1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Peningkatan penjualan alas kaki dalam negeri Belanja sepatu di Indonesia pada tahun ini diperkirakan mencapai Rp 115.000 per kapita. Angka itu meningkat dibanding tahun lalu yang mencapai Rp 106.000 per kapita. Belanja sepatu rata-rata masyarakat Indonesia diperoleh dari perbandingan pasar sepatu nasional dibagi jumlah penduduk negeri ini. Data Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) menunjukkan, pasar sepatu domestik pada tahun ini diproyeksikan naik 30% dari 2010, dari Rp 25 triliun menjadi sebesar Rp27 triliun."Pada 2011, penjualan semua jenis alas kaki di dalam negeri, mulai dari sandal hingga sepatu akan mencapai lebih dari Rp27 triliun," kata Wakil Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Djimanto. Menurut Djimanto, penjualan sepatu di pasar lokal pada tahun 2008 dan 2009 sempat menurun karena dampak dari krisis global. Namun, penjualan sepatu mulai meningkat pada 2010 dan berlanjut pada 2011.1 Dari data kementerian Perindustrian RI mencatat bahwa industri alas kaki (sepatu dan sandal) merupakan salah satu unggulan ekspor yang cukup berperan dalam mendukung perekonomian Tanah Air. Buktinya, Indonesia menempati peringkat ketiga—setelah Cina dan Vietnam—sebagai salah satu negara ekspotir alas kaki terbesar di dunia. Bahkan, nilai ekspor sepatu Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Tabel 1.1 Jumlah Produksi Sepatu Indonesia
Tahun
Jumlah Produksi
2008
562,5 Juta pasang
2009
577,5 Juta pasang
2010
585 Juta Pasang
Jika pada
2008 nilai ekspor sepatu Indonesia 562,5 juta pasang, pada 2009 mencapai 577,5 juta pasang, dan pada 2010 menjadi 585 juta pasang. 2008
562,5 Juta pasang
2009
577,5 Juta pasang
1
Sumber:
http://duniaindustri.com/umum/415‐belanja‐sepatu‐di‐indonesia‐rp‐115000‐per‐kapita.html
2010
585 Juta Pasang
2
Sayangnya, pangsa pasar alas kaki Indonesia di pasar dunia masih terbilang kecil, pada 2009 hanya 2,07% dari total kebutuhan ekspor alas kaki dunia yang nilainya US$ 84,05 miliar. Sementara itu, kapasitas produksi alas kaki di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 1,2 miliar pasang, dengan nilai investasi Rp 4,34 triliun. Itu artinya, meningkat sebesar 40% selama tiga tahun terakhir. Fakta tersebut menunjukkan bahwa pasar alas kaki masih sangat menjanjikan. Selain kurangnya tenaga terampil dan bahan baku, kendala utama dari industri alas kaki di Tanah Air adalah kurangnya promosi dan branding merek-merek lokal di kancah global. Jangan heran, jika merek alas kaki lokal masih belum ada yang popular di tingkat dunia. Diterangkan Peter Kern, Konsultan Sepatu Internasional, agar dapat sukses di tingkat dunia, produsen alas kaki lokal harus mampu menawarkan spesialisasi atau keunikan dari produknya. “Selain itu, produsen lokal juga harus melakukan upaya komunikasi dan promosi. Antara lain, dengan mengikuti pameran-pameran di luar negeri,” ungkapnya. Contohnya, mengikuti pameran terbesar industri sepatu “Global Shoes” yang bakal digelar kembali pada 7-9 September 2011 di Jerman. “Mulai dari consumer insight, kesediaan segmen pasar, tren model, hingga mitra bisnis bisa diperoleh lewat keikutsertaan pameran internasional,” tambah Marcus Mullers, Senior Project Manager Global Shoes
1.1.2 Fenomena implikasi perjanjian perdagangan Bebas terhadap industri persepatuan Indonesia Berkembangnya kerjasama ekonomi regional sebagaimana dibuat ASEAN, yang akan menjadi Asean Free Trade Area seperti ditetapkan dalam Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN menuntut Indonesia harus siap mengatur kegiatan investasi dan hukum investasi yang diharmonisasikan dengan ketentuan ACFTA tersebut. Oleh Karena itu berlakunya atau ditetapkannya ACFTA, baik sebagian maupun secara penuh akan membawa pengaruh pada perkembangan investasi dan hukum investasi di masa mendatang. Penetapan ACFTA sebagai suatu sistem perdagangan bebas dikawasan asia tenggara akan menimbulkan hubungan interdependensi dan integrasi dalam bidang investasi serta akan membawa dampak pengelolaan investasi ekonomi di Indonesia, dimana lalu lintas perdagangan akan bebas tanpa hambatan tarif bea masuk maupun non tarif, atinya barang hasil produksi negara-negara asean akan sangat bebas masuk pada setiap negara anggota ASEAN.
3
Dampak ini akan lebih terasa setelah arus globalisasi ekonomi semakin dikembangkan oleh prinsip liberalisasi perdagangan lainnya, yang telah diupayakan secara bersama oleh negara-negara di dunia dalam bentuk kerjasam regional maupun internasional. Pada masa kini arus globalisasi ekonomi itu harus diikuti megingat kecenderungan globalisasi ekonomi tersebut berkembang melalui perundingan dan perjanjian internasional. Implikasi globalisasi ekonomi itu terhadap hukum juga tidak dapat dihindarkan sebab globalisasi hukum mengikuti globalisasi ekonomi tersebut, dalam arti substansi undangundang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-batas negara. Globalisasi itu dapat terjadi melalui perjanjian dan konvensi internasional, perjanjian privat, dan institusi ekonomi baru 2 Terkait lonjakan impor sepatu oleh China karena perdagangan bebas ini di pasar lokal, Djimanto menuturkan, Aprisindo memperkirakan akan terjadi peningkatan dua kali lipat pada 2011. Lonjakan impor semua jenis alas kaki akan terjadi pada tahun ini karena masih terkena dampak negatif perdagangan bebasn Asean-China (ACFTA). Ketua Umum Aprisindo Eddy Wijanarko pernah mengatakan, lonjakan impor terjadi karena penerapan ACFTA. Sebanyak 90% impor alas kaki yang masuk ke Indonesia berasal dari China. "Jenis sepatu impor yang banyak masuk Indonesia adalah sepatu plastik dan sepatu sekolah untuk segmen menengah ke bawah," kata dia. Eddy menyebutkan, minat masyarakat pada produk Cina terutama karena harganya yang relatif murah. Dia mencontohkan untuk sepatu sekolah dengan harga Rp75 ribuRp129 ribu per pasang harus bersaing dengan produk China yang harganya Rp35 ribuRp60 ribu per pasang. Sepatu plastik lokal dijual seharga Rp14 ribu-Rp30 ribu, sedangkan sepatu plastik asal China hanya Rp7.000 per pasang. Selain penjualan di pasar domestik, Djimanto juga menyatakan, ekspor alas kaki nasional juga diperkirakan meningkat 30% pada tahun ini. “Kinerja ekspor sepatu akan naik sekitar 30% melebihi US$ 2 miliar di 2011,” jelas Djimanto.3
1.1.3 Perkembangan produksi sepatu dalam negeri menghadapi perjanjian perdagangan bebas ACFTA
2
Sumber: http://ninyasmine.wordpress.com/2011/07/19/implikasiacfta/
3
Sumber: (http://duniaindustri.com/umum/415‐belanja‐sepatu‐di‐indonesia‐rp‐115000‐per‐kapita.html)
4
Dampak perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China masih terasa bagi industri alas kaki. Serbuan alas kaki impor sulit ditandingi oleh para produsen sepatu lokal. Di saat yang sama, kapasitas produksi terbatas lantaran penambahan pabrik baru minim. Untung, permintaan ekspor masih meningkat. Langkah industri alas kaki pada tahun depan, tampaknya, tidak akan jauh melampaui pencapaian tahun ini. Meski pasar ekspor bakal tumbuh signifikan, penjualan sepatu di dalam negeri justru terancam babak belur dihantam serbuan sepatu impor asal China. Eddy Widjanarko, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), memprediksi, tahun depan, bisnis industri alas kaki bakal lebih banyak ditopang oleh kinerja ekspor. "Sementara, penjualan sepatu di dalam negeri bakal stagnan," ujarnya. Eddy memperkirakan, tahun depan, ekspor sepatu bakal tumbuh 10% dibanding tahun ini. Artinya, nilai ekspor alas kaki ia prediksi akan meningkat dari US$ 2,1 miliar tahun ini menjadi US$ 2,4 miliar di 2011. Sebaliknya, penjualan alas kaki lokal di dalam negeri bakal melorot lantaran sulit menandingi serbuan sepatu asal China yang lebih murah. "Penurunan (di pasar domestik) bisa sampai 20%," imbuh Djimanto, Penasehat Aprisindo. Djimanto menghitung, sampai akhir 2010, nilai penjualan alas kaki di dalam negeri akan mencapai sekitar Rp 25 triliun. Sebanyak 60% di antaranya atau sekitar Rp 15 triliun disumbang sepatu lokal. "Sisanya sepatu impor yang sebagian besar dari China," tutur pemilik usaha sepatu merek Piero itu. Namun terkait dengan peluang ekspor tadi, Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) dan perusahaan sepatu asal Amerika yang tergabung dalam Footwear Distributors and Retailer of America (FDRA) sepakat menjalin kerja sama untuk meningkatkan perdagangan sepatu antar-kedua negara.Kesepakatan itu tertuang dalam nota kesepamahaman (MoU) yang diteken belum lama ini. Eddy Widjanarko, Ketua Aprisindo, menilai kerja sama ini bakal menguntungkan kedua belah pihak. Sebab, Indonesia dan AS bisa saling meningkatkan eskpor sepatunya. Eddy mengatakan bahwa AS selama ini menjadi pangsa pasar utama ekspor sepatu Indonesia. Pada tahun 2010, kontribusi ekspor sepatu Indonesia ke Negeri Uwak Sam itu mencapai 22,6 persen dari total ekspor sepatu nasional yang sebesar 2,5 miliar dollar AS. "AS menjadi negara tujuan ekspor terbesar sepatu Indonesia," ujar Eddy di Jakarta, Selasa (21/6/2011). Dengan kerja sama ini, Eddy berharap kontribusi eskpor sepatu ke AS bisa mencapai 30 persen dari total ekspor sepatu Indonesia. Sebaliknya, perusahaan sepatu AS
5
juga memandang Indonesia sebagai mitra yang penting, baik sebagai pasar tujuan ekspor maupun sebagai pemasok sepatu (sourcing). Matt Priest, Presiden FDRA, mengatakan, sebagai pasar tujuan ekspor, pasar sepatu Indonesia terus tumbuh dalam dua tahun terakhir. Hal ini terlihat dari kinerja ekspor sepatu AS ke Indonesia yang terus meningkat. Pada tahun 2009, misalnya, ekspor sepatu AS ke Indonesia senilai 446 juta dollar AS. Setahun berselang, nilai itu naik menjadi 593 juta dollar AS. Hingga Juni 2011, ekspor sepatu ke Indonesia sudah sebesar 194 juta dollar AS, atau naik 32,1 persen dibanding Januari-Juni 2010 yang sebesar 147 juta dollar AS. Indonesia juga menjadi mitra penting yang menopang pasokan sepatu AS. Banyak perusahaan AS yang melakukan subkontrak pembuatan sepatu dengan pabrik lokal Indonesia. Dengan adanya kerja sama ini, para produsen sepatu asal AS bakal gencar menjalin kerja sama dengan pemasok lokal. "Kami akan mencari lebih banyak lagi pemasok Indonesia," ungkap Priest. Michael McBreen, Presiden Grup Operasional Global Wolverine World Wide HK Ltd bilang, perusahaannya sejauh ini sudah memiliki tiga pabrik joint venture dengan produsen lokal yang berada di Jakarta dan Surabaya. Ketiga pabrik itu berfungsi memasok sepatu Wolverine untuk kemudian dipasarkan ke negara-negara lain. Meski begitu, menurut McBreen, China saat ini masih menjadi pemasok utama sepatu perusahaannya. Negeri Tirai Bambu itu menyumbang 70 persen dari total kebutuhan sepatu Wolverine. Namun, ia berharap kontribusi Indonesia bisa meningkat. Itu sebabnya, selain bekerja sama dengan pemasok lokal, Wolverine juga terus menjajaki pembangunan pabrik baru di Indonesia. "Kami berharap pasokan sepatu dari Indonesia bisa meningkat menjadi 10 persen," kata McBreen. Sayangnya, McBreen belum bisa menginformasikan di mana pabrik itu bakal dibangun. Selain meningkatkan pasokan sepatu dari Indonesia, Wolverine juga akan terus meningkatkan penjualan sepatunya di Indonesia. McBreen mengatakan, penjualan produknya di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai informasi, Wolverine menawarkan produk yang khusus ditargetkan untuk konsumen atas karena harga sepatunya masuk kategori produk premium4
4
RI‐AS
Sepakat
Dorong
Ekspor
Sepatu,
sumber:
Kompas.com
‐
22
Juni
2011
6
Namun penurunan sebesar 20% untuk pangsa lokal tahun depan akan tetap terjadi, artinya, penjualan sepatu merek lokal akan merosot dari Rp 15 triliun tahun ini menjadi Rp 12 triliun. Padahal, secara nasional, penjualan alas kaki di dalam negeri pada tahun 2011 diprediksi bakal tumbuh lebih dari 20%. Masih menurut Djimanto, yang menikmati pertumbuhan itu adalah sepatu impor, khususnya sepatu asal China berbahan plastik atau sepatu sekolah. Produk seperti ini lebih menyasar kelas menengah ke bawah. Eddy menambahkan, sepatu lokal sulit bersaing dengan sepatu asal China lantaran harganya lebih mahal. "Ini karena biaya ekonomi tinggi di Indonesia. Sedangkan sepatu China lebih murah karena kebijakan pemerintah China mendukung industri sepatu di sana," terang Djimanto. Kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) mau tidak mau membuat keran impor sepatu asal China semakin lebar. "Tapi, itu tidak menjadi masalah jika daya saing produsen sepatu lokal meningkat," katanya. Tak heran, dibandingkan mengurusi bisnis sepatu di dalam negeri, Aprisindo kini lebih memilih fokus pada peningkatan ekspor alas kaki. "Dengan nilai ekspor mencapai US$ 2 miliar lebih, pasokan sepatu dari Indonesia baru memenuhi 2% dari pangsa pasar sepatu di luar negeri," cetus Eddy. Padahal, permintaan ekspor sepatu buatan Indonesia sangat tinggi. Maklum, kualitas sepatu kelas menengah ke atas buatan produsen lokal sudah diakui dunia. "Ini terbukti, pesanan sepatu dari Nike dan Reebok terus naik," kata Eddy. Cuma, karena kapasitas produksi sepatu sudah mentok, produsen dalam negeri tidak bisa memenuhi semua permintaan ekspor. Kini, produksi sepatu nasional rata-rata sekitar 1,2 miliar pasang per tahun. Karena itu, kini, Aprisindo sedang berupaya keras menambah jumlah pabrik sepatu. Menurut Eddy, saat ini, jumlah pabrik sepatu di Indonesia tidak sampai 500. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan luas wilayah, jumlah penduduk Indonesia, serta tingginya permintaan sepatu, baik di dalam negeri maupun luar negeri. "Saat ini, pertumbuhan pabrik sepatu baru kurang dari 30 pabrik per tahun. Target kami, tiga tahun ke depan, pertumbuhan pabrik baru bisa mencapai 50 pabrik per tahun," ujarnya. Namun, tampaknya, target itu akan sulit tercapai selama pemerintah belum menyederhanakan proses birokrasi perizinan yang selama ini sering menjadi ganjalan. "Kalau dari sisi pengusaha, semua upaya sudah kami lakukan untuk mempromosikan bahwa bisnis sepatu di Indonesia menjanjikan," tandas Eddy. Selain masalah perizinan, tambah Djimanto, banyak investor yang masih ragu berinvestasi karena masalah tenaga kerja. Sebagian investor menilai, tenaga kerja di Indonesia cukup mahal.
7
Diperlukannya konsep besar industri lokal Ada banyak faktor yang membuat daya sepatu lokal melempem jika berhadapan dengan serbuan produk dari China. Salah satunya karena pemerintah Indonesia tidak memiliki konsep besar atau grand design yang jelas terhadap pengembangan industri sepatu lokal. "Yang sudah jalan dibiarkan berkembang begitu saja," tandas Eddy Widjanarko, Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo). Seharusnya, dalam meningkatkan produksi sepatu, pemerintah membangun kawasan ekonomi khusus industri sepatu. "Pemerintah membebaskan tanah. Produsen sepatu atau investor tinggal membangun pabrik," tukas Eddy. Yang terjadi justru sebaliknya. Panjang dan berbelitnya prosedur birokrasi izin pembangunan pabrik baru membuat penambahan pabrik sepatu sangat lambat. Di sisi lain, sepatu China semakin deras membanjiri pasar dalam negeri. Dari sisi infrastruktur, belum ada perbaikan yang bisa mendukung kelancaran pasokan. "Untuk membawa sepatu dari pabrik ke pelabuhan butuh waktu tiga jam," keluh Eddy. 1.1.4 Fenomena kepopuleran kain tenun setelah batik Batik adalah kain khas asal Indonesia yang sudah lebih dulu populer hingga ke mancanegara. Namun Indonesia tidak hanya memliliki batik sebagai kain tradisional. Keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia membuat banyak yang bisa dieksplorasi dan dipromosikan sebagai ciri citarasa nasional. Selain batik yang telah lebih dulu populer, tenun merupakan salah satu bukti kekayaan kain tradisional Indonesia yang juga tidak kalah menariknya. Warisan budaya yang bisa ditemui di hampir seluruh wilayah nusantara seperti Sumatra, Kalimantan, Bali, Sulawesi, Lombok, Sumbawa dan lain sebagainya itu mempunyai makna, nilai sejarah serta teknik pembuatan tinggi dari segi pewarnaan, motif dan jenis bahan yang digunakan. Tenun yang tersebar di penjuru tanah air memiliki ciri khas yang masing-masing tentunya melambangkan jati diri bangsa. Mengingat begitu penting dan berharganya tenun bagi kekayaan budaya bangsa, sudah sepantasnyalah keasrian dan keberadaannya terus dijaga. Terkait dengan tren meningkatkanya permintaan akan kain tenun, selama periode 2010 hingga 2011 melalui perhelatan mode akbar Indonesia, Jakarta Fashion Week and Jakarta Fashion and Food Festival yang berlangsung di Jakarta. Semakin banyak desainer yang mengangkat kain tenun menjadi sebuah “barang modern”. Dan karena semakin meningkatnya antusiasme kepopuleran kain tenun ini untuk dijadikan sebagai material yang pantas untuk dipromosikan, sekumpulan wanita pecinta, dan pakar akan kain tenun pun mendirikan sebuah organisasi akan kain tenun yang dinamai Cita Tenun Indonesia.
8
Organisasi ini didirikan ntuk merancang perubahan dan pembinaan untuk meningkatkan harkat hidup dan kesejahteraan masyarakat perajin tenun Indonesia. Dengan visinya, Mewujudkan kekayaan tenun Indonesia menjadi beranda depan kreativitas bangsa Indonesia yang sejahtera dan diakui di dunia Internasional. dan misinya, Melaksanakan pelestarian, pembinaan, pengembangan, pemasaran tenun Indonesia melalui kerjasama pihak pakar, perajin, industri dan masyarakat untuk mewujudkan Indonesia sebagai Sentra Tenun Dunia. Oscar Lawalata dalam perhelatan mode akbar Indonesia, Jakarta Fashion Week 2010/2011 lalu mengangkat tenun NTT, garut dan jawa tengah sebagai material utama untuk koleksinya. Koleksi ini dipersiapkan untuk tren busana tahun 2011.
Gambar 1.1 Koleksi Weaving the Future yang mengangkat tenun NTT oleh Oscar Lawalata dan Laura Miles saat Jakarta Fashion Week 2010/2011. Koleksi ini disiapkan untuk tren busana tahun 2011.(Sumber:
Dok
Pribadi)
Gambar 1.2 Cita Tenun Indonesia (kiri): karya Sebastian Gunawan untuk label Bubble Girl (kanan) karya Era Soekamto
9
Gambar 1.3 Cita Tenun Indonesia (kiri): karya Chossy Latu dengan gaya ala 30an, (kanan) karya Denny Wirawan
Gambar 1.4 Cita Tenun Indonesia: (kiri) karya Priyo Oktaviano (kanan) karya Luwi Saluadji
Gambar 1.5 Cita Tenun Indonesia (kiri): karya Oscar Lawalata (kanan) Oka Diputra
Masih di acara yang sama, Jakarta Fashion Week 2010/2011, Cita Tenun Indonesia berkolaborasi dengan beberapa desainer pun memamerkan koleksi hasil tenun pengrajin yang mereka bina.
10
Sementara pada acara Jakarta Fashion and Food Festival yang digelar pada May 2011 lalu, tren akan tenun ikat semakin bertambah banyak menjadi material yang diangkat untuk menjadi sebuah koleksi.
Gambar 1.6 Kumpulan busana dari tenun pada acar Jakarta Fashion & Food Festival 2011: (kiri atas) Adrian Gan (kiri bawah) Carmanita (kanan atas) Ari Seputra (kanan bawah) Defrico Audy
Pada Jakarta Fashion Week 2011 pun, banyak pengolahan kain tenun sebagai material koleksi. Oscar Lawalata lagi lagi mengangkat kain tenun sebagai material koleksinya. Diikuti juga oleh Sofie dalam show APPMI dan Obin dalam Bin House Catwalk moment show.
11
Gambar 1.7 Kumpulan busana dari tenun pada acar Jakarta Fashion Week 2011: Oscar Lawalata (kiri), Sofie (kanan atas) dan Obin untuk Bin House (kanan bawah)
Oleh karena tenun yang semakin populer, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu berjanji segera mendaftarkan tenun songket Palembang sebagai warisan budaya layaknya batik ke badan PBB UNESCO. “Ini sebenarnya tugas kita bersama karena seandainya setelah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia seperti batik, maka tugas kita tidak berhenti sampai di situ saja,” kata Mari. Dia mengatakan, tenun songket harus dilestarikan dalam berbagai cara sekaligus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari alias “living culture”dan “living tradition”. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel melalui Dinas Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) mendukung penuh keinginan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia dalam upaya mendaftarkan tenun songket ke Organisasi Pendidikan,
Ilmu
Pengetahuan,
dan
Kebudayaan
Perserikatan
Bangsa-Bangsa
(UNESCO). “Songket merupakan kain yang memiliki nilai sejarah tinggi dan sebagai warisan budaya turun temurun. Langkah itu sudah sangat tepat dalam upaya melindungi produk lokal Sumsel,” kata Kepala Disperindag Sumsel Eppy Mirza. Menurut Eppy, untuk mendaftarkan songket tersebut diupayakan dapat melengkapi semua persyaratan yang harus ditetapkan pihak UNESCO.Sama seperti tahun lalu, dimana
12
Disperindag Sumsel berupaya mematenkan puluhan jenis songket ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Departemen Hukum dan HAM RI.5
1.1.5 Permintaan akan kain tenun saat ini Permintaan akan tenun ikat juga semakin tinggi di daerah - daerah penghasil tenun di Indonesia. Apalagi ketika menjelang lebaran tahun 1431 Hijriyah ini. Pengrajin sarung tenun ikat khas Kota Kediri kebanjiran permintaan. Permintaan yang datang dari berbagai kota di Indonesia ini meningkat hingga 40 persen. Dimana untuk memenuhi pesanan, perajin harus menambah tenaga kerja. Datangnya bulan ramadhan dan lebaran tahun ini menjadi berkah sebagain perajin sarung tradisional tenun ikat khas Kota Kediri. Pasalnya sejak dua bulan menjelang datangnya lebaran,
Gambar 1.8 Tenun khas Kediri Sumber: Tenunku.com
para perajin kebanjiran permintaan. Salah satunya perajin di pusat kerajinan tenun ikat seperti Siti Ruqayah, perajin asal Kelurahan Bandar Kidul, Kota Kediri. Menurut Siti, sejak bulan Juli lalu permintaan sarung tradisional tenun ikat meningkat dibanding bulan-
bulan sebelumnya. Jika sebelumnya setiap bulan permintaan sarung hanya 450 potong, namun saat ini permintaan naik mencapai 625 potong lebih. Karena banyaknya permintaan, perajin harus menambah jumlah karyawanya, yang semula hanya 10 orang menjadi 15 orang. Selain permintaan kain untuk bahan sarung, perajin juga memproduksi kain untuk bahan pakaian. Untuk satu potong kain sarung, dijual seharga 125 ribu rupiah, sedang kain katun untuk pakaian dijual seharga 42 ribu rupiah per meternya. Sementara kain semi sutra dujial 72 ribu rupiah per meter dan kain sutra seharga 100 ribu per meter. Proses pembuatan kain tenun diawali dengan pemintalan bahan baku bola, kemudian dilanjutkan dengan proses membuat motif dan pengikatan sesuai motif. Selanjutnya proses pewarnaan dan pengeringan. Setelah bola kering, siap dilakukan proses tenun. Selain Kota Kediri, kain tenun ikat yang ditekuni perajin turun temurun sejak jaman jpenjajahan Jepang ini banyak digemari pembeli dari kota Malang, Nganjuk, Sura
5
(http://www.seputar‐indonesia.com/edisicetak/content/view/443504/)
13
baya, Blitar, Ponorogo, Bandung, Jakarta, Palembang bahkan dari Singapura dan Malaysia. Di digelarnya
lombok, pawai
dengan kebudayaan
rimpu (Pakaian Adat Dompu) saat pelaksanaan Festival Lakey, mem-
Gambar 1.9 Tenun khas Rimpu yang dijadikan sebagai pengganti jilbab oleh masyarakat Bima Sumber: chuppy.blog.com
bawa berkah tersendiri bagi para pengerajin tentun kain tenun rimpu. Permintaan kain rimpu terus men-
galami peningkatan, karena masyarakat mulai tertarik untuk kembali menggunakan rimpu. Belakangan ini, rimpu memang sudah mulai ditinggalkan masyarakat Dompu, khususnya para gadis. Rimpu ada dua jenis, yakni rimpu mpida (hanya kelihatan mata) bagi para gadis dan rimpu colo (kelihatan seluruh muka) bagi perempuan yang sudah menikah. “ Permintaan terus meningkat saat akan digelarnya pawai rimpu, sehingga kami kewalahan. Sekitar 30-50 potong per hari. Kain rimpu yang banyak dipesan, yakni kain sarung nggoli dengan ukuran 4 meter kali 70 centimeter dengan harga Rp 120 ribu per potong. Proses penenunan memakan waktu sekitar 3 hari,” ungkap pengelola Sentra Tenun Gedogan Traditional Flamboyan, Desa Ranggo Kecamatan Pajo, Dompu, Hj. Hajrah, kepada wartawan, Sabtu (16/7). Hajrah menuturkan, setra tenun ini merupakan binaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Dompu yang beranggotakan 30 orang penenun. Para penenun bekerja di rumahnya masing-masing dan di sentra hanya terdapat 3 orang penenun. Apabila hasil tentun dari para penenun sudah jadi, maka kainnya dibawa ke sentra untuk dipasarkan. Kain hasil tentun juga di pasarkan melalui Showrom Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Dompu. Motif kain tenun rimpu lanjut Hajrah sangat beragam, seperti Bintang, Cori Waji (Kue Traditional Dompu), Samado (Daun di Sawah), Domokakando (Daun Rebung Bambu), Rumah Panggung Adat Dompu, Bunga Pa’a Dompu dan lainnya. Jenis kain juga bermacam-macam, seperti Songket Nggoli yang dikerjakan selama 1 minggu dengan
14
harga Rp 160 ribu per potong. Kain yang paling mahal, yaknni Sutra yang dikerjakan 1 bulan lebih dengan harga Rp 400 ribu – Rp 800 ribu per potong, tergantung motivnya.6
1.1.6 Keistimewaan Tenun Nusa Tenggara Timur Keahlian menenun masyarakat NTT diperkirakan telah berlangsung pada tahun 700SM, sejak migrasi dari Gambar 1.10 Motif Tenun Ikat Daerah Sumba yang mengandung motif Biawak
Dongson, Vietnam. Yang
ditenun menggunakan alat
gedongan (alat tenun yang terbuat dari bambu dan kayu) termasuk pewarnaan yang diolah dari pewarna alam. Seperti lumpur, bunga, buah. DIantaranya adalah phon Tarum (indigo tinctoria) untuk pewarna biru. Warna merah dari kulit pohon mengkudu (morinda Citrofolia) dan kunyit untuk warna kuning. Kemahiran menenun masyarakat Nusa Tenggara Timur merupakan spirit keluhuran terhadap alam sekitar. Saling silang yang dipengaruhi oleh pertukaran budaya yang dibawa oleh pedagang Sriwijaya, Sulawesi, bangsa China, India, Portugis hingga Belanda. Menurut desainer fashion Stephanus Hamy, Selembar tenun NTT bisa bercerita banyak hal. Tenunan NTT itu menampilkan sesuatu yang natural, diantaranya tidak menggunakan komponen emas di dalam tenunan itu sendiri. Inilah yang disukai masyarakat modern saat ini. Sebab, di mana-mana orang ingin memerangi pengaruh global warming. Selain itu, ada yang unik, dari delapan daerah yang pernah saya sambangi memiliki motif berbeda. Hal ini, disebabkan karena tak ada satupun teknik yang sama. Mereka juga tidak pernah mencatatkan atau mewariskan teknik menenun kepada turunannya. Setiap orang, bisa memiliki teknik berbeda. Karena itu, tak ada kain tenun NTT yang sama persis satu sama lain. Menariknya lagi, setiap karya tenun memiliki ciri khas yang sangat personal. Meski dibuat oleh orang yang sama, hasilnya berbeda bila mood-nya berbeda saat menenun. Jadi bisa dibilang, tak ada tenun NTT yang sama persis satu sama lain. Ini yang membuat saya tak henti-hentinya terpukau tenun NTT. Hal ini terjadi karena hampir sebagian besar motif pada kain tenun NTT menyimpan filosofi yang diambil dari keper
6
Sumber: (Dompu
Global
FM
‐
Lombok)
15
cayaan masyarakatnya. Contohnya, motif biawak/ tokek yang kerap menghiasi tenun ikat asal NTT. Biawak dipercaya sebagai hewan yang sakral, dan ketika ‘dituangkan’ dalam kain sebagai motif, hal ini membuat kain terasa sakral dan terasa eksotik. Kain tenun Nusa Tenggara Timur ini diproduksi oleh hampir semua desa yang ada di sana dengan menggunakan bahan-bahan alami. Proses pewarnaan misalnya,untuk mendapatkan warna hijau, bahannya diambil dari daun suji atau dedaunan hijau lainnya,untuk warna merah diambil dari semacam buah mengkudu. Tidak ketinggalan,benangnya dipilih benang kapas sehingga ciri khas kain ini terletak pada ketebalannya. Oleh karena ketebalan kainnya itulah yang memungkinkan tenun Nusa Tenggara Timur dijadikan sebagai material sepatu. Namun di ranah tradisi dan adat istiadat, tidak sembarang motif dan warna dapat digunakan, semuanya memiliki makna dan strata sosial. Khususnya untuk masyarakat Sumba, kain merupakan media ekspresi untuk memuja leluhur sebagai perwujudan terhadap kekuatan alam, bahkan diyakini pada motif dan hewan tertentu dapat mengusir bala. Maka dapat dipastikan bahwa setiap motif kain memiliki makna simbol yang dipelajari atas dasar kearifan alam, sehingga ragam corak senantiasa menelusuri bentuk-bentuk flora dan fauna yang memiliki nilai sakral. 7
1.1.7 Profil Kemiskinan Masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur Kupang (ANTARA News) - Nusa Tenggara Timur termasuk 10 dari 33 provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik 2010. Kepala Bidang Statistik Sosial Badan Pusat Statik (BPS) Nusa Tenggara Timur (NTT) Sumarwanto, di Kupang, Kamis, mengatakan, dari 10 provinsi itu, NTT berada di urutan ke-5 berdasarkan tingkat perolehan persentase kemiskinan tertinggi. Ia menyebut ke-10 provinsi yang dimaksud berdasarkan hasil survei tersebut berturutturut adalah Provinsi Papua Barat 36,80 persen, Papua 34,88 persen, Maluku 27,74 persen, Sulawesi Barat 23,19 persen, NTT 23,03 persen. Kemudian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) 21,55 persen, Aceh 20,98 persen, Bangka Belitung 18,94 persen, Gorontalo
7
Sumber:
1.http://www.floresnews.com/fn1/index.php?option=com_content&view=article&id=2682:stephanus‐ hamy‐tenun‐ntt‐memancarkan‐sesuatu‐yang‐natural&catid=140:wawancara&Itemid=421
2.(http://www.visualartsmagazine.info/index.php/en/national/189‐kain‐tenun‐ntt‐spirit‐keluhuran‐dari‐ masa‐neolitikum‐)
16
18,70 persen, dan Sumatera Selatan 18,30 persen. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan provinsi-provinsi ini masih menghadapi persoalan kemiskinan yang tinggi. Bahkan, kata dia, angka kemiskinan yang tertinggi itu justru terjadi di wilayah dengan kekayaan sumber alam melimpah, seperti Papua dan Papua Barat, dimana prosentase angka kemiskinannya mencapai 34-36 persen atau jauh lebih besar dibandingkan rata-rata
Gambar 1.11 Data persentase Penduduk miskin tiap provinsi di Indonesia tahun 2007 2010)
nasional sebesar 13,33 persen. Selain Papua, provinsi lain yang memiliki prosentase penduduk miskin tinggi adalah Maluku, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Aceh, Bangka Belitung. Menurut Sumarwanto, penduduk miskin Provinsi NTT pada Maret 2010 mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Maret 2009 dari sebesar 1013,2 ribu
17
menjadi 1014,1 ribu pada Maret 2009. Ia mengatakan pada periode 2006-2010 jumlah penduduk miskin cenderung menurun dari 1273,9 ribu (29,34 persen) pada tahun 2006, menjadi 1163,6 ribu (27,51 persen) tahun 2007, 1098,3 ribu (25,65 persen) tahun 2008, 1013,2 ribu (23,31 persen) tahun 2009 dan menjadi 1014,1 ribu (23,03 persen) pada tahun 2010. Dia mengatakan peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin Provinsi NTT selama Februari 2009-Maret 2010 terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok selama periode tersebut naik tinggi, yang digambarkan oleh inflasi umum sebesar 8,70 persen. Akibatnya kata Sarjana Demografi jebolan Jerman ini, penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin. Ia menyebut jumlah penduduk miskin di NTT pada bulan Maret 2010 sebesar 1,014 juta orang (23,03 persen) dan jika ibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 1,103 juta orang (23,31 persen), berarti jumlah penduduk miskin pada tahun 2010 naik sebesar 0,95 ribu. "Meskipun demikian persentase penduduk miskin pada Maret 2010 masih lebih rendah dibandingkan keadaan Maret 2009," katanya. Pada periode Maret 2009-Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya perubahan. Indeks Kedalaman Kemiskinan pada keadaan Maret 2009 4,14 menjadi 4,74 pada keadaaan Maret 2010. Demikian pula Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 1,14 menjadi 1,43 pada periode yang sama Menurut dia, besar-kecilnya atau tinggi-rendahnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah garis kemiskinan. Untuk wilayah NTT, selama Maret 2009-Maret 2010, garis kemiskinan naik sebesar 12,24 persen, yaitu dari Rp 156,191,- per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp 175,308,- per kapita per bulan pada Maret 2010. Persentase kenaikan garis kemiskinan lebih tinggi terjadi di daerah pedesaan dibanding daerah perkotaan, yaitu masing-masing 12,82 persen dan 10,52 persen pada periode yang sama. "Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM)," katanya.
18
Ia mengatakan metode yang digunakan adalah menghitung GK, yang terdiri dari dua komponen yaitu GKM dan GKBM.8
KUPANG, Timex-Masalah kemiskinan yang terjadi di NTT karena masyarakat tidak pandai melihat talenta yang diberikan Tuhan. Juga, kemiskinan ini disebabkan karena masyarakat masih miskin dalam ide dan gagasan untuk melakukan sesuatu menjadi bermanfat. Demikian dikatakan Viktor Bungtillu Laiskodat saat memberikan materi dalam diskusi terbuka dan sharing pengetahuan dan motivasi untuk membangun NTT tercinta, Sabtu (14/8) di aula Restaurant Nelayan. Hadir dalam diskusi terbuka tersebut Haerani Ismandar, mantan gubernur NTT, Ben Mboi, para kepala SKPD se-Kota Kupang, mahasiswa, pemerhati NTT, pelajar serta dosen. Masih dalam materinya tentang meraih sukses di balik seribu satu problem di NTT, Viktor Laiskodat mengatakan adanya kemiskinan karena orang kolot dan malas untuk berusaha.
"Masalah kemiskinan di NTT karena orang tidak pandai melihat talenta yang telah diberikan Tuhan dan untuk orang NTT miskin dalam ide dan gagasan. Hilang serta matinya gagasan di NTT membuat warga NTT tetap berada pada posisi kemiskinan,"kata Laiskodat sembari menjelaskan harusnya masa depan orang NTT berada pada laut karena musim hujan hanya berlangsung selama tiga bulan saja sehingga untuk mengandalkan lahan pertanian sangat susah. Orang NTT harus bisa memanfaatkan laut sebagai mata pencarian terutama mengenai garam karena dengan adanya curah hujan yang rendah membuat kadar garam menjadi tinggi, tapi sayangnya warga belum melirik usaha tersebut." Dalam kesempatan itu, Laiskodat juga mengatakan untuk menjadi pemimpin, harusnya seperti magnit sehingga bisa menjadi perekat antar masyarakat. Haerani Ismandar juga dalam materinya tentang profil kemiskinan di Indonesia dan NTT mengatakan, masalah kemiskinan di NTT sebagian besarnya adalah para petani yang tinggal di pedesaan. "Sesuai data statistik, penduduk miskin di NTT pada tahun 2009 hingga tahun 2010 ini adalah sebesar 23 persen,"kata Ismandar. Dijelaskannya, masalah kemiskinan di NTT adalah masalah multi dimensional sehingga untuk mengatasinya jangan hanya mengandalkan pendekatan ekonomi saja tapi juga mengandalkan kebijakan di bidang sosial, politik, hukum dan kelembagaan.
8
Sumber: http://www.batukar.info/news/bps‐tingkat‐kemiskinan‐ntt‐tertinggi
19
Saat memberikan materinya, dosen di salah satu universitas Oklohama USA itu mengatakan untuk menanggulangi masalah kemiskinan harusnya dilakukan secara menyeluruh serta terpadu lintas sektor dan berkesinambungan. Sementara mantan Gubernur NTT, Ben Mboi dalam materinya mengatakan masalah kemiskinan di NTT tidak bisa dilihat dari data statistik saja, tapi lebih dari itu harus terjun dan melihat secara langsung kenyataan di tengah masyarakat. "Kalau mencintai NTT berarti harus berbuat sesuatu untuk NTT dengan terjun langsung ke tengah masyarakat dan melihat kondisi sebenarnya masyarakat,"kata Ben Mboi. Dikatakan lebih lanjut, pemerintah sekarang melihat masalah kemiskinan secara abstraktif padahal seharusnya kemiskinan di NTT harus dilihat secara objektif. Ketua Panitia kegiatan, Helena Beatrix Parera, kepada koran ini mengenai diskusi terbuka dan sharing pengetahuan serta motifasi untuk membangun NTT tercinta mengatakan, komunitas Bolelebo merupakan suatu perkumpulan yang melibatkan semua generasi yang tersebar di seluruh dunia. "Kegiatan ini sekaligus merupakan kegiatan reuni kedua dan reuni pertama dilakukan pada tahun 2008 lalu dan kegiatan yang dilaksanakan juga merupakan salah satu sumbangsih dari para anggota Bolelebo untuk daerah tercinta ini,"kata Parera. Sumbangan yang diberikan, kata Parera, adalah melihat kondisi sebenarnya di NTT sehingga mereka berusaha melibatkan semua unsur masyarakat dan pemerintah serta para anggota Bolelebo untuk melakukan pembahasan terhadap masalah yang sementara terjadi.9
1.1.8 Program 100 % Aku Cinta Produk Indonesia dan Industri Kreatif Presiden
mengatakan
melalui
Kampanye Aku Cinta Indonesia dan peluncuran Logo 100 Cinta Gambar 1.12 Logo 100 % Cinta Indonesia sebagai dukungan terhadap produk Indonesia
Indonesia,
pemerintah
meng-
inginkan hadirnya produk-produk Indonesia yang memiliki mutu
baik dan harga bersaing serta diterima baik oleh masyarakat Indonesia. Pada kesempatan itu Kepala Negara juga menekankan arti pentingnya mendorong sektor riil untuk mengatasi krisis ekonomi global. Disebutkan pula
9
Sumber: (http://www.timorexpress.com/index.php?act=news&nid=40740)
20
mengenai kontribusi industri kreatif dan kerajinan terhadap pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,3 persen dan 1,8 persen. Jumlah industri kreatif di Indonesia yang mencapai 2,2 juta juga disebutkan mampu menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta orang. Sementara itu jumlah industri kerajinan yang berjumlah 700 ribu menyerap 1,8 juta tenaga kerja. Lebih lanjut Presiden juga menggarisbawahi keperluan untuk tetap menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam negeri guna menjamin keberlangsungan pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal pertama 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,6-4,8 persen atau nomor tiga setelah China dan India. Suatu capaian yang baik di tengah-tengah pertumbuhan ekonomi dunia yang minus. Sementara itu Menteri Perdagangan Mari Pangestu mengatakan kampanye Gerakan “Aku Cinta Indonesia” bertujuan untuk menggugah rasa bangga terhadap produk Indonesia. “Kegiatan kampanye itu harus melibatkan seluruh komponen Bangsa, baik sektor pemerintah, swasta dan kaum intelektual sebagai kreator produk kreatif Indonesia dan masyarakat umum selaku konsumen, serta sektor media untuk mempromosikan gerakan ini,” katanya. Untuk itu, lanjut dia, perlu dilakukan suatu rangkaian kegiatan jangka panjang yang terpadu dan berkelanjutan, mencakup empat tahapan kegiatan yaitu membangun kesadaran (awareness), membangun minat (interest), menumbuhkan rasa setia (desire), dan tahapan bertindak mengajak pihak lain (action). Sedangkan “Logo 100% Cinta Indonesia” memiliki makna yang mudah dimengerti oleh berbagai bangsa dan merupakan petunjuk yang mengingatkan dan menyadarkan bahwa Indonesia pantas maju sebagai bangsa kreatif. Warna-warni yang ada pada logo merefleksikan keragaman dan kekayaan sumber daya, budaya dan kreatifitas Bangsa Indonesia. Huruf yang tidak penuh seolah terpotong menunjukkan bahwa kreatifitas bangsa Indonesia tidak terbatas. Perwujudan nyata dari program 'Aku 100 Persen Cinta Indonesia' yang telah dicanangkan pada Desember 2009 pada Hari Ibu kemarin ini, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu resmi mencanangkan hari Jumat sebagai Hari Sepatu Nasional pada hari
21
ini, di Kementerian Perdagangan, Rabu (9/3/2011). Sebelumnya, Mari telah menyampaikan kebijakan ini saat pemaparan kondisi ekspor dan impor non-migas pada Rabu (2/3/2011). Pemakaian sepatu produksi dalam negeri ini menjadi bagian dari kampanye Aku Cinta Indonesia yang dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan citra positif produk-produk Indonesia di mata masyarakat. Senada dengan yang dikatakan Mari, Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar menyatakan, pemikirannya sederhana saja bahwa masyarakat dan penduduk Indonesia sudah masuk ke tingkat pendapatan per kapita 3.000 dollar AS. "Masyarakat yang sudah berpendapatan segitu sudah tidak lagi pengeluarannya ke makanan, ke produk-produk lain. Maka kita melihat produk dengan kualitas tinggi sudah saatnya kita produksi," papar Mahendra. Menurutnya, ironis jika melihat pengeluaran yang besar untuk produk luar negeri tapi jika produk dalam negeri tidak mau. Jadi tidak konsisten. "Kita harus bangga dengan produk produksi Indonesia," katanya. "Belajar dari pengalaman batik dan busana nasional, Jumat dikumandangkan sebagai Hari Sepatu Nasional. Selain meningkatkan ekspor, cinta produk Indonesia juga penting, jadi kedua ini harus menang," kata Mahendra. Dalam rangkaian acara pencanangan juga dilakukan penandatanganan MOU Indonesia Pintar dan Indonesia Kreatif dengan Ketua SIGIB Okke Hatta Rajasa. Juga MOU Apresindo (Asosiasi Persepatuan Indonesia) dengan Koperdag (Koperasi Kementerian Perdagangan), yang meliputi 22 merek sepatu.
1.1.9 Gaya edgy oleh perempuan urban
Perkotaan tidak dapat dipisahkan dengan isu dimana perempuan mulai memiliki peran penting, tidak lagi berada dirumah dan semakin banyaknya perempuan yang berpendidikan menggeser makna cantik dari sebuah persepsi tunggal. Peran perempuan pada masyarakat perkotaan juga menjadi dominasi dimana perempuan bergeser kesopansantunannya (urakan) dalam artian lebih meniru sifat urakan dari laki-laki, tetapi sadar akan kodratnya sebagai perempuan. Hasilnya penampilan urakan tersebut disesuaikan dengan bagaimana pria bergaya namun dengan kaidah bagaimana perempuan berdandan. Fenomena ini tidak lagi menjadi sebuah hal yang tabu bagi masyarakat perkotaan, sebab
22
hal ini merupakan cikal bakal seni mendandani diri yang secara tidak langsung memiliki andil didalam industri fesyen tanah air.
Gambar 1.13 Gaya edgy perempuan urban (source: Lookbook.nu)
Street style (gaya seseorang dijalan) bagi masyarakat perkotaan merupakan sebuah inspirasi untuk bergaya. Street style adalah cikal bakal dari gaya express your style, ketika barang branded dapat dipadu padankan dengan barang murah tetapi modis. Barang - barang fesyen classic mungkin tidak akan pernah luntur dari penampilan seseorang. Namun, barang fesyen terbaru dengan bentuk, material dan komponen yang baru pun tidak kalah menggoda bagi mereka. Sebab, barang terbaru tentu akan menciptakan sebuah penampilan baru, dan tentunya akan menampilkan daya tarik. Sesuatu yang diinginkan oleh mereka para perempuan urban.
23
Gambar 1.14 Peta Konstelasi image calm dan edgy dalam sepatu
1.2 Rumusan Masalah Hal yang menjadi permasalahan utama dari industri sepatu lokal yang kalah bersaing oleh merek cina ini adalah: 1. Daya tarik dari desain sepatu itu sendiri yang diakibatkan oleh keterbatasan tenaga ahli. Sehingga sepatu diproduksi dengan desain yang stagnan dan tidak berkembang. Sementara tren terus menerus berkembang dengan cepat. Hal ini diperparah dengan ketidakmampuan produsen untuk mengkomunikasikan keunikan dari produk sepatunya, sehingga bila tidak mampu bersaing dengan harga, mereka akan merugi. 2 Adanya potensi pengembangan dan eksplorasi desain sepatu yang belum dikembangkan. Seperti pemanfaatan material lain, mengubah bentuk sepatu dari bentuk alam, atau memasukkan unsur budaya Indonesia sebagai filosofi dan konsep dari desain sepatu itu sendiri. 3. Desain sepatu hanya yang mengikuti bentuk yang sudah ada, tidak adanya eksplorasi bentuk sepatu baru yang lebih modern sehingga akan disebut kuno bila disandingkan dengan bentuk sepatu modern. 4. Targeting dan positioning produk sepatu yang masih belum spesifik, padahal aktivitas masyarakat suatu daerah terutama perkotaan terus berkembang dan akan membentuk berbagai macam konsumen dengan karakter dan selera yang bermacam- macam pula. Hal ini akan menyebabkan cepatnya perkembangan selera masyarakat akibat derasnya arus teknologi
24
Sedangkan permasalahan utama yang dari para pengrajin tenun di NTT adalah: 1. Proses produksi kain yang dilakukan bila ada permintaan, hal ini membuat kain tenun hanya akan berlaku sebagai barang handmade, belum bisa diproduksi massal. Motif ekonomi ini terjadi karena ketiadaan pengeksplorasian kain tenun sendiri oleh para penggagas kreatif menjadi sebuah produk yang bisa menjadi sebuah nilai jual. 2. Ketebalan kain tenun yang ditenun dari benang kapas yang menyebabkan tenun ikat menjadi tebal. Hal ini menjadi bumerang sendiri bagi pengrajin tenun karena bila kain tenun tebal ini diaplikasikan menjadi sebuah pakaian ataupun produk lain, akan membuat produk aplikasi dari tenun ini menjadi berat.
1.3. Batasan Masalah 1.3.1 Ruang Lingkup Desain Output Utama Desain serial yang terdiri dari 5 pasang sepatu wanita: Strap Heels, Flast Shoes, Pump shoes dan boot dewasa yang diciptakan melalui 2 shoe last (cetakan sepatu) yang berbeda. Pemilihan desain berdasarkan jenis sepatu yang menurut konsumen nyaman untuk digunakan.
Jenis Spesifikasi produk Desain sepatu wanita dengan pengaplikasian tenun NTT sebagai material utama dari sepatu. Mengedepankan konsep modern dan edgy untuk wanita urban bergaya hidup modern.
Platform produk Pengembangan fungsi dari Tenun Nusa Tenggara Timur dan mengangkat nilai ekonomis dari tenun asal Nusa Tenggara Timur. Menjadikannya sebuah serial produk sepatu dengan gaya hidup modern.
Target Wanita berusia 18 - 27 tahun dengan demografi di kota besar seperti Jakarta. Wanita asal Jakarta dipilih sebagai tempat untuk target pasar karena Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia yang mayoritas masyarakatnya terkumpul dari beberapa etnis dan pusat tren di Indonesia. Sehingga upaya promosi menjadi semakin besar kesempatannya.
25
Jenis Kerjasama Penelitian ini melibatkan pengrajin tenun asal NTT sebagai pemasok material tenun NTT itu sendiri, dan sebuah pengrajin sepatu asal Surabaya untuk proses produksi sepatu.
1.4 Tujuan perancangan Pengeksplorasian kain tenun sebagai khasanah budaya Indonesia dan mengembangkan fungsinya. Pengembangan fungsi yang dimaksud adalah pengaplikasian kain tenun itu sendiri sebagai material sepatu. Mengingat industri persepatuan tanah air memerlukan berbagai jenis diversifikasi produk untuk industrinya untuk bisa bertahan dalam pangsa pasar lokal akibat perjanjian perdagangan bebas. Termasuk pula sebagai bentuk dari penanaman nilai budaya bangsa kepada masyarakat luas dan menjadikan kain tenun sebagai living culture atau gaya hidup sehari - hari. Dimana nantinya akan membuat bangsa ini lebih berkarakter. Selain itu, tujuan perancangan ini juga mengangkat ekonomi pengrajin tenun berbasis budaya khususnya daerah Nusa Tenggara Timur. Yang nantinya juga akan membuat daerah NTT, menjadi tempat yang memiliki daya tarik akan produk tenunnya. Sehingga memungkinkan untuk menjadi objek pariwisata yang tentunya menghasilkan uang. Perancangan ini juga mengangkat industri alas kaki daerah yang bergantung dengan ekspor dan enggan bersaing di pangsa lokal karena genjarnya pasokan produk impor yang lebih murah. Karena terbatasnya tenaga ahli yang dimiliki, maka setidaknya dengan perancangan ini, pengrajin dapat melakukan pengembangan dan diversifikasi terhadap desain alas kakinya. Sehingga produknya tidak hanya mengedepankan kuantitas semata, tetapi juga memiliki kualitas dan memiliki keunikan untuk mampu bersaing dengan produk impor yang merajalela.
Hal ini juga akan mendukung program pemerintah dalam
mewujudkan program 100 % Aku Cinta Indonesia untuk penggunaan produk lokal yang berkualitas. Konsep yang diterapkan oleh perancangan desain sepatu tenun ini adalah: Modern: yaitu mendesain sepatu dengan melakukan rekonstruksi ulang bentuk sepatu dengan bentuk yang lebih modern. Hal ini dilakukan untuk menselesaikan permasalahan desain dari para pengrajin sepatu yang berkutat dengan desain yang itu - itu saja. Hal ini juga mengaitkan issue budaya tradisional yang harus dilestarikan dengan cara memod-
26
ernkannya tanpa harus “mengobrak-abrik” filosofi budayanya. Karena bila tidak dimodernkan, budaya ini akan tergilas oleh budaya pengaruh asing melalui proses globalisasi
Menarik: yaitu mendesain sepatu dengan bentuk yang lebih menarik. Mengkombinasikan kesesuaian antara corak dari kain tenun itu sendiri dengan konsep sepatu yang akan dibuat. Hal ini dapat dilakukan dengan permainan warna, penambahan aksesoris maupun perubahan bentuk. Mengingat sepatu tenun ini akan masuk pada kategori barang fashion (barang yang dibeli secara emosional), maka produk ini harus mampu memiliki daya tarik yang kuat
1.5. Manfaat Pengembangan kain tenun sumba dalam pengaplikasiannya sebagai material dari sepatu memiliki beberapa manfaat: a. mengembangkan kebutuhan dari kegunaan tenun itu sendiri yang tidak hanya menjadi busana. b. secara tidak langsung mengangkat pengrajin tenun itu sendiri c. menciptakan sebuah tren baru pada dunia fesyen tanah air, yakni memanfaatkan kain tenun sebagai material alas kaki d. memenuhi kebutuhan segmen perempuan perkotaan yang terus berkembang kebutuhannya e. menjawab kebutuhan tren global akan fenomena local culture yang kembali populer pada jaman globalisasi f. dapat menjadi sebuah lahan baru untuk para pengrajin sepatu sebagai untuk bersaing dengan produk impor asing dengan cara membidik segmen lain