“JANGAN BERBUKA DENGAN YANG M ANIS-MANIS” (dirangkum dan dituturkan oleh Doni W) (di bulan Ramadhan di tahun 2009)
Kepada Tetanggaku dan Saudara-saudaraku yg Mulia dan Baik hati, Tidak terasa Ramadhan sudah berjalan 2 minggu, dan Idul Fitri sudah di depan mata. Kitapun berpuasa sambil memohon ridho Allah illahi rabbi. Tidak terasa sudah genap dua tahun ini saya (dan keluarga) sudah tidak mengkonsumsi gula pasir lagi, dimulai tepat setelah Idul Fitri dua tahun yang lalu. Perkenankan saya berbagi pengetahuan ini, semoga dapat bermanfaat bagi Tetanggaku & Saudaraku yg Mulia dan Baik Hati. Ada tag-line yang sering muncul di TV di bulan Ramadhan pada 2 tahun lalu, “Berbukalah dengan yang Manis- manis.” Ini sebenarnya tag line dari iklan Teh Botol. Lalu muncul persepsi dari masyarakat bahwa ini adalah hadits dari Rasullullah saw. Tentu saja ini tidak tepat. Hadits yang tepat berbunyi: “Rasullulah saw berbuka dengan ruthtab (kurma basah) sebelum ia sholat. Apabila tidak ada, maka Beliau berbuka dengan tamr (kurma kering), jika tidak ada pula Beliau minum dengan satu tegukan air” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Khuzimah, dan At Tarmidzi) Persepsi masyarakat karena kurma adalah manis, maka hadits diatas “diplesetkan” jadi “berbukalah dengan yang manis- manis.” Hal ini adalah suatu kekeliruan yang besar. Pertama, tentu saja karena mengutarakan yang katanya adalah hadits, padahal bukan, adalah dosa. Yang kedua, “manis” kurma kemudian diidentikkan dengan makanan atau minuman yang diberi gula pasir (atau sejenisnya, seperti sirop, atau susu kental manis) sehingga manis rasanya. Alangkah kelirunya!
Halaman 1 dari 23
GULA P ASIR B ERBAHAYA B AGI MANUSIA DAN B INATANG
Dalam buku “Sugar Blues” (Kesedihan karena Gula) dibuat tahun 1975 oleh William Dufty, diceritakan bahwa alkisah di tahun 1793 sebuah kapal pengangkut gula karam, dan lima pelaut yang selamat akhirnya bisa diselamatkan setelah terkatung-katung selama 9 hari. Kondisi kelima pelaut ini sangat menyedihkan, mereka tidak makan apa-apa kecuali gula dan rum. Berdasarkan tragedi ini seorang ahli biologi tekemuka Perancis, François Magendie, melakukan suatu set percobaan dengan binatang, yang kemudian dia tampilkan laporannya di tahun 1816.
François Magendie, 1822 Dalam percobaan itu, dia memberi makan anjing dengan makanan gula dan air putih. Semua anjing menderita dan mati. Para pelaut yang terdampar, maupun anjing-anjing dalam percobaan membuktikan satu hal. Sebagai makanan tetap, makan gula lebih buruk daripada tidak makan. Air putih saja akan membuat orang tahan hidup lebih lama. Sedangkan makan gula dan air akan membunuh manusia. (Ref: Mc.Collum, Elmer Vemer, “A History of Nutrition: The sequence of ideas in Nutrition Investigation”, Houghton Miffin Co, Boston, 1957 p. 87-88) Tahun 1808 di Inggris, Committe of West India (public relation dari pabrikan gula) mengadakan perlombaan bagi yang dapat membuktikan bahwa gula bermanfaat bagi ternak dan menggendutkan sapi, babi dan biri-biri. Makanan bagi ternak biasanya hanya Halaman 2 dari 23
terdapat dalam musim tertentu, selalu mahal, sedangkan gula, pada waktu itu, sangat murah. Hasilnya tentu saja dapat ditebak: Kematian ternak! Tahun 1929, Sir Frederick G. Banting, seorang dokter dan salah seorang penemu Insulin, memperhatikan di Panama bahwa diantara para pemilik perkebunan gula (tebu) yang makan gula putih dalam jumlah banyak, penyakit diabetes umum terjadi. Sedangkan para pekerja perkebunan yang hanya makan potongan tebu, dia tidak menemukan penyakit tersebut.
Sir Frederick Grant Banting Mungkin studi yang paling dahsyat yang berhubungan dengan gula pasir, sebagai bagian utama dari makanan modern, adalah yang dilakukan oleh Dr Weston A. Price , seorang Dokter Gigi dari Cleveland, Ohio. Berpraktek sebagai dokter gigi, dia meraka terganggu ketika melihat mulut pasien-pasiennya. Segera dia bisa melihat banyak kerusakan gigi yang sering diiringi dengan penyakit arthritis, osteoporosis, diabetes, dan kelelahan. Melihat pasien anak-anak makin membuat Dr. Price lebih prihatin, karena selain banyaknya gigi yang rusak, kasus gigi bertumpuk makin sering, juga pertumbuhan tulang muka yang tidak sempurna, seperti muka lonjong, atau hidung yang tidak tumbuh sempurna. Hal ini sering diiringi oleh penyakit infeksi, alergi, anemia (kekurangan darah), asma, lemah penglihatan, hyperaktif dari anak-anak. Dalam mencari penyebab kerusakan gigi dan rusaknya fisik seseorang, Dr Price bersama istrinya keliling dunia, mulai dari sukubangsa di Switzerland, komunitas Gaelic Skotlandia di Outer Hebrides, orang-orang Eskimo dan Indian di Amerika Utara, Kepulauan di Pasifik Selatan Melanesia and Polynesia, suku-suku di Afrika, suku Aborigin di Australia, suku Maori di New Zealand dan suku Indian di Amerika Selatan. Bukunya diterbitkan tahun 1939, setelah sembilan tahun keliling dunia, berjudul “Nutrition and Physical Degeneration: A Comparison of Primitive and Modern Diets and Their Effects”. Di dalamnya terdapat ratusan foto yang dia seleksi dari ribuan foto dan juga film yang dia buat, membandingkan foto bentuk gusi/gigi , bentuk tulang muka, Halaman 3 dari 23
postur tubuh, dari orang2 yang masih makan makanan aslinya dibanding dengan orang2 yang makan makanan modern. Diet orang “Primitif” terdiri dari makanan tradisional termasuk daging dan susu (lemak jenuh), ga ndum whole grain, kacang2an, sayuran, buah, dan ikan. Dan bukan Diet orang “Modern” yang terdiri dari makanan olahan (hasil industri) (terutama gula pasir, tepung terigu, mentega, susu pasteur, daging kaleng (seperti kornet beef), minyak sayur, makanan olahan dengan pengawet, perasa, pewarna)
Dr Price menjadikan seluruh dunia sebagai laboratoriumnya. Pengalamannya yang dahsyat, direkam dalam foto- foto dan filmnya, dari satu daerah ke daerah yang lain, dari satu suku ke suku yang lain, kesimpulannya sama: Ketika mereka makan secara natural, apapun makanan dari lokal mereka, kondisi fisik mereka prima, gigi dan gusi mereka dalam kondisi sempurna, walaupun tidak gosok gigi!. Ketika makanan import mulai masuk dalam suku mereka, makanan- makanan manis akibat kontak mereka dengan dunia “yang lebih beradab” maka fisik mereka mulai merosot, bahkan perubahan fisik terlihat dalam satu generasi saja. Tidak hanya gigi yang rusak, atau gusi yang abnormal, tapi Dr Price juga mencatat sakit mulai dari mudahnya terkena batuk dan flu, hingga bronchitis dan polio.
Halaman 4 dari 23
Persen Jumlah Gigi Berlubang pada Grup “Diet Primitif” dan Grup “Diet Modern” Grup Swiss Skotlandia Eskimo Indian Amerika Utara Indian Amerika Selatan Melanesia – Pasifik Selatan Polynesia – Pasifik Selatan
Primitif 4.60 1.20 0.09 0.16 4.00 0.38 0.32
Modern 29.8 30.0 13.0 21.5 40.0 29.0 21.9
Macam- macam Diet Primitif vs Diet Modern:
Group Swiss
Skotlandia Eskimo Indian di Canada, Florida, Amazon, Aborigin di Australia, suku Masai Afrika Southsea islanders and the Maori of New Zealand Diet Modern
Diet Primitif Susu segar (tidak dipastuerisasi), butter, keju dan cream, roti rye padat, terkadang daging, sup kaldu sapi, sedikit sayuran (musim panas Ikan laut, oats (bubur oats atau kue), kepala ikan, hati ikan Ikan laut, telur ikan, binatang laut (seperti minyak anjing laut, dan lemak) Hati, jantung, tulang sumsum, darah binatang,
fish, shark, octopus, shellfish, sea worms--along with pork meat and fat, and a variety of plant foods including coconut, manioc and fruit. Makanan olahan terutama gula pasir, tepung terigu, mentega, selai, makanan kaleng, minyak sayur, beras putih.
Halaman 5 dari 23
Gadis “primitive” dari suku Indian Seminole Amerika Utara (foto kiri), yang masih memakan makanan tradisional mereka, memiliki wajah yang lebar, tulang rahang terbentuk sempurna, yang mempunyai cukup ruang bagi gigi untuk berkembang. Sedang foto kanan, adalah gadis Seminole “modern” yang lahir dari orangtua yang telah meniggalkan makanan tradional mereka, memiliki muka tirus (lonjong), gigi yang bertumpuk (lingkar gusi tidak berkembang sempurna), dan imunitas yang rendah terhadap penyakit.
Kakak beradik dari Skotlandia. Adik (kiri) makan makanan modern dan gigi yang rusak berat. Kakak (kanan) makan makanan asli dan memiliki gigi yang bagus. Perhatikan bentuk tulang muka tirus (lonjong) dan rahang yang menciut dari adik dibanding kakak.
Halaman 6 dari 23
Ketika suku Indian Amerika Utara tetap pada makanan asli mereka, kebanyakan daging moose (sejenis rusa) dan caribou (sejenis rusa besar), perkebangan fisik mereka, terutama tulang muka, rahang dan gusi sempurna, tidak ada gigi yang bertumpuk, dan tidak ada gigi rusak atau bolong. Contoh dari 2 gadis dan 2 ibu dari suku Indian Amerika Utara.
Halaman 7 dari 23
Ketika orang Indian mulai mengkonsumsi makanan modern, maka kondisi giginya sangat buruk (gigi bolong, gigi tanggal, gigi gingsul, gigi menipis, gigi bertumpuk). Foto tipikal dari 4 orang suku Indian tersebut.
Halaman 8 dari 23
Suku Maori di New Zealand terkenal memiliki gigi yang bagus dan badan yang kuat dibanding bangsa lain. Lihatlah bentuk gigi yg baik, dan rahang yang terbentuk sempurna. Hanya 1 per 1,000 gigi yang mengalami kerusakan, ketika makanan mereka masih asli.
Halaman 9 dari 23
Dengan makin banyaknya konsumsi makanan modern di New Zealand, kerusakakan gigi semakin meningkat . Penderitaan karena gigi bolong dan gusi luka atau membengkak sangat banyak pada Maori yang modern.
Halaman 10 dari 23
Para penduduk kepulauan Melanesia di Pasifik Selatan. Tidak ada dokter gigi di kepulauan ini, menyebabkan sakit gigi menjadi satu2nya alasan untuk bunuh diri. Generasi yang lahir setelah orangtua mereka makan makanan modern, raut muka mereka (tulang muka) dan rahang mulai berubah menjadi sempit. Akibatnya gigi menumpuk karena tidak memiliki ruang untuk tumbuh.
Halaman 11 dari 23
Pembentukan tulang muka menentukan ukuran dan bentuk palate dan ukuran saluran nafas. Perhatikan ukuran dan otot dari leher laki-laki dan muka yang proporsional dari wanita. Wajah yang seperti ini berhubungan dengan badan yang juga proporsional. Kerusakan gigi sangat jarang pada orang-orang seperti ini. Kalau Dr. Weston Price lebih melakukan penyelidikan keseluruhan pola makan modern, maka Nancy Appleton, Ph. D menyelidiki khusus bahaya gula pasir dalam buku “Lick the Sugar Habit” (Hilangkan Kebiasaan Konsumsi Gula) dan “Suicide by Sugar” (Bunuh Diri dengan Gula), yang didalam terdapat cara gula pasir merusak kesehatan manusia, hasil penelusurannya pada berbagai jenis medical journal dan publikasi scientist lainnya. Berikut ini 75 kerusakan badan akibat mengkonsumsi gula (lengkapnya bisa dilihat di http://nancyappletonbooks.wordpress.com/ atau http://www.mercola.com/article/sugar/dangers_of_sugar.htm )
Halaman 12 dari 23
1. Gula menekan imunitas tubuh dan melemahkan pertahanan tubuh terhadap infeksi 1,2 2. Gula merusak keseimbangan mineral dalam tubuh: menyebabkan kekurangan Chromium dan tembaga (Copper) dan menghalangi penyerapan Kalsium dan Magnesium. Chromium dibutuhkan untuk metabolisme glucosa, untuk regulasi gula darah, untuk sintesa cholesterol, lemak dan protein. Copper: dibutuhkan untuk pembentukan tulang, hemoglobin dan sel darah merah. Magnesium: sangat penting untuk aktivitas enzyme, penyerapan calcium dan potassium, untuk transmisi sinyal-sinyal syaraf, untuk pembentukan tulang dan metabolisme karbohidrat dan mineral. 3,4,5,6. 3. Gula dapat menyebabkan kenaikan adrenaline secara cepat, menyebabkan anak menjadi hiperaktif, gelisah, sulit konsentrasi dan cengeng. 7,8 4. Gula menyebabkan kenaikan total cholesterol, kenaikan triglycerides, kenaikan LDL (“Bad Cholesterol”), dan penurunan HDL (“Good Cholesterol”) 9,10,11,12 5. Gula adalah makanan sel kanker, dan berhubungan dengan pertumbuhan kanker payudara, kanker kandungan (ovaries), kanker prostat, kanker usus (rectum), kanker pankreas, kanker biliary tract, kanker paru-paru, dan kanker perut. 14,15,16,17,18,19,20 6. Gula dapat menaikkan gula darah sesaat dan mengakibatkan hypoglycemia (gula darah rendah). 21,22 7. Gula melemahkan ketajaman penglihatan mata.
23
8. Gula dapat menyebabkan banyak masalah pada pencernaan termasuk: naiknya keasaman pencernaan, ketidakmampuan penyerapan makanan, menaikkan resiko penyakit Crohn, dan penyakit ulcerative colitis. (keduanya adalah luka pada dinding usus besar). 24,25,26,27,28 9. Gula menyebabkan penuaan yang lebih cepat. 29 Halaman 13 dari 23
10. Gula membuat ludah menjadi asam, menyebakan kerusakan gigi, dan penyakit gusi.31,32,33 11. Gula menyebabkan kegemukan. 34
Laki-laki gemuk tinggi 177 cm, berat 146 kg (BMI=46, seharusnya BMI=25) 12. Gula dapat menyebakan penyakit autoimun seperti: arthritis, asthma, dan multiple sclerosis.35,36,37 13. Gula menyuburkan infeksi jamur dalam tubuh (Candida Albicans ) 38 14. Gula dapat menyebabkan batu empedu (gallstones). 39
batu empedu dalam kantung empedu 15. Gula dapat menyebabkan usus buntu.40 16. Gula dapat menyebabkan hemorrhoids.41 17. Gula dapat menyebabkan varicose veins (pembengkakan pembuluh darah besar).42
18. Gula dapat menaikkan gula darah dan insulin pada pemakai pil KB. 43 19. Gula memberikan kontribusi pada penyakit osteoporosis (kerapuhan tulang).44 Halaman 14 dari 23
20. Gula dapat menyebabkan turunnya sensitivitas insulin yang mengakibatkan tingginya insulin secara abnormal, dan akhirnya diabetes. 45,46,47 22. Gula dapat menurunkan level Vitamin E dalam tubuh.48 23. Gula dapat menaikkan tekanan darah (tekanan darah systolic). 49 24. Gula dapat menyebabkan kantuk dan menurunkan aktivitas pada anak-anak.
50
25. Tingginnya asupan gula menaikkan Advanced Glycation End Products (AGEs)(molekul gula melekat padanya sehingga merusak protein tubuh).51 26. Gula dapat menghalangi penyerapan protein pada tubuh. 52 27. Gula dapat menyebkan alergi makanan. 53 28. Gula dapat menyebabkan toxemia (racun pada darah) pada Ibu hamil. 54 29. Gula memberikan kontribusi penyakit eczema (semacam dermatitis, penyakit kulit)
pada anak-anak.55 30. Gula dapat menyebabkan atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah) dan penyakit cardiovascular (jantung).56,57 31. Gula dapat merusak struktur DNA. 58 32. Gula dapat merubah struktur protein dan merubah metabolisme protein dalam tubuh. 59,60
33. Gula menyebabkan kulit menua dengan merubah struktur collagen. 61 34. Gula dapat menyebabkan katarak mata dan rabun dekat. 62,63 35. Gula dapat menyebabkan emphysema (penyakit paru-paru).64
emphysema akut
Halaman 15 dari 23
36. Tingginya konsumsi gula menyebabkan kerusakan physiological homeostasis dari banyak system dalam tubuh.65 37. Gula merendahkan kemampuan enzym untuk berfungsi. 66 38. Konsumsi gula yang tinggi terdapat pada orang yang terkena penyakit Parkinson. 67 39. Gula dapat menyebakan hati (liver) membesar, dan menaikkan lemak hati.68,69 40. Gula dapat ginjal membesar, dan menghasilkan perubahan patologis pada ginjal seperti pembentukan batu ginjal.70,71
9 mm batu ginjal 41. Gula dapat merusak pankreas.72 42. Gula dapat menaikkan retensi air dalam tubuh. 73 43. Gula adalah penyebab sulit BAB no 1. 74 44. Gula dapat merusak lapisan pembuluh darah (capillaries).75 45. Gula dapat membuat otot tendon menjadi kaku..76 46. Gula dapat menyebabkan sakit kepala termasuk migren. 77 47. Gula dapat mengurangi kemampuan belajar anak sekolah, memperburuk hasil sekolah anak, dan menyebabkan kesulitan dalam belajar. 78,79 48. Gula dapat menyebabkan naiknya gelombang delta, alpha, and theta pada otak, yang pada intinya merubah kemampuan anda untuk berfikir jernih. 80 49. Gula dapat menyebabkan depresi.81 50. Gula dapat meningkatkan resiko sakit asam urat. 82 51. Gula dapat meningkatkan resiko penyakit Alzheimer.83 52. Gula dapat menyebabkan ketidak seimbangan hormon seperti: meningkatnya estrogen pada pria, menstruasi yang sulit pada wanita, dan berkurangnya hormon pertumbuhan badan.84,85,86,87 53. Gula dapat menuju pada pusing (kliyengan) .88 54. Pola makan tinggi gula akan menaikkan radikal bebas.89
Halaman 16 dari 23
55. Pola makan tinggi gula pada pasien dengan penyakit peripheral vascular secara signifikan menaikkan penggumpalan darah (platelet adhesion).90 56. Pola makan tinggi gula pada ibu remaja yang hamil secara signifikan mengurangi kemampuan memberikan ASI dan berhubungan dengan naiknya 100% resiko bayi prematur.91,92 57. Gula adalah zat adiktif. 93 58. Gula dapat membuat mabuk seperti alkohol.94 59. Gula diberikan pada bayi prematur dapat mempengaruhi jumlah carbon dioxida yang dihasilkannya. 95 60. Berkurangnya asupan gula dapat meningkatkan stabilitas emosi.96 61. Badan anda merubah gula menjadi 2-5 kali lebih banyak lemak pada aliran darah daripada kanji (starch).97 62. Penyerapan yang cepat dari gula, mendorong nafsu makan yang tinggi pada orang yang gemuk. 98 63. Gula dapat memperburuk symptom pada anak yang memiliki attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).99 64. Gula sangat mempengaruhi komposisi elektrolit dari air seni. 100 65. Gula dapat melambatkan kemampuan adrenal glands untuk berfungsi. 101
Adrenal glands terutama berfungsi untuk meregulasi response dari stress melalui sintesa corticosteroids dan catecholamines (cortisol, adrenaline).
66. Gula memiliki kemampuan untuk membuat proses metabolisme menjadi tidak normal pada orang yg sehat dan dapat menuju pada penyakit degeneratif. 102 67. I.V.s (intravenous feedings) dari larutan gula dapat memotong asupan oxygen pada otak. 103 68. Gula menaikkan resiko untuk terkena polio. 104 69. Masukan gula tinggi dapat menyebabkan epileptic seizures.105 70. Gula menyebabkan tekanan darah tinggi pada orang yang gemuk. 106 71. Pada ICU (intensive care units): Membatasi gula dapat menyelamatkan nyawa seseorang. 107 Halaman 17 dari 23
72. Gula dapat menyebabkan kematian sel. 108 73. Pada penjara anak-anak, ketika anak-anak tidak diberi gula, terdapat 44 persen penurunan aktifitas anti-sosial.109 74. Gula membuat dehidrasi pada bayi. 110 75. Gula dapat menyebabkan sakit pada gusi. 111 Referensi: 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24.
Sanchez, A., et al. Role of Sugars in Human Neutrophilic Phagocytosis, American Journal of Clinical Nutrition. Nov 1973;261:1180_1184. Bernstein, J., al. Depression of Lymphocyte Transformation Following Oral Glucose Ingestion. American Journal of Clinical Nutrition.1997;30:613 Ringsdorf, W., Cheraskin, E. and Ramsay R. Sucrose, Neutrophilic Phagocytosis and Resistance to Disease, Dental Survey. 1976;52(12):46_48. Couzy, F., et al. "Nutritional Implications of the Interaction Minerals," Progressive Food and Nutrition Science 17;1933:65-87 Kozlovsky, A., et al. Effects of Diets High in Simple Sugars on Urinary Chromium Losses. Metabolism. June 1986;35:515_518. Fields, M.., et al. Effect of Copper Deficiency on Metabolism and Mortality in Rats Fed Sucrose or Starch Diets, Journal of Clinical Nutrition. 1983;113:1335_1345. Lemann, J. Evidence that Glucose Ingestion Inhibits Net Renal Tubular Reabsorption of Calcium and Magnesium. Journal of Clinical Nutrition. 1976 ;70:236_245. Goldman, J., et al. Behavioral Effects of Sucrose on Preschool Children. Journal of Abnormal Child Psychology.1986;14(4):565_577. Jones, T. W., et al. Enhanced Adrenomedullary Response and Increased Susceptibility to Neuroglygopenia: Mechanisms Underlying the Adverse Effect of Sugar Ingestion in Children. Journal of Pediatrics. Feb 1995;126:171-7. Scanto, S. and Yudkin, J. The Effect of Dietary Sucrose on Blood Lipids, Serum Insulin, Platelet Adhesiveness and Body Weight in Human Volunteers, Postgraduate Medicine Journal. 1969;45:602_607. Albrink, M. and Ullrich I. H. Interaction of Dietary Sucrose and Fiber on Serum Lipids in Healthy Young Men Fed High Carbohydrate Diets. American Journal of Clinical Nutrition. 1986;43:419-428. Pamplona, R., et al. Mechanisms of Glycation in Atherogenesis. Med Hypotheses. Mar 1993;40(3):174-81. Reiser, S. Effects of Dietary Sugars on Metabolic Risk Factors Associated with Heart Disease. Nutritional Health. 1985;203_216. Lewis, G. F. and Steiner, G. Acute Effects of Insulin in the Control of Vldl Production in Humans. Implications for The insulin-resistant State. Diabetes Care. 1996 Apr;19(4):390-3 R. Pamplona, M. .J., et al. Mechanisms of Glycation in Atherogenesis. Medical Hypotheses. 1990;40:174-181. Cerami, A., Vlassara, H., and Brownlee, M. "Glucose and Aging." Scientific American. May 1987:90. Lee, A. T. and Cerami, A. The Role of Glycation in Aging. Annals of the New York Academy of Science; 663:63-67. Takahashi, E., Tohoku University School of Medicine, Wholistic Health Digest. October 1982:41:00 Quillin, Patrick, Cancer's Sweet Tooth, Nutrition Science News. Ap 2000 Rothkopf, M.. Nutrition. July/Aug 1990;6(4). Michaud, D. Dietary Sugar, Glycemic Load, and Pancreatic Cancer Risk in a Prospective Study. J Natl Cancer Inst. Sep 4, 2002 ;94(17):1293-300. Moerman, C. J., et al. Dietary Sugar Intake in the Etiology of Biliary Tract Cancer. International Journal of Epidemiology. Ap 1993.2(2):207-214. The Edell Health Letter. Sept 1991;7:1. De Stefani, E."Dietary Sugar and Lung Cancer: a Case control Study in Uruguay." Nutrition and Cancer. 1998;31(2):132_7. Cornee, J., et al. A Case-control Study of Gastric Cancer and Nutritional Factors in Marseille, France. European Journal of Epidemiology 11 (1995):55-65. Kelsay, J., et al. Diets High in Glucose or Sucrose and Young Women. American Journal of Clinical Nutrition. 1974;27:926_936. Thomas, B. J., et al. Relation of Habitual Diet to Fasting Plasma Insulin Concentration and the Insulin Response to Oral Glucose, Human Nutrition Clinical Nutrition. 1983; 36C(1):49_51. Dufty, William. Sugar Blues. (New York:Warner Books, 1975). Acta Ophthalmologica Scandinavica. Mar 2002;48;25. Taub, H. Ed. Sugar Weakens Eyesight, VM NEWSLETTER;May 1986:06:00 Dufty.
Halaman 18 dari 23
25. Yudkin, J. Sweet and Dangerous.(New York:Bantam Books,1974) 129 26. Cornee, J., et al. A Case-control Study of Gastric Cancer and Nutritional Factors in Marseille, France, European Journal of Epidemiology. 1995;11 27. Persson P. G., Ahlbom, A., and Hellers, G. Epidemiology. 1992;3:47-52. 28. Jones, T. W., et al. Enhanced Adrenomedullary Response and Increased Susceptibility to Neuroglygopenia: Mechanisms Underlying the Adverse Effect of Sugar Ingestion in Children. Journal of Pediatrics. Feb 1995;126:171-7. 29. Lee, A. T.and Cerami A. The Role of Glycation in Aging. Annals of the New York Academy of Science.1992;663:63-70. 30. Abrahamson, E. and Peget, A. Body, Mind and Sugar. (New York: Avon, 1977.} 31. Glinsmann, W., Irausquin, H., and Youngmee, K. Evaluation of Health Aspects of Sugar Contained in Carbohydrate Sweeteners. F. D. A. Report of Sugars Task Force. 1986:39:00 Makinen K.K.,et al. A Descriptive Report of the Effects of a 16_month Xylitol Chewing_gum Programme Subsequent to a 40_month Sucrose Gum Programme. Caries Research. 1998; 32(2)107_12. 32. Glinsmann, W., Irausquin, H., and K. Youngmee. Evaluation of Health Aspects of Sugar Contained in Carbohydrate Sweeteners. F. D. A. Report of Sugars Task Force.1986;39:36_38. 33. Appleton, N. New York: Healthy Bones. Avery Penguin Putnam:1989. 34. Keen, H., et al. Nutrient Intake, Adiposity, and Diabetes. British Medical Journal. 1989; 1:00 655_658 35. Darlington, L., Ramsey, N. W. and Mansfield, J. R. Placebo Controlled, Blind Study of Dietary Manipulation Therapy in Rheumatoid Arthritis, Lancet. Feb 1986;8475(1):236_238. 36. Powers, L. Sensitivity: You React to What You Eat. Los Angeles Times. (Feb. 12, 1985). Cheng, J., et al. Preliminary Clinical Study on the Correlation Between Allergic Rhinitis and Food Factors. Lin Chuang Er Bi Yan Hou Ke Za Zhi Aug 2002;16(8):393-396. 37. Erlander, S. The Cause and Cure of Multiple Sclerosis, The Disease to End Disease." Mar 3, 1979;1(3):59_63. 38. Crook, W. J. The Yeast Connection. (TN:Professional Books, 1984). 39. Heaton, K. The Sweet Road to Gallstones. British Medical Journal. Apr 14, 1984; 288:00:00 1103_1104. Misciagna, G., et al. American Journal of Clinical Nutrition. 1999;69:120-126. 40. Cleave, T. The Saccharine Disease. (New Canaan, CT: Keats Publishing, 1974). 41. Ibid. 42. Cleave, T. and Campbell, G. (Bristol, England:Diabetes, Coronary Thrombosis and the Saccharine Disease: John Wright and Sons, 1960). 43. Behall, K. Influ ence of Estrogen Content of Oral Contraceptives and Consumption of Sucrose on Blood Parameters. Disease Abstracts International. 1982;431437. 44. Tjäderhane, L. and Larmas, M. A High Sucrose Diet Decreases the Mechanical Strength of Bones in Growing Rats. Journal of Nutrition. 1998:128:1807_1810. 45. Beck, Nielsen H., Pedersen O., and Schwartz S. Effects of Diet on the Cellular Insulin Binding and the Insulin Sensitivity in Young Healthy Subjects. Diabetes. 1978;15:289_296 . 46. Sucrose Induces Diabetes in Cat. Federal Protocol. 1974;6(97). diabetes 47. Reiser, S., et al. Effects of Sugars on Indices on Glucose Tolerance in Humans. American Journal of Clinical Nutrition. 1986;43:151-159. 48. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism. Aug 2000 49. Hodges, R., and Rebello, T. Carbohydrates and Blood Pressure. Annals of Internal Medicine. 1983:98:838_841. 50. Behar, D., et al. Sugar Challenge Testing with Children Considered Behaviorally Sugar Reactive. Nutritional Behavior. 1984;1:277_288. 51. Furth, A. and Harding, J. Why Sugar Is Bad For You. New Scientist. Sep 23, 1989;44. 52. Simmons, J. Is The Sand of Time Sugar? LONGEVITY. June 1990:00:00 49_53. 53. Appleton, N. New York: LICK THE SUGAR HABIT. Avery Penguin Putnam:1988. allergies 54. Cleave, T. The Saccharine Disease: (New Canaan Ct: Keats Publishing, Inc., 1974).131. 55. Ibid. 132 56. Pamplona, R., et al. Mechanisms of Glycation in Atherogenesis. Medical Hypotheses . 1990:00:00 174_181. 57. Vaccaro O., Ruth, K. J. and Stamler J. Relationship of Postload Plasma Glucose to Mortality with 19 yr Follow up. Diabetes Care. Oct 15,1992;10:328_334. Tominaga, M., et al, Impaired Glucose Tolerance Is a Risk Factor for Cardiovascular Disease, but Not Fasting Glucose. Diabetes Care. 1999:2(6):920-924. 58. Lee, A. T. and Cerami, A. Modifications of Proteins and Nucleic Acids by Reducing Sugars: Possible Role in Aging. Handbook of the Biology of Aging. (New York: Academic Press, 1990.). 59. Monnier, V. M. Nonenzymatic Glycosylation, the Maillard Reaction and the Aging Process. Journal of Gerontology 1990:45(4):105_110. 60. Cerami, A., Vlassara, H., and Brownlee, M. Glucose and Aging. Scientific American. May 1987:00:00 90 61. Dyer, D. G., et al. Accumulation of Maillard Reaction Products in Skin Collagen in Diabetes and Aging. Journal of Clinical Investigation. 1993:93(6):421_22.
Halaman 19 dari 23
62. Veromann, S.et al."Dietary Sugar and Salt Represent Real Risk Factors for Cataract Development." Ophthalmologica. 2003 Jul-Aug;217(4):302-307. 63. Goulart, F. S. Are You Sugar Smart? American Fitness. March_April 1991:00:00 34_38. Milwakuee, WI 64. Monnier, V. M. Nonenzymatic Glycosylation, the Maillard Reaction and the Aging Process. Journal of Gerontology. 1990:45(4):105_110. 65. Ceriello, A. Oxidative Stress and Glycemic Regulation. Metabolism. Feb 2000;49(2 Suppl 1):27-29. 66. Appleton, Nancy. New York; Lick the Sugar Habit. Avery Penguin Putnam, 1988 enzymes 67. Hellenbrand, W. Diet and Parkinson's Disease. A Possible Role for the Past Intake of Specific Nutrients. Results from a Self-administered Food-frequency Questionnaire in a Case-control Study. Neurology. Sep 1996;47(3):644-650. 68. Goulart, F. S. Are You Sugar Smart? American Fitness. March_April 1991:00:00 34_38. 69. Ibid. 70. Yudkin, J., Kang, S. and Bruckdorfer, K. Effects of High Dietary Sugar. British Journal of Medicine. Nov 22, 1980;1396. 71. Blacklock, N. J., Sucrose and Idiopathic Renal Stone. Nutrition and Health. 1987;5(1-2):9- Curhan, G., et al. Beverage Use and Risk for Kidney Stones in Women. Annals of Internal Medicine. 1998:28:534-340. 72. Goulart, F. S. Are You Sugar Smart? American Fitness. March_April 1991:00:00 34_38. Milwakuee, WI,: 73. Ibid. fluid retention 74. Ibid. bowel movement 75. Ibid. compromise the lining of the capillaries 76. Nash, J. Health Contenders. Essence. Jan 1992; 23:00 79_81. 77. Grand, E. Food Allergies and Migraine.Lancet. 1979:1:955_959. 78. Schauss, A. Diet, Crime and Delinquency. (Berkley Ca; Parker House, 1981.) 79. Molteni, R, et al. A High-fat, Refined Sugar Diet Reduces Hippocampal Brain-derived Neurotrophic Factor, Neuronal Plasticity, and Learning. NeuroScience. 2002;112(4):803-814. 80. Christensen, L. The Role of Caffeine and Sugar in Depression. Nutrition Report. Mar 1991;9(3):17-24. 81. Ibid,44 82. Yudkin, J. Sweet and Dangerous.(New York:Bantam Books,1974) 129 83. Frey, J. Is There Sugar in the Alzheimer's Disease? Annales De Biologie Clinique. 2001; 59 (3):253-257. 84. Yudkin, J. Metabolic Changes Induced by Sugar in Relation to Coronary Heart Disease and Diabetes. Nutrition and Health. 1987;5(1-2):5-8. 85. Yudkin, J and Eisa, O. Dietary Sucrose and Oestradiol Concentration in Young Men. Annals of Nutrition and Metabolism. 1988:32(2):53-55. 86. The Edell Health Letter. Sept 1991;7:1. 87. Gardner, L. and Reiser, S. Effects of Dietary Carbohydrate on Fasting Levels of Human Growth Hormone and Cortisol. Proceedings of the Society for Experimental Biology and Medicine. 1982;169:36_40. 88. Journal of Advanced Medicine. 1994;7(1):51-58. 89. Ceriello, A. Oxidative Stress and Glycemic Regulation. Metabolism. Feb 2000;49(2 Suppl 1):27-29. 90. Postgraduate Medicine.Sept 1969:45:602-07. 91. Lenders, C. M. Gestational Age and Infant Size at Birth Are Associated with Dietary Intake among Pregnant Adolescents. Journal of Nutrition. Jun 1997;1113- 1117 92. Ibid. 93. Sugar, White Flour Withdrawal Produces Chemical Response. The Addiction Letter. Jul 1992:04:00 Colantuoni, C., et al. Evidence That Intermittent, Excessive Sugar Intake Causes Endogenous Opioid Dependence. Obes Res. Jun 2002 ;10(6):478-488. Annual Meeting of the American Psychological Society, Toronto, June 17, 2001 www.mercola.com/2001/jun/30/sugar.htm 94. Ibid. 95. Sunehag, A. L., et al. Gluconeogenesis in Very Low Birth Weight Infants Receiving Total Parenteral Nutrition Diabetes. 1999 ;48 7991_800. 96. Christensen L., et al. Impact of A Dietary Change on Emotional Distress. Journal of Abnormal Psychology.1985;94(4):565_79. 97. Nutrition Health Review. Fall 85 changes sugar into fat faster than fat 98. Ludwig, D. S., et al. High Glycemic Index Foods, Overeating and Obesity. Pediatrics. March 1999;103(3):26-32. 99. Pediatrics Research. 1995;38(4):539-542. Berdonces, J. L. Attention Deficit and Infantile Hyperactivity. Rev Enferm. Jan 2001;4(1)11-4 100. Blacklock, N. J. Sucrose and Idiopathic Renal Stone. Nutrition Health. 1987;5(1 & 2):9101. Lechin, F., et al. Effects of an Oral Glucose Load on Plasma Neurotransmitters in Humans. Neurophychobiology. 1992;26(1-2):4-11. 102. Fields, M. Journal of the American College of Nutrition. Aug 1998;17(4):317_321. 103. Arieff, A. I. Veterans Administration Medical Center in San Francisco. San Jose Mercury; June 12/86. IVs of sugar water can cut off oxygen to the brain.
Halaman 20 dari 23
104. Sandler, Benjamin P. Diet Prevents Polio. Milwakuee, WI,:The Lee Foundation for for Nutritional Research, 1951 105. Murphy, Patricia. The Role of Sugar in Epileptic Seizures. Townsend Letter for Doctors and Patients. May, 2001 Murphy Is Editor of Epilepsy Wellness Newsletter, 1462 West 5th Ave., Eugene, Oregon 97402 106. Stern, N. & Tuck, M. Pathogenesis of Hypertension in Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus, a Fundamental and Clinical Test. 2nd Edition, (PhiladelphiA; A:Lippincott Williams & Wilkins, 2000)943-957. 107. Christansen, D. Critical Care: Sugar Limit Saves Lives. Science News. June 30, 2001; 159:404. 108. Donnini, D. et al. Glucose May Induce Cell Death through a Free Radical-mediated Mechanism.Biochem Biohhys Res Commun. Feb 15, 1996:219(2):412-417. 109. Schoenthaler, S. The Los Angeles Probation Department Diet-Behavior Program: Am Empirical Analysis of Six Institutional Settings. Int J Biosocial Res 5(2):88-89. 110. Gluconeogenesis in Very Low Birth Weight Infants Receiving Total Parenteral Nutrition. Diabetes. 1999 Apr;48(4):791-800. 111. Glinsmann, W., et al. Evaluation of Health Aspects of Sugar Contained in Carbohydrate Sweeteners." FDA Report of Sugars Task Force -1986 39 123 Yudkin, J. and Eisa, O. Dietary Sucrose and Oestradiol Concentration in Young Men. Annals of Nutrition and Metabolism. 1988;32(2):53-5.
Apa itu Gula Putih? Ia adalah hasil proses olahan yang panjang. Berasal dari perasan tebu atau beet. Dalam proses tersebut perasan tebu dipanaskan, dikristalkan, diputihkan, diberi pengawet, dst. Hilang semua vitamin, protein, mineral, enzym, dan yang tersisa hanyalah “karbohidrat” tok, yaitu: sucrosa (kristal gula). Di tahun 1957, Dr. Coda Martin, menjelaskan mengapa gula putih begitu berbahaya, dan mengklasifikasikan gula putih sebagai racun (poison) dan bukan makanan. (Ref: Martin, William Coda When is a Food a Food – and When a Poison? Michigan Organic News, March 1957 ). Lebih lanjut beliau menjelaskan, bahwa badan manusia tidak dapat menggunakan “karbohidrat” sejenis ini kecuali jika vitamin, protein, mineral yg terbuat tersebut dikembalikan. Alam ini memberikan vitamin, protein, mineral yang cukup bagi “karbohidrat” tersebut untuk mencerna makanan tersebut. Metabolisme “karbohidrat” murni macam gula, akan membuat zat racun seperti asam pyrufic dan gula abnormal yang terdiri dari lima carbon atoms. Asam pyruvic akan terkumpul di kepala dan jaringan syaraf, dan gula abnormal tersebut dalam sel darah merah. Zat racun tersebut akan mengganggu pernafasan sel. Sel tidak dapat cukup oksigen untuk berfungsi dan untuk hidup normal. Dalam waktunya, sebagian sel akan mati. Ini akan menggangu fungsi dari bagian sel yang mati tersebut dan mulainya penyakit degeneratif (diabetes, jantung, kanker). Memakan gula putih lebih buruk daripada tidak makan samasekali, karena ia akan menguras dan melarutkan vitamin dan mineral dalam tubuh, pada saat gula tersebut dicerna, dan dibuang dari dalam tubuh. Jadi, untuk memproteksi dari asupan gula yang tinggi, tubuh terpaksa melakukan beberapa hal. Calcium dari tulang/ gigi, dan magnesium dari enzym dalam tubuh dimobilisaikan dan digunakan dalam proses kimia untuk menetralkan atau menyeimbangkan tubuh dari keasaman yang ditimbulkan oleh gula pasir. Gula putih yang dimakan tiap hari akan menghasilkan keasaman tubuh yang tinggi, dan makin banyak mineral dari dalam tubuh untuk menyeimbangkan asupan tersebut. Saking tingginya asupan gula, maka mulai keroposan tulang (osteoporosis) dan gigi (gigi tipis, gigi berlubang), dan tubuh secara umum mulai melemah. Kelebihan asupan gula akhirnya mempengaruhi seluruh organ tubuh. Mulanya disimpan dalam hati dalam bentuk glucose (glycogen). Karena kapasitas hati (liver) terbatas maka Halaman 21 dari 23
asupan harian dari gula putih akan membuat hati menggelembung, seperti balon. Jika hati sudah maximum, maka kelebihan glycogen tersebut dikembalikan dalam darah dalam bentuk fatty acids. Kemudian akan dibawa keseluruh badan dan ditaruh dalam tempat yang paling tidak aktif, seperti perut, pantat, payudara, dan paha. Jadilah kita tampak gemuk! Jika tempat-tempat inipun sudah penuh sesak, maka fatty acids akan didistribusikan pada organ aktif seperti jantung dan ginjal. Mulailah organ tersebut melemah, dan berubah menjadi lemak. Seluruh badan terpengaruh karena organ tersebut melemah, dan tekanan darah yg tidak normal terjadi. Peredaran system lympa mulai diserang, dan kualitas dari red corpuscles mulai berubah. Kemampuan badan untuk imunitas menjadi berkurang, dan kita tidak dapat merespon dengan cepat serangan luar seperti dingin, panas, mikroba atau virus. Kelebihan gula memiliki efek yang jelek pada otak. Kunci dari fungsi otak normal adalah asam glutamic. Vitamin B dalam badan akan merubah asam glutamic acid ini menjadi senyawa kimia yang mengatur kerja otak. Vitamin B diproduksi oleh bacteria baik yang tinggal dalam usus. Ketika gula putih dimakan tiap hari, bakteri ini melemah dan banyak yang mati, akibatnya produksi vitamin B menurun drastis. Banyak gula akan membuat orang mengantuk (1-2 jam setelah makan nasi, anda akan diserang kantuk berat!, terjadi setiap hari!). Kemampuan kita untuk berfikir dan mengingat berkurang! Jadi makanan apa yang tidak boleh, dan yang menggandung gula? Gula putih terutama, dan semua makanan dan minuman yang ada gula putih. Contoh: Sirop, Permen, Gulali, Teh Botol (dan sejenisnya), CocaCola (dan sejenisnya), roti manis, kue manis, kue taart, martabak manis. Dalam satu kaleng Coca cola saja terdapat 17 sendok-teh gula. GULA APA YANG DIMAKSUD? Terutama gula pasir (Sukrosa), yang diolah dari tebu atau beet. Termasuk juga gula batu, gula ‘kotak’ dan gula coklat, yang sebenarnya gula putih yang diberi karamel. Gula pasir adalah disakarida yg rumus kimianya adalah C12H-220-11, bandingkan dengan gula dalam darah yaitu glucosa adalah mono-sakarida yang rumus kimianya C-6H-120-6.
Gula pasir
gula pasir ‘kotak’
gula coklat (brown sugar)
BERAPA BANYAK GULA PASIR YG BOLEH DIKONSUMSI? Sebaiknya tidak sama sekali! Ekivalen gula (glucose) dalam darah manusia berbobot 70kg adalah 90 mg per 100 ml, atau sekitar 5 mg, satu sendok teh! Kondisi ini dijaga betul dan dijaga habisHalaman 22 dari 23
habisan oleh tubuh agar tetap seimbang. Bayangkan kalau kita minum CocaCola berisi 17 sendok teh gula putih (sucrose)! Betapa paniknya tubuh kita untuk menetralisir gula (sucrose) tersebut. Coba perhatikan, Gula Pasir mulai terkenal pada akhir abad 18, dikarenakan kemajuan mesin- mesin pengolah gula. Sebelumnya tidak begitu dikenal dan tidak dikonsumsi, karena harganya yang tinggi. Di Inggris, rata-rata gula pasir digunakan sebanyak 7.5 kg per tahun per orang di tahun 1815, meningkat menjadi 60 kg per tahun per orang di tahun 1995!. Tidak heran kejadian gemuk, penyakit diabetes, dan hypoglicemia (rendah gula) meningkat dari tahun ke tahun. Bukankah gula sama dengan energy? Energy cepat macam gula putih, dikarenakan sucrosa tidak dicerna oleh mulut bahkan lambung, tapi langsung dicerna di usus halus, jadi langsung masuk dalam darah. Kecepatan ekstra seperti ini menyebabkan banyak kerusakan daripada perbaikan. Kalau memang “murah” dan “penuh energy”, mengapa manusia dan binatang tidak menggantikan makanan mereka dengan gula putih saja? Kenyataannya, makan gula putih saja sama saja dengan bunuh diri dengan cara murah! APA PENGGANTI GULA? Madu, selain itu Gula Aren atau Gula Merah, juga raw cane sugar (turbinado). Gula Stevia juga baik. Pada prinsipnya karena gula secara natural jarang terdapat pada alam, maka konsumsi gula naturalpun sebaiknya sedikit saja (tidak berlebihan). BAGAIMANA DENGAN NUTRASWEET atau EQUAL? Ini adalah merek dagang dari bahan kimia bernama aspartame, bahan ini termasuk excito-toxin, merusak sel-sel syaraf otak, penyebab pusing, mual, vertigo, masalah penglihatan mata, obesitas, dan bahkan sampai kanker otak. Demikian rangkuman yang saya dapatkan, sejak dua tahun lalu, dan kemudian saya praktekkan sehari- hari. Alhamdullilah, berat badan turun (dari 85kg ke 70kg), hilang rasa kantuk saya pada siang hari atau sehabis makan, saya lebih awas, tidak cepat lelah, tidak batuk atau pilek dengan gampang. Istri saya ikut tidak lama kemudian, dan juga anak-anak kami. Di rumah kami sudah tidak ada lagi gula putih. Kami juga tidak beli lagi makanan manis- manis seperti donat, kue-kue, martabak manis, sirop, minum teh botol, coca-cola, susu kental manis, dst dst. Alhamdullilah, selain lebih hemat juga yg paling penting, menjadi lebih sehat. Jadi, lain kali mau buka puasa, atau waktu Idul Fitri, ingat- ingatlah tulisan ini atau fotofoto di atas. Akankah kita akan mengalami takdir buruk seperti itu? Naudzubillah min dzalik.
Semoga bermanfaat. Kritik dan saran dapat ditujukan kepada: Doni W. GTA B2/4. HP 0811 864 167.
[email protected]
Halaman 23 dari 23