P L A T O N
N I A G A
B E R J A N G K A
Kebijakan
P T
member of jakarta futures exchange . member of indonesian derivatives clearing house . member of indonesia commodity & derivatives exchange . member of identrust security international
Japan’s Economy Outlook 2014-2015
BOJ dan Neraca Perdagangan -Agustus 2014-
Japan’s Economy Outlook
2014 - 2015
K e bi j a k a n B O J D a n N e r a c a P e r d a g a n g a n
Agustus 2014
PENDAHULUAN Pada Desember 2012 kami merilis sebuah laporan mengenai rekomendasi bullish pada saham Jepang dan mata uangnya. Imbauan ini didasari pada kenyataan dimana Perdana Menteri yang baru terpilih saat itu, Shinzo Abe akan melepaskan apa yang akan dikenal sebagai "tiga panah" dari stimulus ekonomi, yaitu fiskal (pengeluaran pemerintah), moneter (quantitative easing), dan reformasi pada peraturan.
! Pada laporan pertama, kami menyarankan untuk membeli USD/JPY dan Nikkei dengan target 90-100 dan 11.000. Pada saat masing-masing masih diperdagangkan pada level 82 dan 9.500, dalam waktu enam bulan, USD/JPY telah mencapai 105 dan Nikkei telah melewati 16.000.
! Pada September 2013, kami merilis laporan kedua yang merupakan laporan tindak lanjut untuk rekomendasi sebelumnya. Dari 2013 hingga 2014, Nikkei dan Yen mengalami konsolidasi, faktor utama adalah ketidakstabilan politik di seluruh dunia yang telah menyebabkan peningkatan pada permintaan safe haven seperti Yen Jepang.
! Dalam laporan ketiga ini, hampir dua tahun sejak Abe terpilih; kami merilis laporan tindak lanjut berikutnya untuk perkembangan terbaru dari ekonomi Jepang, Nikkei dan Yen Jepang.
! Meskipun pada satu tahun terakhir, Yen dan Nikkei belum mencapai target kami untuk laporan kedua, baik Yen maupun Nikkei masih bertahan cukup baik dan kami tetap pada bias yang bullish.
! Dalam laporan terbaru ini, kami memberikan penjelasan tentang bagaimana panah ketiga Abenomics dan defisit perdagangan Jepang akan mempengaruhi Yen Jepang dan Nikkei.
PA N A H K E T I G A A B E N O M I C S Sejak akhir 2012, perdana menteri Jepang Shinzo Abe dan menteri keuangan Taro Aso telah memulai kebijakan ekonomi baru yang agresif dengan tujuan utama mengakhiri deflasi yang telah dialami Jepang selama 20 tahun terakhir, serta target inflasi sebesar 2%.
Text
Dari bulan Desember 2012 sampai Mei 2013, baik USD/JPY maupun indeks Nikkei 225 telah mengalami reli masing-masing sebesar ± 30% dan ± 80%. Dua panah pertama Abe (fiskal dan moneter) dilesatkan pada tahun 2013. Sebagian besar karena usahanya itu, Jepang memiliki kesempatan yang bagus untuk pertama kalinya agar dapat keluar dari deflasi yang telah berlangsung selama dua dasawarsa ini.
!
Pelemahan Yen lebih dari 20% tahun lalu membantu mendorong kenaikan inflasi bulan Desember 2013 ke level tertingginya dalam 5 tahun oleh karena kenaikan biaya impor bahan bakar. Kenaikan harga terhenti sejak Yen kembali menguat dan Bank of Japan yang menunda penambahan pada stimulus terbesar dalam sejarah.
!
Setahun telah berlalu sejak Yen Jepang dan Nikkei berkonsolidasi, apabila Nikkei dan Yen ingin mengembalikan momentum yang mulai melemah, ini membutuhkan aksi dari BOJ lebih lanjut.
PA N A H K E T I G A A B E N O M I C S ( E N D ) Setelah reli terhenti, apakah itu merupakan saat yang tepat bagi Perdana Menteri untuk meluncurkan panah ketiga? Namun, "panah ketiga" dari "Abenomics," reformasi pada regulasi, ternyata lebih rumit untuk diterapkan. Minimnya implementasi adalah salah satu alasan mengapa perdagangan di Jepang terhambat dan Nikkei mengalami underperform sepanjang tahun 2014.
Nah, kini tersirat kesan bila Abe akhirnya mungkin akan meluncurkan "panah ketiga”, dan jika reformasi adalah apa yang diharapkan pasar, hal ini akan dapat kembali memicu reli pada pasar Jepang .
!
Pasar mencari dua hal di dalam "panah ketiga" ini. Yang pertama adalah reformasi pada pajak perusahaan, yang jelas akan merupakan hal positif bagi perusahaanperusahaan Jepang dan saham mereka. Perubahan kedua adalah dalam hal bagaimana dana pada Government Pension Investment Fund of Japan (GPIF) diinvestasikan.
ABENOMICS Abenomics adalah kebijakan ekonomi oleh Shinzo Abe yang pada pemilihan umum Desember 2012 telah terpilih kembali untuk masa jabatan periode kedua sebagai Perdana Menteri Jepang. Abenomics didasarkan pada "tiga panah" pada stimulus fiskal, monetary easing dan reformasi struktural.
1. Kebijakan Moneter: Kenaikan Inflasi, Penurunan Suku Bunga. Kebijakan moneter ini dinilai lebih berhasil. Gubernur bank sentral Jepang (yang diangkat langsung oleh Abe) berjanji untuk menargetkan inflasi hingga 2%. Operasi pembelian obligasi (mirip dengan quantitative easing AS) telah berjalan dengan besaran nilai yang sama dengan yang dialami Amerika Serikat, yang mana ekonominya telah berkembang 4 kali lebih besar. 2. Kebijakan Fiskal: Stimulus Yang Diikuti Dengan Pengurangan Defisit. Panah fiskal ini dimaksudkan untuk memberikan stimulus yang kuat setahun pertama atau lebih, diikuti dengan langkah-langkah untuk mengurangi defisit anggaran yang berjalan tinggi yaitu 8% dari PDB. Stimulus awal ini adalah pembuka jalan dan diharapkan akan dapat memberikan momentum ekonomi yang cukup sehingga bahkan dengan kenaikan pajak berikutnya (PPN akan meningkat lebih lanjut hingga 10% pada tahun 2015), perekonomian akan cukup sehat untuk menyerap kontraksi.
A B E N O M I C S ( C O N T. ) 3. Perubahan Struktural. Panah ketiga ditargetkan pada ekonomi Jepang yang telah lama diam di tempat. Sektor pertanian yang terlalu kecil dan tidak efisien; sektor konstruksi terlalu bergantung pada keuntungan yang mudah dari kontrak pemerintah; sektor jasa terbebani dengan tenaga kerja yang intensif dan tidak kompetitif; serta partisipasi angkatan kerja wanita yang hanya sebesar 10% itu lebih rendah dari rata-rata OECD. Reformasi tidak sejalan dengan tradisi, banyak kepentingan pribadi dan adanya politik dagang sapi. Ada harapan bahwa apabila telah bergabung dengan Trans-Pacific Partnership (TPP) hal ini dapat menjadi katalis yang akan memecah kebuntuan politik. Tapi TPP sepertinya, pada harapan terbaik, berjalan lamban.
Panah Ketiga Dari Abenomics Strategi pertumbuhan yang menitikberatkan pada revitalisasi industri, menciptakan pasar untuk sektor tertentu yang menjanjikan pertumbuhan di masa depan, dan memperluas jangkauan global.
!
Perdana Menteri Shinzo Abe memperkenalkan The Third Arrow pada tanggal 20 bulan Juni dengan tujuan mendorong ekonomi jangka panjang Jepang, dimulai dari pengurangan pajak korporasi sampai dengan peran yang lebih besar pada pekerja wanita dan pekerja asing. Mereka adalah: …
A B E N O M I C S ( C O N T. ) Pemotongan Pajak Korporasi. Paket terbaru ini akan memotong pajak korporasi dari 35,64% hingga dibawah 30% dalam beberapa tahun ke depan.
! Reformasi Bidang Kesehatan. Akan memberikan lebih banyak pilihan perawatan untuk pasien.
! Reformasi Bidang Tenaga Kerja. Yang akan memberikan fleksibilitas pada pola kerja. Mengatasi kekurangan pada tenaga kerja oleh karena populasi yang menua dan tingkat kelahiran yang rendah, juga termasuk kesetaraan gender yang lebih besar dan tenaga kerja asing serta robot. Pembatasan yang tidak terlalu ketat mengenai waktu lembur bagi para tenaga kerja kerah putih juga diserukan.
! Reformasi Bidang Pertanian. akan memperbolehkan kepemilikan yang lebih besar oleh pihak korporasi di sektor pertanian.
! Reformasi Bidang Energi. peningkatan penggunaan nuklir serta peningkatan keamanan yang lebih baik. Menghilangkan praktik monopoli dan kembali mengaktifkan reaktor nuklir.
! Reformasi Pada Peraturan dan Undang-Undang.
! Juga termasuk di dalamnya adalah langkah peningkatan jumlah tenaga kerja asing yang terampil dan memperluas program pelatihan untuk tenaga kerja asing; meningkatkan produktifitas dengan revolusi robot, serta menargetkan pertumbuhan pada sektor kesehatan.
ABENOMICS (END)
“Mengapa Jepang memerlukan strategi pertumbuhan ini? Sederhananya, ekonomi Jepang pada umumnya, telah kehilangan kemampuannya untuk berkembang.” Sejak jatuhnya nilai aset di era 1980an, PDB merangkak naik kurang dari 1% tiap tahunnya, menurun jauh dibandingkan dengan jumlah 4% lebih di tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja yang berkurang dan semakin bertambah tua nya usia umur pekerja. Keadaan ini kurang mendukung, sehingga perusahaan mengurangi investasi pada peralatan serta pembukaan pabrik baru. Dan mulai membuka pabrik mereka di luar negeri. Investasi asing yang merupakan sumber pendorong bagi aktifitas ekonomi sama sekali tidak muncul di Jepang, terhalang oleh birokrasi yang ekstensif baik formal maupun informal. Budaya bisnis yang lebih mengutamakan stabilitas ketimbang resiko telah mengekang perilaku wirausahawan yang bisa merupakan mesin baru bagi pertumbuhan.
! Investor telah lama menunggu Abe untuk mengeluarkan strategi yang meyakinkan bagi revitalisasi ekonomi yang dikenal dengan “third arrow”. Kami melihat bahwa strategi ini akan dapat mendorong potensi pertumbuhan Jepang sebesar 0,5-1,5% diatas level sekarang yang berkisar 0,5%.
GOVERNMENT PENSION INVESTMENT FUND GPIF atau dana pensiun Jepang terbebani untuk memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dikarenakan meningkatnya pembayaran pensiun di negara dengan penduduk tertua di dunia tersebut. Dana ini menunggu hasil dari penilaian 5 tahunan oleh Kementrian Kesehatan (Tenaga Kerja dan Kesejahteraan) pada alokasi portofolionya. Bunga acuan pada obligasi 10 tahun Jepang telah turun 15½ bps atau 0,155% tahun ini ke level 0,58% (salah satu yang terendah di dunia).
!
Dana GPIF sangat besar dan ide Abe adalah untuk memindahkan alokasi GPIF (langsung maupun tidak langsung) sebesar 200 milyar dollar AS dari surat obligasi Jepang (porsi mayoritas) ke saham dan surat obligasi luar negeri. Apabila terjadi, maka hal ini akan menjatuhkan nilai Yen dan harga surat obligasi pemerintah Jepang. Lebih lanjut, dibalik ide pemindahan ini, seperti halnya dengan ECB (bank sentral Eropa), adalah untuk menambahkan sedikit resiko pada dana pensiun. Dengan harapan agar institusi mengikutinya dan menaruh dana mereka pada aset yang lebih beresiko serta tidak lagi memegang surat obligasi pemerintah Jepang yang tidak memberikan imbal hasil. GPIF kemungkinan akan memangkas porsi kepemilikan surat obligasi dari 60 persen menjadi 40 persen. Dan akan menaikan pula porsi pada saham serta obligasi asing menjadi 17 persen / 14 persen dari 12 persen / 11 persen. Selain itu mereka juga menargetkan untuk menaikkan porsi untuk saham dalam negeri dari 12 persen menjadi 20 persen. Ini adalah untuk yang kedua kalinya dalam sejarah GPIF merubah portofolionya.
EFEK LANGSUNG Panah pertama dan kedua yang telah diluncurkan terlebih dahulu pada awal tahun 2013, dimaksudkan untuk menjadi monetary easing yang bertujuan untuk melawan deflasi dan memberikan suntikan fiskal yang lebih fleksibel demi untuk menopang ekonomi. Kedua panah itu langsung memberikan hasil pada beberapa pasar keuangan di Jepang. Dalam kurun waktu September 2012 hingga Desember 2013, alokasi aset GPIF telah berpindah dari obligasi lokal dan uang tunai kepada aset yang lebih beresiko seperti misalnya saham dan obligasi asing.
Apabila dua panah pertama dari Abenomics dapat menuai kesuksesan, kami juga memperkirakan hal yang sama untuk panah ketiga.
ANALISA TEKNIKAL Nikkei 225 Telah Berhasil Menembus Pola Triangle.
Source: Vanguard Trading Platform
Pada analisa teknikal, biasanya kita berpikir bahwa pola segitiga menurun adalah pola yang bearish. Namun apabila pola tersebut gagal, hal ini dapat secara cepat berubah menjadi sangat bullish.
!
Berdasarkan perhitungan kami, Nikkei akan menyentuh 17.000 setelah menyelesaikan breakout pada pola itu. Korelasi Historikal Antara USD/JPY Dan Nikkei. Pada umumnya apabila pasar saham suatu negara mengalami kenaikan, begitu pula yang terjadi dengan nilai mata uangnya dikarenakan arus masuk modal investor. Yen Jepang berkorelasi secara positif dengan Nikkei 225 hingga tahun 2005.
A N A L I S A T E K N I K A L ( C O N T. ) Sejak 2005, korelasi antara Yen dan Nikkei menjadi negatif (korelasi positif terhadap USD/JPY). Hal ini bisa dijelaskan dengan rendahnya suku bunga di Jepang dan tingginya imbal hasil di luar negeri. Kebijakan moneter yang relatif tidak terlalu ketat dari bank sentral Jepang menyebabkan pelemahan pada mata uang Yen. Alhasil, eksportir Jepang mendapatkan keuntungan dari nilai mata uang yang rendah, sehingga indeks Nikkei pun ikut menguat. Korelasi ini tetap bertahan ketika krisis terjadi pada tahun 2008. Investor melepas asetaset dan membeli kembali Yen Jepang serta menyebabkan mata uang tersebut kembali menguat. Saat Yen menjadi mahal, hal ini memberikan dampak negatif pada keuntungan eksportir Jepang dan demikian pula dengan Nikkei.
ANALISA TEKNIKAL (END) Konsolidasi dan Proyeksi Breakout USD/JPY
Saat ini, kita melihat pola yang sama pada USD/JPY. USD/JPY juga sudah keluar dari pola triangle.
!
Kami melihat bahwa USD/JPY akan naik menuju level resistance 105-106. Setelah melewati level resistance penting itu, kenaikan lebih lanjut akan sangat memungkinkan terjadi. Kami memperkirakan pada reli kedua ini, USD/JPY dapat mencapai level setinggi 110.
D E F I S I T P E R D A G A N G A N J E PA N G D A N M ATA U A N G Y E N Neraca Perdagangan: adalah selisih antara nilai impor dan ekspor sebuah negara. Neraca perdagangan merupakan komponen terbesar pada neraca pembayaran suatu negara. Negara mencatatkan defisit perdagangan apabila impor melebihi ekspor; sebaliknya adalah surplus. Jepang memiliki tradisi surplus, sedangkan Amerika Serikat memiliki defisit yang sangat besar selama beberapa dekade. Pada umumnya, neraca perdagangan memberikan implikasi pada pasokan dan permintaan sebuah mata uang. Ketika suatu negara mencatatkan surplus perdagangan, permintaan akan mata uang negara tersebut akan meningkat dikarenakan pembeli dari luar negeri harus menukarkan mata uang mereka untuk membeli barang-barang tersebut. Defisit perdagangan, di sisi lain, meningkatkan pasokan mata uang negara tersebut dan akan menyebabkan devaluasi apabila pasokan tersebut melebihi permintaan.
Pelemahan nilai tukar Yen sejak akhir 2012 diharapkan bisa memulihkan neraca perdagangan Jepang. Karena pelemahan Yen akan meningkatkan harga impor dan untuk sementara menaikkan defisit perdagangan. Seiring dengan waktu, diharapkan neraca perdagangan Jepang akan membaik sejalan dengan efek J-Curve dimana nilai Yen yang rendah akan membuat harga pada produk ekspor lebih bersaing, yang pada gilirannya akan meningkatkan volume ekspor.
DH EF PA D ATN TA T E I SJ IATPPAENREDSAEGTARNAGDAEN DJ E F I CNI G T & H EM A JA PAUNAENSGE YYEENN ( (EENNDD) ) Pada kenyataannya, neraca perdagangan Jepang tidak membaik, sebaliknya semakin memburuk. Ini mengindikasikan apabila nilai tukar tidak cukup membantu mengatasi defisit perdagangan, dan menimbulkan kekhawatiran bahwa produk Jepang telah kehilangan daya tarik di pasar internasional. Pemerintah Jepang dan bank sentral menyalahkan lemahnya permintaan luar negeri adalah penyebab lesunya ekspor, terutama di pasar negara berkembang. Pada kenyataannya, pemulihan ekspor di Jepang justru terhambat oleh banyaknya perusahaan Jepang yang memindahkan produksi mereka ke luar negeri disaat nilai Yen tinggi. Penguatan Yen antara tahun 2008-2012 telah mendorong banyak perusahaan Jepang untuk merelokasikan basis produksi mereka ke Asia. Setelah itu, perusahaan itu tidak akan serta merta memindahkan kembali pabrik-pabrik itu hanya karena Yen yang sekarang telah berbalik melemah. Honda Motor Co. menjadi net eksportir di Amerika Serikat tahun lalu, mengekspor lebih banyak kendaraan daripada mengimpornya dari Jepang. Dan Honda bersama dengan Toyota Motor Corp. di tahun 2013 berhasil mencapai rekor produksi pada pabrik mereka di Amerika Utara. Ekspor kendaraan bermotor dari Jepang ke Amerika Serikat megalami penurunan sebesar 17% dari tahun 2008 sampai 2013, dan total produksi otomotif di Jepang juga turun 17%, menurut Asosiasi Manufaktur Otomotif Jepang. Pada bulan Juni 2014, jumlah ekspor tidak melonjak walau Yen melemah, namun tetap turun 2% dibandingkan tahun lalu menjadi ¥5,94 trilyun. Impor yang diharapkan menurun akibat kenaikan harga, justru melonjak sebesar 8,4% menjadi ¥6,761 t r i l y u n . H a s i l n y a , d e fi s i t perdagangan melonjak menjadi ¥822,2 milyar. Pada paruh pertama tahun ini, Jepang mencatatkan rekor defisit perdagangan sebesar ¥7,6 trilyun ($74,9 milyar).
!
Kami yakin bahwa apabila Jepang ingin mengembalikan daya saing mereka, Yen Jepang perlu melemah lebih jauh.
DEFISIT NERACA PERDAGANGAN KRONIS
“ Te r l e p a s d a r i kenyataan bahwa yen telah melemah selama periode tahun 2011 sampai dengan 2014, Jepang masih terus mengalami defisit perdagangan.” Defisit perdagangan untuk semester pertama 2014 adalah yang terbesar sejak tersedianya data yang bisa dibandingkan mulai 1979, dengan nilai impor melebihi ekspor sebesar ¥7,6 trilyun. Defisit pada periode yang sama tahun lalu sebesar ¥4,8 trilyun (yang merupakan rekor pada saat itu), masih terbilang jauh lebih kecil.
CH D E FR IO SN I TI C N ET RR A AC DA E PBEARLD AA NG CA E NDGEAFN I CK I TRSO(NE INS D( )E N D )
Pada bulan Oktober 1982 USD/JPY diperdagangkan tertinggi pada harga 270. Setelah bertahun-tahun mengalami surplus perdagangan yang substansial, USD/JPY turun hingga serendah-rendahnya ke level 75 pada Oktober 2011. Namun, sejak semester kedua tahun 2011, Jepang mulai mengalami serangkaian defisit perdagangan, dan sejak saat itu pula, nilai Yen Jepang mulai turun terhadap USD.
M E N I N G K AT N Y A B I AY A I M P O R . E X P O R H A N Y A N A I K S E C A R A N O M I N A L
Yen Jepang telah kehilangan sekitar 25% dari nilainya terhadap dolar AS dan bahkan lebih terhadap Renminbi China dan Won Korea Selatan. Akibatnya ekspor Jepang meningkat pesat, tetapi Yen yang lemah hanya meningkatkan nilai nominal ekspor, namun tidak meningkatkan volume.
Faktor Penyebab Penurunan Pada Ekspor Jepang: Menurunnya Daya Tarik Pada Merek Elektronik Jepang. Menurun bila dibandingkan dengan produk Korea Selatan dan China. Perusahaan elektronik Jepang dari Sony Corp. hingga Sharp Corp. menghadapi kompetisi yang keras dari Apple Inc., Lenovo dan Samsung Electronics Co.
M EN GK A RBTISAYSAOIAMRP, OERX. PEO XR PT OSR VHAALNUYEA UNPA IO K NSLY ECA I NAALL ((EEN ND D )) CO S ITN O F AT I MNPYO BR Y ANNOOMMI N Menurunnya Permintaan Mesin Jepang dari Luar Negeri. Menurunnya investasi pada pabrik di China yang merupakan konsumen yang besar bagi produk mesinmesin dari Jepang. Pemesanan mesin Jepang untuk sektor swasta mengalami penurunan tercepat selama 5 tahun terakhir untuk periode April-Juni. Pada periode tersebut, pemesanan manufaktur turun sebanyak 8,5% dibandingkan kuartal sebelumnya, menjadi sebanyak 934,3 milyar yen. Sedangkan untuk non manufaktur menurun 6,7% menjadi sebesar 1.390,5 milyar yen.
!
Produksi Berpindah Ke Luar Negeri. Perusahaan Jepang lebih banyak memproduksi barang di luar Jepang. Suatu perubahan yang memberikan keuntungan yang didapat dari meningkatnya nilai dari penjualan di luar negeri mereka – Toyota dan lainnya mencatatkan rekor penerimaan dalam nilai Yen tanpa harus meningkatkan output di dalam negeri.
Source: Research and Statistics Department Ministry of Economy, Trade and Industry
Ketika Abe berkuasa pada Desember 2012, perekonomian memanfaatkan penguatan Yen sebesar 34% dalam lima tahun. Operasional pabrik yang direlokasikan ke luar negeri untuk menghemat biaya dan upah, telah menekan permintaan dan menyebabkan penurunan pada indeks harga konsumen yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade. Pabrikan Jepang diperkirakan akan mencatatkan kenaikan rekor produksi mereka di luar negeri sebanyak 33% dalam setahun hingga sekitar bulan Maret 2013. Naik dari 14% pada tahun fiskal 1989, menurut survei pada bulan Desember yang dilakukan oleh Japan Bank for International Cooperation.
KESIMPULAN Menyadari potensi pertumbuhan pada ekonomi Jepang, sangat penting kiranya untuk memiliki strategi yang bagus dan penerapan yang baik. Revitalisasi industri Jepang akan dimulai dengan memindahkan sumber daya dari industri lama ke yang baru dengan membina inovasi dalam negeri, walau reformasi pada tenaga kerja tidak bisa diabaikan. Peran pemerintah pada pembentukan pasar lebih minim dibandingkan dengan strategi pertumbuhan yang dirumuskan oleh pemerintah DPJ sebelumnya. Apabila perangkat pemerintah memiliki semangat reformasi, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk mengekspresikan pemikiran mereka dengan lebih bebas. Perubahan struktural pun akan terjadi lebih lancar dan secara bertahap akan memperkuat potensi pertumbuhan Jepang. Kami memperkirakan bahwa pelepasan besar-besaran obligasi lokal oleh AS $1,3 trilyun dari dana GPIF serta dana pensiun publik lainnya, akan memindahkan tambahan ¥12,4 trilyun kepada obligasi asing dan ¥7,5 trilyun lainnya ke saham asing. Hal ini akan melemahkan mata uang Jepang sebesar ¥10 terhadap USD dalam waktu 12-18 bulan kedepan.
K E S I M P U L A N ( C O N T. ) Alasan yang logis pada pelemahan JPY adalah: Apabila GPIF akan dialokasikan ke investasi asing, maka GPIF akan perlu menjual yen dan membeli mata uang negara asing tersebut sebelum diinvestasikan pada aset negara tersebut. Hal ini akan memberikan tekanan pada JPY.
Kami memperkirakan dana pada GPIF akan mulai digerakkan secepatnya pada kuartal ketiga tahun ini. Namun mata uang Yen dan Nikkei sangat mungkin akan mulai bergerak naik jauh sebelum hal itu diumumkan oleh BOJ. Menurut pendapat kami, Perdana Menteri ini memiliki kepemimpinan yang kuat untuk mengakhiri "dekade yang hilang" di Jepang. Kemampuan dan kebijakan ekonominya akan bermanfaat bagi perekonomian jangka panjang Jepang. Kami percaya bahwa Abenomics bekerja dengan baik dan era baru ekonomi Jepang baru saja dimulai. Era baru ini akan menjadi akhir dari penguatan Yen dan juga penurunan Nikkei.
KESIMPULAN (END) Kami juga percaya bahwa surplus perdagangan selama beberapa dekade di Jepang telah berakhir, dan siklus baru defisit perdagangan di Jepang baru saja dimulai. Memburuknya defisit perdagangan dalam beberapa tahun terakhir akan terus memberikan tekanan pada Yen Jepang dan itu akan berlangsung untuk waktu yang sangat lama. Kami sangat percaya bahwa pelemahan yen akan memungkinkan kesempatan terbaik bagi pemulihan yang lebih cepat pada ekspor Jepang dan ekonomi pada umumnya.
!
Perlu diingat bahwa selama tahun 1980 sampai 2000-an, siklus surplus yang panjang pada perdagangan telah membawa USD/JPY turun dari level harga 270 ke 75.
!
Terakhir, perlu diingat apabila Nikkei memiliki evaluasi P/E terendah diantara semua negara maju (13.5X earning tahun ini dan 12.2X earning tahun depan, dibanding dengan 16.7X dan 15X untuk Amerika Serikat berdasarkan indeks MSCI).
!
Disclaimer: Bertransaksi mata uang dan/atau indeks saham dengan menggunakan marjin memiliki tingkat resiko yang tinggi, serta belum tentu sesuai untuk semua investor. Tingkat leverage yang tinggi dapat menimbulkan keuntungan ataupun sebaliknya kerugian bagi investor. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi mata uang dan/atau indeks saham, anda harus mempertimbangkan tujuan investasi, pengalaman, serta tingkat resiko yang diinginkan. Investor dapat mengalami kerugian dengan kehilangan sebagian atau seluruh jumlah investasinya dan dengan demikan anda tidak seharusnya menginvestasikan dana yang sudah terikat pada rencana keuangan tertentu. Anda harus menyadari resiko yang terkandung di dalam transaksi mata uang dan/atau indeks saham, dan sekaligus mendapatkan nasihat/petunjuk/anjuran dari penasihat keuangan independen apabila anda memiliki keraguan.
!
Performa di masa lalu dapat menunjukkan rekor riwayat/sejarah, namun tidak dimaksudkan untuk mengindikasikan hasil di masa mendatang.
Notes:
P
T
P
L
A
T
O
N
N
I
A
G
A
B
E
R
J
A
N
G
K
A
Regulatory Bodies BAPPEBTI Gedung BAPPEBTI lt 3-5 Jl. Kramat Raya No. 172 Jakarta 10430 Tel: +6221 3192 4744 Email:
[email protected]
INDONESIA COMMODITY & DERIVATIVES EXCHANGE (ICDX) The Capitol Building Jl. Letjen S. Parman Kav. 73 Suite A Jakarta 11410 Tel: +6221 2929 7788
Untuk informasi lebih lanjut . Hubungi kami
PT. Platon Niaga Berjangka Kantor Pusat Gedung Menara Karya . Lantai 20 Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kavling 1-2 . Jakarta 12950 Tel: +6221 255 33773 . Fax: +6221 255 33776 www.platonniaga.com
Cabang Palembang Jl. Letkol Iskandar No. 236/30 Palembang 30134 Tel: +62711 368 883 . Fax: +62711 369 388
Cabang Pekanbaru PT. IDENTRUST SECURITY INTERNATIONAL (ISI)
The Capitol Building Jl. Letjen S. Parman Kav. 73 1st Fl Jakarta 11410 Tel: +6221 2930 8951/52
JAKARTA FUTURES EXCHANGE (JFX)
The City Tower Building Jl. MH. Thamrin No. 81, 20th Fl Jakarta 10310 Tel: +6221 3199 6030
PT KLIRING BERJANGKA INDONESIA (KBI)
Gedung Graha Mandiri Jl. Imam Bonjol No. 61, 3rd Fl Jakarta 10310 Tel: +6221 3983 3066
Jl. Tuanku Tambusai Komp. CNN Blok A No. 3 Kelurahan Labuh Baru Timur . Kecamatan Payung Sekaki Pekanbaru 28291 Tel: +62761 38 098 . Fax: +62761 38 048
Cabang Malang Jl. Semeru No. 47 Malang 65112 Tel: +62341 326 888 . Fax: +62341 365 133
Cabang Pontianak Komplek Pontianak Mall Blok A9-10 Jl. Gusti Lelanang Kelurahan Darat Sekip Pontianak 78117 Tel: +62561 738 118 . Fax: +62561 738 228