Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI PADA IBU POST PARTUM DI BPS KOTA SEMARANG. Devi Nanda Suryani Sri Mularsih *) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi :
[email protected] ABSTRACT Early Initiation of Breastfeeding (IMD) is a program released by the WHO / UNICEF in 2007 where, in principle, not the mothers who breastfeed babies, but babies should be active to find their own mother's nipple and make skin contact with mother of the baby's skin immediately after birth for at least one hour. To be able to help the mother practice the IMD, the husband must provide a specific support action that is very specific in a very short period of time. However, not all husbands are expected to provide support to breastfeeding mothers. IMD is to provide breast milk as soon as possible (ASI) to the baby. Stable emotional condition which determines the level of mother's milk production is produced. The stability of these emotions can be achieved if the husband was also supportive. This research used a retrospective study using cross sectional design. The sample in this study using the technique total sampling or sample saturated husband some 30 puerperal women who give birth in Feruari - March 2010 in BPS Ny. Ida Purwanto, Semarang. In univariate analysis, variables are distributed with their respective proportions, while using statistical hypothesis testing using Chi Square. The findings support a number of respondents with percentages of 60.0% and not supported by 40.0%. While in the variable implementation of early initiation of breastfeeding, the respondents who had 56.7% and that did not work for 47.3%. From the results of chi square to perform crosstab, variable support and implementation of early breastfeeding initiation by using SPSS 16 obtained the value 0.004 ρ (ρ <0.05). Based on test results in this study can be concluded that there was a significant relationship between husband support the implementation of early initiation of breastfeeding post partum in BPS Ny. Ida Purwanto Semarang. Suggestions addressed to the community, especially the husband to provide support to the mother (the wife) in the feeding process by increasing knowledge about things related to breastfeeding including IMD IMD so that success can be achieved. As for his own health workers, researchers recommended that health workers especially midwives can provide as much information to all eligible couples on matters relating to breastfeeding and the IMD so that they can help the success of the IMD program originallybeendefined. Keywords: Support Husband, Early Initiation of Breastfeeding
Relationship between husband support to implementation of early breastfeeding initiation postpartum mother at BPS Semarang City
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang dikeluarkan oleh WHO/UNICEF pada tahun 2007 dimana pada prinsipnya bukan ibu yang menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu serta melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Untuk dapat membantu ibu mempraktekkan IMD, suami harus memberikan suatu tindakan dukungan tertentu yang sangat spesifik dalam periode waktu yang sangat singkat. IMD adalah memberikan sesegera mungkin air susu ibu (ASI) kepada bayi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian retrospektif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh sejumlah 30 suami ibu nifas yang bersalin pada bulan Feruari – Maret 2010 di BPS Ny. Ida Purwanto, Semarang. Hasil penelitian ini diperoleh sejumlah responden dengan persentase mendukung sebesar 60,0% dan tidak mendukung sebesar 40,0%. Sedangkan pada variabel pelaksanaan inisiasi menyusui dini diperoleh responden yang berhasil sebesar 56,7% dan yang tidak berhasil sebesar 47,3%. Berdasarkan hasil uji dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami dengan
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
pelaksanaan inisiasi menyusui dini ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto Semarang. Saran ditujukan kepada masyarakat khususnya para suami agar memberikan dukungan kepada ibu (sang istri) dalam proses menyusui dengan meningkatkan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI termasuk IMD sehingga keberhasilan IMD dapat lebih tercapai. Kata kunci: Dukungan Suami, Inisiasi Menyusui Dini .
PENDAHULUAN Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan program yang dikeluarkan oleh WHO/UNICEF pada tahun 2007 dimana pada prinsipnya bukan ibu yang menyusui bayi, tetapi bayi yang harus aktif menemukan sendiri puting susu ibu serta melakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam. Inisiasi dini sering disalah artikan sebagai memaksa bayi di payudara ibu segera setelah lahir. Bagaimanapun, jika dibiarkan kontak kulit ke kulit ibunya, bayi akan melakukan gerakan-gerakan mencari puting ibu, memasukkan puting ibu pada mulutnya secara benar dan menghisapnya dalam satu jam pertama kehidupan (Kresnawan, 2008). Menurut data dari Badan Pusat Statistik-Statisics Indonesia (BPS) ORC Macro tahun 2002 – 2003, praktik inisiasi menyusui segera setelah persalinan dan pemberian ASI ekslusif masih rendah. Proporsi praktik inisiasi menyusui dalam 30 menit setelah persalinan adalah 8,3%, dalam 1 jam adalah 4 – 36%, dan dalam 1 hari adalah 27% (Februhartanty, 2008). Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 Angka Kematian Ibu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup, itu artinya terdapat 228 ibu yang meninggal di setiap 100.000 kelahiran bayi yang hidup. Berdasarkan Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2008, AKI di Jawa Tengah sebesar 114,42/100.000 kelahiran hidup. Sedangkan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang pada tahun 2008 didapatkan AKI sebesar 107,31/100.000 kelahiran hidup. Perdarahan menjadi peringkat pertama
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
penyebab kematian ibu, disusul dengan eklamsi dan infeksi (Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2006). Istilah perdarahan postpartum sendiri digunakan apabila perdarahan setelah anak lahir melebihi 500 ml (Wiknjosastro, 2006). Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal ilmiah “Pediatrics” terhadap 115 ibu pascapartum, keberhasilan menyusui pada kelompok suami tidak mengerti ASI adalah 26,9% dan pada kelompok suami mengerti ASI adalah 98,1%. Peran suami dalam keberhasilan menyusui sangat besar. Michigan State University (AMB News 2003) merekomendasikan pendidikan ASI bagi suami dan keluarga di perawatan antenatal (Roesli, 2008). Inisiasi menyusui dini adalah membiarkan bayi menyusu sendiri pada ibunya segera setelah lahir setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Inisiasi dini mempunyai manfaat yang besar untuk bayi maupun sang ibu yang baru melahirkan. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan/hisapan, dan jilatan bayi pada puting susu ibu merangsang pengeluarkan hormon oksitosin yang juga akan mempengaruhi jaringan otot polos rahim berkontraksi sehingga mempercepat lepasnya plasenta dari dinding rahim dan membantu mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Inisiasi dini juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi sehingga mengurangi resiko kematian bayi baru lahir (Roesli, 2008; Huliana, 2003). Menurut Judhiastuastuty Februhartanty (2008), tidak semua suami dapat memberikan dukungan yang diharapkan kepada ibu menyusui. Suami akan mendukung praktik pemberian ASI bila memiliki pengetahuan yang baik tentang halhal yang berhubungan dengan pemberian ASI, memiliki hubungan yang baik dengan ibu, dan juga terlibat dalam keharmonisan hubungan pola menyusui tripartit yaitu antara suami, ibu dan bayi (Paramita, 2008).
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
Berdasarkan hasil survey di wilayah kerja Puskesmas Sekaran Gunungpati, ditemukan dari tiga Bidan Praktik Swasta (BPS) yaitu BPS Ny. Lucia Samti, BPS Ny. Marsini, dan BPS Ny. Ida Purwanto, hanya salah satu BPS yang telah menerapkan program inisiasi menyusui dini, yaitu di BPS Ny. Ida Purwanto. Dari data terhitung mulai bulan September sampai November 2009 terdapat 20 ibu nifas, 18 ibu (90%) melakukan inisiasi menyusui dini dan 2 ibu (10%) tidak melakukan inisasi menyusui dini karena kondisi fisik tertentu dari ibu dan bayi. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan pada BPS Ny. Ida Purwanto terhadap 5 ibu post partum pada bulan November 2009, 2 ibu (40%) berhasil melakukan inisiasi menyusui dini karena suami sangat mendukung ibu dalam melaksanakan inisiasi menyusui dini tersebut (suami membantu ibu dalam melakukan kontak pertama dengan bayi dan meyakinkan ibu bahwa bayi akan berhasil menyusu), sedangkan 3 ibu (60%) tidak berhasil melakukan inisiasi menyusui dini karena suami hanya mendampingi ibu saat bersalin dan tidak mendukung ibu saat pelaksanaan inisiasi menyusui dini tersebut (suami ingin bayinya segera dibersihkan untuk diukur, ditimbang dan diadzani, bahkan ingin membawa pulang bayi terlebih dahulu sebelum bayi berhasil menyusu pada ibu). Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin meneliti lebih jauh mengenai Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Post Partum di BPS Ny. Ida Purwanto.
METODE PENELITIAN Penelitian berjudul hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto di wilayah Gunungpati ini menggunakan rancangan cross sectional yaitu melakukan pengukuran variabel independen (dukungan suami) dan variabel dependen (pelaksanaan inisiasi menyusui
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
dini) dalam periode yang sama melalui pendekatan observasi retrospektif korelasional. Menurut sifat dasar penelitian, penelitian ini termasuk jenis penelitian survey, yaitu penelitian yang menggunakan sampel untuk mengambil kesimpulan pada populasi (Notoatmodjo, 2005). Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006). Menurut Notoatmodjo (2005), populasi adalah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah suami dari semua ibu nifas yang bersalin pada bulan Februari dan Maret di BPS Ny. Ida Purwanto sebanyak 30 orang. Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2005). Menurut Arikunto (2006), apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini, adalah sampel jenuh (total sample), yaitu keseluruhan dari anggota populasi yaitu sebanyak 30 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini di BPS Ny. Ida Purwanto, Kecamatan Gunungpati, Semarang. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Gunungpati pada bulan April. Populasi dalam penelitian ini adalah suami dari semua ibu nifas yang bersalin pada bulan Februari dan Maret di BPS Ny. Ida Purwanto dengan jumlah sebanyak 30 orang atau sampel jenuh dimana semua anggota populasi menjadi anggota sampel. Hasil deskripsi dari penelitian diperoleh data sebagai berikut. Karakteristik Responden a. Umur
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur dapat tabel berikut ini. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Responden Umur Responden Frekuensi (th) <20 0 20 – 35 30 >35 0 Total 30
dirangkum dalam
% 0 100 0 100
Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh hasil bahwa semua responden berumur 20 – 35 tahun (termasuk dalam kategori usia reproduksi). b. Pendidikan Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Responden Tingkat Pendidikan Frekuensi % Dasar 9 30,0 Menengah 17 56,7 Tinggi 4 13,3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 4.2, diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden menempuh pendidikan sampai ditingkat menengah (SMA/sederajat) yaitu sebanyak 17 (56,7%) responden. c. Pekerjaan Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden Pekerjaan Frekuensi % PNS 8 26,7 Wiraswasta 5 16,7 Swasta 9 30,0 Petani 8 36,7 Total 30 100 Berdasarkan tabel 4.3, diperoleh informasi bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta yaitu sebanyak 9 (30,0%) respoden. d. Pengetahuan Distribusi frekuensi responden berdasarkan tingkat pengetahuan tentang ASI dan inisiasi menyusui dini dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Pengetahuan Frekuensi % Baik 15 50 Cukup 9 30 Kurang 6 20 Total 30 100
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI dan inisiasi menyusui dini sebanyak 15 (50%) responden. Analisa Univariat a. Dukungan Distribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan yang diberikan pada ibu post partum dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Dukungan Responden Dukungan Frekuensi % Mendukung 18 60 Tidak Mendukung 12 40 Total 30 100 Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan dukungan kepada ibu post partum sebanyak 18 (60%) responden. b. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan inisiasi menyusui dini dapat dirangkum dalam tabel berikut ini. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan IMD Responden Pelaksanaan IMD Frekuensi % Berhasil 17 56,7 Tidak Berhasil 13 43,3 Total 30 100 Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan berhasil melaksanakan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum sebanyak 17 (56,7%) Analisis Bivariat Berdasarkan hasil tabulasi silang hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto Semarang yang dilakukan terhadap 30 responden diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.7 Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Post Partum di BPS Ny. Ida Purwanto Dukungan
Pelaksanaan IMD Berhasil Tidak Berhasil f % f % 14 77,8 4 22,2 3 25 9 75 17 56,7 13 43,3
Total
f % Mendukung 18 100 Tidak Mendukung 12 100 Total 30 100 2 X = 8,167, p = 0,004 Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebanyak 18 responden yang termasuk kategori mendukung ibu post partum, sebagian besar yang berhasil
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
melaksanakan inisiasi menyusui dini yaitu sebanyak 14 (77,8%) responden. Sedangkan dari 12 responden yang termasuk kategori tidak mendukung, sebagian besar yang tidak berhasil melaksanakan inisiasi menyusui dini sebanyak 9 (75%) responden. Uji Chi square yang dilakukan terhadap hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto Semarang didapatkan nilai Chi square sebesar 8,167 dengan ρ value = 0,004. Nilai ρ value lebih kecil dari 0,05 (0,004 < 0,05), sehingga Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto. Maka hipotesis yang berbunyi ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto Semarang dibuktikan. Pembahasan Karakteristik Responden Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa semua respnden berumur 20 – 35 tahun yang termasuk dalam kategori usia reproduksi. Seperti yang dikemukakan oleh Brotosaputro (1998) bahwa semakin bertambah umur atau dewasa seseorang akan semakin cepat beradaptasi dengan lingkungan, sehingga dapat mempertimbangkan keuntungan/kerugian dari suatu inovasi. Sebagian besar responden juga menempuh pendidikan sampai ditingkat menengah (SMA/sederajat) yaitu sebanyak 17 (56,7%) responden. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi respon yang lebih rasional terhadap informasi yang akan datang dan alasan berfikir sejauh mana keuntungan yang mungkin mereka peroleh dari gagasan tersebut. Selain itu
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
juga dengan mengenyam pendidikan formal, seseorang akan lebih mudah menerima dan mengerti pesan-pesan kesehatan yang disampaikan melalui penyuluhan ataupun media massa (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI dan inisiasi menyusui dini sebanyak 15 (50%) responden. Hal tersebut sesuai apa yang pernah dikemukakan oleh Judhiastuty Februhartanty (2008) bahwa untuk dapat memberi pengaruh pada praktek pemberian ASI, hal yang pertama kali harus dimiliki
suami
adalah
pengetahuan
tentang
masalah-masalah
yang
berhubungan dengan pemberian ASI. Dengan begitu, mereka dapat mengambil bagian dalam proses pembuatan keputusan mengenai pola pemberian makan bagi bayi. Sejauh ini, suami kebanyakan hanya berperan dalam tempat pemeriksaan
kehamilan,
persalinan,
dan
pasca
persalinan.
Padahal,
keterlibatan suami dalam mencari informasi mengenai pemberian ASI diketahui sebagai salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap praktek inisiasi menyusui segera. Studi-studi intervensi di negara-negara barat juga memperlihatkan bahwa peningkatan pengetahuan suami tentang hal-hal seputar pemberian ASI mempengaruhi inisiasi menyusui (Februhartanty, 2008). Dukungan Suami pada Ibu Post Partum Dukungan merupakan informasi dari orang lain bahwa ia dicintai dan diperhatikan, memiliki harga diri dan dihargai, serta merupakan bagian dari jaringan komunikasi dan kewajiban bersama. Dapat juga diartikan sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Akhmadi, 2009). Dukungan keluarga yang terpenting adalah suami atau yang di kenal dengan supporting father. Termasuk dukungan suami pada ibu post partum dalam melaksanakan inisiasi menyusui dini. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang termasuk dalam kategori mendukung sebanyak 14 (77,8%) responden. Hal ini memberikan gambaran bahwa sebagian responden (suami) ikut berperan dalam keberhasilan ibu menyusui dini terutama dengan hadir dan memberikan dukungan kepada ibu saat melahirkan dan membangun percaya diri ibu agar mau dan mampu menyusui. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Paramita (2008) bahwa seorang suami yang mampu memperlihatkan rasa sayang dan perhatian kepada ibu dan anak, dapat mengakibatkan seorang ibu merasa lebih nyaman dan menghasilkan ASI yang berlimpah, serta akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah
proses bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir setidaknya satu jam bahkan lebih hingga bayi berhasil menyusu sendiri (Roesli, 2008; Kresnawan, 2008). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian besar responden yang berhasil inisiasi menyusui dini sebanyak 17 (56,7%) responden. Hal ini memberikan gambaran bahwa tempat ibu bersalin yang dipilih oleh responden pada
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
dasarnya telah menerapkan program inisiasi menyusui dini. Namun karena masih ada responden yang tidak mendukung yaitu sebanyak 13 (43,3%) responden, maka program tersebut tidak sepenuhnya berhasil diterapkan pada semua ibu bersalin. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui dini diantaranya adalah faktor biomedik atau kondisi dari ibu dan bayi sendiri, tenaga kesehatan sebagai pemberi informasi dan pelayanan, serta faktor psikologi ibu dimana ibu membutuhkan kondisi yang nyaman untuk menghasilkan ASI yang dapat diperoleh dari dukungan suami saat menyusui (Kevyn (2009). Dari hasil sebuah studi juga menyebutkan bahwa untuk dapat membantu ibu mempraktekkan inisiasi menyusui segera setelah bayi dilahirkan, suami harus memberikan suatu tindakan dukungan tertentu yang sangat spesifik dalam periode waktu yang sangat singkat. Namun sayangnya, sebagian besar suami tidak mengetahui peran mereka pada periode tersebut. Keberadaan mereka di dalam ruang bersalin sebagian besar karena ingin memberikan dukungan emosional kepada ibu atau karena mereka ingin ada secara fisik sehingga dapat memberikan persetujuannya sewaktu-waktu jika pada persalinan tersebut diperlukan tindakan lebih jauh oleh penolong persalinan (Judhiastuty Februhartanty, 2008).
Hubungan Dukungan Suami dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu Post Partum di BPS Ny. Ida Purwanto Berdasarkan hasil analisa diperoleh hasil bahwa ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto Semarang, menggunakan uji Chi square
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
didpatkan nilai ρ value sebesar = 0,004 (ρ value < 0,05) dengan koefisien kontingensi sebesar 0,463. Karena ρ value lebih kecil dari 0,05 dengan demikian Ha diterima, yang berarti ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini di BPS Ny. Ida Purwanto. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa responden dengan dukungan dalam pelaksanaan inisiasi menyusui dini, dari 18 responden yang mendukung, 14 (77,8%) responden yang menyatakan bahwa bayi mereka berhasil melakukan inisiasi menyusui dini. Hal ini memberikan gambaran bahwa pelaksanaan inisiasi menyusui dini sangat memerlukan dukungan dari suami dimana dukungan tersebut yang paling dibutuhkan oleh ibu menyusui. Hal ini sesuai dengan pendapat Roesli (2008) bahwa kondisi emosi yang stabil menentukan tingkat produksi ASI yang dihasilkan ibu. Kestabilan emosi tersebut, bisa diraih bila sang suami turut mendukung. Proses pemberian susu pada bayi melibatkan tiga hubungan insani. Ibu yang memberikan ASI, si anak yang diberikan dan suami sebagai penyeimbang hubungan. Namun pada kenyataannya, banyak kaum suami yang merasa tidak terlibat dalam proses sosial ini dan cenderung menyerahkan segala urusan pemberian ASI anak pada ibunya saja. Serta merasa tidak perlu ikut campur dalam proses ini. Keterlibatan seorang suami dalam proses ini akan memberi motivasi ibu untuk menyusui. Jika ibu sudah memiliki motivasi dan optimistis bisa menyusui, air susu pun akan berhamburan (Paramita, 2008). Sedangkan pada responden dengan tidak mendukung, diperoleh hasil bahwa dari 12 responden, 9 (75%) diantaranya tidak berhasil inisiasi menyusui dini pada bayi mereka. Hal ini menunjukkan bahwa suami merupakan bagian
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
yang vital dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui karena dukungan suami akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Masih banyak suami yang berpendapat salah dimana menyusui adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap bahwa cukup menjadi pengamat yang pasif saja. Sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui oleh karena suami akan turut menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi atau perasaan ibu. Dari semua dukungan bagi ibu menyusui, dukungan suami adalah dukungan yang paling berarti bagi ibu (Ayahbunda, 2002; Roesli, 2000). Jenis dari dukungan termasuk memberi informasi, emosi dan memberi pertolongan. Dukungan informasi termasuk bagian dari pengetahuan tentang keuntungan menyusui dan cara menyusui. Dukungan emosi termasuk memberi pengertian, membesarkan hati dan menyayangi. Dukungan pertolongan termasuk memberi pertolongan fisik untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Roesli bahwa dalam tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum, dianjurkan untuk suami mendampingi ibu saat persalinan.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BPS Ny. Ida Purwanto Kelurahan Sekaran Kota Semarang diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Semua responden (suami dari ibu nifas yang bersalin pada bulan Februari dan Maret di BPS Ny. Ida Purwanto) berumur 20 – 35 tahun. Sebagian besar responden menempuh tingkat Pendidikan Menengah (SMA/sederajat)
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
sebanyak 17 (56,7%) responden dan sebagian besar responden bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 9 (30%) responden. 2. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan baik tentang ASI dan inisiasi menyusui dini sebanyak 15 (50%) responden. 3. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori mendukung
ibu post
partum dalam pelaksanaan IMD sebanyak 18 (60%) responden. 4. Sebagian besar responden termasuk dalam kategori berhasil melaksanakan inisiasi menyusui dini pada bayi mereka sebanyak 17 (56,7%) responden. 5. Ada hubungan dukungan suami dengan pelaksanaan inisiasi menyusui dini pada ibu post partum di BPS Ny. Ida Purwanto, dengan ρ value sebesar 0,004 (ρ value < 0,05). KEPUSTAKAAN Akhmadi. 2009. Dukungan Keluarga (http://www.rajawana.com/artikel/ kesehatan/435-dukungan-keluarga.html). Accessed 26 November 2009 Ayahbunda. 2002. Kiat Sukses Menyusui. Jakarta: PT. Aspirasi Pemuda Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, Saiffudin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya Edisi Ke 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Brotosaputro, Budioro, 1998. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro Semarang. Budiarto, E. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kedokteran EGC Dinkes Prop Jateng. 2008. Profil Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. Semarang: Dinkes Prop Jateng Februhartanty, Judhiastuty. 2008. Strategic Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding Practices; A Study in an Urban Jakarta (http://www.gizi.net/makalah/download/Summary-Eng-Indo-Yudhi.pdf). Accessed 8 September 2009
Dinamika Kebidanan
vol.1/ no.1/ januari 2011
Hidayat, Alimul . 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Huliana, M. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Swara Kevyn. 2009. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui (http://kevynnurse.blogspot.com/2009_04_01_archive.html). Accessed 4 Desember 2009 Kresnawan, dkk. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK-KR Lusie Wardani. 2008. Inisiasi Menyusu Dini, Manfaatnya Seumur Hidup (http://www.surabaya-ehealth.org/dkksurabaya/berita/inisiasi-menyusu-dinimanfaatnya-seumur-hidup). Accessed 8 September 2009 Moehyi, Sjahmien. 2002. Pemeliharaan Bayi dan Balita. Jakarta: Bhakra Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta . 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Cetakan I. Jakarta: Rineka Cipta Pudjiadi, Solihin. 2005. Ilmu Gizi Klinis. Jakarta: FKUI Paramita, Rahadian P. 2009. Peran Suami dalam Menyusui. (http://asipasti.blogspot.com/search/label/Suami%2FSuami). Accessed 9 Januari 2010 Roesli, Utami. 2000. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya . 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda Suari, N. 2008. Inisiasi Menyusui Dini, Apa Manfaatnya?.(http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2008/01/13.html). Accessed 9 Januari 2010 Sugiyono. 2003. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Tim Reality. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya: Reality Publisher Wiknjosastro, Hanafi. 2000. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP