yakni dengan
menerapkan konsep partisipatif warga?
melalui pembentukan kelompok pe-
Padahal konsep pembangunan yang
Bustami sederhana. Rapat-rapat men-
kami survei memang tidak layak untuk
mukim.
melibatkan warga adalah sangat ideal
genai proses rehabs-rekons di desa Alue
direkons. Kerusakkannya tidak parah,
Menurut pengakuan pihak Reko-
untuk meningkatkan kesadaran warga
Bata tidak melibatkan mereka.
tetapi dapat bantuan rekons, ujar Bus-
mpak, awalnya mereka merasa enggan
dalam membangun kembali kehidupan-
memberikan bantuan kepada warga desa
nya yang hancur akibat bencana.
Lebih lanjut Bustami menjelaskan,
tami geram. Rekompak dianggap telah
entah apa alasannya dalam beberapa
menyalurkan bantuan tidak tepat sasa-
Alue Bata. Alasannya, ya itu, mereka
Menurut Ketua Pokja Tanah, Busta-
rapat yang digelar Rekompak, diputus-
ran. Bahkan dicurigai adanya indikasi
tidak merasakan langsung gelombang
mi, kisruh ini dimulai ketika pihak Re-
kan untuk membentuk pokja tandingan.
praktik KKN dalam pembangian rumah
tsunami. Namun karena merasa hiba,
kompak mengabaikan kinerja Pokja.
Dimana para anggotanya adalah orang-
bantuan tersebut.
maka pada pertengahan Januari 2006,
Keputusan verifikasi data penerima ban-
orang yang termasuk kelompok
Rekompak memutuskan warga Alue
tuan dan uji publik tidak melibatkan
(kepala desa). Dan orang-orang keucik
Poka lama itu dibantah keras oleh pi-
Bata termasuk daftar korban yang harus
para anggota Pokja. Sehingga mereka
itu yang selalu dilibatkan. Sedangkan
hak Rekompak. Menurut Rianto, tidak
dibantu. Kemudian Rekompak memben-
merasa ditinggalkan oleh Rekompak.
kami dibuang begitu saja, ujarnya.
benar bahwa ada Pokja tandingan sep-
tuk tiga kelompok kerja (Pokja). Yang
Mereka (Rekompak) sepertinya meny-
Selain itu, kelompok baru ini meny-
erti yang diutarakan Bustami. Namun
masing-masing diantaranya Pojka
etujui pembentukan Pokja baru. Dan
etujui beberapa warga yang dianggap
dia mengakui, bahwa dalam verifikasi
Tanah, Pokja Lingkungan dan Pokja
kami ditinggalkan begitu saja, ujarnya
Pokja sebelumnya tidak layak menda-
data, pihaknya lebih memilih data yang
Rumah. Masing-masing Pokja berang-
kepada JROH. Indikasi yang diberikan
patkan bantuan rekontruksi. Ketika
diajukan
Keucik
Sudah pasti, tudingan
Keucik.
pengurus
Alasannya tentu
gotakan lima orang, yang totalnya men-
Keucik
jadi 15 orang. Tugas Pokja Tanah ad-
warga desa. Data penerima korban
alah memastikan status kepemilikan
memang kami peroleh dari
tanah, Pokja Rumah memastikan pemberian rumah dan Pokja Lingkungan memperbaiki lingkungan yang rusak akibat gempa. Kerjapun dimulai. Pokja Rumah dan Tanah mulai mendata korban yang ber hak mendapatkan bantuan rumah. Proses pendataan ini berdasarkan empat unsur kerusakan yang ditetapkan Rekompak. Keempat unsur itu diantaranya kosmetik (yang menyangkut jendela, plapon dan dapur), pelengkap (bak air, wc, sumur), pengisi (dinding), dan struktur (tiang dan pondasi). Rumah yang mengalami kerusakan selain unsur struktur, hanya diberikan bantuan rehabilitasi. Sedangkan yang mengalami kerusakan struktur diberikan bantuan rekontruksi. Untuk menjalankan tugasnya, menurut Asisten Manager Data
Solusinya Konsultasi Publik… PEREBUTAN ‘jatah’ bantuan memang sering kali terjadi saat bencana alam. Hal itu wajar. Namun jika prebutan ‘jatah’ ini sudah mengarah pada praktik KKN tentu tidak bisa dibenarkan. Termasuk dalam kasus pemberian bantuan Rekompak di Desa Alue Bata, Kuala, Nagan Raya ini. Untuk menyelesaikannya, masyarakat setempat sepakat untuk menggelar Public Consultation Meeting (konsultasi publik), atau PCM. Dalam PCM ini, nantinya akan menghadirkan semua pihak yang terkait dengan pembagian bantuan rehab-rekons di Desa Alue Bata: Pokja, Keucik, Rekompak dan masyarakat. PCM akan digelar awal bulan Februari. Kegiatan konsultasi publik ini akan difasilitasi oleh Transparency Internasional (TI) Indonesia kantor Meulaboh dan mitranya, Yayasan Papan. Pihak-pihak yang terlibat-
pun sepakat untuk digelarnya PCM. “Kami senang sekali digelar itu. Kami malah berharap ini segera selesai,” ujar Rianto Subandiono dari Rekompak. Menurut dia, permasalahan ini sebenarnya sekedar mis-komunikasi saja sesama penerima bantuan. “Kami akui ada permasalahan ini. Untuk itu kami ingin masalah ini segera diselesaikan,” ujarnya. Dalam konsultasi publik itu, Rekompak akan memaparkan semua data tentang pemberian bantuan rehabs-rekons di Desa Alue Bata. Mulai proses perencanaan pemberian bantuan, jumlah dana, hingga keputusan verifikasi. Hal itu penting agar warga penerima bantuan menjadi jelas seberapa besar mereka menerima bantuan, serta mengapa mereka menerima bantuan. “Dan bagi yang tidak menerima juga jelas mengapa mereka tidak mendapatkan bantuan,” ujarnya. ***
merupakan representasi dari
Keucik. Na-
mun setelah itu, kami tetap verifikasi dengan cara uji publik, ujarnya. Dia mengungkapkan, dalam verifikasi itu, tetap mengakui kinerja tiga Pokja. T idak benar itu kami mengabaikan mereka, tambahnya. Menurut Rianto, sebenarnya pihaknya sudah ingin keluar dari Desa Alue Bata. Keinginan itu dikarenakan warga desa menganggap Rekompak sebagai kontraktor. Padahal, kata Rianto, pihaknya hanya sekedar memberikan bantuan. Agar tidak menambah panas situasi, maka mulai pertengahan Januari, Rekompak memutuskan untuk menghentikan sementara pemberian bantuan. Lantas kapan memulai kembali proses pemberian bantuan tersebut. Sampai situasi dingin kembali, ujarnya. Itu kan, akhirnya warga juga yang menderita. ■
HALAMAN
12
● FOTO/ISTIJAR
Bantuan Partisipasi Berujung Kecurigaan Tidak adanya informasi yang jelas membuat sejumlah warga mempertanyakan bantuan rumah dari KKSP. Terlebih komunikasi antara penerima dan pemberi bantuan tidak berjalan mulus. Oleh M. Istijar/ Gerak Aceh Barat MIDAH
da. Namanya TDH Netherland. Konsep
A
bantuan yang diberikannya cukup ba-
(46), warga Dusun Ten-
gus, yakni bersifat partisipatif. Si pen-
goh Gede Simpang, Meurebo,
erima bantuan ikut berperan aktif dalam
Aceh Barat, harus rela menge-
membangun rumah mereka. Untuk men-
luarkan uang sekitar Rp 2 juta
jalankan konsep itu, KSKP hanya mem-
untuk mewujudkan rumah per -
berikan keperluan bangunan: bahan
manen impiannya. Dana yang diberikan
bangunan dan uang jasa membayar tu-
sang pemberi bantuan, KKSP (Educa-
kang sebesar Rp 6,1 juta. Dana itupun
tion and Information Center for Child
sudah tiga kali diperbarui, dari semula
Rights) tidak mencukupi untuk mem-
hanya Rp 4,1 juta. Namun diperjalan-
bangun sebuah rumah. Dana itu dipe-
an, keperluan bangunan dianggap war -
runtukan untuk membayar jasa tukang
ga jauh dari mencukupi. Bahan ban-
yang menimbun pondasi bangunan ru-
gunan tidak sesuai dengan yang dijan-
mah. Padahal dana itu sebelumnya
jikan. Selain itu, uang jasa untuk mem-
dipersiapan oleh Amidah untuk menam-
bayar pekerja bangunan dianggap jauh
bah modal usaha kedai kopinya.
dari mencukupi.
BANTUAN rumah KKSP yang masih belum jadi. manen, ujarnya.
ga bahan bangunan itu sendiri. Mak-
Rencananya, diatas pondasi itu akan
Agar rumah bisa berdiri tegak dan
Proses pembangunan dikerjakan
sudnya agar si penerima mengenal bet-
dibangun rumah tipe 36. Dana dari pem-
dapat ditempati, warga korban tsunami
dalam dua tahap. Tahap pertama dim-
ul tipe dan jenis bahan bangunan ru-
beri bantuan senilai Rp 6 juta dinilai jauh
harus nombok hingga beberapa juta.
ulai bulan Juni 2005 sebanyak 100 ru-
mah yang bakal mereka tempati.
dari cukup untuk membayar tukang ban-
Tentu saja itu dianggap memberatkan
mah. Segala keperluan bangunan diberi-
Konsep pembangunan yang melibatkan
gunan dan membeli bahan bangunan. Itu-
warga. Sudah terkena musibah kok harus
kan bertahap kepada si penerima ban-
partisipasi masyarakat tentu sangat baik.
pun masih belum jelas kapan dibangun-
keluar uang, ujar Amidah. Karena itu,
tuan. Tahap pertama belum selesai
Konsep ini dipandang lebih mendidik su-
nya. Bahan bangunan yang dijanjikan pi-
warga menuding pihak KSKP setengah
sepenuhnya, pihak KSKP telah mulai
paya pihak penerima bantuan tidak seke-
hak pemberi bantuan sudah beberapa bu-
hati dalam memberikan bantuan. LSM itu
melaksanakan tahap kedua. Namun
dar menikmati enaknya kue bantuan.
lan tak kunjung datang. Saat ini, kondisi
dinilai tidak transparan dalam penyalu-
jumlahnya tidak 187 rumah. Hanya 137
Tetapi mereka juga terlibat dalam proses
bangunan rumah baru sekedar pondasi
ran bantuan. Wajar saja jika warga set-
rumah. Sebanyak 50 rumah tidak jelas
pembuatankue itu. Namun konsep ini
dan tiang besi berukur 8 cm. Tak heran
empat memprertanyakan keseriusan lem-
waktu dimulai pembangunannya. Diper -
dalam pelaksanaannya tidak berjalan lan-
jika hingga sekarang, Amidah harus bers-
baga itu dalam memberi bantuan, bah-
jalanan sebagian warga mengeluh. Ba-
car seperti yang diharapkan karena ket-
abar untuk tetap tinggal di rumah semi
kan ada yang mencurigai bantuan yang
han bangunan yang diberikan dianggap
ertutupan dari si pemberi bantuan. Ter-
permanen berbahan papan. Nyaman, jan-
seharusnya untuk warga.
tidak bagus. Terlebih uang jasa pem-
lebih komunikasi tidak berjalan lancar.
Menanggapi masalah tersebut, Man-
bayaran tukang dirasakan tidak men-
Jika ada masalah, tentu muncul prasang-
ager Logistik KSKP, Syamsul (38) dalam
cukupi. Beberapa warga ikut mengelu-
ka negatif antara si penerima bantuan
Nasib serupa dialami Maimunah (54).
pertemuan konsultasi public yang difa-
arkan kocek sendiri.
dengan pemberi bantuan.
Namun dia sedikit beruntung karena
silitasi oleh Transparency Internation-
Hal itu dimaklumi pihak KSKP.
Lemahnya komunikasi dengan pihak
sudah bisa menepati bangunan rumah
al (TI) Indonesia di kantor Balai Desa
Menurut Syamsul, dalam konsep awal
warga diakui pihak KSKP. Selama pros-
permanen. Hanya saja kondisi bangu-
setempat belum lama ini menjelaskan
memang proses pembangunan rumah
es pemberian bantuan, lembaga itu han-
nannya kurang memadai. Dilihat dari
duduk persoalannya. Menurutnya, komit-
bantuan ini bersifat partisipatif. Warga
ya melakukan koordinasi dengan pihak
dekat, dinding rumahnya terdapat celah
men pemberian rumah bantuan permanen
diharapkan jangan terlalu menghandal-
keucik/ geucik
sana sini. Pondasinya rapuh, tiang pen-
berawal setelah pertemuan dengan warga
kan tukang bangunan. Tetapi mereka
KSKP, kepala desa merupakan orang
yanggah juga bergelombang. Balok pen-
dari beberapa desa, yang ada di Meurebo
ikut dalam membangun rumah bantu-
yang dianggap merepresentasikan war -
yanggah atap terlihat sudah dimakan
pada awal 2005 lalu. Dalam pertemuan
an itu. Agar mereka juga lebih mandi-
ga. Kami akan mengubahnya ke depan,
rayap. Saya takut rubuh kalau ada gem-
itu, warga meminta agar KSKP segera
ri. Kami tidak ingin sekedar memberi
ujar Syamsul. Mengenai kurangnya 50
pa. Karena tiangnya terlihat rapuh,
memberikan rumah semi permanen. Laz-
bantuan. Kami ingin agar mereka aktif
rumah bantuan permanen, Syamsul
katanya. Karena tidak ada alternative
imnya rumah semi permanen, bahan
dalam membangun. Karena itu, konsep
mengaku bahwa pihaknya telah mengal-
tempat lain, maka dia terpaksa tinggal
dasarnya mayoritas kayu. Namun setelah
kami adalah satu tukang dan satu
ami kesalahan analisa pasar. Menurut
di rumah permanen baru itu.
uji pasar, diputuskan untuk memberikan
kenek, selebihnya penerima bantuan
dia, dalam analisa pertama, dari dana
Di Kecamatan Meurebo, KKSP yang
rumah permanen. Alasannya, biaya pem-
menjadi tukang dan kenek bangunan-
yang dimilikinya itu mampu memberi-
berkantor di Medan, Sumatera Utara,
bangunan rumah semi permanen berbe-
nya, imbuhnya.
kan bantuan sebanyak 287 rumah. Teta-
itu berkomitmen memberikan bantuan
da tipis dengan rumah permanen. Kare-
Dalam tahap kedua, si penerima
pi realitas analisa kedua hanya mampu
sebanyak 287 rumah permanen. Dalam
na saat itu harga papan mahal. Maka
bantuan diberikan agenda material pe-
237 rumah. Karena ini juga men-
teknis pemberiannya, LSM itu bekerjas-
karena hati tulus, kami memutuskan
milik rumah. Agenda ini berisikan tipe
yangkut persoalan harga, ujarnya.
ama dengan lembaga donor dari Belan-
untuk memberikan bantuan rumah per -
rumah, jenis bahan bangunan dan har -
Maklum manusia.***
gan tanya. Papan-papan sudah pada bolong dan hitam. Pondasinya sudah keropos.
.
(kepala desa)
Menurut
Belum Dapat Rumah, Barakpun Akan Digusur PULUHAN
barak di Paya Peu-
tinggal di barak. Tetapi bantuan
ial Aceh Barat, Mustafa Kamal.
naga, Meurebo, Aceh Barat dika-
rumah belum diterimanya. Badan
Menurutnya, setiap penggusuran
barkan bakal digusur pihak Pem-
Rehabilitasi dan Rekonstruksi
barak dipastikan melalui surat
da Aceh Barat. Kabarnya Penggu-
(BRR) Aceh-Nias sebagai lembaga
pemberitahuan resmi dari pihak
suran bakal dilakukan pada seki-
pemerintah belum pernah menda-
Pemda. Kalaupun mau digusur
tar bulan Juni mendatang. Untuk
tanginya. Selain itu, lembaga do-
pasti berunding dulu dengan war -
itu, warga penghuni barak harus
nor internasional yang diharapkan
ga. Bagaimana solusinya. Tidak
bersiap-siap segera mengosongkan
bisa memberikan bantuan malah
serta-merta seenaknya kami gu-
lokasi.
menakut-nakuti warga untuk
sur, ujarnya.
Tentu kabar ini membuat pen-
segera pindah dari barak. Tetapi
Selain itu, sambung Mustafa,
ghuni barak yang telah tinggal se-
tidak memberikan solusi. Pernah
Pemda tidak akan menggusur bar -
lama hampir dua tahun panik. Se-
ada seorang staf dari UNDP (Unit-
ak jika belum berkoordinasi den-
bagian warga merasa tidak tahu
ed Nation Development Program)
gan pihak BRR. Mustafa mengaku
harus tinggal dimana jika barak
datang ke barak. Dia bilang bah-
bahwasanya Pemda belum mela-
m e r e k a b a k a l d i g u s u r. K a m i
wa barak akan digusur. Dan war -
kukan komunikasi dengan pihak
sudah tidak memiliki tempat ting-
ga didata. Tetapi sampai saat ini
BRR. Karena pembangunan atau
gal, ujar Asnida (40), salah seor -
tidak ada kabarnya, ujarnya.
relokasi hanya dilakukan BRR.
ang penghuni barak.
● FOTO/ISTIJAR
Namun kabar penggusuran itu
Kami hanya mengawasi saja. Dan
Warga penghuni barak sebe-
dibantah keras oleh Kepala Seksi
jika barak itu sudah kosong baru
narnya tidak ingin berlama-lama
Kesejahteraan Sosial Dinas Sos-
akan digusur, ujarnya. ***
HALAMAN 13
Draf Qanun Versi Masyarakat Sipil Sosialisasi draf qanun tentang tata cara pembentukan Qanun yang dirumuskan oleh KKP digelar di tiga kota. Draf ini merupakan sandingan bagi draf qanun yang sudah diajukan oleh eksekutif.
Warga Meulaboh dan sekitarnya sedang mengikuti Sosialisasi Qanun TCPQ versi KKP.
Oleh: Fadjar Pratikto/Istijar
P
EMERINTAH
● FOTO/ISTIJAR
Selatan, dan Singkil. Seperti diketahui, draft Tata
pusat mau-
Cara Mempersiapkan Rancangan
pun pemerintah Aceh harus
Qanun sudah memasuki pem-
bisa memberikan jaminan
bahasan tata tertib di Dewan Per -
ruang partisipasi publik
wakilan Rakyat Aceh (DPRA). Be-
bagi rakyat. Untuk dapat menjamin
berapa waktu lalu, Biro Hukum
pemanfaatan ruang partisipasi
Pemda NAD telah menyerahkan
tersebut secara luas, diperlukan se-
draft tersebut ke DPRA sebagai
buah perangkat hukum bagi pelak-
materi pembahasan. Namun dalam
sanaan masyarakat dalam kebija-
proses penyusunan rancangan
kan dan pembangunan. Disinilah
tersebut, pelibatan publik yang di-
pentingnya qanun Tata Cara Pem-
laksanakan Biro Hukum Pemda
bentukan Qanun (TCPQ),
yang
NAD dianggap masih minim. Han-
merupakan amanat Undang-un-
ya dilaksanakan sekali melalui
dang Pemerintahan Aceh (UUPA)
lokakarya konsultasi publik. Itupun
No. 11 Tahun 2006.
dengan peserta dan waktu yang
Demikian pendapat yang mengemuka dalam acara sosialisasi dan konsultasi publik draft qanun Tata Cara Pembentukan Qanun (TCPQ), versi tim perumus dari Koalisi Kebijakan Partisipatif (KKP) Aceh. Kegiatan yang difasilitasi KKP ini diadakan di hotel Maligo, Meula-
sangat terbatas. Menurut ketua panitia pelaksana, Kurdinar, tujuan dari kegiatan ini adalah melakukan sosialisasi draft Qanun Tata Cara Pembentukan Qanun versi KKP serta mencari saran, masukan dan kritik ter hadap draft versi koalisi ini. Selain
boh, Aceh Barat pada 23 Januari
itu, Kurdinar mengungkapkan, keg-
2007 lalu, yang melibatkan sekitar
iatan ini juga diharapkan memberi-
40 peserta. Sosialisasi yang sama dilakukan di Lhokseumawe pada 25 Januari dan kota Banda Aceh, 30 Januari 2006. Menurut Dr. Husni Jalil SH, salah seorang narasumber, tata cara pembuatan qanun menjadi sangat pent-
kan pencerahan tentang pentingnya qanun TCPQ untuk segera dibahas dan disahkan sesuai dengan aspirasi rakyat Aceh. Serta juga ingin
meminta
masukan
dari
masyarakat untuk dapat memberi dukungan moril, agar upaya-upaya
ing karena ini akan menjadi dasar
advokasi ke depan dapat dilakukan
akan merasakan dampak dari pelak-
secara bersama, maksimal dan
sanaan sebuah kebijakan, maka
utuh. Ini penting untuk segera dis-
sudah seharusnyalah masyarakat
ikapi pasca ditandatanginnya un-
menjadi bagian yang tak dapat dip-
dang-undang nomor 11/2006 ten-
isahkan dari proses penyusunannya.
tang Pemerintahan Aceh oleh pe-
Kondisi tersebut, akan terwujud jika
merintah pusat beberapa bulan
seluruh pihak yang terkait baik itu
lalu. Dan menjadi tonggak awal
eksekutif maupun legislatif memberi-
dari kemajuan demokrasi di Aceh,
kan dukungan penuh atas partisipasi
ujar koordinator T im Kampanye
masyarakat dalam seluruh proses
KKP Aceh.
legislasi di negeri ini.
Dalam pasal 238 ayat 1 dan 3
Dalam hal ini harus ada jami-
UUPA, masyarakat Aceh telah
nan hukum melalui peraturan pe-
diberi peluang untuk terlibat dalam
rundang-undangan untuk memas-
persiapan dan pembahasan qanun.
tikan bahwa masyarakat berhak
Apalagi Aceh sebagai daerah otonomi
terlibat secara aktif dalam proses
khusus, qanun merupakan salah
penyusunan kebijakan, sehingga
satu aturan formal yang mengatur
kebijakan yang akan dihasilkan
penyelenggaraan pemerintah dan ke-
bersifat partisipatif dan berpihak
hidupan masyarakat Aceh. Begitu
kepada masyarakat, jelas Husni
juga dalam ayat 2 pasal itu disebut-
Jalil.
kan setiap penyiapan dan pem-
Senada dengan itu, narasumber
bahasan qanun harus terjamin adan-
lain, Banta Syahrial menekankan
ya ruang partisipasi publik. Maknan-
perlunya diterapkannya otonomi
ya sudah jelas bahwa publik harus
daerah sampai ketingkat desa. Nah
dilibatkan dalam setiap proses mu-
disinilah ketika otonomi diberikan
lai dari perencanaan dan pem-
hingga tingkat desa, maka tingkat
bahasannya. Jika tidak, masyarakat
pengawasan masyarakat terhadap
akan berada dalam posisi yang
pemerintahan akan lebih besar,
lemah.
ujar tokoh LSM Aceh ini. Indikasi
Proses penyusunan rancangan
yang diberikan Banta sangat sed-
Qanun tentang Tata Cara Memper -
erhana. Jika saja otonomi diberi-
siapkan Rancangan Qanun versi
kan hingga tingkat desa, maka set-
Pemda NAD, dipandang telah
iap masyarakat akan lebih memil-
mengabaikan semangat demokratis
ih calon legislatif yang duduk di
yang sudah tertuang dalam UU No.
kursi DPRD, baik tingkat II mau-
11/2006 itu. Itu artinya masyarakat
pun I, dari asal mereka. Ya mini-
telah kehilangan hak-haknya dalam
mal orang yang benar -benar peduli
mempersiapkan rancangan qanun
terhadap perkembangan desa mere-
yang dipersiapkan Pemda NAD. Na-
ka, tambahnya.
mun demikian, peluang-peluang
Dalam sosialisasi draf qanun ini,
untuk melibatkan diri dalam proses
beberapa peserta aktivis perempuan
pembahasan di tingkat berikutnya
mengusulkan perlunya memasukan
masih terbuka, meskipun harus di-
kalimat partisipasi perempuan Aceh
lakukan dengan kerja keras dan in-
dalam rancanagn qanun ini. Sebab
tensif ditingkat DPRA.
menurut mereka, kecenderungan
Qanun sebagai produk dari se-
tingkat partisipasi perempuan
buah kebijakan politik, sekecil
dalam setiap kebijakan publik, ter -
apapun akan berdampak kepada
bilang rendah. Pemberlakukan
masyarakat baik langsung maupun
syariat Islam di Aceh dinilai turut
tidak langsung. Sebagai pihak yang
berpengaruh. ■
pembuatan qanun-qanun lainnya yang menjadi aturan pelaksana dari UUPA. Partisipasi masyarakat Aceh akan sebagai penentu utama dalam proses pembangunan demokrasi di Aceh, jelas akademisi Fakultas Hukum Unsyiah ini. Selain Husni Jalil, bertindak sebagai pembicara dalam sosialisasi draf qanun versi KKP ini adalah Banta Syahrizal (ACSTF), sedangkan Ria Fitri (Direktur Balai Syuro Ureung Inong Aceh) bertindak sebagai fasilitator. Adapun para peserta terdiri dari berbagai unsur seperti LSM, mahasiswa, tokoh masyarakat/ulama, aktivis perempuan dan akademisi yang mewakili daerah Aceh Barat, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Barat Daya, Aceh
Kerja Keras KKP SETELAH hampir dua bulan bekerja keras, akhirnya Koalisi Kebijakan Partisipatif (KKP) menghasilkan sebuah draf Qanun tentang Tata Cara Pembentukan Qanun (TCPQ). Draf ini merupakan sandingan dari draf qanun serupa yang sudah diajukan oleh pihak Pemda NAD. Perbedaanya, draf yang dibuat KKP ini lebih mengedepankan partisipasi masyarakat dalam pembentukan qanun, dari mulai perencanaan, pembahasan hingga pengesahannya. Awalnya KKP mencoba memberikan masukan draf qanun TCPQ tersebut kepada pihak eksekutif. Draf
qanun yang dirancang oleh tim perumus dari KKP yang melibatkan sejumlah akademisi ini diserahkan kepada Biro Hukum kantor Gubernur NAD pada 9 Desember 2006 lalu. Ternyata draf sandingan ini sedikit sekali yang diakomodir dalam rancangan Pemda. Hal itulah yang membuat KKP mencoba untuk menggunakan hak inisiatif DPR Aceh. Sejak itu, pembahasan secara intensif dilakukan untuk memperbaruhi draf qanun yang sudah dibuat dengan kembali melibatkan para akademisi dan praktisi. Dalam waktu seminggu draf terse-
but berhasil dimatangkan, dan kini sedang disosialisasikan kepada masyarakat. KKP Aceh, merupakan jaringan dari berbagai elemen masyarakat sipil/NGO, salah satu anggotanya adalah Transparency International (TI) Indonesia. Koalisi ini bertujuan untuk memperjuangkan adanya ruang partisipasi publik yang seluasluasnya menyangkut kebijakan-kebijakan Aceh di masa depan. ”Kami ingin adanya partisipasi rakyat dalam setiap pembuatan kebijakan pemerintah Aceh,” tandas Liza Dayani, koordinator KKP Aceh. ■
HALAMAN 14
Tidak Ada Rapat Pencopotan Kuntoro Belum lama ini sebuah berita mengejutkan dimuat di tabloid MODUS edisi 38/TH. IV/ 1521 Januari 2007 dengan judul Siapa Bernafsu Kursi Kuntoro?. Berita yang belum dikonfirmasi kebenarannya itu, antara lain menyebutkan sebagai berikut: Misalnya, dari kalangan Transparancy International (TI). Lembaga ini kata sumber Modus tadi, sebelumnya pernah memfasilitasi sebuah diskusi tentang pencopotan Kuntoro di kantornya, Jakarta.
membangun Unit Pengelolaan Keluhan. Sesudah pertemuan itu, Greenomics menarik diri karena mengajukan tiga syarat untuk keterlibatan mereka. Salah satunya supaya gaji pejabat BRR dipotong. Pertemuan itu ditindaklanjuti dengan pertemuan di Kantor
TAS pemberitaan terse-
Kemitraan yang dihadiri oleh
but, Project Coordinator
Foundation. Pertemuan itu me-
Transparency Interna-
mutuskan bahwa teman-teman
tional (TI) Indonesia di
di Aceh harus dilibatkan. Hal
Aceh, Mochammad B. Winoto
ini bermuara pada satu perte-
telah mengklarifikasi (menjelas-
muan yang difasilitasi oleh Ke-
kan) ketidakbenaran informasi
mitraan dan ICW pada Novem-
tersebut
kepada
ber lalu. Sejak itu, TI sudah
pemimpin redaksi tabloid itu.
tidak terlibat lagi dalam pemb-
Muhammad Saleh, pemimpin
icaraan lanjutan.
A
langsung
ICW, TI, Kemitraan dan Asia
redaksi (pemred) Modus men-
Pemberitaan Modus yang se-
yambut baik hak jawab lembaga
olah-olah TI Indonesia memfasil-
ini untuk meluruskan berita
itasi upaya untuk pergantian
tersebut. Hak jawab itu sudah
Kuntoro, dengan demikian sangat
dimuat diedisi berikutnya.
mengejutkan. Karena sejak awal
Memang ada pertemuan di
mereka dan lembaga lain yang
Kantor TI yang diikuti oleh
pernah bertemu di kantor TI ter-
ICW, Greenomics, Kemitraan,
masuk ICW, tidak pernah meng-
TI dan Asia Foundation, de-
hasilkan kesepakatan bersama
mikian bunyi hak jawab itu.
untuk menuntut penggantian
Pertemuan pada September lalu
Kuntoro. Saat ini bahkan TI In-
itu atas permintaan dari ICW
donesia menyepakati dengan
untuk membantu BRR dalam
BRR untuk evaluasi tentang pen-
membangun complaints han-
erapan pakta integritas dalam
dling unit (Unit Pengelolaan
rangka membangun sistem integ-
Keluhan). Pada saat itu TI ber -
ritas.
bagi pengalaman kegiatan di
Posisi kami sudah jelas:
Aceh mengenai keberadaan ko-
BRR bersih kami puji. BRR
mite pemantau di tingkat kecamatan. Greenomics menyampaikan hasil surveynya men-
Kepala BRR Aceh-Nias, Kuntoro Mangkusubroto usai menandatangani MoU sistem Integritas dengan pimpinan TI di ● DOK/TI Medan.
korupsi kami kritik. Kalau kami
diminta bantuan untuk
membersihkan BRR (siapap-
genai tingkat kepuasan ma-
un ketua Bapel) kita akan ban-
syarakat terhadap BRR. Pada
Aceh, bukanlah Kuntoro akan
saat itu Greenomics menyim-
tetapi orang-orang disekeliling-
pulkan bahwa penyebab kiner -
kta Integritas BRR.
masih September lalu. Perte-
tu, tandasnya. Hal itu sesuai
Pertemuan itu ditindaklanju-
muan yang difasilitasi oleh
dengan pendekatan TI selama
nya. Pada pertemuan itu juga
ti dengan pertemuan dengan
Greenomics itu masih berbic-
ini dalam pencegahan korupsi
ja yang rendah pada BRR, ber -
dikabarkan bahwa TI akan
Kepala BRR Aceh-Nias Kuntoro
ara mengenai bagaimana mere-
yaitu memperbaiki sistemnya.
dasarkan persepsi masyarakat
melakukan review terhadap Pa-
Mangkusubroto di Jakarta,
ka bisa membantu BRR untuk
■
fadjar
Tunjangan Dewan Ditolak, Pembayaran Ditunda Puji syukur, DPRD Provinsi NAD memastikan menunda pembayaran dana tunjangan komunikasi intensif anggota dewan dan operasional pimpinan DPRD. Menurut Ketua DPRD NAD Sayed Fuad Zakaria, Panitua Musyawarah (Panmus) Dewan telah sepakat menunda pembayaran dana tersebut sampai ada pemberitahuan lebih lanjut dari pemerintah meskipun sebagian anggota dan pimpinan dewan sudah ada yang menerima. Memang kalau dilihat dari beban anggaran untuk membayar uang rapel tunjangan pimpinan dan anggota DPRD, cukup besar. Untuk seluruh anggota DPRD kabupaten/ kota se-NAD yang berjumlah 580 orang, besarnya Rp 41,76 miliar. Jika ditambah dengan uang rapel dana tunjangan untuk anggota DPRD
NAD sebanyak 69 orang yang mencapai Rp. 6,33 miliar, maka total anggaran yang dikeluarkan negara sebesar Rp 48,09 miliar. Seperti diketahui, dalam Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2006 yang berlaku surut mulai Januari 2006, disebutkan adanya kepastian tunjangan komunikasi intensif anggota dewan dan operasional pimpinan DPRD. Nilainya cukup besar, misalnya setiap anggota DPRD bisa mendapat sekitar Rp. 80 juta. Berarti untuk membayar tunjangan 15.000 anggota dewan yang tersebar diseluruh Tanah Air, dibutuhkan dana sebesar Rp. 1,2 triliun. Tak heran jika ditetapkannya PP No. 37 Tahun 2006, telah menimbulkan pro-kontra dikalangan masyarakat kita. Peraturan yang berisi Perubahan Kedua Atas Peraturan Pe-
Anggota DPRD Banda Aceh dalam sebuah sidang.
FOTO/ISTIMEWA
merintah No. 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ini dianggap mencederai rasa keadilan masyarakat yang sebagian besar masih hidup dalam kemiskinan. Penolakan terhadap peraturan inipun terjadi di mana-mana. Tak ketinggalan sejumlah NGO di Aceh menyatakan sikapnya menolak peraturan yang menguntungkan anggota DPRD ini. Mereka menghimbau dan mengajak kalangan DPRD di Indonesia khususnya di Aceh untuk dapat menahan diri dengan menunggu kebijakan pemerintah selanjutnya atas pemberlakuan PP No. 37 Tahun 2006 itu. Besar kemungkinan peraturan ini ini akan ditinjau ulang. ”Harapan ini kami sampaikan sebagai bentuk perhatian masyarakat sehingga para wakil rakyat di Indonesia, khususnya di Aceh tidak terjebak dengan persoalan hukum nantinya. Karenanya, jika ada Pemda di Aceh yang belum membayar rapel, kami mendesak agar menunggu perkembangan terbaru atas PP itu,” demikian pernyataannya. Demikian bunyi pernyataan sikap enam lembaga di Banda Aceh pada 21 Januari 2007 lalu. Enam LSM itu adalah Transparency International (TI) Indonesia, Gerak, Sorak, Katahati Institute, Koalisi NGO HAM Aceh, AJMI, Forum LSM Aceh dan LBH Banda Aceh. Mereka melihat bahwa posisi PP No. 37 tahun 2006 tersebut bila ditinjau dari aspek yuridis, terdapat persoalan. Dalam UU No. 33 Tahun 2004 pasal 183 Ayat 3 dan Pasal 80 Ayat 1 disebutkan jika perubahan APBD ditetapkan paling lambat tiga bulan sebelum tahun anggaran berakhir. Dengan perkataan lain, perubahan APBD itu paling lambat 31 September 2006 lalu. ”Inikan sangat aneh, karena PP Nomor37 Tahun 2006 itu baru disahkan pada tanggal 14 November 2006. Jangankan APBD tahun anggaran 2006,
untuk APBD tahun anggaran 2007 saja juga tak bisa mengalokasikan anggaran untuk tunjangan komunikasi intersif dan dana operasional dari Januari 2006.” Memang, khusus untuk Aceh, besar kemungkinan tidak ada persoalan. Karena, di Aceh, plot anggaran untuk Dana Operasional dan Tunjangan Komunikasi Insentif, masih memungkinkan untuk dimasukkan dalam APBD-Perubahan. Namun demikian, sejumlah NGO ini melihat bahwa dari dua aspek lainnya yakni aspek filosofis dan sosiologis, PP No. 37 Tahun 2006 itu telah mencederai nilai-nilai keberpihakan kepada masyarakat. Seharusnya, kalangan DPRD dan terutama sekali para pembuat kebijakan teknis PP ini yakni Departemen Dalam Negeri memiliki sense of crissis yang tinggi. Mereka menghimbau kalangan DPRD Aceh baik dilevel provinsi dan kabupaten/ kota untuk secara sukarela dan proaktif mengembalikan dana operasional dan tunjangan komunikasi insentif yang telah diambil ke kas daerah. Hal ini merupakan wujud dari keberpihakan dewan sebagai representasi rakyat yang saat ini kondisinya masih memprihatinkan. Mereka juga mendesak Pemerintah agar peraturan yang mengatur pendapatan DPRD Provinsi, Kabupaten dan Kota di Indonesia itu dikaji lebih mendalam dengan pertimbangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masingmasing daerah terkait. Klasifikasi yang telah dibuat oleh kedua menteri di atas dengan acuan kemampuan keuangan daerah (yang lebih besar dipengaruhi oleh dana dari pusat) adalah tidak tepat dan justeru mencederai nilai keadilan bagi rakyat. Landasan atas PAD ini secara tidak langsung akan memperbaiki kinerja parlemen dengan optimalisasi fungsi-fungsinya di parlemen. ■ fadjar
HALAMAN 15
Training CO, Perkuat Gerakan Anti Korupsi Pasca tsunami dan gempa dua tahun silam, persoalan yang muncul di NAD semakin kompleks. Selain masalah bantuan, persoalan lain yang muncul adalah hilangnya semangat kerja untuk membangun kembali Aceh. Sayangnya, persoalan ini belum memperoleh perhatian serius dari berbagai pihak. Belum ada upaya untuk memetakan masalah sekaligus melakukan pengorganisasian masyarakat untuk menemukan jalan keluarnya.
organisasi akar rumput yang berada dibasis masyarakat, memiliki tanggungjawab besar dalam menjalankan tugas-tugasnya. Sedangkan komite pemantau kecamatan tidak akan mungkin bisa bekerja secara maksimal tanpa adanya dukungan dari seluruh lapisan masyarakat di wilayah kerja-
S
nya.
ETIDAKNYA inilah yang
Setelah diskusi kelompok,
menjadi dasar dilaksan-
barulah fasilitator bersama pe-
akannya training com-
serta mencari
munity organizer (CO) oleh Tranparency Internation-
Arianto,
al (TI) Indonesia kantor Meula-
aranya mampu memahami per -
diikuti oleh 18 peserta, antara
soalan mendasar dalam pengor -
lain 9 orang dari komite pe-
ganisasian, mampu melakukan
mantau dan 9 orang dari mitra
penguatan ditingkat basis ma-
local yang berasal dari 3 kabu-
syarakat, dalam upaya pen-
paten yaitu Aceh Barat, Nagan
cegahan korupsi. Mampu me-
Raya, dan Aceh Jaya. Training
metakan, membedakan dan
yang difasilitasi Budi Arianto
mengidentifikasi secara tepat
berlangsung
permasalahan mendasar dari
seru. Sebagian besar peserta
tindak penyelewengan terhadap
antusias mengikuti materi yang
pembangunan selama ini. Dan
diberikan oleh fasilitator.
terakhir mampu menetapkan
Materi tersebut dibagi dua
strategi untuk mendorong ter -
tahap. Tahap pertama adalah
capainya agenda transparansi
materi yang berkaitan dengan
dan akuntabilitas.
pengetahuan teoritis untuk
Dengan demikian, training
pengembangan pribadi yang
ini diharapkan dapat men-
mencakup; korupsi, peran ser -
ingkatkan kemampuan peserta
ta masyarakat dalam upaya
Suasana training CO untuk masyarakat pesisir Barat Aceh.
● FOTO/IKHWAN
teoritis dan praktik untuk
yang berbasis teori dan pengala-
berhenti ketika pelatihan dilak-
pelatihan, peserta diberikan
pengembangan kelompok yang
man lapangan praktisi untuk
sanakan. Selama pelatihan,
kesempatan untuk membentuk
meliputi analisa sosial, serta
secara langsung membekali pe-
peserta pelatihan diberi waktu
kelompok-kelompok kerja guna
organisasi dan pengorganisa-
serta. Materi diberikan melalui
yang cukup untuk melakukan
merumuskan agenda kerja ber -
sian rakyat.
metode: tutorial, simulasi, dis-
diskusi kelompok terbatas (fo-
sama.
kusi,
role-play ,
pembahasan
dalam mengorganisir dan memfasilitasi pertemuan di tingkat
Materi tentang pengetahuan
Konsep yang digunakan da-
dapat
hal diketahui peserta, diant-
di Banda Aceh. Kegiatan ini
pencegahan korupsi.
problem solving
tercipta setidaknya setelah tiga
boh, pada 26-28 Januari 2007
dari IMPACT ini
problem solving
(penyelesaian). Menurut Budi
cus group discussion/FGD)
un-
Nah, dalam diskusi kelom-
lam training ini memadukan
kasus dan kelompok kerja. Pro-
tuk mendalami materi yang
pok itu diketahui bahwa komite
sumber -sumber pengetahuan
gram ini tidak dirancang untuk
diberikan. Selain itu, diakhir
pemantau kecamatan, sebagai
komunitas. Keberhasilan pembentukan komite pada Maret tahun lalu di tiga kecamatan dari tiga kabupaten di pesisir Pantai Barat Aceh, merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan korupsi dalam masa rehabrekons Aceh. ■
Istijar
Memperbesar Peluang Penerapan Sistem Integritas di Tiga Daerah DI waktu berbeda, Transparency International (TI) Indonesia kantor Meulaboh, juga menggelar training Pakta Integritas (PI) untuk pejabat dan staf pemerintah daerah di tiga kabupaten pesisir Pantai Barat Aceh. Ketiga kabupaten itu antara lain, Aceh Barat, Nagan Raya, dan Aceh Jaya. Jumlah peserta mencapai 45 orang, dimana masing-masing kabupaten berjumlah 15 orang. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Sultan, Banda Aceh pada 29-31 Januari lalu. Nara sumber dalam kegiatan ini yakni Winarto (Assiten Deputy VI Bidang Pengawasan Kementerian Aparatur Negara), Ikak G. Patriastomo (Kepala Bidang Sistem Pengawasan Bappenas), dan Heny Yulianto (TI Indonesia). Masing-masing pembicara mempresentasikan makalahnya. Winarto mrenjelaskan Penerapan Sistem Tata Pemerintahan yang Baik, Ikak tentang Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintahan, dan Heny Yulianto membahas Pakta Integritas: Subtansi dan Impementasinya di beberapa daerah di Indonesia. Menurut Ikak G. Patriastomo, korupsi meru-
pakan praktik yang sangat menghambat perkembangan demokrasi. Terlebih di negaranegara berkembang seperti Indonesia. Karena hambatan itu, maka tidak heran jika pelaksanaan tugas di lembaga-lembaga publik, pemerintahan, serta penggunaan sumber daya tidak akan maksimal. Lebih lanjut Ikak mengungkapkan, korupsi di Indonesia telah sangat sistemik. Hampir semua sektor telah terjangkiti penyakit ini. Pada sektor publik, terutama penyelenggaran pemerintah, korupsi telah menjadi endemik, yang sulit dihilangkan. Dalam skala nasional, hingga kini, pemberantasan korupsi masih terlalu sulit dilakukan. Karena itu, banyak laporan keuangan pemerintah, baik itu APBN maupun APBD yang tidak jelas penggunaannya. “Dan mengalami kebocoran di banyak sektor. Akibatnya tujuan pembangunan tidak akan pernah tercapai,” tandasnya seperti tertulis dimakalahnya. Bentuk kegiatan ini adalah ceramah dan diskusi yang dipandu satu orang moderator, kemudian dilanjutkan diskusi kelompok per kabupaten. Dalam sesi diskusi kelompok ini,
masing-masing kelompok difasilitasi seorang fasilitator. Dalam diskusi ini, setiap pejabat dan staff Pemda mengidentifikasi semua permasalahan yang dianggap rawan praktik korupsi. yang dianggap penghambat pemberantasan korupsi. Khususnya penerapan sistem integritas nasional. Menurut Koordinator Pelaksana Training, Ronny Iskandar, tujuan dari pelaksanaan pelatihan ini adalah untuk memperkenalkan konsep dan penerapan Pakta Integritas dalam pengadaan barang/ jasa di lingkungan Pemda Aceh Barat, Nagan Raya dan Aceh Jaya. Dan Menyusun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penerapan Pakta Integritas. ”Kita berharap, setelah training ini, para pejabat dan staff menjadi leader dalam mendorong penerapan pakta integritas di daerahnya masingmasing,” ujar Staff TII di Meulaboh ini. Menurut Heny pembangunan sistem pemerintahan yang bersih dan bebas dari praktik korupsi bisa dimulai dengan membangun pulau-pulau integritas ditingkat pemerintah daerah. Dimana setiap Pemda memiliki ukuran
akuntabilitas publik yang sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi, menjalankan sistem dan hukum secara terbuka, adanya lembaga independen yang mengawasi kinerja pemda dan berlakunya sistem hukuman dan penghargaan bagi aparatur pemda. Lebih lanjut Henny mengungkapkan, Untuk mewujudkan pulau integritas dari Sistem Integritas Nasional, salah satu model yang ditawarkan TI adalah Pakta Integritas (Integrity Pact). Yaitu pendekatan untuk menghindari terjadinya korupsi dalam proses pengadaan barang/jasa yang berbentuk janji dari pejabat publik dalam melaksanakan proses pengadaan tersebut. Pakta Integritas adalah alat anti korupsi yang dikembangkan TI pada 1990-an. Pakta Integritas dikembangkan atas hubungan transaksi antara Negara (atau instansinya) disatu sisi dan pihak swasta di sisi lain serta pemantauan masyarakat sipil. Penerapan Pakta Integritas di institusi publik salah satu tujuannya untuk memastikan bahwa semua kegiatan dan keputusan di institusi publik m. istijar dilakukan secara transparan. ÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿÿn
HALAMAN 16
Dua Lajur Yang Berbeda “NASIB” J
● FOTO/ISTIJAR
ALUR utama Meulaboh-Samatiga-Barat-Calang hingga kini belum tersentuh perbaikan. Gelombang besar tsunami dua tahun silam menghancurkan sebagian besar jalur ini. Aspal terkupas. Sebagian besar jembatan hancur total. Hingga kini, lajur jalan yang belum diperbaiki mencapai sekitar 80 km. Tak heran, jika pengendara kendaraan bermotor melewati lajur ini, harus merana. Selain genangan air yang terkadang mencapai 1 meter, setiap pengendara bermotor harus mengeluarkan uang mencapai Rp 5000. Uang itu untuk membayar portal yang dipasang oleh warga sekitar Samatiga. Setiap portal ‘nilainya” antara Rp 1000 hingga Rp 2000. sedangkan untuk pengendara sepeda motor, harus melewati jembatan kayu. Jembatan ini dibuat secara swadaya oleh masyarakat, dimana setiap hampir 1 Km dapat ditemui. Dibutuhkan kehatian-hatian penuh. Jika tidak, maka sepeda motornya akan tercebur ke sungai. Bahkan sejak September tahun lalu, pungutan liar terhadap kendaraan pengangkut material untuk proses rehab-rekons di Desa Suenebok Tengoh, Kecamatan Samatiga mulai marak. Soal ini, masyarakat juga merasa khawatir. Pasalnya, jika hal ini terus terjadi, akan menghambat proses relokasi yang sedang berjalan dibawah koordinasi BRR Aceh-Nias. Berdasarkan penelusuran tim Gerak Aceh Barat, kasus ini muncul seiring dengan tidak diterimanya suplai material bangunan dari kalangan pemuda di Seunebok Tengoh. Hampir semua material ke desa ini berasal dari daerah lain yang menyebabkan kecemburuan di kalangan pemuda. Padahal, di desa tersebut juga tersedia material yang cukup banyak. Alasan penolakan seperti yang dikemukakan kontraktor rekanan BRR yang berjumlah 22 perusahaan adalah mahalnya harga yang ditawarkan oleh pemuda setempat. Kontraktor harus mengeluarkan biaya sebesar Rp 80 ribu perkubik sementara dari luar desa cukup dengan biaya Rp 60 ribu per kubik. Penolakan yang dilakukan kontaktor ini ternyata berbuntut pada penghadangan yang dilakukan mereka yang menginginkan dilibatkan dalam pengadaan material dalam pembangunan rumah reokasi di desa tersebut oleh BRR. Kasus ini pernah di mediasi oleh Transparency Internasional (TI) Indonesia dan Gerak Aceh Barat beberapa bulan lalu. Sayangnya, dalam mediasi itu, hanya keucik (kepala desa) Seunebok Tengoh dan ketua Pemuda yang hadir. Sedangkan pihak BRR dan kontraktor rekanannya absen. Kepala desa setempat mengatakan bahwa pihaknya sama sekali tidak bermaksud menghambat jalannya relokasi warga Cot Buloh ke Seunebok Tengoh. Yang dilakukannya sematamata bertujuan untuk memberdayakan kaum pemuda desa tersebut. Namun sayang, pihak pihak kontraktor rekanan BRR tidak bersedia membeli material dari mereka dengan alasan harga. Padahal keuntungan dari pasokan material dari desa setempat akan digunakan untuk kas desa. Akibatnya hingga kini pungutan liar itu masih sering terjadi. Karena alasan jarak tempuh, masih banyak masyarakat yang terpaksa tetap melewati lajur utama ini. Di tempat lain, masyarakat Meulaboh dan Calang bisa menikmati lajur
alternatif. Lajur ini melewati melewati desa-desa di Kecamatan Arongan Lambalek. Jaraknya hampir dua kali lipat dari lajur utama pesisir pantai barat: mencapai 130 KM. Lajur baru ini menghubungi lajur utama Meulaboh-Calang di Desa Pribu, Arongan Lambalek, Aceh Barat. Sejak dibangunnya jalan alternatif antara Meulaboh-Calang,
mobilisasi masyarakat dari dua wilayah ini lebih lancar. Jalan ini dibangun atas hibah rakyat Jepang.Ada juga beberapa jembatan baru. Di lajur alternatif ini, pungutan liar sudah tidak ada. masyarakat bebas melintas tanpa harus lagi mengeluarkan uang dari koceknya untuk ‘pak ogah’. ■ m. istijar
● FOTO/ISTIJAR
● FOTO/ISTIJAR
● FOTO/ISTIJAR